Anda di halaman 1dari 20

Tumor Jinak Rongga Mulut

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang pasien laki-laki umur 30 tahun datang ke klinik Bedah Mulut RSGM FKG dengan keluhan
bengkak pada sudut rahang kanan yang awalnya kecil kemudian lama kelamaan membesar tetapi
tidak sakit. Pembengkakan di rongga mulut menyebabkan gigi geligi belakang kanan menjadi tidak
teratur. Dokter menyarankan dilakukan foto ekstra oral proyeksi panoramic dan lateral foto (seperti
gambar dibawah). Diagnosa sementaranya dokter mengatakan penderita menderita neoplasia
odontogen. Dokter merencanakan untuk melakukan rujukan untuk pemeriksaan Histopatologi
Anatomi (HPA).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja macam-macam tumor jinak rongga mulut beserta etiologi, patogenesis, pemeriksaan
klinis, Radiologis, dan HPA?
2. Apa perbedaan sel tumor normal dan yang mengalami karsinoma?
3. Apa perbedaan antara kista dan tumor?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam tumor jinak rongga mulut beserta etiologi, patogenesis, pemeriksaan
klinis, Radiologis, dan HPA.
2. Mengetahui perbedaan sel tumor normal dan yang mengalami karsinoma.
3. Mengetahui perbedaan antara kista dan tumor.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kanker rongga mulut memiliki potensi yang cukup mematikan. Di Indonesia angka kejadian relatif
rongga mulut sebesar 3,75% dan 90% terjadi jenis squamous cell carcinoma (SCC). Dari penelitian
yang dilakukan oleh Hastin ditemukan sebesar 227 kasus tumor ganas rongga mulut, 209 kasus
tumor ganas mulut epitel.
Tumor di rongga mulut merupakan pertumbuhan dari berbagai jaringan di dalam dan sekitar mulut
termasuk tulang, otot dan syaraf. Pertumbuhan ini dapat bersifat jinak (benigna) dan dapat bersifat
ganas (maligna). Meskipun jarang terjadi kanker yang ditemukan dalam mulut bisa berasal dari
bagian tubuh lainnya terutama paru-paru, payudara, dan prostate.
Tumor merupakan pertumbuhan sel yang tidak semestinya, penyebab tumor sampai saat ini belum
diketahui. Kombinasi kelainan genetik, Oral hygiene yang buruk serta nikotin merupakan hal yang
mendukung terjadinya tumor ganas rongga mulut. Seperti halnya dibagian tubuh lainnya tumor
rongga mulut dapat di golongkan menjadi tumor ganas dan tumor jinak. Tumor pada rongga mulut
dapat terjadi pada lapisan epidermis mukosa mulut, otot, tulang rahang, kelenjar ludah, kelenjar
getah bening. Tumor dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah
istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat,
sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel kanker mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan
jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah
dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat
menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat
digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena.
Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh
dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru
di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat
tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Tanda-tanda tumor ganas :Pertumbuhannya cepat, menyebar dan menekan sehingga menibulkan
rasa sakit, pada rongga mulut dapat berupa ulkus yang tidak sembuh2. Biasanya diikuti gejala
sistemik berupa penurunan berat badan yang cepat, keringat malam, panas badan dan kelemahan.
Tanda-tanda tumor jinak : tumbuh lambat, tidak sakit, tidak menimbulkan gangguan fungsi pada
jaringan sekitarnya, pertumbuhannya terbatas biasanya berkapsel, tidak bermetastase pada organ
lain.
Menurut drg Denny Sidiq Hudayah SpBM, tumor pada rongga mulut terjadi karena pertumbuhan
yang liar dalam mulut yang tidak dapat dikendalikan, sehingga tumor rongga mulut dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu tumor ganas yang disebut maligna dan tumor jinak yang
disebut belignan.
Asal dari Pertumbuhan tumor jinak maupun ganas biasanya berasal dari berbagai jaringan di dalam
dan sekitar mulut, termasuk tulang, otot dan saraf. Tumor ganas tumbuhnya relatif lebih cepat dari
pada tumor jinak karena lebih aktif dan agresif. Tumor yang berada di permukaan tubuh akan
membesar dengan cepat dan seringkali disertai dengan luka atau pembusukan yang tidak kunjung
sembuh. Luka yang diakibatkan oleh suplai nutrisi ke sel-sel tumor yang tidak mampu mengimbangi
lagi sel-sel tumor yang jumlahnya sangat cepat dan berlipat ganda. Akibatnya, sel-sel yang berada di
ujung tidak mendapat nutrisi dan mati. Jadi, hati-hati jika ada luka yang kotor dan tidak kunjung
sembuh dengan pengobatan, bahkan daerah luka bertambah luas
Masyarakat modern terancam tumor rongga mulut akibat pergeseran pola hidup yang salah dengan
mengkonsumsi alkohol, kebiasaan merokok, nutrisi yang tidak baik sehingga kesehatan gigi dan
rongga mulut terganggu. Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri namun dapat juga terjadi
pembengkakan dan pergerakan yang terbatas.
Adapun faktor penyebab yang pasti tidak diketahui namun ada faktor karsinogen yang dapat
memicu untuk meningkatnya resiko tinggi terjadinya karsinoma.
1. Tembakau
Di Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila di bandingkan dengan negara
lainnya di seluruh dunia. Namun di Negara Eropa dan Amerika jumlah penderita tumor rongga mulut
dan farink sekitar tujuh puluh lima persen disebabkan oleh merokok dan minum minuman keras.
Keadaan yang demikian diduga ada hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang
dilakukan sebagian masyarakat di kawasan Asia.
Peranan tembakau merupakan faktor etiologi pada perkembangan tumor ganas di rongga mulut. Hal
ini terutama berhubungan dengan kebiasaan mengunyah biji pinang dengan tembakau, kebiasaan ini
dahulu dilakukan oleh orang tua dan biasanya ditemukan di daerah rural, seperti pengaruh rokok,
cerutu dan merokok dengan pipa sebagai kebiasaan yang sering ditemukan pada masyarakat. Hal ini
dapat menimbulkan tumor seperti papiloma, fibroma, atropik mukosa dan tumor ganas lainnya.
Munculnya tumor disebabkan adanya kandungan radikal bebas yang terbentuk dari campuran bahan
tembakau, pinang, dan kapur. Kebiasaan memakan sirih dengan pinang juga membuat kondisi gigi
dan rongga mulut kotor, sehingga menjadi berkembangbiaknya jamur atau candida albicans.
Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami perubahan, karena
lokasinya yang sering berhubungan dengan pengunyahan, sehingga sering pula mengalami iritasi
mekanis. Di samping itu, banyak perubahan yang sering terjadi akibat adanya kelainan sistemik.
Kelainan yang terjadi pada umumnya memberikan gambaran yang mirip antara yang satu dengan
yang lainnya, sehingga dapat menimbulkan kesukaran dalam menentukan diagnosis yang tepat.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ditentukan diagnosa banding, karena di antara kelainan
yang terjadi ada yang berpotensial menjadi maligna dan ada juga hanya bersifat belignan.
Pemahaman mengenai pentingnya pendekatan patologik akan meningkatkan kemampuan para
dokter gigi pada era globalisasi. Ada beberapa macam lesi pra-ganas rongga mulut, antara lain
erithroplakia, carsinoma in situ, dan lain-lain. Tetapi, lesi yang paling sering ditemukan pada rongga
mulut adalah leukoplakia.
Etiologi yang pasti dari leukoplakia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti, tetapi
predisposisi menurut beberapa ahli klinikus terdiri dari faktor yang multiple, yaitu faktor lokal faktor
sistemik dan malnutrisi vitamin.
2. Alkohol
Penyebab tumor rongga mulut juga berhubungan dengan kebiasaan minum minuman keras yang
kuat. Peminum yang dikatakan peminum alkohol yang kuat adalah peminum yang meminum lebih
dari 1.5 liter alkohol perhari, mempunyai resiko terserang tumor ganas di rongga mulut sepuluh kali
lebih besar dari pada pemakai alkohol minimal. Dapat ditimbulkan peningkatan konsumsi alkohol
berhubungan dengan meningkatnya resiko terserang tumor ganas di rongga mulut.
3. Sirosis Hati
Hubungan antara sirosis hati dan kanker di rongga mulut juga di kemukakan oleh Vincent dkk (1964),
bahwa kerusakkan hati karena alkohol juga membantu merangsang atau mempercepat terjadinya
perubahan keganasan pada mukosa mulut.
4. Diet
Selain tembakau dan alkohol masalah diet dan nutrisi merupakan factor predisposisi terjadinya
karsinoma. Defisiensi vitamin A dapat mempengaruhi insiden tumor ganas sebagai faktor etiologi
terjadinya tumor ganas di rongga mulut, namun hal ini hanya sebagian kecil setelah dilakukan
penelitian secara sistematik. Pada dua peneliti di Amerika tidak ditemukan perbedaan antara
penderita tumor ganas dan kelompok kontrol nutrisi.
5. Masalah Kesehatan Gigi
Kebersihan mulut yang buruk, restorasi yang tidak tepat, tepi gigi-gigi yang tajam dan gigi tiruan
yang longgar sering kali merupakan faktor etiologi dari tumor ganas rongga mulut. Karena frekuensi
terjadinya faktor iritasi ini sangat tinggi, sungguh sulit untuk membuktikan hubungan sebab-akibat
antara faktor iritasi dan terjadinya kanker mulut.
Iritasi yang berulang karena tepi yang tajam dari gigi yang patah, tambalan atau gigi palsu dapat
merupakan resiko tambahan untuk terjadinya tumor ganas di rongga mulut.
Tumor jinak yang tumbuh di rongga mulut mempunyai karasteristik tumbuh secara lambat, setelah
mencapai ukuran tertentu menetap dan tidak berkembang lagi. Tumor ini tumbuh mendesak sel-sel
normal tetapi tidak menginvasi dan tidak bermetastasis, namun lama kelamaan akan bertambah
besar sehingga mengganggu fungsi bicara, pengunyahan dan pernafasan.
Tumor jinak diklasifikasikan berdasarkan:
1. Berasal dari jaringan epitel
Tumor yang berasal dari epitel adalah: Papilloma, Adenoma, Adenoma plemorfik
2. Berasal dari jaringan ikat
Tumor yang berasal dari jaringan ikat adalah: Fibroma, Periperial giant cell tumor, Central giant cell
tumor, Lipoma, Hemangioma, Lymphangioma, Chondroma, Osteoma
3. Berasal dari jaringan otot
Tumor yang berasal dari jaringan otot adalah: Leiomyoma, Granular cell myoblastoma
4. Berasal dari jaringan syaraf
Tumor yang berasal dari jaringan syaraf adalah: Traumatic neuroma, Neurofibroma, Pigmented
ameloblastoma
5. Berasal dari kelenjar ludah
Tumor yang berasal dari kelenjar ludah adalah: Pleomorphic adenoma, Papillary cystadenoma
lymphomatosum, Lympomatoid adenoma.
6. Tumor jinak ectodermal yang asalnya odontogenic
Termasuk didalamnya Enameloma, Ameloblastoma/Adamantinoma.
Tumor ganas rongga mulut berbeda dengan yang jinak, karena tumor ganas bersifat menginvasi
jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endotel dan dapat bermetastase kebagian tubuh lain.
Tumor ganas rongga mulut tumbuh sangat cepat, sehingga deteksi dini serta tindakan pencegahan
sangat penting untuk mengatasi tumor ganas ini.
Tumor ganas rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitel dan jaringan ikat. Tumor ganas yang
berasal dari jaringan epitel adalah: Carsinoma sel squamosa dan Carsinoma sel basal, sedangkan
yang berasal dari jaringan ikat adalah Fibrosarkoma.
DEFINISI
Benign Non Odontogenic Tumor merupakan tumor jinak yang berasal dari jaringan sekitar rongga
mulut dan bukan berasal dari epitel atau jaringan mesenchim yang membentuk gigi. Tumor ini
berasal dari jaringan non gigi, jadi sama dengan tumor pada umumnya.
Tumor jinak yang sifatnya non odontogenik yang sering menyerang rongga mulut adalah :
1. Ossifying fibroma
2. Fibrousdysplasia
3. Osteoblastoma
4. Osteoid osteoma
5. Chondroma
6. Osteoma
7. Central giant cell granulloma
8. Giant cell tumor
9. Idiopatic histiocytosis
10. Hameangioma of bone
11. Tori and exostoses
12. Coronoid hyperplasia

BAB III
PEMBAHASAN
1. Macam-macam tumor jinak rongga mulut
a. Tumor Odontogen
• Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan ektomesenkim odontogen
A. Ameloblastoma
Tempat predileksi
Biasanya terdapat pada daerah molar atau ramus mandibula, tapi bisa muncul di bagian manapun
dari mandibula atau maksila. Pada maksila, daerah molar lebih serig terkena daripada daerah
premolar atau gigi anterior.
Penampakan klinis

Gambar Klinis ameloblastoma pada rahang bawah kanan (pandangan lingual). Tumor meluas
posteroanterior dari region premolar satu bawah kanan hingga ramus mandibula melibatkan
processus condylaris dan coronoideus serta lesi yang perforasi ke sisi lingual (tanda panah).
Mandibula diiris menjadi beberapa potongan untuk pemeriksaan histologis, terlihat tumor
membentuk rongga (cystic spase) dengan gigi molar tiga yang terdesak hingga basis mandibula
(insert).
Asimptomatik, kadang ditemukan pada anak-anak maupun dewasa, tapi predominan pada decade
keempat dan kelima dari kehidupan (rata-rata 35-45 tahun).Gigi sekitarnya kadang goyah, karena
terdapat resorbsi akar dan ada maloklusi.Pembengkakan destruktif, terjadi deformitas wajah,lesi
perifer umumnya. Tidak menimbulkan rasa sakit sehingga dijumpai pada tingkatan yang sudah parah
sehingga kerusakan tulang telah menyeluruh. Perluasan tidak cuma ke arah bukal saja tapi juga ke
arah lingual.
Gambaran radiografi : Multilokular / unilokular radiolusen, dengan tepi tegas dan sklerotik.

Large multi-locular ameloblastoma of the mandible with two


impacted teeth. The entire body and ramus of the mandible are involved
Histopatologi : Stroma fibrous dengan pulau-pulau atau massa dari epitelium yang berproliferasi,
yang selalu menyerupai epitelium odontogenik dari organ email pada derajat tertentu. Dapat
dijumpai varian histologis yang follicular, pleksiform, akantomatosa.

Ameloblastoma tipe folikuler (A), pada gambar (B) tanda panah hijau menunjukkan suatu
intercellular space, tanda panah hitam menunjukkan deposisi bahan kalsifikasi dan tanda panah
kuning menunjukkan epitel lining dari tumor nest.
Tanda dan Gejala
Asimptomatik, tumbuh lambat, dapat bertumbuh sampai cukup besar tanpa disertai anak sebar.
Invasive keganasan local, dengan sedikit metastase.
B. Tumor odotogen epithel berkalsifikasi (Phinborg Tumor)
Tempat Predileksi
Pada regio molar-ramus mandibula.Mandibula dua kali lebih sering daripada maksila.
Penampakan Klinis
Terlihat seperti ameloblastoma, terjadi deformitas wajah (asimetri) tapi tidak ada
maloklusi.Pembengkakan, terdapat lesi perifer, biasanya pada gingiva anterior.
Radiograf : lesinya unilocular atau multilocular. Radiolusensi dengan pulau-pulau yang radiopak,
biasanya disebut sebagai honeycoumb. Secara keseluruhan lesi radiolusen, bila ditemukan daerah
radiopak karena adanya kalsifikasi yang meningkat. Biasanya pada gigi yang impaksi.
Histopatologi : Epitel polygonal, nuclei berbagai ukuran, sitoplasma eosinofil dan ditemukan ameloid
sebagai produk sel.

Calcifying epithelial odontogenik tumor, yang menunjukkan suatu bahan perkapuran (liesegang ring)
ditandai dengan tanda panah.

Calcifying epithelial odontogenik tumor, yang menunjukkan suatu bahan hyaline (tanda panah) di
antara sel-sel epitel tumor yang berbentuk kuboid atau polyhedral.
Tanda dan Gejala
Invasif setempat,berkembang lambat, tidak metastase
C. Tumor odontogen skuamous
Tempat Predileksi
Berkembang pada prosesus alveolaris, sering pada regio anterior maksila dan regio posterior dari
mandibula.
Penampakan klinis
• Terjadi pada decade kedua sampai ketujuh (rata-rata 40 tahun), tidak ada perbedaan gender
• Tenderness
• Melibatkan prosesus alveolar mandibula dan maksila
• Tidak ada predileksi sisi dan jenis kelamin
• Rasa sakit yang ringan karena pembengkakan gingival
• Gigi goyang
Gambaran radiografis
• Secara radiografi menunjukkan adanya gambaran kerusakan tulang yang bernbentuk triangular di
sebelah lateral akar gigi.
• Kadang kala menunjukkan adanya kerusakan tulang berbentuk vertical
• Tepi lesi menunjukkan gambaran skeloris
• Diameter lebih besar dari 1,5 cm

D. Tumor odontogen sel bersih


Tempat Predileksi
Neoplasma yang jarang terjadi pada mandibula dan maksila. Ditemukan pada wanita umur > 60
tahun
Penampakan Klinis
Gambaran radiografis
Secara radiology, lesi radiolusen unilokuler dan multilokuler, dengan tepi dari radiolusen tersebut
tidak mempunyai batas yang jelas atau tidak teratur.
Gambaran mikroskopis
Gambaran histologis anatomis dari tumor ini cenderung menunjukkan adanya sarang-sarang sel
epitel dengan sitoplasma eosinopilik yang jelas. Sarang-sarang tersebut dipisahkan oleh lapisan tipis
jaringan ikat berhialin. Sel-sel perifer menunjukkan susunan pollisade. Pada beberapa kasus juga ada
yang menunjukkan pola yang mengandung pulau-pulau kecil dengan sel-sel epitel basaloid yang
hiperkromatik di dalam stroma jaringan ikat.
Tanda dan Gejala
Dapat bermetastase ke paru-paru dan limfonodi regional. Agresif setempat,

• Tumor-tumor epitel odontogen dengan melibatkan jaringan ektomesenkim odontogen


A. Ameloblastic fibroma
Merupakan tumor campuran jaringan epitel dan jaringan ektomesenkim. Tumor ini tidak umum dan
data yang ada sulit dievaluasi sebab beberapa lesi didiagnosis sebagai fibroma ameloblastik yang
kemungkinan hanya tahap awal dan perkembangan odontoma.
Gambaran klinis :
• Fibroma ameloblastik cenderung terjadi pada penderita muda decade kedua tetapi kadang-kadang
pada penderita usia setengah baya.
• Melibatkan laki-laki sedikit lebih umum dibandingkan perempuan
• Lesi yang kecil asimtomatik ,pada lesi yang besar menyebabkan pembesaran rahang .
• Sisi posterior mandibula merupakan lokasi yang paling umum ,yaitu sekitar 70% dari seluruh kasus
terjadi pada sisi tersebut .
Gambaran radiografis :

• Lesi secara radiografi menunjukkan gambaran radiolusen unilokuler atau multilokuler dengan tepi
yang jelas dan mungkin menunjukkan sklerotik .
• Sekitar 50% berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi.
• Pada lesi yang besar dapat melibatkan ramus asenden mandibula .
Gambaran mikroskopis :

Gambaran fibroma ameloblastik menunjukkan massa jaringan lunak yang keras dengan permukaan
luar yang halus. Kapsul mungkin ada atau mungkin juga tidak ada. Secara mikroskopik mengandung
jaringan mesenkim yang sangat banyak mirip dengan dental papil yang primitive yang bercampur
dengan epitel odontogen. Sel epitel berbentuk panjang dan kecil dengan susunan yang
beranastomase satu dengan yang lainnya, tetapi hanya mengandung sekitar dua sel yang berbentuk
kuboid atau kolumnar

B. Ameloblastic fibro odontoma


Tumor ini didefinisikan sebagai sebuah tumor yang gambaran umumnya adalah suatu fibroma
ameloblastik, tetapi juga mengandung enamel dan dentin. Beberapa peneliti percaya bahwa
ameloblastik fibro odontoma hanya suatu tahap dalam perkembangan suatu odontoma. Dalam
beberapa kasus tumor dapat tumbuh progresif menyebabkan perubahan bentuk dan kehancuran
tulang.
Gambaran klinis :
• Tumor ini biasanya ditemukan pada anak-anak dengan rata-rata usia 10 tahun.
• Dapat melibatkan kedua rahang.
• Tidak ada predileksi jenis kelamin.
• Lesi umumnya asimtomatik
Gambaran radiografis :

Secara radiografi tumor menunjukkan radiolusen unilokuler , mempunyai batas yang jelas dan jarang
radiolusen multilokuler. Lesi mengandung sejumlah bahan berkalsifikasi dengan radiodensiti dari
stuktur gigi. Bahan kalsifikasi di dalam lesi menunjukkan gambaran multiple, radiopak yang kecil atau
massa yang bergabung menjadi keras.
Gambaran mikroskopis :

Secara mikroskopis menunjukkan gambaran yang identik dengan fibroma ameloblastik dan
mempunyai lapisan jaringan (narrow cord) yang sempit serta pulau-pulau epitel kecil dari epitel
odontogen dalam jaringan ikat primitive longgar mirip dental papilla .

C. Odontoma
Merupakan jenis yang paling umum dari tumor-tumor odontogenik. Tumor ini dipertimbangkan
sebagai anomaly perkembangan (hamartomas) agak jarng disebut sebagai neoplasama yang
sesungguhnya. Pada perkembangan awal dari lesi ini menunjukkan proliferasi epitel odontogen dan
jaringan mesenkim, kemudian pada perkembangna selanjutnya diikuti pembentukan enamel, dentin,
dan variasi dari pulpa dan sementum. Tumor ini mempunyai 2 tipe ,yaitu compound dan complex
odontoma.

Compound odontoma mengandung struktur seperti gigi yang kecil dan banyak. Sedangkan complex
odontoma mengandung massa yang besar dari enamel dan dentin dan tidak menyerupai gigi .

Gambaran klinis :

• Sebagian besar odontoma ditemukan pada decade kedua kehidupan ,dengan rata-rata usia 14
tahun.
• Asimtomatik
• Sering ditemukan pada pemeriksaan radiograf rutin ketika memeriksa gigi yang tidak erupsi.
• Lesi kecil, jarang menjadi besar,apabila menjadi besar kadangkala sampai ukuran 6 cm dan
menyebabkan ekspansi rahang.
• Lebih sering di maksila daripada di mandibula.
Gambaran radiografis :

• Compound odontoma menunjukkan kumpulan struktur yang mirip gigi dengan ukuran dan bentuk
yang bervariasi dikelilingi oleh daerah radiolusen yang tipis.
• Complex odontoma menunjukkan massa yang radiopak pada struktur gigi yang dikelilingi oleh
radiolusen yang tipis. Sebuah gigi yang tidak erupsi seringkali dihubungkan dengan odontoma karena
menghalangi gigi erupsi.
Gambaran mikroskopis :

Odontoma. (A), Complex Odontoma, menunjukkan sebuah masa gigi yang tidak berbentuk (amorf)
yang merupakan bentukan material gigi, (B), Compound Odontoma yang terdiri dari struktur
sementum (1), dentin (2), dan struktur seperti pulpa (3).

• Compound odontoma mengandung struktur yang multiple menyerupai gigi berakar satu di dalam
matriks jaringan longgar. Jaringan pulpa mungkin terlihat di korona atau akar dari struktur yang
menyerupai gigi tersebut.
• Complex odontoma mengandung tubular dentin yang matang. Pada celah dari masa lesi dapat
dijumpai sejumlah matriks enamel atau enamel yang belum matang. Pulau pulau kecil dari sel ghost
epitel pewarnaan eosinopilik dapat dijumpai pada sekitar 20% kasus complex odontoma. Kadankala
kista dentigerous mungkin m uncul pada epithelial lining dari complex odontoma.
• Tumor yang berasal dari ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan epitel
odontogen
A. Fibroma Odontogen
Fibroma odontogen adalah tumor yang jarang ditemukan dan merupakan lesi yang menimbulkan
kontroversi. Hanya kurang dari 50 kasus yang pernah dilaporkan.

Gambaran klinik
Fibroma-fibroma odontogen yang terjadi dan pernah dilaporkan melibatkan usia antara 9-80 tahun
dengan rata-rata usia 40 tahun. Sekitar 60% terjadi pada maksila dan sebagian besar berlokasi di
region nterior hingga region gigi molar pertama. Walaupun demikian kejadian di mandibula bias
mencapai 50% dan berlokasi di region posterior (region premolar hingga region molar pertama). Ada
sedikit kasus pada fibroma odontogen di mndibula yang berhubungan dengan molar tiga yang tidak
erupsi. Fibroma-fibroma odontogen yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulakan keluhan. Jika
lesi membesar menyebabkan ekspansi tulang pada region yang terlihat atau gigi-gigi menjadi
goyang.
Gambaran radiografik
Secara radiografik fibroma-fibroma odontogen yang berukuran kecil cenderung menunjukan batas
yang jelas, uniokuler, lesi-lesi yang besar cenderung menjadi radiolusen yang multiokuler. Beberapa
lesi menunjukkan tepi yang sklerotik. Sering terjadi resobrsi akar yang terlibat dan lesi-lesi yang
berlokasi di antar gigi-gigi menyebabkan akar-kara gigi yang satu yang lainnya menjadi divergen.

Gambaran mikroskopik
Fibroma odontogen menunjukkan gamabaran histologis yang bervariasi, hal ini yang menyebabbkan
para penulis menjelaskan dalam dua tipe yaitu :
1. fibroma odontogen sederhana. Lesi ini mengandung fibroblast-fibroblas stellate, seringkali
tersusun dalam sebuah pola yang bergulung dengan fibril-fibril kolagen yang jelas dan dapat
dipertimbangkan sebagai bahan dasar. Sisa-sisa epitel odontogen yang berupa focus-fookus kecil
mungkin ada atau munkin tidak dijumpai. Kadang-kadang kala focus kalsifikasa distropik dapat
dijumpai.
2. fibroma odontogen kompleks. Lesi ini menunjukan pola yang lebih kompleks yang mana seringkali
mengandung jaringan ikat fibros selluler yang jelas dengan serabut-serabut kolagen yang tersusun
dalam jalinan bundle. Epitel odontogen dalam bentuk sarang yang terisolasi.

B. Odontogeni Myxoma/Myofibroma
Gambaran klinik
Myxoma yang sesungguhnya jarang dijumpai, oleh karena itu myxoma di dalam rongga mulut
disebut odontogenic myxoma. Merupakan suatu neoplasia odontogen yang tumbuh lambat,
terlokalisir tetapi mempunyai sifat invasive dan agresif. Berasal dari jaringan ikat dental papilla.
Umumnya terjadi pada predileksi usia decade ke 2 dan ke 3, dimana dapat melibatkan maksila dan
mandibula baik korpus maupun ramus. Rasa sakit jarang dijumpai tetapi parasesti oleh karena
terlibatnya nervus mandibularis dapat terjadi. Dalam pertumbuhannya di dalam rahang
menyebabkan gigi geligi yang disekitar lesi dan tulang kortikal mengalami displacement dan ekspansi
serta menipis.

Gambaran radiografik

Secara radiografi lesi menunjukkan gambaran radiolusen yang dipisahkan oleh gambaran tulang
trabekular. Batas lesi dengan tulang sekitarnya tidak berbatas jelas.
Gambaran mikroskopik

Odontogenic myxoma, menunjukkan proliferasi sel-sel myxoid/ star cells(1), dengan didukung
fibrous kapsul (2).
Gamabaran histopatologi anatomi lesi menunjukakan adanya jaringan proliferasi myxoid, dan
dibeberapa tempat tamapak jaringan fibrous (myoid fibrous tissue). Lesi ini secara radiografi tidak
berbatas jelas, tetapi secara histologis masih dapat ditemukan kapsul fibrous. Vaskularisasi di dalam
lesi hamper tidak ada (poor vaskularity).

C. Cementoblas
Gamabaran klinis

Lesi ini umumnya asimtomatik karena tidak ada tand infeksi, dapat melibatkan seluruh gigi-geligi
baik dirahan atas maupun dirahang bawah anterior atau posterior. Apabila lesi cukup besar secara
klinis menunjukakan suatu ekspansi tulang sehingga menunjukakan pembengkakan rahang pada
region gigi yang terlibat. Factor penyebab pasti tidak diketahui tetapi sering disebabkan oleh trauma
pada daerah periodontal gigi.
Gambaran radiografik

Gamabran radiografi lesi menunjukkan suatu massa yang melekat ke apeks gigi penyebab. Batas lesi
dengan jaringan sekitarnya dipisahkan suatu gamabran radiolusen yang tipis.

Gamabaran mikroskopik

Cementoblastoma, terlihat pembentukan lesi pada apek gigi. (1) pulpapada apek gigi penyebab,
masa dari lesi merupakan proliferasi dari sel-sel cementoblast (sellular) dan mengandung sum-sum
tulang (2) dengan dipisahkan oleh suatu kapsul jaringan ikat dari tepi tulang normal (3).
Lesi merupakan jaringan kalsifiksai yang mirip tulang, seluler, lesi melekat ke apeks gigi penyebab.
Batas lesi dengan tulang sekitrnya dipisahkan oleh kapsul fibrous

b. Tumor Non-Odontogen
A. Tumor jinak non-odontogen yang berasal dari epitel mulut
A. Papiloma skuamos
Papiloma squamous adalah suatu neoplasia jinak yang berasal dari epitel permukaan mukosa mulut.
Dipertimbangkan sebagai neoplasia epitel jinak yang sangat umum terjadi di dalam mulut. Studi yang
terakhir pada neoplasia ini dan lesi-lesi yang hampir sama yang terjadi di beberapa area di tubuh
(seperti di kulit, laring, dan servik uteri) menunjukkan bukti peningkatan, yang mana papiloma sering
terjadi akibat hasil dari suatu infeksi virus papiloma manusia (Human papiloma virus). Juga papiloma
dipertimbangkan berhubungan dengan veruka vulgaris atau kutil.

Gambaran Klinis

Pada gambaran klinis di dapatkan suatu proliferasi pertumbuhan yang lambat dari epitel squamous
berlapis disusun dalam proyeksi seperti jari, biasanya pertumbuhannya tunggal, sempit, dan struktur
seperti bertangkai menghubungkannya ke mukosa rongga mulut di bawahnya. Perlekatan bentuk
tangkai yang sempit ini adalah bentuk khusus dari lesi lesi pedunculated. Proyeksi seperti jari dapat
dengan mudah terlihat pada sebagian besar specimen. Seringkali mirip dengan gambaran sebuah
bunga kola tau bunga pakis.
Papiloma menunjukkan distribusi yang luas di dalam mulut, sebagian besar frekuensi kejadiannya di
palatum, lidah, mukosa bukal/labial, dan gingival. Alasan mengapa papiloma-papiloma menjadi lebih
umum terjadi di palatum lunak belum jelas. Papiloma dapat berwarna putih atau merah jambu,
lunak , dan fleksibel pada palpasi, umumnya diameternya kurang dari 2 cm, dan tidak menimbulkan
rasa sakit. Walaupun secara umum tunggal, kadangkala mungkin terjadi multiple.

Gambaran Mikroskopis

Pada lesi ini didapatkan HPV (Human Papilloma Virus) meskipun tidak terdapat tanda-tanda
terjadinya infeksi pada jaringan. Papilloma tidak berpotensi untuk menjadi ganas.

Menunjukkan proliferasi exophytic sel-sel epitel squamous sehingga menghasilkan lipatan-lipatan


epithelium (berbentuk papillary-papillary yang panjang). Masing-masing proyeksi papillary didukung
oleh jaringan ikat fibrous yang tipis dan mengandung pembuluh darah. Sel-sel uniform dan tidak
menunjukkan atipia.
Penyakit ini lebih sering menyerang orang dewasa, dapat dideteksi secara klinis. Pada gambaran
histology, terdiri dari stratified squamous epithelium yang didukung oleh jaringan ikat, saat
terkeratinisasi, warnanya akan terlihat putih.
B. Veruka vulgaris
Veruka vulgaris merupakan kutil yang terdapat pada rongga mulut. Kutil ini biasanya terlihat pada
anak kecil yang merupakan autoinokulasi dari kutil yang terdapat di tangan.
Gambaran Mikroskopis
Pada gambaran histologist secara umum mirip dengan papiloma namun biasanya terdapat clear cell
yang besar (koilocytes) dengan inti yang pyknotik dan keratohyaline yang menyolok dibagian lapisan
superfisialdari prickle cells.
Gambaran klinis
Lesi ini adalah neoplasia jinak yang dihasilkan oleh infeksi HPV. Gambaran klinis veruka vulgaris yang
khas yaitu tumor berbentuk nodular atau craterlike, umumnya berdiameter kurang dari 1 cm. Lokasi
umum dari lesi ini adalah pada jari. Biasanya pasien tidak ada keluhan pada iritasi local ringan atau
menengah.
Veruka vulgaris pada mulut sangat menunjukkan kemiripan dengan papiloma mulut. Lesi
kemungkinan bertangkai atau menunjukkan perlekatan dasar yang meluas ke bawah mukosa dan
lesi ini spesifik berwarna putih dengan permukaan kasar atau nyata, gambaran menyerupai jari
terbentuk dengan jelas. Veruka vulgaris mulut harus dicurigai terjadi pada penderita anak-anak
apabila adanya lesi-lesi mulut papilla putih yang banyak dan dijumpai adanya veruka vulgaris di kulit.
Hal ini sebagian besar benar jika pasien mengakui menggigit-gigit kutil, khususnya yang berlokasi di
jari. Itu sepertinya suatu kebiasaan yang menyebabkan virus menyebar ke mukosa mulut melalui
inokulasi sendiri (autoinokulasi).
C. Keratoakantoma
Keratoakantoma adalah suatu kekhususan dan merupakan neoplasia jinak yang tidak umum, berasal
dari epitel squamous berlapis. Meskipun relative jarang, tetapi penting dipelajari pada penyakit
mulut, didasarkan atas klinisnya lesi ini menyerupai kanker kulit, predileksi kejadiannya pada kulit
yang terkena sinar matahari, umumnya pada wajah dan bibir, dan mikroskopiknya menyerupai
karsinoma epidermoid. Penyebab spesifik keratoakantoma tidak diketahui, bagaimanapun predileksi
untuk terjadi pada kulit yang terkena matahari diduga kuat hubungannya dengan aktinik (radiasi
sinar ultra violet) yang merusak jaringan. Lesi ini umumnya tunggal, terjadi di atas kulit pertengahan
wajah termasuk pipi dan hidung, walaupun kadangkala juga melibatkan telinga. Hal ini patut
diperhatikan bahwa 8% dari keratoakantoma terjadi pada daerah bibir yang terkena matahari. Lesi-
lesi pada kulit sering sekali menimbulkan rasa agak sakit.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis keratoakantoma mempunyai bentuk khusus yaitu berbentuk pusar, artinya
mempunyai cekungan pada tengahnya dan tepinya menonjol. Tepi ini berbatas sangat jelas. Bagian
tengah lesi ini agak menyerupai cangkir, kemungkinan berisi, permukaan kasar, keras, putih, dengan
diwarnai keratin. Dalam banyak hal gambaran ini mirip dengan kanker kulit. Bagaimanapun
keratoakantoma spesifik, yang mana biasanya tumbuh dengan ukuran terbesarnya (diameter antara
1 dan 2 cm) dalam waktu 6 bulan.
Keratoakantoma pada pemeriksaan palpasi kenyal walaupun lesi seringkali mempunyai sumbat
keratin di tengah, keratoakantoma bebas dari ulserasi sehingga secara klinis seperti meneteskan air
dan pembentukan kerak dan keropeng.

Gambaran Mikroskopis

Keratoakantoma, menunjukkan proliferasi dan diferensiasi sel epitel skuamous, tumbuh exophytic
membentuk kubah/vulkano (A), dengan keratinisasi membnetuk core (pusar) di tengah epithelium
(B), infiltrasi sel-sel limfosit yang padat di lamina propria (C) dan terdapat mikroorganisme pada
permukaan yang hiperkeratin (D).
Lesi mirip gambaran histologis karsinoma epidermoid, tetapi dapat dibedakan dari karsinoma
epidermoid, proliferasi sel-sel tumor menunjukkan adanya diferensiasi dan atipikal sel tidak terlihat.
Lesi ini tumbuh eksopitik dengan hiperparakeratinisasi (keratinisasi core) dan dijumpai adanya
mikroorganisme pada permukaan. Di lamina propria terdapat infiltrasi sel-sel limfosit yang padat.
• Tumor Jinak non odontogen yang berasal dari jaringan ikat mulut
A. Fibroma
Fibroma merupakan suatu neoplasia yang berasal dari jaringan ikat fibros. Bagaimanapun, sebuah
fibroma adalah istilah yang umum digunakan dalam kaitannya dengan lesi jaringan lunak yang sering
dijumpai pada mukosa mulut-secara garis besar tidak dipikirkan sebagai suatu neoplasia, tetapi
cukup jaringan fibros hiperplastik. Sebenarnya nama yang lebih akurat untuk gangguan ini adalah
hiperplasia fibros.
Gambaran Klinis
Secara klinis lesi menunjukkan suatu benjolan yang kenyal dan dapat digerakkan dapat terjadi pada
seluruh permukaan rongga mulut. Lesi ini pada pertumbuhannya tidak menimbulkan rasa sakit.
Daerah yang peling sering mendpatkan trauma atau injuri seperti tergigit atau karena gesekan plat
protesa dari gigi palsu.
Gambaran Mikroskopis
Gambaran histologis menunjukkan suatu proliferasi dari sel-sel fibrous yang mature dan padat,
dengan pembentukan pembuluh darah yang kurang dan lesi dibatasi oleh kapsul fibrous.

B. Neurofibroma
Gambaran Klinis
Neurofibroma adalah suatu neoplasia jinak yang relatif tidak umum, secara histologis mengandung
campuran dari sel-sel schwan neoplastik dan akson-akson yang tersebar. Neoplasia ini berkembang
dari berkas syaraf dan batang syaraf yang besar, menghasilkan pemesaran tumor. Neurofibroma
lebih lunak pada pemeriksaan palpasi dibandingkan mukosa normal sekitarnya dan sering
digambarkan sebagai suatu konsistensi kistik atau menyerupai tekstur jaringan adiposa. Batas
dengan jaringan normal sekitarnya kadangkala sulit ditentukan. Neurofibroma dapat menunjukkan
variasi warna, antara warna pucat hingga agak kekuningan, dengan dilindungi warna yang bervariasi
coklat. Kulit atau mukosa di atasnya kelihatan normal.

Neofibrima kutan dan mukosa dapat terjadi dalam dua keadaan yang terpisah. Lesi ini jarang sebagai
lesi tersendiri, tanpa ada riwayat atau berhubungan dengan penyakit yang serupa. Kejadian yang
lebih umum dari neofibroma adalah sebagai bagian dari gangguan dominan autosom
neurofibromatosis. Penyakit ini juga diketahui sebagai penyakit von Recklinghausen’s pada kulit
karakteristik umumnya adalah bersamaan dengan adanya pigmentasi ada kulit yang dikenal sebagai
cafe au lait spot (menyerupai kopi susu) dan neurofibroma.
Neurofibroma dapat mempunyai variasi bentuk, antara lain: tumor-tumor bertangkai nodular
terlokalisir; bersegmen, linier, ekspansi batang syaraf lobular (seperti kacang polong dan dahulu
dikenal sebagai neurofibroma pleksiform); lesi besar, menimbulkan deformasi, mempunyai masa
tumor; dan kecil, pedunculated, lesi-lesi kulit nodular. Semuanya ini menunjukkan bentuk-bentuk
neurofibroma dan kadang-kadang di rongga mulut akan menunjukkan tumor-tumor yang demikian.

Perawatan dan Prognosis


Penyingkiran neurofibroma mempunyai sedikit masalah bagi pasien-pasien dalam keadaan yang
seperti diatas. Eksisi untuk memperkuat diagnosis dan khususnya untuk melihat hasil suatu
perawatan. Prognosis keseluruhan pada pasien dengan neurofibromatosis kurang baik. Pasien-
pasien dengan kelainan ini dapat menderita tumor yang terus tumbuh dan berkembang sepanjang
hidup mereka. Dalam beberapa kasus dampaknya dapat merusak kosmetik dan fungsional. Juga
berpotensial untuk berkembang menjadi sarkoma neurogenik. Neoplasia ini dapat berkembang
dalam neurofibroma awal dan lazimnya menimulkan tumor-tumor besar dan melibatkan banyak
regio, terutama jika berlokasi dalam. Seperti neoplasia ganas, lesi ini sangat agresif dan
memungkinkan bermetastasis dan menyebabkan prognosis buruk.

C. Neurilemoma/Schwannoma
Gambaran Klinis
Neurilemoma (Schwannoma) adalah neoplasia jinak jaringan syaraf perifer yang relatif tidak umum,
perbedaan dengan neurofibroma adalah pada lesi ini menganding suatu proliferasi dari sel-sel
schwan tanpa akson. Karakteristik lesi adalah lesi tidak berkapsul, palpasi kenyal dan warnanya
antara kekuningan hingga putih. Tumor ini seringkali berlokasi agak dalam sehingga yang
berhubungan dengan perubahan warna mungkin tidak kelihatan. Meskipun biasanya lesi ditemukan
dengan diameternya kurang dari 2 cm, lesi yang telah lama berada dapat mencapai ukuran yang
patut dipertimbangkan. Mukosa atau kulit diatas lesi kelihatan normal.

Seperti diketahui neurofibroma biasanya berhubungan dengan neurofibromatosis, sedangkan


sebagian besar neurilemoma terjadi secara sporadis berupa tumor-tumor soliter. Meskipun begitu
neurilemoma dapat terjadi pada lokasi yang bervariasi, lokasi yang paling umum di rongga mulut
adalah lidah.
Perawatan dan Prognosis
Neurilemoma menunjukkan sedikit tendensi degenerasi ganas dan perawatannya adalah eksisi lokal.

D. Tumor sel granular


Gambaran Klinis
Tumor sel granular adalah tumor rongga mulut jinak yang relatif umum yang mempunyai suatu pola
gambaran klinis yang khusus. Walaupun lesi ini jarang terlihat melibatkan lokasi dan organ yang luas,
sebagian besar adalah lidah. Lesi ini biasanya tumbuh lambat, diameternya jarang melebihi 1-2 cm
dan biasanya soliter. Jika lokasinya superfisial tumor menunjukkan warna kekuningan yang khas,
sebaliknya lesi-lesi yang lokasinya lebih dalam tidak menunjukkan perubahan warnanya. Apabila
tumor berlokasi pada lidah, mukosa lingual diatasnya mungkin normal, tetapi sering kali ada
perubahan pada papilla lingual walaupun tidak begitu jelas, termasuk penurunan jumlah papilla dan
lidah menjadi rata. Kekhasan tumor ini adalah lesi yang sangat kenyal pada pemeriksaan palpasi dan
tidak ada keluhan.
Gambaran Mikroskopis
Tumor sel granular menunjukkan suatu proliferasi sel-sel schwan, secara mikroskopik menunjukkan
suatu sitoplasma granular yang aneh. Sebelumnya telah ada teori yang mengatakan asalnya lesi dari
jaringan otot bergaris. Untuk hal ini nama mioblastoma sel granular telah pernah digunakan, sebuah
nama yang kemudian digunakan secara luas. Disamping sel-sel granular, tumor ini seringkali
dihubungkan dengan suatu proliferasi hiperplastik pada epitel mukosa diatasnya. Secara mikroskopik
proliferasi epitel ini menunjukkan kemiripan dengan karsinoma epidermoid; tetapi lesi ini adalah
jinak dan diarahkan sebagai pseudoepitheliomatus hyperplasia (PEH). Hal yang harus ditekankan
bahwa perubahan epitel adalah secara klinis tidak berarti dan tidak berhubungan dengan kanker
mulut.
Perawatan dan Prognosis
Perawatan untuk tumor sel granular terdiri dari eksisi konservatif. Eksisi tidak sempurna kemudian
diikuti regresi spontan telah pernah dilaporkan. Kekambuhan setelah perawatan tidak umum terjadi.

E. Neuroma Traumatik
Gambaran Klinis
Neuroma traumatik (amputasi) muncul sebagai suatu pertumbuhan yang berlebihan bersifat bukan
neoplasma dari axon dan merupakan jaringan parut fibros. Lesi ini muncul sebagai akibat
terputusnya syaraf perifer, kemudian terbentuk jaringan parut, jaringan parut ini mengganggu
pertumbuhan akson reparatif. Berkas akson yang terputus berusaha untuk berregenerasi tetapi tidak
dapat menemukan jalur neurilemma yang diperlukan untuk menuntun syaraf tersebut kembali ke
sisi-sisi reseptornya. Masa yang dihasilkan berupa jaringan fibros dan akson-akson menghasilkan
sebuah nodul klinis yang biasanya berbatas jelas, kenyal dan seringkali menimbulkan rasa sakit bila
dipalpasi.
Neuroma traumatik sering terjadi pada sisi yang mudah mengalami trauma fisik, seperti bibir, lidah
dan mukosa bukal. Neuroma traumatik juga dilaporkan terjadi di daerah syaraf mentalis pada
pasien-pasien ompong, dan juga terjadi setelah pencabutan gigi.
Perawatan dan Prognosis
Perawatan terhadap lesi ini adalah eksisi konservatif dan kekambuhan setelah perawatan jarang
terjadi.

F. Lipoma
Gambaran Klinis
Lipoma adalah neoplasia jinak yang berasal dari jaringan adiposa. Lesi ini lazim di dalam jaringan
subkutan kulit tetapi jarang terjadi di dalam rongga mulut. Lipoma paling sebagian besar ditemukan
pada orang dewasa dan biasanya terjadi berupa tumor tunggal di punggung, bahu atau leher.
Terkadang dijumpai sebagai lesi jamak. Lipoma rongga mulut biasanya tunggal, berbatas jelas dan
lunak bila dipalpasi. Meskipun lesi berukuran kurang dari 2 cm, tetapi pernah diketahui lipoma
mencapai ukuran yang patut dipertimbangkan. Lipoma seringkali menunjukkan warna kekuningan
jika berlokasi di bawah mukosa mulut.
Gambaran histopatologis
Lipoma secara histologis menunjukkan suatu proliferasi sel-sel adiposa dalam suatu conective
fibrous tissue, dengan inti yang terletak di perifer dan tidak menunjukkan adanya stroma, tetapi
pembuluh darah bisa ditemukan diantara proliferasi sel sel adipos tersebut.

Dalam hal lain, yang paling umum lesi di rongga mulut mengandung jaringan adiposa yang matang,
yang merupakan turunan dari lemak bukal. Hal ini menunjukkan tempat yang menyimpang, secara
anatomi jaringan adiposa normal, secara klinis menghasilkan masa bernodul pada mukosa bukal.
Masa ini secara sering dieksisi untuk tujuan diagnosa dan lesi ini tidak dipertimbangkan sebagai
neoplasma yang sebenarnya.
Perawatan dan Prognosis
Perawatan lipoma terdiri dari eksisi konservatif dan jarang terjadi kekambuhan setelah eksisi
sempurna.

• Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Nevus


Nevus pigmentasiatau tahi lalata adalah lesi yang sangat di kulit.Tetapi dapat juga dijumpai di
jaringan lunak mukosa rongga mulut. Lesi ini merupakan proliferasi jinak dari sel-sel yang
mengahasilkan melanin (pigmentasi endogen). Beberapa penulis mempertimbangkan sebagai
neoplasia jinak, tetapi dapat menjadi ganas jika secara teoritis tidak terkontrol dan berpotensial
pertumbuhan tidak terbatas. Beberapa peneliti mempertimbangkan nevi pigmentasi adalah
berbatas, proliferasi terkendali pada sel-sel normal di daerah yang normal maupun yang abnormal.
Pigmentasi pada jaringan lunak mukosa rongga mulut bisa saja disebabkan faktor eksogen /
eksternal, misalnya tatoo pada kulit atau pigmentasi oleh bahan-bahan logam yang dikandung oleh
material bahan tambalan gigi, misalnya amalgam.
Histogenesis nevus
Sel nevus adalah sel melanoblas yang pada keadaan normal berada pada lapisan basal epidermis.Sel
dapat aatu tidak mengandung sel melanin, tetapi dapat membuat pigmen melanin. Pembentukan
pigmen melanin yang berlebihan akan difagosit oleh sel makrofag yang dinamakan melanofor yang
terletak di dermis baian atas.
Melanoblas dan melanofor dibedakan dengan menggunakan reagen DOPA (3-4 dihidroksi fenil
alanin). Melanofor dengan DOPA bereaksi negatif, karena tidak membuat pigmen. Sementara
melaoblas dengan DOPA mmeberi hasil positif karena mengandung DOPA oksidase.Pigmen melanin
dapat dikenal dengan pulasan Fontana. Melanofor karena mengandung melanin dapat memberi
reaksi positif dengan pulasn perak Fontana.
Sel nevus berproliferasi menembus lapisan basal masuk ke dalam dermis. Pada keadaan lanjut,
kelompok sel nevus dalam dermis tidak berhubungan lagi dengan kelompok sel dalam epidermis.
Proses menurunnya sel nevus ini dapat terhenti pada berbagai tingkatan sehingga terbentuk nevus
jenis intradermal maupun intra mukosal, junctional, dan compound.

Gamban Klinis

Nevus intramukosal pada palatum, berwarna biru kehitaman dengan permukaan yang rata (tanda
panah).

Variasi pada bentuk- bentuk spesifik nevi pigmentasi diketahui terjadi dan bentuk-bentuk ini
dibedakanan atas dasar gambaran klinis dan mikroskopis.Dua dari nevi ysng paling umum terjadi di
kulit dan mukosa mulut, yaitu nevus intradermal (jika di dalam mulut lebih spesifik sebagai
intramucosal nevus) dan nevus penghubung (juncional nevus).
Nevus intradermal merupakan nevus pigmentasi yang paling umum, melibatkan baik kuit maupun
mukosa mulut. Paling umum adalah pada kulit dibandingkan dengan mulut, tetapi kekhususan lokasi
lesi bermanifetasi dengan tidak adanya keluhan, linak, menonjol, berwarna, mulai merah jambu,
cokelat terang sampai cokelat gelap, warnanya seragam, berbentuk kubah, permukaan nodul yang
halus. Meskipun secara umum diameternya kurang dari 1 cm, tetapi kadang-kadang mungkin agak
lebih besar dan bertangkai dan permukaannya kasar. Seperti lesi pada kulit yang seringkali
menunjukkan tumbuhnya rambut.
Junctional nevus memberikan gambaran klinis agak berbeda, yaitu seluruhnya rata, tipe makula,
permukaan halus, dan biasanya berwarna cokleat, pigmentasi merata.
Nevi pigmentasi rongga mulut sangat mirip dengan yang di kulit, dan yang menarik menunjukkan
adanya predileksi untuk terjadi pada palatum keras dan gingiva. Sebagian besar (55%) nevi
pigmentasi rongga mulut adalah tipe intramukosal, hanya 3% tipe junctional. Rata-rata 36% nevi
rongga mulut adalah nevi biru. Nevi biru mempunayai beberapa kemiripan klinis terhadap nevus
intradermal, dan yang apaling umum ditemukan di kulit. Lesi ini di mulut biasanya kecil, berwarna
biru hingga hitam, warnanya seragam, rata, paling seering berlokasi di palatum.
Gambaran mikroskopik

Melanosis, pada permukaan membrane, terlihat peningkatan jumlah sel-sel melanin pada basal sel
layer.

Pada saat ini, hanya pemeriksaan mikroskopis yang dipercaya untuk membedakan nevi jinak dengan
melanona ganas. Gambaran histologis dari nevi pigmentasi dan melanoma jelas sangat beda, dimana
pada nevi pigmentasi jinak terlihat adanya peningkatan proliferasi melanin di basal sel epithelium
atau di submukosa.

• Tumor Jinak non-odontogen yang berasal dari kelenjar ludah


A. MIXED TUMOR (ADENOMA PLEOMORFIK)
PATOLOGI :
Paling banyak diantara tumor kelenjar liur. Tumbuh lambat, tidak nyeri, paling sering pada kelenjar
parotis. Lebih sering ditmukan pada wanita antara umur 40-60 tahun. Bersimpai, tapi dapat tumbuh
menembus simpai dan sering kambuhsetelah diangkat dan menjadi invasive serta destruktif, berarti
menjadi ganas dan tidak bersimpai lagi. Jika mengenai saraf VII (nevus vacialis) akan terjadi paralisa
fasialis. Jika mengenai cabang saraf V menyebabkan rasa nyeri (tic douloureix) pada palpasi terdapat
bagian-bagian keras, lunak dan kistik.
Mikroskopis

Pleomorfik adenoma, (A) tumor dibungkus oleh fibrous kapsul (1) dan (B), proliferasi sel-sel kelenjar
(2) di dalam suatu matriks jaringan myxoid, mucoid atau chondroid (3).
Gambaran yang saling bercampur sehingga dinamakan adenoma pleomorfik. Bentuk-bentuk
tersusun seperti kelenjar, daerah-daerah miksoid (berlendir), jaringan menyerupai tulang rawan
(pseudo-cartilago), jaringan seperti limfoid. Karena gambarannya seolah-olah terdiri atas campuran
jaringan ektodermal dan mesodermal, dinamakan tumor campur (mixed tumor). Tetapi dengan
pulasan kusus, ternyata tumor bukan berasal dari berbagai jaringan embrional melainkan hanya dari
jaringan ektodermal atau epitel yaitu sel mioepitel

B. TUMOR WARTHIN (ADENOLIMFOMA)


Patologi
Agak jarang, biasanya pada kelenjar parotis, tumbuh lambat dan bersimpai , biasanya sebesar biji
salak dan berkista.

Mikroskopis

Tumor Whartin, menunjukkan proliferasi sel-sel onkosit 2 lapis (1) yang melapisi struktur seperti
rongga kistik (2), yang tertanam dalam stroma jaringan limfoid.
Terdiri atas dua unsure yaitu jaringan limfoid dan epithelial yang tersususn atas dua lapisan sel
asidofil yang berjonjot ke dalam rongga-rongga kista. Susunan dua lapisan ini ditemukan juga pada
saluran keluar kelenjar liur normal, terutama pada pria.

2. Perbedaan sel tumor normal dan yang mengalami karsinoma.


Metabolism sel normal
Sel normal memiliki 2 tugas uama yaitu bekerja yang tergantung pada aktivitas sitoplasma dan
berkembang bia anabolic selk yang tergantung pada aktivitas inti.
Pada sel neoplasma terjadi perubahan sifat sehingga sebagian energi digunakan untuk berkembang
biak.
Unsure-unsur sitoplasma yang dapat dilihat dengan mikroskop electron :
1. Pertikel-pertikel besar (mitokondria) merupakan pebrik energy sel untuk aktivitas sel. Pada sel
tumor jumlah mitokondria berkurang.
2. Partikel-partikel kecil (mikrosom,ergatoplasma, endoplastik reticulum). Merupakan saluran,
ruangan yang mengandung ribosom RNA di permukaannya untuk pembentukan asam amino. Pada
sel tumor, ruangan melebar, jumlah berkurang sehingga fungsi berkurang atau hilang sama sekali.
3. Zat terlarut.

SIKLUS SEL
PENGIKATAN FAKTOR PERTUMBUHAN
Dapat terjadi di sitoplasma

AKTIFASI RESEPTOR PERTUMBUHAN


Sitokin Kinase diaktifasi olah ligan yang terikat

SITOKIN KINASE MALALUI PROTEIN PENGHUBUNG MENGUBAH RAS GDP YANG TIDAK AKTIF
MENJADI RAS GTP YANG AKTIF

RAS GTP MENGAKTIFASI RAF-1

RAF-1 MEMFOSFORILASI SUATU PROTEIN YANG AKAN MENGAKTIFKAN TRANSKRIPSI

TRANSKRIPSI AKAN MENGINDUKSI GEN

TERJADI SIKLUS SEL

PATOGENESIS

FAKTOR LINGKUNGAN MUTASI GEN GENETIK


PROTROGEN PERUBAHAN PERUBAHAN PADA
PADA GEN SUPRESOR GEN PENGATUR APOPTOSIS

MENGUBAH
TIDAK TERDAPAT UMUR SEL
PENGHAMBATAN PERTAMBAHAN SEL MENJADI LEBIH LAMA

ONKOGEN

TRANSFORMASI

3. Perbedaan antara kista dan tumor


Tumor non neoplasma ialah tumor yang sel-selnya bukan sel neoplasma, tetapi sel tubuh normal
yang mengalami perubahan. Kista merupakan suatu kantongan abnormal yang tepinya dilapisi oleh
sel- sel epitel, sedangkan pada tumor tepinya dilapisi oleh sel-sel neoplasma.
Pada kista seringnya ditemukan cairan ristal kolestrin karena adanya obstruksi saluran kelenjar,
sehingga produksi kelenjar menumpuk di belakang tempat obstruksi membentuk suatu kantongan
abnormal. Sedangkan pada tumor tidak ditemukan.
Tumor jinak pada umumnya tidak mengalami regresi atau pengecilan.sebaliknya pada kista atau
tumor non neoplasma lainnya dapat mengalami progressi atau regresi, bahkan dapat hilang sama
sekali.
Menurut klasifikasi ICD (International classification of disease)10 tahun 1992, Tumor dibedakan
menjadi 3, yakni neoplasma, lesi pra ganas, dan tumor like lesion.
Kista merupakan tumor like lesion yang berupa kantong patologis berisi cairan maupun semi cairan
yang dibatasi oleh epitel. Kista dibagi lagi menjadi 2, yakni kista neoplasma, dan kista non
neoplasama. Jadi kista merupakan tumor like lesion. Berbeda dengan tumor neoplasma, isi lumen
kista berupa cairan, sedangkan tumor neoplasma berisi masa epitel padat.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan:
1. Macam-macam Tumor Jinak Rongga Mulut
• Tumor Odontogen
a. Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan ektomesenkim odontogen
Ameloblastoma
Tumor odotogen epithel berkalsifikasi (Phinborg Tumor)
Tumor odontogen skuamous
Tumor odontogen sel bersih
b. Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen dan melibatkan ektomesenkim odontogen
dengan atau tanpa pembentukan jaringan keras gigi
Ameloblastik fibroma
Ameloblastik fibro-odontoma
Odontoma
c. Tumor yang berasal dari ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan epitel
odontogen
Fibroma Odontogen
Odontogenic myxoma/myofibroma
Cementoblastoma
• Tumor Non-Odontogen
1. Tumor jinak non-odontogen yang berasal dari epitel mulut
A. Papiloma skuamos
B. Veruka vulgaris
C. Keratoakantoma
2. Tumor jinak non-odontogen yang berasal dari nevus/pigmen
3. Tumor jinak non-odontogen yang berasal dari jaringan ikat mulut
A. Jaringan ikat fibrous
a. Fibroma
B. Jaringan pembuluh saraf
a. Neurofibroma
b. Neurilemoma/Schawannoma
c. Tumor sel granular
d. Neuroma Traumatik
C. Jaringan adiposa
a. Lipoma
4. Tumor Jinak non-odontogen yang berasal dari kelenjar ludah
A. Pleomorphic adenoma
B. Monomorphic adenoma
Whartin’s Tumor
2. Sel normal memiliki 2 tugas uama yaitu bekerja yang tergantung pada aktivitas sitoplasma dan
berkembang bia anabolic selk yang tergantung pada aktivitas inti. Pada sel neoplasma terjadi
perubahan sifat sehingga sebagian energi digunakan untuk berkembang biak.
3. Tumor non neoplasma ialah tumor yang sel-selnya bukan sel neoplasma, tetapi sel tubuh normal
yang mengalami perubahan. Kista merupakan suatu kantongan abnormal yang tepinya dilapisi oleh
sel- sel epitel, sedangkan pada tumor tepinya dilapisi oleh sel-sel neoplasma

Anda mungkin juga menyukai