1
DEFINISI TANAH LUNAK ( SOFT SOILS )
* TANAH LUNAK : DISEBUT TANAH LUNAK ADALAH TANAH YANG BERBUTIR HALUS YAITU DARI JENIS LANAU DAN
LEMPUNG, YAITU TANAH YANG LOLOS SARINGAN UKURAN NO. 200 MESH ( < 0,074 mm ).
Tanah berbutir halus dibagi menjadi lanau dan lempung. Butir-butir yang membentuk lanau dan
lempung mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang.
Sifat-sifat teknis lanau dan lempung lebih dipengaruhi oleh kekuatan permukaan dan kekuatan listrik
butiran daripada oleh kekuatan gravitasi sebagaimana yang berlaku pada tanah berbutir kasar. Oleh
karena itu, tekstur tanah berbutir halus mempunyai pengaruh yang lebih kecil terhadap sifat-sifat teknis
daripada tekstur tanah berbutir kasar. Lanau biasanya mempunyai plastisitas yang lebih rendah
daripada lempung.
Perbedaan utama antara lanau dengan lempung adalah plastisitasnya. Lanau pada dasarnya terbentuk
melalui pelapukan mekanis, sehingga sebagian besar sifat-sifatnya menyerupai sifat-sifat bahan
induknya, sedangkan lempung dihasilkan melalui pelapukan mekanis dan kimia dan pada dasarnya
berukuran koloidal.
Untuk membedakan lempung dari lanau di lapangan, terdapat beberapa pengujian sederhana. Dalam
keadaan kering, lanau mempunyai kekuatan yang sangat rendah, sehingga segumpal lanau mudah
dihancurkan dengan jari tangan. Di sisi lain, segumpal lempung yang kering sulit dihancurkan dengan
jari tangan. Apabila segumpal lanau yang ditambah air ditempatkan pada telapak tangan dan digoyang-
goyang, maka permukaan lanau tersebut akan mengkilap ( ada lapisan air) dan apabila lanau tersebut
diremas (squeeze), maka lapisan air akan hilang. Pada lempung berair yang digoyang-goyang, air tidak
muncul ke permukaan sehingga permukaannya tidak mengkilap.
2
DEFINISI TANAH LUNAK ( SOFT SOILS )
3
STRUKTUR TANAH
Lempung
Butir pada fraksi lempung berbeda dari butir pada dua fraksi di atas, baik dalam
hal komposisi kimianya maupun sifat-sifat fisiknya. Secara kimia, butir lempung
terdiri atas almunium-silika terhidrasi yang terbentuk pada saat proses peluluhan
partikel kasar mineral batuan primer. Diantara mineral yang terbentuk dalam
partikel lempung adalah kaolinit, monmorilonit dan mika.
Secara fisik, perbedaan partikel lempung dengan partikel fraksi yang lebih kasar
adalah bentuknya yang pipih dan lonjong atau lamelar, sehingga per satuan berat
mempunyai permukaan yang lebih luas daripada partikel bulat atau mendekati
kubus. Bentuknya yang pipih merupakan faktor utama yang menyebabkan tanah
menjadi plastis pada saat dicampur air. Air yang terdapat dalam tanah
mengakibatkan butir- butir terorentasi secara sejajar dan kemudian mudah
bergeser satu sama lain (lihat Gambar 5.12). Perubahan orientasi butir
dipandang sebagai penyebab adanya perbedaan perilaku antara contoh asli dan
contoh tidak asli lempung.
Lempung : terdiri dari butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm.
Lempung ini mempunyai sifat kohesi, yaitu sifat dimana butir-butirnya
mempunyai tendensi melekat satu sama lain. Sifat lainnya antara lain :
memungkinkan dilakukan perubahan bentuk tanpa mengalami perubahan isi,
atau kembali ke bentuk semula dimana keadaan ini disebut plastisitas.
4
STRUKTUR TANAH
Meskipun dalam banyak kasus struktur primer tidak dapat diamati dan mungkin sangat
bervariasi, namun para ahli telah berusaha menetapkan dan mengklasifikasikan
berbagai struktur primer tanah. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.1, beberapa
kelompok struktur primer tersebut adalah:
a.Butir tunggal (single-grained).
b.Sarang lebah (honeycomb).
c.Flokulen (flocculent).
5
STRUKTUR TANAH
Lanau
Secara fisik dan kimia, partikel lanau mirip partikel pasir, sedangkan perbedaan
utamanya adalah ukurannya. Sebagaimana halnya dengan pasir, sumbangan utama
kekuatan dari lanau adalah akibat gesekan internal, tetapi film air antara partikel
menyumbangkan tingkat tertentu kohesi pada tanah.
Tanah yang didominasi oleh lanau sangat rawan terhadap pembekuan. Hal tersebut
dipandang merupakan aspek penting bagi insinyur jalan raya. Karena permeabilitas -
nya yang lebih tinggi, maka lanau mempunyai konsolidasi yang lebih kecil daripada
lempung. Demikian juga, lanau mempunyai pemuaian dan penyusutan yang lebih
kecil daripada lempung.
Lanau : terdiri dari butiran yang mempunyai ukuran 0,002 – 0,006 mm, dan
merupakan bentuk peralihan antara pasir halus dan lempung.
Lanau ini pada umumnya mempunyai sifat kurang plastis dan berdilatansi
(perubahan bentuk mengakibatkan perubahan isi).
Pada umumnya sifat tanah berbutir halus tidak mempunyai hubungan langsung
dengan ukuran atau pembagian butirnya, karena itu untuk mengklasifikasikan tanah
berbutir halus tidak dapat didasarkan atas pembagian butirnya saja.
Tetapi harus disertai cara lain, yaitu dengan melakukan pemeriksaan batas atterberg
dan percobaan dilatansi.
6
STRUKTUR TANAH LEMPUNG
PARTIKEL FILM AIR
TERORENTASI
Gambar 2. Orentasi butir sehingga tanah lempung menjadi plastis (Baver dalam TRRL, 1952)
Film air di sekeliling butir-butir lempung sangat penting, karena fraksi lempung
mempunyai permukaan spesifik yang besar sehingga kadar air lempung menjadi relatif
besar. Partikel lempung dikatakan dapat “terhidrasi”, yaitu partikel dapat menyerap air di
sekitarnya.
Kecilnya rongga antara butir lempung mengakibatkan permeabilitas lempung sangat
rendah sehingga lempung sulit mengalirkan air. Terhambatnya pengaliran air akan
mengakibatkan konsolidasi pada lempung berlangsung lama.
Sifat fraksi lempung adalah sedemikian rupa sehingga kehadirannya, sekalipun dalam
kadar yang relatif kecil, mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat tanah.
Dengan demikian, tanah yang mengandung banyak partikel pasir (70 sampai 80%) dapat
bersifat kohesif apabila tanah tersebut mengandung sekurang-kurangnya 10% lempung;
sedangkan agar tanah dapat benar-benar bersifat lempung, tanah tersebut cukup
mengandung 40 sampai 50% partikel berukuran lempung.
7
STRUKTUR TANAH LEMPUNG
Meskipun dalam praktek tidak mungkin memisahkan ketiga bagian tanah, namun
secara diagram, ketiga bagian tanah tersebut ditunjukkan pada Gambar 3. Apabila
tanah benar- benar kering (misal setelah dikeringkan dalam oven), maka tanah hanya
terdiri atas bahan padat dan udara; sedangkan dalam keadaan jenuh, tanah hanya
terdiri atas bahan padat dan air.
8
VOLUME BERAT
Va UDARA 0
Vv VW AIR WW
V W Gambar 3. Diagram komponen tanah
Vs BAHAN Ws
PADAT
Hubungan antara komponen-komponen tanah pada Gambar 3. yang telah dikembangkan dalam mekanika tanah, tidak
hanya untuk mendapatkan gambaran tidak langsung mengenai struktur tanah, tetapi juga dapat digunakan untuk
memperkirakan penurunan (settlement), permeabilitas dan derajat kepadatan.
Vv Va Vw
d. Porositas (n), % = V x100 x100 .4
V
Vw
e. Derajat kejenuhan (Sr), % = x100 .5
Vv
Secara umum, nilai-nilai di atas serta parameter-parameter lain tanah dapat diperoleh dengan mengukur berat dan
volume contoh tanah yang mewakili.
9
Sifat-sifat dasar tanah
Bahan induk, komposisi mineral, kandungan bahan organik, cuaca, umur, cara
perpindahan, letak endapan, cara pemadatan dan derajat kepadatan, tekstur tanah,
gradasi butir serta struktur tanah merupakan faktor-faktor yang saling berhubungan
dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat dasar tanah. Namun
demikian, sifat dasar tanah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, tetapi
juga oleh kondisi pada saat pengujian dilakukan.
Karena tanah merupakan bahan yang mempunyai karakteristik sangat heterogin, maka
untuk mendapatkan gambaran tentang “perilakunya” serta untuk memudahkan
penanganannya, terlebih dahulu perlu dipahami sifat-sifat dasar tanah. Beberapa sifat
dasar tanah yang dipandang penting adalah:
10
Kadar air, berat jenis, berat isi, angka pori, porositas dan derajat kejenuhan
Kadar air, berat jenis, berat isi, angka pori, porositas dan derajat kejenuhan
merupakan parameter yang biasa digunakan untuk menunjukkan hubungan antara
berat dengan volume komponen - komponen tanah.
Sebagaimana telah ditunjukkan pada Persamaan .1, kadar air adalah perbandingan
antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah yang biasa
dinyatakan dalam persen.
Di laboratorium, kadar air biasanya ditentukan dengan menempatkan contoh tanah
dalam wadah (container) dan kemudian menimbang contoh basah, mengeringkan
dan menimbang contoh kering tanah. Dengan demikian, maka berat contoh kering
dan berat air (selisih antara berat contoh basah dengan berat contoh kering).
Pengeringan biasanya dilakukan dalam tungku (oven) pada suhu 100-105 0C dalam
waktu sampai berat contoh tetap.
Berat jenis tanah (biasa dinyatakan dengan simbol G) adalah perbandingan antara
berat bahan padat dengan berat air pada suhu tertentu (biasanya 4 0C), untuk volume
yang sama. Berat jenis tanah biasanya berkisar antara 2,60 sampai 2,80, dimana
secara umum, nilai yang rendah adalah untuk bahan berbutir kasar, sedangkan nilai
yang tinggi adalah untuk tanah berbutir halus. Meskipun demikian, kadang-kadang
dijumpai jenis tanah yang mempunyai berat jenis di luar rentang yang disebutkan,
yaitu jenis tanah yang berasal dari batuan induk sangat ringan atau sangat berat.
Penentuan berat jenis di laboratorium biasa dilakukan dengan menggunakan
piknometer.
11
Sifat-sifat dasar tanah
Berat isi tanah didefinisikan sebagai berat masa tanah per satuan volume. Dalam
teknik jalan raya, dikenal istilah “berat isi basah”, yaitu satuan berat masa tanah
yang mengandung berbagai tingkat kadar air, serta “berat isi kering”, yaitu satuan
berat masa tanah setelah dikeringkan dalam tungku (tidak mengandung air). Berat isi
kering dapat diperoleh dengan membagi berat isi basah oleh kadar air.
Angka pori didefiniskan sebagai perbandingan antara volume rongga (udara dan air)
dengan volume bahan padat; porositas adalah istilah yang mirip dengan angka pori,
yaitu perbandingan antara volume rongga dengan volume total; sedangkan derajat
kejenuhan merupakan perbandingan antara volume air terhadap volume total (biasa
dinyatakan dalam persen).
12
Sifat-sifat dasar tanah
Permeabilitas
Dalam teknik sipil, permeabilitas biasanya menunjukkan kemampuan (tingkat kemudahan atau
kesulitan) air untuk mengalir dalam pori-pori tanah, baik sebagai akibat pengaruh gaya gravitasi
maupun kekuatan lain. Tekstur, gradasi, derajat kepadatan dan struktur primer tanah sangat
mempengaruhi permeabilitas. Tanah berbutir kasar mempunyai permeabilitas yang jauh lebih
besar daripada tanah berbutir halus. Meskipun demikian, kandungan yang rendah bahan halus
atau bahan perekat pada tanah berbutir kasar serta retak, patahan dan lubang pada tanah berbutir
halus kadang-kadang merubah permeabilitas tersebut. Permeabilitas tanah berbutir lebih kasar
dapat ditentukan dengan cukup teliti melalui pengujian, baik di laboratorium maupun di lapangan.
Dalam mekanika tanah, permeabilitas biasa dinyatakan dengan “koefisien permeabilitas”, yang
sering didefinisikan sebagai kecepatan aliran air melalui masa tanah di bawah pengaruh satu
satuan gradien hidrolik. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien permeabilitas adalah sama
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas. Pengujian permeabilitas di laboratorium
dapat dilakukan dengan permeameter, baik yang mempunyai tinggi air berubah (falling-head
permeameter), maupun yang mempunyai tinggi air tetap (constant-head permeameter).
Tanah berbutir kasar (misal pasir dan kerikil) mempunyai koefisien permeabilitas yang besar dan
dapat disebut sebagai tanah porus, sedangkan lempung dan tanah berbutir halus lain mempunyai
koefisien permeabilitas yang kecil dan dapat dikatakan sebagai tanah kedap. Pada Tabel 5.2
ditunjukkan perkiraan koefisien dan karaketristik drainase berbagai jenis bahan.
13
Tabel .2. Perkiraan koefisien permeabilitas dan karakteristik drainase (Sumber: Merrit, 1976)
KOEF. KARAKETERI
JENIS TANAH PERMEABILITAS STIK
(cm/detik) DRAINASE
Kerikil bersih 5 - 10 Baik
Pasir kasar bersih 0,4 - 300 Baik
Pasir medium bersih 0,05 - 0,15 Baik
Pasir halus bersih 0,004 - 0,020 Baik
Pasir dan kerikil 10-5 - 0,01 Jelek sampai
kelanauan 10-5 - 10-4 baik
Pasir kelanauan 10-6 - 10-5 Jelek
Pasir kelempungan 10-6 Jelek
Lempung kelanauan 10-7 Jelek
Lempung 10-8 Jelek
Lempung koloid 10-9 Jelek
Jelek
14
Elastisitas
Plastisitas
Plastisitas mengandung arti kemampuan tanah untuk dirubah bentuknya tanpa retak
atau hancur serta setelah beban lepas, perubahan bentuk tersebut tetap
dipertahankan. Perubahan bentuk yang tidak kembali atau deformasi plastis
kemungkinan merupakan gabungan daripada sejumlah besar pergeseran kecil
antara butir serta keruntuhan kecil struktur lokal pada masa tanah.
15
Menurut teori Goldschmidt, plastistas merupakan akibat kehadiran partikel-partikel
pada muatan elektro-magnetik, dimana molekul-molekul air mempunyai sifat bi-polar
yang mengatur dirinya mirip magnit - magnit kecil dalam daerah magnetik yang
berdampingan dengan permukaan butir - butir tanah. Pada jarak yang sangat dekat
dengan permukaan, air menjadi sangat kental dan apabila jaraknya bertambah, maka
viksositas air menurun sampai pada jarak tertentu menjadi air normal. Apabila air hadir
dalam jumlah yang cukup, maka partikel - partikel tanah terpisahkan oleh tetes-tetes air
kental yang memungkinkan partikel bergeser satu sama lain ke posisi yang baru tanpa
ada kecenderungan untuk kembali ke posisi awal, tanpa ada perubahan pada rongga
serta tanpa mengganggu kohesi. Kebenaran teori Goldschmidt ditunjukkan oleh
kenyataan bahwa lempung tidak menjadi plastis apabila dicampur dengan cairan yang
mempunyai molekul tidak berpolarisasi, misal minyak tanah.
Dalam pekerjaan rekayasa jalan raya dan pondasi, deformasi plastis dapat menjadi
faktor yang besar dan penting. Mudah dipahami bahwa apabila deformasi plastis makin
membesar akibat pembebanan yang makin meningkat, maka butir-butir tanah mulai
berorentasi kembali pada suatu zona kritis di dalam masa tanah. Apabila beban cukup
besar dan butir-butir tanah (mungkin terorentasi sejajar satu sama lain) pada zona kritis
jumlahnya cukup besar pula, maka masa tanah akan mengalami keruntuhan geser.
Pada atau dekat zona tersebut, tahanan geser atau kekuatan tanah dapat dikatakan
telah dilampaui.
16
Kohesi dan kekuatan geser
Telah diketahui bahwa apabila deformasi plastis dalam tanah berbutir halus menjadi lebih
besar akibat pembebanan yg makin besar, maka dalam zona kritis tertentu pada tanah akan
terjadi reorentasi butir. Apabila beban cukup besar dan butir-butir tanah (dengan jumlah yang
cukup) dalam zona kritis mengalami orentasi yang sejajar satu sama lain, maka pada zona
kritis tersebut, tanah akan mulai mengalami keruntuhan geser. Pada atau di dekat daerah
tersebut, tahanan geser atau kekuatan tanah dikatakan telah dilampaui.
Kekuatan geser tanah merupakan sumbangan dari friksi antara butir serta kohesi (kohesi
merupakan kekuatan geser di luar sumbangan friksi butir). Oleh karena itu, kohesi (dengan
demikian kekuatan geser) tidaklah tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan perubahan kadar
air, tingkat dan lama pembebanan, tegangan tidak bebas (confining pressure) serta beberapa
faktor lain. Namun demikian, tanah yang dipadatkan pada kadar air optimum biasanya
mempunyai kekuatan geser yang lebih besar daripada tanah yang dipadatkan pada kadar air di
atas optimum. Kekuatan geser tanah merupakan persoalan yang rumit dan telah banyak
penelitian untuk merumuskan prosedur paling baik untuk menentukan sifat tersebut.
Menurut definisi, bahan yang mengalami deformasi akibat beban tanpa mengalami perubahan
volume mempunyai Angka Poisson sama dengan setengah; sedangan bahan yang mengalami
deformasi semata-mata akibat perubahan volume mempunyai Angka Poisson sama dengan
nol. Angka Poisson tanah yang dapat dipercaya, sejauh ini sulit ditentukan. Namun demikian,
Angka Poisson untuk sebagian besar tanah berkisar antara 0 dan 0,5. Hal tersebut mengan-
dung pengertian bahwa deformasi yang terjadi akibat pembebanan terdiri atas dua bagian,
yaitu deformasi elastis-plastis dan perubahan volume.
17
Pemampatan (compressibility)
Karena butir-butir mineral dan air dalam masa tanah relatif tidak dapat memampat, maka
sebagian besar perubahan volume pada tanah merupakan akibat perubahan struktur tanah yang
diikuti dengan keluarnya (expulsion) air atau udara atau kedua-duanya dari masa tanah.
Pemampatan atau perubahan bentuk sebagai akibat keruntuhan geser tidak dimasukkan dalam
katagori ini. Istilah “konsolidasi” biasa digunakan untuk menyatakan porsi deformasi perubahan
volume yang semata-mata diakibatkan oleh keluarnya air pori; sedangkan istilah “densifikasi”
merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyatakan perubahan volume yang
diakibatkan oleh keluarnya udara dari masa tanah.
Sehubungan dengan hal di atas, maka pemampatan sangat dipengaruhi oleh struktur tanah dan
sejarah tegangan yang pernah bekerja pada endapan. Endapan yang terjadi sebagai akibat
proses sedimentasi biasanya mempunyai pemampatan yang lebih besar daripada tanah residual
atau endapan yang dipindahkan oleh angin. Pemampatan pada sebagian besar tanah telah dapat
ditentukan dengan menggunakan beberapa metoda pengujian di laboratorium.
Deformasi atau perubahan volume sering kali terjadi pada masa tanah, meskipun tanpa
pemberian atau pelepasan beban luar. Hal tersebut dapat terjadi akibat sekurang-kurangnya dua
fenomena yang berbeda; yaitu, penurunan muka air tanah pada suatu daerah akan
mengakibatkan peningkatan tegangan tanah sehingga efektif untuk menimbulkan perubahan
volume pada lapisan kompresibel di bawah permukaan air tanah awal dan selanjutnya terjadi
penurunan (settlement) pada timbunan atau bangunan yang terletak pada atau dekat permukaan.
Pada kasus yang lain, perubahan volume dalam bentuk deformasi pada tanah (tidak tergantung
pada beban luar) dapat terjadi sebagai akibat fenomena penyusutan atau pemuaian.
18
Dalam keadaan normalnya, semua jenis tanah dapat memampat. Namun demikian,
pemampatan pada tanah jenuh lebih merupakan akibat pengurangan volume rongga
daripada pemampatan butir-butir tanah dan air dalam rongga. Apabila tanah jenuh
dibebani, maka sebelum pemampatan terjadi, air yang mengisi rongga akan terlebih
dulu harus terdorong keluar. Besarnya pemampatan pada suatu jenis tanah tergantung
pada berbagai faktor, diantaranya adalah: besar beban, angka pori, struktur dan
sejarah tanah; sedangkan besarnya konsolidasi pada tanah jenuh merupakan fungsi
permeabilitas.
Penyusutan dan pemuaian lebih nyata terjadi pada tanah berbutir halus, terutama
lempung. Penyusutan dan pemuaian terjadi sebagai akibat terbentuk dan terlepasnya
tegangan tarik kapiler pada air pori tanah serta tingkat penyerapan air ( thirst for
water ) oleh mineral lempung yang terdapat pada tanah.
Apabila memungkinkan, penggunaan tanah yang mempunyai perubahan volume
besar untuk pembangunan jalan raya hendaknya dihindarkan. Pada kasus dimana
penggunaan tanah tersebut tidak dapat dihindarkan, maka perlu dilakukan upaya-
upaya untuk mengurangi potensi pemuaian, atau mengurangi fluktuasi kandungan
air.
19
Tabel di bawah menunjukan klasifikasi Tanah berdasarkan kesulitan dan kemudahan penggalian.
HUBUNGAN DENGAN KLASIFIKASI
NAMA DESKRIPSI KETERANGAN TANAH SEDERHANA PADA KESATUAN KLAS.
TANAH JEPANG ( SUATU CONTOH )
TANAH Inklusi kerikil mengura- Pasir dengan banyak kerikil; tanah Kerikil ( G )
KERIKIL ngi efisiensi penggalian pasiran dengan banyak kerikil; Tanah kerikilan ( GF )
tanah kohesif dengan banyak kerikil
PASIR Material yang tidak akan mem Pasir dari bukit pasir pantai; Pasir ( S )
-buat suatu timbunan dalam tanah lapukan granit
suatu ember,dll.
TANAH Mudah digali dan membentuk Tanah pasiran; tanah lapukan gra - Pasir ( S )
suatu timbunan pada ember dengan nit; tanah liat dengan penyebaran Tanah pasiran ( SF )
BIASA sedikit rongga ukuran partikel yang baik Lanau ( M )
TANAH LEM- Sepertinya akan lengket pada Tanah liat dengan kondisi yang je-
Lanau ( M )
PUNGAN dgn ember, dll dan kemampuan lek; tanah kohesif dengan kondisi
Tanah lempungan ( C )
Kadar air tinggi untuk diangkut sangat jelek yang jelek; tanah vulkanik kohesif
Tanah vulkanik kohesif ( V )
Tanah organik ( O )
Tanah organik
20
TERIMA KASIH