Anda di halaman 1dari 15

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Blok Penyakit Oral Diagnosa dan

Rencana Perawatan pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

LAPORAN SKILL LAB ORAL DIAGNOSA


KLINIK PERIODONSIA

Disusun Oleh :
Kelompok I

Pembimbing : drg. Peni Pujiastuti, M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2014
ANGGOTA KELOMPOK VI :

1. Inetia Fluidayanti (NIM : 121610101001)


2. Yuni Aisyah Putri (NIM : 121610101006)
3. Medina Nanda Utami (NIM : 121610101007)
4. Nazala Zetta Zettira (NIM : 121610101011)
5. Rina Wahyu Hardiana (NIM : 121610101012)
6. Gita Putri Kencana (NIM : 121610101013)
7. Hayyu Safira Fuadillah (NIM : 121610101014)
8. Bimasakti Wahyu Irianto (NIM : 121610101074)
9. Haris Mega Prasetyo (NIM : 121610101076)
10. Windhi Tutut M (NIM : 121610101088)
11. Rio Faisal Ariady (NIM : 121610101095)
12. Aisyah Gediani (NIM : 121610101098)
13. Ilvana Ardi W (NIM : 121610101099)
14. Niken Wibawaningtyas (NIM : 121610101105)
15. Nungky Tyas Susanti (NIM : 121610101106)
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Laporan
Skillab Oral Diagnosa” dengan tepat waktu dan tanpa suatu halangan apapun.
Laporan ini kami buat sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami
materi tentang oral diagnosa. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Peni Pujiastuti, M.Kes. yang telah memberikan waktu untuk menjadi
pembimbing kami dalam skillab klinik periodonsia.
2. Anggota kelompok I yang telah berperan aktif, dalam diskusi maupun
pembuatan laporan skillab ini.
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan skillab
ini.
Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan laporan kami untuk itu
kami mohon maaf apabila dalam laporan ini ada kesalahan baik dalam isi maupun
sistematika. Karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.Kami juga berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk pendalaman
pada Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan.
Jember, April 2014

Penulis
PEMBAHASAN

Identitas Pasien

Nama : Nn. Eni Rukmawati

Pekerjaan/Telp: Mahasiswa

Alamat/Telp : Jalan Mastrip No. 53

Umur : 20 tahun

Kelamin : Perempuan

Hasil Pemeriksaan

A. Subjective
Berdasarkan pemeriksaan subjective yang didapatkan dari anamnesa
terhadap pasien, didapatkan kebiasaan waktu dan cara menggosok gigi yang salah
yaitu menggosok gigi secara horizontal pada gigi depan dan vertical pada gigi
belakang, selain itu pasien juga mengunyah pada salah satu sisi. Kebiasaan ini
tentunya bisa jadi merupakan factor predisposisi yang menyebabkan secara klinis
adanya resesi gingiva pada gigi anterior pasien dan plak yang menumpuk pada
salah satu sisi dari gigi pasien. Cara dan waktu menyikat gigi yang salah juga bisa
menyebabkan menumpuknya plak hingga kalkulus pada gigi pasien, khususnya
gigi anterior di sisi lingual. Hal-hal inilah yang juga bisa memperparah kondisi
mudah berdarah pada pasien pada saat menyikat pada gigi, bahkan hingga
berdarah spontan pada gusinya.
Anamnesa juga melibatkan riwayat kesehatan umum pasien, dimana
pasien menceritakan pasien pernah opname karna sakit tipus saat di sekolah dasar.
Namun, hal ini tidak berhubungan dengan keluhan utama pasien karena pasien
mengatakan keluhan utama gusi berdarah di mulai sejak ia sekolah menengah.
Jadi kami menyimpulkan sakit yang pernah di derita pasien bukan merupakan
factor yang memperparah keluhan pasien.

B. Objective
Pemeriksaan objective pasien dimulai dari pemeriksaan keadaan umum
pasien, yaitu kondisi fisik serta tanda-tanda vital. Hasil pemeriksaan kondisi
umum dan tanda vital pasien didapatkan hasil yang normal. Hanya saja tekanan
darah pasien agak rendah, namun menurut kami, hal ini tidak berkaitan dengan
keluhan yang dialami pasien.
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan ekstra oral dan di dapatkan hasil
normal, dimana pasien tidak mengalami asimetri wajah, kelainan TMJ dan
pembengkakan kelenjar limfe. Hal ini menunjukan tidak ada perluasan infeksi
pada pasien.
Kemudian dilakukan pemeriksaan intra oral untuk mengetahui kondisi
rongga mulut pasien. Dimulai dari pemeriksaan menggunakan indeks CPITN
untuk mengetahui gambaran tingkat kondisi jaringan periodontal pasien. Dari
pemeriksaan CPITN didapatkan hasil skor terbesar yaitu 3 pada sextan 5. Dimana
indeks ini menunjukan selain adanya gusi berdarah dan kalkulus juga adanya
pocket dangkal sedalam 4-5 mm. Dari indeks ini kita juga bisa menentukan
perawatan pada pasien yaitu, jika indeksnya 3 maka perawatan yang dibutuhkan
adalah OHI (Oral Hygine Instruction) dan Calculus removal and scalling.
Hasil penggunaan indeks CPITN adalah sebagai berikut :

0 2 0

2 3 2 Keterangan :
0 : periodonsium sehat
1 : terdapat pendarahan setelah probing
2 : terdapat kalkulus supra atau subgingiva atau timbunan plak di sekeliling
margin gingiva, tidak terdapat poket dengan kedalaman lebih dari 3 mm.
3 : terdapat poket 4 atau 5 mm .
4 : terdapat poket lebih dari 6 mm.
* : terdapat keterlibatan daerah furkasio atau terdapat loss attachment >7
mm.

Indeks kalkulus dan stain :


B X 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 X
RA
P X 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 X

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
L X 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 X
RB
B X 0 0 0 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 0 X

Keterangan :

Skor 1 : kalkulus 1/3 gigi

Skor 2 : kalkulus 2/3 gigi

Skor 3 : kalkulus di seluruh gigi

Debris skor / Calculus skor = jumlah nilai debris / kalkulus


jumlah gigi yg diperiksa

Skor CSI =

= 0,93
KRITERIA SKOR OHI–S:
Skor 0 – 1,2 = baik (good)
Skor 1,3 – 3,0 = sedang (fair)
Skor 3,1 – 6,0 = buruk (poor)
Skor CSI pasien adalah 0,93
Jadi, keadaan oral hygiene pasien cukup bagus karena masuk kategori baik.
Pencatatan indeks ini dimaksudkan untuk menilai status kalkulus dan stain
untuk keperluan penilaian tindakan scaling. Pemeriksaan dilakukan pada semua
gigi, baik pada permukaan fasial maupun lingual, kriteria yang digunakan
merupakan modifikasi dari kriteria OHI (Oral Hygiene Index Green Varmilion),
perbedaannya adalah stain tidak termasuk pada kriteria debri melainkan pada
kriteria kalkulus.
Berikut ini adalah peta keadaan gigi dan jaringan periodontal pada rongga
mulut pasien :

Rahang Bawah bagian Fasial Kondisi Gigi

Gigi 43 - Malposisi
- Kontak proksimal tidak baik
Gigi 42 - Malposisi
- Kontak proksimal tidak baik
Gigi 41 - Malposisi
- Tidak ada kontak proksimal pada gigi 13
Gigi 31 - Tidak ada kontak proksimal pada gigi 23 dan
gigi 14
Gigi 32 - Malposisi
- Kontak proksimal tidak baik
Gigi 36 - Terdapat trauma oklusi
Gigi 37 - Gigi karies

Rahang Bawah Bagian Kondisi Gigi


Lingual

Gigi 46 - Karies
Gigi 44 - Malposisi
- Kontak proksimal tidak baik
Gigi 43 - Kontak proksimal tidak baik
Gigi 41 - Tidak ada kontak proksimal dengan gigi 31
Gigi 31 - Tidak ada kontak proksimal dengan gigi 32
dan 41
Gigi 32 - Tidak ada kontak proksimal dengan gigi 31
Gigi 34 - Malposisi
Kontak proksimal tidak baik
Gigi 35 - Karies
Gigi 36 - Karies
Diagnosa dan Dasar Pertimbangan

1. Diagnosa
Diagnosa suatu penyakit periodontal ditegakkan melalui anamnesa yang
meliputi keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat dental. Kemudian
pemeriksaan keadaan umum, ekstra oral, intra oral dan tanda dan gejala klinis yg
tampak serta pemeriksaan penunjang lainnya yang dibutuhkan, yang pada
akhirnya diidentifikasi menjadi suatu penyakit. Penegakkan diagnosis haruslah
cermat dan sistematik karena keberhasilan suatu rencana perawatan tergantung
pada penegakkan diagnosis penyakit yang tepat.
Pada pemeriksaan pada pasien didapatkan hasil sebagai berikut :
 Pada pemeriksaan keadaan umum tidak ditemukan adanya kelainan, pasien
dalam kondisi normal. Pada pemeriksaan tanda vital, respirasi, denyut nadi,
suhu dalam kondisi normal, tetapi tekanan darah rendah yaitu 90/80.
Namun secara keseluruhan kondisi pasien baik, sehat dan normal.
 Pada pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan ada asimetri wajah,
pembengkakan dan perubahan warna.
 Pada pemeriksaan intra oral menggunakan indeks CIPTN pada 6 regio
didapatkan hasil dengan skor 0;2;0;2;3;2
 Menggunakan indeks kalkulus dan stain didapatkan hasil 0,93 sehingga
kondisi oral hygiene pasien cukup bagus karena termasuk kategori baik
 Pemeriksaan gigi dan periodontal rahang atas :
Pemeriksaan jaringan periodonsium sisi bukal dan lingual rahang atas
didapatkan hasil normal dengan tekstur dan kontur normal, tidak ada
kemerahan, serta BOP negatif.
 Pemeriksaan gigi dan periodontal rahang bawah :
Pada pemeriksaan rahang bawah, sisi bukal rahang bawah, bagian anterior
berwarna merah, bagian posterior berwarna coral pink. Terlihat adanya
perubahan kontur gingival interdental yang membulat, tidak ada tekstur
stippling, adanya odem pada papila interdentaal gigi 31,32,41,42 yakni
regio anterior rahang bawah, konsistensi kenyal, disertai pemeriksaan PD 1
mm pada gigi 36 dan 37. PD 2 mm pada gigi 46, 47, 31, 32. PD 3 mm pada
gigi 35. PD 3,5 mm pada gigi 45, 44, 43, 42, 41, 33, 34, dan seluruhnya
BOP positif kecuali pada gigi 34. Adanya penurunan margin gingiva pada
gigi 43, 42, 41,3 1, 32, 33, 35, 45, 46.
Pada pemeriksaan rahang bawah, sisi lingual rahang bawah, bagian anterior
gingiva berwarna merah pucat dengan kontur membulat, dan konsistensi
kenyal. Bagian posterior gingiva berwarna merah pucat dengann kontur
normal dan konsistensi keras. Adanya penuruan margin gigiva pada 31, 32,
41, 42. Adanya BOP pada gigi 45, 44, 43, 42, 41, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37.
PD 1 mm pada gigi 45, 42, 31,32, 33, 34, 35. PD 2 mm pada gigi 46 dan
41. PD 3,5 mm pada gigi 47, 44, 43, 36, 37.

Setelah melakukan tahapan pemeriksaan secara umum, pemeriksaan ekstra


oral, dan pemeriksaan intra oral serta melihat riwayat kesehatan pasien, maka
diagnosis yang kami dapatkan adalah pasien menderita periodontitis kronis.
Periodontitis kronis adalah kondisi infeksi dan kerusakan pada jaringan
penyangga yang terjadi dikarenakan oleh kebersihan mulut yang tidak terjaga
(penumpukan plak dan kalkulus) dengan ciri khas yaitu adanya akumulasi plak
dan kalkulus yang banyak, terbentuk poket yang menyebabkan peradangan
berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi
menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut. Karekteristik periodontitis dapat
dilihat dengan adanya inflamasi gingiva, pembentukan poket periodontal,
kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian
atau seluruh gigi.
2. Dasar Pertimbangan
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi yang paling
sering dijumpai di seluruh dunia termasuk masyarakat di Indonesia. Beberapa
penelitian terbaru menunjukkan bahwa terdapat empat faktor risiko terbesar
hilangnya gigi akibat penyakit periodontal yaitu umur pasien, frekuensi merokok,
diabetes melitus, kebersihan rongga mulut yang buruk dan stress. Penelitian lain
juga menghubungkan antara penyakit periodontitis dengan faktor-faktor risiko
seperti jenis kelamin,ras, pendidikan, penghasilan, lingkungan, letak
geografis,merokok, gangguan endokrin, malnutrisi, PMN abnormal, genetik,reaksi
obat, indeks massa tubuh dan sosioekonomi.
Dasar pertimbangan keadaan pada pasien dinyatakan dalam katagori
periodontitis kronis adalah :
→ adanya akumulasi, retensi dan maturasi dari plak,
→ kalkulus yang terdapat pada gingiva tepi dan yang over kontur,
→ impaksi makanan yang menyebabkan terjadinya kedalaman poket,

→ adanya inflamasi gingiva sampai terjadi kerusakan ligamen periodontal.

Prognosa dan Dasar Pertimbangan

Prognosa dalam bidang kedokteran gigi ditentukan setelah tahap diagnose


sebelum rencana perawatan, meskipun pada beberapa kasus prognosa bisa
ditentukan sebelum diagnose ketika pasien datang dengan kondisi komplikasi dan
keadaan umum yang buruk. Pada dasarnya prodnosa dalam bidang kedokteran
gigi dibagi menjadi 6,yakni: excellent(sangat bagus), good(bagus), fair(sedang),
poor(buruk), questionable(dipertanyakan), dan hopeless(tidak ada harapan).
Pertimbangan penentuan dari prognosa tersebut adalah kondisi tulang alveolar,
kondisi gingival, cooperative pasien, krotrol etiologi, dan penyakit sistemik.
Menurut Hall Pertimbangan dari prognosa dibagi menjadi 3 kategori umum,
yakni:

a. Kondisi periodontal
Kondisi periodontal merupakan acuan yang banyak digunakan dalam
menentukan prognosa suatu kasius. Kondisi periodontal ini meliputi
kondisi perlekatan, probing dept(PD),kehilangan tulang, keterlibatan
furkasi, kegoyangan gigi.
b. Kondisi restorative
Karies, fraktur dentoalveolar, rasio mahkota-akar, posisi dalam lengkung
gigi
c. Kondisi oklusal
Kondisi ini meliputi keadaan gigi yang maloklusi atau malposisi yang
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu prognosa pada perawatan. Pada
perawatan di bidang periodonsia, gigi yang malposisi sehingga terjadi
crowded akan menyebabkan kontrol plak pada pasien terganggu dan dari
plak gigi bisa berkembang menjadi kalkulus yang nantinya menyebabkan
munculnya penyakit periodontal.
d. Kondisi pasien
Kebutuhan estetik pasien, psikologi pasien, adanya penyakit sistemik yang
diderita, kebiasaan buruk pasien, dan financial pasien.

Selain dari hal- hal yang tela disebutkan di atas, menurut buku Crtical
Decision in periodontology dasar pertimbangan yang menentukan prognosa dari
pasien perio juga meilputi antara lain :

1. Umur merupakan faktor yang signifikan untuk dijadikan pertimbangan


dalam suatu perawatan dalam kasus terjadinya kelainan dalam bidang
perio. Pada umumnya pasien yang lebih muda memiliki prognosis yang
lebih buruk dibanding dengan pasien yang lebih berumur. Selain itu
kelainan periodontal pada pasien muda memiliki progressivitas penyakit
yang lebih tinggi sehingga menimbulkan prognosis yang lebih buruk.
2. Skill dan pengalaman dari seorang dokter gigi juga memiliki peranan
dalam prognosis pasien nantinya. Dokter gigi yang memiliki skill bagus
dan pengalaman yang cukup banyak dalam menangani kasus yang sedang
dihadapi pasien akan cenderung memberikan prognosis yang bagus
nantinya pada kasus pasien.
3. Kondisi medis dari pasien memiliki andil juga dalam prognosis pasien.
Pasien dengan kondisi buruk dan didukung oleh kelainan sistemik
memiliki prognosis dalam suatu rencana perawatan. Misal pada pasien
yang mengidap diabetes meilitus apalagi yang tidak terkontrol maka akan
menimbulkan kerusakan yang lebih progressiv sehingga memberikan
prognosa yang buruk nantinya.
4. Isapan nutrisi yang buruk dari pasien juga berpengaruh terhadap
prognosis. Dengan buruknya status gizi pasien akan memperlambat dan
memperparah proses regenerasi dan imunita tubuh dalam melawan
penyakit yang ada.
5. Diet yang buruk, disini dikandung maksud seperti konsumsi alkohol, roko
dan obat-obatab yang dilakukan pasien akan meningkatkan tingkat
keburukan prognosis dari pasien.

Dari dasar pertimbangan diatas, prognosa “sangat baik” ditegakkan


bila seluruh kondisi yang ada dalam kondisi sehat, tidak ditemukannya kondisi
patologi. “baik” ketika tulang alveolar serta etiologi penyebab gingivitis
adekuat,pasien cooperative,tetapi kondisi sistemik tidak menjadi faktor resiko
kondisi tersebut. Prognosa “sedang” ketika terjadi kerusakan tulang alveolar yang
melibatkan furkasi gigi posterior disertai kegoyangan gigi, serta penyakit sistemik
yang ikut andil memperparah kondisi tersebut. Prognosa “ buruk” kerusakan
tulang alveolar melibatkan kerusakan furkasi grade 2 dan grade 3, cooperative
pasien buruk, dan faktor resiko kondisi penyakit sistemik. Progonsa
“dipertanyakan” ketika penyakit sistemik tersbut membuat operator tidak mampu
menjangkau area perawatan sehingga kondisi disekitarnya masih menjadi
pertanyaaan, dan kondisi kerusakan yang menyeluruh. Prognosa “ tidak ada
harapan” adalah kondisi gigi yang menjadi indikasi pencabutan, yakni gigi fraktur
vertical akar dengan karies berkembang, gigi mobilitas derajat 3 dengan
keterlibatan furkasi grade2.

Nona Ekni Rumawati yang merupakan pasien klinik periodonsia ini, kami
anggap memiliki prognosa yang bagus. Prognosa bagus yang ditegakkan pada
pasien didasarkan pertimbangan pada pengetahuan tinjauan pustaka diatas yang
disesuaikan dengan kondisi pasien, yang didaptkan hasil:

 Pasien menderita gingivitis, ditandai adanya perubahan kontur gingival


interdental yang membulat, disertai pemeriksa PD dan BOP positif. Maka
prognosa pasien bukan sangat baik.
 Pasien memiliki tulang alveolar yang adekuat, ditandai dengan tidak ada
derajat kegoyangan pada gigi tersebut. Hal ini didukung dari pemeriksaan
PD yang bekisar antara 3-4mm.
 Pasien cooperative, terlihat dalam proses anamnesa pasien yang mau
menceritakan keluhannya serta kemudahan dalam menggali informasi.
Control etiologi pasien dikatakan baik, karen pasien menyikat giginya 3
kali sehari ( pagi saat mandi, sore saat mandi, dan sebelum tidur),
meskipun teknik penyikatan dan waktu sikat gigi kurang tepat.
 Tidak adanya penyakit sistemik yang memperparahan kondisi rongga
mulut.
 Faktor etiologi yang dapat dikontrol. Bedasarkan hasil pemeriksaan, nona
Eni menderita gingivitis disebabkan adanya faktor bakteri pada plak dan
kalkulus. Hal ini didukung dari tidak adanya riwayat penyakit sistemik,
sehingga prognosa akan menjadi baik ketika faktor etiologi dihilangkan.

Rencana Perawatan

Rencana perawatan dalam bidang periodonsia ditegakkan setelah


penegakan prognosa, yang terbagi menjadi beberapa tahap, yakni tahap
prelaminari yang meliputi kasus emergensi, tahap etiotropik, tahap bedah, tahap
restorative dan tahap pemeliharaan. Dimana tiap akhir tahap perawatan dilakukan
evaluasi sebelum melanjutkan ke tahap perawatan selanjutnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan obyektif dan subyektif, pasien didiagnosa


mengalami periodontitis kronis. Berdasarkan hasil pemeriksaan keadaan umum
pasien, keadan pasien saat ini tidak tergolong kasus emergensi, sebab pasien tidak
mengeluh sakit dan dalam kondisi kesehatan normal ketika datang.

Dari pertimbangan diatas, rencana perawatan yang pertama kali dilakukan


ialah DHE, sebab dari pemeriksaan klinis dijumpai pasien memiliki index
kalkulus cukup banyak pada permukaan lingual gigi. Hal ini dapat
dipertimbangkan bahwa kontrol plak oleh pasien kurang adekuat. Kontrol plak
yang kurang adekuat ini kemungkinan dapat disebabkan cara menyikat gigi yang
kurang tepat oleh pasien. Melalui DHE dapat dievaluasi cara pasien menyikat
gigi. DHE merupakan pendidikan kesehatan gigi dapat menambah pengetahuan
pasien dalam meningkatkan kebersihan gigi dan mulutnya. Melalui pendidikan
kesehatan gigi ini pula akan dapat meningkatkan kesadaran pasien akan
pentingnya menjaga kebersihan mulut serta merubah sikap dan perilaku pasien
dalam memelihara kebersihan mulutnya sehingga tidak terjadi reinfeksi ataupun
timbul penyakit gigi dan mulut lainnya setelah diberi perawatan yang akan
dilakukan. DHE ini meliputi:
1. Pemilihan Sikat Gigi yang Baik
2. Teknik Penyikatan Gigi Yang Baik dan Benar
3. Pembersihan Interdental
4. Diet
5. Kontrol Periodik

Rencana perawatan selanjutnya, ialah scalling. Meninjau keberadaan


kalkulus dan keluhan utama pasien yakni gusi mudah berdarah, maka perlu
dilakukan scalling supragingiva untuk mengurangi gingivitis dan perdarahan. Dari
hasil pemeriksaan kedalaman poket, dijumpai poket terdalam ialah 3,5 mm. Untuk
itu perlu juga dilakukan scalling subgingiva untuk reduksi kedalaman poket serta
mengurangi inflamasi gingiva. Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan mulut
yang tujuan utamanya membersihkan karang gigi. Peralatan yang biasa dipakai
adalah hands instruments scaler atau manual scaler, dan ultrasonic scaler. Manual
scaler mempunyai beberapa jenis yang bentuknya disesuaikan dengan anatomi
gigi dan letak kalkulus. Gigi pada pasien yang perlu dilakukan perawatan scalling
adalah pada gigi 31.

Dalam Buku Ajar Periodonti oleh Manson dan Eley dikatakan bahwa
apabila dijumpai kedalaman poket 4 mm atau lebih perlu dilakukan perawatan
tambahan, yakni root planning dengan atau tanpa kuratase subgingiva.
Berdasarkan hasil pemeriksaan probing depth pada seluruh region rahang bawah,
tidak dijumpai poket dengan kedalaman 4mm, sehingga perawatan tambahan
mungkin tidak perlu dilakukan. Namun, rencana perawatan awal ini nantinya
kemungkinan juga dapat berubah, tergantung hasil evaluasi setelah tahap
perawatan etiotropik. Jika hasil evaluasi menunjukkan kedalaman poket
bertambah bukan berkurang, kemungkinan perlu dilakukan perawatan tambahan.
Keberhasilan jangka panjang perawatan periodonti sangat bergantung pada
kontrol kebersihan mulut. Setelah dilakukan perawatan, pasien perlu melakukan
kontrol periodik 2-4 bulan sekali.

Daftar Pustaka

Manson, J.D, B.M Eley. 1993. Buku Ajar Periodonti. Alih bahasa Anastasia S.
Jakarta: Hipokrates

Carranza FA, Takei H., Newman MG.2002. Clinical Periodontology. 9th ed.
Philadelpia: WB. Saunder Co.

HALL W.B.2003 Critical Decisions In Periodontology, BC Decker Inc Hamilton.


London.4th Edition.

Samet Nachum,Jotkowitz Anna.Classification and Prognosis Evaluation of


Individual Teeth-A Comprehensive Approach.Quintessence international
Journal.Vol.40 number 5 May 2009

Anda mungkin juga menyukai