Anda di halaman 1dari 13

I.

NOMOR : IV
II.NAMA PERCOBAAN : KEBISINGAN DAN SUHU RUANG
III.TUJUAN :
1. Mampu mengunakan alat Sound Level Meter dan Hygrothermometer
2. Mampu menentukan titik pengukuran untuk kebisingan dan suhu ruang
3. Mengetahui jenis kebisingan berdasarkan nilai ambang batas

IV.DASAR TEORI
4.1 KEBISINGAN
4.1.1 Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan
atau membahayakan kesehatan.

Dari pengertian diatas terlihat bahwa kebisingan terjadi bila ada bunyi
dilingkungan.Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi yaitu frekuensi dan
intensitas. Dalam hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran yang sampai ditelinga
setiap detiknya. Sedangkan intensitas merupakan besarnya arus energi yang diterima
oleh telinga manusia.Sifat dari kebisingan antara lain:

a. Kadarnya berbeda
b. Jumlah tingkat bising bertambah,maka gangguan akan bertambah pula
c. Bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu. (Goembira, Fadjar,
Vera S Bachtiar, 2003)

4.1.2 Jenis Kebisingan


Perbedaan frekuensi dan intensitas menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan
yang memiliki karakteristik yang berbeda. Jenis-jenis kebisingan menurut Suma’mur
(1994) dapat dibedakan menjadi 5 bagian yaitu:

1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit, misalnya suara mesin


gergaji sirkuler
2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas seperti mesin, kipas angin.
3. Kebisingan terputus-putus (intermittent) misalnya lalu lintas, suara pesawat
terbang dibandara.
4. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise) misalnya tembakan meriam,
ledakan.
5. Kebisingan implusif berulang misalnya suara mesin tempa.

Tabel 1. Tipe Kebisingan Lingkungan


Uraia
Tipe n
Kebisingan di antara jumlah
Kebisingan Spesifik kebisingan
yang dapat dengan jelas
dibedakan
untuk alasan-alasan akustik.
Seringkali
d
a
p
Sum kebisinga a d
ber n t i
identifikasikan.
Kebising yang tertinggal
Kebisingan Residual an sesudah
penghap selur kebisi
usan uh ngan
spesifik dari jumlah kebisingan di
suatu
tempat tertentu dalam suatu
waktu
terte
ntu.
K
e
t
i
Kebisingan Latar Sem kebisingan k
Belakangan ua lainnya a
p
a S
memusat perha d u
kan tian a a
t
u
kebisingan tertentu.
Sumber: KMNLH (1996)

Menurut SK Dirjen P2M dan PLP, penjelasan terkait tingkat kebisingan sebagai
berikut:

1. Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise Level =Leq)


adalah tingkat kebisingan terus menerus (=steady noise) dalam ukuran dBA, berisi
energi yang sama dengan energi kebisingan terputus-putus dalam satu periode atau
interval waktu pengukuran.
2. Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan adalah
rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.
3. Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat latar belakang
kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam keadaan tanpa gangguan
kebisingan pada tempat dan saat pengukuran dilakukan, jika diambil nilainya dari
distribusi statistik adalah 95% atau L-95.

4.1.3 Cara Pengukuran Kebisingan


Ada tiga cara atau metode yang digunakan dalam pengukuran akibat
kebisingan di lingkungan kerja.

1. Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi batas hanya pada
satu atau beberapa lokasi saja.Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk dapat
mengevaluasi kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana misalnya
kompresor/generator.Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan missalnya 3
meter dari jetinggian 1 meter.Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat
ukur yang digunakan.

2. Pengukuran dengan peta kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dala mengukur


kebisingan, karena peta tersebut dapat menetukan gambar tentang kondisi
kebisingan dalam cakupan area.Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar
isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukurannya yang
dibuat.Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambar keadaan kebisingan
dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan diatas
90dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85-90 dBA.

3. Pengukuran dengan gird

Untuk mengukur dengan gird adalah dengan membuat contoh data


kebisingan pada lokasi yang diinginkan. Titik-titik sampling harus dibuat dengan
jarak interfal yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi
menjadi beberapa kotak yang berukuran dan jarak yang sama.

4.1.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Berikut ini standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan berdasarkan


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.718/Men/Kes/Per/XI/1987,tentang kebisingan yang berhubungan dengan
kesehatan:

N Tingkat Kebisingan
o
Zona Max yang Min yang
dianjurkan dianjurkan
1 A = penelitian, rumah 45 dB 35 dB
sakit, tempat perawatan
kesehatan
2 B= perumahan, tempat 55 dB 45 dB
pendidikan, rekreasi
3 C= perkantoran, 60 dB 50 dB
pertokoan, perdagangan,
pasar
4 D= industri, pabrik, 70 dB 60 dB
stasiun kereta api,
terminal bis
Menurut Surat Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, yangdimaksud dengan
NAB adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Batas-batas NAB
kebisingan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Batas NAB dari KEMENAKER

Waktu
Pemajanan Intensitas

perhari Kebisingan
dalam dBA
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94
30 Menit 97
15 menit 100
7.5 menit 103
3.75 menit 106
1.88 menit 109
0.94 menit 112
28.12 detik 115
14.06 detik 118
7.03 detik 121
3.52 detik 124
1.76 detik 127
0.88 detik 130
0.44 detik 133
0.22 detik 136
0.11 detik 139
Catatan : tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBa walaupun sesaat. Besar
NAB = 85 dB untuk pemajanan 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.

4.1.5 Pengaruh Kebisingan


Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan kepada
indera-indera pendengar. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah
sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pemaparan dihentikan. Tetapi
pemaparan secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan menetap kepada indera-
indera pendengaran. Dampak kebisingan tergantung kepada besar tingkat kebisingan.

Secara umum pengaruh kebisingan terhadapa masyarakat dapat dibagi menjadi


2, yaitu:

1. Ganguan Fisiologis

Ganguan fisiologis yang diakibatkan oleh kebisingan yakni gangguan yang


langsung terjadi pada faal manusia yang diantaranya : Peredaran darah terganggu
oleh kerena permukaan darah yang dekat dengan permukaan kulit menyempit
akibat bising > 70 dB, otot-otot menjadi tegang akibat bising > 60 dB, gangguan
tidur,gangguan pencernaan, gangguan system syaraf dan gangguan pendengaran
karena bunyi yang terlalu keras dapat merusak gendang telinga.

Penurunan daya dengar dapat dibagi menjadi 3 kategori meliputi:


a. Trauma Akustik
Trauma akustik adalah efek dari pemaparan yang singkat terhadap suara
yang keras seperti sebuah letusan.Dalam kasus ini energi yang masuk ke telinga
dapat mencapai struktur telinga dalam dan bila melampaui batas fisiologis dapat
menyebabkan rusaknya membran thympani, putusnya rantai tulang pendengaran
atau rusak organ spirale (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003).

b. Temporary Threshold Shift (TTS)/Tuli Sementara


Tuli sementara merupakan efek jangka pendek dari pemaparan bising
berupa kenaikan ambang pendengaran sementara yang kemudian setelah
berakhirnya pemaparan bising, akan kembali pada kondisi semula. TTS adalah
kelelahan fungsi pada reseptor pendengaran yang disebabkan oleh energi suara
dengan tetap dan tidak melampui batas tertentu.Maka apabila akhir pemaparan
dapat terjadi pemulihan yang sempurna. Akan tetapi jika kelelahan melampaui
batas tertentu dan pemaparan terus berlangsung setiap hari, maka TTS secara
berlahan-lahan akan berubah menjadi PTS (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar,
2003).

c. Permanent Threshold Shift (PTS)/Tuli Permanen


Tuli permanen adalah kenaikan ambang pendengaran yang bersifat
irreversible sehingga tidak mungkin tejadi pemulihan.Gangguan dapat terjadi pada
syaraf-syaraf pendengaran, alat-alat korti atau dalam otak sendiri.Ini dapat
diakibatkan oleh efek kumulatif paparan terhadap bising yang berulang.

2. Gangguan Psikologis

Gangguan yang secara tidak langsung terhadap manusia dan sukar untuk
diukur. Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
dan cepat marah.. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan
penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
Bising juga dapat berpengaruh terhadap produktifitas kerja bagi masyarakat
pekerja.

4.2 KELEMBABAN
4.2.1 Pengertian Kelembaban

Kelembaban udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio antara
tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada
temperatur tersebut. Pengertian lain dari Kelembapan adalah perbandingan antara
jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah
uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan
temperatur yang sama.
Alat untuk mengukur kelembaban disebut hygrothermeter yaitu sebuah
humidistat digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban udara dalam sebuah
bangunan dengan sebuah penghawaan lembab (dehumidifier) yang dapat dianalogikan
dengan sebuah thermometer dan thermostat untuk suhu udar. Perubahan tekanan
sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu (Handoko, 1994).
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang pedomanan penyehatan udara dalam ruangan kerja Nilai Ambang Batas
(NAB) atau standar untuk temperature ruangan adalah 180C sampai 300C kelembaban
udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar antara 40% sampai 60% untuk situasi kerja
masih bisa dihadapi oleh tenaga kerja di dalam bekerja sehari-hari dimana tidak
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dan menurut Manuaba suhu
nyaman dalam ruangan adalah 220C - 280C.

Ada dua istilah kelembapan udara yaitu kelembapan tinggi dan kelembapan
rendah. Kelembapan tinggi adalah jumlah uap air yang banyak diudara, sedangkan
kelembapan rendah adalah jumlah uap air yang sedikit diudara.
Kelembapan udara dapat dinyatakan sebagai kelembapan udara absolut,
kelembapan nisbi (relatif), maupun defisit tekanan uap air. Kelembapan absolut
adalah kandungan uap air yang dapat dinyatakan dengan massa uap air atau
tekanannya per satuan volume (kg/m3). Kelembapan nisbi (relatif) adalah
perbandingan kandungan (tekanan) uap air actual dengan keadaan jenuhnya (g/kg).
Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dengan tekanan uap
aktual.
1. Kelembapan absolut
Kelembapan absolut mendefinisikan massa dari uap air pada volumetertentu
campuran udara atau gas, dan umumnya dilaporkan dalam gram per meter kubik
(g/m3).
2. Kelembapan spesifik
Kelembapan spesifik adalah metode untuk mengukur jumlah uap air di udara
dengan rasio terhadap uap air di udara kering. Kelembapan spesifik diekspresikan
dalam rasio kilogram uap air, mw, per kilogram udara, ma .
3. Kelembaban relatif / Nisbi
Kelembapan Relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan
yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Kelembaban nisbi membandingkan
antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda
kapasitas udara untuk menampung uap air.
Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25
gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada
waktu itu sama dengan .
4. Kerapatan Uap Air
Massa uap air per satuan volume udara yang mengandung uap air
tersebut.(kelembaban mutlak)
..
V. ALAT UKUR
1. Sound Level Meter
2. Hygrohermometer

VI. PROSEDUR KERJA


Mengukur Kebisingan menggunakan Mini Sound Level Meter :
1. Nyalakan instrument dengan menekan tombol ON/OFF
2. Tempatkan akan muncul informasi nilai pengukuran dan berbagai indicator
sebagai berikut :
LCD = Menampilkan 4 digit angka
MAX = Nilai Maksimum
OVER = Nilai melebihi rentang ukur
FAST = Respon Cepat
SLOW = Respon Lambat
dBA = Desibel A
dBC = Desibel C
Lo = Nilai rentang bawah (low range 30-100 dB)
Hi = Nilai rentang atas (high range 60-130 dB)
3. Gunakan tombol untuk memilih mode yang sesuai dengan kondisi pengukuran
(Time, A/C, F/S, Hi/Lo)
4. Pegang alat dengan benar dan stabil, bila diperlukan bisa menggunakan tripod
5. Dekatkan alat kesumber suara, nilai pengukuran akan segera ditampilkan dilayar
6. Gunakan tombol MAX HOLD untuk melihat nilai maksimum pengukuran dan
hold data untuk keperluan pencatatan
7. Setelah selesai, matikan alat dengan menekan tombol OFF.

Mengukur Kelembaban menggunakan Hygrothermometer :


1. Nyalakan instrumen dengan menekan tombol ON/OFF
2. Tempatkan instrument diarea yang akan diukur
3. Tunggu beberapa saat hingga pembacaan menjadi stabil
4. Tekan tombol MODE untuk mengganti satuan pengukuran kelembaban %RH,
g/m³ dan r/ft³
5. Tekan tombol ºC/ºF untuk mengganti pengukuran suhu ºF, suhu ºC, Dew point
ºC, Dew point ºF, Wet bulb ºC, Wet bulb ºF

VII. HASIL PENGUKURAN


a. Rata-rata pengukuran Kebisingan di Ruangan Satpam FKM UNSRI dengan
Mini Sound Level Meter :
Diketahui :
Kebisingan 1 : 71,1
Kebisingan 2 : 70,2
Kebisingan 3 : 68,2
Ditanya : Kebisingan Rata-rata di Ruangan Satpam FKM UNSRI ?
Dijawab: Kebisingan 1 + Kebisingan 2 + Kebisingan 3
3
= 71,1 + 70,2 + 68,2
3
= 69,8 dB
Pembahasan :
Jadi rata-rata Kebisingan di Ruangan Satpam FKM UNSRI adalah 69,8 dB.

MIK PEMBAHASAN ))))))

b. Rata-rata pengukuran kelembaban di Ruangan Satpam FKM UNSRI dengan


Hygrothermometer :
Diketahui :
Kelembaban 1 = 70,4 %
Kelembaban 2 = 68,3 %
Kelembaban 3 = 80,5 %
Ditanya : Kelembaban Rata-rata di Ruangan Satpam FKM UNSRI ?
Dijawab : Kelembaban 1 + Kelembaban 2 + Kelembaban 3
3
= 70,4 % + 68,3 % + 80,5 %
3
= 73,1 %
Pembahasan :
Jadi rata-rata kelembaban udara di Ruangan Stampam FKM UNSRI adalah
73,1 %.

Dalam pengukuran kelembaban kami melakukan pengukuran sebanyak 3 kali


per 1menit sekali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Hasil pengukuran
kelembaban di Ruangan Satpam FKM UNSRI. Rata-rata hasil pengukuran
kelembaban dengan menggunakan Hygrothermometer yaitu didapatkan hasil
kelembaban 73,1 %.
Kelembaban pada Ruangan Satpam FKM UNSRI tersebut melebihi standar
yang ada, dimana standar yang ada berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang pedomanan penyehatan udara dalam
ruangan kerja yang mana Nilai Ambang Batas (NAB) atau standar untuk kelembaban
udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar antara 40%-60%.
Kelembaban udara yang tinggi pada ruangan menyebabkan suasana dalam
ruangan lembab. Hal ini kemungkinan terjadi karena tidak adanya sirkulasi udara
yang baik, dengan kelembaban yang tinggi akan memudahkan bakteri dan jamur
untuk berkembang biak, sehingga dapat menyebabkan dinding kelihatan kotor, lebih
mudah terserang penyakit dan rusaknya barang-barang elektronik, karena bagian
dalamnya ditumbuhi jamur.
Kelembaban yang tinggi pada ruangan ini dapat diatasi dengan menghidupkan
AC dan kapur serap air yang akan menyerap uap air yang ada di udara. Tingkat
kelembaban di ruangan dapat disebabkan oleh ketinggian tempat, kerapatan udara,
radiasi matahari, angin dan suhu (Anonymous,2008).

VIII. KESIMPULAN

1. Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran kebisingan adalah Mini Sound
Level Meter.
2. Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran Kelembaban adalah
Hygrothermomter.
3. Mengetahui nilai Kebisingan di Ruangan Satpam FKM UNSRI sebesar 69,8 dB.
4. Mengetahui nilai Kelembaban di Ruangan Satpam FKM UNSRI sebesar 73,1 %
yang melebihi NAB (40-60%).
5. Kelembaban udara yang tinggi pada ruangan menyebabkan suasana dalam ruangan
lembab. Hal ini kemungkinan terjadi karena tidak adanya sirkulasi udara yang baik,
dengan kelembaban yang tinggi akan memudahkan bakteri dan jamur untuk
berkembang biak, sehingga dapat menyebabkan dinding kelihatan kotor, lebih
mudah terserang penyakit dan rusaknya barang-barang elektronik, karena bagian
dalamnya ditumbuhi jamur.
IX. DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Munif. 2010. Pengendalian Kebisingan. Available online at


:http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/06/pengendalian-kebisingan.html.
Dipostkan pada 24 Juni 2010. Diakses pada 30 Oktober 2018
Ardiansyah, Supardi. 2011.Makalah kebisingan. Available online at
:http://bemfkmuit2010.blogspot.com/2011/01/makalah kebisingan.html.
Dipostkan pada 1 Januari 2011. Diakses pada 30 Oktober 2018
Oginawati, Kathrina. 2008. Kebisingan (Noise). Available online at
:http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2008/05/8-kebisingan-noise.pdf.
Dipostkan pada 8 Mei 2008. Diakses pada 30 Oktober 2018
Prabu. 2008.Bunyi dan Kebisingan. Available online at
:http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/29/bunyi-dan-kebisingan/.
Dipostkan pada 29 Desember 2008. Diakses pada 30 Oktober 2018
Susanto, Arif. 2006. Kebisingan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan
dan Lingkungan. Available online at
:http://hseclubindonesia.wordpress.com/2006/10/13/kebisingan-serta- pengaruhnya-
terhadap-kesehatan-dan-lingkungan/.
Dipostkan pada 10 Juni2006. Diakses pada 30 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai