Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PERPINDAHAN KALOR

KONDUKSI

Kelompok 10

Farisa Imansari (1206212426)


Fhani Meliana (1206212413)
Lisa Indriyadi (1106016405)
Primantono Rachman (1206262121)
Sri Dwi Aryani (1206212395)

TEKNOLOGI BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MARET, 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Perpindahan Kalor yang membahas mengenai
Pemicu I dan II yaitu Perpindahan Panas Secara Konduksi Keadaan Tunak dan Tak Tunak.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dianursanti dan Ibu Tania selaku
dosen mata kuliah Perpindahan Kalor yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman selaku
rekan dalam kelas Perpindahan Kalor yang telah memberikan saran dan dukungan kepada
penulis selama proses penyelesaian masalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun agar ke depannya dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.

Depok, Maret 2014

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................... 2
Daftar Isi ........................................................................................................ 3
Daftar Gambar ............................................................................................... 4
Daftar Tabel ................................................................................................... 4

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 5
Tujuan ............................................................................................................ 5
Rumusan Masalah.......................................................................................... 5

PEMBAHASAN
2.1 Bahaya Memasak Menggunakan Microwave Bagi Kesehatan............. 7
2.2 Penggunaan Microwave dalam Rumah Tangga ................................... 7
2.3 Fenomena Perpindahan Panas Konduksi Secara Tunak pada Pemanasan
Makanan dengan Microwave…………………………………………. 8
2.4 Fenomena Perpindahan Panas Konduksi Secara Tunak pada Pemanasan
Makanan dengan Microwave…………………………………………... 8
2.5 Proses Perpindahan Kalor Secara Konduksi dalam Dimensi Tunggal
dan Dimensi Rangkap………………………………………………….… 8
2.6 Menentukan Nilai Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh dan
Tahanan Kontak Termal………………………………………………. 11
2.7 Menentukan Laju Perpindahan Kalor Konduksi Tunak pada
Sistem dengan Penampang Kalor yang Berbeda dan
Sistem dengan Sumber Kalor……………………………………….. 12
2.8 Menentukan Laju Perpindahan Kalor dalam Sistem yang Melibatkan
Perpindahan Kalor Secara Konduksi dan Konveksi……………….… 13
2.8 Perpindahan Kalor Konduksi Tunak Dimensi Rangkap Secara Matematik,
Grafik Maupun Numerik, Serta Aplikasi Faktor Bentuk Konduksi..… 13
2.9 Insulasi dalam Suatu Sistem Penghantaran Panas……………..,….….. 15
2.10 Bahan Isolator yang Baik………………………………….……..…… 16
2.11 Kinerja Isolator yang Baik………………………………......………... 16
2.12 Tugas Perhitungan………………………………….………………….. 17
2.13 Tugas Perhitungan………………………….…………………......…… 18
2.14 Fenomena Perpindahan Panas Konduksi Tak Tunak Pada
Pemanasan Makanan Dalam Oven dan Microwave….….………………….. 19
2.15 Jenis material, Bentuk dan Ukuran Wadah Makanan yang Digunakan
Dalam proses Pemanasan Menggunakan Oven atau Microwave.…….. 19
2.16 Batasan yang Harus Dipenuhi Dalam Menganalisis Kapasitas
Kalor Tergabung Pada Perpindahan Kalor Konduksi Tak Tunak…….. 20
2.17 Penerapan Analisis Aliran Kalor Transien Dalam Menyelesaikan
Permasalahan Perpindahan Kalor Konduksi Tak Tunak...…...……….. 20
2.18 Batas Konveksi, Angka Biot, Angka Fourier, dan Bagan Heisler dan
Penerapannya Pada Perpindahan Kalor Konduksi Tak Tunak….…….. 22

3
2.19 Perpindahan Kalor Konduksi Tak Tunak Pada Sistem Dimensi
Rangkap Kalor Konduksi Transien Pada Sistem Multidimensi……….. . 24
2.20 Aplikasi Metode Numerik Transien dan Analisis Grafik Schmidt……..... 25
2.21 Tugas Perhitungan ………………………………….………………….. 27
2.22 Tugas Perhitungan ………………………………….………………….. 28

PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................... . 30
Daftar Pustaka................................................................................................ .. 30

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Sistem dengan Konduksi dan Konveksi ................................... 12


Gambar 2. Distribusi Temperatur pada Persegi ...................................................... 13
Gambar 3. Profil Temperatur pada Bidang Datar, Silinder, dan Bola ..................... 21
Gambar 4. Increment pada Benda Dua Dimensi ..................................................... 26

DAFTAR TABEL

Tabel 2.Tabel Konduktivitas Termal…………………………………….... ............. 17

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keberadaan oven microwave semakin mudah ditemui di rumah-rumah, apalagi harga


microwave sudah terjangkau. Memasak memakai oven microwave menjadi pilihan karena
gampang digunakan dan hemat energi. Namun, banyak yang tidak menyadari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh oven microwave bagi kesehatan Anda. Bahaya tersebut timbul karena makanan
yang dipanaskan dengan menggunakan microwave akan kehilangan kandungan nutrisi dan
vitamin B-12. Karsinogen penyebab kanker juga dapat timbul pada makanan. Untuk mengetahui
penyebab dari sejumlah bahaya yang timbul tersebut, perlu dilakukan peninjauan
terhadapperpindahan panas secara konduksi yang terjadi pada makanan yang dipanaskan
menggunakan microwave, baik dalam keadaan tunak maupun tak tunak.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perpindahan Kalor, juga untuk memahami prinsip dasar fenomena peristiwa perpindahan kalor
secara konduksi, baik kondisi tunak maupun tak tunak. Makalah ini diharapkan dapat menjadi
salah satu sumber informasi yang bermanfaat mengenai bahayanya memasak menggunakan
microwave serta penyebabnya.

1.3 Rumusan Masalah


 Apa bahaya memasak menggunakan microwave bagi kesehatan?
 Bagaimana penggunaan microwave dalam rumah tangga?
 Bagaimana fenomena perpindahan panas konduksi secara tunak pada kasus pemanasan
makanan dengan microwave?
 Bagaimana proses perpindahan kalor secara konduksi dalam dimensi tunggal dan dimensi
rangkap?
 Bagaimana menentukan nilai koefisien perpindahan kalor menyeluruh dan tahanan kontak
termal?

5
 Bagaimana menentukan laju perpindahan kalor konduksi tunak pada system dengan
penampang kalor yang berbeda dan system dengan sumber kalor?
 Bagaimana menentukan laju perpindahan kalor dalam system yang melibatkan
perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi?
 Bagaimana penyelesaian masalah dalam perpindahan kalor konduksi tunak dimensi
rangkap secara matematik, grafik maupun numerik, serta aplikasi faktor bentuk konduksi?
 Apakah insulasi diperlukan dalam suatu system penghantaran panas?
 Bagaimana memilih bahan isolator yang baik?
 Bagaimana kinerja isolator yang baik?
 Bagaimana fenomena perpindahan panas konduksi tak tunak pada pemanasan makanan
dalam oven dan microwave?Apa perbedaannya dengan perpindahan perpindahan kalor
konduksi tunak?
 Bagaimana peranan jenis material, bentuk dan ukuran wadah makanan yang digunakan
dalam proses pemanasan menggunakan oven atau microwave?
 Bagaimana batasan yang harus dipenuhi jika ingin menerapkan analisis kapasitas kalor
tergabung dalam menyelesaikan permasalahan perpindahan kalor konduksi tak tunak?
 Bagaimana penerapan analisis aliran kalor transien dalam menyelesaikan permasalahan
perpindahan kalor konduksi tak tunak?
 Apakah yang dimaksud dengan batas konveksi, angka Biot, angka Fourier, dan bagan
Heisler? Bagaimana menerapkannya dalam menyelesaikan permasalahan perpindahan
kalor konduksi tak tunak?
 Bagaimana menyelesaikan permasalahan perpindahan kalor konduksi tak tunak pada
system dimensi rangkap?
 Bagaimana aplikasi Metode Numerik Transien dan Analisis Grafik Schmidt?

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahaya Memasak Menggunakan Microwave Bagi Kesehatan

Microwave dianggap alat memasak yang paling efisien dan cepat karena suhu di microwave jauh
lebih tinggi daripada oven biasa. Namun di balik keuntungannya, microwave juga rawan bagi
kesehatan dan telah terbukti secara ilmiah melalui beberapa percobaan. Risiko menggunakan
microwave adalah karena instensitas radiasi listrik dan magnetik yang digunakan untuk memasak
makanan. Panas yang dihasilkan mengakibatkan memasak dengan cepat, menyerang sistem
kekebalan tubuh. Panas juga meningkatkan tingkat leukosit yang menyebabkan keracunan dan
merusak sel, sehingga menyebabkan beberapa jenis penyakit, termasuk kanker.

Microwave menggunakan teknologi yang berkontribusi pada risiko kesehatan. Panas


mengurangi vitalitas makanan dan nutrisinya. Setelah membunuh gizi makanan, microwave
memulai proses pembusukan makanan. Risiko kesehatan ketiga adalah menghalangi proses
produksi hormon. Makanan dari microwave menghasilkan reaksi di perut serta pertumbuhan
kanker usus, gangguan secara bertahap sistem pencernaan. Ini juga menurunkan kemampuan
tubuh dalam menyerap vitamin.

2.2 Penggunaan Microwave dalam Rumah Tangga

Microwave telah banyak digunakan oleh masyarakat luas dalam menyelesaikan pekerjaan
rumah tangga, seperti mencairkan makanan beku (menu defrost), memanggang, memasak,
memanaskan makanan, menghangatkan minuman, mensterilkan spons pencuci piring, dan
lainnya. Microwave kerap dibandingkan oleh oven karena fungsi dari keduanya yang hampir
sama. Microwave menggunakan listrik sebesar 220 volt dan daya 850 watt, sedangkan oven
menggunakan panas dari api kompor. Daya listrik 850 microwave dapat memanaskan makanan
kurang dari 20 menit. Microwave juga memiliki thermostat dan timer, kedua komponen ini
menunjang dalam penghematan energi. Thermostat menjaga panas microwave lebih stabil dan
timer sebagai pengingat ketika waktu pemanasan telah selesai serta mematikan fungsi
microwave secara otomatis, dan menghemat daya listrik yang digunakan.
Oven menggunakan energi yang lebih banyak, dan kontrol terhadap penggunaan energi
minim. Panas oven kurang stabil karena tidak adanya thermostat, timer dan wave stirer. Tidak

7
adanya ketiga komponen ini menyebabkan waktu pemanasan makanan berlangsung lebih lama
dan tidak efisien, maka oven membutuhkan energi yang lebih banyak. Hal ini yang mengindikasi
penggunaan microwave lebih hemat dibandingkan oven.

2.3 Fenomena Perpindahan Panas Konduksi Secara Tunak pada Pemanasan Makanan
dengan Microwave

Pemanasan makanan pada microwave terjadi secara radiasi yaitu menggunakan


gelombang radio atau gelombang mikro yang dapat menembus makanan pada frekuensi 2,45
GHz. Gelombang mikro menerapkan sistem pemanasan dielektrik (dielectric heating) yaitu
pemanasan material/komponen dielektrik. Gelombang mikro akan diserap oleh molekul
makanan. Penyerapan gelombang mikro akan menyebabkan atom-atom air pada molekul
makanan memiliki energi kinetik yang lebih tinggi, maka molekul makanan akan berotasi dan
saling bertabrakan. Tumbukan antar molekul akan memberikan energi kinetik berlebih, adanya
perbedaan temperatur sebagai driving force perpindahan kalor menimbulkan transfer panas
menuju arah gradien suhu, dalam hal ini menuju bagian dalam makanan.Makanan akan matang
ketika molekul makanan sampai pada suhu tertentu dan bagian pada makanan memiliki
temperatur yang sama atau dengan kata lain kesetimbangan temperatur. Hilangnya driving
forceakan menghentikan transfer panas secara konduksi dan suhu makanan dalam oven tidak
berubah lagi terhadap waktu (tunak).
Gelombang mempunyai sebuah komponen positif dan negatif, molekul-molekul makanan
didesak kedepan dan kebelakang selama 2 kali kecepatan frekuensi gelombang mikro, yaitu 4,9
juta kali/detik. Gelombang mikro dihasilkan oleh magnetron, gelombang tersebut ditransmisikan
ke dalam waveguide, lalu gelombang tersebut dipantulkan ke dalam fan stirrer dan dinding dari
ruangan didalam oven, dan kemudian gelombang tersebut diserap oleh makanan.

2.4 Proses Perpindahan Kalor Secara Konduksi dalam Dimensi Tunggal dan Dimensi
Rangkap

Konduksi Keadaan Tunak Satu Dimensi

Persamaan dasar untuk menganalisis panas konduksi adalah Hukum Fourier

8
Dimana merupakan flux panas (W/m2), merupakan konduktifitas termal (W/m.K), dan

merupakan gradien temperatur (K/m).

Sistem dikatakan satu dimensi apabila temperatur pada bidang hanya merupakan fungsi
dari panjang radial dan tidak tergantung dengan panjang axial. Beberapa bentuk bidang yang
berbeda yang dikategorikan sebagai sistem satu dimensi adalah bidang datar, silindris, dan bulat.

 Bidang Datar
Laju alir panas yang terjadi pada bidang datar dapat diformulasikan sebagai

Dimana merupakan laju alir panas, merupakan temperatur pada permukaan bidang,
dan merupakan ketebalan bidang.
Jika konduktivitas termal berubah dengan suhu menurut hubungan linier
maka laju panas menjadi

()

 Silinder
Jika sebuah silinder homogen dan cukup panjang sehingga pengaruh ujung-ujungnya
dapat diabaikan dan suhu permukaan dalamnya konstan pada sedangkan suhu luarnya
dipertahankan seragam pada maka laju konduksi panasnya adalah

 Bola
Sistem berbentuk bola dapat dikategorikan sebagai sistem berdimensi satu ketika
temperaturnya merupakan fungsi dari jari-jari. Laju alir panasnya adalah

Konduksi Keadaan Tunak Dimensi Rangkap

Pada perpindahan kalor konduksi tunak dua dimensi, gradien suhu dinyatakan dalam dua
koordinat ruang. Untuk menganalisis aliran panas keadaan tunak system dua dimensi berlaku
persamaan Laplace

9
Solusi dari persamaan ini dapat didiferensialkan dan dikombinsikan dengan persamaan Fourier
untuk menghasilkan komponen vector laju perpindahan panas.

2.5 Menentukan Nilai Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh dan Tahanan Kontak
Termal
Koefisien perpindahan panas menyeluruh digunakan dalam menghitung laju perpindahan
panas Q dari suatu fluida dengan suhu rata-rata T1 melalui permukaan yang solid ke fluida yang
lainnya dengan suhu rata-rata T2 (dimana T1> T2). Persamaan ini umumnya hanya berlaku pada
kondisi tunak. Berikut persamaannya

Pada kondisi tertentu, apabila dinding yang dilalui mempunyai ketebalan yang sama, maka U
berhubungan dengan transfer koefisien dari setiap fluida yang terlibat.

Dimana dan merupakan koefisien perpindahan panas dari fluida A dan C, merupakan ketebalan
dinding yang dilalui fluida dan merupakan konduktivitas termal dari dinding.
Tahanan kontak termal (thermal contact resistance) adalah kondisi dimana nilai
kekasaran permukaan bidang kontak akan mempengaruhi laju perpindahan kalor.

( )
DimanaRt,c merupakan tahanan termal (0C/W), TA merupakan temperatur material A (0C), TB
merupakan temperatur material B (0C) dan Qx merupakan Heat Fluks (W/m2).

2.6 Menentukan Laju Perpindahan Kalor Konduksi Tunak pada Sistem dengan
Penampang Kalor yang Berbeda dan Sistem dengan Sumber Kalor

 Menentukan Laju Kalor Konduksi Tunak Pada Sistem Penampang yang Berbeda

10
Laju perpindahan kalor dapat ditentukan dengan persamaan Fourier. Karena pada
persamaan Fourier terdapat fungsi luas maka persamaan luas yang dipakai harus sesuai dengan
bentuk penampang benda tersebut. Terdapat perbedaan apabila penampang sistem berbentuk
radial. Persamaan Fourier untuk penampang radial adalah

Dari persamaan tersebut dapat dihasilkan persamaan untuk tahanan termal sistem dengan
penampang lingkaran yang dapat digunakan untuk memudahkan perhitungan laju perpindahan
kalor, dengan menganalogikan sistem menjadi rangkaian listrik.

Sedangkan untuk sistem berpenampang bola, laju alir kalornya adalah

Pada analisis dua dimensi persamaan yang digunakan adalah . Dengan S adalah
faktor bentuk konduksi yang dapat dilihat pada Lampiran 1.
Menentukan Laju Kalor Konduksi Tunak Pada Sistem Dengan Sumber Kalor
1. Dinding datar dengan sumber kalor
Suatu bidang datar dengan sumber panas mempunyai ketebalan 2L pada arah x dan diasumsikan
dimensi di kedua arah yang lain cukup bsar sehingga aliran panas dianggap satu dimensi. Panas
yang tergenerasi per unit volume adalah q dan konduktivitas termal tidak berubah tehadap suhu
Persamaan aliran panas pada keadaan tunak, adalah:
dengan kondisi batas T = T pada x=0
o

T = Tw pada x=±L
Penyelesaian persamaan aliran kalor dengan kondisi batas di atas akan menghasilkan persamaan
distribusi suhu sepanjang arah x, yaitu:
T = T pada x = L, maka
w

Suhu di dinding:

2. Silinder dengan sumber kalor

11
Suatu silinder pejal dengan jari – jari R dengan sumber panas terbagi rata dan
konduktivitas termal tetap. Silinder cukup panjang sehingga suhu hanya merupakan fungsi jari –
jari. Persamaan aliran panas pada keadaan tunak, adalah:
dengan kondisi batas pada r = 0

pada r=R
Sehingga menghasilkan persamaan distribusi suhu sepanjang arah radial, yaitu:

Suhu maksimal tercapai di pusat silinder pada saat r = 0.

2.7 Menentukan Laju Perpindahan Kalor dalam Sistem yang Melibatkan Perpindahan
Kalor Secara Konduksi dan Konveksi
Transfer kalor konduksi selalu diawali dengan proses konveksi dan diakhiri dengan
proses konveksi pula. Sangatlah jarang proses konduksi terjadi tanpa diawali dan diakhiri dengan
proses konveksi. Perhatikan transfer kalor yang terjadi pada suatu dinding datar seperti gambar
dibawah ini.
Pada sisi kiri terjadi transfer kalor secara konveksi dari fluida panas ke permukaan
dinding sebelah kiri. Perbedaan temperatur pada permukaan kanan dan kiri ini menyebabkan
terjadinya transfer panas secara konduksi dari permukaan kiri ke
permukaan kanan. Kemudian temperatur permukaan kanan menjadi
lebih panas dari fluida yang ada si sebelah kanan, sehingga
terjadilah transfer kalor secara konveksi dari permukaan dinding
sebelah kanan ke fluida yang berada disampingnya.

Aliran kalor yang terjadi pada keseluruhan sistem


Gambar 1. Ilustrasi Sistem
;; dengan Konduksi dan
Konveksi
Sumber: Termodinamika
Jika ketiga persamaan diatas dijumlahkan pada arah temperatur Teknik, Erlangga
maka akan menjadi :

12
Kita ketahui bahwa

Sehingga { }

Maka Aliran kalor dari fluida kiri ke fluida kanan dapat ditulis sbb :

2.8 Perpindahan Kalor Konduksi Tunak Dimensi Rangkap Secara Matematik, Grafik
Maupun Numerik, Serta Aplikasi Faktor Bentuk Konduksi
- Analisis Matematika
Sebuah persegi mempunyai tiga sisi lateral yang temperaturnya tetap. Distribusi
temperatur di keempat sisi adalah sinusoidal dengan nilai maksimum
. Dengan menggunakan perbedaan suhu dapat
diasumsikan bahwa temperatur tetap menjadi 0.
Tidak ada arah z dari gradien suhu, maka persamaan Laplace nya adalah

Gambar 2. Distribusi
Dengan kondisi batas Temperatur
Sumber: Pitts, Donald R.
Schaum’s Outline of
Theory & Problems of
Heat Transfer

Dengan mengasumsikan solusi dalam bentuk yang disubstitusi ke


persamaan Laplace sehingga menghasilkan

Jika masing-masing mempunyai niai konsanta dimana sehingga 2 batas homogen


mempunyai koefisien

Solusi untuk persamaan terpisah ini adalah

13
Dengan mengaplikasikan kondisi batas = 0 dan menghasilkan

Dengan syarat

Karena persamaan diferensial asli adalah linier, Total jumlah angka jumlah beberapa solusi
merupakan solusi. Dengan demikian dapat ditulis sebagai penjumlahan dari seri yang tidak
terbatas

Dimana konstanta telah dikombinasikan dan mengganti dengan 2sinh λy.


Menghasilkan

Yang dapat diterapkan jika dan

Penyelesaian Umum Konduksi Panas untuk Sistem Hogomen dan Dua Dimensi
(   ) Koordinat Cartesian
  

(    ) Silinder


Penyelesaian Analitik
Distribusi suhu umumnya pada kondisi steady state:

 

sehingga

14


   
Pemisahan Variabel





 
 

Solusi umum, diselesaikan dengan kondisi batas (boundary conditions)


   

Metode Grafik
 Membuat terlebih dahulu jaringan isoterm.
 Aliran panas tegak lurus dengan garis isoterm
 Garis isoterm adlaah garis aliran panas berbentuk bujur sangkar. Penggambaran grafik secara
manual, dan semakin dekat dengan bentuk bujur sangkar maka analisis akan semakin baik.
Aliran Panas Hukum Fourier
Laju aliran panas

2.9 Insulasi dalam Suatu Sistem Penghantaran Panas

Insulasi termal merupakan metode yang dapat menjaga daerah tertutup seperti panas
bangunan, atau dapat menjaga bagian dalam bangunan dingin. Panas ditransfer dari satu material
ke material yang lain secara konduksi, konveksi dan / atau radiasi.
Jika Anda memiliki objek atau daerah yang pada suhu tertentu, Anda mungkin ingin
mencegah materi yang kita miliki mempunyai suhu yang sama dengan materi lainnya. Hal ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan sebuah penghalang isolasi termal. Di setiap lokasi di

15
mana ada bahan dari dua suhu yang berbeda drastis, Anda mungkin ingin memberikan
penghalang isolasi untuk mencegah satu dari menjadi suhu yang sama seperti yang lain. Dalam
situasi seperti itu, upaya ini adalah untuk meminimalkan transfer panas dari satu daerah ke
daerah lain

2.10 Bahan Isolator yang Baik


Karakteristik bahan yang dapat digunakan sebagai isolatormeliputi konduktivitas termal,
nilai R, difusivitas termal, permeabilitas udara, dan kerapatan. Konduktivitas termal dari suatu
bahan menunjukkankemampuanbahan tersebut untuk menghantarkan panas. Isolator yang baik,
seharusnya memiliki nilai konduktivitas yang rendah. Sementara, Nilai-R dari material adalah
ketahanan terhadap aliran panas dan merupakan indikasi dari kemampuannya untuk melindungi.
Tinggi nilai-R, semakin baik isolasi. Suatu isolator yang baik juga seharusnya memiliki nilai
permeabilitas udara yang tinggi, sehingga memungkinkan udara untuk melewati pori-porinya.
Kerapatan atau densitas suatu material juga dapat mempengaruhi apakan ia isolator yang baik
atau bukan. Isolator yang baik memiliki kerapatan yang rendah.

2.11 Kinerja Isolator yang Baik


Isolator yang baik harus mempunyai sifat elektris, mekanis, termis, dan sifat kimia yang
baik. Sifat elektris ditunjukkan oleh kekuatan dielektrisnya yaitu besarnya ketahanan suatu
isolator untuk dapat bertahan terhadap tegangan listrik dan isolator yang baik harus mempunyai
kekuatan dieleketrik yang besar.Sedangkan sifat mekanis isolator terkait dengan kekuatan
mekaniknya anatara lain tahan terhadap tekanan mekanik dan tidak mudah aus yaitu kerusakan
yang disebabkan oleh pemakaian. Sifat kimia termasuk didalamnya adalah sifat hifrokopis, yaitu
sifat yang menunjukkan mudah dan tidaknya suatu bahan isolator menyerap air. Karena air
merupakan bahan yang konduktif, maka semakin basa suatu isolator, tahan jenis maupun sifat
dielektriknya akan semakin kecil dan kemampuan isolasinya akan semakin turun. Sifat kimia
yang lain adalah sifat mudah berkarat yang disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti gas,
garam, alkali, dan sebagainya

2.12 Tugas Perhitungan

16
Usulkan suatu system insulasi untuk sebuah oven pemanas yang beroperasi pada suhu 200 OC.
Sistem insulasi tersebut diharapkan dapat menahan laju kalor sebesar 225 W/m2 dan menjadikan
suhu di bagian luar oven menjadi 40OC.
Untuk dapat membuat system insulasi yang baik pada oven, perlu diperhatikan faktor-faktor
berikut:
1. Ketebalan isolasi optimal
2. Jenis material pembentuk isolator, karena setiap isolator mempunyai fungsi dan keadaan
3. Jenis bahan isolator, menunjukkan konduktivitas termalnya, semakin kecil nilai
konduktivitas termal, maka proses isolasi akan semakin baik.
4. Temperatur, suhu maksimum yang dapat dicapai isolator.
5. Pengaruh mekanisme kimia lain yang dapat merugikan penggunaan oven, missal
kandungan gizi pada makanan yang dipanaskan dengan oven.
Table konduktivitas termal
Material Konduktivitas Termal (W/m OC)
Udara 0,03
Foam, Polyurethene 0,03
Fiberglass 0,04
Corkboard 0,04
Woulfeat 0,05
Cotton 0,06
Dari table diatas, konduktivitas termal yang paling kecil adalah Polyurethene dan fiberglass,
yaitu 0,03 dan 0,04 W/m OC
Polyurethene

( ⁄) ( )

(⁄)

Fiberglass

17
( ⁄ )

Namun karena Polyurethene memiliki suhu maksimum lebih kecil daripada fiberglass, yaitu
polyurethane 40OC dan fiberglass 290OC, maka bahan isolasi termal yang paling baik digunakan
adalah fiberglass.

2.13 Tugas Perhitungan

Sebuah pipa uap ditanam didalam tanah tanpa isolasi. Diameter pipa 4 inci, panjang 100 yard,
dan didalamnya mengalir uap pada suhu tidak kurang dari 300OF. Pipa ditanam pada kedalaman
9 inchi diukur dari sumbu pipa.
Jawab:
- Konduktivitas termal tanah adalah 1,2 W/m2OC
- Suhu uap = 300OF = 148,89OC = 422,038 K
- Kedalaman pipa = 9 inci = 0,2286 m = 22,86 cm
- Diameter pipa = 4 inchi = 0,1016 m = 10,16 cm
- Jari-jari pipa = 5,08 cm
- Panjang pipa = 100 yard = 91,44 m = 9144 cm
 Suhu permukaan tanah = 5OC

 Maka insulasi pada pipa tersebut


tidak aman karena laju alir kalor
()
sangat besar sehingga dapat
membahayakan.
()

2.14 Fenomena Perpindahan Panas Konduksi Tak Tunak Pada Pemanasan Makanan
Dalam Oven dan Microwave

18
Pemanasan yang dilakukan oleh gelombang mikro terhadap makanan termasuk kedalam pemanasan
secara radiasi (tanpa medium perantara). Setelah makanan terpanaskan baruah terjadi proses
konduksi (energi kalor yang menggetarkan molekul-molekul di suatu area turut menggetarkan
molekul-molekul yang ada disampingnya). Pemanasan pada suatu sistem heterogen (yang
disebabkan oleh keberadaan zat dan fase yang saling berbeda) menyebabkan energi dengan jumlah
yang bervariasi diterima olehobjek. Haltersebut menyebabkan adanya gradient suhu pada makanan yang
dipanasakan tadi. Area yang menerima energi lebih banyak ketimbang area sekelilingnya, akan menjadi
lebih panas dari sekelilingnya dan menyebabkan adanya proses perpindahan kalor. Pada kondisi tunak, suhu
tidak berubahterhadap waktu. Saatpemanasanmakanan yang bersifat padat, ada banyak resistansi pada proses
perpindahan kalor tersebut. Hal tersebut menyebabkan perpindahan kalor dari area yang bersuhu lebih tinggi ke suhu
yang lebih rendah menjadi lambat, sehingga banyak bagian yang memiliki gradien suhu yang tidak berbeda
jauh pada suatu periode waktu tertentu. Untuk itu kondisi tersebut dapat diasumsikan ke dalam
kondisi tunak.

2.15 Jenis material, Bentuk dan Ukuran Wadah Makanan yang Digunakan Dalam proses
Pemanasan Menggunakan Oven atau Microwave
Usahakan bentuk wadah bundar, karena gelombang micro mencapai makanan dalam jumlah
yang sama dari segala arah. Sedangkan pada wadah berbentuk cincin masakan bisa matang
secara merata. Wadah berbentuk persegi, cenderung membuat makanan gosong pada bagian
pinggir, karena pada bagian ini terpusat gelombang mikro.
Menurut NSF sebuah badan di Amerika yang mengeluaarkan sertifikat aman pada barang –
barang yang aman bagi makanan, terdapat beberapa syarat untuk wadah makanan yang aman
untuk microwave diantaranya adalah:
 Menggunakan wadah makanan yang hanya diproduksi khusus untuk digunakan dalam oven
microwave di beri label “bisa digunakan dalam oven microwave.”
 Jangan menggunakan wadah plastik seperti mangkuk margarine, wadah makanan cepat saji,
dan wadah sekali pakai lainnya karena wadah ini tidak tahan panas dan bisa meleleh.
 Jangan menggunakan tas plastik tipis, kertas coklat atau kantong plastik, atau aluminium foil
dalam oven microwave.
Adapun kriteria dari material yang digunakan menurut jenisnya, yaitu apabila bahan tersebut
terbuat dari plastik, maka sebaiknya tidak bereaksi lagi karena panas, tidak terurai ke dalam

19
makanan, dan tidak melelehkan komponen tertentu ke dalam makanan. Apabila bahan tersebut
terbuat dari logam, maka ia akan memantulkan kembali gelombang micro dan gelombang micro
akan bereaksi kembali dengan metal, sehingga didalam oven terjadi percikan api atau meledak.
2.16 Batasan yang Harus Dipenuhi Dalam Menganalisis Kapasitas Kalor Tergabung
Pada Perpindahan Kalor Konduksi Tak Tunak

Untuk melakukan analisis kalor tergabung, batasan yang harus dipenuhi adalah:
1. Nilai biot kecil yaitu kurang dari 0,1
2. Suhu benda dianggap seragam pada waktu yang sama sehingga dapat diasumsikan tidak
terjadi gradien suhu dalam benda
3. Benda harus berada dalam suatu lingkungan tertentu yang kondisi suhunya berbeda
4. Peninjauan kondisi benda melibatkan lingkungan tempat sekitar benda berada

2.17 Penerapan Analisis Aliran Kalor Transien Dalam Menyelesaikan Permasalahan


Perpindahan Kalor Konduksi Tak Tunak

Sistem Analisis Kalor Tergabung (Lumped System Analysis)

Sistem analisis tergabung menggunakan model ideal dan menyederhanakan kasus


perpindahan panas tanpa mengesampingkan nilai akurasi. Sistem analisis ini diamati sebagai
“lumped” atau gumpalan yaitu dalam temperatur dalam bernilai seragam selama transfer proses
berlangsung.

Model dari sistem analisis tergabung dapat mengambil yaitu bola tembaga. Dalam
pengukuran temperatur bola tembaga, temperatur berubah terhadap waktu tanpa memerhatikan
variabel posisi tanpa referensi koordinat spesifik pada benda. Sistem analisis tergabung
menggunakan model geometri simetris maka bentuk yang tidak simetris tidak dapat
menggunakan sistem analisi tergabung (lumped).

Sistem analisis tergabung meliputi parameter m = massa, V = volume,  = densitas, Ti =


temperatur awal. Koefisien yang digunakan dalam sistem ini adalah Cp = kapasitas kalor spesifik
dan koefisien transfer yaitu h. Sistem ini menggunakan asumsi bahwa seluruh bagian obyek
bertemperatur seragam dan temperatur berubah terhadap waktu T = T(t). Selama interval waktu

20
differensial, temperatur obyek naik sejumlah dT. Neraca energi selama selang waktu tersebut
dinyatakan sebagai berikut:

m = V dan dT = d  ,  = konstan maka dapat disusun sebagai berikut




 

maka
 

Sistem Analisis Kalor Transien Pada Bidang Datar, Silinder dan Bola
Pada sistem kalor ini, variabel posisi juga diperhatikan. Perpindahan kalor diilustrasikan
sebagai berikut permukaan obyek memiliki suhu Ti dan T< Ti. Suhu pada obyek akan turun
mendekati permukaan. Hal ini menyebabkan terjadinya gradien suhu. Gradien suhu yang
menginisiasi terjadinya perpindahan panas dari obyek ke lingkungan. Maka terjadi
perpindahan panas diikuti grafik perubahan profil suhu. Profil suhu seiring berjalannya waktu
akan semakin mendatar, hal ini berarti T = Ti atau dengan kata lain mencapai
kesetimbangan suhu dengan lingkungan. Ilustrasi ini diterapkan baik dalam bidang datar,
silinder dan bola.

Gambar 3. Profil temperatur pada bidang datar, silinder dan bola


Sumber: Heat Transfer, Cengel

Solusi untuk analisis kalor transien pada bidang datar, silinder dan bola adalah sebagai berikut
l
Bidang datar: ,x ,  ,2
l
Silinder: ,x ,  ,2
l
Bola: ,r , ,2
,r

21
Konduksi Kalor Transien Pada Benda Padat Semi Tak Hingga
Padatan semi tak hingga diilustrasikan sebagai permukaan bidang satu dan diperpanjang
pada arah yang tak berhingga. Penyederhanaan atas sistem ini digunakan untuk menentukan
perubahan temperatur pada bagian obyek yang ditentukan. Dinding tebal dapat dimodelkan
sebagai obyek semi tak hingga. Solusi umum dari distribusi kalor transien dinyatakan sebagai
berikut:

Nilai dari sumbu vertikal berkorespondensi pada x = 0 dan ini menunjukkan pada nilai
temperatur permukaan. Solusi dari distribusi kalor transien adalah

( )*( )+


∫

2.18 Batas Konveksi, Angka Biot, Angka Fourier, dan Bagan Heisler dan penerapannya
Pada Perpindahan Kalor Konduksi Tak Tunak
Kondisi Batas Konveksi
Kondisi Batas Konveksi (Convection Boundary Condition) adalah suatu metode yang digunakan
untuk menyelesaikan suatu masalah Konduksi Kalor Transien (Transient Heat-conduction).
Untuk soal benda padat semi-tak berhingga, hal tersebut dapat dinyatakan dengan:
Kalor yang dikonveksi ke permukaan = kalor yang di konduksi di permukaan

Penyelesaian untuk soal tersebut cukup rumit, dan ini setelah dikerjakan secara terperinci oleh
Schneider. Hasilnya adalah

Dimana , adalah suhu awal benda padat, dan ∞ adalah suhu lingkungan.

Benda padat mempunyai banyak geometri mulai dari plat tak berhingga, silinder tak
berhingga, dan juga bola. Dengan berbagai macam geometri untuk mengukur suhu garis pusat

22
hanya menggunakan satu bagan dan akan mendapatkan 0 dan 0. Untuk menentukan suhu

diluar pusat, diperlukan dua bagan untuk menghitung hasil


.
Dalam penghitungan batas-konveksi juga ada variabel yang disebut dengan rugi kalor
(Q). Penghitungan rugi kalor dilakukan dengan menggunakan grafik pada benda bentuk palt tak
berhingga, silinder tak berhingga, dan bola. Dengan terlebih dahulu mengetahui Q0 (energi
dalam awal benda).

Angka Biot
Angka Biot adalah suatu parameter yang tidak mempunyai dimensi pada perhintungan
perpindahan kalor. Angka biot merupakan rasio antara besaran konveksi permukaan dan tahanan
konveksi dalam perpindahan kalor.

Dimanah merupakan koefisien perpindan kalor keseluruhan, k merupakan konduktivitas termal,


dan merupakan setengah tebal plat untuk plat dan jari-jari untuk silinder dan bola.
Angka Biot dapat diartikan dengan membayangkan aliran panas dari cairan panas di
dalam pipa silinder besi ke lingkungan. Ada dua hambatan pada aliran panas tersebut, yaitu
hambatan yang diberikan oleh dinding pipa dan hambatan dari udara atau lingkungan.Nilai
angka Biot yang rendah berarti bahwa tahanan atau hambatan konduksi-dalam dapat diabaikan
terhadap tahanan konveksi-permukaan. Dengan demikian suhu pada seluruh bagian benda akan
mendekati sama pada tiap bagiannya, dan dapat digunakan metode analisis kapasitas-tergabung.

Angka Fourier
Angka Fourier adalah juga merupakan suatu parameter yang tidak mempunyai dimensi
pada perhintungan perpindahan kalor. Angka ini biasa digunakan pada deskripsi dan prediksi
dari temperatur suatu material pada kondisi transient pemanasan maupun pendinginan. Angka
Fourier adalah angka yang membandingkan dimensi karakterisitik benda dengan kedalaman
tembus (penetrasi) gelombang suhu (kira-kira pada waktu τ.

23
Dimana α merupakan difusivitas termal [m2 s], τ merupakan karakteristik waktu, s merupakan
karakteristik dimensi benda; yaitu setengah tebal untuk plat, dan jari-jari untuk silinder dan bola.

Jika perbandingan V/A dianggap sebagai dimensi karakteristik s, maka eksponen persamaan
dinyatakan dengan angka Biot dan Fourier menjadi

Bagan Heisler
Bagan Heisler diterapkan dengan membagi penyelesaian deret tak berhingga menjadi
beberapa suku saja. Bagan-bagan Heisler hanya dapat digunakan jika angka Fourier lebih besar
dari 0,2. Penggunaan bagan ini terbatas pada kasus dimana
 Tidak ada sumber panas internal;
 Difusivitas termal dari benda bernilai konstan;
 Permasalahan dapat dianggap sebagai satu dimensi;
 Temperatur awal benda sama (uniform);
 Sistem dikenakan perubahan temperatur dari lingkungan (atau dari permukaan ketika
1/h=0).

2.19 Perpindahan Kalor Konduksi Tak Tunak Pada Sistem Dimensi RangkapKalor
Konduksi Transien Pada Sistem Multidimensi
Aliran temperatur transien pada sistem multidimensi merupakan perluasan dari penentuan
distribusi temperatur satu dimensi yang dipadukan dengan sistem pada bidang datar, silinder,
bola dan obyek semi tak berhingga. Sistem ini menggunakan pendekatan solusi perkalian.Solusi
dari sistem ini digeneralisasi sebagai perkalian dari transfer panas untuk membentuk geometri
multi dimensi menggunakan nilai satu dimensi.
Solusi dari distribusi temperatur dapat dinyatakan sebagai berikut: (Lampiran 2)

)
(

)
(

24
( )

Transfer energi dari obyek tiga dimensi membentuk 3 perpotongan dari obyek satu dimensi

( ) ( )( )*( )+( )*( ) +* ( ) +

2.20 Aplikasi Metode Numerik Transien dan Analisis Grafik Schmidt

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam analisis aliran kalortransien, yaitu,
kapasitas kalor tergabung, analisis dalam benda padat semi-tak-berhingga, bagan Heisler, grafik
Schmidt, dan metode numerik. Dalammemilih metode-metode tersebut tahapan-tahapan yang
harus dilewati adalah:

a) Memeriksa apakah analisis kapasitas kalor tergabung dapat diterapkan.Bila dapat maka
perhitungan menjadi lebih mudah.
b) Memeriksa apakah bagan Heisler dapat digunakan.
c) Bila dua penyelesaian di atas tidak dapat digunakan, maka digunakanmetode numerik.
d) Bila belum ada penyelesaian, maka konduksi batas konveksi dan radiasimengandung banyak
ketidakpastian (jangan memaksakan penggunaan nodedalam jumlah besar dan operasi yang
lama di mana sulit untukmemperbaiki ketidakpastian yang terdapat dalam kondisi batas).
e) Perlu diingat bahwa jarang terdapat soal konduksi murni, selalui terdapatkonveksi dan
radiasi.Pada sistem tak tunak atau kondisi transien seringkali kondisi batasnya berubah-
ubah, oleh karena itu tidak mungkin menyelesaikannya secaramatematis. Jika keadaannya
seperti ini, lebih baik penyelesaiannya dilakukan dengan menggunakan metode numerik.

Untuk lebih memudahkan penyelesaian, analisis dapat dibatasi hanya menjadi dua dimensi saja.
Jika sudah memahaminya perluasan menjadi tiga-dimensi dapat dilaksanakan dengan mudah.
Pada pembagian menjadi dua dimensi, posisi x ditandai dengan adanya subskrib m, sedangkan
posisi y ditandai dengan adanya subskrib n. Hal inidapat dilihat pada gambar benda dua-dimensi
yang telah dibagi-bagi menjadi jenjang tambahan kecil (increment ) seperti gambar di bawah ini.

25
Gambar 4. Gambar Incremen Pada Benda Dua Dimensi
Sumber: A Heat Transfer Textbook

Dalam benda padat persamaan diferensial yang mengatur aliran kalor ialah

( ) 
  
Dengan mengendalikan sifat sifat tetap. Kemudia derivatif parsial kedua dapat didekati melalui




Derivatif waktu dapat didekati dengan persamaan:


Dalam persamaan di atas, superscript menunjukkan tambahan waktu (time increment).
Dengan menggabungkan hubungan – hubungan di atas, maka didapatkan persamaan:

Dengan demikian jika suhu pada setiap waktu di berbagai node diketahui suhu sesudah
tambahan waktu dapat dihitung dengan menuliskan persamaan di atas untuk setiap waktu
dan mendapatkan ............ Prosedut tersebut dapat diulangi untuk mendapatkan distribusi suhu
sesudah sejumlah tambahan waktu yang diingini, jika tambahan koordinat ruang dibuat
sedemikian rupa sehingga persamaan untuk menjadi

( )[]

Jika tambahan waktu dan tambahan jarak dipilih sehingga

26
Maka terlihat bahwa suhu node (m, n) sesudah tambahan waktu merupakan rata – rata
arimatika dari suhu awal tambahan waktu, dan keempat node yang mengelilinginya.
2.21 Tugas Perhitungan
Dalam proses pembuatan bakso, adonan bola daging berdiameter 5 cm dan suhu awal 25oC
dimasukkan ke dalam air mendidih. Berapa waktu yang dibutuhkan agar bola daging tersebut
matang dengan baik? Bola daging dapat dikatakan matang dengan baik apabila bagian tengah
tidak kurang dari 60oC
Jawab:
 Data
D = 5 cm = 0,05 m T0 = 60oC
R = 2,5 cm = 0,025 m α = 1,6 . 10-7
Ti = 25oC K bakso = 0,5414 W/ m K
T = 100 oC H air (100 oC) = 3000 W/ m2K2
 Tujuan:
Menghitung 
 Asumsi:
Bakso hanya terdiri dari daging sapi danberbentuk bola sempurna
 Menentukan nilai dan

 Menentukan nilai 1/Bi

 Menentukan nilai Fo dengan menggunakan grafik hubungan Fo dan untuk sistem


radial. Diperoleh nilai Fo = 0,375
 Menentukan nilai 

27
 Kesimpulan: Waktu yang diperlukan untuk memasak bakso adalah 24,44 menit.

2.22 Tugas Perhitungan


Sebuah panci yang baru saja digunakan untuk mendidihkan air, didinginkan dengan cara
mencelupkannya ke dalam air bersuhu 25oC. Setelah dicelupkan selama 10 detik, apakah
menurut anda panci sudah aman untuk digunakan kembali?
Jawab:
 Data
2L = 3 mm = 0,003 m H air = 3000 W/ m2K2
L = 1,5 mm = 0,0015 m Ti = 100oC
α = 8,4 . 10-5 T = 25 oC
K alumunium = 215 W/ m K T0 = 50oC
 Asumsi:
Ketebalan panci adalah 3 mm.
Panci terbuat dari alumunium murni.
Panci merupakan plat pejal yang dibentuk menjadi silinder.
Asumsikan batas aman suhu panci adalah 50oC.
 Menentukan nilai Menetukan nilai dan

 Menentukan nilai 1/Bi

 Menentukan nilai Fo dengan menggunakan grafik hubungan Fo dan . Diperoleh nilai Fo


= 5,8
 Menentukan nilai 

28
 Kesimpulan: Waktu minimal yang dibutuhkan supaya panci dapat digunakan kembali
dengan suhu aman 50oC yaitu 15,55 detik. Panci baru dicelupkan selama 10 detik sehingga
suhunya masih lebih dari 50oC. Maka dari itu panci belum aman untuk digunakan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Memasak menggunakan microwave dinilai lebih hemat, namun panas dari mengurangi
vitalitas nutrisi makanan. Makanan dari microwave menghasilkan reaksi di perut serta
pertumbuhan kanker usus, gangguan secara bertahap sistem pencernaan. Ini juga
menurunkan kemampuan tubuh dalam menyerap vitamin.
 Gelombang mikro yang diserap oleh molekul makanan menyebabkan atom-atom air pada
molekul makanan membuat molekul makanan akan berotasi dan saling bertabrakan.
Tumbukan antar molekul akan memberikan energi kinetik berlebih, adanya perbedaan
temperatur sebagai driving force perpindahan kalor menimbulkan transfer panas menuju
arah gradien suhu, dalam hal ini menuju bagian dalam makanan.
 Persamaan dasar untuk menganalisis panas konduksi adalah Hukum Fourier, baik dalam
keadaan tunak maupun tak tunak dan baik dalam dimensi tunggal maupun dimensi rangkap.
Faktor geometri dapat mempengaruhi analisis perpindahan panas.
 Untuk menentukan laju alir kalor pada suatu system dengan perpindahan konduksi dan
konveksi, laju alir kalor masing-masing dihitung, kemudian dijumlahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hewitt, G. F., Shires, G. L., and Bott, T. R. (1994) Process Heat Transfer, CRC Press, Boca
Raton, Florida.

29
Incropera, F. P. and DeWitt, D. P. (1990) Introduction to Heat Transfer, 2nd ed., John Wiley &
Sons, New York.

Febrian, Andreas,dkk. 2011. Laporan Fisika Microwave. Depok. Fisika UI.

A. Cengel, Yunus. 2008. Heat Transfer A Practical Approach Third Edition. New York.
Dermawan Totok, Elin Nurainin, dan Suyanto. PENGARUH KOMPOSISI RESIN TERHADAP
SIFAT ELEKTRI DAN MEKANIK UNTUK BAHAN ISOLATOR TEGANGAN TINGGI
2012. Universitas : Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
J.P., Holman. 2008. HEAT TRANSFER. New York. McGraw - Hill.

Purwadi, PK. Metode Alternating Direction Implicit Pada Penyelesaian Persoalan Perpindahan
Kalor Konduksi Dua Dimensi Keadaan Tak Tunak. SIGMA, Vol. 3, No.1, Januari 2000

Lampiran 1

30
31
32
Lampiran 2

33
Lampiran 3

Grafik hubungan Fo dan untuk sistem radial untuk nomor 2.22

Lampiran 4

Grafik hubungan Fo dan untuk nomor 2.23

34
Definisi

Studi Kasus
Mekanisme
Konduksi Tunak

Komponen
Cara Kerja Konduksi
Konduksi Tak
Tunak

Faktor yang Mempengaruhi Aplikasi Perpindahan


Konduksi Macam - Macam
Kalor Secara Konduksi
Konduksi

Difusivitas
Termal
Dimensi
Tunggal Geometri Oven
Konvensional
Geometri
Dimensi Sistem dengan
Rangkap Sumber Kalor Microwave
Koefisien
Perapindahan
Kalor

35

Anda mungkin juga menyukai