Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PRESENTASI KASUS

TBC DROP OUT / PUTUS OBAT

PNEUMONIA

DISUSUN OLEH:

dr. Analisa Ilmiaty

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP RSUD KOTA


TANGERANG

PERIODE MEI 2018 – MEI 2019

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
BERITA ACARA PRESENTASI KASUS

Dengan ini menyatakan, telah menyelesaikan presentasi kasus sebagai salah satu
syarat memenuhi portofolio sesuai dengan Buku Pedoman Kegiatan Internship Dokter
Indonesia.

Nama : dr. Analisa Ilmiaty

Status : Dokter Internsip RSUD Kota Tangerang

Rotasi : Rawat Inap

Hari / Tangggal :

Judul Kasus : TBC Paru Putus Obat, Pneumonia

Presentasi dihadiri oleh peserta dokter internsip (IGD dan Rawat Inap)

1. dr. Hani Zahiyyah Suarsyaf


2. dr. Lu’lu Hafiyyani
3. dr. Ratna Agustina
4. dr. Alfariza Sofia Putri
5. dr. Indra Putra Wendi
6. dr. Prinandita Saraswati
7. dr. Annisa Rizky Maulida
8. dr. Anggi Saputri
9. dr. Riska Rachmania
10. dr. Lingkan Bimoro
11. dr. Ghaysa Miara Bahar

Demikian surat ini saya lampirkan sebagai bukti, telah menyelesaikan tugas saya sebagai
dokter internsip. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Mengetahui

Dokter pembimbing internsip DPJP Kasus Presentasi


RSUD Kota Tangerang

dr. Tintin Supriatin dr. Usynara, Sp. P

BORANG PORTOFOLIO V
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
Nama Peserta : dr. Analisa Ilmiaty

Nama Wahana : RSUD Kota Tangerang

Topik : TBC paru putus obat, Pneumonia


Tanggal (kasus) : 31 Agustus 2018
Nama Pasien : Tn. S, 31 th RM : 00169059
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :
Tempat Presentasi : dr. Tintin Supriatin
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi
 Tujuan
Bahan  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Bahasan Pustaka
Cara Membahas  Diskusi  Presentasi  Email  Pos
: dan
Diskusi

Data Pasien No. Registrasi :


Nama : Tn. S, 31 th 001690xx
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Diagnosis
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
- TBC paru putus obat
- Febris
- Pneumonia
Sesak napas sejak 1 hari SMRS, tidak dipengaruhi oleh aktivitas, keluhan disertai
batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu, dahak awalnya putih kental kemudian
berubah menjadi kuning kental dan kuning kehijauan, pasien demam naik turun
sejak 2 minggu yang lalu, namun demam tinggi sejak 1 minggu terakhir. Nafsu
makan pasien menurun, lemas, berkeringat di malam hari walaupun tidak
beraktivitas di akui pasien mengalami penurunan berat badan sejak 2 minggu yang
lalu sekitar 4 kg. Nyeri dada disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
2. Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat ke poliklinik paru di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 dan
mendapat OAT namun hanya 3 bulan, pasien minum obat RHZE 450/300/500/500
dan vitamin B complex 1 x 1 tablet. Saat pasien demam pasien minum obat sanmol
dan demam turun.
3. Riwayat Kesehatan/penyakit
Riwayat diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, asma dan alergi obat
disangkal. Riwayat penyakit paru seperti TBC paru dan pengobatan OAT diakui.
Pasien pernah berobat ke poliklinik paru di RSUD Kota Tangerang tahun 2014
dengan keluhan batuk lama tidak sembuh – sembuh, keringat malam, penurunan
berat badan drastis hingga 4 kg dalam 2 minggu dan di periksa dahak serta rontgen
thorax kemudian pasien di diagnosis flek paru atau TBC paru, pasien diberitahukan
bahwa perlunya pengobatan rutin selama 3 bulan namun saat bulan ke 3 pasien
pindah keluar kota sehingga tidak kontrol dan tidak minum obat OAT lagi dan
pasien tidak meneruskan pengobatannya karena pasien sudah merasa sembuh. Obat
yang tahun 2014 diminum pasien yaitu RHZE 450/300/500/500 dan vitamin B
complex 1 x 1 tablet
4. Riwayat Keluarga
Ayah pasien mengeluh hal serupa dan di diagnosis TBC paru. Ibu pasien
mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit jantung namun lupa nama penyakitnya
dan obatnya. Riwayat penyakit diabetes mellitus, asma dan alergi obat di dalam
keluarga disangkal
5. Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan
Saat ini pasien seorang karyawan swasta di perjalanan menuju kantin pasien
menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan masker. Pasien tinggal di
lingkungan rumah padat penduduk. Pasien merokok sejak usia 13 tahun 1
bungkus/hari.
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
Daftar Pustaka
Carolla N, Mardhiyyah A. Multi Drug Resustant Tuberculosis pada Pasien Drop Out dan
Tatalaksana OAT Lini Kedua. Majority. 2016. Vol 2: 11- 6.
Safithri F. Diagnosis TB Dewasa dan Anak Berdasarkan ISTC (International Standard fot
TB Care). Malang. 2011. Vol 7 (15): 57-67
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Available at:
http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf. Accessed in: July, 07 2018
Susanty E, Amir Z, Siagian P, Yunita R, Eyanoer PC. Uji Diagnostik Geneexpert MTB/RIF
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Jurnal Biosains. Sumatera Utara.
2015: Vol 1 (2). p. 19-29
Farida Y, Trisna A, Deasy NW. Study of Antibiotic Use on Pneumonia Patient in Surakarta
Referral Hospital. Journa of Pharmaceutical Science and Clinical Research. Surakarta.
2017 (02): 44 – 52.
Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Dewasa, Usia lanjut.
Pustaka Obor. 1st ed. Jakarta: 2008. p 15 – 23.

Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis TBC paru putus obat
2. Etiologi TBC paru putus obat
3. Komplikasi TBC paru putus obat
4. Tatalaksana pada pasien dengan TBC paru putus obat dan pneumonia
5. Informasi dan edukasi mengenai penyakit pasien dan perubahan gaya hidup
1. Subjektif Sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS),
sesak dirasakan pertama kali saat pasien sedang duduk, sesak
napas tidak dipengaruhi aktivitas. Keluhan desertai batuk
berdahak, batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu, batuk
berdahak dengan dahak putih kental lalu 2 minggu kemudian
menjadi kuning kental dan hijau kekuningan, pasien demam naik
turun dan tidak terlalu tinggi dengan perabaan tangan sejak 1
bulan yang lalu, namun sejak 1 minggu terakhir demam dirasakan
tinggi dengan perabaan tangan, demam turun saat pasien minum
obat sanmol 1 tablet, 1 minggu terakhir pasien juga mengeluh
nafsu makan menurun , dan lemas. Pasien juga berkeringat di
malam hari walaupun tidak beraktivitas, pasien mengalami

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
keluhan penurunan badan sejak 2 minggu yang lalu sekitar 4 kg,
Keluhan nyeri dada disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien pernah berobat ke poliklinik paru di RSUD Kota
Tangerang tahun 2014 dengan keluhan batuk lama tidak sembuh –
sembuh, keringat malam, penurunan berat badan drastis hingga 4
kg dalam 2 minggu dan di periksa dahak serta rontgen thorax
kemudian pasien di diagnosis flek paru atau TBC paru, pasien
diberitahukan bahwa perlunya pengobatan rutin selama 3 bulan
namun saat bulan ke 3 pasien pindah keluar kota sehingga tidak
kontrol dan tidak minum obat OAT lagi dan pasien tidak
meneruskan pengobatannya karena pasien sudah merasa sembuh.
Obat yang tahun 2014 diminum pasien yaitu RHZE
450/300/500/500 dan vitamin B complex 1 x 1 tablet. Sebelumnya
ayah pasien mengalami hal yang serupa serta didiagnosis sebagai
TBC paru.

2. Objektif  KU tampak sakit sedang


 Kesadaran : Compos Mentis
 TD 100/60mmHg
 HR 50x/menit
 RR 40x/menit
 T 37,4’c
 SpO2 91%
 BB = 50 kg
 Mata : konjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/-
 Leher : JVP 3 + 0 cm
 Jantung : S1S2 reguler, murmur(-) gallop (-)
 Paru : vesikuler (+/menurun), rhonki +/+ wheezing -/-
 Abdomen : supel, BU (+) normal, (-), nyeri tekan
epigastrium (+)
 Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ditemukan
oedem tungkai
 Laboratorium :
Tanggal 01/09/2018
Hb 14,9 g/dL
HT 48 %
Leukosit 17.800/uL
Trombosit 448.000/uL
Eritrosit 5,45 jt
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
LED 65
MCV 89
MCH 27
MCHC 31
Hitung jenis :
Basofil 0
Eosinophil 0
Neutrophil segmen 73
Limfosit 10
Monosit 17
Analisa Gas Darah:
pH 7.354
pCO2 78,7
pO2 215
HCO3 44
O2 Saturasi 99,5
Base Excess 18,5
ctCO2 46,7
GDS 108 mg/dl

 Mikrobiologis
01/09/2018
BTA: Sputum 1 pewarnaan Ziehl – Neelsen : positif 3
Leukosit 15 – 25
Epitel 1 – 2
01/09/2018
BTA: Sputum 2 pewarnaan Ziehl – Neelsen : positif 1
Leukosit 25 – 30
Epitel 1 – 3

 Rontgen thorax
Tanggal 01/09/2018

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
Deskripsi:
Trakea ditengah
Cor : bentuk dan letak jantung normal
Pulmo:
Corakan vaskular meningkat
Tampak fibroinfiltrat pada kedua lapangan paru,
prominent pada segmen apical, kontur diafragma tenting,
pleural thickening apical kiri, sinus costofrenicus kanan
kiri lancip
Kesan:
Cor tak membesar
Mendukung gambaran TB paru post primer, kesan aktif

 EKG
Tanggal 09/07/2018

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
Kesan :
Sinus ritme, HR 121, gelombang P normal, interval PR
normal, kompleks QRS normal, abnormalitas segmen ST
dan gelombang T tidak ada.

3. Assessment  Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan


oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang telah
menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Sebagian besar
bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat pula mengenai
organ tubuh yang lainnya. Mycobacterium Tuberculosis
berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar

0,3 – 0,6 µm   dan   panjang   1   –   4   µm.   Dinding   M.

Tuberculosis sangat kompeks yang menyebabkan dinding

bakteri M. Tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila

sekali   diwarnai,  tahan  terhadap  upaya   penghilangan  zat

warna tersebut dengan asam – alkohol.
 Sumber penularan adalah melalui pasien TB paru BTA

(+). Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan

bakteri tersebut ke udara dalam bentuk droplet (percikan

dahak).   Bakteri   yang   berada   di   dalam   droplet   dapat

bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
dan   dapat   menginfeksi   individu   lain   bila   terhirup   ke

dalam   saluran   nafas.   M.   Tuberculosis   yang   masuk   ke

dalam tubuh manusia melalui pernafasan dapat menyebar

dari   paru   ke   bagian   tubuh   lainnya   melalui   sistem

peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran pernafasan,

atau penyebaran langsung ke bagian­bagian tubuh lainnya
 Pada umumnya TB dibagi menjadi dua yaitu TB paru dan
TB ekstra paru. TB paru diklasifikasikan menurut hasil
BTA atau hasil dari pemeriksaan dahaknya yaitu TB paru
dengan BTA positif dan TB paru dengan BTA negatif
serta klasifikasi menurut tipe penderita yaitu:
1. kasus baru merupakan pasien yang belum pernah
diobati dengan OAT atau sudah pernah mengkonsumsi
OAT kurang dari 1 bulan (30 dosis harian)
2. Kasus kambuh (relaps) merupakan pasien TB yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah
dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat
dengan pemeriksaan dahak BTA positif
3. Pindahan (transfer in) adalah pasien yang sedang
mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan
kemudian pindah ke kabupaten ini. Pasien pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah
4. Lalai berobat atau putus berobat (default/drop out)
merupakan pasien yang sudah berobat paling kurang 1
bulan dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang
kembali berobat. Umumnya pasien tersebut kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
5. Gagal merupakan pasien BTA positif yang masih tetap
positif atau kembali positif pada akhir bulan kelima (satu
bulan sebelum akhir pengobatan) atau pada akhir
pengobatan. Atau pasien dengan hasil BTA negatif
rontgen positif pada akhir bulan kedua pengobatan
6. Kasus kronis merupakan pasien dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
pengobatan ulang kategori II dengan pengawasan yang
baik.
7. Kasus bekas TB merupakan pasien dengan hasil
pemeriksaan biakan dahak negative dan gambaran
radiologis paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih
gambaran radiologik serial menujukkan gambaran yang
menetap. Pasien dengan riwayat pengobatan yang
adekuat.
8. TB MDR atau resistensi ganda merupakan TB yang
menunjukkan resistensi terhadap obat rifampisin dan INH
dengan atau tanpa OAT lainnya
 Penegakkan diagnosis TB paru putus obat berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik disertai pemeriksaan
penunjang yang mendukung.
 Anamnesis dan gejala klinis TB paru putus obat berupa
pasien yang sudah berobat paling kurang sebulan dan
berhenti lebih dari 2 bulan dan datang kembali untuk
berobat dengan keluhan batuk terus menerus dan
berdahak selama 3 minggu atau lebih, dengan gejala
tambahan yang sering dijumpai seperti batuk darah,
sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan
menurun, berat badan turun, malaise, berkeringat malam
hari walaupun tanpa kegiatan serta demam/meriang.
 Gejala klinis TB paru putus obat sesuai dengan yang
dialami pada pasien yaitu batuk selama 2 bulan, demam,
lemas, penurunan nafsu makan, berat badan yang turun,
serta sesak napas.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan subfebris hingga
demam tinggi, badan kurus atau berat badan menurun.
Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkan
kelainan terutama pada kasus dini atau yang sudah
terinfiltrasi secara asimtomatik, pada TB paru lanut
dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan
retraksi otot intercostal. pada auskultasi dapat ditemukan

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
suara nafas amforik, suara nafas melemah karena efusi
pleura, dan ronkhi basah.
 Hal ini sesuai dengan pemeriksaan fisik yang didapatkan
pada pasien yaitu demam, penurunan berat badan ronkhi
pada kedua hemithorax.
 Pada laboratorium didapatkan leukositosis dengan
pergeseran ke kiri. Hasil bakteriologik sputum dengan
pewarnaan Ziehl-Nielsen BTA positif. Pada foto thorax
PA didapatkan fibroinfiltrat 2 paru, prominent di segmen
apical, pleural thickening apical kiri yang mendukung
hasil TB paru post primer, aktif.
 TB paru putus obat merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya resistensi terhadap OAT. Penghentian
pengobatan sebelum waktunya (drop out) di Indonesia
merupakan faktor terbesar dalam kegagalan pengobatan
pasien TBC yang besarnya 50%. Masalah yang di
timbulkan oleh drop out tuberculosis adalah resistensi
obat yaitu kemunculan strain resisten obat selama
pengobatan, dan penderita tersebut merupakan sumber

infeksi untuk individu yang tidak terinfeksi. Resistensi

obat   berhubungan   dengan   riwayat   pengobatan

sebelumnya.   Pada   pasien   dengan   riwayat   pengobatan

sebelumnya,  kemungkinan   terjadi   resistensi   sebesar   4

kali lipat sedangkan terjadinya TB­MDR sebesar 10 kali

lipat atau lebih dibandingkan dengan pasien yang belum

pernah diobati. 
 Selain itu pasien yang dapat dicurigai suspect TB
resistensi obat (RO) adalah pasien:
1. TB gagal pengobatan kategori 2
2. TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah
3 bulan pengobatan
3. TB dengan riwayat pengobatan tidak standar dan
menggunakan kuinolon atau obat injeksi lini ke 2

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
minimal selama 1 bulan
4. TB gagal pengobatan kategori 1
5. TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi
6. TB kasus kambuh/relaps
7. TB yang kembali setelah loss to follow up (lalai
berobat/default)
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak langsung
dengan TB MDR
9. Pasien ko infeksi TB HIV yang tidak respons secara
klinik maupun bakteriologis terhadap pemberian OAT
 Salah   satu   pemeriksaan   penunjang   seperti   tes   cepat

molecular atau geneXpert merupakan suatu pemeriksaan

yang   menggunakan   catridge   berdasarkan   Nucleic   Acid

Amplification Test (NAAT)   dengan metode PCR yang

digunakan   untuk   mendeteksi   bakteri   TB   MDR   yang

mengalami   mutasi   genetic   sehingga   bakteri   menjadi

resisten terhadap beberapa obat terutama rifampisin dan

memberikan   hasil   dalam   waktu   kurang   lebih   2   jam.

Untuk mendiagnosis TB MDR pemeriksaan ini memiliki

spesifisitas   yang   tinggi   96,5%   dan   sensitivitas   dalam

mendeteksi resistensi rifampisin 96,1%
 TBC paru yang pengobatannya tidak benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas
komplikasi dini dan komplikasi lanjut, komplikasi dini
seperti efusi pleura, pleuritis, empiema akibat adanya
focus pada pleura sehingga pleura robek yang
menyebabkan pleuritis ataupun focus masuk melalui
kelenjar limfe sekitar pleura. Komplikasi lanjut dapat
berupa obstruksi jalan nafas akibat dari erosi epitel
karena infeksi tersebut, fibrosis dan terjadinya
metaplasia sel skuamosa serta penebalan lapisan mukosa
sehingga terjadi obstruksi jalan nafas yang bersifat
irrebersibel (stenosis) dan menyebabkan gagal nafas.

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
Komplikasi lanjut lainnya seperti kanker paru dan kor
pulmonal.
 Pneumonia merupakan peradangan akut jaringan paru -
paru terutama alveoli yang disebabkan oleh bakteri, virus
dan jamur. Sebagian besar oleh bakteri. Gejala
pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat, namun
yang paling sering muncul adalah batuk berdahak,
sputum mukoid atau purulen, demam tinggi, sesak napas,
dapat disertai nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik
kelainan tergantung pada luas lesi paru perkusi dapat
redup dan auskultasi suara dasar bronkovesikular sampai
bronkial serta terdapat suara nafas tambahan seperti
ronkhi basah halus sampai ronkhi basah kasar dan
pemeriksaan penunjang terdapat peningkatan jumlah
leukosit serta gambaran infiltrate dan konsolidasi di
rontgen thorax dapat disertai dengan air bronchogram,
untuk menentukan diagnosis etiologi dilakukan
pemeriksaan biakan dahak. Terapi utama pada
pneumonia oleh karena bakteri adalah antibiotic.
Antibiotic tunggal yang sebagian besar digunakan pasien
anak dn dewasa adalah ceftriakson dan antibiotic
kombinasi pada anak sebagian besar adalah ampicillin
dan gentamisin, sedangkan pada pasien dewasa
ceftiakson dan azitromisin

4. Plan  Pada umumnya penatalaksanaan TB paru terbagi menjadi


2 fase yaitu fase intensif (2 – 3 bulan) dan fase lanjutan 4
atau 7 bulan. Prinsipnya yaitu. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat

dianjurkan. Pada TB paru putus obat yang akan memulai

pengobatannya   kembali   disesuaikan   dengan   kreteria

sebagai berikut:

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
1.  Penderita   yang   menghentikan   pengobatannya   <   2

minggu, pengobatan OAT dilanjutkan sesuai jadwal
2. Penderita menghentikan pengobatannya ≥ 2 minggu
          1)   Berobat   ≥   4   bulan,   BTA   negatif   dan   klinik,

radiologik negatif, pengobatan OAT STOP
   2) Berobat > 4 bulan, BTA positif: pengobatan dimulai

dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka

waktu pengobatan yang lebih lama kategori II (2RHZES/

1RHZE/ 5R3H3E3)
   3) Berobat < 4 bulan, BTA positif: pengobatan dimulai

dari awal dengan paduan obat yang sama
   4) Berobat < 4 bulan, berhenti berobat > 1 bulan, BTA

negatif,   akan   tetapi   klinik   dan   atau   radiologic   positif:

pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang

sama
   5) Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2­

4 minggu pengobatan diteruskan kembali sesuai jadwal.
Pengobatan  yang  diberikan  kepada  penderita  TB  perlu

diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik

dan tidak ada indikasi rawat, dapat rawat jalan. Selain

OAT   kadang   perlu   pengobatan   tambahan   atau

suportif/simtomatik   untuk   meningkatkan   daya   tahan

tubuh   atau   mengatasi   gejala/keluhan   (sesuai   dengan

keadaan klinis dan indikasi). Untuk menjamin kepatuhan

pasien   menelan   obat,   dilakukan   pengawasan   langsung

(DOT   =   Directly   Observed   Treatment)   oleh   seorang

Pengawas Menelan Obat (PMO).
 Prognosis TB paru putus obat sangat ditentukan dari
diagnosis dini, dan pengobatan serta tergantung pada luas
paru yang terlibat dan kondisi medis yang menyertainya.

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty
Pentingnya evaluasi pengobatan meliputi evaluasi klinik,
bakteriologik, radiologic dan efek samping obat serta
evaluasi keteraturan berobat. Evaluasi klinik pasien
dievaluasi setiap 2 minggu pada bulan 1 pengobatan dan
selanjutnya setiap bulan, meliputi keluhan, berat badan,
pemeriksaan fisik. Evaluasi bakteriologik (0 – 2 – 6/9)
untuk menilai ada tidaknya konversi dahak. Evaluasi
radiologic (0 – 2 – 6/9). Kriteria sembuh yaitu BTA
mikroskopik negative dua kali (pada akhir fase intensif
dan akhir pengobatan) dan telah mendapat pengobatan
yang adekuat, perbaikan foto thorax pada gambaran
radiologic serial, bila ada fasilitas biakan, maka kriteria
ditambah biakan negative. Pada pasien yang telah
dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal dalam 2
tahun pertama setelah sembuh untuk mengetahui
terjadinya kekambuhan. Mikrokopik BTA 3, 6, 12, dan 24
bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto thorax 6,
12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Prognosis buruk
pada pasien dengan TB ekstra paru, immunodeficiency,
lanjut usia dan TB MDR. Prognosis baik bila pengobatan
sedini mungkin

BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG


PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Analisa Ilmiaty

Anda mungkin juga menyukai