PGPR
PGPR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk di definisikan sebagai material yang ditambahkan ke dalam tanah atau melalui
tajuk dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat
tumbuh dan berproduksi optimal. Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah
perkembangannya. Beberapa unsur hara berada dalam bentuk tersedia dalam semua jenis tanah,
sedangkan unsure lainnya tidak tersedia, sehingga membutuhkan tambahan dari luar tanah dalam
bentuk pemupukan. Unsur hara ini berperan sebagai nutrisi bagi tanaman, sedangkan system
yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah substansi kimia yang
pertumbuhan tanaman (fitohormon), atau pengatur pertumbuhan tanaman, yang salah satunya
osmolit sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa
tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman. Selain itu juga mampu menyediakan beragam
yang sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi
khususnya bagi para petani. Tanaman Hortikultura diataranya yaitu buah- buahan, obat-
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau
bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa
sawibiasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut
juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica
rapa) kelompok pekinensis, disebut juga petsai yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan.
Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk
membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea) kelompok alboglabra adalah sejenis
sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan
campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun
kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia (Yudharta, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum mengenai bagaimana cara
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan Plant Growing Promoting
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan praktikum ini yaitu mahasiswa mengetahui,
mampu dan trampil mengenai cara pembuatan Plant Growing Promoting Rhizobacter (PGPR)
Pertumbuhan Tanaman (RPPT) merupakan spesies bakteri rizosfer (di sekitar perakaran) yang
menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat
Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya.
Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu
mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Selain itu, PGPR juga meningkatkan
ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga. PGPR juga bisa
memproduksi hormon tanaman, menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan serta
rizobakterium memproduksi metabolit yang berperan sebagai fitohormon yang secara langsung
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Metabolit yang dihasilkan selain berupa fitohormon, juga
antibiotik, siderofor, sianida, dan sebagainya. Fitohormon atau hormon tumbuh yang diproduksi
dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat (Anonim1, 2012 dalam Sakti
2013).
Bakteri pemacu tumbuh secara tidak langsung juga menghambat patogen melalui sintesis
senyawa antibiotik, sebagai kontrol biologis. Beberapa jenis endofitik bersimbiosis mutualistik
dengan tanaman inangnya dalam meningkatkan ketahanannya terhadap serangga hama melalui
produksi toksin, di samping senyawa anti mikroba seperti fungi Pestalotiopsis microspora, dan
Taxus walkchiana yang memproduksi taxol (zat antikanker) (Anonim1, 2012 dalam Sakti 2013).
PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Schroth tahun 1978. Mereka
menemukan bahwa keberadaan bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu
pertumbuhan tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman nantinya
akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit (Anonim2, 2011 dalam Sakti 2013).
B. Manfaat PGPR
Efek PGPR pada tanaman yang diiinokulasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
mendukung pertumbuhan tanaman dan pengendali secara biologis (biokontrol). Meskipun secara
konseptual kedua efek ini sangat berbeda, dalam prakteknya sangat sulit bahkan hampir tidak
mungkin untuk menentukan perbedaan dan batas antara keduanya. Strain PGPR Pseudomonas
fluoresens dipilih untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil dari tanaman kentang, tetapi gagal
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang ditumbuhkan dalam kondisi gnotobiotic. Dan growth
promotion yang terjadi pada kondisi tanah lapang berkaitan dengan reduksi populasi rizoplan
asli, yaitu fungi dan bakteri (Gandanegara, 2007 dalam Sakti 2013).
Biokontrol pada beberapa kasus diperkirakan muncul akibat dari penyakit yang
terbebaskan. Akar menunjukkan pemanjangan atau percabangan yang berlebih akibat perlakuan
PGPR, dapat meloloskan infeksi dari fungi patogen asal tanah yang lebih mudah menginfeksi
benih muda. Selain itu infeksi patogen yang terlokalisir dalam 1 area sistem perakaran mungkin
diseimbangkan oleh suatu peningkatan global dalam biomassa akar sebagai kompensasi (Amalia,
Menurut Amalia (2007) dalam Sakti (2013), biokontrol terhadap fitopatogen tampaknya
menjadi mekanisme utama dari PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Penekanan
fitopatogen merupakan hasil dari produksi metabolit sekunder atau datang pada tanaman dengan
sendirinya sebagai sistem pertahanannya. PGPR berbasis inokula seharusnya dapat bersaing
dengan mikroorganisme indigenous dan dengan efisien mendiami daerah perakaran tanaman
untuk melindunginya.
Berikut kelebihan dari PGPR (Desmawati, 2008 dalam Sakti 2013), diantaranya :
o Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga
Ada beberapa kekurangan dalam produksi PGPR ini (Desmawati, 2008), diantaranya :
berbeda.
Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam bentuk yang optimum baik vialibilas
maupun biologinya selama diaplikasikan di lapangan. Beberapa bakteri PGPR harus dilakukan
kontrol terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat. Walaupun produk tersebut tidak
Menurut Admin (2014) cara kerja PGPR dalam meningkatkan kualitas tanaman yaitu :
Sitokini
Giberelin
Morfologi tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) yaitu termasuk jenis tanaman sayuran
daun dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman sawi tumbuh pendek
dengan tinggi sekitar 26 cm-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya. Tanaman sawi
mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop, serta berakar serabut yang
tumbuh dan berkembang secara menyebar, sehingga perakarannya sangat dangkal pada
kedalaman 5 cm. perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah
yang gembur, subur, dan mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (Solum tanah) cukup dalam.
Tanaman sawi memiliki batang pendek yang berwarna keputih-putihan denng ukuran panjang
E. Syarat Tumbuh
Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica
juncae L) dapat memberikan hasil panen yang tinggi. Sehingga dengan demikian untuk
menunjang usaha tani sawi hijau yang berhasil, lokasi usaha tani harus memilki kondisi
lingkungan yang sesuai seperti yang di kehendaki tanaman. Sebab, kecocokan keadaan
lingkunan (iklim dan tanah) sangat menunjang produktifitas tanaman berproduksi. Hingga
dewasa ini masih banyak di jumpai petani mengalami kegagalan panen atau memperoleh
kuntungan yang rendah karena kurang memperhatikan keadaan lingkungan lokasi penanaman
(Yudharta, 2010).
Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa
panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran
tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran
tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan
1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang
mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa
yang sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini
juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam
pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH)
2010).
F. Teknik Budidaya
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi
udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan
menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus
dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari
daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.Sedangkan
kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat
baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10
ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan
tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya
dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajat keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4
minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2-4
minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO 3)
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang
ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80-120 cm dan panjangnya 1-3 meter. Curah hujan lebih
dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20-30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan
pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5
gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih akan tumbuh
setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan (Margiyanto,
2010).
Penanaman tanaman sawi dibedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai
dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm,
seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10
ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30
dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman
ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan
pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air
demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan
sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan
dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu
rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan
penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati
atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma
pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga
dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m
Nutrisi Kampus STPP Magelang Jurusan Penyuluhan Peternakan, Jl. Raya Magelang – Kopeng
1. Alat
Alat yang dipakai dalam kegiatan praktikum ini yaitu : ember beserta tutupnya sebagai
tempat pembuatan starter, cangkul untuk mencari akar bambu, Timbangan, Botol, Bak plastik,
Selang plastik, Gunting, Tali karet, Penyaring, Panci, kompor, pancis, sendok, dan alat
penyaring.
2. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain : akar bamboo sebanyak setengah ember, bibit tanaman
sawi, aquadest, polybag, media tanah, Terasi 10 gr, Bekatul 150 gr, Gula pasir 10 gr, Kapur mati
.
C. Pembuatan PGPR
a. Akar bambu diambil berasal dari bambu yang berumur tua, rimbun dan sehat.
b. Akar diambil dengan cara menggali tanah sedalam 5-20 cm disekitar tanaman bambu.
c. Tanah yang lengket pada akar bambu dibersihkan dengan cara mengibas-ngibaskan dan
e. Melakukan pengisian air aqudes kedalam ember yang berisi akar bambu sampai terlihat
f. Melakukan penutupan pada permukaan ember untuk inkubasi selama 1-3 hari
g. Melakukan penyaringan untuk mendapatkan air yang berisikan bakteri yang diharapkan,
2. Perbanyakan PGPR
c. Pemberian biang PGPR 1 sendok makan kedalam bahan yang telah dilakukan
penyaringan.
e. Jika proses fermentasi benar maka suhu akan naik dan akan muncul gelembung-
gelembung udara pada permukaan dan harum mirip bau tapai. Lama fermentasi 3 hari
a. Untuk perendaman benih 2 sendok makan per liter air, benih direndam selama 6 jam, penirisan
Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada
1. Pengolahan lahan
2. Penyiapan benih
3. Teknik penanaman
Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada yang secara
4. Masukan benih bibit sawi dan tunggu sampai 3-4 hari sawi itu tumbuh.
5. Setelah tumbuh sampai 1-2 minggu sawi itu bisa dipindahkan kedaam polibag/tanah yang sudah
di siapkan dan beri pupuk kandang,siram pagi dan sore hari agar sawi itu subur dan membesar.
Pemeliharaan adalah hal yang penting sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil
tergantung pada musim,bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukn
pengurangan pada air tersebut,tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah
air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam.penyiraman dilakukan sehari cukup sekali
Hasil aplikasi PGPR pada tanaman sawi dilakukan pengamatan jumlah daun dan tinggi
tanaman sawi dengan 2 perlakuan. Data jumlah daun ditampilkan dalam Tabel 1 berikut.
bahwa perlakuan pertama dengan penambahan PGPR dengan dosis 0 ml/liter pada tanaman sawi
memiliki jumlah daun rata-rata 4,4 lembar. Sedangkann perlakuan kedua dengan penambahan
PGPR sebnyak 10 ml/liter memiliki jumlah daun yang lebih banyak yaitu rata-rata 6,2 lembar.
Dimana pengamatan tersebut hanya dilakukan sampai tanaman berumur 35 hari, yaitu dilakukan
Praktikum yang dilakukan dengan perlakuan kontrol (tanpa penambahan PGPR) dan
perlakuan kedua adalah sawi yang diberi tambahan PGPR sebanyak (10ml/liter). Hasil
penambahan PGPR) selama tiga kali pengamatan diperoleh hasil rata-rata tinggi tanaman yaitu
8,59 cm. Sedangkan rata-rata pertumbuhan pada perlakuan yang diberikan tambahan PGPR yaitu
A. Simpulan
PGPR untuk menyirami tanaman sawi dapat memperbaiki kualitas tanaman sawi. Hal ini
dibuktikan selama tiga kali pengamatan yaitu umur 15, 25, dan 35 hari tanaman sawi yang diberi
PGPR lebih banyak jumlah daunnya serta memiiki rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi
B. Saran
Diharapakan bagi petani yang ingin menanam sawi dapat menggunakan penambahan
PGPR untuk memicu pertumbuhan tanaman sawi tersebut. Selain mudah dalam membuat dan
Admin. 2014. Cara Mudah Membuat PGPR dari Akar Bambu. Diakses Tanggal 13 Januari 2018.
http://seratlontar.blogspot.co.id/2014/01/cara-mudah-membuat-pgpr-dari-akar-bambu.html
Sakti. 2013. Praktikum Pembuatan Plant Growing Promoting Rhizobacter (PGPR). Fakultas Pertanian
Uniersitas Hasanuddin, Makassar
Haryanto, E, Suhartini, T dan Rahayu, E. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kloppenburg, 2008. Petunjuk Lengkap mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai
Obat-obatan Tradisional. Yayasan Dana Sejahtera. Yogyakarta