Anda di halaman 1dari 28

Laporan Home Visit

TUBERCULOSIS PARU

Oleh :

Leonardus Bayu Agung Prakoso S. Ked

17014101010

Masa KKM :

25 Juni 2018 – 5 Agustus 2018

Dokter Pembimbing :

dr. Iyone E.T. Siagian, M.Kes

dr. Dina V. Rombot, M.Kes

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

HOME VISIT

Dengan judul

TUBERCULOSIS PARU

Oleh:

Leonardus Bayu Agung Prakoso S. Ked

17014101010

Masa KKM : 25 Juni 2018 – 5 Agustus 2018

Telah dilaksanakan pada 14 Juli 2018

Bertempat di Kelurahan Tikala Baru

Mengetahui

Pembimbing Pembimbing

dr. Iyone E.T. Siagian, M.Kes dr. Dina V. Rombot, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya

kelompok kami dapat menyelesaikan laporan Home Visit ini dengan pasien

Tuberculosis Paru.

Adapun laporan ini dibuat sebagai tugas penunjang selama masa

kepaniteraan klinik madya di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dan juga saat ditugaskan di Puskesmas

Tikala Baru.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat

beberapa kekurangan, maka diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun

dari para pembaca demi kesempurnaan laporan penyuluhan ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini

bermanfaat pembaca dan bagi kita semua.

Manado, 16 Juli 2018

Penyusun

3
LEMBAR PORTOFOLIO HOME VISIT

Nama Peserta : Jemmy Kaseger

Topik : Tuberculosis Paru

Nama Pasien : Tn. JM No. RM : -

Tanggal Kunjungan : 14 Juli 2018 Pendamping : dr. Veronika Tangliadi

Tempat : Jl. Daan Mogot, Tikala Baru, Manado

□ Keilmuan □ Keterampilan  Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik  Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja  Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi : Laki-laki 48 tahun, merupakan penderita penyakit Tuberculosis Paru

□ Tujuan : Kontrol Tuberculosis Paru

Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset  Kasus □ Audit
Bahasan :

Cara  Presentasi dan


□ Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas : Diskusi

Data
Tn. JK TTL / Umur : Manado, 1 Mei 1970 / 48 tahun
Pasien :

Alamat :
Nama Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Telp :
Jl. Daan Mogot, Tikala Baru,
: Puskesmas Tikala Baru 08135568****
Manado

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

4
Tuberculosis Paru. Keadaan umum baik dengan keluhan utama batuk-batuk.

2. Riwayat Pengobatan :

Penderita menjalani terapi dengan OAT kategori 1.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :

Penderita mengeluhkan batuk-batuk selama 2 minggu, terkadang batuk berdarah.

4. Riwayat Keluarga :

Anak penderita juga menderita penyakit yang sama.

5. Riwayat Pekerjaan :

IRT

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :

Hubungan dengan tetangga dan orang sekitar baik, tidak ada masalah baik di rumah maupun

di masyarakat. Penderita tinggal di kawasan pemukiman yang cukup padat. Kebutuhan

keluarga cukup terpenuhi.

7. Lain-lain :

Sebelum sakit, penderita memiliki riwayat kebiasaan mengkonsumsi makanan bergaram dan

berlemak.

5
RANGKUMAN PORTOFOLIO

1. Subjektif :

Penderita datang ke puskesmas dengan keluhan batuk-batuk selama 2

minggu, terkadang batuk berdarah.

2. Objektif :

 Keadaan Umum : Baik

 Kesadaran : Compos Mentis

 Tanda Vital :

 TD :140/90 mmHg

 N : 77 x/m

 R : 23 x/m

 S : 36,7o C

 BB : 66 kg

 TB : 161 cm

 IMT : 25,5 kg/m2

 Status Gizi : Pra-obese (WHO Asia)

 Kepala/leher: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

 Thoraks: pulmo: simetris, stem fremitus kanan=kiri, sonor kanan=kiri,

sp.vesikuler, ronki (+), wheezing (-), cor: BJ I-II regular, gallop (-),

murmur (-)

 Abdomen: dalam batas normal

6
3. Plan :

Diagnosis : Tuberculosis Paru

Pengobatan : OAT kategori 1

Edukasi : Harus teratur selama pengobatan dan menggunakan masker

7
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang dianggap tertinggal dalam sektor

kesehatan dibanding dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Angka

kematian bayi yang tinggi (34 per 1000 kelahiran hidup), angka kematian

ibu melahirkan yang tinggi (228 per 100.000 jiwa), angka harapan hidup

yang rendah (6,9 pertahun), tingginya angka rata- rata prevalensi

malnutrisi dan penyakit menular, diperburuk dengan isu-isu terkait tidak

meratanya dan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan

peningkatan biaya berobat yang tidak terkontrol adalah faktor-faktor

penyebab memburuknya sector kesehatan di Indonesia.1

Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.

Tidak hanya per orang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan

bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan sehat

di sini ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomi.2

WHO (2003) menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status

kesehatan dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015

adalah dengan memperkuat system pelayanan kesehatan primer (Primary

Health Care). Perlu adanya integrasi dari Community Oriented Medical

Education (COME) ke Family Oriented Medical Education (FOME),

1
salah satunya adalah dengan pelayanan Kedokteran Keluarga yang

melaksanakan pelayanan kesehatan holistic meliputi usaha promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitative dengan pendekatan keluarga. 1

Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti

anjuran World Health Organization (WHO) dan World Organization of

National College, Academic and Academic Assiciation of General

Practitioners/Family Physician (WONCA). Prinsip-prinsip

pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga adalah

memberikan/mewujudkan pelayanan yang holistik dan komprehensif,

kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, personal

bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya,

mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat

tinggalnya, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat diaudit dan dapat

dipertanggungjawabkan, sadar biaya dan sadar mutu. Pelayanan yang

disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk

semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan

penyakit dan proteksi khusus (preventive and specific protection),

pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability

limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan

memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika

kedokteran.1

2
Dengan adanya prinsip utama pelayanan dokter keluarga secara

holistic, perlulah diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi

tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan

kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien. Untuk dapat mewujudkan

pelayanan kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang dapat

dilakukan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peran amat

penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) serta melakukan

perawatan pasien dirumah (home care) terhadap keluarga yang

membutuhkan. 1

Karena pengetahuan tentang latar belakang pasien serta

terwujudnya pelayanan kedokteran menyeluruh dinilai merupakan kunci

pokok keberhasilan pelayanan dokter keluarga, maka telah merupakan

kewajiban pula bagi setiap dokter untuk dapat memahami serta terampil

melakukan kunjungan dan perawatan pasien di rumah tersebut. 2

BAB II

HOME VISIT

A. Identitas Pasien

1. Nama : Jemmy Kaseger

2. Tempat/Tanggal lahir : Manado, 1 Mei 1970

3. Umur : 48 tahun

3
4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Agama : Kristen Protestan

6. Alamat : Tikala Baru

7. Status Pernikahan : Sudah Menikah

8. Tanggal Kunjungan : 14 Juli 2018

B. Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan Umum : cukup

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital : T : 140/90 mmHg

N : 77 x/menit

R : 23 x/menit

S : 36,7°C

Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pembesaran

kelenjar getah bening regional (-)

Thoraks : pulmo: simetris, stem fremitus kanan=kiri, sonor

kanan=kiri, sp.vesikuler, ronki (+), wheezing (-), cor:

BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba,

timpani, bising usus (-) meningkat

Ekstremitas : akral hangat, edema (-), tidak ada deformitas

BB : 66 kg

TB : 161 cm

4
IMT : 25,5 kg/m2

C. Penetapan Masalah Pasien

1. Riwayat medis

Penderita datang ke puskesmas dengan keluhan batuk-batuk selama 2

minggu, terkadang batuk berdarah.

2. Riwayat penyakit keluarga

Anak penderita mempunyai penyakit yang sama.

3. Riwayat kebiasaan

Penderita merupakan seorang perokok.

4. Riwayat sosial ekonomi

Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar baik, saling

membantu jika ada kesulitan. Tidak ada masalah baik di rumah

maupun di masyarakat. Hubungan penderita dengan keluarga baik.

Pendidikan tertinggi pada keluarga tersebut yaitu SMA. Penderita

tinggal di kawasan perumahan, jarak antar rumah tidak terlalu dekat

dan teratur. Kebutuhan pokok keluarga terpenuhi dari penghasilan

penderita.

5. Riwayat gizi

Penderita memiliki berat badan 66 kg, tinggi badan 161 cm, dan indeks

massa tubuh 25,5kg/m2, sehingga status gizi termasuk dalam kategori

Pre-Obesse .

6. Diagnosis holistik (biopsikososial)

5
Personal : Batuk-batuk selama 2 minggu, terkadang batuk

berdahak.

Klinis : Tuberculosis paru.

Faktor : internal: Perokok

eksternal: Rekan kerja penderita juga memiliki

riwayat batuk-batuk

Psikososial : Penderita merupakan anak ke-2 dari 2 orang

bersaudara dan seorang ibu dari 2 orang anak.

Skala fungsi sosial : skala 1 (pasien bisa bekerja dan hidup mandiri)

D. Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis

Keluarga tersebut merupakan keluarga luas (extended family) yang =

mencakup kerabat dekat baik dari ayah maupun ibu, memiliki fungsi

memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan memelihara serta merawat

anggota keluarga. Keluarga tersebut terdiri dari penderita, seorang

istri, dan 4 orang anak.

2. Fungsi sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga hanya sebagai anggota

masyarakat biasa. Keluarga tersebut sering mengikuti kegiatan

masyarakat dan komunikasi antar tetangga cukup baik.

3. Fungsi psikologis

6
Penderita tinggal dengan istri dan 2 orang anak. Hubungan keluarga

terjalin akrab dan harmonis dengan kemampuan menyelesaikan

masalah secara musyawarah.

4. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

Penghasilan keluarga sekitar Rp. 2.000.000 – 3.000.000/bulan.

Penderita sehari-harinya makan sebanyak 3x, dengan nasi, sayur, dan

lauk pauk seperti ikan dan daging.

5. Fungsi fisiologis (skor APGAR)

APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi

keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap

hubungannya dengan anggota keluarga yang lain.

APGAR score meliputi:

1. Adaptation

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota

keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari

anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi

antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh

keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang

dilakukan anggota keluarga tersebut.

4. Affection

7
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar

anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan

dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat 3 kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7

cukup dan 8-10 adalah baik. Pada keluarga tersebut belum dilakukan

penilaian.

6. Fungsi patologis (SCREEM)

SUMBER PATOLOGIS KET.

Social Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya. -

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik dapat

Culture dilihat pada pengobatan/ramuan tradisional yang masih -

digunakan.

Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian


Religious -
juga dalam ketaatannya dalam beribadah.

Economic Penghasilan keluarga stabil. -

Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga tersebut


Educational -
cukup.

Keluarga tersebut kurang mampu membiayai pelayanan

Medical kesehatan, sehingga jika tidak cukup parah tidak akan -

dibawa ke rumah sakit.

8
Tabel1. Fungsi Patologis SCREEM

7. Kesimpulan permasalah fungsi keluarga

Bapak Jemmy umur 48 tahun dengan penyakit TB paru, fungsi sosial,

fungsi psikologis, dan fungsi ekonomi yang cukup baik.

E. Karakteristik Demografi Keluarga

Hubungan Keadaan
No. Nama Anggota Umur Jenis Kelamin
Keluarga Fisik

1. JK 48 Laki-Laki Pasien Sakit

tahun

2. WS 42 Perempuan Istri Sehat

tahun

3. NJ 28 Perempuan Anak Sehat

tahun

4. JK 26 Laki-Laki Anak Sehat

tahun

4. PK 15 Laki-Laki Anak Sehat

tahun

4. SK 6 tahun Perempuan Anak Sehat

Tabel 2. Karakteristik demografi keluarga

9
F. Struktur Keluarga (GENOGRAM)

Keterangan:

= Laki-laki = Penderita

= Perempuan

Gambar 1. Genogram Tn. JK

G. Interaksi

Hubungan penderita dengan keluarga baik. Hubungan keluarga

terjalin akrab dan harmonis dengan kemampuan menyelesaikan masalah

secara musyawarah. Keluarga tersebut terbuka terhadap perbedaan

pendapat dan dan menghindari debat yang tidak perlu, bila tidak

sependapat. Komunikasi antar anggota keluarga baik, saling membagi,

saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami

oleh keluarga tersebut.

H. Keadaan Rumah dan Lingkungan

1. Kepemilikan rumah : rumah pribadi

2. Ukuran rumah : luas ± 200 m2

10
3. Daerah rumah : padat, bersih, teras kecil, rumah rapi

4. Bertingkat/tidak : tidak bertingkat

5. Ruang tamu : 1 ruang

6. Ruang keluarga : 1 ruang

7. Kamar tidur : 2 ruang

8. Kamar mandi/WC : 1 ruang

9. Dapur : 1 ruang

10. Ruang lainnya : -

11. Dinding rumah : tembok

12. Ventilasi rumah : ada di setiap ruang

13. Lantai rumah : tehel

14. Atap rumah : genteng

15. Sumur/sumber air : Perusahaan Air Minum (PAM)

16. Sumber/listrik : Perusahaan Listrik Negara (PLN)

17. Septic tank : ada

18. Tempat Pembuangan sampah : tempat pembuangan sampah

sementara

19. Jumlah penghuni rumah : 4 orang

11
I. Denah Rumah

WC
Ruang
Dapur
Makan
Kamar

Kamar Ruang Tamu

Teras
Gambar 2. Denah Rumah Tn. JK

J. Daftar Masalah

1. Masalah medis

a. Tuberculosis Paru

b. Perokok

2. Masalah nonmedis

a. Penderita kurang beraktivitas fisik

K. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan (penderita, bentuk keluarga, diagnosis biopsikososial)

Personal : Batuk-batuk selama 2 minggu, terkadang batuk

berdahak.

Klinis : Tuberculosis paru.

Faktor : internal: Perokok

eksternal: Rekan kerja penderita juga memiliki

riwayat batuk-batuk

12
Psikososial : Penderita merupakan anak ke-2 dari 2 orang

bersaudara dan seorang ibu dari 2 orang anak.

Skala fungsi sosial : skala 1 (pasien bisa bekerja dan hidup mandiri)

Fungsi keluarga : cukup baik

2. Saran (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif)

Promotif :

a. Menghindarkan kebiasaan buruk

b. Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar

Preventif :

a. Kesehatan lingkungan.

b. Penyuluhan tentang Tuberculosis paru.

Kuratif :

a. Deteksi dini gejala dan tanda pada pasien yang memiliki

indikasi tuberculosis paru

b. Pemeriksaan anamnesis maupun fisik diagnostik yang

memadai

c. Serta pemeriksaan lengkap keseluruhan.

Rehabilitatif :

a. Upaya hidup sehat, berolahraga, penggunaan OAT secara

teratur.

13
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian TB Paru

TB Paru ialah suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru yang

disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosae. Sebagian besar basil

Mycobacterium tuberculosae masuk ke dalam jaringan paru melalui

airborne infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai

fokus primer dari Ghon.1

B. Patogenesis

Penyebaran TB Paru dari penderita terjadi melalui nuklei droplet

infeksius yang keluar bersama batuk, bersin dan bicara dengan

memproduksi percikan yang sangat kecil berisi kuman TB. Kuman ini

melayang-layang di udara yang dihirup oleh penderita lain. Faktor utama

dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan durasi kontak serta derajat

infeksius penderita dimana semakin dekat seseorang berada dengan

penderita, makin banyak kuman TB yang mungkin akan dihirupnya.2

C. Epidemiologi TB Paru

Sebagian besar negara maju diperkirakan insiden tuberkulosis

setiap tahunnya hanya 10-20 dari 100.000 penduduk. Diperkirakan lebih

dari 1,5 miliar orang di seluruh dunia dan setiap tahun sekitar 3 juta

orang mati karena penyakit ini.3

14
D. Determinan Tuberkulosis

a. Umur

Insidens tertinggi biasanya mengenai usia dewasa muda.

Berdasarkan data dari prevalensi meningkat seiring dengan peningkatan

usia.

b. Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak

menderita TB Paru. Hal ini disebabkan laki-laki lebih banyak melakukan

mobilisasi dan mengkonsumsi alkohol dan rokok.

c. Gizi

Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan

hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi

dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang buruk dapat

mempermudah terkena penyakit infeksi.

d. Merokok

Merokok sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Di dalam

rokok terdapat 45 jenis bahan kimia beracun. Merokok dapat

mengiritasi paru-paru yang sakit sehingga mempersulit untuk

menormalkan kembali keadaannya.

15
e. Kemiskinan

Kemiskinan menghalangi manusia mendapatkan kebutuhan dasar

untuk hidup dan mengurangi kemampuannya untuk mengatasi stres dan

infeksi.21 Hal ini dapat dilihat dari perumahan yang terlalu padat atau

kondisi kerja yang buruk menyebabkan daya tahan tubuh turun yang

memudahkan terjadinya penyakit infeksi. Orang yang hidup dengan

kondisi ini juga sering menderita gizi buruk yang memudahkan

tuberkulosis berkembang.4

E. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang.

F. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas

indikasi: foto lateral, top lordotik, oblik, CT Scan. Pada pemeriksaan foto

toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk

(multiform).6

G. Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan pemeriksaan : dahak (sputum), cairan pleura, liquor

cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, bilasan bronkoalveolar

(bronkoalveolar lavage/BAL), urin, feses, dan jaringan biposi (termasuk

Biopsi Jarum Halus/BJH)

16
 Sputum

Cara pengambilan dahak 2 kali dengan minimal satu kali dahak pagi hari.

Tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan

ditemukannya BTA positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis.

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga

pemeriksaan dahak SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) BTA hasilnya positif.7

 Biopsi Jarum Halus / BJH

Bahan pemeriksaan hasil Biopsi Jarum Halus dapat dibuat sediaan apius

kering di glass object, atau untuk kepentingan kultur dan uji kepekaan

dapat ditambahkan NaCl 0,9 % 3-5 mL sebelum dikirim ke laboratorium

mikrobiologi dan patologi anatomi.

Sedangkan komplikasi lanjut dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas,

kerusakan parenkim paru, amiloidosis, karsinoma paru, gagal napas (sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB), dan gagal jantung/kor pulmonal.7

H. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat-obat TB dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis regimen, yaitu obat

lapis pertama dan obat lapis kedua. Kedua lapisan obat ini diarahkan ke

penghentian pertumbuhan basil, pengurangan basil dormant dan pencegahan

resistensi.

 Obat-obatan lapis pertama terdiri dari Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,

Etambutol dan Streptomisin

 Obat-obatan lapis dua mencakup Rifabutin, Ethionamid, Cycloserine,

Para-Amino Salicylic acid, Clofazimine, Aminoglycosides di luar

17
Streptomycin dan Quinolones. Obat lapis kedua ini dicadangkan untuk

pengobatan kasus-kasus multi drug resistance. Obat tuberkulosis yang

aman diberikan pada perempuan hamil adalah Isoniazid, Rifampisin, dan

Etambutol.8

18
BAB IV

PENUTUP

Dokter keluarga merupakan bagian utama dari pelayanan kesehatan primer.

Dokter keluarga merupakan dokter tempat kontak pertama dan kelanjutannya

dengan pasien guna menyelesaikan secara komprehensif dan terpadu semua

masalah sedini dan sedapat mungkin dengan mengutamakan pencegahan dan

pemantauan berkala pada penyakit kronis.

Yang dimaksud dengan kunjungan rumah (home visit) adalah kedatangan

petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan

atau memberikan pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah pasien

tersebut. Apabila kunjungan dan atau perawatan di rumah dapat dilakukan dengan

sebaik-baiknya, maka akan diperoleh banyak manfaat seperti dapat lebih

meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien, dapat lebih meningkatkan

hubungan dokter-pasien, dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan

tuntutan kesehatan pasien, dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama TY, Chairil AS. 2002. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. Jakarta

: Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia.

2. Bahar A. 2007. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II, Edisi IV. Jakarta : BPFKUI; 988-994.

3. Bahar A, Zulkifli. 2007. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir dalam

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi IV. Jakarta : BPFKUI;

995-1000.

4. Crofton, John. 2002. Tuberkulosis Klinis Edisi 2. Jakarta : Widya

Medika.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta.

6. Sylvia A, Lorraine M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.

7. World Health Organization. 2010. Treatment of Tuberculosis :

Guidelines for National programmes. Geneva : 3-15

8. Azwar, Azrul. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta. IDI.

2010

20
LAMPIRAN

Gambar 3. Kegiatan Home Visit

21

Anda mungkin juga menyukai