Anda di halaman 1dari 1

1.

Latar Belakang Pembangunan Terminal Teluk Lamong


Pelabuhan Tanjung Perak adalah pelabuhan terbesar kedua di Indonesia yang dimana
pertumbuhannya berjalan sangat pesat terutama pada sktor peti kemas. Pada tahun 2010,
pelabuhan Tanjung Perak telah mencapai kapasitas maksimumnya. Sehingga pelabuhan
tersebut banyak mengalami dan menghadapi berbagai masalah, diantaranya kemacetan lalu
lintas kapal dan peti kemas yang dikarenakan keterbatasan lahan dan peralatan yang dimiliki
pelabuhan Tanjung Perak. Oleh karena itu, Pelindo III dan Kementerian Perhubungan
Indonesia yang berperan sebagai operator dan regulator dari pelabuhan Tanjung Perak
memutuskan untuk membangun terminal serba guna baru guna meningkatkan kapasitas,
kapasitas tersebut disebut proyek Terminal Serba Guna Teluk Lamong. Pembangunan tahap
pertama dari Terminal Teluk Lamong memiliki luas sekitar 40 hektar. Pembangunan ini
dimulai sejak tahun 2010 lalu dan dinyatakan selesai pada tahun 2014.
Terminal ini akan digunakan untuk melayani petikemas domestik, petikemas internasional,
dan curah kering dengan standar pangan. Kapasitas terminal tahap pertama ini mencapai
500.000 TEUs petikemas domestik dan 1 juta TEUs petikemas internasional. Sementara itu,
untuk curah kering akan siap tahun 2016 dengan kapasitas 5 juta ton. Terminal ini terbilang
paling canggih di Indonesia dan pertama menggunakan sistem operasi otomatis dan ramah
lingkungan.Hampir sebagian besar alat-alatnya digerakkan dengan tenaga listrik dan tenaga
gas. Hanya beberapa alat yang masih menggunakan bahan bakar minyak, itupun bahan bakar
dengan standar EURO 4. Bahkan, terdapat alat yang di atasnya tidak ada operatornya. Alat
tersebut dioperasikan dari ruang kontrol oleh operator-operator perempuan. Pemilihan alat-
alat dengan teknologi canggih itu didasarkan pada semangat untuk mengurangi emisi gas
karbon di lingkungan pelabuhan. Selama ini pelabuhan identik dengan kawasan yang kotor
dan sebagai sumber polusi udara.
Untuk mendukung pasokan tenaga listrik, Pelindo III juga berencana membangun pembangkit
listrik tenaga mesin gas. Nilai Investasi Kedua proyek besar Pelindo III itu membutuhkan
investasi sebesar Rp4,65 triliun. Mengingat biaya investasi yang tinggi dan dampak dari
pembangunan terminal baru, diperlukan perhitungan manfaat dan biaya yang akan timbul dari
proyek tersebut untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi dari proyek Terminal Multripurpose
Teluk Lamong tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan antara
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dengan menggunakan proyeksi arus pertumbuhan peti
kemas untuk menganalisis biaya dan manfaat dari proyek Terminal Serba guna Teluk
Lamong, dan melakukan analisis stakeholder pelabuhan Tanjung Perak untuk mengetahui
kelayakan pembangunan terminal baru untuk pengembangan pelabuhan Tanjung Perak. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari Analisis Biaya Manfaat dan Analisis Stakeholder,
proyek Terminal Serba guna Teluk Lamong, layak secara ekonomis sebagai bagian dari
stategi pengembangan pelabuhan Tanjung Perak. Terlepas dari proyeksi pertumbuhan TEU
peti kemas yang tinggi, pelabuhan Tanjung Perak sudah mencapai kapasitas maksimum
sehingga membutuhkan terminal baru dengan teknologi canggih untuk mengakomodasi
permintaan barang dan kontainer di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai