Anda di halaman 1dari 17

RINGKASAN

Prospek Usaha PT.Ternak Perah Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada masih
mempunyai peluang prospek yang cukup besar, dilihat dari tingkat pemanfaatan peluangnya.,
dimana permintaan terhadap asupan protein hewani contohnya susu perah mengalami
kenaikan, karena warga Indonesia cenderung menyukai minum susu pada pagi hari karena
dinilai lebih sehat dan rendah kolesterol serta lemak jahat dibandingkan dengan daging.Jika
tahun sebelumnya kenaikan berkisar hanya 5%, tahun ini mencapai 15% total kebutuhan daging
ayam di Indonesia. Selain itu dilihat dari tingkat produksinya tiap bulan yang tergolong cukup
besar bagi usaha yang tergolong kecil.

Pada kesempatan kali ini membahas pada apa saja yang dibutuhkan sebagai sarana
prasarana maupun peralatan dalam aktivitas memerah sapi ternak. Pertama yang paling
penting adalah modal. Untuk permodalan usaha rumah potong ayam tergantung pada usaha
rumah potong yang akan didirikan, yaitu rumah potong ayam tradisional atau modern. Jumlah
modal usaha rumah potong ayam tradisional tidak sebanyak modal usaha rumah potong
modern.

Dalam mendirikan usaha rumah ayam potong harus memikirkan dari segi lokasi dan
gedungnya.Pada Rumah Potong Ayam Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada ini
lokasinya ada di Fakultas Peternakan dan pembagian gedungnya ada 3 bagian yaitu gedung
semi kotor, kotor, dan bersih.Gedung semi kotor untuk tempat menurunkan ayam dari
konsumen, sedangkan gedung kotor untuk tempat pemotongan dan tempat penggantungan
ayam.Selanjutnya gedung bersih untuk pengumpulan daging yang sudah siap dijual ke
konsumen. Untuk sarana dan prasarana yang ada di rumah potong yama antara lain freesher,
pisau pemotongan, ember atau bak, meja stainlis, kipas, kompor, pakaian pekerja, dll harus
diperhatikan kebersihannya atau rutin diganti beberapa bulan sekali karena sangat
mempengaruhi hasil produksi. Dari segi tenaga kerja juga diperhatikan seperti skillnyadan
keuletannya dia dalam bekerja.Kemudian segi mitra kerja baik itu usaha kecil maupun usaha
besar harus selalu diperhatikan karena itu merupakan kunci utama berkembangnya usaha
mereka.

Manajemen pengelolaannya juga diperehatikan dari awal ayam itu masuk ke rumah
potong ayam sampai pendistribusian daging ke konsumen.Selain itu, kendala dalam usaha

1
rumah potong ayam seperti modal, persaingan, mitra kerja juga harus diperhatikan demi
berkembangnya usaha tersebut.

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Profil Pemilik Usaha

UPT TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Perspektif sejarah perjalanan UPT Ternak Perah dari awal


terbentuknya pada tahun 2001 hingga tahun 2013. UPT Ternak Perah dibentuk
berdasarkan SK Dekan Fakultas Peternakan
No 1663/J.01.1.25/TU/2001 tentang UPT tertanggal 10 Desember
2001 yang ditandatangani oleh Dekan Prof. Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, M.Sc.
Kemudian bersamaan dengan Rapat Kerja Fakultas (RKF) tanggal 12 Desember
2001, diadakan berita acara serah terima barang, karyawan dan uang No
02/LPRH/XII/01 dari Kepala Laboratorium Ternak Perah (Ir. Sugeng Prihadi , SU)
kepada Kepala UPT Ternak Perah (Ir. Timan Sutarno) dan telah mendapat
pengesahan dalam Rapat Kerja Fakultas pada tanggal tersebut. Serah terima meliputi
daftar barang, bangunan dan ternak, karyawan yang dimutasi 8 orang dan uang
penjualan sapi Rp.9.689.525,-
Salah satu alasan yang tercatat mengapa Laboratorium Ternak Perah
melalui Kepala Laboratorium saat itu menyerahkan barang , ternak, bangunan dan
karyawan serta uang penjualan ternak kepada pimpinan Fakultas dikarenakan tidak
sanggup lagi mengelola asset tersebut sebagai akibat semakin terbatasnya lahan kebun
rumput yang beralih fungsi menjadi lapangan dan bangunan sehingga pengelolaan
ternak perah semakin hari semakin berat, merosot dan merugi. Sementara untuk
menjamin terpenuhinya kepentingan mahasiswa dalam hal pendidikan dan penelitian
seperti praktikum, keberadaan ternak perah harus dipertahankan dengan berbagai
cara. Salah satu cara yang telah ditempuh oleh pimpinan Fakultas saat itu adalah
membentuk UPT ternak perah sebagai jalan keluar terbaik. Secara bersamaan dan
3
kebetulan, salah satu staf Laboratorium Ternak Perah Bapak Ir. Timan Timan
Sutarno, SU telah memasuki purna tugas dan bersedia mengabdikan dirinya untuk
mengelola UPT Ternak Perah tersebut. Dengan penuh dedikasi, pengelolaan UPT
Ternak Perah dari 12 Desember 2001 hingga 19 Januari 2010 oleh tim yang
dikoordinir Bapak Ir. Timan Sutarno,SU. Kami dan kita sepatutnya memberikan
penghargaan yang tinggi atas jerih payah dan pengorbanan yang luar biasa kepada
Tim Pengelola UPT Ternak Perah dan khususnya Bapak Ir. Timan Sutarno,
SU,sebagai Manager UPT Ternak Perah selama 8 tahun.

Seiring dengan habisnya masa bakti Bapak Ir. Timan Sutarno, SU


sebagai Kepala UPT Ternak Perah ,maka pada tanggal 20 Januari 2010 Rapat
Pimpinan Fakultas (Dekan Prof. Dr. Ir.Tri Yuwanta, SU.,DEA)dengan para anggota
Laboratorium UPT Ternak Perah dan Industri Persususan tentang pengelolaan UPT
Ternak Perah, telah disepakati untuk sementara pengelolaan UPT Ternak Perah agar
dilakukan oleh Laboratorium Ternak Perah dan kepada Kepala Laboratorium diminta
untuk mengusulkan Calon Pelaksana Teknis UPT Ternak Perah yang selanjutnya akan
diangkat dengan SK Dekan.

Pada tanggal 8 Februari 2010, Dekan (Prof. Dr. Ir. Tri Yuwanta,SU.,
DEA) berkirim surat kepada Kepala Laboratorium Ternak Perah dan Industri
Persusuan yang menyebutkan bahwa Laboratorium Ternak Perah dan Industri
Persusuan dilibatkan dalam pengelolaan teknis UPT Ternak Perah, kemudian
Kepala Laboratorium Ternak Perah diminta untuk menunjuk Pelaksana Teknis UPT
Ternak Perah yang bertanggungjawab pada Kepala Laboratorium Ternak Perah dan
berkewajiban melaporkan setiap bulan kepada Dekan dengan tembusan kepada
Manager UUF. Untuk pengembangan UPT Ternak Perah dengan terlebih dahulu
berkonsultasi dengan pengurus Fakultas dan melibatkan tim teknis UPT Ternak
Perah.

Pada periode tersebut pengelolaan UPT Ternak Perah dibawah


Manager UUF (Bambang Guntoro, S.TP) dari tanggal 2 Maret 2010 – 24 Februari
2013, secara de facto Kepala pengelolaan UPT Ternak Perah adalah Kepala
Laboratorium Ternak Perah dan Industri Persusuan (Yuni Suranindyah, Ph.D),
meskipun sampai saat ini belum menemukan SK Dekan yang menetapkan secara
4
formal (de jure) bahwa Kepala Lab Ternak Perah dan Industri Persusuan adalah
sebagai Kepala UPT Ternak Perah.

Pada periode tersebut , tepatnya tanggal 9 Juni 2011 ditandatangani


kontrak kerjasama antara UPT Ternak Perah bekerja sama dengan GAPOKTAN
Merapi Mandiri (diwakili Bapak Sudibyo) dalam pemasaran susu sapi perah.
Kerjasama ini dilakukan untuk memperoleh dukungan dana dari Ditjen PPHP
Kementrian Pertanian RI (sebagai Dirjen Bapak Prof. Dr. Ir. Zaenal Bachruddin,
M.Sc) pada tahun anggaran 2012 melalui pola insentif ‘Two in One’. Tanggal 5
Oktober 2012 melalui Dinas Pertanian , Kelautan dan Kehutanan Kabupaten Sleman,
alokasi bantuan Ditjen PPHP Kementerian Pertanian telah direalisasikan berupa alat
dan barang pengolahan susu senilai Rp.604.511.859,- (daftar barang terlampir). Sejak
5 Oktober 2012 hingga sekarang progam Two in One di UPT Ternak Perah terlaksana
dan berkembang sangat menggembirakan dan hingga saat ini menyerap susu dari
Gapokan Merapi Mandiri rata – rata 100 liter/hari untuk menghasilkan susu
pasterurisasi.
Dari tanggal 1 Februari 2013 – 1 Desember 2013, Ibu Ir. Yuni
Suranindyah, MS., Ph.D ditetapkan sebagai Kepala UPT Ternak Perah dengan
diterbitkannya SK Dekan No 622/J.01/1.25/KP/2013 tentang tim pengelola UPT
Ternak Perah. SK Dekan ini sebagai dokumen legal formal tentang pengelolaan UPT
Ternak Perah. Pada SK tersebut dibedakan secara jelas status Ir. Yuni Suranindyah,
Ms.,Ph.D., sebagai Kepala UPT Ternak Perah dan Kepala Laboratorium Ternak Perah
dan Industri Persusuan, karena yang bersangkutan juga sebagai Kepala Lab Ternak
dan Industri Persusuan. Secara de facto Ibu Ir. Yuni Suranindyah, Ms.,Ph.D sebagai
Kepala UPT Ternak Perah selama 3 tahun. Kami mengapresiasi dan memberikan
penghargaan yang tinggi atas pengorbanan dan pengabdian Ibu Ir. Yuni Suranindyah,
MS. Ph.D sebagai Kepala UPT Ternak Perah. Kemudian padatanggal 2 September
2013, ataas inisiatif beberapa orang bersepakat untuk membeli 6 ekor sapi perah ex
Baturraden yang didatangkan ke UPT Ternak Perah melalui kerjasama pola gaduhan
antara UPT Ternak Perah dan pihak penggaduh (6 orang anggota Lab Ternak Perah
dan Industri Persusuan ditambah 1 orang yaitu Prof. Dr. Ali Agus , DAA., DEA.
sebagai pribadi, dengan total investasi senilai 105 juta) pengembangan kerjasama pola
gaduhan ternak sapi ini diharapkan akan memperkuat UPT Ternak Perah dengan

5
keberadaan ternak sapi yang berkualitas dan mampu berproduksi susu tinggi dengan
standard SNI, dan berasal dari ex-impor Australia.

Dengan berakhirnya SK Dekan No 622/J.01/1.25/KP/2013 tentang


pengelolaan UPT Ternak Perah dan pergantian Kepala Laboratorium, maka per
tanggal 25 Februari 2014 pengelolaan UPT Ternak Perah melalui SK Dekan No
927/J.01.1.25/KP/2014 tentang pengangkatan tim UPT Ternak Perah yang
menetapkan Dekan ex officio sebagai Kepala UPT Ternak Perah dengan dibantu
seorang asisten Dekan. Nampaknya dengan terbitnya SK Dekan ini, telah
menyebabkan perbedaan interpretasi para anggota Lab Ternak Perah dan Industri
Persusuan yang mengajukan surat keberatan kepada Dekan tanggal 4 Maret2014. SK
Dekan tersebut diinterpretasikan sebagai bentuk akuisisi keberadaan UPT Ternak
Perah oleh Dekan / Pimpinan Fakultas.

Sejarah perjalanan UPT Ternak Perah sejak berdiri hingga sekarang ini
,kita dapat menyimpulkan dengan bukti legal formal yang jelas bahwa tidak ada
pengambil alihan UPT Ternak Perah dari Laboratorium Ternak Perah dan Industri
Persusuan. UPT Ternak Perah tidak pernah dialihkan dan dikembalikan ke
Laboratorium dan statusnya tetap sebagai UPT yang bertanggungjawab kepada
Dekan.SK tersebut justru sebagai salah satu solusi optimal untuk melakukan
keberpihakan kepada UPT Ternak Perah agar dapat lebih maju dan berkembang.
Mengingat selama ini pengelolaan UPT Ternak Perah cukup berat dan cenderung
menjadi beban financial dari waktu ke waktu sebagai akibat dari berbagai
keterbatasan, maka kami berfikir bahwa pengelolaan UPT harus ditangani di level
manajenmen yang lebih tinggi seperti di level Fakultas dan bukannya di level seperti
bagian apalagi Laboratorium.

B. Riwayat Usaha

UPT Ternak Perah mendirikan usaha ini atas dasar ingin


mengembangkan serta memajukan daya Ternak Perah dalam mengolah susu dalam
bentuk yang sedemikian walau pernah mengalami penurunan atau kemrosotan, namun
semua itu akan menjadi sebuah pengalaman bagi UPT Ternak Perah sehingga menjadi

6
kekuatan usaha tersebut. Hingga sampai saat ini bias dikatakan bahwa usaha tersebut
semakin berkembang dan lebih maju , tergambar jelas dari perspektif sejarah dari
UPT Ternak Perah memiliki gambaran yang komprehensif , benar serta meyakinkan
atas keberadaan UPT Ternak Perah. Harapannya agar menjadi acuan bagi kita semua
seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan UGM dalam status legal formal
keberadaan UPT Ternak Perah tersebut.

C. Analisis Situasi Usaha

Naik turunnya produksi UPT Ternak ini tergantung pada ternaknya


sendiri , jika ternak tersebut ingin kawin maka otomatis produksi akan menurun
namun jika ternak tersebut sudah melahirkan anaknya maka produksinya akan naik
lagi. Sudah dijelaskan bahwa mengingat juga untuk menjamin terpenuhinya
kepentingan mahasiswa dalam hal pendidikan dan penelitian seperti praktikum,
keberadaan ternak perah harus dipertahankan dengan berbagai cara agar dapat
terpelihara dengan baik dan ternak bisa berproduksi dengan baik pula.
 Produksi susu segar rata – rata 2800 (liter/bulan)
 Susu cup rata – rata 9000 – 15000 (liter/bulan)

D. Analisis SWOT Usaha

 STRENGTH (kekuatan) : memiliki sertifikat HALAL, tidak


ada kecurangan, bakteri lebih sedikit dibandingkan produk lain, sudah
terdaftar BPOM
 WEAKNESS (kelemahan) : masih terbebani oleh gaji SK
rektor dari pendapatan UPT Ternak Perah berkisar Rp.1.500.000,- per
bulannya.
 OPPORTUNITY (peluang) : mendapatkan keuntungan yang
sudah dirasa cukup dalam menjalankan usaha ini.
 TREATH (ancaman) : memiliki banyak sekali pesaing terutama
untuk susu pasteurisasi, karena di UPT Ternak Perah ini hanya memiliki 4
rasa. Tidak menutup kemungkinan jika produk lain memiliki lebih banyak
pilihan rasanya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
A.1 Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi merupakan salah satu jenis susu olahan yang mempunyai
sifat tidak tahan lama dan mildah rusak. Produk ini hanya mampu bertahan melalui
penyirnpanan di lemari pendingin maksimum selama 5 hari pada suhu 4" Celcius.
Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh
organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Proses ini
diberi nama atas penemunya Louis Pasteur seorang ilmuwan Perancis.

A.2 Yoghurt
Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri.
Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk sari kacang kedelai. Produksi modern
saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) menghasilkan asam laktat
yang berperan dalam protein susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel dan aroma unik
pada yoghurt. Yoghurt tersedia dalam beraneka macam rasa, rasa alami, rasa buah, rasa
vanilla, atau rasa cokelat juga populer.

B. Cara Pembuatan
B.1 Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi merupakan salah satu jenis susu olahan yang mempunyai sifat
tidaktahan lama dan mildah rusak. Produk ini hanya mampu bertahan melalui
penyirnpanan di lemari pendingin maksimum selama 5 hari pada suhu 4" Celcius.
Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh
organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Proses ini
diberi nama atas penemunya Louis Pasteur seorang ilmuwan Perancis.
Proses pembuatan susu pasteurisasi terdiri dari beberapa tahap dan setiap tahap
mempunyai tujuan tertentu yaitu mendapatkan produk berkualitas. Adapun tahap-tahap
pengolahannya meliputi :

8
Tahap Penerimaan.
Susu dikirim dari peternakan dengan menggunakan milkcan kemudian
disimpan di freezer untuk mendinginkan susu sampai dengan suhu 4oC. Pada tahap
penerimaan dilakukan pemeriksaan fisik .

Tahap Pemanasan.
Pada tahap pemanasan yaitu susu dituang ke alat utama proses pasteurisasi
yaitu Plate Heat Exchanger (PHE) untuk memanaskan susu hingga mencapai suhu
65oC selama 30 menit.

Tahap Pendinginan.
Setelah dipanaskan, susu kemudian dituang ke milkcan/panci yang dilanjutkan
dengan tahap pendinginan dengan merendam milkcan/panci berisi susu tersebut ke
dalam air es hingga suhu mencapai 10oC dan siap untuk dikemas.

Sanitasi.
Peralatan dalam proses pengolahan susu harus dijaga dalam keadaan bersih.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas susu sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Adapun proses sanitasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
-Membilas peralatan dengan air hingga sisa-sisa susu hilang.
-Mencuci dengan air sabun hangat atau menggunakan air panas dan larutan
chloor/klorin , disikat kemudian dibilas.
-Merendam dengan air mendidih selama 2 – 3 menit atau diuapkan selama 30 detik.
-Menyimpan peralatan di ruangan yang tertutup dan bersih sebelum digunakan.

B.2 Yoghurt
Yoghurt dibuat dengan bantuan dua jenis bakteri menguntungkan, satu dari
keluarga lactobacillus yang berbentuk batang (Lactobacillus bulgaricus) dan lainnya
dari keluarga streptococcus yang berbentuk bulat (Streptococcus thermophilus). Kedua
bakteri yoghurt ini merupakan bakteri penghasil asam laktat yang penting peranannya
dalam pengaturan mikroflora usus. Saat bertumbuh di usus, Lactobacillus bulgaricus
dan S. thermophilus mampu menciptakan keadaan asam yang menghambat bakteri lain.
Bakteri penyebab penyakit yang umumnya tak tahan asam tak mampu bertahan di
lingkungan bakteri yoghurt. Sementara bakteri lain yang memang seharusnya melimpah
9
dirangsang untuk bertumbuh. Sehingga mikroflora dalam usus didorong mendekati
keadaan seimbang yang normal. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bakteri dalam
yogurt dan susu fermentasi ulain memberi ekstra manfaat bagi tubuh. Bakteri yogurt
membutuhkan kondisi pertumbuhan yang cocok terutama suhu yang tepat. Umumnya
bakteri tumbuh baik pada keadaan hangat. Bakteri yogurt S. thermophilus dan L.
bulgaricus paling cepat tumbuh di sekitar suhu 40– 44°C (bergantung pada galurnya).
Jika suhu terlalu rendah bakteri akan berkembang biak lambat atau tidak sama sekali.
Sementara jika suhu terlampau panas bakteri bisa rusak dan mati. Bahaya lain, yaitu
merajalelanya mikroba lain yang kondisi optimumnya di suhu lebih tinggi atau rendah.
Karena lebih cepat berkembang biak di suhu tersebut, jumlah mikroba penyusup tadi
dapat menyusul bahkan menyisihkan bakteri yogurt semula. (Widodo,2002)

C. Manajemen Kesehatan Sapi Perah


Sasaran akhir tiap usaha peternakan adalah pencapaian keuntungan dari usaha
tersebut. Agar tercapai keuntungan maksimal, harus selalu dipertimbanagn 6 syarat
peternakan yang berupa (1) digunakannya bibit ternak yang terjamin mutunya, (2)
tersedianya pakan yang cukup secara kualitatif dan kuantitatif, (3) penerapan tata
laksana reproduksi yang optimal, (4) penerapan pegetahuan zooteknik yang tepat, (5)
pencegahan dan pengendalian gangguan berupa penyakit, termasuk mastitis, dan (6)
penguasaan cara pemasaran produk ternaknya. Keenam faktor tersebut harus didukung
dengan sistem pencatatan (recording) yang baik. (Subronto&Tjahjati, 2001)
Mastitis bersifat kompleks karena : (1) Penyebabnya beragam (bakteri :
streptococcus sp, stphylococcus sp, dan lain-lain, kapang atau khamir serta virus); (2)
Tingkat reaksinya beragam; (3) Lama penyakitnya bervariasi; (4) Akibat yang
ditimbulkannya sangat bervariasi. Ada 3 faktor mempermudah terjadinya mastitis yaitu,
kondisi hewan itu sendiri, kondisi lingkungan yang buruk dan agen penyebab penyakit
(Anonimus, 2016).
Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae Epizootica (AE)
disebabkan oleh virus. Penyakit ini menular kontak langsung melalui air kencing, air
susu, air liur, dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejala : (1) rongga mulut, lidah
dan telapak kaki atau atau tracak melepuh serta terdapat tojolan bulat berisi cairan yang
bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun
bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan. Adapun cara

10
pengendalian tersebut adalah: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati
secara terpisah (Anonimus, 2016).

11
BAB III
ANALISIS EKONOMI

A. Investasi
1. Sapi Afkir = Rp 9.689.525
2. Pedet jantan = Rp 4.000.000/ekor
3. kotoran sapi = Rp 75.000/bulan

B. Biaya Operasional
1. Penyusutan mesin = Rp 500.000/bulan
2. Gaji pegawai = Rp 4.500.000/bulan
3. Sertifikasi MUI = Rp 62.500/bulan
4. Gula = Rp 72.000/bulan
5. Bakteri = Rp 9.600/bulan
6. Sirup = Rp 68.000/bulan
7. Perasa = Rp 4.000/bulan
8. Cup = Rp 200.000/bulan
9. Plastic = Rp 24.500/bulan
10. Sablon + plastic = Rp 84.000/bulan
11. Pakan 2.500 kg = Rp 7.000.000

C. Harga pokok produksi BEP

1. Fixed cost :
Penyusutan mesin : Rp 500.000,00/bulan
Gaji pegawai : Rp 4.500.000,00/bulan
Sertifikasi MUI : Rp 62.500,00/bulan
Polar (konsentrat)/pakan tambahan : Rp 7.500.000,00
Transport : Rp 1.000.000,00
Total : Rp 13.525.500,00

12
2. Variabel Cost :
Bahan baku Yoghurt :
 Susu : 40 liter X Rp 7.500,00 =Rp 300.000,00/bulan
 Gula : 4 kgX Rp 18000 = Rp 72.000,00/bulan
 Bakteri : Rp 2400 X 4 = Rp 9.600,00
 Sirup : 4 botol X Rp 17000 = Rp 68.000,00
 Perasa : 1000 X 4 = Rp 4.000
 Cup : Rp 200.000
 Plastik : Rp 24.500
 Sablon+plastik : Rp 350 X 240 = Rp 84.000
Total : Rp 848.500,00

Bahan Baku susu pasteurisasi :

 Susu : 42 liter X Rp 4.500,00 =Rp 189.000,00/bulan


 Gula : 8 kg X Rp 18.000,00 = Rp 144.000,00
 Sirup : 9 botol X Rp 14000 = Rp 126.000,00
 Coklat : Rp 35.000,00
 Stiker : Rp 10.000,00 X 3 = Rp 30.000,00
 Cup : Rp 250.000,00
Total : Rp 774.000,00

VC Total : Rp 848.500,00 + Rp 774.000,00 = Rp 1.622.500,00

Penjualan :

 Yoghurt : Rp 2.000,00
Rp 2.000,00 X 257 = Rp 514.000,00
 Susu Pasteurisasi : Rp 2.500,00
Rp 2.500 X 262 = Rp 655.000,00
S total : Rp 514.000,00 + Rp 655.000,00 = Rp 1.169.000,00
BEP (Rupiah) :
 Rasio : Sy : Ss
= Rp 514.000,00 : Rp 655.000,00
= 514 : 655

13
 BEP total :

𝐹𝑐 𝑅𝑝 13.525.500,00
𝑉𝑐 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑝 1.622.500,00
1− 1 − 𝑅𝑝 1.169.000,00
𝑆 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑅𝑝 13.525.500,00
=
1 − 1,39

𝑅𝑝 13.525.500,00
=
− 0,39

= 𝑅𝑝 3.467.949,00

 BEP (Rupiah)
A. Yoghurt

514
× 𝑅𝑝 3.467.949,00 = 𝑅𝑝 1.524.830,00
1169

B. Susu Pasteurisasi

615
× 𝑅𝑝 3.467.949,00 = 𝑅𝑝 1.824.456,00
1169

 BEP (unit)
A. Yoghurt
Rp 1.524.830,00÷ Rp 2000 = 762 unit
B. Susu Pasteurisasi
Rp 1.824.456,00÷ Rp 2500 = 730 unit

Keuntungan :𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 – 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍

A. Yoghurt
Rp 514.000 – ( Rp 13.525.500,00 + Rp 1.622.500,00) = Rp – 14.634.000
B. Pasteurisasi
Rp 655.000 – Rp 1.169.000 = Rp – 514.000

14
PEMBAHASAN

Pada pratikum kali ini kita berkunjung di UPT Sapi Perah Fakultas Peternakan UGM.UPT
Sapi Perah mempunyai peluang prospek yang cukup besar, dilihat dari tingkat pemanfaatan
peluangnya., dimana permintaan terhadap asupan protein hewani contohnya susu perah
mengalami kenaikan, karena warga Indonesia cenderung menyukai minum susu pada pagi
hari karena dinilai lebih sehat dan rendah kolesterol serta lemak jahat dibandingkan dengan
daging.

UPT Sapi Perah menghasilkan beberapa produk diantaranya yoghurt dan susu
pasteurisasi dari ssegi ekonomi dua produk ini sangat digemari masyarakat. Maka dari itu
prospek pengolahan, penjualan serta pemasaran di kalangan masyarakat masih luas. Jika
dihitung dari segi ekonomi seperti BEP, Investasi, Keuntungan dapat disimpulkan sebagai
berikut:

Dengan investasi awal berupa 10 ekor sapi betina.Dalam satu hari 10 ekor dapat diperah dua
kali pagi dan sore. Satu hari dapat menghasilkan 80 liter susu yang akan diolah menjadi yoghurt dan
susu pasteurisasi. Untuk susu pasteurisasi sekali pengolahan memerlukan 14 liter susu segar dan
beberapa bahan tambahan. Dari 14 liter susu menghasilkan 90 cup susu berukuran 240ml dan harga
jual sebesar Rp 2.500,-. Jadi jika dihitung BEP unit dan rupiah sebesar : BEP rupiah diperoleh sebesar
𝑅𝑝 1.824.456,00dan BEP Unit sebesar 730 unit.

Untuk mengolah susu mnejadi yoghurt dibutuhkan susu segar sebanyak 14 liter susu segar
dan beberapa bahan tambahan. Dari 14 liter susu segar menghasilkan 90 cup berukuran 240ml dengan
harga jual Rp 2.000,- per cupnya. Jadi jika dihitung BEP unit dan rupiah sebesar
:𝑅𝑝 1.524.830,00 dan 762 unit

15
KESIMPULAN

UPT sapi perah Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada terdapat tiga
produksi diantaranya susu murni/susu segar, susu pasteurisasi dan yoghurt dengan modal
awal sebesar Rp.9.689.525,-. Dengan investasi awal berupa 10 ekor sapi betina. Dalam
satu hari 10 ekor dapat diperah dua kali pagi dan sore. Satu hari dapat menghasilkan 80
liter susu yang akan diolah menjadi yoghurt dan susu pasteurisasi. Untuk susu pasteurisasi
sekali pengolahan memerlukan 14 liter susu segar dan beberapa bahan tambahan. Dari 14
liter susu menghasilkan 90 cup susu berukuran 240ml dan harga jual sebesar Rp 2.500,-.
Jadi jika dihitung BEP unit dan rupiah sebesar : BEP rupiah diperoleh sebesar
𝑅𝑝 1.824.456,00 dan BEP Unit sebesar 730 unit. Untuk mengolah susu menjadi yoghurt
dibutuhkan susu segar sebanyak 14 liter susu segar dan beberapa bahan tambahan. Dari 14
liter susu segar menghasilkan 90 cup berukuran 240ml dengan harga jual Rp 2.000,- per
cupnya. Jadi jika dihitung BEP unit dan rupiah sebesar :𝑅𝑝 1.524.830,00 dan 762 unit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Pasteurisasi. http://www.dedenhardian.com/2015/02/pasteurisasi.html


Subronto dan Tjahjati,I. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Widodo W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Universitas Muhammadiyah.
Malang

17

Anda mungkin juga menyukai