Anda di halaman 1dari 21

83

4 KONDISI UMUM DAERAH STUDI

4.1 Profil Pelabuhan Tanjung Priok


4.1.1 Letak Geografis Luas Area dan Fasilitas Pelabuhan
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di
Indonesia yang terletak di Pantai Utara Pulau Jawa tepatnya di Pesisir Teluk
Jakarta, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara geografis Pelabuhan
Tanjung Priok terletak pada 106053’00” BT dan 6006’00” LS dengan total luas
604 Hektar. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki panjang penahan gelombang
8.456 meter, panjang alur 16.853 meter, panjang dermaga 13.444 meter, daerah
labuh jangkar bagi kapal-kapal di Pelabuhan Tanjung Priok berlokasi di sebelah
Utara pelabuhan dengan kedalaman laut 7-19 meter (PT Pelindo II, 2009).
Pelabuhan Tanjung Priok memiliki area perairan berupa kolam pelabuhan
seluas 424 ha (area pelabuhan dan break water) dan area daratan seluas 604 ha.
Area daratan digunakan untuk pergudangan lapangan umum, lapangan petikemas,
lapangan penumpukan mobil, tengki minyak palm bit dan non palm bit, dermaga,
perkantoran, fasilitas prasarana dan sarana kawasan ruang terbuka hijau dan
fasilitas penunjang lainnya. Terminal atau dermaga di pelabuhan Tanjung Priok
terdiri dari: 1) Terminal Penumpang Nusantara Pura yang terdiri dari Pelabuhan
Nusantara Pura I (kedalaman 5-8 meter) dan Pelabuhan Nusantara Pura II
(kedalaman 6-8 meter), 2) Terminal Konvensional dan 3) Container Terminal
Regional Harbour yang terdiri dari Pelabuhan I (kedalaman 5-9 meter), Pelabuhan
II (kedalaman 7-10 meter), dan Pelabuhan III (kedalaman 9-12 meter), 4) Jakarta
International Container yang terdiri dari Terminal JICT I (kedalaman 10-14
meter) dan JICT II (kedalaman 8-9 meter), 5) Terminal Petikemas Koja
(kedalaman 14 meter), dan 6) Dermaga Khusus yang terdiri dari Dermaga Khusus
Pertamina (kedalaman 7-12 meter), Dermaga Khusus Bogasari (kedalaman 9-20
meter), Dermaga Khusus Sarpindo (kedalaman 9-12 meter), dan Dermaga Khusus
DKP (kedalaman 9 meter). Data dermaga / terminal di kawasan pelabuhan
Tanjung Priok dan kedudukannya terhadap wilayah Jabodetabek sebagai daerah
belakang utama pelabuhan Tanjung Priok di sajikan pada Gambar 15 dan
Gambar 16.
84

Gambar 15. Peta Layout Fasilitas Pelabuhan Tanjung Priok 2009

84
85

1) Terminal Penumpang Nusantara


Pelabuhan Tanjung Priok tidak hanya menangani barang, tetapi juga
menyediakan fasilitas bagi kapal-kapal penumpang. Pada awalnya terminal
penumpang masih disatukan dengan barang. Dalam perkembangannya arus
penumpang mengalami peningkatan dan telah difasilitasi dengan kapal-kapal
penumpang PT. PELNI. Seiring dengan perkembangan, maka pada tahun 1975
dibangun Terminal Penumpang Nusantara Pura I . Melihat tuntutan pelayanan dan
pengguna jasa kepelabuhanan, khususnya penumpang kapal laut, dibangun
Terminal Penumpang Nusantara Pura II.

2) Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok


Dikelola oleh PT Pelindo II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok. Sebagai
pelabuhan kelas utama, Pelabuhan Tanjung Priok berfungsi melayani barang dan
penumpang antar negara dan antar pulau, sehingga posisinya yang strategis di
DKI Jakarta sebagai Ibukota negara Republik Indonesia, menjadikannya sebagai
gerbang utama perekonomian Indonesia. Pada tahun 2004, arus barang yang
melalui Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok mencapai ± 136 juta
ton. Pengoperasian dermaga di terminal konvensional ini disesuaikan dengan
karakteristik barang yang dibongkar muat. Hal ini sejalan dengan penataan dan
pengembangan pelabuhan yang secara berkesinambungan mengikuti
perkembangan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan pelayanan jasa
kepelabuhanan.

3) Container Terminal Regional Harbour


Dikelola oleh PT Multi Terminal Indonesia, salah satu anak perusahaan PT
Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan merupakan pengembangan dari Terminal
Serba Guna yang khusus menangani bongkar muat petikemas antar pulau. Setelah
menjadi bagian dari PT Multi Terminal Indonesia (PT MTI), terminal ini
diharapkan menjadi terminal petikemas yang mempunyai lingkup usaha, tidak
saja regional tetapi juga berskala internasional dan menjadi salah satu segmen
usaha unggulan PT Multi Terminal Indonesia. Sebagai salah satu anak
perusahaan PT Pelindo II (Persero), PT Multi Terminal Indonesia telah menjadi
salah satu anak perusahaan, menjadi andalan menunjang pendapatan perusahaan,
sekaligus menjadi operator gabungan antara angkutan barang dalam negeri dan
Sumber : Himpunan Kawasan Industri Indonesia, 2009

Gambar 16 Peta Wilayah Jabodetabek sebagai Daerah Belakang Utara Pelabuhan Tanjung Priok
86
87

angkutan barang ekspor. Gabungan fungsi antara angkutan dalam negeri dengan
angkutan ekspor pada komplek dermaga yang sama memberikan nilai tambah
karena efisiensi waktu dan biaya, khususnya barang-barang eksport dan import
dari dan menuju daerah-daerah lain di luar Pulau Jawa.

4) Jakarta International Container Terminal (JICT)


Jakarta Internasional Container Terminal dikelola oleh PT JICT.
Perusahaan ini didirikan tahun 1999, merupakan afiliasi dari PT Pelabuhan
Indonesia II (Persero) dengan kepemilikan saham 48,9%, Grosbeak Pte, Ltd dari
Hongkong memiliki saham sebesar 51% dan Koperasi Pegawai Maritim sebesar
0,1%. Saat ini PT. JICT merupakan terminal petikemas terbesar dan tersibuk di
Indonesia, berdiri di atas lahan 100 Hektar. Tahun 2004 arus petikemas di JICT
mencapai 1,6 Juta TEUs. Untuk melayani kegiatan bongkar muat petikemas,
terminal ini didukung dengan fasilitas yang modern, dan peralatan teknologi
informasi yang canggih dan realtime yakni Container Terminal Management
System (CTMS). Kinerja operasional di terminal ini cukup efisien, hampir tidak
ada waktu tunggu (waiting time) serta kemampuan layanan petikemas mencapai
26 box/crane/hour (box per petikemas per jam). Terminal JICT ini setiap
bulannya mampu melayani 125 - 130 unit kapal/bulan. Langkah mengantisipasi
peningkatan pertumbuhan arus petikemas ini, PT JICT telah melakukan
penambahan dermaga sepanjang 525 meter dan lapangan penumpukan seluas 3,5
Hektar. Hal tersebut akan menambah kapasitas pelayanan petikemas menjadi 3,1
Juta TEUs per tahun. Di samping tambahan dermaga dan lapangan penumpukan
tersebut, PT JICT terus melakukan pengembangan dan penyempurnaan pelayanan
jasa kepelabuhanan secara berkesinambungan.

5) Terminal Peti Kemas Koja


Merupakan kerjasama operasi antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)
dengan saham 52,12 persen dengan PT Ocean Terminal Petikemas (47,88 persen).
Terminal Peti Kemas (TPK) Koja telah beroperasi sejak tahun 1998. Posisi terminal
ini berada di sebelah timur Terminal PT. Jakarta International Container Terminal
(JICT). Kinerja pelayanan bongkar muat petikemas tiap tahun mengalami
peningkatan. Untuk melayani kegiatan bongkar muat petikemas ini, TPK Koja
dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang modern berupa peralatan teknologi
88

informasi (sistem komputer) yang canggih. Pada tahun 2005, Terminal Peti Kemas
Koja melakukan penambahan dermaga sepanjang 112 meter, sehingga panjang
dermaga keseluruhan menjadi 650 meter dan target kapasitas terminal menjadi
615.000 TEUs di tahun 2005. Kinerja operasional di terminal ini mencapai 27 box
per crane per jam (B/C/IT) serta kapal yang dilayani rata-rata mencapai 45 unit per
bulan. Terminal ini menambah pelayanan "tracking container" melalui TPK Koja,
mobile service yang menggunakan media SMS, sehingga dengan mudah akan
didapatkan informasi seputar petikemas yang diinginkan pelabuhan.

6) Fasilitas Pelabuhan
Fasilitas Pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari alur, kolam, dan breakwater
pelabuhan, tambatan (dermaga), lapangan penumpukan dan gudang, peralatan
terminal petikemas, peralatan terminal konvensional dan head-truck, utilitas
pelabuhan dan navigasi. Berdasarkan fungsinya, maka fasilitas pelabuhan Tanjung
Priok terbagi atas:
a) Fasilitas yang melayani kegiatan bongkar muat secara konvensional;
Pengelolaannya berada di bawah manajemen PT. (Persero) Pelindo II
Cabang Pelabuhan Tanjung Priok yang berfungsi melayani kegiatan
bongkar muat barang umum, bagian cargo, curah cair/kering dang
petikemas antar pulau.
b) Fasilitas yang khususnya melayani bongkar muat petikemas internasional;
Pengelolaannya berada di bawah manajemen PT. Jakarta International
Container Terminal (JICT), Terminal Petikemas Koja dan PT. Multi
Terminal Indonesia (MTI).
Berfungsi melayani kegiatan bongkar muat petikemas internasional yang
didukung dengan fasilitas modern, teknologi informasi yang canggih dan
Petikemas Terminal Management System.
c) Fasilitas yang khusus melayani bongkar muat curah cair;
Dermaga DKP pengelolaannya dibawah manajemen cabang Pelabuhan
Tanjung Priok bekerjasama dengan PT. Dharma Karya Perdana (DKP) dan
Dermaga PT. Pertamina dikelola dan dioperasi oleh PT. Pertamina
(Persero).
d) Fasilitas yang khusus melayani bongkar muat curah kering:
 Curah kering khususnya semen dan batubara
89

 Pengelolaannya berada dibawah manajemen pelabuhan Tanjung Priok


yang pengoperasiannya bekerjasama dengan PT. MTI dan PT. Semen
Padang.
 Curah kering khusus pangan
 Merupakan pengembangan fasilitas pelabuhan laut Tanjung Priok yang
pengelolaan dan pengoperasiannya bekerjasama dengan PT. Bogasari
dan PT. Sarpindo.
e) Fasilitas yang khusus melayani naik turun penumpang:
Pengelolaannya berada dibawah manajemen cabang pelabuhan Tanjung
Priok yang berfungsi khusus melayani kegiatan turun naik penumpang
kapal laut.
Pelabuhan Tanjung Priok saat ini memiliki area perairan seluas sekitar 424
ha (termasuk area pelabuhan dan breakwater) dan 604 ha area daratan. Layout
dari konfigurasi alur, kolam, dan breakwater pelabuhan Tanjung Priok tersebut
dapat dilihat pada Tabel 13, Tabel 14 dan Tabel 15.
Tabel 13 Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok
SPESIFIKASI
NO LOKASI PANJANG LEBAR LUAS KEDALAMAN
M M M2 M.L.WS
I ALUR PELAYARAN
1 Alur DKP s/d Utara 3,840.00 100,00 384,000.00 -10.00 s/d -14.00
Pelabuhan I
2 Alur Utara Pelabuhan I s/d 1.700,00 100,00 170,000.00 -14.00
Lampu Merah Hijau
3 Alur Lambang Luar 1.463,00 125,00 182,875.00 -14.00
4 Alur Pelabuhan Minyak 990.00 50,00 49,500.00 -12.00
Pengasinan
5 Kali Japat 1,700.00 75,00 127,500.00 -6.00
TOTAL 8,703.00 913,875.00
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2009

Tabel 14 Kolam Pelabuhan Tanjung Priok


SPESIFIKASI
NO LOKASI Panjang Lebar Luas Kedalaman
m m m2 m.l.ws
II KOLAM PELABUHAN
1 PELABUHAN 1.700,00 105,00 178,500.00 -4.00 s/d -6.00
NUSANTARA I
2 PELABUHAN 1.020,00 55,00 56,100.00 -4.00 s/d -8.00
NAUSANTARA II
3 PELABUHAN I 1.080,00 170,00 183,600.00 -4.00 s/d -10.00
4 PELABUHAN II 1.020,00 142,00 144,840.00 -4.00 s/d -12.00
90

SPESIFIKASI
NO LOKASI Panjang Lebar Luas Kedalaman
m m m2 m.l.ws
5 PELABUHAN III 1.040,00 185,00 192,400.00 -10.00 s/d 11.50
6 Depan Dermaga Utara Koja 265,00 150,00 39,750.00 -14.00
Kanal
7 Depan Dermaga TPK Koja 450,00 150,00 67,500.00 -14.00
8 DERMAGA PRESIDEN -3.00
9 KOLINAMIL -5.00
TOTAL 862,690.00
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2009

Tabel 15 Breakwater Pelabuhan Tanjung Priok


No. Breakwater L (m)
1 Nusantara BW-I 591
2 Nusantara BW-I 659
3 BW-Barat 1.750
4 BW-I Timur 1.479
5 BW-II Timur 228
6 BW-III Timur 934
7 BW-IV Timur 98
8 BW-V Timur 1.548
9 Bogasari BW-Barat 713
10 Bogasari BW-Timur 1.507
Total 9.507
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2009

Fasilitas tambatan (dermaga) yang ada di pelabuhan Tanjung Priok secara


umum dapat dikelompokkan seperti dalam Tabel 16.

Tabel 16 Tambatan (Dermaga) Di Pelabuhan Tanjung Priok


NO. JENIS DERMAGA JUMLAH PANJANG KEDALAMAN
1 General kargo 42 6.597,70 5-11
2 Serbaguna 5 914 8-11
3 Petikemas 13 2.800 9-14
4 Penumpang 3 450 9
5 Curah Kering 8 1.242 4-10
6 Curah cair Khusus Minyak 4 377 12
7 Curah cair Khusus Kimia 1 204 8
8 Beaching Point 1 66 6
9 Mobil 2 308 10
TOTAL 13.361,30
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2009
91

Fasilitas gudang dan lapangan penumpukan (open yards) yang dimiliki


oleh pelabuhan Tanjung Priok secara umum disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Gudang dan Lapangan Penumpukan di kawasan Pelabuhan Tanjung


Priok
Kapasitas
No. Jenis Fasilitas Jumlah Luas (m2)
(ton)
1 Gudang Umum 21 101.972,27
2 Gudang Barang Berbahaya 6 10.260
3 Lapangan Umum 62 361.627,20
4 Gudang CF5 2 5.400
5 Lapangan Petikemas 3 1.567.000,00
Lapangan Penumpukan untuk
6 1 50.000
Mobil
7 Tengki Minyak (Palm Oil) 45 105,720
Tengki Minyak (Non Palm
8 20 26,350
Oil)
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009

4.1.2 Aspek Fisik Pelabuhan

1) Iklim
Kondisi iklim di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok terletak pada wilayah
yang dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Iklim
di wilayah studi berada dalam daerah yang cukup basah dengan tipe iklim B
menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson (1951). Musim hujan berlangsung
dari bulan Oktober sampai Mei dengan curah hujan berkisar antara 73 mm pada
bulan Mei sampai 416 mm pada bulan Januari. Musim hujan dipengaruhi oleh
angin pasat Barat Laut. Musim kemarau berlangsung dari bulan Juni sampai
September dengan kisaran curah hujan dari 37 mm pada bulan Agustus sampai 49
mm pada bulan Juli. Musim kemarau dipengaruhi oleh angin pasat Timur Laut.
Suhu udara berkisar dari 26,7 0C pada bulan Januari sampai 27,9 0C pada bulan
Oktober dan Nopember. Kelembaban nisbi berkisar dari 71 persen pada bulan
September sampai 83 persen pada bulan Januari dan Februari. Data iklim rata-
rata bulanan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok dari 1999-2008
selengkapnya disajikan pada Tabel 18.
92

Tabel 18 Data Iklim Rata-rata Bulanan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung


Priok (1999-2008)

Curah Hujan Suhu Udara Kelembaban Nisbi


Bulan
Rata-Rata (mm) Rata-Rata (0C) Udara Rata-Rata (%)
Januari 416 26,4 83
Februari 206 26,7 83
Maret 156 27,2 81
April 109 27,8 79
Mei 73 27,8 78
Juni 44 27,7 75
Juli 49 27,5 73
Agustus 37 27,6 72
September 38 27,7 71
Oktober 87 27,9 73
Nopember 96 27,9 75
Desember 201 27,0 79
Sumber : Data Sekunder BMG, Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok, 2009

Berdasarkan analisis cakra angin (windrose) Stasiun Meteorologi Maritim


Tanjung Priok, angin mempunyai pola musiman yang jelas. Dari bulan November
sampai April bertiup angin barat dan pada bulan Mei sampai Oktober bertiup
angin timur. Kecepatan angin berkisar dari satu knot sampai enam knot dengan
frekuensi terbanyak empat sampai enam knot.
2) Topografi
Ketinggian pelabuhan Tanjung Priok dari permukaan laut antara nol
sampai dengan dua meter, dari tempat tertentu ada yang di bawah permukaan laut
yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa/empang air payau. Kondisi wilayah
yang merupakan daerah pantai dan tempat bermuaranya sembilan sungai dan dua
banjir kanal, ke perairan pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan wilayah ini
merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air pasang
laut. Untuk mengatasi terjadinya banjir akibat banjir kiriman ataupun karena air
pasang laut, maka PT Pelindo II (Persero) telah membuat peil banjir setinggi 2,75
meter dan pembangunan tanggul penahan rob walaupun belum dapat
menanggulangi banjir secara total, terutama akibat kenaikan muka air laut (rob).
3) Geomorfologi dan Geologi
Berdasarkan bentuk bentang alam (landscape) secara umum, geomorfologi
wilayah bagian Utara Jakarta dapat dibagi menjadi dua, yaitu;
93

- Satuan Geomorfologi Dataran Pantai


Satuan geomorfologi dataran pantai letaknya memanjang sepanjang Pantai
Utara Jakarta. Satuan geomorfologi dataran pantai merupakan daerah dengan
kelerengan datar hingga landai (1 - 3). Ketinggian muka daratan dan
permukaan laut antara 0,5 - 1,0 m. Litologi yang menempati satuan tersebut
adalah endapan pasir dan lempung serta sebagian ditempati rawa-rawa. Pola
aliran sungai yang berkembang umumnya sub-dendritik dengan arus yang tidak
begitu kuat.
- Satuan Geomorfologi Fluvial
Satuan geomorfologi fluvial terletak di bagian selatan dari satuan
geomorfologi dataran pantai, memanjang dari barat ke timur. Satuan ini umumya
berupa dataran yang tidak begitu terpengaruh oleh proses interaksi dengan laut.
Litologinya terdiri dari lempung dan kerikil (gravel) yang merupakan hasil
transportasi endapan vulkanik. Pola aliran sungainya adalah sub-pararel hingga
pararel.
Kawasan pelabuhan Tanjung Priok terletak pada satuan geomorfologi
dataran pantai dengan topografi di kawasan tersebut relatif datar, sehingga potensi
terjadinya gerakan tanah adalah sangat kecil. Kondisi litologi mengindikasikan
bahwa di kawasan tersebut terdapat tanah/batuan yang relatif lunak. Arus air yang
tidak begitu besar menunjukkan bahwa erosi oleh air sungai juga tidak besar dan
sedimentasi berlangsung intensif. Secara umum berdasarkan zonasi gempa, DKI
Jakarta berada pada Zona 4 dengan potensi gempa sedang.
- Geologi Teknik
Sifat fisik tanah dan batuan di kawasan pelabuhan Tanjung Priok berupa
satuan lanau pasiran-lempung organik. Satuan itu merupakan endapan rawa dan
tersusun dari lanau pasiran dan lempung organik dengan sisipan pasir lempungan
dengan ketebalan 2 – 26 meter. Lanau pasiran dan lempung organik berwarna
abu-abu kehitaman, konsistensinya sangat lunak, plastisitas sedang-tinggi,
kompresibilitas tinggi, permeabilitas rendah, kandungan air dan material organik
tinggi, dijumpai sisa-sisa tumbuhan, berat jenis (G) 2,61-2,65 gr/cm3, berat isi asli
(gw) 1,36-1,44 gr/cm3, berat isi kering (gd) 0,67-0,91 gr/cm3, kohesi (c) 0,04-0,15
kg/cm2, sudut geser dalam (f) 1,04-10,35, dan indeks kompresi (Cc) 0,447-
0,794.
94

4) Hydro-Ocenografi
Kondisi hydro-ocenografi meliputi hydrografi, pasang surut, arus dan
gelombang. Secara umum hydrografi keadaan pantai sekitar pelabuhan Tanjung
Priok landai, dengan dasar lautnya lumpur pasir serta kedalaman alur masuk
sekitar 10-14 meter. Pasang surut di perairan laut Tanjung Priok memiliki waktu
tolak tujuh jam, muka surutan (ZO) rata-rata 60 cm di bawah duduk tengah,
dengan sifat pasang surut adalah harian tunggal. Untuk tunggang air rata-rata pada
pasang purnama adalah sebesar 86 cm, sedangkan tunggang air rata-rata pada
pasang mati mencapai 26 cm.
Posisi station current tower pelabuhan Tanjung Priok terletak pada
geografis 050 – 54’ – 34” LS dan 1070 - 00’ – 14” BT. Kecepatan maksimum arus
umumnya mencapai 1 knot dengan arah sekitar 500 terjadi pada air surut. Arus
bukan pasang surut mempunyai kecepatan sekitar 0.3 knot dengan arah 450
kecepatan arus pasang surut mencapai 1,1 knot pada waktu spring tides dengan
arah sekitar 500 pada waktu air surut dan sekitar 2300 pada waktu air pasang.
Tinggi gelombang pada umumnya berkisar 0,1 sampai dengan satu meter,
periode gelombang berkisar satu sampai delapan detik, panjang gelombang
mencapai 1-21,10C sampai dengan 29,70C. Pada bulan April dan Mei antara
21,10C sampai dengan 29,70C, suhu maksimum mencapai kisaran antara 29,10C
sampai dengan 29,70C. Pada bulan Oktober dan November suhu maksimum bisa
mencapai 28,60C sampai dengan 29,20C. Pada saat-saat tertentu bisa
meningkatkan sampai dengan 30,50C.
5) Kondisi Perairan dan Bathimetri
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air laut perairan Teluk Jakarta oleh
BPLHD DKI Jakarta, di perairan laut yang dekat ke pantai, kondisi kualitas air
buruk dan sudah tidak memenuhi baku mutu untuk peruntukkan rekreasi.
Perkembangan pencemaran dari tahun 2004 sampai 2009 pada kondisi pasang dan
surut fluktuatif, tetapi cenderung naik. Sumber pencemaran adalah land base
pollution seperti limbah domestik dan limbah kegiatan lain dan sea base
pollution, seperti kegiatan pelayaran dan tumpahan minyak.
Secara umum kedalaman laut di sekitar pelabuhan Tanjung Priok
mempunyai kedalaman berkisar antara -10,5 LWS sampai -14,7 LWS. Karena
letaknya di kawasan pelabuhan Tanjung Priok, maka telah ada upaya–upaya untuk
menjaga kedalaman di kolam dan alur pelayaran ini.
95

4.1.3 Pertumbuhan Arus Barang dan Penumpang


Pertumbuhan kegiatan ekonomi di pelabuhan Tanjung Priok dapat diukur
dari jumlah atau arus kunjungan kapal dan arus barang. Arus kunjungan kapal
dilihat dari jumlah unit dan Gross Ton (GT). Berdasarkan data PT Pelindo II
(Persero), arus kunjungan kapal dilihat dari jumlah unit periode tahun 2004
sampai 2008, menunjukkan angka yang berfluktuasi. Dari tahun 2004 sampai
2008 terjadi peningkatan jumlah kunjungan kapal secara fluktuatif, akan tetapi
pada tahun 2009 terjadi penurunan.
Kunjungan kapal di pelabuhan Tanjung Priok dalam statistik pelabuhan
dibedakan dalam dua pengelompokan, yaitu berdasarkan atas jenis pelayaran dan
atas jenis kapal. Berdasarkan jenis pelayaran, kapal dibedakan menjadi kapal
niaga dan kapal non-niaga. Kapal non-niaga pada umumnya adalah kapal negara
atau kapal tamu, sedangkan kapal niaga, dibedakan menjadi kapal pelayaran luar
negeri yang mengangkut barang perdagangan luar negeri atau internasional, dan
kapal pelayaran dalam negeri yang mengangkut perdagangan domestik atau antar
pulau. Arus kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran tertinggi terjadi pada
pada tahun 2008, dengan jumlah 19,610 unit. Sedang arus kunjungan kapal
terendah pada tahun 2004 dengan jumlah 15,928 unit. Kunjungan kapal
berdasarkan jenis pelayaran dan jumlah unit di pelabuhan Tanjung Priok periode
2004 sampai tahun 2009 disajikan pada Gambar 17.
25,000
Jumlah (Unit)

20,000

15,000

10,000

5,000

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pelayaran Internasional 4,843 5,269 5,351 6,776 6,821 4,608
Pelayaran Dalam Negeri 11,085 11,644 10,794 12,064 12,789 12,029
Jumlah 15,928 16,913 16,145 18,840 19,610 16,637

Gambar 17 Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Berdasarkan


Jenis Pelayaran & Jumlah Unit Tahun 2004-2009 (Sumber: PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia II, 2009)
96

Kunjungan kapal berdasarkan Gross Tonase (GT), periode tahun 2004


hingga tahun 2009 menunjukkan terjadi fluktuasi yang beragam arus kunjungan
kapal selama periode tersebut. Jumlah arus kunjungan tertinggi pada tahun 2008
yaitu sebesar 93.015.163 GT dan terendah tahun 2006 dengan jumlah 85.598.140
GT. Kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran dan jumlah GT tahun 2004 n
sampai tahun 2009 disajikan pada Gambar 18.
100,000,000
90,000,000
80,000,000
70,000,000
Jumlah (GT)

60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pelayaran Internasional 57,572,005 61,191,510 59,330,955 61,024,195 65,981,523 61,463,032


Pelayaran Dalam Negeri 29,144,988 27,697,324 27,267,185 28,036,329 30,033,640 30,089,324
Jumlah 86,716,993 88,888,834 85,598,140 89,060,524 93,015,163 91,552,356

(Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, 2009)

Gambar 18 Fluktuasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjung Priok


Berdasarkan Jenis Pelayaran & Jumlah GT Tahun 2004-2009

Arus barang berdasarkan perdagangan di terminal konvensional Pelabuhan


Tanjung Priok periode tahun 2004 hingga tahun 2009 mengalami fluktuatif dalam
periode tersebut, baik volume impor maupun ekspor. Volume arus barang
terendah pada Tahun 2004, namun terus meningkat dari tahun ke tahun periode
2005-2008. Volume arus barang terbesar terjadi pada tahun 2008, dengan jumlah
total mencapai 42.049.914 ton yang dilihat dari volume impor, ekspor, in bound
dan out bound. Fluktuasi volume arus barang ekspor-impor dan antar pulau di
terminal konvensional Tanjung Priok disajikan pada Gambar 19.
97

45,000,000
40,000,000

Jumlah (ton) 35,000,000


30,000,000
25,000,000
20,000,000
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009

Import 12,161,217 11,738,888 11,551,523 11,996,578 12,336,717 11,800,838

Export 5,675,937 7,622,715 7,216,030 7,379,221 5,479,989 4,084,648

In Bound 13,547,588 13,054,157 14,020,612 15,787,502 16,868,999 12,642,170

Out Bound 4,688,972 5,738,610 5,948,414 6,817,502 7,363,821 8,181,840

Total 36,073,714 38,154,370 38,736,579 41,980,914 42,049,526 36,709,296

Gambar 19 Fluktuasi Volume Arus Barang Berdasarkan Perdagangan di


Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-
2009 (Sumber: Data Operasional Pelabuhan Tanjung Priok - 2009)
Fluktuasi volume arus barang berdasarkan kemasan di terminal
konvensional Pelabuhan Tanjung menunjukkan peningkatan dari tahun 2004
hingga 2006. Tahun 2007 terjadi penurunan volume barang kemasan, meningkat
lagi pada tahun 2008. Volume arus barang tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan
terendah tahun 2007. Terjadi peningkatan jumlah general kargo yang cukup
signifikan dari tahun 2004 hingga tahun 2008. Sedangkan volume container
menunjukkan kenaikan tahun 2002 hingga tahun 2005. Fluktuasi arus barang
berdasarkan kawasan di terminal konvensional pelabuhan Tanjung Priok disajikan
pada Gambar 20.
45,000,000

40,000,000

35,000,000
Jumlah (ton)

30,000,000

25,000,000

20,000,000

15,000,000
10,000,000

5,000,000

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009

General Cargo 4,035,195 5,532,741 7,866,223 7,889,879 9,155,398 8,988,634


Bag Cargo 1,434,571 1,821,689 1,159,662 1,763,415 1,705,560 1,455,988
Liquid Cargo 11,034,843 9,147,300 8,614,492 6,333,766 7,985,389 7,805,171
Dry Bulk 10,177,616 9,969,790 10,740,499 8,200,546 12,093,930 11,400,432
Container 9,391,489 11,685,246 10,355,703 10,491,462 11,109,249 11,103,249

Total 36,073,714 38,156,766 38,736,579 34,679,068 42,049,526 40,759,474

Gambar 20 Fluktuasi Volume Arus Barang Berdasarkan Kemasan di Terminal


Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-2009 (Sumber:
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, 2009)
98

Berbagai jenis komoditi non-petikemas yang dilayani oleh pelabuhan


Tanjung Priok dengan total volume sebesar 29.097.000 ton (2009) yang terdiri
atas: general cargo (23,42 persen), bag cargo (7,22 persen), curah cair (23,01
persen), curah kering (46,21 persen) dan lainnya (0,14 persen). Presentase total
volume komoditi non-petikemas yang dilayani oleh pelabuhan Tanjung Priok
disajikan pada Gambar 21.

50.00%
46%
General Cargo
40.00%
Bag Cargo
30.00% 23% 23%
Curah Cair
20.00% Curah Kering
7%
10.00% Lainnya
0%
0.00%

Gambar 21 Persentase Total Volume Non Peti Kemas


(Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II, 2009)
Pertumbuhan arus barang peti kemas di masing-masing dermaga, meliputi
JICT, TPK Koja dan Dermaga Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok juga
mengalami fluktuasi dalam periode 2004 sampai 2009. Secara umum terjadi
peningkatan arus peti kemas dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya gambaran fluktuasi
peningkatan dan penurunan jumlah arus barang disajikan pada Gambar 22.
4 ,50 0 ,0 0 0

4 ,0 0 0 ,0 0 0

3 ,50 0 ,0 0 0

3 ,0 0 0 ,0 0 0

2 ,50 0 ,0 0 0

2 ,0 0 0 ,0 0 0

1,50 0 ,0 0 0

1,0 0 0 ,0 0 0

50 0 ,0 0 0

0
T PK Ko ja T PK Ko ja Ko nvensio n Ko nvensio n T o t al T o t al
Jict ( T eus) Jict ( B o x)
( T eus) ( B o x) al ( T eus) al ( B o x) ( T eus) ( B o x)

2004 1,6 3 6 ,2 9 0 1,13 3 ,2 0 2 8 15,2 53 4 3 8 ,571 70 7,6 6 0 8 55,4 52 2 ,9 59 ,2 0 3 2 ,4 2 7,2 2 5


2005 1,4 70 ,4 6 7 9 9 4 ,3 52 573 ,8 2 7 3 8 1,9 14 9 9 6 ,6 0 6 1,0 6 0 ,170 3 ,0 4 0 ,9 0 0 2 ,4 3 6 ,4 3 6
2006 1,6 18 ,4 9 5 1,0 8 5,9 77 58 3 ,0 6 5 3 9 1,58 2 1,2 17,0 51 1,0 2 2 ,6 71 3 ,4 19 ,6 11 2 ,50 0 ,2 3 0
2007 1,8 2 1,2 8 2 1,2 12 ,58 4 70 2 ,8 8 1 4 78 ,8 0 7 1,18 5,6 3 0 8 8 6 ,74 8 3 ,6 8 9 ,79 3 2 ,578 ,13 9
2008 1,8 9 6 ,78 1 1,8 4 0 ,8 78 70 4 ,6 18 4 72 ,78 1 1,2 8 3 ,8 70 1,0 6 8 ,8 2 7 3 ,8 8 5,2 6 9 3 ,3 8 2 ,4 8 6
2009 1,6 76 ,8 8 6 1,12 8 ,0 4 0 8 2 0 ,172 4 0 8 ,6 4 8 1,6 0 8 ,3 3 8 1,2 8 6 ,3 8 6 4 ,10 5,3 9 6 2 ,8 0 3 ,0 74

Gambar 22. Fluktuasi Arus Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-
2009 Masing-masing Dermaga (Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia
II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009)
99

Gambaran lebih jelas fluktuasi arus penumpang di pelabuhan Tanjung


Priok baik yang naik dari pelabuhan maupun yang turun menunjukkan penurunan
pada periode 2005 hingga 2007. Penurunan terjadi cukup tajam, terutama pada
tahun 2007. Fluktuasi arus penumpang di pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada
Gambar 23.
800,000
Jumlah (orang)

600,000

400,000

200,000

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009

Turun 270,868 285,208 250,180 237,035 275,605 192,845


Naik 293,848 291,430 235,464 222,109 299,891 227,927
Total 564,716 576,638 485,644 459,144 575,496 420,772

Gambar 23. Fluktuasi Arus Penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-2009
(Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok,
2009)

4.2 Kawasan Penyangga Pelabuhan Tanjung Priok


4.2.1 Aspek Sosial / Kependudukan
Kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari tiga kecamatan
yaitu Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Cilincing dan Kecamatan Koja. Data-
data luas kecamatan, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di kecamatan-
kecamatan kawasan penyangga Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2009 disajikan
pada Tabel 19.
Tabel 19 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Tahun 2009
Luas Jenis Kelamin Kepadatan Tingkat
Kecamatan Area Penduduk Penduduk Kepadatan
Laki-laki Perempuan
km2
Tanjung Priok 25,1255 158.616 153.733 312.349 12.432 Tinggi
Cilincing 39,6996 119.966 119.472 239.438 6.031 Sedang
Koja 13,2033 119.415 113.301 232.716 17.626 Tinggi
Sumber: Kantor Sensus dan Statistik DKI Jakarta, 2009

Ditinjau terhadap kepadatan penduduk rata-rata Wilayah Jakarta Utara


yaitu 9.951 jiwa/km2, maka Kecamatan Koja dan Kecamatan Tanjung Priok
mempunyai kepadatan di atas rata-rata atau kepadatan tinggi, sedangkan
kecamatan Cilincing termasuk kepadatan sedang. Hal itu menunjukkan bahwa
100

pelabuhan Tanjung Priok mempunyai daya tarik yang kuat untuk menarik
penduduk bermukim di kawasan sekitarnya, khususnya kecamatan-kecamatan
yang langsung berbatasan dengan pelabuhan Tanjung Priok.
Ketersediaan sarana/prasarana pendidikan di kecamatan-kecamatan
kawasan penyangga Pelabuhan Tanjung Priok cukup tinggi, ditinjau dari
ketersediaan sekolah (dari mulai SD, SMP sampai SMA), jumlah murid sesuai
usia sekolah, maupun ketersediaan guru. Tingkat pendidikan di kawasan
penyangga pelabuhan diukur dari parameter rasio murid terhadap guru dan rasio
murid terhadap jumlah sekolah. Rasio murid terhadap guru dan rasio murid
terhadap sekolah di Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Cilincing dan
Kecamatan Koja termasuk tinggi dibandingkan dengan rasio murid terhadap guru
di DKI Jakarta. Keanekaragaman agama terdapat di kecamatan-kecamatan
kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok ditandai dengan presentase masing-
masing agama terhadap total jumlah penduduk dan ketersediaan sarana/prasarana
peribadatan dari semua aliran agama/kepercayaan. Fasilitas kesehatan masyarakat
di kecamatan-kecamatan kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok cukup
baik, ditandai dengan ketersediaan sarana/prasarana kesehatan di kawasan ini,
seperti rumah sakit 16 unit (dua milik pemerintah dan 14 swasta), puskesmas 49
unit, dan sarana-sarana kesehatan lainnya seperti rumah bersalin dan poliklinik.
Jumlah kejadian kriminalitas di wilayah administrasi Jakarta Utara pada
tahun 2008/2009 cukup tinggi mencapai 5.712 kasus, namun turun 8,78 persen
dibandingkan dengan tahun 2007/2008 yang mencapai 6.262 kasus. Jika dilihat
menurut jenisnya, kasus terbanyak adalah pencurian kendaraan bermotor sebesar
26,51 persen. Suatu fenomena bahwa di kawasan sekitar pelabuhan di negara
manapun di dunia kehidupan dituntut keras dan banyak menyebabkan timbulnya
kriminalitas.

4.2.2 Aspek Ekonomi


Tingkat penghasilan penduduk di kawasan penyangga pelabuhan adalah
Rp 17.240.000/KK/tahun. Jenis pekerjaan penduduk di kawasan penyangga
pelabuhan terdiri dari pegawai swasta, pedagang, buruh, tukang ojek, pegawai
negeri sipil, Di kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok terdapat sarana-
sarana ekonomi/niaga berupa bank, koperasi, pasar dan pertokoan besar. Jumlah
101

bank di kawasan ini yaitu bank pemerintah 24 unit, bank swasta 32 unit, koperasi
171 unit, pasar dan pertokoan. Rincian per kecamatan adalah di Kecamatan
Tanjung Priok terdapat sembilan bank pemerintah, 23 bank swasta 125 koperasi
dan pasar di Kecamatan Cilincing terdapat enam bank pemerintah, empat bank
swasta 25 koperasi dan pasar, sedangkan di Kecamatan Koja terdapat sembilan
bank pemerintah, lima bank swasta, 21 koperasi dan pasar.
Dari gambaran data-data tersebut di atas, maka di satu sisi di kawasan
sekitar (kawasan penyangga) pelabuhan perilaku masyarakat pada umumnya
keras, akan tetapi di sisi lain, jumlah dan jenis pekerjaan lebih banyak dan
beragam walaupun demikian, dari hasil penelitian terhadap responden yang
dilakukan, sebagian para pekerja di wilayah penelitian, tingkat pendapatannya
masih dibawah Upah Minimum Propinsi (UMP), dan sebagian juga bekerja
disektor informal, terkait langsung dan tidak langsung dengan kegiatan
kepelabuhanan.

4.3 Daerah Belakang Utama Pelabuhan Tanjung Priok


4.3.1 Wilayah Jabotabek
Wilayah regional Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek)
merupakan daerah belakang utama Pelabuhan Tanjung Priok. Kota Depok tidak
dimasukkan di dalam batasan daerah belakang pelabuhan Tanjung Priok karena
dari data yang diperoleh, maka interaksi kegiatan industri atau perdagangan di
wilayah Depok dengan pelabuhan Tanjung Priok relatif kecil. Wilayah Jabotabek
secara administrasi memiliki batas masing-masing, namun pada kenyatannya dari
kehidupan sehari-hari sudah merupakan suatu gabungan wilayah metropolitan.
Terjadi interaksi riil masyarakat setiap hari dari Bogor, Tangerang dan Bekasi
dengan Jakarta, dalam bentuk bekerja sebagai penglaju, yaitu menjadi penduduk
aktif Jakarta di siang hari, namun tetap berstatus sebagai penduduk formal di
wilayah Bogor Tangerang dan Bekasi. Jumlah penglaju tersebut diperkirakan ± 3
juta jiwa perharinya (Bappeda Provinsi DKI Jakarta dan LP-IPB, 2002). Selain
bentuk bekerja sebagai penglaju, maka penduduk Botabek dalam jumlah cukup
besar juga bersekolah di kota Jakarta.
102

Wilayah Propinsi DKI Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki


berbagai fungsi, memiliki jumlah penduduk  9 juta (2009), terdiri dari 5 wilayah
Perkembangan wilayah Jabotabek sangat pesat, di samping konsentrasi
penduduk juga sebagai pusat kawasan industri, perdagangan dan jasa terbesar di
Indonesia, yang erat hubungannya dengan pertumbuhan arus barang ke dan dari
pelabuhan Tanjung Priok. Dari data yang diperoleh dari Himpunan Kawasan
Industri pada tahun 2009, maka di wilayah Jabotabek (termasuk sebagian kecil di
luar Jabotabek) terdapat 38 kawasan industri dengan luas 17.715 ha, yaitu di
Provinsi DKI Jakarta dengan 3 kawasan industri seluas ± 1176 Ha, di Provinsi
Jawa Barat dengan 25 kawasan industri dengan luas 11.596 ha yaitu di Kabupaten
Bekasi (terbesar), di Kabupaten Bogor, Karawang, Purwakarta, Sumedang dan
Cirebon dan di Provinsi Banten dengan 10 kawasan industri seluas ± 4943 ha.
Selain industri-industri manufaktur, juga bermunculan industri di luar kawasan
industri. Berdasarkan kedudukan dan keberadaan geografis pelabuhan Tanjung
Priok dan keberadaan kawasan-kawasan industri, maka ekspor-impor sebagian
besar dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Priok.

4.3.2 Wilayah Nasional

Pertumbuhan ekonomi regional, khususnya pertumbuhan ekonomi wilayah


Jabotabek sebagai daerah belakang utama Pelabuhan Tanjung Priok dan
pertumbuhan ekonomi nasional yang ditandai dengan tingginya pertumbuhan arus
barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok sangat mempengaruhi perkembangan
Pelabuhan Tanjung Priok hingga saat ini dan pengembangannya ke masa depan,
baik untuk periode Jangka Menengah (2020), maupun untuk periode Jangka
Panjang (2030). Salah satu permasalahan strategis yang dialami oleh pertumbuhan
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia selama ini adalah keterkaitan dengan
pengelolaan pesisir (lokasi pelabuhan) secara terpadu, kawasan pelabuhan seolah-
olah berdiri sendiri terpisah dari kawasan penyangga pelabuhan.
Secara nasional pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semula tumbuh 7
persen per tahun akibat krisis ekonomi merosot hingga negatif pada tahun 1998.
Akan tetapi sejak tahun 1999, dengan berbagai upaya dan program dan terobosan
yang signifikan di bidang moneter dan kebijakan di berbagai sektor
103

perekonomian, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif menjadi 0,79


persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi tahun 2000 sebesar 4.4 persen, tahun
2001 sebesar 3.3 persen, tahun 2002 sebesar 3.9 persen, tahun 2003 sebesar 3.8
persen, tahun 2004 sebesar 4.1 persen, tahun 2005 sebesar 5.6 persen, tahun 2006
sebesar 5.2 persen, tahun 2007 sebesar 6.32 persen, tahun 2008 sebesar 6.1 persen
dan tahun 2009 sebesar 4.5 persen (tahun 2010 meningkat hingga mencapai 6.1
persen). Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2004 sampai tahun 2009
lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia. Daya tahan ekonomi Indonesia
ternyata cukup kuat terhadap dampak krisis ekonomi dunia. Kondisi ini sangat
mempengaruhi pertumbuhan pelabuhan, khususnya pelabuhan Tanjung Priok.
Gambaran pertumbuhan ekonomi sejak tahun 1999 - 2010 lebih jelasnya disajikan
pada Gambar 24.

7.00%
2007 2008 2010
6.00%
2005
2006
5.00%
2000 2009
4.00% 2002 2004
2003
2001
3.00%
2.00%
1.00% 1999
0.00%
Gambar 24 Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%) (Sumber: World GDP Growth)
Pertumbuhan ekonomi dunia (diukur dengan World GDP Growth) untuk
periode 1999 - 2003 diperkirakan mencapai 3.3 persen per tahun dan untuk
periode 2004 - 2009 mengalami peningkatan menjadi empat koma dua persen
(4.2%) per tahun. Lebih jelasnya gambaran perkembangan ekonomi dunia periode
1999 - 2003 dan 2004 - 2009 disajikan pada Gambar 25.

5.00%
4.20%
4.00% 3.30%
3.00% 1999-2003
2004-2009
2.00%

1.00%

0.00%

Gambar 25 Perkembangan ekonomi dunia diukur dengan World GDP untuk


periode 1999 - 2003 dan 2004 - 2009 (Sumber: World GDP Growth)

Anda mungkin juga menyukai