Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN ORAL MEDICINE

Kandidiasis Pseudomembranous Akut

A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Adan Pahlawan
Tempat/tanggal lahir : Sekayu/ 10 Oktober 1980
Suku : Melayu
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Jalan sekayu plakat tinggi, sungai medak,
Sekayu, MUBA
Pendidikan terakhir : SMA
HP : 082186763580
Pekerjaan : Pegawai swasta
No. Rek.Med : 983539
Peserta Asuransi : BPJS

B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan terdapat bercak putih kekuningan pada
permukaan atas lidahnya sejak ±1 bulan yang lalu. Bercak putih
tersebut terasa sedikit perih setelah menyikat lidahnya dengan sikat
gigi. Pasien belum pernah mengobati kondisi lidahnya tersebut. Pasien
merasa tidak nyaman saat makan karena lidahnya terasa kotor
sehingga pasien ingin dirawat.

b. Keluhan Tambahan
Tidak ada
c. Riwayat Perawatan Gigi
Penambalan gigi belakang kanan dengan sinar ± 2 tahun lalu

d. Kebiasaan Buruk
Merokok 5-6 batang sehari

e. Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang pegawai swasta yang tinggal bersama
keluarganya.

f. Riwayat Penyakit Sistemik


- B20 (HIV/AIDS)
- Suspect SOL (Space Occupying Lesion) Intrakranial

C. PEMERIKSAAN EKSTRAORAL
Wajah : Simetris
Bibir : Sehat

Kelenjar Getah Bening :


 Kanan: teraba lunak dan tidak sakit
 Kiri: teraba lunak dan tidak sakit

D. PEMERIKSAAN INTRAORAL
Debris : Ada, regio a,b,c,d,e,f
Plak : Ada, regio a,b,c,d,e,f
Kalkulus : Ada, regio a,b,c,d,e,f
Pendarahan papila interdental : Ada, regio a,b,c,d,e,f
Gingiva : -Eritema dan edema pada margin
gingiva di regio a,b,c,d,e,f
Mukosa : sehat
Palatum : sehat
Lidah : -Terdapat lapisan plak berwarna putih
kekuningan yang tersebar merata
pada dorsum lidah, plak tersebut
dapat mengelupas saat dikerok
dengan kassa steril dan meninggalkan
dasar kemerahan dibawah lapisan
yang dikerok dan terasa nyeri saat
dikerok.
Dasar mulut : Sehat
Hubungan rahang : Orthognati
Lain - lain : -
OHI-S : 2,8 (Sedang)

Pemeriksaan Gigi Geligi


- Lesi D3 gigi 46, 36, 37
- Karies sekunder gigi 47

E. DIAGNOSA SEMENTARA
Diagnosa sementara : Kandidiasis Pseudomembranous Akut
Diagnosa banding : Coated Tongue

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Pemeriksaan mikrobiologi (swab pada lidah).
Hasil pemeriksaan mikrobiologi menunjukkan hasil mikroskopis
yaitu KOH: yeast cell (+) dan hasil biakan yaitu Candida Albicans.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Oral Candidiasis
Oral candidiasis merupakan infeksi jamur oportunistik yang paling
sering ditemukan pada mukosa mulut, Penyebab utama infeksi ini adalah
jamur jenis Candida (Monilia) albicans, namun spesies lain seperti
C.tropicalis, C.parapsilosis, C.stellatoidea, C.krusei, C.guilliermondii,
C.dubliniensis, dan C.glabrata juga dapat terlibat dalam infeksi ini.1,2
Candida albicans termasuk dalam famili Cryptococcaceae yang
terdiri dari 3 bentuk yaitu:3,4
1. Oval (yeast-like) celll – bentuk blastophore
2. Elongated cellular form – bentuk pseudohypae yang seringkali
berada pada celah celah tersembunyi pada rongga mulut
3. Chlamydospore form – dengan dinding pelindung yang tebal
Candida albicans merupakan flora normal rongga mulut, namun
berpotensi menjadi patogen dan bisa menyebabkan infeksi bila terdapat
faktor predisposisi. Faktor predisposisi inilah yang kemudian dapat
menyebabkan terjadinya mekanisme infeksi kandida melalui dua fenomena
mikrobial yaitu (1) kontrol genetik dari proses perubahan bentuk yeast cell
ke bentuk hypae dan (2) kemampuan dari organisme untuk melekat (adhesi)
ke membran mukosa.3,5
Faktor predisposisi dari oral candidiasis terbagi menjadi dua:1,2
1. Faktor lokal: Penggunaan gigi tiruan, merokok, penggunaan steroid
baik topikal maupun inhalasi, hyperkeratosis, ketidakseimbangan
mikroflora dan kualitas maupun kuantitas dari saliva
2. Faktor sistemik/umum: penyakit inmunosupresif, status kesehatan
yang kurang baik, penggunaan obat-obatan imunosupresif,
kemoterapi, kelainan kelenjar endokrin dan defisiensi hematologi.

Oral candidiasis terbagi menjadi dua yaitu primary infection


dimana infeksi kandida hanya terbatas pada daerah oral dan perioral dan
secondary infection yaitu lesi oral yang merupakan manifestasi kandidiasis
mukokutan sistemik. Gambaran klinis dari oral candidiasis diklasifikasikan
menjadi akut, kronis, dan lesi yang berhubungan dengan kandida.1,2

a. Kandidiasis Pseudomembranous
Kandidasis pseudomembranous atau dikenal dengan sebutan thrush
merupakan jenis kandidiasis yang paling umum terjadi. Bentuk akut
dari jenis ini biasanya terjadi pada pasien yang mengkonsumsi obat-
obatan antibiotik, imunosupresan atau pasien dari penyakit yang
menekan sistem imun. Infeksi ini biasanya hadir berupa lapisan yang
mudah dikerok dimana lapisan ini terdiri dari organisme jamur dan
debris seluler. Saat lapisan ini dikerok maka akan meninggalkan
daerah yang inflamasi dan terkadang berdarah. Gambaran klinis dari
bentuk akut dan kronis jenis ini sulit dibedakan. Bentuk yang kronis
timbul dai hasil infeksi HIV dimana pasien HIV biasanya terinfeksi
oleh kandidasis pseudomembranous untuk jangka waktu yang lama.

b. Kandidiasis Erytematous
Kandidiasis erythematous atau antibiotic sore mouth sebelumnya
termasuk dalam atrophic oral candidiasis. Jenis ini memiliki
gambaran klinis berupa lesi kemerahan yang disebabkan
meningkatnya vaskularisasi. Infeksi ini biasanya terjadi pada palatum
dan dorsal lidah. Faktor predisposisi dari jenis ini adalah obat oabtan
antibiotik spektrum luas, kortikosteroid dan merokok.

c. Kandidiasis Kronis Plaque-type dan Nodular


Istilah ini digunakan untuk menggantikan istilah Candidal
Leukoplakia. Gambaran klinis dari jenis ini adalah plak yang berwarna
putih dimana sulit dibedakan dengan oral leukoplakia.
d. Denture Stomatitis
Dikenal kiga dengan nama denture sore mouth dengan gambaran
klinis eritema difus dan edema pada daerah tempat melekatnya gigi
tiruan. Biasanya terjadi pada bagian mukosa palatal. Gigi tiruan
menjadi suatu tempat yang melindungi mikrorganisme dari pengaruh
fisik seerti aliran saliva sehingga dapat menyebbakan terjadinya
infeksi jenis ini.

e. Angular Cheilitis
Angular Cheilitis adalah infeksi yang berupa ceruk pada sudut
mulut dan biasanya berwana kemerahan. Lesi ini biasanya disebabkan
karena infeksi Candida dan Staphylococcus aureus. Defisiensi vitamin
B12, zat besi, dan kehilangan dimensi vertikal kerap kali berhubungan
dengan kelainan ini.

f. Median Rhomboid Glossitis


Median Rhomboid Glossitis memiliki gambaran klinis berupa lesi
erythematous pada bagian tengah posterior dorsal lidah. Lesi ini
memiliki bentuk oval, dan area kemerahan dihasilkan oleh atrofi dari
papila filliformis.
Primary Oral Candidiasis Secondary Oral Candidiasis
Akut Lesi oral manifestasi dari kandidiasis
Pseudomembranous mukokutan sistemik yang
Erythematous merupakan hasil dari berbagai

Kronik penyakit.

Hyperplastik
-Nodular
-Plaque-like
Erythematous
Pseudomembranous

Lesi yang berkaitan dengan


kandida
Denture Stomatitis
Angular Cheilitis
Median Rhomboid glossitis

Perawatan dari oral candidiasis meliputi:1


1. Mengeliminasi atau mengurangi faktor predisposisi
2. Menjaga kebersihan rongga mulut
3. Pemberian obat-obatan antifungal
- Antifungal topikal contohnya: nystatin, clotrimazole
- Antifungal sisitemik contohnya: flukonazole, itraconazole, dan
ketokonazole.

2. HIV/AIDS
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
tanda atau gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
seseorang yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV
menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh penderita.6
Dasar utama terinfeksinya HIV adalah berkurangnya jenis Limfosit T
helper yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 adalah pusat
dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
menginduksi fungsi imunologik. Menurun atau menghilangnya sistem
imunitas seluler, terjadi karena virus HIV menginfeksi sel yang berperan
membentuk antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel Limfosit T4.
Setelah virus HIV mengikatkan diri pada molekul CD4, virus masuk ke
dalam target dan melepaskan bungkusnya kemudian dengan enzim reverse
transkriptase virus tersebut merubah bentuk RNA (Ribonucleic Acid) agar
dapat bergabung dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid) sel target.
Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengandung bahan genetik
virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung
seumur hidup. 7,8
Pada awal infeksi, virus HIV tidak segera menyebabkan kematian dari
sel yang diinfeksinya, tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi sehingga
ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut dan
lambat laun akan merusak limfosit T4 sampai pada jumlah tertentu. Masa
ini disebut dengan masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang
diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai menunjukkan gejala
AIDS. Pada masa inkubasi, virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejaktertular virus HIV yang
dikenal dengan masa “window period”.7,8
Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun akan terlihat gejala
klinis pada penderita sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Pada
sebagian penderita memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut,
3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk.
Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala).
Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada
sekelompok kecil penderita yang memliki perjalanan penyakit amat cepat
hanya sekitar 2 tahun dan ada juga yang sangat lambat (non-progressor).7,8
Secara bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus
HIV akan menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak. Kekebalan tubuh
yang rusak akan mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang bahkan hilang,
sehingga penderita akan menampakkan gejala-gejala akibat infeksi
oportunistik. 7,8
Infeksi HIV-1 dapat diketahui melalui metode sebagai berikut : 9,10
1. Deteksi serum antibodi dari 1 atau lebih protein sel yang terinfeksi HIV-1
2. Deteksi dari spiral antigen darah atau jaringan pasien, menggunakan
antibodi monoklonal atau poliklonal yang diarahkan melawan antigen spiral
spesifik.
3. Co-cultivation darah atau jaringan dari sel mononuklear darah perifer
yang terinfeksi berasal dari donor HIV-1 negatif, dan hingga sekarang masih
sering digunakan.
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara: 11
1. Cara langsung, yaitu isolasi virus dari sampel spesimen darah atau
jaringan. Umumnya dengan menggunakan mikroskop elektron dan deteksi
antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah Polymerase
Chain Reaction (PCR).
2. Cara tidak langsung, yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik dengan
melakukan tes klinis, misalnya :
a. ELISA, biasanya memberikan hasil positif setelah 3 – 6 bulan terinfeksi.
b. Western Blot. Pemeriksaannya cukup sulit, mahal, dan memerlukan
waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil ELISA
positif. Jika hasil tersebut positif, menunjukkan bahwa orang tersebut
mempunyai antibodi terhadap HIV, berarti orang tersebut terinfeksi HIV
dan dapat menularkannya pada orang lain. Jika hasil tes tersebut negatif,
orang tersebut tidak terinfeksi HIV, atau terinfeksi HIV tetapi tes tersebut
dilakukan pada “periode jendela“ (window period) yaitu 0 – 6 bulan sejak
orang tersebut terinfeksi HIV. Sebaiknya tes diulangi lagi setelah 3 – 6
bulan untuk memastikan.
Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan
klasifikasi klinis WHO. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan
surveilans epidemiologi dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan
sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor.12,13
Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS13
Stadium Klinis HIV/AIDS Menurut WHO12

H. DIAGNOSA
Dari pemeriksaan klinis menunjukkan gambaran plak putih
kekuningan, dapat dikerok tetapi akan terlihat dasar yang kemerahan dan
terasa sakit. Pada pemeriksaan mikroskopis dengan swab pada mukosa lidah
diketahui adanya infeksi jamur yaitu candida albicans. Kelainan ini
didiagnosa sebagai kandidiasis pseudomembran akut.
I. RENCANA PERAWATAN

FASE I (Etiotropik)
 Scalling dan root planning
 Kontrol plak, DHE (Edukasi, Motivasi, Instruksi)
 Pemeriksaan mikrobiologi (Swab Lidah)
 Pemberian obat anti jamur

FASE II (Bedah)
Tidak dilakukan

FASE III (Restorasi)


 Pro konservasi:
Tumpatan gic gigi 46, 36, 37
Tumpatan resin komposit gigi 47

FASE IV (Maintenance)

 Kontrol plak (Edukasi, Motivasi, Instruksi)


 Kontrol kandidiasis

J. PEMBAHASAN
Diagnosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesa,
didapatlah informasi bahwa pasien memiliki riwayat penyakit sistemik
HIV/AIDS. Pada pemeriksaan klinis di rongga mulut pasien ditemukan
lapisan plak berwarna putih kekuningan yang tersebar pada dorsum lidah,
plak tersebut dapat mengelupas saat dikerok dengan meninggalkan dasar
kemerahan dan terasa nyeri saat dikerok. Hasil pemeriksaan mikrobiologi
menunjukkan hasil mikroskopis yaitu KOH: yeast cell (+) dan hasil biakan
yaitu candida albicans. Berdasarkan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
maka diagnosa lesi rongga mulut pada pasien ini adalah kandidiasis
pseudomembranous akut.
Kandidiasis oral merupakan infeksi jamur oportunistik yang paling
sering ditemukan pada mukosa mulut dengan penyebab utamanya adalah
infeksi candida albicans yang disertai adanya faktor predisposisi dari
penyakit tersebut. Faktor predisposisi pada pasien ini adalah adanya riwayat
penyakit sistemik HIV/AIDS serta juga diperparah dengan keadaan
kemampuan motorik pasien yang menurun.
Pasien memiliki riwayat seks bebas sejak ±2 tahun lalu, selama itu
pasien tidak menyadari bahwa dirinya menderita HIV. Pasien datang
mengeluhkan penurunan kemampuan motorik sejak ±1bulan lalu dengan
diagnosa sementara berupa suspect SOL (Space Occupying Lesion)
Intrakranial. Hal tersebut merupakan salah satu manifestasi klinis dari HIV.
Munculnya kandidiasis pada rongga mulut penderita HIV dapat disebabkan
oleh banyak hal, diantaranya:1,2
1. Penurunan imunitas sistemik oleh karena infeksi HIV. Sistem imun
yang lemah jelas dapat meningkatkan patogenitas dari jamur candida
sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi candida yaitu
candidiasis.
2. Penurunan aliran saliva ±40% dapat menyebabkan penurunan
kemampuan self cleansing dari saliva sehingga meningkatkan
patogenitas mikroorganisme yang sebenarnya oportunistik seperti jamur
candida.
3. Penurunan pH saliva, lingkungan rongga mulut yang asam dapat
menyebabkan kecenderungan terjadinya candidiasis oral.
Faktor sistemik yang turut mempengaruhi timbulnya kandidiasis
oral, yaitu adanya malnutrisi, penggunaan anti retroviral, antibiotik dan
kortikosteroid. Selain penyakit sistemik yang diderita pasien, keadaan juga
diperumit dikarenakan kebersihan rongga mulut yang kurang akibat
kemampuan motorik pasien yang menurun. 7,10
Perawatan yang dilakukan pada pasien ini adalah mengontrol faktor
predisposisi kandidiasis, yaitu HIV, kemudian kontrol plak dan DHE
(edukasi, motivasi, instruksi), pemberian obat anti-fungal, serta kontrol
setiap seminggu sekali. Obat anti fungal yang diberikan pada pasien ini
adalah satu botol 12 ml candystatin oral drops dengan anjuran pemakaian 4
kali sehari 1 ml diaplikasikan pada lokasi dimana lesi putih berada yaitu
pada dorsal lidah. Komposisi satu botol 12 ml candystatin oral drops, yaitu
tiap mililiter (ml) mengandung nystatin 100.000 IU.1,2
Nystatin adalah obat antifungal golongan polien. Nystatin
merupakan salah satu obat yang memiliki efek samping minimal
dikarenakan nystatin tidak diabsorbsi oleh saluran pencernaan dan tidak
memicu resistensi fungal. Mekanisme kerja nystatin adalah mampu
berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat pada membran sel jamur.
Ikatan ini akan menyebabkan integritas membran sel jamur rusak sehingga
terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan
pada sel jamur.1,2
Pasien diintruksikan untuk melakukan kontrol satu minggu
kemudian. Pada kontrol pertama, hasil pemeriksaan subjektif tidak ada
keluhan dan tidak ada rasa sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis
terlihat lapisan putih kekuningan pada dorsum lidah sudah sedikit
berkurang. Pasien diintruksikan untuk menjaga oral hygiene dan tetap
melanjutkan pemakaian obat antifungal pada dorsal lidah. Pada kontrol
kedua, dari hasil pemeriksaan subjektif tidak ada keluhan dan tidak ada rasa
sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis terlihat lapisan putih kekuningan
pada dorsum lidah sudah lebih berkurang dari kontrol sebelumnya namun
belum hilang sepenuhnya. Pasien diintruksikan untuk tetap menjaga oral
hygiene.
Sebelum perawatan

Kontrol I Kontrol II

K. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis serta pemeriksaan
penunjang maka diagnosa lesi pada lidah pasien adalah kandidiasis
pseudomembranous akut. Pasien memiliki riwayat penyakit sistemik
HIV/AIDS yang menjadi faktor predisposisi terjadinya kandidiasis.
Perawatan yang dilakukan pada pasien ini adalah mengontrol faktor
predisposisi kandidiasis, kontrol plak dan DHE (edukasi, motivasi,
instruksi), pemberian obat anti-fungal, serta kontrol setiap seminggu sekali.
Pada kasus ini, faktor predisposisi belum bisa diatasi ditambah dengan
fungsi motorik yang berkurang sehingga perawatan belum bisa dilakukan
dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberg, Martin, Michael Glick. 2003. Burket’s Oral Medicine:


Diagnosis and Treatment 10th ed. Ontario: BC Decker.
2. Shafer, Hine, Levy. 2012. Shafer’s Textbook Of Oral Pathology Seventh
edition. India: Elsevier
3. Bailoore N Durgesh, Nagesh KS. 2005. Fundamentals Of Oral Medicine
& Radiology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher.
4. Field Anne, Longman Lesley. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine Fifth
Edition. Oxford Unviersity Press
5. Silverman Sol, Eversole Roy L, Truelove L Edmond. 2011. Essentials of
Oral Medicine. London: BC Decker Inc
6. Hoffmann C, Rockstroh JK, Kamps BS. 2007. HIV Medicine 15th
Edition. Paris, Cagliari, Wuppertal: Flying Publisher.
7. Coffin JM, Hughes SH, Varmus HE. Course of infection with HIV and
SIV. Available from: http://www.ncbi.nml.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=rv.
8. Hunt R. HIV and AIDS: The Course of the disease. Available from:
http://pathmicro.med.sc.edu/lecture/HIV3htm.
9. Cawson RA, Odell EW. 2008. Cawson's Essentials of Oral Phatology
and Oral Medicine. Eighth ed. London: Elsevier..
10. Scully C. 2008. Oral and Maxillofacial Medicine The Basis of Diagnosis
and Treatment. Second ed. Philadelphia: Elsevier.
11. Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. 2008. Dental Management
of The Medically Compromised Patient. Seventh, Missouri: Mosby;
12. World Health Organization. Consolidated guidelines on the use of
antiretroviral drugs for treating HIV infection [internet]. Available from
http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/arv2013/download/en/index.html
13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman nasional
tatalaksana klinis infeksi HIV dan terapi antiretroviral pada orang
dewasa. 2011.

Anda mungkin juga menyukai