Kelompok 3
Broadband Multimedia 4
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Gelombang (em) dalam perambatannya menuju antenna penerima dapat melalui berbagai
macam lintasan. Jenis lintasan yang diambil tergantung dari frekuensi sinyal, kondisi atmosfir dan
waktu transmisi. Ada 3 jenis lintasan dasar yang dapat dilalui, yakni melalui permukaan tanah
(gelombang tanah), melalui pantulan dari lapisan ionosfir di langit (gelombang langit), dan
perambatan langsung dari antenna pemancar ke antenna penerima tanpa ada pemantulan
(gelombang langsung).
3
Lapisan D dan E adalah lapisan yang paling jauh dari matahari sehingga kadar
ionisasinya rendah. Lapisan ini hanya ada pada siang hari, dan cenderung menyerap sinyal
pada daerah frekuensi 300 kHz – 3 MHz.
Lapisan F terdiri dari lapisan F1 dan F2, mempunyai kadar ionisasi yang paling tinggi
karena dekat dengan matahari, sehingga ada pada baik pada siang maupun malam hari. Lapisan
ini yang paling mempengaruhi sinyal radio, dimana pada daerah frekuensi 3 – 30 MHz, sinyal
yang sampai ke lapisan ini pada sudut tertentu, akan dibelokkan kembali ke bumi, ke tempat
yang sangat jauh dari antenna pemancarnya dengan redaman yang kecil, sehingga sangat
bermanfaat untuk transmisi sinyal. Sinyal yang sampai ke lapisan tersebut pada sudut yang
besar terhadap bumi, akan dilewatkan ke ruang angkasa.
d = 4√ht + 4√hr
Dimana,
d : jarak antenna pemancar dan penerima, km
ht : tinggi antenna pemancar, m
hr : tinggi antenna penerima, m
4
Propagasi Line Of Sight
Komunikasi LOS paling banyak digunakan pada transmisi sinyal radio di atas 30 MHz
yakni pada daerah VHF, UHF, dan microwave. Pemancar FM dan TV, menggunakan propagasi
ini. Untuk mengatasi jarak jangkau yang pendek, digunakan repeater, yang terdiri dari receiver
dengan sensitivitas tinggi, transmitter dengan daya tinggi, dan antenna yang diletakkan di lokasi
yang tinggi.
Kita telah mengetahui bahwa mekanisme propagasi ada yang memungkinkan untuk
menerima sinyal bahkan jika tidak ada LOS (Line Of Sight) ke penerima. Refleksi dari objek
adalah salah satu mekanisme propagasi.
Mekanisme propagasi lain yang signifikan adalah difraksi, yang memungkinkan sinyal
radio untuk berkeliling di sekitar penghalang. Hal ini dapat dijelaskan oleh prinsip Huygen,
yang mengatakan bahwa semua titik pada wavefront dapat dianggap sebagai titik untuk
produksi wavelet sekunder, yang kemudian digabungkan untuk menghasilkan gelombang baru
ke arah baru. Oleh karena itu, bahkan jika suatu daerah dibayangi oleh obstruksi, difraksi di
sekitar tepi objek menghasilkan gelombang yang merambat ke wilayah bayangan.
5
BAB II
ISI
6
berjalan lurus. Fresnel (1788-1827) secara tepat menggunakan teori Huygens, yang disebut
prinsip Huygens-Fresnel untuk menerangkan difraksi.
7
Gambar 2. Sketsa interferensi Thomas Young pada difraksi celah ganda yang diamati
pada gelombang air
Gambar 3. Difraksi pada ujung logam tajam Gambar 4. Difraksi pada aperture lembut, dengan
8
2.3 Difraction Loss
Difraksi adalah propagasi gelombang di belakang hambatan bahkan ketika garis-of-sight
(LOS) tidak jelas (non-line-of-sight (NLOS)) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Karena
difraksi, cakupan masih disajikan bahkan ketika Sinyal RF terhalang. Penjelasan fisik dan
matematis dari fenomena ini dirinci dalam gambar berikut:
Untuk mendapatkan hasil yang baik untuk prediksi, difraksi RF harus dipertimbangkan.
Karena cakupan akan melampaui rintangan (ukuran sel meningkat), estimasi tingkat sinyal akan
meningkat di banyak titik di wilayah geografis tertentu. Juga kualitas sinyal di stasiun bergerak
akan terpengaruh jika mendapatkan daya dari sel-sel selain sel penyaji (karena perluasan cakupan
sel-sel lain karena difraksi). Kapasitas akan terpengaruh juga karena perluasan cakupan ini karena
akan melayani area geografis yang lebih besar dan karenanya lebih banyak stasiun bergerak di
bawah sel layanan yang sama.
Difraksi tersebut ditangani sebagai semacam kerugian, biasanya diukur dalam dB. Jumlah
kerugian ini secara langsung dikurangkan dari total kekuatan sinyal.
Diffraction loss (DL) dihitung sebagai berikut dengan memperkirakan bentuk objek
obstruksi ke knife-edge:
2(𝑑₁+𝑑₂)
v = h√
𝜆𝑑₁𝑑₂
v = parameter difraksi.
h = ketinggian hambatan dalam meter.
9
Teknik perkiraan untuk menghitung Diffraction Loss pada beberapa knife-edge telah
diusulkan oleh:
Bullington
Metode oleh Bullington mendefinisikan hambatan 'efektif' baru pada titik di mana
garis pandang dari kedua antena melintas.
Deygout
Deygout menyarankan untuk mencari kendala `utama ', yaitu titik dengan nilai v
tertinggi sepanjang jalan. Penurunan difiksasi terhadap hambatan 'sekunder' ditambahkan
ke kerugian difraksi atas hambatan utama.
10
2.4 Path Loss
Path Loss (redaman jalan) adalah pengurangan densitas daya (atenuasi) dari gelombang
elektromagnetik saat merambat melalui ruang. Path loss adalah komponen utama dalam analisis
dan desain anggaran tautan sistem telekomunikasi.
Istilah ini biasanya digunakan dalam komunikasi nirkabel dan propagasi sinyal. Path Loss
dapat disebabkan oleh banyak efek, seperti free space loss, refraksi, difraksi, refleksi, hilangnya
kopling aperture-medium, dan penyerapan. Path Loss juga dipengaruhi oleh kontur medan,
lingkungan (perkotaan atau pedesaan, vegetasi dan dedaunan), media propagasi (udara kering atau
lembab), jarak antara pemancar dan penerima, serta ketinggian dan lokasi antena.
Pada Gambar 9, dapat disimpulkan berbagai macam kondisi Path Loss yaitu:
Lokasi 2 : Sinyal terima dimodelkan sebagai jumlah sinyal langsung dan sinyal
pantul, karena sinyal pantulan cukup signifikan besarnya. Contoh : Pada
sistem selular (Plane Earth Propagation Model)
11
dalam kondisi vakum di bawah kondisi ideal, misalnya komunikasi radio antar satelit. Ini
adalah kriteria untuk derivasi persamaan radar juga.
Berikut rumus perhitungan FSPL:
4πd𝑓
FSPL (dB) = 10 log₁₀( )²
𝑐
4πd𝑓
= 20 log₁₀( )
𝑐
Contoh soal:
Suatu komunikasi antara antena Tx dan Rx dengan efisiensi masing-masing 50%.
Spesifikasi berikut diikutsertakan:
Frekuensi Carrier = 3 GHz, Daya Tx = 2 W, Jarak = 100 m
Berapakah besar FSPL?
Jawab:
4πd𝑓
FSPL (dB) = 20 log₁₀( )
𝑐
4 𝑥 π x 100 x 3 x 10⁹
= 20 log10 ( )
3 𝑥 10⁸
͌ 82 dB
12
2.5 Paradigma Perhitungan Path Loss
Selain FSPL, terdapat beberapa kondisi dimana nilai path loss yang dihasilkan juga akan
berbeda. Kondisi-kondisi yang berbeda memiliki rumus yang berbeda juga, yaitu sebagai berikut:
2.5.1 Model Prediksi Path Loss Secara Teoritis
2
2 d2
h h
Po Lp
Pr Po . 1 2 h h
d2 2 1 2
d2
h h
1 2
Analytical Model
13
Model yang sering digunakan untuk analisis dalam komunikasi bergerak
ditunjukkan dalam formula di bawah ini. Formula tersebut diturunkan dari Plane Earth
Propagation Model dengan memasukkan komponen fading lognormal.
Dimana,
L(R) = Loss pada jarak R, relatif terhadap loss pada jarak R0
Bentuk persamaan diatas juga menampilkan variasi pathloss di atas atau dibawah
average pathloss-nya. x adalah menyatakan komponen fading lognormal yang rata-
ratanya = 0, sedangkan standar deviasi-nya kira-kira sebesar 8 dB.
14
3. Daerah pedesaan ( Suburban Area )
Gabungan antara daerah pemukiman penduduk dengan sejumlah kecil
industry.
Model Okumura
Model Okumura merupakan salah satu metode / model propagasi dan salah satu
jenis pemodelan yang paling banyak digunakan untuk prediksi median transmission
loss terutama di daerah perkotaan. Model ini dapat digunakan untuk ketinggian antena
base station antara 30 m hingga 1000 m, jarak antara 1 km hingga 100 km, serta
frekuensi antara 150 MHz hingga 1920 MHz. Okumura menggunakan sebuat set kurva
yang memberikan median atenuasi yang relative keruang bebas (AMU), di urban area
wilayah dataran halus mempunyai antenna yang efektif dengan ketinggian 200m dan
antenna berjalan dengan ketinggian 3m. dengan jarak dan frekuensi yang sama maka
okumura model dapat diartikan loss pada ruang bebas antara titik yang ditarik harus
ditentukan dan kemudian nilai dari AMU di tambahkan kedalamnya denganfactor
koreksi untuk menghitung tipe medan. Bentuk modelnya di expresikan dengan model
L adalah nilai rata-rata redaman lintasan propagasi, dengan kata lain median
dari nilai path loss. LF merupakan free space propagation loss(redaman lintasan ruang
bebas). Amu merupakan median atteniation relatif terhadap free space, yang
merupakan fungsi dari frekuensi dan jarak (rata-rata redaman relatif terhadap redaman
ruang bebas). G(hte) merupakan gain factor ketinggian antena base station. G(hre)
merupakan gain factor ketinggian antena penerima. GAREA adalah gain berdasarkan
tipe lingkungan tempat perambatan gelombang. Gain antena disini adalah karena
berkaitan dengan tinggi antena dan tidak ada hubungannya dengan pola antena.
Okumura juga menemukan bahwa G(hte) mempunyai nilai yang bervariasi
dengan perubahan20 dB/decade dan G(hre) bervariasi dengan perubahan 10
dB/decade pada ketinggian antenakurang dari 3 m.
15
Model hatta
Model Hatta merupakan bentuk persamaan empirik dari kurva redaman
lintasan yang dibuat olehOkumura, karena itu model ini lebih sering disebut sebagai
model Okumura-Hatta. Model ini falid untuk daerah range frekuensi antara 150-1500 MHz.
Dimana f c adalah frekuensi kerja antara 150-1500 MHz, hte adalah tinggi efektif
antenna transmitter(BS) sekitar 30-200 m , hreadalah tinggi efektif antenna
receiver (MS) sekitar 1-10 m, d adalah jarak antara Tx-Rx (km), dan a(hre) adalah faktor
koreksi untuk tinggi efektif antena MS sebagai fungsi dariluas daerah yang dilayani.
Untuk kota kecil sampai sedang, faktor koreksi a(hre) diberikan oleh persamaan:
a(hre) = (1,1logfc – 0,7) hre– (1,56logfc–0,8) dB
sedangkan untuk kota besar:
Untuk memperoleh redaman lintasan di daerah suburban dapat diturunkan dari persamaan
standar Hatta untuk daerah urban dengan menambahkan faktor koreksi, sehingga diperoleh
persamaan berikut:
L(suburban)(dB) = L(urban) – 2[log(fc/28)]2 – 5,4
16
L(urban) =46,3 + 33,9logfc – 13,82 loghte – a(hre) + (44,9-6,55loghte)logd + CM
Dimana a(hre) adalah faktor koreksi tinggi efektif antenna MS sesuai dengan
hasil Hatta, dan0 dB untuk kota sedang dan suburban CM = 3 dB untuk daerah pusat
metropolitanModel Hatta COST-231 hanya cocok untuk parameter-parameter berikut :
Model Longlye-Rice
17
Model Longley-Rice ini cocok untuk diterapkan pada system komunikasi titik
ke titik didalam frekuensi dari 400 MHz sampai 100 GHz.. Redaman media transmisi
dihitung dengan mengacu pada bentuk geometri dari profil permukaan daerah layanan
dan efek refraksi dari troposphere. Teknik geometri optik (utamanya model refleksi 2-
ray) digunakan untuk memperkirakan kekuatan sinyal sampai batas horizon gelombang
radio. Redaman karena difraksi dihitung dengan menggunakan model Fresnel-
Kirchoff knife-edge. Sementara itu teori hamburan digunakan untuk membuat
perhitungan troposcatter pada jarak jauh, dan redaman difraksi medan jauh dihitung
dengan menggunakan metode Van der Pol-Bremmer yang dimodifikasi.
Model Longley-Rice bekerja pada dua mode. Jika informasi mengenai profil
permukaan lintasan tersedia secara mendetail maka parameter-parameter khusus lebih
mudah untuk menentukan dan menghitung redaman lintasan, mode ini disebut mode
prediksi dari titik ke titik (point to point mode). Pada sisi lain jika profile permukaan
lintasan tidak tersedia maka metode Longley-Rice menyediakan teknik untuk
menghitung parameter-parameter khusus dari lintasan. Mode prediksi ini disebut
dengan area mode.
Model Durkin
18
a. Non-LOS
Untuk kasuk non-LOS, masalah tingkatan sistem masuk kedalam kategori :
a.Single diffraction edge
b.Two diffraction edge
c.Three diffraction edge
d.More than three diffraction edge
Metode test ini untuk setiap kasus sequensial akan sampai menemukan
profil yangsesusai. Difraksi edge di deteksi dengan menghitung sudut antara garis
yang terhubung pada transmitter danreceiver antenna tiap titik di setiap profile
wilayah. jika di = dj, maka raut wilayah bias di modelkan sebagai single difraksi.
Gambar 13. Dua Sisi difraksi Gambar 14. Tiga sisi difraksi
Jika kondisi single difraksi tidak memuaskan, maka bisa di cek ke dalam
bentuk two difraksi edges. Testnya hampir sama dengan single difraksi dengan
pengecualian bahwacomputer melihat 2 buah tepi yang terlihat tiap sisinya.
Atenuasi untuk loss saat difraksi kedua sisi disebabkan sisi difraksi pertama
dengantransmitter sebagai sumber. Atenuasi difraksi kedua adalah loss pada
receiver disebabkan sisidifraksi kedua berhubungan dengan sisi difraksi pertama
sebagai sumber. Kedua atenuasitersebut dijumlahkan sehingga memberikan
19
tambahan loss disebabkan oleh halangan yang dimasukan kedalam loss pada ruang
bebas atau loss pada bumi, yang besar.Untuk 3 sisi difraksi, difraksi luar harus
mengandung difraksi antara sisi pertama. Inidapat terdeteksi dengan menghitung
garis antara 2 buah sisi difraksi luar. Jika halanganantara 2 buah sisi luar lolos
melalui garis, maka terdapat sisi difraksi ketiga.
2.6 Perhitungan Link Budget Menggunakan Model Path Loss dan Model Propagansi Outdoor
Bagaimanapun, validitas dari sebuah model empiris pada transmisi frekuensi atau
lingkungan dibandingkan dengan menggunakan model turunan hanya dapat ditetapkan oleh
tambahan data yang terukur dalam lingkungan baru pada transmisi frekuensi yang dibutuhkan.
Dari waktu ke waktu beberapa model propagansi klasik sudah muncul, yang sekarang
digunakan untuk memprediksi cakupan skala besar untuk desain sistem komunikasi bergerak.
Dengan menggunakan model path loss untuk mengestimasi level sinyal yang diterima sebagai
sebuah fungsi jarak, hal ini menjadi mungkin untuk memprediksi SNR untuk sistem
komunikasi bergerak.
Menggunakan teknik analisis noise yang diberikan pada lampiran B, dasar noise dapat
ditentukan. Sebagai contoh 2 model sinar diuraikan pada bagian 3.6 digunakan untuk
mengestimasi kapasitas pada sebuah penyebaran spectrum sistem selular, sebelum sistem
seperti itu disebarkan. Teknik estimasi Practical path loss sekarang telah dikenalkan.
20
dalam literature. Rata-rata path loss skala besar untuk sebuah pemisahan T-R diekspresikan
dalam bentuk fungsi jarak dengan menggunakan sebuah eksponen path loss, n.
𝑑
𝑃𝐿(𝑑) ∝ ( )𝑛 (3.67)
𝑑0
atau
𝑑
𝑃𝐿(𝑑𝐵) = 𝑃𝐿(𝑑0 ) + 10𝑛 log( ) (3.68)
𝑑0
Dimana n adalah eksponen path loss yang mengindikasikan kecepatan dimana path
loss meningkat dengan jarak, d0 adalah jarak referensi yang ditentukan dari pengukuran
dekat dengan transmitter, dan d adalah pemisahan jarak T-R.
21
Baris pada persamaan (3.67) dan (3.68) menunjukkan rata-rata kumpulan dari
semua kemungkinan nilai path loss untuk sebuah nilai d yang diberikan. Ketika diplot pada
sebuah skala log-log, model path loss adalah garis lurus dengan kemiringan yang sama
dengan 10n dB per decade. Nilai n bergantung pada lingkungan propagansi yang spesifik.
Sebagai contoh, pada ruang hampa, n sama dengan 2, dan ketika terdapat gangguan, n akan
memiliki nilai yang lebih besar.
Penting sekali untuk memilih jarak referensi pada ruang hampa yang tepat untuk
lingkungan propagansi. Pada cakupan sistem selular yang besar, jarak referensi 1 km
banyak digunakan, dimana pada sistem mikroselular, banyak jarak lebih kecil yang
digunakan (seperti 100 atau 1 m). Jarak referensi harus selalu berada di medan jauh dari
antenna sehingga medan dekat tidak mengubah titik referensi path loss. Titik referensi path
loss dihitung menggunakan rumus ruang hampa path loss yang diberikan pada persamaan
(3.5) atau melalui perhitungan dilapangan pada jarak d0. Tabel 3.2 mendaftarkan tipe
eksponensial path loss yang diperoleh dari berbagai lingkungan radio bergerak.
Log-normal Shadowing
Model persamaan (3.68) tidak mempertimbangkan fakta bahwa kekacauan disekeliling
lingkungan akan sangat berbeda pada dua lokasi berbeda yang memiliki pemisahan T-R.
Hal ini mengarahkan pada pengukuran sinyal yang sangat berbeda dibandingkan rata-rata
nilai yang diprediksi oleh persamaan (3.68). pengukuran menunjukkan bahwa pada semua
nilai dari d, path loss PL(d) pada lokasi khusus adalah acak dan log-normally (normal in
dB) kira-kira titik tengan jarak yang bergantung pada nilai.
22
𝑑
𝑃𝐿(𝑑)(𝑑𝐵) = 𝑃𝐿(𝑑) + 𝑋𝜎 = 𝑃𝐿(𝑑0 ) + 10𝑛 log(𝑑 ) + 𝑋𝜎 (3.69.a)
0
Dan
Dimana Xσ adalah titik tengah variable acak terdistribusi Gaussian (dB) dengan
deviasi standard σ (dB).
Ditribusi log-normal menguraikan efek bayangan acak yang terjadi diatas lokasi
pengukuran yang besar yang memiliki pemisahan T-R sama, namun memiliki tingkat
kekacauan yang berbeda pada jalur progansi.
Jarak referensi terdekat d0, eksponen path loss n, dan standard deviasi σ, secara
statistic menguraikan model path loss untuk sembarang lokasi yang memiliki pemisahan
T-R yang spesifik, dan model ini bisa digunakan pada simulasi computer untuk
menyediakan level daya pada lokasi acak di desain dan analisis sistem komunikasi.
Pada prakteknya, nilai n dan σ dihitung dari data yang terukur, menggunakan
regresi linear seperti contohnya perbedaan antara path loss yang terukur dan terestimasi di
minimalkan pada titik tengah eror di atas jarak lebar dari lokasi pengukuran dan pemisahan
T-R. Nilai PL (d0) pada (3.69) didasarkan pada salah satu pengukuran atau pada asumsi
ruang hampa dari transmitter ke d0.
23
Sebuah contoh dari bagaimana eksponen path loss di tentukan dari data hasil
pengukuran. Gambar 3.17 mengilustrasikan data pengukuran actual pada berbagai sistem
radio selular dan menunjukkan variasi acak mengenai nilai tengah path loss (dB)
seharusnya pada bayangan pada pemisahan T-R yang spesifik.
1 ∞ 𝑥2 1 𝑧
𝑄(𝑧) = ∫ 𝑒𝑥𝑝 (− 2 ) 𝑑𝑥 = [1 − erf( )] (3.70.a)
√2𝜋 𝑧 2 √2
Dimana
Kemungkinan bahwa sinyak level yang diterima akan melebihi nilai pasti γ dapat
dihitung dari total kepadatan fungsi sebagai
𝛾−Pr(𝑑)
Pr[𝑃𝑟(𝑑) > 𝛾] = 𝑄 [ ] (3.71)
𝜎
Dengan cara yang sama, kemungkinan level sinyal yang diterima akan dibawah
nilai γ diberikan oleh
𝛾−Pr(𝑑)
Pr[𝑃𝑟(𝑑) < 𝛾] = 𝑄 [ ] (3.72)
𝜎
24
Determination of Precentage of Coverage Area
Sudah jelas bahwa dalam kaitannya dengan efek acak dari bayangan, beberapa lokasi
yang berada pada area cakupan akan berada dibawah ambang penerimanaan sinyal. Ini sering
berguana untuk menghitung bagaimana batas cakupan berhubungan dengan persentase area
yang dicakup dengan batas.
Untuk cakupan area yang memiliki radius R dari sebuah base stasiun, anggap disana
terdapat ambang penerimaan sinyal γ. Kita akan menghitung U(γ), persentasi dari layanan
area yang berguna (persentase area dengan sinyal yang diterima sama dengan atau lebih besar
dari γ). d = r merepresntasikan jarak radius dari transmitter, ini bisa ditunjukkan bahwa jika
Pr [Pr(r) > γ] adalah kemingkinan sinyal yang diterima acak pada d = r melebihi nilai batas
γ dengan pertambahan area dA, kemudian U(γ) dapat ditemukan dengan
1 1 2𝜋 𝑅
𝑈(𝛾) = 𝜋𝑅2 ∫ Pr[𝑃𝑟 (𝑟) > 𝛾] 𝑑𝐴 = 𝜋𝑅2 ∫0 ∫0 𝑃𝑟 [𝑃𝑟 (𝑅) > 𝛾] 𝑟 𝑑𝑟𝑑𝜃 (3.73)
𝑟
𝛾−Pr(𝑟) 1 1 𝛾−Pr(𝑟) 1 1 𝛾−[𝑃𝑡 −(PL(𝑑0 )+10𝑛 log( ))
𝑑0
Pr[𝑃𝑟 (𝑟) > 𝛾] = 𝑄 [ ] = 2 − 2 𝑒𝑟𝑓 [ ] = 2 − 2 𝑒𝑟𝑓 [ ]
𝜎 𝜎√2 𝜎√2
(3.74)
Dalam rangka menentukan path loss sebagai referensi untuk batas sel (r = R), sudah
jelas bahwa
𝑅 𝑟
𝑃𝐿(𝑟) = 10𝑛𝑙𝑜𝑔 (𝑑 ) + 10𝑛𝑙𝑜𝑔 (𝑅) + 𝑃𝐿(𝑑0 ) (3.75)
0
Pr[Pr(r) > ]
𝑅 𝑟
1 1 𝛾−[𝑃𝑡 −(PL(𝑑0 )+10𝑛 log( )+10𝑛 log( ))
𝑑0 𝑅
= 2 − 2 𝑒𝑟𝑓 [ ] (3.76)
𝜎√2
1 1 𝑅 𝑟
𝑈(𝛾) = 2 − 𝑅2 ∫0 𝑟 erf(𝑎 + 𝑏 ln 𝑅)𝑑𝑟 (3.77)
1 1−2𝑎𝑏 1−𝑎𝑏
𝑈(𝛾) = 2 (1 − erf(𝑎) + exp ( ) [1 − erf ( )]) (3.78)
𝑏2 𝑏
25
1 1 1
𝑈(𝛾) = 2 (1 + exp (𝑏2 ) [1 − erf (𝑏)]) (3.79)
Persamaan (3.78) dapat dievaluasi untuk nilai yang besar dari σ dan n. Seperti
ditunjukkan pada gambar 3.18. Sebagai contoh, jika n = 4 dan σ = 8 dB, dan jika batasnya
adalah memiliki batas cakupan 75% (75% waktu sinyal berada diatas batas ambang
penerimaan sinyal), kemududan cakupan area sama dengan 94%. Jika n = 2 dan σ = 8 dB,
75% batas cakupan menyediakan 91% cakupan area. Jika n = 3 dan σ = 9 dB, maka 50%
batas cakupan menyediakan 71% cakupan area.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Difraksi merupakan kecenderungan gelombang yang dipancarkan dari sumber melewati celah
yang terbatas untuk menyebar ketika merambat
2. Perhitungan pathloss memiliki rumus yang berbeda-beda tergantung pada kondisinya.
3. Model prediksi path loss terdiri dari Model prediksi Secara Teoritis dan secara area to area.
Secara teoritis terbagi menjadi terdiri Plane Earth Propagation Model dan Analytical Model .
Sedangkan secara area to area terdiri ari daerah terbuka ( open land ) , Daerah terbuka industri
( industrialized open land ), daerah pedesaan ( suburban area ), Kota kecil sampai menengah (
small to medium city ) dan kota besar ( larged sized city ).
4. Path Loss dapat digunakan untuk menghitung Link Budget.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.formulafisika.com/difraksi-fresnel-dan-difraksi-fraunhofer.html
http://www.waves.utoronto.ca/prof/svhum/ece422/notes/19-diffraction.pdf
https://www.hindawi.com/journals/ijap/2017/3932487/
https://en.wikipedia.org/wiki/Path_loss
28