Anda di halaman 1dari 3

Contoh Kasus Aspek Perpajakan atas Jasa

Konstruksi dan Real Estate


KASUS 1

HOTEL IBIS KEMAYORAN JAKARTA, KAMIS – JUM’AT, 25-26 NOVEMBER


2010,
KONSTRIBUSI : Rp. 2.750.000 (Hanya Pelatihan) & Rp. 3.750.000 (Termasuk
Akomodasi)

Latar Belakang
Saat ini dunia Properti atau Real Estate Indonesia sedang berkembang dengan pesat seiring
dengan kebutuhan terhadap perumahan rakyat yang semakin besar dan pertumbuhan ekonomi
yang semakin baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan berdampak pada peningkatan
kebutuhan akan gedung perkantoran dan fasilitasnya. Berbagai jenis perumahan sedang dan
akan dibangun, termasuk jenis apartemen, kondomonium, rumah susun, resort untuk
kalangan atas yang berkantong tebal. Kebutuhan terhadap properti tidak hanya pada level
pertama yaitu jual beli properti di real estate tetapi juga dalam jual beli dalam pasar sekunder
serta sewa menyewa.
Di saat bersamaan, Jasa Konstruksi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan
Properti dan atau Real Estate ikut berakselarasi pula. Kebutuhan dunia properti / real estate
terhadap jasa konstruksi terlihat dalam keterlibatan awal pembentukan/pembangunan suatu
properti dan atau real estate, saat pemeliharaan, dan renovasi di pasar sekunder. Jasa
Konstruksi terlibat penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, instalasi dan
pemeliharaan konstruksi tanah dan atau bangunan.

Dari sisi perpajakan, Properti atau Real Estate sangat menarik untuk dicermati karena dalam
setiap pergerakan properti / real estate dapat menimbulkan aspek pajak yang berbeda-beda
tergantung dari obyek pajak yang muncul dalam setiap transaksinya. Misalnya dalam
transaksi jual beli bisa muncul berbagai macam pajak antara lain: Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah dan
Bangunan (PPHTB), Pemotongan PPh pasal 21 atau Pasal 23, Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) bahkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Dan tentu saja jika properti
sudah dimiliki akan menimbulkan obyek pajak selanjutnya yaitu Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dan tidak kalah menarik untuk mEngupas bagaimana perpajakan yang ada pada
perusahaan konstruksi. Dari permasalahan tersebut diatas timbulan pertanyaan :

Pokok Bahasan
1. ASPEK-ASPEK AKUNTANSI UNTUK KONSTRUKSI & REAL ESTATE
2. ASPEK-ASPEK PAJAK UNTUK KONSTRUKSI & REAL ESTATE
KASUS 1

Aspek Pajak Dan Akuntansi Jasa Konstruksi Terbaru-


Komparasi PP No. 40 tahun 2009 tanggal 4 Juni 2009 dan
PP No. 51 Tahun 2008
The Park Lane Hotel, Jakarta | Wednesday | 17 Feb, 2010 | 09:00-16:00 WIB | Rp.
1.450.000

Pengantar :

Pada tanggal 4 Juni 2009 pemerintah telah mengeluarkan PP No. 40 tahun 2009 yang
mengatur tentang pajak penghasilan atas penghasilan usaha jasa konstruksi. PP No. 40 tahun
2009 ini adalah sebagai pengganti dari PP No. 51 tahun 2009 yang telah diterbitkan
sebelumnya.

Terkait dengan hal tersebut maka kami akan melaksanakan training “Aspek Pajak dan
Akuntasi Jasa Konstruksi” yang diselenggarakan di Jakarta.

Materi Pelatihan :

1. Updating peraturan terbaru Perpajakan untuk jasa konstruksi.( komparasi PP No. 40


tahun 2009 tanggal 4 Juni 2009 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun
2008).

2. Aspek Akuntansi yang timbul dari jasa konstruksi dalam hal pendapatan kontrak,
Biaya serta pengakuan atas pendapatan dan biaya.

3. Aspek Pajak yang timbul dari Jasa Konstrksi.

o Aspek Pajak Penghasilan (PPh 21)

o Aspek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

o Aspek Pajak Internasional dan Tax Treaty untuk Jasa Konstruksi

4. Tax Planning PPh dan PPN khusus untuk Jasa Konstruksi

5. Ilustrasi penghitungan PPh Final dan Tidak Final

6. Diskusi dan Studi Kasus

Anda mungkin juga menyukai