Sop Perinatologi New
Sop Perinatologi New
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR TETAP
RSU.’AISYIYAH PONOROGO
Jl. Dr Sutomo 18-24
rumatan
9. Konseling pada keluarga
- Bila resusitasi berhasil : beritahu ibu dan keluarga tentang
keadaan bayi, serta ditundanya untuk dilakukan IMD dan rawat
gabung
- Bila resusitasi gagal : beri dukungan emosional pada keluarga
terutama orangtua bayi
-
Unit terkait R. VK, Perinatologi, IGD, OK
MANAJEMEN BBLR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU.’AISYIYAH PONOROGO
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
RSU.’AISYIYAH
PONOROGO
Jl. Dr Sutomo 18-24
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Prosedur 1. Pasang jalur IV dan berikan cairan IV dengan dosis rumatan
2. Jangan memberi minum bayi selama 12 jam pertama
3. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan darah
rutin (termasuk rasio batang: segemen), gula darah, elektrolit serta kultur
dan sensitivitas.( bila fasilitas tersedia)
4. Bila bayi kejang, opistotonus, atau ubun-ubun besar membonjol :
4.1 Lakukan pungsi limbal segera sesudah pengambilan darah( bila fasilitas
tersedia) untuk mengetahui jumlah sel, pengecatan Gram, kultur dan
sensivititas.
4.2 Mulai manajemen untuk meningitis.
5. Bila kadar haemoglobin kurang 12 g/dl (hematokrit kurang dari 36%), beri
transfusi darah.
6. Bila bayi tidak menderita meningitis, beri antibiotic lini 1, sesuai dengan
pedoman yang ada. Tunggu hasil laboratorium seperti darah lengkap dan
nilai kondisi bayi secara ketat tiap hari untuk melihat perkembangannya.
7. menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah
hipoksia
8. beri nutrisi secara bertahap bila keadaan umum bayi mulai stabil
9. Setelah selesai pengobatan antibiotika, amati bayi selama 24 jam berikutnya:
9.1 Bila bayi tetap baik selama pengamatan 24 jam dan minum dengan baik
serta tidak dijumpai masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah
sakit, maka bayi dapat dipulangkan. Bila dijumpai lagi tanda infeksi,
maka ulangi lagi manajemen infeksi/sepsis
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
ANEMIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Manajemen Spesifik
Kondisi perdarahan pada bayi baru lahir
1. Bila perdarahan tidak berhenti dalam tiga jam, tangani sebagai kasus
Sepsis Neonatorum (Lihat Protap Sepsis Neonatorum)
2. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin.hematokni tiap hari.
3. Bila hemoglobin kurang dari 10 g/dL beri transfusi darah.
Kongulopati
1. Tangani sebagai kasus Sepsis.
2. Bila hemoglobin kurang dari 10 g/dL, beri transfusi darah.
Pucat tidak diketahui penyebabnya atau anemia pada bayi sakit atau bayi kecil
1. Bila hemoglobin <8 g/dL, beri tansfusi darah
2. Bila kondisi stabil, periksa hemoglobin tiap minggu selama bayi masih dirawat
di rumah sakit. Bila kapan saja hemoglobin < 8 g/dL beri transfusi darah
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
Unit Transfusi Darah PMI
POTENSIAL TERINFEKSI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
3. Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 35 minggu, atau berat lahir kurang
dari 2000 gram.
KPD, infeksi intrauterin, atau demam curiga infeksi
a. Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk
kemungkinan besar sepsis.
b. Bila kultur darah negatif dan bayi tidak ada tanda-tanda sepsis
- Bila ada KPD tanpa infeksi intrauterine atau demam, hentikan
antibiotika setelah 3 hari.
- Bila ibu menderita infeksi intrauterin atau demam, hentikan
antibiotika setelah 5 hari.
c. Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda sepsis,
obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
d. Bila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Pengertian Apnea adalah henti napas selama 20 detik atau lebih, atau sebagai satu
episode singkat dengan disertai bradikarida (denyut jantung < 80 kali/menit),
sianosis sentral atau pucat.
Tujuan 1. Memberikan bantuan napas dna rangsang taktil setiap neonatus yang
mengalami apnea.
2. Memberikan pengobatan untuk merangsang pusat napas.
Kebijakan Setiap kasus apne pada neonatus ditanagni oleh petugas yang terampil
berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti
Prosedur 1. Rangsang taktil
2. Jika tidak ada respon, lakukan VTP dengan oksigen 40%
3. Bila gagal gunakan CPAP
4. Jaga saluran napas bagian atas
5. Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab apnu
6. Terapi tergantung penyebab apnu
7. Terapi untuk kelahiran kurang bulan berikan :
- Aminofillin 6 mg/kgBB selanjutnya 2 mg/kg/8 jam
8. Apnu berulang bayi dipuasakan
9. Bila gagal rujuk bayi ke NICU ( bila fasilitas tersedia)
9. Pantau ketat vital sign minimal umur 1 minggu atau 5 hari setelah serangan
apnu berakhir
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
6. Bila bayi menerima cairan IV, naikkan jumlah volume cairan 10% selama
bayi di bawah lampu terapi sinar
7. Bila bayi menerima cairan IV atau diberi minum melalui pipa lambung, tidak
perlu dipindahkan dari lampu terapi sinar.
8. Timbang bayi setiap hari dan awasi penurunan BB akibat kehilangan air
secara evaporasi atau diare, terutama pada bayi prematur.
9. Feses bayi mungkin akan keluar dan berwarna kuning saat bayi menerima
terapi sinar. Kondisi ini tidak memerlukan terapi khusus.
10. Hentikan fototerapi saat orang tua mengunjungi bayinya dan membuka
pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami antara orang tua dan
bayi.
11. Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain:
a) Bayi dipindahkan dari unit terapi sinar hanya untuk prosedur yang tidak
dapat dilakukan selama di bawah lampu terapi sinat.
b) Bila bayi menerima oksigen, matikan lampu saat memeriksa bayi untuk
mengetahui sianosis sentral.
12. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara sekitar bayi setiap 3 jam. Untuk
bayi dalam indikator, thermistor probe harus dilindungi dari sinar.
13. Periksa kadar bilirubin serum tiap 12 jam :
- Hentikan fototerapi ketika kadar bilirubin turun di bawah kadar indikasi
dilakukan fototerapi atau 15 mg/dl.
14. Bila kadar bilirubin serum mendekati nilai untuk dilakukan transfusi tukar,
lakukan transfusi tukar (lihat protap Transfusi Tukar). Bila tersedia fasilitas
untuk transfuse tukar.
15. Bila bayi kecil (berat lahir < 2500 gram dan umur kehamilan < 37 minggu)
atau sepsis, hentikan fototerapi setelah 3 hari.
16. Bila ada Kecurigan Ikterus hemolitik atau ikterus ditemukan pada hari
pertama, hentikan fototerapi setelah 4 hari.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
KEJANG PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
h. Persiapan petugas
- Petugas cuci tangan, lalu memakai APD
- Setiap persalinan hendaknya dihadiri 1 orang yang terlatih resusitasi
dan 1 orang asisten
- Untuk persalinan gemeli dihadiri 2 tim terlatih, 1 tim terdiri dari 2 orang
2. Penatalaksanaan
a. Penilaian awal
- Menanyakan riwayat perinatal yang relevan : umur gestasi, cairan
ketuban, jumlah bayi, faktor resiko lain
- Memeriksa kelengkapan peralatanr
- Mendiskusikan rencan dan membagi peran anggota tim
- Bayi lahir lakukan penilaian awal. Cukup bulan?, bernapas atau
menangis?, tonus baik? Bila jawaban ketiganya “YA” maka lakukan
perawatan rutin yaitu berikan kehangatan, bersihkan jalan napas bila
perlu, keringkan badan bayi, rawat gabung bersama ibunya, sambil terus
di evaluasi. Bila jawaban salah satunya adalah “TIDAK” , lanjutkan
kelangkah awal
b. Langkah awal ( blok A/ airway) untuk membebaskan jalan napas dan
memulai resusitasi
- Hangatkan bayi dengan menyelimutinya dengan handuk dan
menempatkannya dibawah pemancar panas dimeja resusitasi
- Posisikan kepala bayi untuk membuka jalan napas. Bebaskan jalan
napas bila diperlukan bila ada mekonium denga penghisapan trachea
- Keringkan badan bayi dengan handuk atau selimut yang telah
dihangatkan
- Singkirkan kain basah
- Rangsang bayi dengan menggosok punggung bayi atau menepuk
punggung bayi
- Lakukan selama 30 detik
- Evaluasi pernapasan dan frekuensi jantung
• Bila bayi tidak bernapas ( apnu atau megap – megap ) atau frekuensi
jantung dibawah 100 dpm beranjak ke blok B (sisi kiri pada diagram)
• Bila bayi bernapas tetapi mengalami kesulitan atau tampak sianotik
terus – menerus beranjak ke blok B ( sisi kanan )
c. Blok B ( Breathing )
- Panggil bantuan orang kedua yang bertugas memasang oksimeter
nadi, mengawasi frekuensi jantung dan suara napas dengan
stetoskop
- Pilih sungkup sesuai ukuran
- Pastikan jalan napas bersih, hisap mulut dan hidung untuk
memastikan tidak ada sumbatan
- Posisikan kepala bayi sedikit tengadah atau posisi menghidu
- Posisikan diri penolong ditepi tempat tidur
- Lakukan VTP dengan balon mengembang sendiri dan sungkup,
- Mulai memompa dengan tekanan inspirasi dimulai dari 20 cmH2O,
dengan frekuensi 40 sampai 60 napas permenit. Dengan irama :
Napas .................. dua................tiga
( remas ) ( lepas.................). Ucapkan yang keras
- Menilai kenaikkan frekuensi jantung dan saturasi oksigen setelah 5-10
kali tarikan napas pertama
- Menilai gerakan dada dan suara napas bilateral
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
- Bila FJ dibawah 100 dpm lakukan langkah koreksi SR IBTA yaitu
Sungkup melekat rapat Reposisi jalan napas Isap mulut dan hidung Buka
mulut Tekanan dinaikkan Alternatif jalan napas
- Meminta menilai suara napas bilateral dan gerakan dada
- Melakukan VTP efektif selama 30 detik
- Evaluasi frekuensi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Pertimbangkan untuk memasan pipa orogastrik jika ventilasi dilanjutkan.
- Bila frekuensi jantung tetap dibawah 60 dpm, beranjak ke Blok C
d. Blok C ( Circulation )
Kompresi dada
- Bila FJ < 60 dpm lakukan kompresi dada berkoordinasi dengan VTP
- Memanggil bantuan
- Lakukan dengan menggunakan tehnik 2 ibu jari ( lebih dipilih ) atau
dua jari dengan menekan sepertiga bawah sternum
- Kedalaman ±1/3 diameter antero posterior dada
- Frekuensi 30 ventilasi ditambah 90 kompresi dada ( 1:3 )
- Hitungan satu...dua...tiga...pompa...............dst
Intubasi Endotracheal
- Dilakukan oleh petugas yang berkompeten yaitu
spesialis anak terlatih, dokter anestesi atau perawat
anestesi, ataupun dokter umum yang terlatih.
- Indikasi : bila ada mekonium lakukan inubasi lebih awal,
bila VTP tidak menghasilkan perbaikkan klinis, bila ada
- indikasi khusus seperti bayi sangat prematur, pemberian
surfaktan, dicurigai hernia diafragmatika
- Letakkan bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi
- Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan. Oksigen
aliran bebas harus diberikan selama prosedur.
- Masukkan daun laringoskop di atas sebelah kanan
lidah, tekan lidah ke sisi kiri mulut, teurs masukkan lagi
daun laringoskop sampaiujungnya di valekula, tepat di
bawah lidah.
- Angkat daun sedikit, mengangkat lidah sehingga tidak menghalangi
pandangan untuk memvisualisasikan daerah faring. Pada waktu
mengangkat daun, naikkan seluruh daun dengan menekan ke atas
searah dengan pegangan laringoskop.
- Visualisasikan glottis dengan memberikan tekanan ke bawah pada
krikoid
- Masukkan pipa endoktrakheal dengan ukuran yang sesuai
menggunakan tangan kanan lewat sisi kanan mulut.
- Fiksasi pipa ET dengan tangan kanan, dan keluarkan laringoskop
dengan tangan kiri.
- Lakukan prosedur tersebut dalam 20 detik saja, bila dalam 20 detik
pipa endoktrakheal belum berhasil dimasukkan, lakukan vetilasi
dengan balon dan sungkup sampai keadaan bayi stabil dan
lanjutkan memasang pipa ET kembali
Evaluasi
- Setelah minimal 45-60 detik kompresi dada, evaluasi frekuensi
jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Bila frekuensi jantung <60 dpm, apnu pertimbangkan untuk
melangkah ke blok D
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
e. Blok D ( Drug )
Indikasi :
- Denyut jantung tetap < 60 kali/menit setelah dilakukan VTP selama
30 detik dilanjutkan kompresi dada bersama VTP selama 30 detik.
Cara pemberian
1. Dapat diberikan melalui pipa ET dan vena umbilikalis
2. Melalui pipa ET, suntikkan epinefrin langsung melalui pipa ET,
kemudian didorong ke paru-paru dengan melakukan VTP.untuk
dosis 0,5 – 1 mL/kg
3. Melalui v. umbilikalis:
o Pasang tali umbilical secara longgar di sekitar dasar tali pusat.
o Isi kateter 3,5F/5F dengan salin normal
o Potong tali pusat secara steril dengan skalpel di bawah klem 1- 2
cm di atas garis kulit
o Masukkan kateter ke v. umbilikalis dengan arah ke atas menuju
ke jantung, sedalam 2-4 cm sampai darah mengalir.
o Suntikkan epinefrin sesuai dosis (0,1 – 0,3 ml/kg BB larutan
1:10.000, kemudian diikuti injeksi salin normal 0,5-1 ml
o Bila dalam 30 detik denyut jantung tidak meningkat > 60
kali/menit, ulangi pemberian setiap 3 sampai 5 menit
o Bila bayi tampak lemah dan ada bukti ada perdarahan, pikirkan
kemungkinan hipovolemia dan asidosis metabolik
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR TETAP
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Sepsis adalah sindroma klinin dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu
Pengertian
bulan pertama kehidupan.
- Pengelolaan terapi sepsis yang tepat
Tujuan - Mengurangi morbiditas dan mortalitas
- Mencegah resistensi
- Untuk menyeragamkan pemberian terapi pada bayi
Kebijakan
- Seluruh dokter spesialis anak
Prosedur Antibiotik harus diberikan pada kondisi sebagai berikut:
1. Jika terdapat 1 dari faktor risiko mayor (ketuban pecah ≥24 jam, ibu
demam saat intrapartum, korioamnionitis, ketuban berbau)
2. Jika terdapat adanya gejala respiratory distress pada neonatus berupa
sesak, napas cuping hidung dan retraksi dada.
3. Jika terdapat kecurigaan sepsis secara klinis berupa:
a. Grunting/merintih
b. Fontanel menonjol
c. Kejang
d. Terdapat pus dari lubang-lubang tubuh
e. Kemerahan pada umbilikal yang melebar ke kulit
f. Suhu > 37,7oC atau < 35,5oC
g. Letargi/kesadaran menurun
h. Aktivitas menurun
i. Tidak bisa minum
j. Tidak bisa menetek
k. Tidak bisa menghisap
4. Jika terdapat kadar CRP ≥10( bila fasilitas tersedia ) dan atau lekosit
≥30.000/L atau leukositopenia.
5. Jika terdapat hasil kultur yang positif ( bila fasilitas tersedia ).
Antibiotik dihentikan apabila:
1. Bayi dengan 1 faktor risiko mayor dan klinis baik, antibiotik dapat
dihentikan apabila pemeriksaan CRP ulang pada usia 48-72 jam
didapatkan hasil ≤ 10 dan atau hasil kultur steril. Nilai leukosit mendekati
normal.
2. Bayi dengan sepsis (klinis dan atau kultur positif) yang telah mendapatkan
antibiotik selama minimal 7 hari untuk infeksi bakteri Gram positif dan
minimal 14 hari untuk infeksi bakteri Gram negatif; jika klinis baik dan hasil
CRP terakhir ≤ 10.
Jenis antibiotik :
Antibiotic yang digunakan
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Table 2. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1750 – 2500g
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
5 4 3 2 1 0 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 6 14 22 30 35 38
ml/kali )
Cara pemberian minum dengan ASI peras melalui pipa lambung.
Apabila bayi sudah stabil dan reflek hisap sudah kuat maka bayi bisa
langsung menyusu.
Table 6. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1250 – 1499g.
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
3 3 3 2 2 0 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 6 9 16 20 28 30
ml/kali )
Cara pemberian minum : ASI peras dengan pipa lambung sampai
kondisi stabil minum membaik dilanjut dengan cangkir atau sendok,
atau menyusu langsung.
Table 7. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat <1250g
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
4 4 3 3 2 2 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 0 3 5 8 11 15
ml/kali )
Cara pemberian minum : tidak tergantung kondisi beri ASI peras
dengan pipa lambung mulai hari ketiga
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
- Bersama – sama membaca hamdalah
- Beri nama, tanggal dan jam pada botol ASI untuk mengetahui masa
basinya
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
5. Prosedur penyiapan
- ASI yang dikeluarkan dari freezer atau lemari pendingin, bila tidak beku
tuang dalam wadah secukupnya
- Lalu bersama wadah tersebut rendam dalam Waskom air hangat
- Berikan pada bayi sesuai kebutuhan dan kondisi bayi, serta
menggunakan alternative cara pemberian minum
- Bila sisa ASI harus dibuang
- Bersihkan peralatan
- Melepas APD
- Cuci tangan
- Membaca hamdalah
- Tulis pada lembar status rekam medis bayi
Unit terkait R. PERINATOLOGI
PEMBERIAN SUSU FORMULA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah
Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
RSU’Aisyiyah
Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Bayi tidak dapat BAB dalam 24 jam.
- Selesai memberikan minum tulis pada status bayi jumlah susu yang
masuk atau yang sudah dihabiskan oleh bayi.
- Untuk pemberian disesuaikan dengan lembar pemberian minum pada
bayi
Unit terkait R. PERINATOLOGI
TERAPI OKSIGEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Yang tetap
Cukup bulan? bersama ibu
I Tidak
Fj dibawah 100 dpm, Sulit bernapas atau
30 detik megap-megap, atau apnu sianosis menetap?
I
I Ya Ya
I
VTP, monitor Spo Bersihkan jalan napas monitor Spo2
I
Tidak
Fj di bawah 100dpm?
Ya
Tidak
Fj di bawah 60dpm?
Ya Target Spo2
Pertimbangkan intubasi kompresi 1 menit 60%-65%
dada kordinasikan dengan VTP
2menit 65%-70%
3 menit 70%-75%
Epinefrin IV
Pertimbangkan
Hipovolemia
pneumotoraks
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
d. Amati ada tidaknya air dalam selang sirkuit
e. Amati apakah ujung selang pada botol outlet berada pada ketinggian 5
cm dan batas atas air pada 0 cm
f. Amati apakah botol outlet mengeluarkan gelembung-gelembung
g. Amati apakah bayi kembung
h. Lakukan penghisapan lendir pada hidung bayi setiap 2 – 4 jam sekali
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Pengertian Hipertermia adalah suhu tubuh lebih dari
37,50C
Tujuan a. Mencegah dan mengatasi hipertermia pada neonatus
b. Menstabilkan termoregulasi pada bayi
Kebijakan Hipertermia pada neonatus ditangani dengan cara ilmu kedokteran mutakhir dan
berbasis bukti
Prosedur Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan:
1. Bila bayi tidak pernah diletakkan di dalam alat penghangat:
Letakkan bayi di dalam suhu lingkungan yang normal (25-280C)
Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
Periksa suhu aksiler setiap jam sampai dicapai suhu dalam batas normal
Bila suhu sangat tinggi (> 390C), bayi di kompres atau dimandikan
selama 10 sampai 15 menit dalam air yang suhunya 40C lebih rendah
dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang
suhunya lebih rendah dari 40C dibawah suhu bayi.
2. Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator;
Kurangi pengatur suhu alat penghangat. Bila bayi di dalam inkubator,
buka inkubator sampai suhu dalam batas normal;
3. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian beri
pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai suhu dalam batas normal
5. Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu
Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan:
1. Terapi untuk Kemungkinan besar Sepsis;
2. Letakkan bayi di lingkungan suhu normal (25 – 280C);
3. Lepas pakaian bayi sebagian atau selutuhnya bila perlu;
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam batas normal.
5. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 390C), bayi di kompres atau dimandikan
selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 40C lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih
rendah dari 4oC dibawah suhu bayi.
Manajemen lanjutan suhu lebih dari 37,5oC
1. Yakinkan Bayi mendapat cukup cairan atau minuman:
Anjur ibu untuk menyusi bayinya. Bila bayi tidak dapat disusui, beri ASI
peras dan gunakan cara alternatif pemberian minum.
Bila terdapat tanda dehidrasi (mata atau ubun ubun besar cekung,
elastisitas kulit berkurang, lidah dan membrane mukosa kering), tangani
untuk dehidrasi
1. Periksa kadar glokuso darah, bila < 45 mg/dl (2.6 mmol/l), tangani untuk
hipoglikemia
PENANGANAN HIPERTERMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
3. Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi lagi bila suhu telah mencapai batas
normal.
4. Setelah suhu bayi normal:
Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam.
5. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi
dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan
melindungi dari pemanasan yang berlebihan.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
3. Periksa kadar glukosa darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian
minum berikutnya :
a. Jika kadar glukosa darah kurang 25 mg/dl, atau terdapat tanda
hipoglikemia, tangani seperti tersebut di atas
b. Jika kadar glukosa darah masih antara 25 – 45 mg/dl, naikkan frekuensi
pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
c. Jika kadar glukosa darah 45 mg/dl atau lebih, lihat tentang frekuensi
pemeriksaan kadar glukosa darah di bawah ini
Frekuensi pemeriksaan glukosa darah setelah glukosa darah kembali
normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV, dengan alasan apapun, lanjutkan
pemeriksaan kadar glukosa darah setiap 12 jam selama bayi masih
memerlukan infus. Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani
seperti tersebut di atas.
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV, periksa kadar glukosa
darah setiap 12 jam selama dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukosa darah tetap normal selama waktu tersebut, maka
pengukuran dihentikan
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
PEMANCAR PANAS (RADIANT WARMER)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
- Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah < 45
mg/dl, tangani untuk hipoglikemia.
- Nilai bayi untuk tanda kegawatan (misalnya gangguan
napas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga
kesiapan untuk minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh
kembali ke batas normal.
- Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai standar
pelayanan untuk penanganan Sepsis.
- Anjurkan menyusu secara setelah bayi siap.
- Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatip cara pemberian minum.
- Bila refleksi menelan bayi tidak baik, pasang pipa lambung
dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35oC.
o Periksa suhu bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5oC/jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil kemudian lanjutkan dengan
memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
o Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu
ruang setiap jam.
o Setelah suhu tubuh bayi normal:
- Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
- Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya tiap 3
jam.
o Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila
suhu bayi tetap dalam bayas normal dan bayi minum dengan baik
dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah
Sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara
menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
3. Penanganan hipotermia sedang (suhu tubuh 32-35oC)
o Ganti pakaian yang dingin dan basah, dengan pakaian yang hangat,
memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
o Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan
melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat).
o Bila ada ada :
- Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar
panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat bila perlu.
- Periksa suhu alat penghangat dan ruangan hangat, beri ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatip cara
pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.