Anda di halaman 1dari 50

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH

PRODUKSI DAN PENYIMPANAN BENIH


(PPE414P)

Disusun oleh

Bagus Herwibawa, S.P., M.P.


Prof. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Si.
Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc.

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017

i
Kata Pengantar

Penyusun memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya, sehingga buku penuntun praktikum mata kuliah produksi dan
penyimpanan benih (PPE414P) ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan
buku penuntun praktikum ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa
melaksanakan kegiatan praktikum produksi dan penyimpanan benih dengan
menerapkan konsep dasar manajemen perbenihan. Mahasiswa dituntun untuk
mengenal dan memahami tahapan demi tahapan secara praktis tentang produksi,
prosesing, dan penyimpanan benih. Semua materi disampaikan secara sederhana
dengan tujuan memperkenalkan ketrampilan bekerja secara praktis, dan
diharapkan akan menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa yang nantinya
ingin mendalami bidang produksi dan penyimpanan benih.
Mahasiswa dituntun untuk telaten, tekun, dan sabar selama melaksanakan
praktikum produksi dan penyimpanan benih, karena pelaksanaan yang tidak
memperhatikan metode kerja akan menyebabkan kegagalan. Kegagalan tersebut
berakibat pada hasil final yang didapatkan tidak akan sesuai dengan tujuan
praktikum. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan melaksanakan praktikum sesuai
metode kerja dalam penuntun praktikum atau sesuai arahan asisten praktikum.
Penyusun menyadari bahwa terdapat banyak keterbatasan dalam penyusunan buku
penuntun praktikum ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan buku penuntun praktikum ini masih sangat diharapkan. Semoga
buku penuntun praktikum ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Semarang, Agustus 2017


Penyusun

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Peserta praktikum untuk selanjutnya disebut praktikan adalah mahasiswa


yang mengambil mata kuliah produksi dan penyimpanan benih, dan nama
peserta sudah terdaftar dalam golongan praktikum pada laboratorium.
2. Praktikum dimulai sesuai dengan waktu golongan praktikum yang telah
ditentukan, dan seluruh praktikan wajib mengikuti seluruh acara praktikum
sesuai golongannya masing-masing.
3. Praktikan yang berhalangan hadir harus mengajukan permohonan ijin tertulis
dengan melampirkan surat keterangan dari dokter atau fakultas, dan harus
mencari waktu pengganti pelaksanaan praktikum dengan persetujuan tertulis
dari ketua laboratorium dan koordinator praktikum.
4. Bagan alir untuk acara praktikum yang akan dilaksanakan dan laporan
sementara untuk acara praktikum yang telah dilaksanakan harus dikumpulkan
kepada asisten praktikum untuk diperiksa. Laporan resmi tidak dapat diproses
apabila bagan alir dan laporan sementara belum mendapat persetujuan asisten
praktikum.
5. Praktikan wajib memakai jas laboratorium, baju berkerah dan bersepatu, dan
bila tidak mematuhi diberikan sanksi tidak diijinkan mengikuti praktikum.
6. Sebelum praktikum dimulai akan diadakan pre-test untuk masing – masing
acara yang akan dilaksanakan.
7. Praktikan wajib bekerja dengan tertib, bersih, rapi, dan tidak diijinkan makan,
minum ataupun bercanda saat praktikum sedang berlangsung.
8. Setelah praktikum selesai, semua alat yang telah dipakai harus dikembalikan
dalam keadaan utuh dan bersih. Bila terjadi kerusakan alat akibat
kecerobohan praktikan, maka yang bersangkutan harus mengganti alat dengan
merek yang sama.
9. Laporan sementara disusun dengan format yang telah ditentukan dan
diserahkan paling lambat satu minggu setelah acara selesai.
10. Penilaian praktikum meliputi pre-test, laporan sementara, cara atau sikap
praktikan selama praktikum, kedisiplinan, kejujuran, laporan resmi, dan
responsi.

iii
DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Tata Tertib Praktikum.................................................................................. iii
Daftar Isi...................................................................................................... iv
Jadwal Pelaksanaan Praktikum......................................................................... v
Acara 1. Produksi Benih................................................................................... 1
Acara 2. Sertifikasi Benih................................................................................. 7
Acara 3. Pemrosesan Benih.............................................................................. 12
Acara 4. Pengemasan dan Penyimpanan Benih............................................... 16
Format Laporan Sementara.............................................................................. 22
Format Laporan Resmi..................................................................................... 25
Tata Cara Penulisan Laporan............................................................................ 29
Lampiran........................................................................................................... 40

iv
Jadwal Pelaksanaan Praktikum

Pertemuan Bulan Tanggal Kegiatan Tempat Keterangan


Ke-
1 Agustus 24/08/17 Asistensi Lab FPT
2 Agustus 28/08/17 Menyemai bunga matahari (acara 1) Kebun Percobaan
3 September 11/09/17 Pindah tanam bunga matahari (acara 1) Kebun Percobaan
4 September 13/09/17 Menyimpan beberapa varietas kedelai dalam Lab FPT
kemasan, uji kadar air dan DB awal (acara 4)
Menyimpan benih kedelai berbagai ragam ukuran
dengan dengan desikan, uji kadar air dan DB awal
(acara 4)
September 18/09/17 Perawatan bunga matahari (acara 1) Kebun Percobaan
5 September 20/09/17 Uji sertifikasi benih padi (acara 2) Lab FPT
September 25/09/17 Perawatan bunga matahari (acara 1) Kebun Percobaan
6 September 27/09/17 Pemrosesan benih (acara 3) Lab FPT
7 Oktober 2/10/17 Perawatan bunga matahari (acara 1) Kebun Percobaan
8 Oktober 09/10/17 Perawatan bunga matahari (acara 1) Lab FPT
9 Oktober 16/10/17 Perawatan bunga matahari (acara 1) Kebun Percobaan
10 Oktober 23/10/17 Perawatan bunga matahari (acara 1) Kebun Percobaan
11 November 08/11/17 Uji kadar air dan DB akhir (acara 4) Lab FPT
12 November 27/11/17 Panen benih bunga matahari (acara 1) Kebun Percobaan
14 November 27/11/17 - 01/12/17 Pembuatan laporan resmi dan responsi Lab FPT

v
ACARA I
PRODUKSI BENIH

A. Pendahuluan
Ketersediaan benih sumber yang berkualitas, memadai, dan tepat waktu
sangat diperlukan sebagai upaya untuk menjaga bahkan meningkatkan kuantitas
produksi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan perbanyakan benih
secara berkelanjutan.
Ketersediaan benih berkualitas dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan
mudah diperoleh petani tidak terlepas dari peran para penangkar benih.
Penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan
yang sangat penting dalam rangkaian pembentukan kelas benih selanjutnya, dan
merupakan langkah awal untuk pengembangan suatu varietas.
Benih sumber adalah kelas-kelas benih yang digunakan sebagai sumber
untuk memproduksi kelas benih sebar/extension seed (BR/ES). Kelas benih yang
termasuk benih sumber adalah sebagai berikut.
1. Benih Penjenis/Breeder’s Seeds (BS) merupakan benih asal yang dihasilkan
dari benih inti, yaitu benih dari program pembentukan varietas yang
merupakan hasil persilangan atau galur. Benih penjenis ini digunakan sebagai
sumber perbanyakan benih selanjutnya.
2. Benih Dasar/Foundation Seeds (BD/FS) adalah benih yang diperoleh dari hasil
perbanyakan benih penjenis.
3. Benih Pokok/Stock Seeds (BP/SS) adalah benih yang diperoleh dari hasil
perbanyakan benih dasar. Benih pokok digunakan sebagai sumber benih untuk
memproduksi kelas benih sebar/extension seeds (BR/ES) yaitu benih yang
digunakan petani untuk memproduksi biji dengan tujuan konsumsi.

Perbanyakan benih kelas BS langsung di bawah pengawasan pemulia dari


instansi pelepas varietas unggul, sedangkan benih FS/BD sampai ES/BR di bawah
pengawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Tidak banyak
perbedaan teknik produksi untuk tujuan benih maupun tujuan konsumsi.

1
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam produksi benih adalah sebagai
berikut.
1. Lahan untuk produksi benih dipilih yang subur dengan irigasi yang cukup, dan
bukan daerah endemik organisme pengganggu tanaman.
2. Lahan bekas varietas yang berbeda harus dihindari.
3. Sekitar lokasi penangkaran benih sebaiknya tersedia sumber air yang cukup.
4. Penanaman dilakukan pada waktu yang tepat.
5. Pemeliharaan tanaman harus dilakukan optimal supaya tanaman dapat tumbuh
normal.
6. Penanganan pra panen, panen, dan pasca panen yang benar.

B. Tujuan
Mempelajari teknik produksi benih bunga matahari

C. Bahan dan Alat


1. Benih bunga matahari
2. Tanah
3. Pupuk kandang
4. Pupuk urea
5. Pupuk SP-36
6. Pupuk KCl
7. Cangkul
8. Polybag
9. Selang
10. Dripper
11. Gembor

D. Prosedur Kerja
1. Lahan dipersiapkan oleh masing-masing kelompok untuk produksi benih
bunga matahari
2. Lahan dibersihkan dari gulma dengan cangkul.
3. Pembuatan media tanam dari campuran tanah dan pupuk kandang (1:1).

2
4. Media tanam dimasukkan ke polybag untuk ditanam tanaman bunga
matahari.
5. Pembuatan petak pertanaman bunga matahari mengikuti ketentuan pada
Gambar 1.
6. Pembuatan irigasi dengan sistem tetes.

Produksi Benih Bunga Matahari


7. Tanaman bunga matahari bersifat menyerbuk silang.
8. Petak-petak pertanaman bunga matahari dibuat pada lokasi samping
Greenhouse FPP dengan jarak tanam 60 x 25 cm (Gambar 1).
9. Jumlah benih yang diperlukan adalah 152 butir benih (tiap anak 4 benih).

Gambar 1. Desain Petak Pertanaman Bunga Matahari

10. Sebelum benih ditanam, media tanam disiram dengan air dan ditunggu
sebentar hingga air meresap.
11. Benih ditanam dengan bagian lancip berada di bawah, penanaman
dilakukan dengan menancapkan benih setengah bagian.
12. Tidak dianjurkan melakukan penyulaman karena menyebabkan variasi
pertumbuhan tanaman dan tongkol tidak akan terisi penuh.

3
13. Setelah 5-6 HST biasanya benih sudah tumbuh menjadi tanaman kecil dan
sudah muncul di atas permukaan tanah. Pemupukan diberikan sebanyak 3
kali dengan perbandingan takaran dan waktu aplikasi seperti yang disajikan
dalam tabel berikut.

Pupuk Persentase Takaran Pupuk


(takaran kg/Ha) 7-14 HST 30-45 HST
N (46) 33,3 % 66,6 %
P2O5 (92) 100 % -
K2O (60) 100 % -

Keterangan: HST= hari setelah tanam.

14. Sebelum pupuk diaplikasikan, untuk pemberian 7-10 HST pupuk (sesuai
takaran) dicampur secara merata, sehingga jumlah pupuk yang diberikan
sama untuk setiap tanaman, supaya pertumbuhan tanaman merata.
15. Untuk penempatan pupuk, lubang pupuk dibuat dengan tugal di samping
tanaman dengan jarak 5-7 cm dari tanaman. Pupuk diberikan sesuai takaran
yang telah ditentukan dan tutup dengan tanah.
16. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi pertumbuhan gulma di
lapangan.
17. Pengendalian hama dilakukan jika ada gejala serangan hama.

Cara Seleksi Tanaman Bunga Matahari untuk Produksi Benih


18. Untuk medapatkan kemurnian benih yang akan dihasilkan hendaknya
dilakukan roguing. Dalam roguing bila dijumpai adanya tanaman tipe
simpang (off type/ rogues), varietas lain, dan tanaman berpenyakit harus
dicabut. Komponen penting dalam roguing adalah bentuk dan lebar daun,
warna batang, warna helai daun, bentuk/tipe bunga, dan warna bunga, dan
hasil buah (kuaci).
19. Pelaksana roguing harus bisa membedakan karateristik tipe simpang (off-
type/ rogues) dengan tipe normal.

4
20. Roguing pada tanaman bunga matahari dilakukan minimal tiga kali, yaitu
pada fase juvenil, fase berbunga, dan fase masak. Karakter yang dapat
digunakan sebagai penciri utama varietas pada fase juvenil adalah warna
hipokotil, pada fase berbunga adalah warna bunga, sedangkan pada fase
masak adalah warna dan ukuran buah. Roguing yang dilakukan pada fase
juvenil dapat dengan mudah mengenali dan membuang tanaman lain. Tipe
simpang yang paling mudah dikenali dan harus dibuang adalah tanaman
lain, tanaman yang tidak sehat, dan gulma.
21. Panen dilakukan setelah masak fisiologis yang ditandai dengan bunga yang
telah kering berwarna kecoklatan. Pada saat itu biasanya kadar air biji telah
mencapai kurang dari 30%.
22. Semua bunga yang telah lolos seleksi kemudian dipanen, selanjutnya
dijemur di bawah sinar matahari sampai kering sembari dilakukan seleksi
bunga (bunga yang memenuhi kriteria diproses lebih lanjut untuk dijadikan
benih).
23. Bunga dijemur hingga kadar air biji mencapai sekitar 16%, selanjutnya
diambil bijinya. Setelah diperoleh biji, dilakukan sortasi biji berdasarkan
ukuran dan warna.
24. Biji-biji yang terpilih sebagai benih dijemur kembali di bawah terik
matahari sampai kadar air mencapai ± 10%. Uji daya berkecambah
dilakukan sebelum dikemas dalam plastik.
25. Kemasan benih kemudian diberi label (nama varietas, tanggal panen, kadar
air benih waktu dikemas, dan daya berkecambah). Benih dalam kemasan
disimpan dalam gudang (T 16-18 ºC dan RH 60%). Proses pascapanen,
mulai saat panen sampai pengemasan benih, dianjurkan tidak lebih dari 10
hari.

Parameter dan Analisis Data


26. Pengamatan pertumbuhan tanaman
a. Umur berkecambah benih, dihitung sejak sehari setelah tanam (HST)
b. Umur keluar kuncup bunga (HST)
c. Umur mekar sempurna (HST)
d. Umur mekarnya bunga sampai layu (hari), dihitung sejak bunga mekar
hingga petal tampak mengering/layu

5
e. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai ke titik
tumbuh tertinggi.
f. Diameter batang (mm)
27. Pengamatan produksi benih bunga matahari meliputi bobot kering total,
massa 1000 biji, jumlah biji/bunga, randemen, kadar air biji, daya
kecambah.
28. Data yang dikumpulkan kemudian dihitung rata-ratanya.

E. Cara Penyajian Data


Tabel 1. Data produksi benih bunga matahari

G1 G2 G3 G4 Rata-rata
Bobot kering total (g)
Massa 1000 biji (g)
Jumlah biji (/bunga)
Randemen (%)
Kadar air biji (%)
Daya berkecambah (%)

Keterangan: G1= golongan A-1, G2= golongan A-2, G3= golongan B-1, G3= golongan B-2

F. Dasar Pembahasan
1. Apa saja perbedaan produksi biji untuk benih dan konsumsi ?
2. Mengapa biji untuk benih dipanen saat masak fisiologis ?
3. Bagaimana cara untuk menjelaskan bahwa kelas benih yang diproduksi
merupakan turunan dari kelas benih yang di atasnya ?

6
ACARA II
SERTIFIKASI BENIH

A. Pendahuluan
Sertifikasi benih merupakan prosedur yang bertujuan untuk menjamin
ketersediaan benih berkualitas bagi petani secara kontinyu, dengan memelihara
mutu genetik, fisiologis, dan fisik benih varietas unggul. Prosedur sertifikasi benih
meliputi 4 kegiatan pemeriksaan sebagai berikut.
1. Pemeriksaan lapangan,
2. Pemeriksaan laboratorium,
3. Pemeriksaan alat-alat pengolahan benih,
4. Pemeriksaan cara dan tempat penyimpanan benih.
Pemeriksaan lapangan dilakukan saat produksi benih, sementara
pemeriksaan alat-alat pengolahan benih dilakukan saat prosesing benih, dan
pemeriksaan cara dan tempat penyimpanan benih dilakukan saat pengemasan dan
penyimpanan benih di gudang. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk
mendapatkan data tentang mutu benih guna pengisian label. Sebagai contoh
untuk tanaman padi, label sertifikasi benih berisi beberapa data, yaitu: nomor,
produsen benih, alamat, jenis tanaman, varietas, nomor kelompok, berat bersih,
tanggal selesai pengujian, tanggal akhir berlakunya label (6 bulan), kadar air,
benih murni, benih varietas lain, kotoran benih, benih tanaman lain/rerumputan,
biji keras, daya berkecambah, penyakit.
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mengetahui komposisi dari
contoh yang diuji, yaitu komposisi yang mencerminkan komposisi kelompok
benih darimana contoh tersebut diambil. Pengujian benih pada tahap pemeriksaan
laboratorium meliputi uji kadar air, uji daya berkecambah, dan kemurnian benih.
Uji kadar air dapat dilakukan dengan alat seed moisture tester. Uji daya
berkecambah sebaiknya hanya dilakukan saat hitung pertama (first count). Uji
kemurnian benih didasarkan pada identitas fisik yang telah ditetapkan dengan cara
memisahkan contoh kerja benih ke dalam komponen-komponen benih murni,
benih varietas lain, biji tanaman lain/rerumputan, biji keras, dan kotoran benih.
Benih murni memiliki kriteria sebagai berikut.

7
1. Biji muda, biji belah, biji rusak,
2. Pecahan biji dengan ukuran lebih besar dari setengah ukuran asli,
3. Biji-biji yang terserang penyakit,
4. Biji-biji yang mulai berkecambah.

Biji tanaman lain/varietas lain memiliki kriteria sebagai berikut.


1. Biji tanaman pertanian yang tidak termasuk jenis tanaman yang namanya
tercantum dalam label,
2. Biji yang termasuk jenis tanaman yang namanya tercantum dalam label
namun tidak termasuk varietas yang namanya tercantum dalam label.

Biji gulma/rerumputan memiliki kriteria sebagai berikut.


1. Biji-biji yang berasal dari tumbuhan yang dianggap sebagai tumbuhan
penganggu menurut peraturan (gulma),
2. Biji-biji yang termasuk rerumputan.

Kotoran benih memiliki kriteria sebagai berikut.


1. Bahan semacam biji dari tanaman pertanian,
2. Pecahan biji dengan ukuran setengah atau kurang dari ukuran asli.
3. Biji tanpa kulit (pada leguminose, crisoferae, coniferae) dan biji terserang
penyakit sehingga bentuknya berubah.
4. Bahan-bahan bagian biji
5. Biji rusak tanpa lembaga.
6. Glumes atau floret tanpa lembaga atau endosperm.
7. Bahan-bahan lain bukan dari biji (tanah, pasir, batang, jerami, bunga,
cendawan dan lain-lain)

B. Tujuan
Mempelajari prosedur sertifikasi benih padi pada tahap pemeriksaan
laboratorium
C. Bahan dan Alat
1. Benih padi

8
2. Kaca pembesar
3. Pinset
4. Timbangan analitik
5. Meja pemurnian
6. Seed moisture tester
7. Cawan oven
8. Oven
9. Tissue
10. Plastik
11. Karet
12. Label
13. Alat tulis

D. Prosedur Kerja
1. Contoh kerja sebanyak 60 g disiapkan oleh masing-masing kelompok.
2. Contoh kerja diperiksa sedikit demi sedikit di atas meja pemurnian dengan
teliti. Contoh kerja dipisahkan ke dalam komponen-komponen benih
murni, benih varietas lain, kotoran benih, benih tanaman lain/rerumputan,
benih berpenyakit, dan biji keras.
3. Persentase massa komponen-komponen tersebut dihitung berdasarkan
bobot contoh kerja. Persentase benih murni adalah (100 % - jumlah
persentase komponen-komponen).
4. Disiapkan 100 butir benih contoh untuk uji daya berkecambah dengan
metode uji digulung didirikan di atas plastik (UKDDP).
5. Disiapkan 10 butir benih contoh untuk uji kadar air berdasarkan seed
moisture tester dan metode oven.
a. Uji kadar air dengan seed moisture tester
 Alat seed moisture tester dan contoh benih yang akan diuji disiapkan
 Benih diambil dengan pinset kemudian dimasukan ke dalam
lubang-lubang pengujian pada alat tersebut.
 Sekrup penghancur benih dibutar sampai benih benar-benar hancur.

9
 Menu uji dipilih sesuai dengan benih yang diuji dengan dan hasil
pengujian dibaca pada display alat tersebut.
b. Uji kadar air metode oven
 Contoh benih sebanyak 10 g dimasukkan dalam cawan oven
 Contoh benih dan cawan oven kemudian ditimbang sebagai massa
awal
 Pengovenan berlangsung selama 17 ± 1 jam pada suhu 103 ± 2 0C
atau sampai massa akhir konstan
 Kadar Air (%) = (((Massa Awal – Akhir) / Massa Akhir)) x 100 %)

G. Cara Penyajian Data


Tabel 1. Kadar air benih padi varietas ..... asal lot .........
Nomor contoh kerja KA 1 (%) KA 2 (%) Δ (%)
... diisi nama
kelompok...

Rata-rata
Δ (%)
Keterangan: KA 1 = kadar air metode oven, KA 2 = kadar air dengan seed moisture tester, Δ =
selisih KA 1 dan KA 2. Perbedaan hasil antar contoh kerja tidak boleh lebih besar dari 0,2 %.

Tabel 2. Kemurnian benih padi varietas ....... asal lot ........


Nomor contoh kerja
Massa
..diisi Persentase
komponen Rata-rata
nama (%)
(g)
kelompok..
BM
VL
KB
TL/R
P
K
Keterangan: BM= benih murni, VL= benih varietas lain, KB= kotoran benih, TL/R= benih
tanaman lain/rerumputan, P= benih berpenyakit, K= biji keras.

10
Tabel 3. Daya berkecambah padi varietas ..... asal lot .........
Nomor contoh kerja DB (%)
... diisi nama kelompok...

Rata-rata
Keterangan: DB= daya berkecambah.

Tabel 4. Label sertifikasi benih padi varietas ......


Nomor : (.... diisi tahun praktikum...)
Produsen Benih : Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan
Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro
Alamat : Kampus drh. R. Soejono Koesoemawardojo,
Jl. Prof. Soedarto, S.H.- Tembalang- Semarang
50275
Jenis Tanaman :
Varietas :
Nomor Kelompok : (.... diisi nama golongan...)
Berat bersih :
Tanggal selesai pengujian :
Tanggal akhir berlakunya label :
Kadar air :
Benih murni :
Benih varietas lain :
Kotoran benih :
Benih tanaman lain/rerumputan :
Biji keras :
Daya berkecambah :
Benih berpenyakit :

F. Dasar Pembahasan
1. Apa kelas benih yang sesuai berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium?
2. Mengapa pemeriksaan laboratorium terhadap contoh dapat
menggambarkan keadaan benih secara keseluruhan?
3. Bagaimana hubungan antara sertifikasi benih dengan produksi, prosesing,
dan penyimpanan benih?

11
ACARA III
PEMROSESAN BENIH

A. Pendahuluan
Pemrosesan benih meliputi dua tahapan penting yang perlu dilakukan
sehingga diperoleh benih yang bersih, murni, dan memiliki kualitas yang baik.
Tahapan-tahapan tersebut adalah pengumpulan benih dan penanganan benih
setelah dikumpulkan. Kegiatan pengumpulan benih tidak kalah penting dengan
pemilihan sumber benih, sebab pengumpulan benih yang tidak benar akan
menjadikan benih bermutu rendah. Pengumpulan benih perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut.
1. Menentukan waktu pengumpulan benih berdasarkan kriteria buah masak
fisiologis.
2. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pengumpulan benih harus dipersiapkan
terlebih dahulu.
3. Benih yang dikumpulkan dari permukaan tanah seringkali memiliki mutu yang
tidak sebaik benih yang dikumpulkan langsung dari pohon. Benih yang
dikumpulkan dari permukaan tanah mengalami penurunan daya berkecambah
karena telah terkena sinar matahari (benih rekalsitran), benih yang terserang
hama/penyakit, dan benih berkecambah.
4. Benih yang dikumpulkan langsung dari pohon dilakukan dengan pemetikan
yang dibantu pisau, galah, tali, dan kait kayu. Mutu benih yang dikumpulkan
langsung dari pohon sangat baik, karena dapat memilih buah yang benar-benar
masak fisiologis. Setelah dikumpulkan, dimasukkan ke dalam wadah, dan
dibawa ke tempat penanganan benih setelah dikumpulkan.
5. Setiap wadah yang berisi benih (bersama buah atau polongnya) haris diberi
label sehingga identitas benih tetap diketahui.
6. Bila tidak mungkin untuk langsung mengekstraksi benih, wadah disimpan di
tempat yang kering dengan ventilasi udara yang baik. Wadah tidak boleh
langsung diletakkan di lantai, tetapi harus diberi alas kayu terlebih dahulu
sehingga memungkinkan peredaran udara di bawah wadah, dengan demikian
bagian bawah wadah tidak lembab.

12
Penanganan benih setelah dikumpulkan harus dilakukan dengan baik agar
mutu benih dapat dipertahankan. Tahapan-tahapan penanganan benih meliputi
sortasi buah/polong, ekstraksi benih, pembersihan benih, sortasi benih, dan
pengeringan benih. Tahapan-tahapan penanganan benih perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut.
1. Sortasi buah/polong merupakan kegiatan pemisahan buah/polong yang sudah
masak dari yang belum/kurang masak, selanjutnya ditempatkan ke dalam
wadah terpisah.
2. Ekstraksi benih adalah proses mengeluarkan benih dari buah/polongnya. Cara
ekstraksi berbeda-beda tergantung jenis tanaman, dapat dilakukan dengan
bantuan alat, dan dilakukan secara hati-hati untuk mencegah kerusakan benih.
a. Ekstraksi benih dari buah yang berdaging umumnya dilakukan dengan
pembuangan perikarp terlebih dahulu, biasanya dengan merendam dalam air
sehingga daging buah mengembang sementara benih (biji) mengendap.
b. Ekstraksi benih dari buah kering, umumnya dilakukan dengan penjemuran
di bawah sinar matahri terlebih dahulu, kemudian benih (biji) dirontokkan
secara manual ataupun dengan alat perontok.
3. Pembersihan dan sortasi benih merupakan kegiatan pembuangan kotoran yang
tersisa dapat berupa sekam, sisa polong, ranting, daging buah, tanah, benih
rusak, dan lain sebagainya. Pembersihan dapat dilakukan secara manual dan
otomatis dengan alat peniup benih (seed blower), sementara sortasi dilakukan
dengan melewatkan benih melalui saringan/ayakan sesuai ukuran.
4. Pengeringan benih biasanya dilakukan pada benih-benih yang memang mampu
dikeringkan hingga kadar air rendah sehingga dapat disimpan lebih lama,
benih-benih tersebut disebut benih ortodoks (kadar air 4 - 8% dengan
temperatur 4 - 18 °C dan RH 40 - 50%). Sebaliknya ada benih yang tidak dapat
dikeringkan dan tidak dapat disimpan lama, benih-benih tersebut bersifat
rekalsitran (tidak dapat disimpan lama 1 - 4 minggu pada kadar air 20 - 50%).

B. Tujuan
Mempelajari teknik ekstraksi benih tomat.

13
C. Bahan dan Alat
1. Buah tomat
2. Saringan
3. Kertas koran
4. Toples plastik
5. Pisau
6. Nampan
7. Plastik PP
8. Label
9. Alat tulis

D. Prosedur Kerja
1. Buah tomat harus diistirahatkan sehari semalam sebelum diproses menjadi
benih. Selama diistirahatkan, proses kimiawi pada buah tomat terus
berlanjut. Buah mengalami proses perubahan kimia dan fisika sehingga
menjadi lebih lunak serta merah atau kuning pada kulit buah semakin
merata.
2. Satu per satu buah dibelah melintang menjadi dua bagian dan ditampung
dalam nampan yang bersih.
3. Biji tomat berikut cairan gelatin (pulp) yang menempel dikeluarkan dan
ditampung dalam nampan. Daging buahnya juga ditampung ditempat
terpisah agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang lain.
4. Biji dan bahan ikutannya (pulp) difermentasi selama 1-2 hari dalam toples
plastik berisi air bersih. Laju fermentasi dipengaruhi oleh temperatur udara
di sekitar tempat proses pembijian tersebut.
5. Biji tomat yang telah mengalami fermentasi akan mengendap di bagian
bawah botol kaca, sedangkan bahan ikutan mengambang di bagian atas
bersama biji tomat yang masih muda. Selanjutnya, biji tomat dicuci
dengan air secara bertahap hingga bersih.
6. Biji calon benih ditampung dalam nampan yang telah diberi alas kertas
koran, kemudian ditiriskan agar sisa air cucian tidak lagi menempel pada
biji tomat.

14
7. Setelah tampak tidak basah, biji dijemur di tempat yang agak ternaung
agar kering angin, baru kemudian dijemur langsung di bawah sinar
matahari. Bila biji tomat basah langsung dijemur di bawah sinar mathari,
dapat mengakibatkan kerusakan benih yang dihasilkan.
8. Jumlah dan berat biji setiap perlakuan dihitung. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis varian dalam rancangan acak lengkap satu faktor
dengan ulangan menyesuaikan jumlah kelompok praktikum tiap kelas.
Bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.

E. Cara Penyajian Data


Tabel 1. Data pengamatan jumlah biji dan berat biji tomat hasil ekstraksi
Parameter P1 P2 P3 P4 Rata-rata
Bobot Segar Buah (g) … a
… b
… c
… d

Jumlah Biji (buah) …a …a …c …c …
Berat Biji (g) … a
… b
… c
… d

Keterangan: Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5%. P1 : …, P2 = …., dst.

F. Dasar Pembahasan
1. Bagaimana produksi hasil benih yang dihasilkan? Adakah keterkaitan
dengan bobot segar buah?
2. Apa pengaruh berat biji terhadap kualitas benih yang dihasilkan?
3. Mengapa perlu untuk mengetahui kelompok benih dari biji tanaman yang
akan dijadikan sebagai benih?
4. Bagaimana penanganan yang terbaik dalam pemrosesan benih tomat?

15
ACARA IV
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BENIH

A. Pendahuluan
Pengadaan benih sering dilakukan beberapa waktu sebelum musim tanam,
sehingga benih harus disimpan dengan baik agar mempunyai daya tumbuh yang
tinggi saat ditanam kembali. Namun dalam pengadaan benih yang tepat jumlah
dan waktu sering terkendala oleh daya simpan benih yang rendah. Kemunduran
benih (deteriorasi) merupakan proses penurunan mutu yang berangsur-angsur dan
kumulatif, serta tidak dapat balik akibat perubahan fisiologis dan biokimia.
Kemunduran fisiologis benih ditandai dengan adanya penurunan daya kecambah,
faktor yang mempengaruhinya adalah faktor dari dalam (sifat genetik, daya
berkecambah dan vigor), dan faktor dari luar (kemasan benih, komposisi gas, suhu
dan kelembaban ruang penyimpanan). Oleh karena itu diperlukan kondisi
penyimpanan yang dapat menghambat kemunduran kualitas benih.
Saat ini para penangkar benih melakukan penyimpanan dengan
menggunakan kemasan plastik karena harganya murah dan mudah didapatkan.
Kemasan yang efektif untuk penyimpanan benih adalah yang mampu
menghambat perubahan kadar air selama penyimpanan. Selain itu, kemasan juga
erat kaitannya dengan pemgendalian hama gudang sebagai upaya menurunkan
susut akibat serangan selama penyimpanan. Serangga, jamur, dan tikus
merupakan organisme utama yang menyebabkan kerusakan sehingga menurunkan
daya simpan benih. Sebagai contoh, plastik HDPE (High Density Polyethylene)
yang telah digunakan para petani untuk menyimpan benih kedelai di dalam
gudang, dimana plastik HDPE memiliki permeabilitas gas CO2 dan O2 lebih
rendah dibandingkan dengan plastik LDPE (Low Density Polyethylene). Oleh
karena itu plastik HDPE lebih mampu menghambat pertukaran gas yang dapat
meningkatkan kemunduran benih. Plastik HDPE dengan ketebalan minimum 80
µm juga mampu melindungi biji-bijian dari serangan hama gudang seperti
Callosobruchus maculatus. Penggunaan jenis kemasan yang sesuai untuk
penyimpanan bisa menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah
memperpanjang daya simpan dan penyediaan (stok) benih yang berkualitas.

16
B. Tujuan
1. Mempelajari pengaruh jenis kemasan dan pelapisan benih (seed coating)
terhadap penyimpanan benih kedelai
2. Mempelajari pengaruh ukuran benih dan desikan terhadap penyimpanan
benih kedelai

C. Bahan dan Alat


1. Kedelai varietas Dering 1, Dena 1, Gema kelas benih dasar/foundation seed
(BD), dan Demas 1 kelas benih penjenis/breeders seeds (BS)
2. Benih kedelai yang baru dipanen dan belum disortasi
3. Lengkuas
4. Plastik PP (polypropylene)
5. Aluminium foil
6. Kertas koran
7. Karung plastik
8. Jarum jahit
9. Benang jahit
10. Selotip
11. Toples
12. Beker glass
13. Desikan
14. Tray uji daya berkecambah
15. Pasir uji daya berkecambah
16. Germinator
17. Oven
18. Moisture tester
19. Label
20. Pensil
21. Sprayer
22. Gunting
23. Pengepak (sealer)
24. Jangka sorong

17
25. Mikrometer

D. Prosedur Kerja
Percobaan 1 : Pengaruh Jenis Kemasan dan Suhu selama Penyimpanan
1. Masing-masing golongan mendapatkan benih varietas kedelai yang
berbeda (Gol 1 = Dering 1, Gol 2 = Dena 1, Gol 3 = Gema, Gol 4 = Demas
`1).
2. Masing-masing kelompok menyiapkan 1200 butir benih kedelai dengan
varietas sesuai golongannya.
3. Benih kedelai yang telah disiapkan oleh masing-masing kemudian diberi
perlakuan pelapisan benih (seed coating), masing-masing 400 butir tanpa
pelapisan benih, 400 butir dengan pelapisan ekstrak lengkuas, dan 400
butir dengan pelapisan metalaksil 5 %. Metalaksil 5 % disiapkan dengan
cara menimbang 5 g dan dilarutkan dalam 10 ml air.
4. Masing-masing kelompok kemudian menyiapkan 4 jenis kemasan yaitu
plastik PP, aluminium foil, kertas koran, dan karung plastik. Masing-
masing kemasan disiapkan sebanyak 3 buah.
5. Pengukuran kemasan (panjang x lebar x tebal) dilakukan dengan jangka
sorong dan mikrometer.
6. Masing-masing kemasan yang sudah disiapkan kemudian diisi 100 butir
benih. Kemasan plastik kemudian disegel dengan sealer, kemasan
aluminium foil dan kertas koran disegel dengan selotip, dan kemasan
karung plastik dijahit. Penyimpanan dilakukan selama 2 bulan.

Percobaan 2: Pengaruh Ukuran Benih dan Desikan selama Penyimpanan


7. Masing-masing golongan mendapatkan benih kedelai yang baru dipanen
dan belum disortasi. Kemudian, masing-masing kelompok menyiapkan
200 butir benih kedelai kecil dan 200 butir benih kedelai besar.
8. Masing-masing kelompok menyiapkan toples tempat menyimpan benih,
yaitu tanpa desikan dan dengan desikan. Masing-masing toples disiapkan
sebanyak 2 buah.

18
9. Masing-masing toples yang sudah disiapkan kemudian diisi dengan benih
sebanyak 100 butir benih.
10. Benih dalam toples kemudian disimpan di atas rak laboratorium (suhu 25
± 3 0C) selama 2 bulan.
Pengumpulan dan Analisis Data
11. Benih yang tersisa digunakan untuk pengujian kadar air awal dengan
moisture tester, dan pengujian daya berkecambah awal pada hari ke-5
(hitungan pertama) dan hari ke-8 (hitungan terakhir).
Σ benih yang berkecambah normal
DB = ×100%
Σ benih yang dikecambahkan
12. Pengamatan didasarkan pada kadar air awal (sebelum penyimpanan) dan
akhir (setelah penyimpanan), serta daya kecambah awal (sebelum
penyimpanan) dan akhir (setelah penyimpanan).
13. Data yang terkumpul kemudian dianalisis varian dalam rancangan acak
lengkap 2 faktor dengan 4 ulangan (kelompok praktikum). Bila berbeda
nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.

E. Cara Penyajian Data


Percobaan 1 : Pengaruh Jenis Kemasan dan Pelapis Benih selama
Penyimpanan
*Bila tidak terdapat interaksi secara nyata

Tabel 1. Pengaruh jenis kemasan terhadap kadar air (KA), dan daya
berkecambah hitungan pertama (DB 1) dan terakhir (DB 2)

Jenis Kemasan KA (%) DB 1 (%) DB 2 (%)


Plastik PE
Aluminium foil
Kertas Koran
Karung Plastik
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5
%. Data ditransformasi berdasarkan arcus sinus sebelum dianalisis, namun data yang
tidak ditransformasi yang tetap ditampilkan.

Tabel 2. Pengaruh pelapis benih terhadap kadar air (KA), dan daya
berkecambah hitungan pertama (DB 1) dan terakhir (DB 2)

Pelapis Benih KA (%) DB 1 (%) DB 2 (%)

19
Tanpa Pelapis Benih
Ekstrak Lengkuas
Metalaksil 5 %
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5
%. Data ditransformasi berdasarkan arcus sinus sebelum dianalisis, namun data yang
tidak ditransformasi yang tetap ditampilkan.
*Bila terdapat interaksi secara nyata

Tabel 1. Pengaruh interaksi jenis kemasan dan pelapis benih terhadap kadar
air (KA), dan daya berkecambah hitungan pertama (DB 1) dan
terakhir (DB 2)

Jenis Kemasan Pelapis Benih KA (%) DB 1 (%) DB 2 (%)


Plastik PE Tanpa Pelapisan
Ekstrak Lengkuas
Metalaksil 5 %
Aluminium foil Tanpa Pelapisan
Ekstrak Lengkuas
Metalaksil 5 %
Kertas Koran Tanpa Pelapisan
Ekstrak Lengkuas
Metalaksil 5 %
Karung Plastik Tanpa Pelapisan
Ekstrak Lengkuas
Metalaksil 5 %
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5
%. Data ditransformasi berdasarkan arcus sinus sebelum dianalisis, namun data yang tidak
ditransformasi yang tetap ditampilkan

Percobaan 2: Pengaruh Ukuran Benih dan Desikan selama Penyimpanan


*Bila tidak terdapat interaksi secara nyata

Tabel 1. Pengaruh ukuran benih terhadap kadar air (KA), dan daya
berkecambah hitungan pertama (DB 1) dan terakhir (DB 2)

Ukuran Benih KA (%) DB 1 (%) DB 2 (%)


Kecil
Besar
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5
%. Data ditransformasi berdasarkan arcus sinus sebelum dianalisis, namun data yang
tidak ditransformasi yang tetap ditampilkan.

Tabel 2. Pengaruh desikan terhadap kadar air (KA), dan daya berkecambah
hitungan pertama (DB 1) dan terakhir (DB 2)

Desikan KA (%) DB 1 (%) DB 2 (%)

20
Tanpa Desikan
Dengan Desikan
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5
%. Data ditransformasi berdasarkan arcus sinus sebelum dianalisis, namun data yang
tidak ditransformasi yang tetap ditampilkan.

*Bila terdapat interaksi secara nyata

Tabel 1. Pengaruh interaksi ukuran benih dan desikan terhadap kadar air
(KA), dan daya berkecambah hitungan pertama (DB 1) dan terakhir
(DB 2)

Ukuran Benih Desikan KA (%) DB 1 (%) DB 2 (%)


Kecil Tanpa
Desikan
Dengan
Desikan
Besar Tanpa
Desikan
Dengan
Desikan
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5
%. Data ditransformasi berdasarkan arcus sinus sebelum dianalisis, namun data yang tidak
ditransformasi yang tetap ditampilkan

F. Dasar Pembahasan
Percobaan 1
1. Apa peran jenis kemasan dan pelapis benih dalam penyimpanan benih ?
2. Mengapa perlu untuk mengetahui jenis kemasan dan pelapis benih yang
terbaik untuk penyimpanan benih ?
3. Bagaimana proses perubahan yang terjadi selama penyimpanan benih ?
Percobaan 2
1. Apa peran desikan dalam penyimpanan benih ?
2. Mengapa ukuran benih berpengaruh dalam penyimpanan benih ?
3. Bagaimana hubungan ukuran benih dan desikan selama penyimpanan
benih ?

21
FORMAT LAPORAN SEMENTARA

Laporan sementara adalah suatu karya ilmiah hasil praktikum yang ditulis
secara individu untuk tiap acara praktikum. Laporan ini ditulis dengan
menerapkan metode penulisan ilmiah yang baku. Susunan laporan sementara
adalah sebagai berikut.

1. Halaman sampul depan


Contoh halaman sampul laporan sementara dapat dilihat pada Lampiran 1.
2. Halaman persetujuan
Contoh halaman persetujuan laporan sementara ada pada Lampiran 2.
3. Abstrak
Abstrak memuat uraian singkat tentang tujuan, metode, hasil, dan
kesimpulan penelitian. Panjang abstrak maksimum 250 kata, ditulis dengan
jarak satu spasi. Abstrak harus dilengkapi dengan kata kunci maksimal
lima kata yang ditulis sesuai urutan abjad huruf pertama setiap kata kunci.
4. Abstract
Abstract merupakan uraian singkat dalam bahasa Inggris, tentang tujuan,
metode, hasil, dan kesimpulan penelitian. Panjang abstract maksimum 250
kata, ditulis dengan jarak satu spasi. Abstract harus dilengkapi dengan key
words maksimal lima kata yang ditulis sesuai urutan abjad huruf pertama setiap
kata kunci.
5. Pendahuluan
a. Latar Belakang, mencakup masalah dalam dunia pertanian yang berkaitan
dengan praktikum yang dilaksanakan, dan dasar teori secara singkat.
b. Tujuan. Bagian ini menunjukkan luaran yang hendak dicapai dan
pengetahuan yang ingin diperoleh setelah mengikuti praktikum.
6. Tinjauan Pustaka

22
Tinjauan Pustaka merupakan kumpulan fakta kutipan dan pustaka yang
relevan yang disertai telaah fakta-fakta secara kritis, logis dan sistematis, serta
dihubungkan dengan persoalan yang dihadapi selama praktikum.

7. Metode
Penulisan bagian ini harus menggunakan kalimat pasif. Pada bagian ini
secara lengkap disajikan setiap langkah eksperimen yang dilakukan dalam
praktikum yang meliputi:
a. Tempat dan Waktu
Tempat praktikum diungkapkan secara spesifik. Waktu praktikum
diperhitungkan mulai dari awal pelaksanaan praktikum sampai dengan
pengumpulan data selesai.
b. Bahan dan Alat
Semua bahan yang digunakan harus dikelompokkan sesuai fungsinya
dengan mencantumkan kualitas bahan (analytical atau technical grade).
Semua peralatan yang digunakan untuk menjalankan penelitian harus
diuraikan dengan jelas termasuk merk dan tipe peralatan.
c. Prosedur
Bagian ini memuat uraian rinci tentang langkah-langkah dalam
pelaksanaan praktikum, pengumpulan dan pengkajian data. Variabel yang
akan dipelajari dan data yang akan dikumpulkan, diuraikan dengan jelas,
termasuk sifat, satuan dan kisarannya. Analisis hasil mencakup uraian
tentang model dan cara menganalisis hasil. Prosedur evaluasi data juga
harus disajikan termasuk jika menggunakan teknik statistik.
8. Hasil dan Pembahasan
Bagian ini memuat hasil praktikum dan pembahasan atas berbagai
parameter yang diamati dan ditulis secara padat, jelas, dan logis. Hasil
praktikum dapat disajikan dalam salah satu bentuk: tabel, kurva, gambar,
grafik, foto dan diletakkan sedekat mungkin dengan uraian pembahasan
dalam teks. Penunjukan tabel atau gambar dengan pernyataan “menurut
tabel atau gambar di atas atau di bawah….” tidak dibenarkan. Pernyataan
harus langsung menunjuk nomor tabel atau gambar. Penyajian hasil harus

23
memuat semua informasi yang diperlukan secara lengkap dan jelas, seperti:
satuan, kondisi eksperimen dan lain-lain, sehingga pembaca tidak perlu
harus mencari dari uraian dalam pembahasan.
Pembahasan hasil praktikum diharapkan dapat memberikan
penjelasan ilmiah, yang secara logis dapat menerangkan alasan diperolehnya
hasil-hasil tersebut. Pada bagian ini, praktikan menyusun secara sistematik
dan disertai dengan argumentasi yang elegan tentang informasi ilmiah yang
diperoleh dalam praktikum. Dalam pelaksanaannya, bagian ini dapat
digunakan untuk memperbandingkan hasil yang diperoleh dalam praktikum
terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilaporkan dalam jurnal,
prosiding, artikel ilmiah, skripsi, dan karya ilmiah lainnya. Secara ilmiah,
hasil yang diperoleh dalam praktikum dapat digunakan untuk memperkuat
atau menolak interpretasi peneliti terdahulu terhadap suatu fenomena ilmiah.
9. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan merupakan “jawaban” dari tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Kesimpulan harus singkat dan tepat yang disarikan dari hasil
praktikum dan pembahasan. Kesimpulan dapat ditulis dengan format
penomoran atau dalam bentuk narasi singkat.
10. Daftar Pustaka
Daftar Pustaka hanya memuat semua pustaka yang diacu dalam
teks/gambar/tabel. Pustaka yang diacu berupa pustaka yang diterbitkan
dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir dan diutamakan dari jurnal
ilmiah atau buku teks terbaru. Penulisan daftar pustaka diurutkan
berdasarkan atas sistem nama dan tahun.
11. Lampiran
Lampiran berisi informasi yang bersifat melengkapi serta menunjang
uraian dalam Bagian Utama laporan resmi. Setiap lampiran harus diacu
dalam uraian yang terkait.

24
FORMAT LAPORAN RESMI

Laporan resmi adalah suatu karya ilmiah hasil praktikum yang ditulis secara
berkelompok dan memuat keseluruhan acara praktikum. Laporan ini ditulis
dengan kaidah ABC (accurate, brief, and clear) dan menerapkan metode
penulisan ilmiah yang baku. Laporan resmi terdiri atas tiga bagian, yaitu (1)
bagian awal, (2) bagian utama, dan (3) bagian akhir.

A. Bagian Awal
Bagian Awal mencakup:
1. Halaman sampul depan
Halaman sampul depan mencakup:
a. Judul Praktikum.
b. Lambang Universitas Diponegoro.
c. Tulisan: Laporan Sementara
d. Nama, NIM, Golongan/Kelompok dan Nama asisten.
e. Nama laboratorium, fakultas, dan universitas.
f. Tahun pembuatan laporan sementara.
Contoh halaman sampul laporan resmi dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Halaman pengesahan
Contoh halaman pengesahan laporan resmi ada pada Lampiran 4.
1. Kata Pengantar
Kata pengantar memuat uraian singkat tentang maksud dan tujuan
praktikum, penjelasan tentang waktu dan tempat pelaksanaan praktikum,
serta ucapan terima kasih. Kata pengantar ditulis dalam narasi singkat dan
maksimum ditulis satu halaman.
2. Daftar Isi
Daftar isi memuat pokok-pokok umum setelah kata pengantar yang
terdapat di dalam laporan resmi.

25
3. Daftar Tabel
Bila dalam laporan resmi terdapat lebih dari satu tabel, maka harus
dibuat Daftar Tabel.
4. Daftar Gambar
Daftar Gambar harus dibuat jika terdapat tiga gambar atau lebih.
5. Daftar Lampiran
Daftar Lampiran harus dibuat apabila terdapat lebih dari tiga lampiran.
6. Abstrak
Abstrak memuat uraian singkat tentang tujuan, metode, hasil, dan
kesimpulan penelitian. Panjang abstrak maksimum 250 kata, ditulis dengan
jarak satu spasi. Abstrak harus dilengkapi dengan kata kunci maksimal
lima kata yang ditulis sesuai urutan abjad huruf pertama setiap kata kunci.
7. Abstract
Abstract merupakan uraian singkat dalam bahasa Inggris, tentang
tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan penelitian. Panjang abstract
maksimum 250 kata, ditulis dengan jarak satu spasi. Abstract harus
dilengkapi dengan key words maksimal lima kata yang ditulis sesuai urutan
abjad huruf pertama setiap kata kunci.

B. Bagian Utama
1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi:
a. Latar Belakang, mencakup masalah yang berkaitan dengan praktikum
yang dilaksanakan, dan dasar teori secara singkat.
b. Tujuan. Bagian ini menunjukkan luaran yang hendak dicapai dan
pengetahuan yang ingin diperoleh setelah mengikuti praktikum.
2. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka merupakan kumpulan fakta kutipan dan pustaka
yang relevan yang disertai telaah fakta-fakta secara kritis, logis dan
sistematis, serta dihubungkan dengan persoalan yang dihadapi selama
praktikum.
3. Metode

26
Penulisan bagian ini harus menggunakan kalimat pasif. Pada bagian
ini secara lengkap disajikan setiap langkah eksperimen yang dilakukan
dalam praktikum yang meliputi:
a. Tempat dan Waktu
Tempat praktikum diungkapkan secara spesifik. Waktu
praktikum diperhitungkan mulai dari awal pelaksanaan praktikum
sampai dengan pengumpulan data selesai.
b. Bahan dan Alat
Semua bahan yang digunakan harus dikelompokkan sesuai
fungsinya dengan mencantumkan kualitas bahan (analytical atau
technical grade). Semua peralatan yang digunakan untuk menjalankan
penelitian harus diuraikan dengan jelas termasuk merk dan tipe
peralatan.
c. Prosedur
Bagian ini memuat uraian rinci tentang langkah-langkah dalam
pelaksanaan praktikum, pengumpulan dan pengkajian data. Variabel
yang akan dipelajari dan data yang akan dikumpulkan, diuraikan
dengan jelas, termasuk sifat, satuan dan kisarannya. Analisis hasil
mencakup uraian tentang model dan cara menganalisis hasil. Prosedur
evaluasi data juga harus disajikan termasuk jika menggunakan teknik
statistik.
4. Hasil dan Pembahasan
Bagian ini memuat hasil praktikum dan pembahasan atas berbagai
parameter yang diamati dan ditulis secara padat, jelas, dan logis. Hasil
praktikum dapat disajikan dalam salah satu bentuk: tabel, kurva, gambar,
grafik, foto dan diletakkan sedekat mungkin dengan uraian pembahasan
dalam teks. Penunjukan tabel atau gambar dengan pernyataan “menurut
tabel atau gambar di atas atau di bawah….” tidak dibenarkan. Pernyataan
harus langsung menunjuk nomor tabel atau gambar. Penyajian hasil harus
memuat semua informasi yang diperlukan secara lengkap dan jelas,
seperti: satuan, kondisi eksperimen dan lain-lain, sehingga pembaca tidak
perlu harus mencari dari uraian dalam pembahasan.

27
Pembahasan hasil praktikum diharapkan dapat memberikan
penjelasan ilmiah, yang secara logis dapat menerangkan alasan
diperolehnya hasil-hasil tersebut. Pada bagian ini, praktikan menyusun
secara sistematik dan disertai dengan argumentasi yang elegan tentang
informasi ilmiah yang diperoleh dalam praktikum. Dalam pelaksanaannya,
bagian ini dapat digunakan untuk memperbandingkan hasil yang diperoleh
dalam praktikum terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilaporkan
dalam jurnal, prosiding, artikel ilmiah, skripsi, dan karya ilmiah lainnya.
Secara ilmiah, hasil yang diperoleh dalam praktikum dapat digunakan
untuk memperkuat atau menolak interpretasi peneliti terdahulu terhadap
suatu fenomena ilmiah.
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan merupakan “jawaban” dari tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Kesimpulan harus singkat dan tepat yang disarikan dari hasil
praktikum dan pembahasan. Kesimpulan dapat ditulis dengan format
penomoran atau dalam bentuk narasi singkat.

C. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
Daftar Pustaka hanya memuat semua pustaka yang diacu dalam
teks/gambar/tabel. Pustaka yang diacu berupa pustaka yang diterbitkan
dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir dan diutamakan dari jurnal
ilmiah atau buku teks terbaru. Penulisan daftar pustaka diurutkan
berdasarkan atas sistem nama dan tahun.
2. Lampiran
Lampiran berisi informasi yang bersifat melengkapi serta menunjang
uraian dalam Bagian Utama laporan resmi. Setiap lampiran harus diacu
dalam uraian yang terkait.

28
TATA CARA PENULISAN LAPORAN

A. Bahan dan Ukuran


1. Kertas
Laporan sementara dan resmi dicetak pada kertas HVS 70 g, ukuran
kuarto (A4), warna putih, tidak bolak-balik.
2. Sampul
Sampul untuk laporan sementara dibuat dari kertas HVS warna putih.
Sampul untuk laporan resmi dibuat dari kertas buffalo warna hijau dan tidak
dilaminasi.

B. Pengetikan
1. Macam huruf
a. Huruf: Times New Roman.
b. Ukuran huruf (font size): 12 point.
c. Nama ilmiah ditulis sesuai dengan aturan baku.
d. Bahasa asing (termasuk bahasa daerah) yang ejaannya bertahan
atau tidak disesuaikan dengan bahasa Indonesia ditulis dalam huruf
miring (italic).
2. Batas tepi halaman
Laporan ditulis dengan batas (margin) sebagai berikut:
a. Tepi atas (top margin): 3 cm.
b. Tepi bawah (bottom margin): 3 cm.
c. Tepi kanan (right margin): 2,5 cm.
d. Tepi kiri (left margin): 4 cm.
3. Jarak antar baris
a. Jarak antara dua baris uraian dalam naskah satu setengah (1,5) spasi.
b. Judul Tabel, Keterangan Gambar, Keterangan Tabel, Abstrak, Abstract,
dan Daftar Pustaka diketik dengan jarak satu (1) spasi.

29
c. Jarak antara judul bab atau judul sub-bab dengan baris pertama
paragraf yang mengikutinya, antara sub-bab dengan sub-bab
berikutnya, antara baris terakhir teks dengan judul tabel atau judul
gambar, dan jarak antara tabel dengan baris pertama teks yang
menyusulnya adalah satu setengah (1,5) spasi.
d. Jarak antara judul tabel dengan tabel, tabel dengan keterangan tabel,
judul gambar dengan gambar, gambar dengan keterangan gambar, dan
pustaka satu dengan yang berikutnya pada daftar pustaka adalah satu
(1) spasi.
4. Judul
Judul laporan sementara dan resmi ditulis dengan huruf kapital semua,
kecuali nama ilmiah yang ditulis sesuai dengan aturan baku, diatur
simetris kiri kanan, dengan ukuran huruf 16 point, ditulis tebal (bold), tanpa
diakhiri titik. Jika judul terdiri atas lebih dari satu baris, maka susunan baris
judul disusun seperti piramida terbalik dengan jarak 1 spasi. Judul yang
memuat istilah asing (termasuk bahasa ilmiah) yang belum dibakukan
ditulis dengan cetak miring (italic).
5. Teks Utama
a. Baris pertama suatu paragraf diketik menjorok ke dalam, satu
setengah sentimeter atau delapan (8) spasi dari tepi kiri.
b. Bab ditulis dengan huruf kapital dan diatur simetris kiri kanan, tanpa
diakhiri titik. Bab ditulis dengan huruf tebal pada halaman baru.
Nomor bab ditulis dengan angka romawi dengan ukuran huruf 14 point.
c. Sub-bab ditulis dari tepi kiri, diketik dengan huruf tebal, huruf
pertama pada kata pertama ditulis dengan huruf kapital, ukuran huruf
12 point dan tanpa diakhiri titik. Kalimat pertama sesudah sub-bab
dimulai dengan paragraf baru. Sub-bab yang terdiri atas lebih dari satu
(1) baris ditulis dengan jarak satu (1) spasi.
d. Anak sub-bab diketik mulai dari tepi kiri dengan huruf tebal ukuran
huruf 12 point, tanpa diakhiri titik, huruf pertama pada kata pertama
ditulis dengan huruf kapital. Kalimat pertama sesudah anak sub-bab

30
dimulai dengan paragraf baru. Anak sub-bab yang terdiri atas lebih dari
satu (1) baris ditulis dengan jarak satu (1) spasi.
6. Cara penomoran bab dan sub-bab
Penomoran ditulis seperti contoh pada Lampiran 5.
7. Pengetikan naskah
Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh dan
rata kiri kanan, kecuali jika akan dikuti dengan gambar yang tidak
dapat dimuat dalam halaman yang sama.
8. Penulisan lambang dan bilangan
a. Lambang dan bilangan yang berada di awal kalimat harus ditulis
dengan huruf. Contoh:
i. Lima orang, bukan 5 orang
ii. Natrium klorida, bukan NaCl
b. Bilangan pecahan yang berdiri sendiri ditulis dengan huruf, sedangkan
pecahan yang bergabung dengan bilangan bulat ditulis dengan angka.
Misalnya: ¼ ditulis: seperempat, 5 ¼ ditulis: 5¼ (dengan jarak satu
ketukan antara angka 5 dengan angka 1/4).
c. Angka desimal ditulis sesuai dengan aturan bahasa Indonesia yaitu
dipisahkan dengan tanda baca koma (misal 5,50).
9. Simbol, dimensi,dan satuan
Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata
uang mengikuti sistem internasional, dan ditulis dengan lambang atau
singkatan yang resmi, tidak diikuti dengan titik, misalnya:
i. Cu: Kuprum
ii. Na: Natrium
iii. m: meter
iv. mL: mililiter
v. kg: kilogram
vi. L: liter
vii. g: gram
viii. M: molar
10. Singkatan dan akronim

31
Istilah yang mempunyai singkatan atau akronim harus ditulis secara
lengkap pada penulisan pertama diikuti singkatannya atau akronimnya di
dalam kurung. Akronim ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik, misalnya:
a. Etil Metansulfonat (EMS)
b. Pusat Studi Pengendalian Hayati (PSPH)
c. Balai Penelitian Padi (BALITPA)
11. Nama bahan dan peralatan
Bahan-bahan kimia yang digunakan harus ditulis dengan benar
dan konsisten serta dilengkapi dengan nama pabrik (Difco, Merck dll.).
Nama dagang (registered trade mark) produk buatan pabrik seperti pupuk,
pestisida, dan produk lain harus dihindari. Nama bahan dan alat yang
belum dibakukan dalam bahasa Indonesia ditulis sesuai ejaan aslinya
dengan huruf miring. Misalnya cytosine (Difco), propylene oxide
(Merck), dan L-tyrosine (Sigma). Alat yang digunakan dilengkapi dengan
merek dan model, misalnya termometer digital (Omron MC-320),
timbangan neraca elektronik (Ohaus T12OK), mikroskop elektron
transmisi (Hitachi H-300).

C. Penomoran
1. Halaman
a. Bagian Awal, mulai dari halaman pengesahan sampai abstrak diberi
nomor halaman dengan angka Romawi kecil, mulai dengan (i) yang
diletakkan di bagian tengah bawah.
b. Bagian Utama dan Bagian Akhir Skripsi, mulai dari bab Pendahuluan
sampai halaman terakhir diberi nomor halaman dengan angka Arab
yang diletakkan di bagian tengah bawah.
2. Tabel
Semua tabel yang ada diberi penomoran yang terdiri atas tiga
kelompok angka yang dipisahkan dengan titik. Angka pertama
menunjukkan nomor acara, angka kedua menunjukkan nomor bab, dan

32
angka ketiga menunjukkan nomor urut tabel dalam bab yang
bersangkutan.
3. Gambar
Gambar (grafik, diagram, bagan, bagan alir, peta, foto, dan lainnya)
diberi nomor urut seperti cara yang digunakan dalam penomoran tabel.
D. Sumber Informasi
1. Pustaka
Semua pustaka yang diacu dalam laporan harus ditulis dalam
Daftar Pustaka. Pustaka yang ditulis dalam Daftar Pustaka dapat bersumber
dari:
a. Buku ajar (textbook).
b. Majalah ilmiah, jurnal, prosiding, atau kumpulan tulisan.
c. Internet/web lembaga pemerintah atau organisasi yang kredibel.
d. Disertasi, tesis, dan skripsi.
2. Tata cara pengacuan
Penulisan atau pencantuman pustaka di dalam naskah dan daftar
pustaka penting untuk menunjukkan apresiasi kepada sumber informasi atau
ide yang diacu. Hal ini juga untuk menghindarkan dari plagiarisme serta
memudahkan pembaca menelusuri dimana informasi-informasi yang tertulis
dapat diperoleh. Beberapa contoh penulisan menurut sistem HARVARD
adalah sebagai berikut.
a. Penulis hanya satu orang
Penulis yang diacu dalam uraian hanya disebutkan nama akhirnya
(nama keluarga) saja. Misalkan, Syaiful Anwar memilih Anwar sebagai
nama akhir walaupun bukan nama keluarga.
Contoh:
i. Menurut Anwar (2016).............
ii. Hasil penelitian yang terdahulu menunjukkan bahwa ..... (Anwar,
2016).
b. Penulis terdiri dari 2 orang
Bila penulis terdiri dari 2 orang maka nama kedua orang tersebut
harus dicantumkan.

33
Contoh:
i. Anwar dan Kusmiyati (2015) menyatakan bahwa persilangan dialel
kedelai........
ii. Kemajuan seleksi padi tinggi protein mempunyai efek......
(Herwibawa dan Kusmiyati, 2016).
c. Penulis terdiri lebih dari 2 orang
Bila penulis terdiri dari 2 orang maka cara penulisannya adalah
hanya mencantumkan satu orang pertama diikuti et al., (untuk artikel
dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing).
Contoh:
i. Kusmiyati et al. (2015) melakukan penelitian tentang........
ii. Ginsana, suatu polisakarida yang berasal dari Panax gingseng
ternyata menunjukkan efek imunomodulator...... (Anwar et al., 2016).
d. Artikel atau buku yang diterbitkan oleh suatu institusi dan tidak
mencantumkan editor maka dapat dituliskan institusi tersebut sebagai
penulis.
Contoh:
i. Kementerian Pertanian (2008) telah mengumumkan bahwa........
ii. Pengendalian hama wereng hanya dapat dilakukan apabila...... (FAO,
2013).
e. Apabila terdapat 2 pustaka atau lebih yang ditulis oleh penulis yang sama
pada tahun yang sama maka penulisannya dengan menambahkan huruf a,
b, c, dan seterusnya.
Contoh:
i. Herwibawa (2014a, 2014b) menyatakan bahwa........................
ii. Toksisitas senyawa A terhadap benih kedelai dan jagung....... (Sari,
2011a, 2011b).
f. Apabila terdapat 2 pustaka atau lebih yang ditulis oleh penulis yang sama
pada tahun yang berbeda maka penulisannya adalah sebagai berikut.
Contoh:
i. Smith (2010, 2011) berpendapat bahwa........................
ii. Mutasi dapat menyebabkan albino yaitu.......(Sari, 2010, 2011).

34
g. Apabila terdapat 2 pustaka atau lebih yang diacu dan ditulis oleh penulis
yang berbeda maka penulisannya adalah sebagai berikut.
Contoh:
i. Penelitian-penelitian selanjutnya memperkuat dugaan bahwa............
(Harrison et al., 2011; Goldman et al., 2014)
h. Apabila ada penulis lain yang diacu tetapi tidak diperoleh pada tulisan
orang lain (disitasi) maka penulisannya adalah sebagi berikut.
Contoh:
i. Penemuan oleh Smith (2010, cit. Jones dan Marillyn, 2004, p 33)
menyarankan bahwa........................
ii. Ada persetujuan umum bahwa..............(Smith, 2010, cit. Jones dan
Marillyn, 2004, p 33).
i. Apabila suatu artikel pada jurnal, majalah atau surat kabar tidak
menyebutkan penulisnya, maka penulisannya adalah sebagi berikut.
Contoh:
i. Pada berita terakhir yang dimuat di Kompas (Anonim, 2009).......
j. Komunikasi pribadi dapat diacu sebagai referensi dalam makalah.
Komunikasi pribadi dapat berbentuk surat dan wawancara. Penulisan
dalam naskah sebagai berikut.
Contoh:
i. Menurut Sudjadi (komunikasi pribadi, 10 november, 2011) transfer
gen ke dalam sel prokariot.....
3. Tata cara penulisan pustaka dalam Daftar Pustaka
a. Buku
Nama akhir (keluarga), inisial (singkatan nama tambahan). tahun
penerbitan. judul buku (huruf miring). edisi (kalau ada). penerbit, kota
perbitan. Negara.

Contoh:
Coleman, M.D. 2010. Human Drug Metabolism, An Introduction. 2nd
edition. John Wiley & Sons, London. UK.

35
Dennis, E.A., dan R.A. Bradshaw. 2011. Intercellular Signaling in
Development and Disease. Academic Press, San Diego. USA.
Golan, D.E., Jr. A.H. Tashjian, E.E. Amstrong, dan A.W. Amstrong.
2012. Principles of Pharmacology, the Pathiphysiologic Basis of Drug
Therapy. 3rd edition. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia.
USA.
b. Buku yang mempunyai editor

Contoh:
Huynh-Ba, K. (ed). 2010. Pharmaceutical Stability Testing to Support
Global Markets. Spinger Verlaag, New York. USA.
Bonate, P.T., dan D.R. Howard. (eds). 2011. Pharmacokinetics in Drug
Development. Vol 3. Advances and Applications. Springer Verlaag.
New York. USA.
c. Jurnal
Nama akhir (keluarga). inisial (singkatan nama tambahan). tahun
penerbitan. judul artikel. nama jurnal edisi (singkatan resmi) ditulis
miring (italic), Volume (nomor): halaman.

Contoh:
Pandey, A., A. Kumar, D.S. Pandey, dan P.D. Thongbam. 2014. Rice
quality under water stress. Indian J Adv Plant Res, 1 (2): 23-26.
Sorio, C., dan P. Melotti. 2008. The role of macrophages and their
scavenger receptors in cystic fibrosis. J Leukocyte Bio, 86: 465-468
d. Majalah populer, Koran
Bila diketahui penulisnya, maka penulisannya sama dengan jurnal.

Contoh:
Van-Hofe, E. 2011. A new ally against cancer. Scientific American.
Oktober 2011, pp 50-55.
Bila tidak diketahui penulisnya maka cara penulisan pustaka adalah
sebagai berikut:

36
Nama majalah/koran, judul artikel, nama majalah/koran, waktu
penerbitan, halaman.

Contoh:
Gatra. 2011. Mengurai masalah pupuk langka. Gatra. 27 April 2011,
hal 45.
e. Penulis berada dalam tulisan orang lain (disitasi atau bukan merupakan
sumber primer), maka penulisannya sebagai berikut.

Ma, Q., B. Zhou, dan W.T. Pu. 2008. Reassesment of Isl 1 and Nkx2-5
cardiac fate maps using a gata4-based reporter of cre activity.
Developmental Biology 323: 98-104 cit. Epstein, J.A. 2010. Cardiac
development and implications for heart disease. New England Journal
of Medicine 363: 1638-1647.
f. Apabila yang diacu adalah suatu chapter dalam suatu buku, maka cara
penulisannya mengikuti formula:
Penulis chapter (nama keluarga dan inisial). tahun publikasi. judul dari
chapter (dalam tanda kuotasi tunggal ‘....’) in (dalam) editor dari buku.
judul buku. edisi. penerbit. tempat diterbitkan. Halaman.

Contoh
Cutler, S.J., dan J. H. Block. 2011. ‘Metabolic Changes of Drugs and
Related Organic Compounds’. In Beale, J.M., dan J.H. Block. Wilson
and Giscold’s Textbook of Oganic Medicinal and Pharmaceutical
Chemistry. 12th ed. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelpia. Pp
45-100.
g. Tulisan yang diacu berasal dari suatu atikel yang dipresentasikan di
seminar, simposium dan lainnya
1. Dipublikasikan
Publikasi dalam bentuk posiding, maka penulisannya mengikuti
formula:

37
Penulis atikel. tahun dipublikasikan. judul artikel (dalam tanda
kuotasi tunggal ‘.....’). nama organisasi atau institusi penyelenggara.
nama seminar atau simposium atau judul prosiding (termasuk waktu
dan tempat pelaksanaan) ditulis miring (italic). nama editor.
penerbit. tempat diterbitkan. halaman.

Contoh:
Bourassa, S. 2011. ‘Effects of child care on young children’.
Proceedings of the Third Annual Meeting of the International
Society for Child Psychology. International Society for Child
Psychology. Atlanta. Georgia. Pp 44-46.
2. Tidak dipublikasikan
Bowden, F.J., dan C.K. Fairley. 2016. ‘Endemic STDs in the
nothern territory: estimations of effective rates of partner change’.
Makalah dipesentasikan pada Scientific Meeting of Royal
Australian College of Physicians. Darwin. 24-25 juni.
Yuswanto, A. 2010. ‘Bagaimana penanganan penyakit prion dari
sudut pandang CSSD’. Makalah dipresentasikan pada Kongres
Ilmiah CSSD I di Yogyakarta, 10-14 Oktober.
h. Tulisan yang diacu berasal dari publikasi melalui internet.
Contoh
Daniel, T.T. 2009. ‘Learning from Simpler Times’. Risk Management,
56 (1): 40-44. Diakses 30 Januari 2016. <http://imej.wfu.edu/articles/
2009/1/01/index.asp>.
i. Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Apabila yang diacu berasal dari skripsi, tesis dan disertasi maka
mengikuti formula sebagai berikut.
Penulis skripsi/tesis/disertasi. ‘judul skripsi/tesis/disertasi’. gelar.
institusi yang memberikan gelar. tempat institusi.
Contoh

38
Hadi, S. 2011. ‘Efek Fraksi Karbohidrat Buah Tomat dalam
Menginduksi Makrofag untuk Mensintesis Senyawa Kimia Pembunuh
Sel Hela secara In vitro’. Skripsi. S.P. Fakultas Peternakan dan
Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
Irawati, W. 2016. ‘Kajian Fisiologis dan Molekuler Sifat Resistensi
Bakteri terhadap Tembaga. Disertasi. Dr. Universitas Diponegoro.
Semarang.
j. Apabila yang diacu adalah artikel yang diterbitkan oleh suatu institusi
baik pemerintah atau yang lainnya dan tidak ada editor, maka ditulis
dengan formula:
Nama institusi penerbit. tahun penerbitan. judul atikel. nomor artikel
(bila ada). tempat penerbitan. nama penerbit.
Contoh
Kementerian Kesehatan. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 10101 Menkes/Per/XI/2008, tentang Resgitrasi Obat.
Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
World Health Organization. 2002. WHO Expert Committee on
Specifications for Pharmaceutical Preparations. 36th Report.
Singapore, WHO.
k. Apabila yang diacu adalah buku yang diterjemahkan maka penulisan
pada daftar pustaka adalah:
Nama penulis, inisial. tahun. judul buku. edisi (bila ada). diterjemahkan
dari bahasa (apa) oleh Nama penerjemah dan tempat publikasi.
Contoh
Martin, A., J. Swarbrick, A. Cammara, dan A.H.C. Chun. 1983.
Farmasi Fisik. Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Yoshita. UI
Press. Jakarta.

39
Lampiran 1. Contoh halaman sampul laporan sementara

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PRODUKSI DAN PENYIMPANAN BENIH

SERTIFIKASI BENIH

Disusun Oleh:
Nama :

NIM :

Gol./Kel. :

Nama Asisten :

40
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
Lampiran 2. Contoh halaman persetujuan laporan sementara

Persetujuan Laporan Sementara

PRAKTIKUM PRODUKSI DAN PENYIMPANAN BENIH ACARA 3:


PROSESING BENIH

Oleh :

....nama praktikan....
...........NIM...........

Menyetujui,
Asisten Praktikum

(...........Nama Asisten...........)
Tanggal:

41
Lampiran 3. Contoh halaman sampul laporan resmi

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PRODUKSI DAN PENYIMPANAN BENIH

Disusun Oleh:

1. ......... Nama....................... (..............NIM...........)


2. ......... Nama....................... (..............NIM...........)
3. ......... Nama....................... (..............NIM...........)
4. ......... Nama....................... (..............NIM...........)

Gol./Kel. :
Nama Asisten :

42
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
Lampiran 4. Contoh halaman pengesahan laporan resmi
Pengesahan Laporan Resmi

PRAKTIKUM PRODUKSI DAN PENYIMPANAN BENIH

Oleh :

1. ......... Nama....................... (..............NIM...........)


2. ......... Nama....................... (..............NIM...........)
3. ......... Nama....................... (..............NIM...........)
4. ......... Nama....................... (..............NIM...........)

Mengesahkan,
Asisten Praktikum

(...........Nama Asisten...........)
Tanggal:

43
Lampiran 5. Cara penomoran bab dan sub-bab

BAB I

A. Sub-Bab 1
1. Sub-Bab 2
a. Sub-Bab 3
i. Sub-Bab 4
(A) Sub-Bab 5
(1) Sub-Bab 6
(a) Sub-Bab 7
(i) Sub-Bab 8

44
45

Anda mungkin juga menyukai