Anda di halaman 1dari 3

Septum Deviasi

Septum deviasi merupakan penyumbatan hidung yang disebabkan oleh salah letak septum nasal
dari posisi tengah. Etiologi biasanya berupa trauma hidung atau anomaly kongenital. Kondisi ini tidak
berbahaya, kecuali penyumbatan hidung tersebut menyebabkan gangguan pernapasan. Beberapa orang
memiliki deviasi septal yang tidak membahayakan pernapasan. Manifestasi klinis meliputi penyumbatan
hidung, mendengkur, nafas yang bersuara, sakit kepala, epistaksis, postnasal drip dan sinusitis. (

Bedah diperlukan jika terdapat penyumbatan hidung yang menyebabkan gangguan pernapasan.
Bedah hidung untuk septum deviasi meliputi:

1. Reseksi Submukosal Insisi ke dalam membrane mukosa hidung dan mengangkat kartilago
serta tulang rawan yang menyebabkan penyumbatan.
2. Septoplasty Nasal Rekonstruksi septum nasal yang mungkin termasuk rhinoplasty
(rekonstruksi hidung eksternal). Ini merupakan bedah umum yang diterapkan untuk mengobati
septum deviasi.

Setelah operasi hidung dilakukan, asuhan keperawatan difokuskan pada manajemen jalan napas,
upaya membuat pasien merasa lebih nyaman, pemberian penyuluhan kepada pasien dan memonitor
kemungkinan terjadinya pendarahan

Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan septum deviasi meliputi :


1) Identitas Pasien ; Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Pendidikan
2) Riwayat kelainan Kongenial ; Riwayat agenesis hidung, Kista, Kelainan pertumbuhan
3) Kaji riwayat infeksi ; sinusitis kronik, selulitis, TBC, dll
4) Kaji kelainan bentuk hidung ; adanya septum deviasi, hematoma septum, impaksi septum
5) Kaji adanya riwayat trauma dan perdaraan hidung ; apakah pasien pernah mengalami
trauma atau benturan yang menyebabkan perdarahan hidung
6) Kaji adanya gangguan penciuman ; apakah pasien bisa mencium bau dan membedakannya
dengan bau yang lain
7) Kaji riwayat masuknya benda asing ke dalam hidung ; apakah pasien pernah mengalami
masuknya benda asing ke dalam hidung dan bagaimana cara mengatasinya
Diagnosa Keperawatan Outcome Intervensi
Ketidakefektifan pola napas Kriteria hasil : Manajemen Jalan Nafas
berhubungan dengan a. Frekuensi Aktivitas-aktivitas :
deformitas tulang ( NANDA pernapasan normal a. Posisikan pasien
2015, Domain 4 : b. Irama pernafasan untuk
Aktivitas/Istirahat, Kelas 4 : normal (NOC hal. memaksimalkan
Respons 560) ventilasi
Kardiovaskular/Pulmonal ) b. Motivasi pasien
untuk bernapas
pelan, dalam,
berputar dan batuk
Nyeri Akut berhubungan Kriteria Hasil : Manajemen nyeri
dengan agens cedera fisik a. Pasien bisa tidur Aktivitas-aktivitas :
(prosedur bedah) ( NANDA dengan normal a. Lakukan pengkajian
2015 Domain 12 : b. Nyeri berkurang nyeri komprehensif
Kenyamanan, Kelas 1 : ( NOC hal. 338 ) yang meliputi lokasi,
Kenyamanan Fisik ) karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri dan
faktor pencetus
b. Berikan informasi
mengenai nyeri,
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
c. Kurangi atau
eliminasi faktor-
faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri.
( NIC hal. 198 )
Resiko perdarahan Kriteria Hasil : Pencegahan perdarahan
berhubungan dengan luka a. Tidak ada Aktivitas-aktivitas :
operasi ( NANDA 2015 kehilangan darah a. Monitor dengan
Domain 11 : keamanan/ yang terlihat ketat resiko
perindungan, kelas 2 : cedera b. Tdak ada terjadinya
fisik ) perdarahan paska perdarahan pada
pembedahan pasien
(NOC hal. 148) b. Monitor tanda dan
gejala pendarahan
menetap
c. Monitor tanda-
tanda vital
ortostatik, termasuk
tekanan darah
Daftar Pustaka
Bulechek G. M., dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi Keenam. Jakarta:
EGC
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor
THeather Herdman, Shigemi Komitsuru. Jakarta : EGC.
Reeves J. Charlene, dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Moorhead Sue, dkk. 2013. Ursing Outcmes Classification (NOC) Edisi Kelima. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai