Anda di halaman 1dari 16

Nyeri Pinggang Kanan et causa Nefrolithiasis Dextra

Riama Sihombing
102012185

Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
riamasihombing7@gmail.com

Abstrak

Batu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan menjadi batu ginjal dan batu kandung
kemih. Batu ginjal (urolitiasis) dapat terjadi di bagian mana saja pada sistem perkemihan.
Namun, yang paling banyak ditemukan adalah di dalam ginjal (nefrolitiasis). Batu ginjal
membentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, inflidibulum, pelvis ginjal dan bahkan
bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dimana pada daerah-daerah tersebut mengandung
komponen kristal serta matriks organik.

Kata kunci: Ginjal, Batu, Saluran kemih

Abstract

Urinary tract stones from place to place classified into kidney stones and bladder stones. Kidney
stones (urolithiasis) can occur in any part of the urinary system. However, the most commonly
found in the kidney (nephrolithiasis). Kidney stones form in the kidney tubules then be in Calix,
inflidibulum, renal pelvis and could even fill the entire Calix renal pelvis and where in these
regions containing crystal components and the organic matrix.

Keywords: Kidney stones, urinary tract

Pendahuluan

Batu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan menjadi batu ginjal dan batu kandung
kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal, dan mengandung
komponen kristal serta matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis
dan bila akan keluar dapat terhenti di ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar

1
mengandung batu kalsium. Batu oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat, secara bersama
dapat dijumpai sampai 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal. Batu ginjal merupakan
penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih.

Skenario

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama nyeri pinggang
kanan dan BAK kemerahan sejak 1 bulan yang lalu.

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal yang
diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis. Ada beberapa point penting yang
perlu ditanyakan pada saat anamnesis , antara lain:
 Identitas pasien:
Nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan
pekerjaan, suku bangsa dan agama.
 Keluhan utama:
Pasien merasakan nyeri pinggang kanan dan BAK kemerahan sejak 1 bulan lalu.
 Riwayat penyakit sekarang:
- Waktu dan lama keluhan berlangsung: muncul sejak 1 bulan yang lalu
- Sifat nyeri: awal terasa ringan, namun semakin memberat sejak 5 hari lalu
- Lokalisasi dan penyebaran: nyeri pinggang kanan
- Keluhan penyerta: mual, muntah, dan demam tidak terlalu tinggi
 Riwayat penyakit dahulu:
- Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya? Cari
tahu riwayat penyakit dahulu dari kondisi medis apapun yang signifikan.
- Menanyakan pernahkah mengalami masalah genitourinarius sebelumnya?
- Adakah riwayat ISK, hematuria, atau batu sebelumnya atau penyakit lain yang
mengenai saluran ginjal?

2
 Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang
dialami oleh pasien
 Riwayat pekerjaan/ social
Menanyakan kepada pasien apakah penyakitnya mengganggu/ sangat mengganggu/ tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
 Riwayat Obat-Obatan:
- Menanyakan apakah ada riwayat pembedahan perut sebelumnya?
- Menanyakan setiap obat yang bisa menyebabkan nyeri misalnya OAINS atau
menutupi tanda gangguan perut misalnya kortikosteroid?
- Pertimbangkan alkohol sebagai penyebab nyeri, jika ada komplikasi penyakit (misal
pankreatitis)?
- Menanyakan apakah pasien mengkonsumsi antikoagulan (tetapi hematuria masih
menunjukkan kemungkinan abnormalitas yang mendasari)?
- Menanyakan apakah pasien telah menggunakan obat analgesik untuk mengurangi
nyeri?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ginjal dimulai dengan pemeriksaan secara inspeksi didaerah pinggang mulai
dengan meminta pasien duduk relaks dengan membuka pakaian pada daerah perut sebelah atas.
Diperhatikan adanya pembesaran asimetri pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas.
Pembesaran itu mungkin disebbkan oleh karena hidronefrosis, abses paranefrik, atau tumor
ginjal. Kemudian kita lanjutkan dengan palpasi ginjal yang dilakukan secara bimanual dengan
memakai dua tangan. Tangan kiri diletakkan disudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke
atas sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan di bawah arkus kosta. Pada saat inspirasi
ginjal teraba bergerak ke bawah. Dengan melakukan palpasi bimanual, ginjal kanan yang normal
pada anak atau dewasa yang bertubuh kurus seringkalli masih dapat diraba. Ginjal kiri sulit
diraba karena teletak lebih itnggi daripada sisi kanan.
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut
kostovertebra. Pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal mungkin teraba pada
saat palpasi dan terasa nyeri pada saat perkusi. Dan yang terakhir adalah auskultasi, suara bruit
yang terdengar pada saat melakukan auskultasi didaerah epigastrium atau abdomen sebelah atas

3
patut dicurigai adanya stenoris arteria renalis, apalagi kalau terdapat bruit yang terus menerus.
Bruit pada abdomen juga bisa disertai oleh aneurisma arteria renalis atau malformasi
arteriovenosus. Selain memeriksa ginjal kita juga memeriksa buli-buli, pada buli-buli normal
sulit untuk diraba, kecuali jika sudah terisi urine paling sedikit 150 mL. Pada pemeriksaan buli-
buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut bekas irisan/operasi di
suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis mungkin merupakan tumor yang ganas buli-buli
atau karena buli-buli terisi penuh dari retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan
batas atas buli-buli. Seringkali inspeksi terlihat buli-buli yang terisi penuh hingga melewati batas
atas umbilikus.
Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.
Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan
hidronefrosis. Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan
retensi urin. Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan
urosepsis. Inspeksi tanda obstruksi: berkemih dengan jumlah urin sedikit, oliguria, anuria.1
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik
sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan.
Berdasarkan skenario (kasus) yang ada hasilnya:
 Pemeriksaan fisik didapatkan:
- Tekanan Darah 120/80 mmHg
- Nadi 90x/menit
- Respirasi 20x/menit
- Suhu 37,80C
- Nyeri ketok CVA kanan : (+)
Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio
opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio
opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non
opak (radio lusen). Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel.

4
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak

MAP Semiopak
Urat/ Sistin Non Opak

Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih


b. Intra Vena Pielografi (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVP
dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat
oleh foto polos abdomen. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran
kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd.2

Foto BNO-IVP. Tampak batu radio opak pada ginjal kanan.

c. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di
buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau
pengkerutan ginjal.2
d. Pemeriksaan Mikroskopik Urin: untuk mencari hematuria dan kristal.

5
e. Renogram: dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.
f. Analisis batu: untuk mengetahui asal terbentuknya.
g. Kultur urin: untuk mecari adanya infeksi sekunder.
h. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali serum.
Diagnosis Kerja
Batu ginjal adalah massa padat yang terbentuk di dalam ginjal yang terbuat dari gabungan
kristal-kristal garam dan mineral. Satu atau lebih batu dapat berada dalam ginjal atau ureter pada
saat yang sama.3
Batu dapat hanya berada di bagian pelvis renalis, namun dapat juga bercabang mengikuti kaliks
atau melibatkan 2 kaliks yang bersebelahan (batu staghorn). Batu di pelvis dapat menyebabkan
hidronefrosis, namun batu kaliks biasanya tidak menunjukkan tanda fisik.
Nefrolitiasis atau batu ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal dan mengandung
komponen kristal serta matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di pelvis atau kaliks
dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagai besar
mengandung batu kalsium. Batu oksalat, kalsium oksalat atau kalsium fosfat secara dapat
dijumpai sampai 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal.
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan sekitarnya.
Faktor intrinsik itu antara lain:
1. Herediter (keturunan)
Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis Kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan

6
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya:
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagi daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan
daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu sauran kemih
2. Iklim dan temperature
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi,
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
4. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran
kemih.
5. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life.
Epidemiologi
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di Amerika sekitar 5-
10% penduduknya menderita penyakit batu pada saluran kemih, sedangkan diseluruh dunia rata-
rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga
penyakit terbanyak di bidang urologi. Di Amerika Serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih
banyak dijumpai di saluran kemih bagian atas, sedang di negara berkembang seperti India,
Thailand, dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. Peningkatan kejadian batu
pada saluran kemih bagian atas terjadi di abad-20, khususnya di daerah bersuhu tinggi dan dari
negara yang sudah berkembang. Dirumah sakit di Amerika serikat kejadian batu ginjal
dilaporkan sekitar 7-10 pasien untuk setiap 1000 pasien rumah sakit dan insidens dilaporkan 7-
21 pasien untuk setiap 10.000 orang dalam setahun. Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat
insiden tertinggi penderita batu saluran kemih yang ditemukan diberbagai negara di Eropa.
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai hubungan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan
suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara,

7
dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu saluran kemih
bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak.
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah, baik dari batu
saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian atas. Di negara yang telah
berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang
dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku
bangsa Bantu di Afrika Selatan.4
Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria: Wanita = 3:1. Puncak kejadian di usia 30-60 tahun
atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk wanita. Batu struvite
lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria.
Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang
sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-
buli. Adanya kelainan bawaan pada pelviokalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi
infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut)
dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi
kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang
kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal
yang lebih besar.5
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
menyumbat saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga
membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastable
dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urin, laju aliran urin di dalam saluran
kemih, atau adanya corpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya renal kalkuli seperti:
- Hiperparatiroidisme
- Asidosis tubular renal

8
- Malignansi
- Penyakit granulomatosa (sarcoidosis, tuberculosis)
- Masukan vitamin D yang berlebihan
- Masukan susu dan alkali
- Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, multiple mieloma)
- Faktor presipitasi seperti: gaya hidup, intake cairan kurang, retensi urin, konsumsi
vitamin C dosis tinggi, immobilisasi, dan lain-lain.
Otot-otot pada bagian yang kena berkontraksi untuk mendorong urin untuk melewati obstruksi.
Apabila obstruksinya partial, dilatasi akan timbul dengan pelan tanpa gangguan fungsi. Apabila
obstruksinya memberat, tekanan pada dinding ureter akan meningkat dan mengakibatkan dilatasi
pada ureter (hydroureter). Volume urin yang terkumpul meningkat dan menekan pelvis dari
ginjal dengan akibat pelvis ginjal berdilatasi (hydrophrosis). Penambahan tekanan ini tidak
berhenti pada pelvis saja tetapi dapat sampai ke jaringan- jaringan ginjal yang kemudian
menyebabkan kegagalan renal. Obstruksi juga dapat mengakibatkan stagnansi urin. Urin yang
stagnan ini dapat menjadi tempat untuk perkembangan bakteri dan infeksi. Obstruksi pada
traktus urinarius bawah dapat menyebabkan distensi bladder. Infeksi dapat timbul dan
pembentukan batu.5
Obstruksi pada traktus urinarius atas dapat berkembang sangat cepat karena pelvis ginjal
adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan bladder. Peningkatan tekanan pada jaringan-
jaringan ginjal dapat menyebabkan iskemia pada renal cortex & medula dan dilatasi tubula-
tubula renal. Statis urin pada pelvis ginjal dapat menyebabkan infeksi dan pembentukan batu,
yang dapat menambah kerusakan pada ginjal. Ginjal yang sehat dapat mengadakan kompensasi,
akan tetapi apabila obstruksi diperbaiki, ginjal yang sehat pun akan mengalami hypertrofi karena
harus mengerjakan pekerjaan ginjal yang tak berfungsi. Obstruksi pada kedua ginjal dapat
mengakibatkan kegagalan renal.
1. Batu kalsium (kurang lebih 70-80% dari seluruh batu saluran kemih)
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat
sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu
infeksi), batu xanthin, batu sistin dan batu jenis lainnya. Sebagian besar penderita batu
kalsium mengalami hiperkalsiuria, dimana kadar kalsium di dalam air kemih sangat tinggi.

9
Obat diuretik thiazid akan mengurangi pembentukan batu yang baru. Faktor terjadinya batu
kalsium:
- Hiperkalsiuria (kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300mg/24jam
- Hiperkalsiuria absorbtif
- Hiperkalsiuria renal
- Hiperkalsiuria resorptif
- Hiperoksaluria adalah ekskresi oksalat urin yang melebihi 45 gram per hari
- Teh, kopi instan, minuman, soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran
berwarna hijau terutama bayam
- Hiperurikosuria adalah kadar asam urat di dalarn urin yang melebihi 850 mg/ 24 jam
- Sumber asam urat di dalam urin berasal dari makanan yang mengandung banyak
purin/ asam urat maupun berasal dari metabolisme endogen
- Hipositraturia
- Penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular asidosis, sindrom malabsorbsi, atau
pemakaian diuretik golongan thiazid dalam jangka waktu lama
- Hipomagnesiuria.
2. Batu struvit (batu infeksi)
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan
mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah
urin menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti pada reaksi:
CO(NH2)2+H2O ⇛ 2NH3+CO2.
Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi batunya adalah matriks struvit-
karbonat-apatite atau disebut juga batu struvit atau batu triple fosfat, batu fosfat, batuinfeksi,
atau batu urease walaupun dapat pula terbentuk dari campuran antara kalsium oksalatdan
kalsium fosfat. Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium,ammonium,
fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amoniun fosfat (MAP)
atau(MgNH4PO4.H2O) dan karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3. Karena terdiri atas 3 kation
Ca2+,Mg2+ dan NH4+ batu jenis ini dikenal dengan nama batu triple-fosfat. Kuman-kuman
yangtermasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia,

10
Enterobacter,Pseudomonas, dan Staphylococcus. Meskipun E.coli banyak menyebabkan
infeksi salurankemih, namun kuman ini bukan termasuk bakteri pemecah urea.5
3. Batu urat (batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih)
Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas karena makanan tersebut
menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih. Untuk mengurangi
pembentukan asam urat dapat diberikan allupurinol. Batu asam urat terbentuk jika keasaman
air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa),
dapat diberikan kalium sitrat. Dan sangat dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Faktoryang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:5
- Urin yang terlalu asam (pH urin <6)
- Volume urin yang jumlahnya sedikit (,2 lter/hari) atau dehidrasi
- Hiperurikosuri
Manifestasi Klinis
 Sakit pada sudut CVA, sakit berupa pegal (akibat distensi parenkim dan kapsul
ginjal),kolik, (hiperkristaltik otot polos pada kaliks dan pelvis ginjal), rasa sakit tidak
sebandingdengan bendungan yang terjadi tetapi tergantung dari bendungan yang terjadi
secara tiba-tiba atau perlahan.
 Nausea, muntah-muntah disertai distensi abdomen disebabkan oleh ilius paralitik.
 Hematuria makroskopis (5-10%), hematuria mikroskopis (90%).
 Infeksi, bila terjadi sepsis penderita akan demam, menggigil dan apatis.
Diagnosis Banding
a. Urethrolithiasis Dextra
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada umumnya
berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke
kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke
kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar.
Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi
kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria
yang didahului oleh serangan kolik. Kalkuli bervariasi dalam ukuran dan dari fokus
mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk
dalam pelvis ginjal.

11
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukurannya
bervariasi dari deposit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu
sebesar kandung kemih dan berwarna oranye. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada
pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau
merah. Batu terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat,
kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi diberikan bertujuan untuk mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretic, dan minum banyak supaya
dapat mendorong batu keluar dari slauran kemih.
 Bila ada infeksi: diberi antimikroba yang sesuai
 Batu urat (hiperurikosuri):
- Allopurinol 3x100mg atau 1x300mg/hari
- Kalium sitrat
 Hipositraturi:
- Kalium sitrat
 Hiperkalsuri:
- Tiazid
 Batu sistin:
- D-penicillamine
 Analgesic:
- NSAID
- Opiat
B. Non-Medikamentosa
Pengambilan batu:
- Batu dapat keluar spontan. Bila masalah akut dapat diatasi, gambaran radiologis
yang ditemukan adalah merupakan basis penanganan selanjutnya. Berdasarkan
ukuran, bentuk dan posisi batu dapat diestimasi batu akan keluar spontan atau
harus diambil. Sekitar 60-70% dari batu yang turun spontan sering disertai dengan

12
serangan kolik ulangan. Diberikan terapi atau untuk pencegahan kolik, dijaga
pembuangan tinja tetap baik, diberikan terapi antiedema dan diberikan diuresis,
serta aktifitas fisis. Batu tidak diharapkan keluar spontan bila batu ukuran sebesar
atau melebihi 6mm, disertai dilatasi hebat pelvis, infeksi atau sumbatan sistem
kolektikus dan keluhan pasien terhadap nyeri dan kerapan nyeri. Bila diperkirakan
tidak memungkinkan keluar spontan dilakukan tindakan pengambilan batu dan
pencegahan batu kambuh.
- Pengambilan batu: gelombang kejutan litotrips ekstrakorporeal, perkutaneous
nefrolitomi/cara lain, pembedahan.

1. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)


Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau batu buli-buli
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah dengan gelombang
kejut menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan
nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.6
2. Endourologi
Merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri
atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Tindakannya adalah:
a. PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy), yaitu mengeluarkan batu yang berada dalam
saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke dalam sistem kaliks melalui
insisi pada kulit.
b. Litotripsi, yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator
Ellik.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi, yaitu memasukan alat ureteroskopi per uretram
guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi

13
tertentu, batu yang berada yang berada didalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteroskopi maupun ureterorenoskopi.
d. Ekstraksi Dormia, yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.
3. Bedah Laparoskopi6
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
4. Bedah Terbuka
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotripsor, ESWL, atau cara non bedah
tidak berhasil. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu
di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan
ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya
sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.
Pencegahan (Batu Kalsium Kronik-Kalsium Oksalat)
a. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
b. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu
- Sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon
sesudah makan malam)
- Batu ginjal tunggal (meningkatkan masukan cairan, mengkontrol secara berkala
pembentukan batu baru)
c. Pengaturan diet
- Meningkatkan masukan cairan
- Masukan cairan terutama pada malam hari akan meningkatkan aliran kemih dan
menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Dari hasil uji coba
didapatkan pada tahun ke 5 insidensi pembentukan batu baru pada kelompok
banyak minum 12% disbanding kelompok kontrol 27%. Pada kelompok
pembentuk batu jumlah air kemih harian ditemukan 250-350 ml lebih sedikit
dibanding kelompok kontrol.

14
- Hindari masukan minum gas (soft drinks) lebih 1 liter perminggu. Ditemukan
kekambuhan batu sebesar 15% persen lebih tinggi dalam 3 tahun dibandingkan
kelompok peminum cairan lain.
- Kurangi masukan protein (sebesar 1g/kgBB/hari). Masukan protein tinggi dapat
meningkatkan ekskresi kalsium, ekskresi asam urat dan menurunkan sitrat dalam
air kemih. Protein binatang diduga mempunyai efek menurunkan pH air kemih
lebih besar dibandingkan protein sayuran karena lebih banyak menghasilkan
asam.
- Membatasi masukan natrium. Diet natrium rendah (80 sampai 100 mq/hari) dapat
memperbaiki reabsorbsi kalsium proksimal, sehingga terjadi pengurangan ekkresi
natrium dan ekskresi kalsium. Penurunan masukan natrium dari 200 sampai 80
meq/hari dilaporkan mengurangi ekskresi kalsium sebanyak 100 mg/hari (2,5
mmol/hari).
- Masukan kalsium. Pembatasan masukan kalsium tidak dianjurkan. Penurunan
kalsium intestinal bebas akan menimbulkan peningkatan absorbsi oksalat oleh
pencernaan, peningkatan ekskresi oksalat dan meningkatkan saturasi kalsium
oksalat air kemih. Diet kalsium rendah dapat merugikan pasien dengan
hiperkalsiuria idiopati karena keseimbangan kaslium negatif akan memacu
pengambilan kalsium dari tulang dan dari ginjal. Keadaan ini akan memperburuk
penurunan densitas tulang pada beberapa pasien.

Kesimpulan
Batu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan menjadi batu ginjal dan batu kandung
kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal dan mengandung komponen
kristal serta matriks organik. Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran
kemih.
Penanganan batu saluran kemih dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin. Tatalaksana awal
yang dilakukan adalah evaluasi faktor risiko batu saluran kemih. Terapi diberikan untuk
mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat batu saluran kemih.
Pengambilan batu dapat dilakukan dengan pembedahan/litotripsi dan yang terpenting adalah

15
pengenalan faktor risiko sehingga diharapkan dapat memberikan hasil pengobatan dan
memberikan pencegahan timbulnya batu saluran kemih yang lebih baik.

Daftar Pustaka
1. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Sagung seto: Jakarta; 2007. hal. 87-
101.
2. Manuputty, David. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Indonesia.
Binarupa Aksara Publisher.
3. Mochammad S. Batu saluran kemih. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing; 2010.h.1025-1031.
4. Halim, Mubin. A. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis dan Terapi. Edisi 2:
Jakarta; 2007.
5. Bloom Fawcett. Buku Ajar Histologi: 650, 2002. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ECG
6. Carneiro, Luiz Carlos. Histologi Dasar: 369, 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ECG

16

Anda mungkin juga menyukai