Identifikasi masalah merupakan suatu langkah awal sebelum menentukan rumusan masalah dalam
suatu penelitian. Menurut Suriasumantri , identifikasi masalah adalah tahap permulaan dari
penguasaan masalah di mana objek dalam suatu jalinan tertentu bisa kita kenali sebagai suatu
masalah.
Sedangkan menurut Amien Silalahi, mengartikan identifikasi masalah sebagai usaha mendaftar
sebanyak-banyaknya pertanyaan terhadap suatu masalah yang sekiranya bisa ditemukan
jawabannya.
Identifikasi masalah adalah proses terpenting dalam sebuah penelitian selain latar belakang dan
perumusan masalah. Begitu pentingnya, bahkan suatu kegiatan tidak dikatakan sebagai sebuah
penelitian jika identifikasi masalah yang dibuat asal-asalan.
Banyak sekali literatur yang bisa dijadikan sebagai sumber dalam pembuatan identifikasi masalah.
Namun menurut Ranjit Kumar, setidaknya ada tiga macam sumber, yaitu:
People and Problem
Yaitu masalah yang tedapat pada diri manusia itu sendiri. Misalnya tidak punya uang, tidak punya
rumah dan lain-lain. Dari situ kita bisa identifikasi masalahnya menjadi misalnya:
– Mendeteksi raut wajah mahasiswa yang tidak punya uang dengan face rocognition system
– Model bisnis di internet yang cocok untuk mahasiswa “bokek”
1. Latar Belakang
Dewasa ini marak sekali kasus-kasus asusila yang melibatkan anak di bawah umur. Berita-berita
tentang pemerkosaan disiarkan hampir setiap hari di televisi-televisi nasional. Yang lebih miris
lagi adalah, adanya seorang anak yang menjadi korban pelecehan oleh bapaknya sendiri.
Fenomena apakah ini? Orang tua yang seharusnya menjaga malah menghancurkan masa depan
cerahnya. Kasus seperti ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali. Hampir setiap hari kita
mendengarnya seakan sudah menjadi konsumsi publik.
Banyak yang mengecam dan mengutuk perbuatan tersebut, namun sepertinya tindakan seperti itu
saja tidak cukup. Karena nyatanya kasus-kasus serupa terus bermunculan.
Yang lebih mengegerkan lagi adalah berita tentang pemerkosaan yang dilakukan 5 bocah SD
terhadap teman sebayanya. Korban dan pelaku sama-sama masih dibawah umur. Bagaiamana
mungkin bocah yang harusnya masih polos bisa berfikiran kearah itu?
Salah satu yang menyebabkan itu adalah, mudahnya mereka mengakses konten-konten yang tidak
senonoh. Baik itu melalui internet maupun acara televisi.
Tentu ini menjadi PR besar bagi pemerintah dan juga orang tua untuk terus selalu menjaga dan
memberikan pemahaman agama sedari kecil.
Contoh 2 : Dalam contoh kedua ini saya akan memberikan contoh identifikasi masalah tentang
sistem pendidikan dan kurikulum di Indonesia.
Contoh 2
1. Latar Belakang
Seperti yang kita tahu sistem pendidikian di Indonesia dari dulu hingga sekarang begitu-begitu
saja. Maksudnya adalah siswa diwajibkan mempelajari semua hal meski itu bukanlah bakat atau
minatnya. Semua ilmu pengetahuan ditumpuk dalam satu otak.
Dari kurikuulum 75,84,94,94 Suplemen, Kurikulum Berbasis Kompetisi (KBK) dan Kurikulum
2006, semuanya sama. Yang beda hanya namanya saja. Efek dari perubahan kurikulum seharusnya
adalah perubahan guru dalam mengajar. Namun pada kenyataannya, sistem mengajar guru dari
kurikulum ’75 hingga 2006 tidak mengalami perubahan.
Perubahan kurikulum yang diharapkan akan mengubah wajah pendidikan di Indonesia menjadi
lebih baik, nyatanya tidak mempunyai pengaruh apa-apa. Lalu dengan kenyataan seperti ini, masih
layakkah pendidikan di indonesia kita ikuti?
Padahal sebenarnya kalau kita mau keluar dari arus, ada banyak sekali model pendidikan yang
lebih baik dari sekedar mengikuti kurikulum pemerintah.
Demikian dua contoh identifikasi masalah yang semoga bisa membantu kamu dalam mengerjakan
tugas penelitian.