Daftar Isi..................................................................................................................
I. Pendahuluan ......................................................................................................... 1
2.2. Pokok-pokok ajaran agama Islam dan karakteristik agama Islam ............... 8
Islam .............................................................................................................. 17
BAB I
PEMBUKAAN
BAB II
PEMBAHASAN
علَى ْاأل ُ ْخ َر ٰى َ ص ِل ُحوا بَ ْينَ ُه َما ۖ َف ِإ ْن بَغَتْ إِحْ دَا ُه َما ْ َ ان ِمنَ ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ ا ْقتَتَلُوا فَأِ ََوإِ ْن َطائِفَت
ۖ طواُ س ِ ص ِل ُحوا بَ ْي َن ُه َما بِا ْلعَ ْد ِل َوأَ ْق
ْ َ َللاِ ۚ فَ ِإ ْن َفا َءتْ فَأ
ّ فَقَا ِتلُوا الّتِي ت َ ْب ِغي َحتّ ٰى ت َ ِفي َء إِلَ ٰى أ َ ْم ِر
َب ا ْل ُم ْقس ِِطين ّ ّإِن
ُّ َللاَ يُ ِح
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang
maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua
golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu
kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali
(kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan
adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.” (QS. 49 : 9).
Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah Allah SWT melalui Al-Quran
baru mengizinkan atau memperbolehkan kaum Muslimin berperang
jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.
ّ َسلَ َم َوجْ َههُ ِ َّلِلِ َوه َُو ُمحْ سِن َواتّبَ َع ِملّةَ إِب َْرا ِهي َم َحنِي ًفا ۗ َواتّ َخذ
َُللا ْ َ سنُ دِينًا ِم ّم ْن أ
َ َْو َم ْن أَح
ً إِب َْرا ِهي َم َخ ِل
يال
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?
Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. 4 : 125)
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk
menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 6 : 162).
6
ْ َ سأ
ست َ ْغ ِف ُر َلكَ َر ِِّبي إِنّهُ كَانَ بِي َح ِف ًّيا َ َعلَ ْيك َ قَا َل
َ سالم
"Berkata Ibrahim: 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku
akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia
sangat baik kepadaku'." (QS. 19 : 47).
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena
Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap
insan. Pengertian Islam menurut Al-Quran tersebut sudah cukup
mengandung pesan bahwa kaum Muslim hendaknya cinta damai,
pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan suci dari perbuatan
nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika melaksanakan risalah
Islam.
lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat. Secara istilah juga, Islam
adalah agama terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai Nabi dan utusan Allah (Rasulullah) terakhir untuk
umat manusia, berlaku sepanjang zaman, bersumberkan Al-Quran dan As-
Sunnah serta Ijma' Ulama.
1. Islam sebagai Wahyu Ilahi
Wahyu ialah perintah atau kata-kata Allah ( )كالم هللاyang disampaikan
kepada para rasul-Nya. Nabi Muhammad sebagai salah seorang rasul
(pesuruh) Allah Ta'ala juga menerima wahyu yang disampaikan melalui
perantaraan malaikat Jibril.
(٥) شدِي ُد ا ْلقُ َوى َ (٤) ( ِإ ْن ه َُو ِإَّل َوحْ ي يُوحَى٣) ق ع َِن ا ْله ََوى
َ ُعلّ َمه ُ َو َما يَ ْن ِط
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).” (QS. 53 : 3-4).
Wahyu Allah kini terhimpun semuanya dalam Mushaf Al-Quran,
kitab suci Umat Islam, sebagai sumber utama ajaran agama Islam.
2. Islam sebagai Pedoman Hidup.
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.
Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa.”
Dalam QS Al-Fatihah, umat Islam membaca doa "Tunjukkanlah kami
ke jalan yang lurus":
ْ الص َِّرا َط ا ْل ُم
ستَ ِقي َم ِ ا ْه ِدنَا
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan, ada empat perkataan
ulama tentang makna jalan lurus (shiratal mustaqim):
8
Agama Islam merupakan agama para nabi dan rasul. Para Rasul Allah
bersepakat dalam masalah pokok, bahwa tidak ada tuhan yang berhak
diibadahi kecuali Allah. Dan semua rasul mengajak untuk beribadah kepada
kepada Allah semata. Hanya saja, para rasul berbeda dalam masalah syariat
ataupun tatacara ibadah.
Wajib bagi suatu umat di satu masa untuk mengikuti rasul yang
diutus kepadanya di masa itu. Bersamaan dengan itu mereka tetap wajib
mengimani dan mencintai para nabi dan rasul selainnya secara global.
Meyakini bahwa mereka semuanya adalah hamba pilihan Allah yang
dimuliakan dengan risalah dan tidak membeda-bedakan di antara mereka.
Maksudnya, tidak mengimani sebagian mereka lalu mengingkari sebagian
yang lain.
9
َص َرا ِنيًّا َولَ ِك ْن َكانَ َحنِيفًا ُم ْس ِل ًما َو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْش ِركِين
ْ ََما َكانَ إِب َْراهِي ُم يَ ُهو ِديًّا َو ََّل ن
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan
tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan
sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik."” (QS.
Ali Imran: 67)
Allah telah kabarkan doan mantan tukang sihir Fir’aun kepada Allah agar
diwafatkan sebagai orang Islam. Doa ini dipanjatkan setelah masuk Islam
dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya.
Allah telah kabarkan tentang Nabi Nuh ‘Alaihis Salam yang menyatakan
bahwa dia hanya diperintahkan untuk menjadi bagian orang-orang yang
beragama Islam.
ََّللاِ َوأ ُ ِم ْرتُ أَ ْن أَ ُكونَ ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِمين َ سأ َ ْلت ُ ُك ْم ِم ْن أَجْ ر ِإ ْن أَجْ ِر
َّ ي ِإ ََّّل َعلَى َ فَإ ِ ْن ت ََولَّ ْيت ُ ْم فَ َما
10
“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah Sedikit
pun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku
disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri
(kepada-Nya).” (QS. Yunus: 72)
Saat Nabi Musa ‘Alaihis Salam berkata kepada Bani Israil agar
tawakkal kepada Allah jika mereka sebagai orang beragama Islam.
“Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka
bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang Islam
(berserah diri).” (QS. Yunus: 84)
Allah telah kabarkan tentang Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam saat berkirim
surat ke penduduk Saba’ agar mereka masuk Islam.
Fungsi Ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
Islam yang dibawa Nabi Muhammad (571 M) adalah mata rantai terakhir
dari agama Allah yang diturunkan melalui para Rasul terdahulu. Inilah yang
ditegaskan oleh QS, Asy-Syura, 42: 13.
Sasaran agama Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah ummat manusia
seluruh alam (universal), QS Saba: 28, Al-Ambiya’: 107, Al’A’raf: 158. Sedangkan
sasaran agama para Rasul sebelumnya adalah ummat atau kaum tertentu saja
(lokal), QS, Ar-Rum: 47; Hud: 25, 50, 61, 84, 79; Ali Imran: 47, 47-49. Seluruh
Rasul Allah diutus untuk membawa ajaran yang sama yaitu Islam. Hal ini tersebut
dalam al-Qur’an antara lain:
a) Ibrahim (1800 SM), Ismail dan Ya’qub diutus dengan membawa Islam (Al-
Baqarah, 2: 130).
b) Musa (1300 SM) diutus kepada Bani Israil dengan membawa Islam (QS, Al-
A’raf: 125-126).
c) Isa diutus (juga) kepada Bani Israil dengan membawa Islam (QS, Ali Imran:
52).
11
a) Ta’kid, Artinya menegaskan kembali ajaran yang pernah dibawa oleh para
Rasul sebelumnya, tanpa perubahan atau perbedaan sama sekali. Terkait
dengan ini adalah hal-hal menyangkut masalah keaqidahan.
b) Tabdil, artinya menggantikan atau membatalkan syariat yang pernah
dibawa oleh para Rasul sebelumnya.
c) Tatmim, artinyamenyempurnakan syariat terdahulu, QS, Al-Maidah: 3.
d) Tausik, artinya meluaskan jangkauan dakwah yang pernah dilakukan oleh
para Rasul terdahulu. Muhammad untuk seluruh umat manusia (QS, Saba:
28; Al-Ambiya’: 107); sedangkan Rasul-rasul sebelumnya hanya untuk
kaum tertentu saja (Ar-Rum: 47).
a. Petunjuk dan bimbingan untuk mengenal Allah SWT dan alam gaib yang
tak terjangkau oleh indera manusia (Ahkam syar'iyyah I'tiqodiyyah) yang
menjadi pokok bahasan ilmu tauhid.
b. Petunjuk untuk mengembangkan potensi kebaikan yang ada dalam diri
manusia agar menjadi makhluk terhormat yang sesungguhnya (Ahkam
syar'iyyah khuluqiyyah) yang menjadi bidang bahasan ilmu tasawuf (ahlak).
c. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tata cara beribadah kepada Allah SWT
atau hubungan manusia dengan Allah (vetikal), serta ketentuan yang
mengatur pergaulan/hubungan antara manusia dengan sesamanya dan
dengan lingkungannya.
2.2.Pokok-pokok ajaran agama Islam dan karakteristik agama Islam
kepada Allah,malaikat, kitab-kitab, rasul, haru akhir dan qodha dan qadar.
sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 136.
"Wahai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kapada Allah
dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa inkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya".
Berdasarkan fondasi yang enam tersebut, maka keterikatan setiap muslim
kepada Islam yang semestinya ada pada jiwa muslim
adalah:
Kebahagiaan dunia
Kebahagiaan akhirat
ُ َسنَةٌ َولَد
ُ َار ْاْل ِخ َرةِ َخي ٌْر َولَنِ ْع َم د
ار َ ِللَّذِينَ أ َ ْح
َ سنُوا فِي َه ِذ ِه الدُّ ْنيَا َح
َْال ُمت َّ ِقين
"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat
(pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih
baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS. Al
Nahl: 30)
َّ َِإ ْن ت َ ُكونُوا تَأْلَ ُمونَ فَإِنَّ ُه ْم يَأْلَ ُمونَ َك َما تَأْلَ ُمونَ َوت َ ْر ُجونَ ِمن
َّللاِ َما ََّل
َيَ ْر ُجون
"Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun
menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang
kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Nisaa': 104)
2. Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik
kepada sesama
4. Menjaga kesehatan
Kesehatan di sini mencakup semua sisi; badan, jiwa, akal, dan ruhani.
Menjaga kesehatan badan merupakan fitrah manusia, karena berkaitan
dengan kelangsungan hidup dan juga menjadi sarana untuk memenuhi
kebutuhan materi seperti makan, minum, pakaian, dan kendaraan.
َ ِعلَ ْي ِه ُم ا ْل َخبَائ
ث َ ت َويُ َح ِ ِّر ُم ّ َويُ ِح ُّل لَ ُه ُم ال
ِ ط ِيِّبَا
". . dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk . . " (QS. Al A'raaf: 157)
Kesehatan jiwa tegak dengan iman lalu dihiasi dengan akhlak terpuji
dan disterilkan dari akhlak buruk seperti marah, sombong, berbangga diri,
bakhil, tamak, iri, dengki, dan akhlak buruk lainnya.
19
ِ الر ْز
ق ِ َت ِمن َّ َّللاِ الَّتِي أ َ ْخ َر َج ِل ِعبَا ِد ِه َو
ِ الطيِبَا َّ َقُ ْل َم ْن َح َّر َم ِزينَة
"Katakanlah: 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al A'raaf: 32)
Oleh sebab itu, Islam sangat memperhatikan waktu dan akan meminta
pertanggungjawaban seorang mukmin tentang waktunya. Dan kelak di hari
kiamat, dia akan ditanya tentang waktunya. Perintah dalam Islam sangat
membantu manusia untuk mengatur waktunya dan memanfaatkannya
dengan baik antara memenuhi kebutuhan hidup dan materinya di satu sisi,
dan untuk memenuhi kebutuhan ruhani dan ibadah pada sisi lainnya. Islam
telah memerintahkan orang beriman agar memanfaatkan waktu untuk
kebaikan dan amal shalih.
Definisi Al Quran
Adapun menurut istilah Al-Qur’an berarti: “Kalam Allah yang merupakan mu’jizat
yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang disampaikan secara mutawatir dan
membacanya adalah ibadah”.
Sebagai ilmu yang memiliki berbagai cabang dan macam, tentunya ulumul
quran tidak lahir sekaligus. Ulumul qur’an menjelma sebagai suatu disiplin ilmu
melelui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan
kesempatan untuk memenuhu al-quran dari segi keberadaannya dan dari segi
pemahamannya.
Pada masa Nabi Muhammad s.a.w dan para sahabat, ulumul qur’an belum
dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Karena para
sahabat adalah orang-orang arab yang dapat merasakan struktur bahasa arab yang
tinggi dan memahami apa yang diturunkan pada Nabi s.a.w. bila mereka
menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat
menanyakan langsung pada Nabi s.a.w. sebagai contoh ketika turunnya ayat “Dan
mereka tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan kedhaliman.......” (QS
Al-an’am (6):82). Para sahabat bertanya: siapa dari kami yang tidak menganiyaya
(mendhalimi) dirinya”. Nabi menafsirkan kata “dhulm” di sini dengan “syirik”,
berdasar pada ayat “......sesungguhnya syirik itu adalah kedhaliman yang besar....”
(QS. Luqman (31):13). Adapun tentang kemampuan Rasul memahami al-quran
tentunya tidak diragukan lagi karena beliaulah yang menerimanya dari Allah yang
megajarinya segala sesuatu.
Ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul quran tidak dibukukan di masa
Rasulullah:
1. Kondisi pada saat itu tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang
besar untuk memahami al-quran dan Rasul dapat menjelaskan maksudnya,
2. Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis
3. Adanya larangan Rasul untuk menulis selain al-quran
Pada zaman khalifah Utsman wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi
pembauran antara penakluk arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui arab
sehingga terjadi perbedaan bacaan dikalangan mereka. Untuk menjaga
kekhawatiran ini, maka dikumpulkanlah al-quran menjadi satu yang disebut
“mushaf Utsman”. Dengan adanya penyalinan ini maka berarti Utsman telah
meletakkan suatu dasar ulumul qur’an yang disebut Rasm al-quran, atau ilmu ar-
rasm al-utsmani.
Pada zaman Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu al-quran. Karena
melihat banyaknya umat islam yang berasal dari non arab dan kesalahan pembacaan
al-quran, Ali menyuruh Abu Aswad Ad-duali untuk menyusun kaidah-kaidah
bahasa arab. Hal ini dilakukan untuk memelihara bahasa arab dari pencemaran dan
menjaga al-quran dari keteledoran pembacanya. Tndakan Ali dianggap perintis bagi
ilmu nahwu dan ilmu i’rab al-quran.
Pada masa bani umayyah kegiatan para sahabat dan tabi’in dikenal dikenal
dengan usaha-usaha mereka yang mampu pada penyebaran al-quran memelui jalan
periwayatan dan pengaaran secara lisan, bukan melalui tulisan atau catatan. Orang
25
yang paling berjasa dikalangan sahabat adalah khalifah yang ke-4, Ibnu Abbas, Ibnu
Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah Ibn Zubair, dan dari
kalangan Tabi’in ialah Mujahid, ‘Atha’ ikrimah, dan lain-lain.
Kemudian, ulumul qur’an masuk pembukuannya pad abad ke-2 hijriyah. Para
Ulama’ memberikan prioritas perhatian mereka pada ilmu tafsir karena fungsinya
sebagai umm al-ulumil quran (induk ilmu quran). Hingga abad ke-13 inilah banyak
para Ulama yang bangkit untuk menyusun kitab-kitab ilmu-ilmu al-quran
bersamaan dengan masa kebangkitan modern dan perkembangan ilmu-ilmu
lainnya.
Kandungan alquran
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis
besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian
atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu sebagaimana
berikut ini :
) 44 : و آنزلنا إليك الذكر لتبيّن للناس ما نُ ّزل إليهم ولعلّهم يتف ّكرون (النحل
Artinya :
“ Telah kami turunkan kitab kepadamu untuk memberikan penjelasan
tentang apa-apa yang di turunkan kepada mereka, supaya mereka
berpikir.” (QS :An-nahl : 44 ).
Penjelasan sunah terhadap al-quran dapat di kategorikan menjadi tiga bagian
a. Penjelasan terhadap yang global, seperti di perintahkannya solat dalam al-
quran tidak diiringi penjelasan mengenai rukun, syarat dan ketentuan-
ketentuan lainnya. Maka hal itu di jelaskan oleh sunah sebagimana sabda
rasulullah SAW :
27
Dilihat dari hierarki sumber hukum Islam, Hadits menempati tempat kedua
setelah Al-Qur’an. Penempatan ini disebabkan karena perbedaan sifat diantara
keduanya. Dilihat dari segi periwayatannya Al-Qur’an bersifat qati al wurud
(kualitas periwayatannya bersifat pasti), sementara Hadits bersifat zanni al
wurud (kualitas periwayatannya bersifat relative). Kedudukan Hadits terhadap
28
Al-Qur’an pada garis besar terbagi menjadi tiga, yaitu yang pertama Hadits
sebagai penguat Al-Qur’an, Hadits sebagai penjelas Al-Qur’an, dan Hadits
sebagai pembuat hukum.
Objek ijtihad adalah perbuatan yang secara eksplisit tidak terdapat dalam
Al-Qur’an dan Hadits. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-
29
Qur’an dan Hadits. Ijtihad dipandang sebagai aktivitas penelitian ilmiah karena
itu bersifat relatif. Relatifitas ijtihad ini menjadikannya sebagai sumber nilai
yan bersifat dinamis. Pemutlakan terhadap produk-produk ijtihad pada
hakikatnya merupakan pengingkaran terhadap kemutlakan Allah SWT, karena
yang sesungguhnya mutlak hanyalah Allah SWT. Yusuf Qardawi menyatakan
bahwa terdapat dua agenda besar ijtihad di peradaban modern dewasa ini, yakni
ijtihad di bidang hubunga keuangan dan ekonomi serta bidang ilmu
pengetahuan dan kedokteran. Satu hal yang disepakati para ulama bahwa
ijtihad tidak boleh merambah kepada dimensi ibadah formal kepada Allah
SWT, seperti salat.
Metode ijtihad yang dinilai valid antara lain : Qiyas, yaitu menerapkan
hukum perbuatan tertentu kepada perbuatan lain yang memiliki kesamaan.
Misalnya Al-Qur’an melarang jual beli pada hari Jum’at dan hukum perbuatan
selain dagang juga dilarang, karena sama-sama mengganggu salat jumat;
Istihsan, yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip
umum ajaran Islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang. Misalnya,
seorang mesti memilih satu dari dua alternatif perbuatan yang sama-sama
buruk. Maka ia mengambil salah satu yang diyakini paling ringan
keburukannya; Masalihul mursalah, yaitu menetapakan hukum berdasarkan
tinjauan kegunaan sesuai dengan tujuan syariat. Perbedaannya dengan Istihsan
adalah jika Istihsan menggunakan konsiderasi hukum-hukum universal dari
Al-Qur’an dan Hadits atau menggunakan dalil-dalil umum dari kedua sumber
tersebut, sedangkan masahhul mursalah menitikberatkan kepada kemanfaatan
perbuatan dan kaitannya dengan tujuan universal syariat Islam.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan