Anda di halaman 1dari 12

JAWABAN UAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

MAGISTER AKUNTANSI
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. M. Wahyudin

Oleh :
Ahmad Nur Aziz
(W100170027)

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2018

1
1. What is Science ? and what is Philosophy ?
a. Sains
Menurut Hardy dan Fleer (1996) bahwa sains dalam perspektif yang lebih luas. Menurut
ahli sains bahwa terdapat pengertian dan fungsi sains.
 Sains sebagai kumpulan pengetahuan
 Sains sebagai suatu proses
 Sains sebagai kumpulan nilai
 Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia.
Menurut Einstein (1940) mengatakan bahwa sains adalah "science is the attempt to make
the chaotic diversity of our sense ecperience correspond to a logically uniform system of
thought. Menurut ahli fisika ini bahwa pengertian sains adalah sebuah bentuk upaya atau
kegiatan yang memungkinkan dari berbagai variasi atau pengalaman inderawi mampu
membentuk sebuah sistem pemikiran atau pola pikir yang secara rasional seragam.
Menurut Doran R.et al. (1998) mengatakan bahwa pengertian sains adalah "Learning
science is something that students do, actively, non something that is done to them."
Menurut Sund (Yudianto, 11:2005) bahwa pengertian sains adalah sebagai produk dan
proses hal-hal berikut ini:
 Scientific attitudes (sikap ilmiah), yaitu misalnya keyakinan nilai-nilai, gagasan,
objektif, jujur, menghargai pendapat orang lian, dan sebagainya.
 Scientific processes or methods (metode ilmiah), yaitu suatu cara khusus dalam
memecahkan problem misalnya mengamati fakta, membuat hipotesis, merancang
dan melaksanakan eksperimen, mengumpulkan, dan menyusun data,
mengevaluasi data, menafsirkan, dan menyimpulkan data, serta membuat teori
dan mengkomunikasikannya.
 Scientific products atau produk ilmiah yang berarti terdapat fakta, konsep,
prinsip, hukum, teori tentang fenomena alam dan juga sebagainya.

Jadi definisi sains ialah suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari
alam secara terorganisir, sistematik & melalui berbagai metode saintifik yang
terbakukan. Disamping itu sains merupakan lmu pengetahuan yang mempelajari
fenomena alam dan mengungkap fenonema yang terkandung didalamnya yang
dijabarkan melalui metode ilmiah. Selain itu, terkadang juga Sains didefinisikan bahwa

1
sains ialah suatu cara dalam mempelajari aspek-aspek tertentu yang terdapat dari alam
dengan terorganisir, sistematik dan juga dengan metode saintifik yang terbakukan.

b. Filsafat
The word philosopy comes from the greek “phileen” wich means “to love” and “sophia,
wich means “knowledge or wisdom (moore & Bruder, 2011: 2)
Plato (427-384), the famous greek philosopher, student of Socrates and teacher of
Aristotle, said that philosopy is : “science is interested in a genuine search for the truth”
(solomon & HIGGINS, 2010:12)
Aristotle (382-322 BC), the biggest philosopher, pupil of plato and the first teacher in the
world of philosophy is : “Science that includes truth and in contains the science of
metaphysics, logic, ethics, economics. Politics and aestheitics” (Solomon & HIGGINS,
2010:12)
Al- Farabi (870-950 AD), also known as Aristotle from Arabic, defines philosophy as: “a
science that investigates the real nature of all thin”.
Descrates (1590-16560 AD) , defines philosophy as : “the inner set of knwledge, in wich
God, nature, and man became a subject of investigations”.
Immanuel Kant (1724-1804 AD), said that philosophy is : “Science and the principal
base of all knowledge, wich includes in it four issues, namely, what can be known
(metaphysics), what can be done (ethics), the extent to which expectations (religion), and
whether humans (anthropology)” (Solomon & HIGGINS, 2010:12).
Aristoteles (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan
asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-
ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang
atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Jadi Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang
atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa
dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas
dan menyeluruh dengan segala hubungan.
2
2. Please comment on : “the responsibility of scientists in developing expertise” !
seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab sosial yang terpikul dibahunya.Fungsinya
selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual, namun
juga ikut bertanggungjawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat (Suriasumantri, 1984).
Menurut Suriasumantri (1984), proses pencarian dan penemuan kebenaran ilmiah yang
dilandasi etika, merupakan kategori moral yang menjadi dasar sikap etis seorang
ilmuwan. Ilmuwan bukan saja berfungsi sebagai penganalisis materi kebenaran tersebut
tetapi juga harus menjadi prioritas moral yang baik. Aspek etika dari hakikat keilmuwan
ini kurang mendapat perhatian dari para ilmuwan itu sendiri.
Jadi ilmu merupakan hasil karya seorang ilmuwan yang dikomunikasikan dan dikaji
secara luas. Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat-syarat keilmuan, maka karya ilmiah
itu akan menjadi ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat luas. Maka jelaslah,
jika ilmuwan memiliki tanggung jawab yang besar bukan saja karena ia merupakan
warga masyarakat, melainkan karena ia juga memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat.
Fungsinya selaku ilmuwan tidak hanya sebatas penelitian bidang keilmuan, tetapi juga
bertanggung jawab atas hasil penelitiannya agar dapat digunakan oleh masyarakat, serta
bertanggung jawab dalam mengawal hasil penelitiannya agar tidak disalahgunakan. Ilmu
menghasilkan teknologi yang diterapkan pada masyarakat. Teknologi dan ilmu
pengetahuan dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia,
tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Di sinilah pemanfaatan pengatahuan dan
teknologi perlu diperhatikan sebaik-baiknya.

3. Give your opinion regarding the following statement : Love distinguish between a
love of self-interest (love of man) versus selfless-interest love (Love Al Khaliq to the
creature; Love the Prophet to God and his followers).
Berikan pendapat Anda mengenai pernyataan berikut: cinta membedakan antara cinta
akan kepentingan diri (cinta manusia) versus cinta tanpa pamrih (cinta al khaliq kepada
makhluk; cintai nabi kepada tuhannya dan pengikutnya) ??
Cinta mengenai kepentingan diri (cinta manusia) adalah adanya sebuah cinta dikarenakan
adanya sebuah harapan dari obyek yang dicintainya itu untuk membalas cintanya.
Disamping itu cinta kepada manusia itu tidak hanya sesama pasangan. Melainkan cinta
tulus terhadap orang yang ia sayang. Bisa cinta terhadap orang tua, saudara, sahabat dan
tentunya itu tulus tanpa alasan tertentu. Beda dengan cinta terhadap pasangannya. Jadi

3
makna cinta akan kepentingan diri yakni adanya sebuah harapan, atau sebuah tujuan dari
suatu kepentingannya agar dapat terpenuhinya apa yang di inginkan. Contoh seseorang
mencintai pasangannya itu dengan harapan pasangannya juga akan mencintainya.
Sedangakan cinta mutlak tanpa pamrih misalnya cinta Tuhan kepada makhluknya yaitu
cinta yang benar-benar tulus karena, cinta Tuhan kepada makhluknya itu dasarnya untuk
menyelamatkan makhluknya dari kesesatan yang menimbulkan kemudharatan bagi diri
makhluk itu sendiri. Disamping itu Tuhan tidak membeda-bedakan semua makhluknya
dalam pemberian rezeki atau kenikmatan semua dikasih entah itu yang patuh atau yang
kafir. Cinta Nabi kepada tuhannya itu juga bersifat mutlak karena semua apa yang
diperintahkan oleh Tuhannya itu dijalankan dan dengan perjuangan yang
mempertaruhkan nyawa. Cinta nabi kepada umatnya itu juga bersifat mutlak karena nabi
berharap semua umatnya agar selamat dari neraka dan nabi pun tidak mengharapkan
apapun selain itu, dalam tanda kutip nabi tidak berharap agar umatnya memberikan harta,
atau materi. Beliau benar-benar ikhlas agar semua umatnya dapat selamat.

4. Berikan penjelasan!
A. Apa yang bisa diketahui (metafisika)

Aristoteles dalam bukunya yang berjudul Metaphysica mengemukakan beberapa gagasannya


tentang metafisika antara lain:

 Metafisika sebagai kebijaksanaan (sophia), ilmu pengetahuan yang mencari pronsip-


prinsip fundamental dan penyebab-penyebab pertama.
 Metafisika sebagai ilmu yang bertugas mempelajari yang ada sebagai yang ada (being
qua being) yaitu keseluruhan kenyataan.
 Metafisika sebagai ilmu tertinggi yang mempunyai obyek paling luhur dan sempurna
dan menjadi landasan bagi seluruh adaan, yang mana ilmu ini sering disebut dengan
theologia. (Kees Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Kanisius, 1988),
hlm.154)

Kajian mengenai metafisika umumnya berporos pada pertanyaan mendasar mengenai


keberadaan dan sifat-sifat yang meliputi realitas yang dikaji. Pemaknaan mengenai metafisika
bervariasi dan setiap masa dan filsuf tentu memiliki pandangan yang berbeda. Secara umum
topik analisis metafisika meliputi pembahasan mengenai eksistensi, keberadaan aktual dan

4
karakteristik yang menyertai, ruang dan waktu, relasi antarkeberadaan seperti pembahasan
mengenai kausalitas, posibilitas, dan pembahasan metafisis lainnya.

B. Apa yang bisa dilakukan (etika), sejauh mana harapan (agama)

Menurut Kant (1956), dengan pemahaman terhadap virtue sebagai tujuan akhir dari pure
practical reason, maka norma moral mengarah pada agama. Norma moral mengarah pada
pengakuan terhadap kewajiban-kewajiban sebagai perintah Tuhan. Tuhan adalah Yang Maha
Sempurna secara moral, sehingga kehendak dan perintah-Nya juga sempurna secara moral.
Dengan adanya penyelarasan ini, akan diakuilah kewajiban terhadap perintah Tuhan. Inilah
yang oleh Kant diakui sebagai awal mula agama.

Pandangan ini membawa implikasi bahwa moralitaslah yang mengarahkan manusia pada
agama, sebab moralitas lebih dahulu ada daripada agama. Pandangan Kant tentang agama
banyak dipengaruhi oleh keyakinannya akan keterbatasan akal teoritis (pure reason) dalam
mengungkap misteri, Tuhan, dan alam ghaib (metarasional), bila seorang bersikukuh untuk
menggunakan pure reason dalam memahami, misalnya, wahyu atau teks agama (seperti
adanya Tuhan), maka akan terjebak pada “paralogisme”. Oleh sebab itu, bagi Kant
memahami teks kitab suci harus dilihat urgensinya secara moral. Sebab, agama tidak akan
ada gunanya bila tidak dapat bernilai moral.

Untuk mempertegas pandangannya tentang kaitan agama dengan moral, Kant


memperkenalkan apa yang disebut dengan agama sejati (true religion), yaitu agama yang
menyatakan di dalam kewajiban harus memandang Tuhan sebagai Sang Pemberi hukum
universal yang harus dihormati. Menghormati Tuhan berarti telah menaati hukum moral,
yakni bertindak sesuai kewajiban sebagai perintah-Nya.

Jadi Etika diperlukan untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan manusia. Secara
metodologis, etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Sehingga etika merupakan suatu ilmu dengan objeknya adalah tingkah laku manusia
dengan sudut pandang normatif,

Sedangkan agama bisa diargumentasikan yaitu secara logis dapat dibela kearena unsur-unsur
ajrannya dapat diterima oleh akal sehat serta agama itu memberikan makna dalam kehidupan
yaitu manusia terjaga dari keputusasaan dan menghilangkan asumsi tak bermaknanya hidup,
agama merupakan pemberian harapan dari semua permasalahan hidup manusia, karena dalam

5
ajarannya untuk selalu optimis bahwa pasti semua ada hikmahnya dari setiap kejadian dalam
kehidupan ini.

Jadi antara Etika atau moral itu saling berkaitan satu sama lain, karena agama tanpa moral itu
akan sia-sia.

C. Apakah manusia (antropologi)

Aritoteles (384-322) menyatakan bahwa manusia meruakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Tubuh dan jiwa hanya merupakan dua segi dari manusia yang satu. Pada saat
manusia mati, baik tubuh maupun jiwa, mati.

Descartes (1596-1650) menegaskan bahwa tubuh dan jiwa adalah dua hal yang sangat
berbeda dan harus dipisahkan. Tubuh adalah suatu mesin yang terdiri dari bagian-bagian
yang kompleks. Dan jiwa adalah sesuatu yang tidak berbagi, tidak terbatasi oleh ruang dan
waktu. Jiwa ditandai oleh berfkir.

Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Antropologi berasal dari kata Yunani ( anthropos)
yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian
"bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang mempelajari
manusia. Dalam melakukan kajian terhadap manusia, antropologi mengedepakan dua konsep
penting yaitu: holistik dan komparatif. Karena itu kajian antropogi sangat memperhatikan
aspek sejarah dan penjelasan menyeluruh untuk menggambarkan manusia melalui
pengetahuan ilmu sosial ilmu hayati (alam), dan juga humaniora.

Antropologi lahir atau berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat
istiadat, dan budaya etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa.
Pada saat itu kajian antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di suatu kawasan
geografis yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup
yang sama. Namun demikian dalam perkembangannya, ilmu antropologi kemudian tidak lagi
hanya mempelajari kelompok manusia tunggal yang mendiami suatu wilayah geografis yang
sama. Kajian-kajian antropologi mengenai isu-isu migrasi misalnya kemudian melahirkan
penelitian-penelitian etnografis multi-situs. Hal ini terjadi karena dalam perkembangannya,
pergerakan manusia baik dalam satu kawasan regional tertentu hingga dalam cakupan global
adalah fenomena yang semakin umum terjadi.

6
UAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

REVIEW BUKU

WHY LOOK UNDER THE HOOD ?

MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(Ahmad Nur Aziz W100170027)

Judul Buku : The Philosophy of Economics: An Anthology 3rd Edition


Judul Bab : Why Look Under the Hood ?
Penulis : Daniel M Hausmen
Penerbit : Cambridge University Press, New York www.cambridge.org
ISBN : 978-0-511-37141-7

A. Tentang Pengarang :
Daniel M. Hausman (1947) adalah Profesor Filsafat di Universitas Wisconsin
Madison. Dia menerima gelar Ph.D. dari Columbia University, dan ia menulis terutama
tentang isu-isu metodologi ekonomi dan teori kausalitas.

B. Review Artikel “Why Look Under the Hood ?” :


Dalam buku ini artikel Why Look Under the Hood ?, menurut Milton Friedmen
(1953) “Tujuan akhir dari sains positif adalah pengembangan pertanda 'teori' atau 'hipotesis'
yang menghasilkan valid dan bermakna (yaitu, tidak truistik) prediksi tentang fenomena yang
belum teramati ”, ini adalah tesis sentral instrumentalisme. Tapi dari perspektif instrumentalis
standar, di mana semua konsekuensi diamati dari teori yang signifikan, adalah mustahil untuk
mempertahankan klaim sentral Friedman bahwa asumsi riil tidak relevan dengan penilaian
teori ilmiah. Untuk asumsi ekonomi yang dapat diuji, dan instrumentalis standar tidak akan
memberhentikan disconfirmations jelas. Memang, perbedaan antara asumsi dan implikasi
dangkal. Hasil survei yang dilaporkan oleh Richard Lester dan lain-lain, yang Friedman
menemukan tidak relevan dan salah berkepala (pp. 15, 31f),
Tapi, seperti Lawrence Boland (1979), Daniel berpendapat bahwa Friedman bukan
instrumentalis standar, menurutnya ayat-ayat yang harus dipertimbangkan adalah sebagai
berikut :

7
 Dilihat sebagai badan hipotesis substantif, teori adalah untuk dinilai oleh daya
prediksi untuk kelas fenomena yang dimaksudkan untuk “menjelaskan.” (Hlm. 8-9)
 Untuk tes ini [prediksi] untuk menjadi relevan, fakta menyimpulkan harus tentang
kelas fenomena hipotesis ini dirancang untuk menjelaskan; (Pp. 12-13)
 Tes yang menentukan adalah apakah hipotesis bekerja untuk fenomena itu
dimaksudkan untuk menjelaskan. (P. 30)1
Ada satu sisi poin dimana Friedman menolak perhatian instrumentalis standar dengan
semua prediktif dari teori. Sebuah alat yang baik tidak perlu menjadi perangkat serbaguna.
Friedman menyatakan bahwa tujuan ekonomi adalah “sempit keberhasilan prediktif” “ kelas
fenomena hipotesis dirancang untuk menjelaskan” prediksi yang benar hanya untuk survei
Lester tidak relevan karena hasil mereka tidak di antara fenomena bahwa teori perusahaan
adalah dirancang untuk menjelaskan. Hanya pada alasan ini, banyak ekonom
memberhentikan penyelidikan ke dalam apakah klaim teori pilihan konsumen benar individu.
Daniel menyarankan agar Friedman menggunakan pandangan ini bahwa sains
bertujuan pada keberhasilan dictive sebagai premis dalam argumen implisit berikut:
(1) Sebuah hipotesis yang baik memberikan prediksi yang valid dan bermakna
mengemukakan kelas fenomena yang dimaksudkan untuk dijelaskan. (Premis)
(2) Satu-satunya uji apakah hipotesis adalah hipotesis yang baik adalah apakah ia
menyediakan prediksi yang valid dan bermakna mengenai kelas fenomena itu
dimaksudkan untuk menjelaskan.2 (Invalidly dari 1)
(3) Setiap fakta lain tentang hipotesis, termasuk apakah asumsi-asumsi yang realistis,
tidak relevan dengan penilaian ilmiah. (Trivial dari 2)
Jadi, jika (1) kriteria teori yang baik adalah keberhasilan prediksi sempit, maka pasti
(2) ujian teori yang baik adalah keberhasilan prediksi sempit, dan klaim Friedman bahwa
realisme asumsi tidak relevan berikut sepele. Ini adalah argumen menggoda dan persuasif.
Tapi itu adalah keliru. (2) tidak benar dan tidak mengikuti dari (1). Untuk melihat mengapa,
mempertimbangkan argumen analog berikut (3 ) Apapun satu menemukan dengan membuka
kap mesin dan memeriksa komponen tingkat sepa- dari mobil bekas tidak relevan untuk
penilaian nya. (Trivial dari 2 )
Dalam buku ini pada teori no 3 adanya sebuah ketidakpercayaan, Apa yang salah
dengan argumen? Ini mengasumsikan bahwa tes jalan adalah tes konklusif kinerja mobil
masa depan. Jika asumsi ini benar, jika mungkin (dan murah) untuk melakukan pemeriksaan
total kinerja mobil bekas untuk seluruh masa depan, maka memang akan ada gunanya

8
mencari di bawah tenda. Karena kita akan tahu segala sesuatu tentang kinerjanya, yang
semua kita peduli. Tapi tes jalan hanya menyediakan contoh kecil dari kinerja ini. Dengan
demikian seorang mekanik yang menguji mesin dapat memberikan informasi yang relevan
dan berguna. input montir sangat penting ketika seseorang ingin menggunakan mobil dalam
keadaan baru dan ketika mobil rusak. Jelas salah satu menginginkan mekanik yang masuk
akal yang mencatat bukan hanya bahwa komponen yang digunakan dan tidak sempurna,
Demikian pula, mengingat pandangan Friedman dari tujuan ilmu pengetahuan, tidak
akan ada gunanya memeriksa asumsi teori jika hal itu mungkin untuk melakukan “total”
penilaian kinerja sehubungan dengan fenomena itu dirancang untuk menjelaskan. Tapi satu
tidak dapat membuat penilaian semacam itu. Memang, titik teori adalah untuk membimbing
kita dalam keadaan di mana kita belum tahu apakah prediksi yang benar. Ada demikian
banyak yang dapat dipelajari dengan memeriksa komponen (asumsi) dari teori dan “tidak
relevan” prediksi. pertimbangan tersebut dari “realisme” dari asumsi ini sangat penting ketika
memperluas teori dengan keadaan baru atau ketika merevisi itu dalam menghadapi kegagalan
prediksi. Sekali lagi apa yang relevan bukanlah apakah asumsi yang sempurna benar, tetapi
apakah mereka adalah perkiraan yang memadai dan apakah kepalsuan mereka cenderung
peduli untuk tujuan tertentu. Mengatakan ini tidak kebobolan kasus Friedman. Lebar,
keberhasilan prediksi tidak sempit merupakan alasan untuk menilai apakah asumsi teori ini
adalah perkiraan yang memadai. Fakta bahwa program komputer bekerja dalam beberapa
kasus tidak membuat studi tentang algoritma dan kode berlebihan atau tidak relevan.
Ada butir kebenaran dalam pembelaan teori Friedman yang mengandung asumsi yang
tidak realistis. Untuk beberapa kegagalan asumsi mungkin tidak relevan. Sama seperti AC
yang berfungsi buruk tidak signifikan untuk kinerja mobil di Alaska, begitu juga kepalsuan
asumsi ketidakterpisahan tak terbatas dalam hipotesis tentang pasar untuk biji-bijian dasar.
Mengingat Friedman sempit pandangan tujuan ilmu pengetahuan , realisme asumsi
mungkin sehingga kadang-kadang tidak relevan. Tapi ini sedikit kebijaksanaan praktis tidak
menunjang kesimpulan yang kuat pelabuhan Friedman bahwa hanya keberhasilan prediksi
sempit relevan dengan penilaian hipotesis.
Dalam buku ini dalam mencatat tiga kualifikasi tersebut yakni :
1. Kita kadang-kadang memiliki kekayaan informasi mengenai track record dari kedua
teori dan mobil bekas. Saya mungkin tahu bahwa teman saya mustang tua telah
berjalan tanpa masalah selama tujuh tahun terakhir. Semakin banyak informasi yang
kita miliki tentang kinerja, kalah penting adalah pemeriksaan yang terpisah dari

9
komponen. Namun tetap masuk akal untuk menilai asumsi atau komponen, terutama
dalam keadaan kerusakan dan ketika mempertimbangkan penggunaan baru.
2. Alat intelektual, tidak seperti alat mekanik, tidak aus. Tetapi jika salah satu belum
memahami hukum dasar yang mengatur materi pelajaran dan tidak sepenuhnya tahu
ruang lingkup hukum dan kondisi batas pada validitas mereka, maka generalisasi
adalah sebagai kemungkinan untuk memecah seperti alat fisik.
3. Lebih mudah untuk menafsirkan tes jalan dari sebuah studi ekonometrik. Kesulitan
pengujian di bidang ekonomi membuat semua lebih wajib untuk melihat di bawah
tenda.

Ketika teori atau mobil yang digunakan bekerja, adalah masuk akal untuk
menggunakannya meskipun ada kehati-hatian jika bagian-bagiannya belum diperiksa atau
tampak rusak. Tetapi kinerja yang diketahui dalam beberapa contoh tugas yang diberikan
bukanlah satu-satunya informasi yang relevan dengan penilaian yang akurat dari keduanya.
Ekonom harus (dan memang) melihat ke balik tudung kendaraan teoritis mereka. Ketika
mereka menemukan hal-hal yang memalukan di sana, mereka tidak boleh mengalihkan
pandangan mereka dan mengklaim bahwa apa yang mereka temukan tidak penting. Bahkan
jika semua orang peduli tentang keberhasilan prediktif dalam beberapa domain terbatas,
orang harus tetap prihatin tentang realisme asumsi hipotesis dan kebenaran dari prediksi yang
tidak relevan atau tidak penting.

C. Kesimpulan :
Dari reviewe artikel diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tujuan akhir dari sains positif adalah pengembangan pertanda 'teori' atau 'hipotesis'
yang menghasilkan valid dan bermakna (yaitu, tidak truistik) prediksi tentang
fenomena yang belum teramati.
2. Sebuah hipotesis yang baik memberikan prediksi yang valid dan bermakna
mengemukakan kelas fenomena yang dimaksudkan untuk dijelaskan.
3. Satu-satunya uji apakah hipotesis adalah hipotesis yang baik adalah apakah ia
menyediakan prediksi yang valid dan bermakna mengenai kelas fenomena itu
dimaksudkan untuk menjelaskan.
4. Setiap fakta lain tentang hipotesis, termasuk apakah asumsi-asumsi yang realistis,
tidak relevan dengan penilaian ilmiah.

10
D. Komentar :
Dalam artikel ini menjelaskan tentang paradigma sains positif. Tujuan dari sains
positif yang menjelaskan tentang pengembangan pertanda 'teori' atau 'hipotesis' yang
menghasilkan valid dan bermakna (yaitu, tidak truistik) prediksi tentang fenomena yang
belum teramati. Hal ini bisa dijadikan rujukan untuk melakukan sebuah riset dengan
menggunakan paradigma sains positif tentang riset ilmu ekonomi. Hipotesis yang baik dalam
artikel ini yakni apakah ia menyediakan prediksi yang valid dan bermakna mengenai kelas
dalam suatu fenomena itu dimaksudkan agar bisa dijelaskan .
Demikian pula, mengingat pandangan Friedman dari tujuan ilmu pengetahuan, tidak
akan ada gunanya memeriksa asumsi teori jika hal itu mungkin untuk melakukan “total”
penilaian kinerja sehubungan dengan fenomena itu dirancang untuk menjelaskan. Tapi satu
tidak dapat membuat penilaian semacam itu. Memang, titik teori adalah untuk membimbing
kita dalam keadaan di mana kita belum tahu apakah prediksi yang benar. Ada demikian
banyak yang dapat dipelajari dengan memeriksa komponen (asumsi) dari teori dan “tidak
relevan” prediksi. pertimbangan tersebut dari “realisme” dari asumsi ini sangat penting ketika
memperluas teori dengan keadaan baru atau ketika merevisi itu dalam menghadapi kegagalan
prediksi. Sekali lagi apa yang relevan bukanlah apakah asumsi yang sempurna benar, tetapi
apakah mereka adalah perkiraan yang memadai dan apakah kepalsuan mereka cenderung
peduli untuk tujuan tertentu.

11

Anda mungkin juga menyukai