Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pupuk di definisikan sebagai material yang ditambahkan ke dalam tanah atau melalui

tajuk dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat

tumbuh dan berproduksi optimal. Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah

berbeda untuk setiap tanaman.

Tanaman membutuhkan sedikitnya 13 unsur hara untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Beberapa unsur hara berada dalam bentuk tersedia dalam semua jenis tanah,

sedangkan unsure lainnya tidak tersedia, sehingga membutuhkan tambahan dari luar tanah dalam

bentuk pemupukan. Unsur hara ini berperan sebagai nutrisi bagi tanaman, sedangkan system

yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah substansi kimia yang

konsentrasinya sangat rendah, yang disebut substansi pertumbuhan tanaman, hormon

pertumbuhan tanaman (fitohormon), atau pengatur pertumbuhan tanaman, yang salah satunya

adalah Plant Growth Promoting Rhizobacteria atau PGPR.

PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui : produksi hormon

pertumbuhan dengan kemampuan fiksasi N untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil

osmolit sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa

tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman. Selain itu juga mampu menyediakan beragam

mineral yang dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau belerang.

Pada umumnya tanaman hortikultura merupakan komoditas yang memiliki prospektif

yang sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi
khususnya bagi para petani. Tanaman Hortikultura diataranya yaitu buah- buahan, obat-

obatan, tanaman hias serta sayur-sayuran sepertu sawi.

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau

bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa

spesies Brassicayang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan

sawibiasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut

juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica

rapa) kelompok pekinensis, disebut juga petsai yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan.

Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk

membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea) kelompok alboglabra adalah sejenis

sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan

campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun

kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia (Yudharta, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum mengenai bagaimana cara

pembuatan PGPR dan aplikasinya pada tanaman sawi.

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan Plant Growing Promoting

Rhizobacter (PGPR) serta aplikasinya pada tanaman sawi.

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari kegiatan praktikum ini yaitu mahasiswa mengetahui,

mampu dan trampil mengenai cara pembuatan Plant Growing Promoting Rhizobacter (PGPR)

serta aplikasinya pada tanaman sawi


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Plant Growing Promoting Rhizobacter (PGPR)

PGPR atau Plant Growth Promoting Rhizobacteria atau Rhizobakteria Pemacu

Pertumbuhan Tanaman (RPPT) merupakan spesies bakteri rizosfer (di sekitar perakaran) yang

mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni

menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat

menguntungkan. Kelompok bakteri PGPR ini yaituBacillus,

Rhizobium dan Pseudomonas (Anonim1, 2012 dalam Sakti, 2013).

Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya.

Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu

mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Selain itu, PGPR juga meningkatkan

ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga. PGPR juga bisa

memproduksi hormon tanaman, menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan serta

mengontrol hama dan penyakit tumbuhan(Anonim1, 2012 dalam Sakti 2013).

Bakteri pemacu tumbuh secara langsung memproduksi fitohormon yang dapat

menginduksi pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan tanaman dapat terjadi ketika suatu

rizobakterium memproduksi metabolit yang berperan sebagai fitohormon yang secara langsung

meningkatkan pertumbuhan tanaman. Metabolit yang dihasilkan selain berupa fitohormon, juga

antibiotik, siderofor, sianida, dan sebagainya. Fitohormon atau hormon tumbuh yang diproduksi

dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat (Anonim1, 2012 dalam Sakti

2013).
Bakteri pemacu tumbuh secara tidak langsung juga menghambat patogen melalui sintesis

senyawa antibiotik, sebagai kontrol biologis. Beberapa jenis endofitik bersimbiosis mutualistik

dengan tanaman inangnya dalam meningkatkan ketahanannya terhadap serangga hama melalui

produksi toksin, di samping senyawa anti mikroba seperti fungi Pestalotiopsis microspora, dan

Taxus walkchiana yang memproduksi taxol (zat antikanker) (Anonim1, 2012 dalam Sakti 2013).

PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Schroth tahun 1978. Mereka

menemukan bahwa keberadaan bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu

pertumbuhan tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman nantinya

akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit (Anonim2, 2011 dalam Sakti 2013).

B. Manfaat PGPR

Efek PGPR pada tanaman yang diiinokulasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

mendukung pertumbuhan tanaman dan pengendali secara biologis (biokontrol). Meskipun secara

konseptual kedua efek ini sangat berbeda, dalam prakteknya sangat sulit bahkan hampir tidak

mungkin untuk menentukan perbedaan dan batas antara keduanya. Strain PGPR Pseudomonas

fluoresens dipilih untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil dari tanaman kentang, tetapi gagal

mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang ditumbuhkan dalam kondisi gnotobiotic. Dan growth

promotion yang terjadi pada kondisi tanah lapang berkaitan dengan reduksi populasi rizoplan

asli, yaitu fungi dan bakteri (Gandanegara, 2007 dalam Sakti 2013).

Biokontrol pada beberapa kasus diperkirakan muncul akibat dari penyakit yang

terbebaskan. Akar menunjukkan pemanjangan atau percabangan yang berlebih akibat perlakuan

PGPR, dapat meloloskan infeksi dari fungi patogen asal tanah yang lebih mudah menginfeksi

benih muda. Selain itu infeksi patogen yang terlokalisir dalam 1 area sistem perakaran mungkin
diseimbangkan oleh suatu peningkatan global dalam biomassa akar sebagai kompensasi (Amalia,

2007 dalam Sakti 2013).

Menurut Amalia (2007) dalam Sakti (2013), biokontrol terhadap fitopatogen tampaknya

menjadi mekanisme utama dari PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Penekanan

fitopatogen merupakan hasil dari produksi metabolit sekunder atau datang pada tanaman dengan

sendirinya sebagai sistem pertahanannya. PGPR berbasis inokula seharusnya dapat bersaing

dengan mikroorganisme indigenous dan dengan efisien mendiami daerah perakaran tanaman

untuk melindunginya.

Berikut kelebihan dari PGPR (Desmawati, 2008 dalam Sakti 2013), diantaranya :

o Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang – kacangan

o Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas

o Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga

o Memproduksi hormon tanaman

o Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan

o Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan

Ada beberapa kekurangan dalam produksi PGPR ini (Desmawati, 2008), diantaranya :

 Kekonsistenan pengaruh bakteri PGPR di laboratorium dengan di lapangan kadang – kadang

berbeda.

 Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam bentuk yang optimum baik vialibilas

maupun biologinya selama diaplikasikan di lapangan. Beberapa bakteri PGPR harus dilakukan

re-inokulasi setelah diaplikasikan di lapangan seperti Rhizobia.


 Tantangan lainnya berkaitan dengan regulasi / kebijakan suatu negara. Di beberapa negara

kontrol terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat. Walaupun produk tersebut tidak

berefek negatif pada manusia.

C. Cara Kerja PGPR pada Tanaman

Menurut Admin (2014) cara kerja PGPR dalam meningkatkan kualitas tanaman yaitu :

1. Menekan Perkembangan penyakit (Bioprotectant) :

 Induksi ketahaman secara sistemik terhadap hama dan patogen.

 Produksi siderofor dan antibiotik terhadap patogen perakaran

 Kompetisi nutrisi terhadap patogen perakaran

2. Memproduksi fitohormon (BioStimulant) :

 IAA (Indole Acetic Acid)

 Sitokini

 Giberelin

 Penghambat produksi etilen

3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (Biofertilizer) :

 Meningkatkan penyerapan dan pemanfaatan unsur N oleh PGPR pemfiksasi Nitrogen

 Meningkatkan kemampuan pengambilan unsur besi oleh PGPR penghasil siderofor

 Meningkatkan kemampuan penyerapan unsur S oleh PGPR pemfiksasi Sulfur

 Menigkatkan ketersediaan P oleh PGPR pelarut Fosfat

 Menigkatkan ketersediaan Mangan oleh PGPR pereduksi Mangan

D. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sawi


Klasifikasi tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.), Kingdom: Plantae, Divisi :

Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Rhoeadales, Famili:

Cruciferae, Genus: Brassica, Spesies: Brassica juncea L (Kloppenburg, 2008).

Morfologi tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) yaitu termasuk jenis tanaman sayuran

daun dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman sawi tumbuh pendek

dengan tinggi sekitar 26 cm-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya. Tanaman sawi

mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop, serta berakar serabut yang

tumbuh dan berkembang secara menyebar, sehingga perakarannya sangat dangkal pada

kedalaman 5 cm. perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah

yang gembur, subur, dan mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (Solum tanah) cukup dalam.

Tanaman sawi memiliki batang pendek yang berwarna keputih-putihan denng ukuran panjang

1,5 cm dan diameter 3,5 cm (Mandha, 2010).

E. Syarat Tumbuh

Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica

juncae L) dapat memberikan hasil panen yang tinggi. Sehingga dengan demikian untuk

menunjang usaha tani sawi hijau yang berhasil, lokasi usaha tani harus memilki kondisi

lingkungan yang sesuai seperti yang di kehendaki tanaman. Sebab, kecocokan keadaan

lingkunan (iklim dan tanah) sangat menunjang produktifitas tanaman berproduksi. Hingga

dewasa ini masih banyak di jumpai petani mengalami kegagalan panen atau memperoleh

kuntungan yang rendah karena kurang memperhatikan keadaan lingkungan lokasi penanaman

(Yudharta, 2010).
Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa

panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran

tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran

tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan

1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang

mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan,

sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah

penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa

yang sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini

juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam

pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,

banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH)

tanah yang optimumuntuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Margiyanto,

2010).

F. Teknik Budidaya

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.

Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi

udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan

menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus

dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari

daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.Sedangkan

kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat

baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10
ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan

tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya

dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajat keasam tanah,

pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4

minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2-4

minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO 3)

atau dolomit (CaMg(CO3)2 (Rianto, 2009).

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.

Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang

ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80-120 cm dan panjangnya 1-3 meter. Curah hujan lebih

dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20-30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan

pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5

gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah

setebal 1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih akan tumbuh

setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan (Margiyanto,

2010).

Penanaman tanaman sawi dibedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai

dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm,

seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10

ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30

dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang

dengan ukuran 4-8 X 6-10 cm (Rianto, 2010).


Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap

hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman

ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan

pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air

demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan

sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan

dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu

rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan

penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati

atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya

dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma

pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman.

Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.

Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga

dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m

bedengan (Kloppenburg, 2008).


III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan PGPR dilaksanakan pada Bulan November 2017 di Laboratorium

Nutrisi Kampus STPP Magelang Jurusan Penyuluhan Peternakan, Jl. Raya Magelang – Kopeng

Km 07, Tegalrejo, Magelang.

B. Alat dan Baban

1. Alat

Alat yang dipakai dalam kegiatan praktikum ini yaitu : ember beserta tutupnya sebagai

tempat pembuatan starter, cangkul untuk mencari akar bambu, Timbangan, Botol, Bak plastik,

Selang plastik, Gunting, Tali karet, Penyaring, Panci, kompor, pancis, sendok, dan alat

penyaring.

2. Bahan

Bahan yang digunakan antara lain : akar bamboo sebanyak setengah ember, bibit tanaman

sawi, aquadest, polybag, media tanah, Terasi 10 gr, Bekatul 150 gr, Gula pasir 10 gr, Kapur mati

1 gr, dan Air 1 liter

.
C. Pembuatan PGPR

1. Pembuatan Biang PGPR

a. Akar bambu diambil berasal dari bambu yang berumur tua, rimbun dan sehat.

b. Akar diambil dengan cara menggali tanah sedalam 5-20 cm disekitar tanaman bambu.
c. Tanah yang lengket pada akar bambu dibersihkan dengan cara mengibas-ngibaskan dan

tidak dicuci dengan air.

d. Akar dikumpulkan dan kedalam ember plastik (sebanyak ½ ember).

e. Melakukan pengisian air aqudes kedalam ember yang berisi akar bambu sampai terlihat

macak-macak, agar bakteri yang berguna masuk kedalam air.

f. Melakukan penutupan pada permukaan ember untuk inkubasi selama 1-3 hari

g. Melakukan penyaringan untuk mendapatkan air yang berisikan bakteri yang diharapkan,

kemas dalam botol. Biang PGPR sudah dapat untuk diperbanyak.

2. Perbanyakan PGPR

a. Semua bahan dilakukan proses disterilkan/ direbus.

b. Lakukan penyaringan setelah bahan rebusan dingin.

c. Pemberian biang PGPR 1 sendok makan kedalam bahan yang telah dilakukan

penyaringan.

d. memasukan kedalam fermentor sederhana.

e. Jika proses fermentasi benar maka suhu akan naik dan akan muncul gelembung-

gelembung udara pada permukaan dan harum mirip bau tapai. Lama fermentasi 3 hari

sudah siap untuk digunakan

3. Aplikasi PGPR pada Tanamn Sawi

a. Untuk perendaman benih 2 sendok makan per liter air, benih direndam selama 6 jam, penirisan

dan dapat disemaikan.


b. Untuk bibit tanaman 1 sendok makan per liter air disiramkan kemedia tanah sebelum tanam pada

tanaman (1 minggu sekali).

D. Aplikasi pada Tanaman Sawi

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada

umumnya.budidaya konvensional dilahan meliputi:

1. Pengolahan lahan

2. Penyiapan benih

3. Teknik penanaman

4. Penyediaan pupuk dan pestisida

5. Serta pemeliharaan tanaman

Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada yang secara

langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu.

Langkah-langkah yang ilakukan yaitu :

1. Siapkan tanah yang bekas bakar-bakaran/dari pupuk dari kandang

2. Siapkan benih bibit sawi

3. Lalu masukan tanah yang sudah disiapkan kedalam pot

4. Masukan benih bibit sawi dan tunggu sampai 3-4 hari sawi itu tumbuh.

5. Setelah tumbuh sampai 1-2 minggu sawi itu bisa dipindahkan kedaam polibag/tanah yang sudah

di siapkan dan beri pupuk kandang,siram pagi dan sore hari agar sawi itu subur dan membesar.

Pemeliharaan adalah hal yang penting sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil

yang akan didapat.pertama-tama yang harus diperhatikan adalah penyiraman,penyiraman ini

tergantung pada musim,bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukn
pengurangan pada air tersebut,tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah

air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam.penyiraman dilakukan sehari cukup sekali

mau sore atau pagi hari.


IV. HASIL PRAKTIKUM

Hasil aplikasi PGPR pada tanaman sawi dilakukan pengamatan jumlah daun dan tinggi

tanaman sawi dengan 2 perlakuan. Data jumlah daun ditampilkan dalam Tabel 1 berikut.

1. Jumlah Daun Tanaman Sawi

Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Sawi


Pengamatan (cm) Rata –rata / polybag Sumber :
Perlakuan Polybag
15 25 35 (cm)
A 3 4 6 4,3 Data
B 3 5 6 4,6
1 C 4 5 6 5 Terolah
(kontrol) D 3 4 5 4
E 3 4 5 4 Berd
Rata -rata 4,4
F 3 5 8 5,3 asarkan
G 4 7 10 7
2 H 3 6 9 6 Tabel 1
(10ml/liter) I 3 7 11 7
dapat
J 4 6 7 5,6
Rata -rata 6,2
diketahui

bahwa perlakuan pertama dengan penambahan PGPR dengan dosis 0 ml/liter pada tanaman sawi

memiliki jumlah daun rata-rata 4,4 lembar. Sedangkann perlakuan kedua dengan penambahan

PGPR sebnyak 10 ml/liter memiliki jumlah daun yang lebih banyak yaitu rata-rata 6,2 lembar.

Dimana pengamatan tersebut hanya dilakukan sampai tanaman berumur 35 hari, yaitu dilakukan

pengamatan pada umur 15, 25, 35 hari.

2. Tinggi Tanaman Tanaman Sawi

Praktikum yang dilakukan dengan perlakuan kontrol (tanpa penambahan PGPR) dan

perlakuan kedua adalah sawi yang diberi tambahan PGPR sebanyak (10ml/liter). Hasil

pengamatan tinggi tanaman Sawi ditampilkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Sawi


Pengamatan (cm) Rata –rata / polybag Sumber : Data
Perlakuan Polybag
15 25 35 (cm)
A 4,2 6,3 10,6 7,03 Terolah
B 5,0 7,5 13,4 8,63
1 C 3,3 7,1 13,4 7,93 Berdas
(kontrol) D 5,5 8,5 15,5 9,83
E 4,4 9,3 14,8 9,50 arkan Tabel 2
Rata -rata 8,59
F 4,3 7,6 15,5 9,13 dapat diketahui
G 7,2 10,4 14,4 10,67
2 H 5,3 9,7 17,7 10,90 bahwa
(10ml/liter) I 6,7 8,3 16,3 10,43
perlakuan
J 5,2 9,8 17,9 10,97
Rata -rata 10,42
control (tanpa

penambahan PGPR) selama tiga kali pengamatan diperoleh hasil rata-rata tinggi tanaman yaitu

8,59 cm. Sedangkan rata-rata pertumbuhan pada perlakuan yang diberikan tambahan PGPR yaitu

sebesar 10,42 cm.


V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakandapat disimpulkan bahwa penambahan

PGPR untuk menyirami tanaman sawi dapat memperbaiki kualitas tanaman sawi. Hal ini

dibuktikan selama tiga kali pengamatan yaitu umur 15, 25, dan 35 hari tanaman sawi yang diberi

PGPR lebih banyak jumlah daunnya serta memiiki rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tanpa penambahan PGPR.

B. Saran

Diharapakan bagi petani yang ingin menanam sawi dapat menggunakan penambahan

PGPR untuk memicu pertumbuhan tanaman sawi tersebut. Selain mudah dalam membuat dan

mengaplikasikan juga PGPR ini merupakan bahan alami


DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2014. Cara Mudah Membuat PGPR dari Akar Bambu. Diakses Tanggal 13 Januari 2018.
http://seratlontar.blogspot.co.id/2014/01/cara-mudah-membuat-pgpr-dari-akar-bambu.html

Sakti. 2013. Praktikum Pembuatan Plant Growing Promoting Rhizobacter (PGPR). Fakultas Pertanian
Uniersitas Hasanuddin, Makassar

Haryanto, E, Suhartini, T dan Rahayu, E. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kloppenburg, 2008. Petunjuk Lengkap mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai
Obat-obatan Tradisional. Yayasan Dana Sejahtera. Yogyakarta

Margiyanto, 2010. Alam Ilmu Pengetahuan . Jakarta. Grafindo. Jakarta

Rianto, 2009. Cara Menanam Sawi. http://tips-cara-menanam-sawi.htm. ( Diakses pada tanggal 10


Januari 2018)

Yudharta, 2010. Pertumbuhan Tanaman Sawi . UGM. Yokyakarta

Suprijadi, 2009. Budidaya Tanaman Sawi . Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai