Anda di halaman 1dari 8

TREN PENYAKIT TIDAK MENULAR PADA

NEGARA BERKEMBANG

LINA EFIANTARI

H1A015037

Triger II

Penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Angka
harapan hidup sering dibatasi oleh epidemi yang tidak terkontrol. Setelah Perang Dunia II,
penyakit tidak menular mulai menyebabkan masalah. Lalu, memasuki millenium ketiga,
penyakit tidak menular merata di seluruh dunia dengan peningkatan tren pada negara
berkembang (Boutayeb & Boutayeb, 2005). Jelaskan prevalensi penyakit tidak menular
menjadi semakin meningkat di negara berkembang! Jelaskan pula akibat dari peningkatan
ini!

Jumlah Total Kata: 1.089 kata

Tutor:

dr. I.A Eka Widiastuti, M.Fis

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat

2015
Penyakit tidak menular (Non Communicable Disease) merupakan penyakit yang
masih menjadi beban bagi negara maju dan negara berkembang. Penyakit tidak menular lebih
dahulu berkembang di negara maju, faktor yang menyebabkannya adalah gaya hidup
masyarakat yang tinggi dan pola hidup yang tidak sehat. Dewasa ini, penyakit tidak menular
sudah merambat ke negara berkembang seperi India, Indonesia dan negara berkembang
lainnya. Berkembangnya penyakit tidak menular di negara berkembang didukung oleh
beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi dan gaya hidup (Khan F.S, et al., 2013). Berdasarkan
hasil survei, angka kematian penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke,
diabetes, dan kanker mengambil 60% proporsi penyebab kematian (Khan F.S, et al., 2013)
dan menjadi penyebab utama penyakit global di Indonesia (80%) (Candeias,V.MPH., 2012).
Berbagai penyakit tidak menular terus bermunculan dengan penyebab kematian paling tunggi
di Indonesia yaitu stroke sebesar 15,4%, selanjutnya hipertensi, diabetes, kanker, dan
penyakit paru obstruktif kronis (Menkes RI, 2011). Dalam essai ini penulis akan membahas
mengenai tren pergeseran penyakit tidak menular di negara berkembang seperti Indonesia,
akibat yang ditimbulkan, dan solusi yang dapat dilakukan untuk menghindari diri dari
penyakit tidak menular.

Penyakit tidak menular adalah penyakit kronis yang tidak menular pada orang lain
dan pada umumnya berlangsung lama dan berkembang lambat pada tubuh manusia
(Riskesdas RI, 2013). Di Indonesia, penyakit menular telah mengalami transisi ke penyakit
tidak menular, salah satunya adalah penyakit stroke. Stroke adalah penyakit pada otak berupa
gangguan fungsi saraf, hal ini biasanya muncul secara mendadak, progresif dan cepat.
Gangguan fungsi saraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik yang diikuti gejala seperti, kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak
lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain
(Riskesdes RI, 2013). Stroke memegang peranan 15,4% dari penyebab seluruh kematian
(Menkes RI, 2011) dan berdasarkan hasil survei dari kesehatan nasional pada tahun 1995-
2007 angka kematian untuk penyakit stroke meningkat dari 8.3% menjadi 12.1% (Depkes,
2008 dan Kemenkes, 2014 dalam Humas, 2014). Meningkatnya prevalensi penyakit tidak
menular seperti stroke ini disebabkan oleh faktor ekonomi dan gaya hidup. Pada Negara
berkembang yang memiliki ekonomi rendah dan menengah biasanya memiliki angka
konsumtif yang tinggi seperti, negara Indonesia. Indonesia dikenal dengan angka konsumtif
yang cukup tinggi dengan frekuensi konsumtif yang terus meningkat. Hal ini dapat
dibuktikan dari data statistik berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik Indonesia tahun 2014 (tabel 2.1).

Badan Pusat Statistik, 2014, P.21


Dari tabel 2.1 tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa angka konsumtif yang terjadi di
Indonesia pada bulan September 2013, Maret 2014 dan September 2014 menghasilkan
jumlah total yang cenderung meningkat dan hal ini membuktikan bahwa Indonesia adalah
negara konsumtif. Angka konsumtif yang tinggi pada suatu negara merupakan sebagian dari
keberhasilan negara dalam bidang ekonomi, tetapi itu semua tidak selalu menjadi sebuah
keberhasilan melainkan sebuah ancaman (Beaglehole, et al., 2011). Negara yang memiliki
angka konsumtif yang tinggi akan mendapatkan banyak masalah yang muncul, seperti
masalah pada kesehatan. Dari data statistik tersebut kita dapat melihat dua bahan makanan
yang tidak baik untuk tubuh jika dikonsumsi berlebihan yaitu: makanan, minuman sudah jadi
dan tembakau. Dua bahan tersebut adalah salah satu faktor resiko dari penyakit tidak
menular, khususnya tembakau. Tembakau adalah salah satu faktor resiko terkena penyakit
stroke (Sukmawati, 2012). Meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular didukung oleh
urbanisasi dan globalisasi yang berkembang pesat dan didukung oleh penduduk perkotaan di
dunia telah meningkat sekitar 2.6% per tahun (Oyebode, et al., 2015). Pada tiga dekade
kedepan, lebih dari 60% populasi perkotaan dunia akan berkembang di Asia (Khan F.S, et al.,
2013), hal ini memungkinkan penyakit tidak menular semakin meningkat di negara
berkembang. Pergeseran gaya hidup masyarakat dari agraris ke industri menyebabkan
prevalensi penyakit tidak menular akan berkembang >25% khususnya pada kalangan remaja
(Robert, et al., 2011), pada kalangan remaja maupun orang tua gaya hidup industri lebih
mengarah pada penggunaan tembakau yang berlebihan (merokok) dan tidak terkendalinya
produksi tembakau oleh pemerintah (Beaglehole, et al., 2011).

Peran pemerintah sangat penting untuk menindak lanjuti penyakit tidak menular di
negara berkembang, karena semakin meluasnya penyakit tersebut maka semakin besar juga
masalah yang akan dihadapi, namun apabila pemerintah dan masyarakat hanya berdiam diri
melihat penyakit tidak menular berkembang maka akan menimbulkan beberapa dampak
negatif, seperti penghalang untuk pengembangan dan meningkatnya angka kematian. Negara
yang terkena penyakit tidak menular memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Berdasarkan
laporan terbaru, penyakit tidak menular akan berpotensi merugikan negara seperti Indonesia
sebesar $4.47 triliun dari tahun 2012 sampai 2030 (WEF, 2015). Hal ini disebabkan karena
biaya untuk mengobati penyakit tidak menular cukup mahal dengan kondisi masyarakat
Indonesia yang tergolong ekonomi lemah, sehingga menyebabkan para penderitanya mencari
jalan lain untuk berobat, yaitu berhutang. Berhutang menyebabkan tingkat kemiskinan
meningkat, selain itu penyakit tidak menular akan menyebabkan kecacatan permanen
(Kemenkes, 2011), hal itu akan menghambat seseorang untuk bekerja dan memperoleh
penghasilan, sehingga akan menghambat semua pengembangan dan pencapaian yang telah
ditargetkan, baik itu oleh penderita maupun negara.
Beban penyakit tidak menular di negara berkembang menjadi masalah kesehatan yang
harus cepat ditangani oleh semua kalangan. Penyakit tidak menular mengambil proporsi 60%
dari penyebab kematian. Penyakit tidak menular diperkirakan untuk 10 tahun kedepan akan
meningkat sebesar 17% (Candeias, V.MPH., 2012). Sebelum terjadinya prevalensi yang
semakin tinggi, pemerintah dan masyarakat harus menemukan jalan keluar untuk mengurangi
peningkatan dari penyakit tidak menular ini. Peran pemerintah untuk mengurangi penyakit
tidak menular seperti stroke sangat penting, tindakan awal yang dapat dilakukan oleh
pemerintah adalah mengontrol produksi tembakau. Pengontrolan produksi tembakau dapat
mengurangi peningkatan dari faktor resiko penyakit stroke di kalangan masyarakat. Dalam
bidang ekonomi sesuai dengan “Undang-Undang nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai, dan Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 54/ PUU-VI/2008 telah ditentukan bahwa penerima cukai hasil tembakau adalah
provinsi penghasil cukai hasil tembakau dan provinsi penghasil tembakau.” (Depkes RI,
2012), sehingga kesempatan itu dapat digunakan pemerintah provinsi untuk melakukan
pembinaan terhadap lingkungan sosial di masing-masing provinsi agar bisa menunjang
negara memiliki sosial-ekonomi yang tinggi dengan terhindar dari permasalahan penyakit
tidak menular seperti stroke. Langkah lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
mengurangi peningkatan penyakit tidak menular adalah merubah gaya hidup dengan
memanfaatkan industri sebagai perkembangan agraris, seperti pemanfaatkan hasil
perkebunan (buah dan sayur) dan mengolahnya sebagai bahan makanan dan minuman seperti
jus, sop, dan lain-lain serta dengan mengurangi konsumsi garam secara berlebihan, karena
pengkonsumsian garam terlalu banyak akan menyebabkan hipertensi yang akan
menimbulkan gejala stroke, namun gejala stroke itu sendiri dapat di hindari dengan olahraga
yang teratur.
Dari semua penjelasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa penyakit tidak
menular ini adalah suatu beban penyakit global yang memiliki proporsi angka kematian yang
cukup tinggi. Meningkatnya prevalensi penyakit tersebut disebabkan oleh faktor ekonomi dan
gaya hidup yang tidak sehat, yang berdampak pada angka kematian yang tinggi serta
terhambatnya pengembangan dan pencapaian yang telah tersusun. Oleh karena itu, hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan penyakit tidak menular adalah dengan
melibatkan semua kalangan, baik itu pemerintah maupun masyakarat dengan pengontrolan
yang baik oleh pemerintah terhadap produksi industri khususnya pada tembakau serta
penerapan gaya hidup sehat oleh masyarakat dengan mengurangi konsumsi garam dan
tembakau yang diikuti oleh olahraga yang teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan, 2013. Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyebab Kematian Terbanyak
Di Indonesia. Availabe at: < http://www.depkes.go.id/article/view/1637/penyakit-tidak-
menular-ptm-penyebab-kamatian-terbanyak-di-indonesia.html> [Accessed 1 October
2015]

Badan Pusat Statistik, 2014. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia- Expenditure
for consumption of Indonesia [pdf]. Available at:
<http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Pengeluaran-Untuk-Konsumsi-Penduduk-
Indonesia--September-2014.pdf> [Accessed 1 October 2015]

Beaglehole, R, et al., 2011. Priority Actions for The Non-Communicable Disease Crisis, [e-
journal], Available at:
<http://search.proquest.com/docview/863827970/2C2BD42F5BA241ADPQ/8?accountid
=38628)> [Accessed 26 September 2015]

Khan, F.S, et al., 2013. The Burden of Non-Communicable Disease in Transition


Communities in an Asian Megacity: Baseline Findings from a Cohort Study in Karachi,
Pakistan: e56008, [e-jornal] 8 (2), Available at:
<http://search.proquest.com/docview/1331692190/2C2BD42F5BA241ADPQ/3?accounti
d=38628> [Accessed 23 September 2015]
Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014 dalam HUMAS, 2014. Kesehatan PMK. Angka Kematian
Akibat Penyakit Tidak Menular Meningkat. Available at:
<https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/angka-kematian-akibat-penyakit-tidak-menular-
meningkat> [Accessed 28 September 2015]

World Economic Forum, 2015. Penyakit Tidak Menular di Indonesia Dapat Memakan Biaya
$4.47 Triliun [pdf]. Available at:
<http://www3.weforum.org/docs/Media/EA15/EA15%20-
%20Health%20NCDs_Bahasa.pdf > [Accessed 28 September 2015]

Candeias, V. MPH, et al., 2010. Diet and Physical Activity in Schools: perspectives from the
implementation of the WHO global strategy on diet, physical activity and health.
Canadian Journal of Public Health, suppl, [e-journal], Available at:
<http://search.proquest.com/docview/763177601/5A05ABC8B6524F72PQ/13?account
id=38628> [Accessed 28 September 2015]
Oyebode, O, et al., 2015. Rural, Urban and Migrant Differences in Non-Communicable
Disease Risk-Factors in Middle Income Countries: A Cross-Sectional Study of WHO-
SAGE Data: e0122747, [e-journal] 10 (4), Available at:
<http://search.proquest.com/docview/1671014254/5A05ABC8B6524F72PQ/17?accoun
tid=38628> [Accessed 30 September 2015]

Sukmawati, L, et al, 2012. Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Kariadi Semarang, [e-jounal] 1(2), Available at:
<http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/1301> [Accessed 30
September 2015]

Menteri Kesehatan, 2012. Panduan Penggunaan-Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
(DBHCHT) di Bidang Kesehatan [pdf]. Available at:
<http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-panduan-
dbhcht.pdf> [Accessed 30 September 2015]

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013. Riskesdas
2013, [pdf]. Available at: <www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
Riskesdas 2013.pdf > [Accessed 1 October 2015].

Anda mungkin juga menyukai