Laporan Skill Lab Perio Fix
Laporan Skill Lab Perio Fix
Disusun Oleh :
Kelompok I
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Laporan
Skillab Oral Diagnosa” dengan tepat waktu dan tanpa suatu halangan apapun.
Laporan ini kami buat sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami
materi tentang oral diagnosa. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Peni Pujiastuti, M.Kes. yang telah memberikan waktu untuk menjadi
pembimbing kami dalam skillab klinik periodonsia.
2. Anggota kelompok I yang telah berperan aktif, dalam diskusi maupun
pembuatan laporan skillab ini.
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan skillab
ini.
Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan laporan kami untuk itu
kami mohon maaf apabila dalam laporan ini ada kesalahan baik dalam isi maupun
sistematika. Karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.Kami juga berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk pendalaman
pada Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan.
Jember, April 2014
Penulis
PEMBAHASAN
Identitas Pasien
Pekerjaan/Telp: Mahasiswa
Umur : 20 tahun
Kelamin : Perempuan
Hasil Pemeriksaan
A. Subjective
Berdasarkan pemeriksaan subjective yang didapatkan dari anamnesa
terhadap pasien, didapatkan kebiasaan waktu dan cara menggosok gigi yang salah
yaitu menggosok gigi secara horizontal pada gigi depan dan vertical pada gigi
belakang, selain itu pasien juga mengunyah pada salah satu sisi. Kebiasaan ini
tentunya bisa jadi merupakan factor predisposisi yang menyebabkan secara klinis
adanya resesi gingiva pada gigi anterior pasien dan plak yang menumpuk pada
salah satu sisi dari gigi pasien. Cara dan waktu menyikat gigi yang salah juga bisa
menyebabkan menumpuknya plak hingga kalkulus pada gigi pasien, khususnya
gigi anterior di sisi lingual. Hal-hal inilah yang juga bisa memperparah kondisi
mudah berdarah pada pasien pada saat menyikat pada gigi, bahkan hingga
berdarah spontan pada gusinya.
Anamnesa juga melibatkan riwayat kesehatan umum pasien, dimana
pasien menceritakan pasien pernah opname karna sakit tipus saat di sekolah dasar.
Namun, hal ini tidak berhubungan dengan keluhan utama pasien karena pasien
mengatakan keluhan utama gusi berdarah di mulai sejak ia sekolah menengah.
Jadi kami menyimpulkan sakit yang pernah di derita pasien bukan merupakan
factor yang memperparah keluhan pasien.
B. Objective
Pemeriksaan objective pasien dimulai dari pemeriksaan keadaan umum
pasien, yaitu kondisi fisik serta tanda-tanda vital. Hasil pemeriksaan kondisi
umum dan tanda vital pasien didapatkan hasil yang normal. Hanya saja tekanan
darah pasien agak rendah, namun menurut kami, hal ini tidak berkaitan dengan
keluhan yang dialami pasien.
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan ekstra oral dan di dapatkan hasil
normal, dimana pasien tidak mengalami asimetri wajah, kelainan TMJ dan
pembengkakan kelenjar limfe. Hal ini menunjukan tidak ada perluasan infeksi
pada pasien.
Kemudian dilakukan pemeriksaan intra oral untuk mengetahui kondisi
rongga mulut pasien. Dimulai dari pemeriksaan menggunakan indeks CPITN
untuk mengetahui gambaran tingkat kondisi jaringan periodontal pasien. Dari
pemeriksaan CPITN didapatkan hasil skor terbesar yaitu 3 pada sextan 5. Dimana
indeks ini menunjukan selain adanya gusi berdarah dan kalkulus juga adanya
pocket dangkal sedalam 4-5 mm. Dari indeks ini kita juga bisa menentukan
perawatan pada pasien yaitu, jika indeksnya 3 maka perawatan yang dibutuhkan
adalah OHI (Oral Hygine Instruction) dan Calculus removal and scalling.
Hasil penggunaan indeks CPITN adalah sebagai berikut :
0 2 0
2 3 2 Keterangan :
0 : periodonsium sehat
1 : terdapat pendarahan setelah probing
2 : terdapat kalkulus supra atau subgingiva atau timbunan plak di sekeliling
margin gingiva, tidak terdapat poket dengan kedalaman lebih dari 3 mm.
3 : terdapat poket 4 atau 5 mm .
4 : terdapat poket lebih dari 6 mm.
* : terdapat keterlibatan daerah furkasio atau terdapat loss attachment >7
mm.
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
L X 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 X
RB
B X 0 0 0 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 0 X
Keterangan :
Skor CSI =
= 0,93
KRITERIA SKOR OHI–S:
Skor 0 – 1,2 = baik (good)
Skor 1,3 – 3,0 = sedang (fair)
Skor 3,1 – 6,0 = buruk (poor)
Skor CSI pasien adalah 0,93
Jadi, keadaan oral hygiene pasien cukup bagus karena masuk kategori baik.
Pencatatan indeks ini dimaksudkan untuk menilai status kalkulus dan stain
untuk keperluan penilaian tindakan scaling. Pemeriksaan dilakukan pada semua
gigi, baik pada permukaan fasial maupun lingual, kriteria yang digunakan
merupakan modifikasi dari kriteria OHI (Oral Hygiene Index Green Varmilion),
perbedaannya adalah stain tidak termasuk pada kriteria debri melainkan pada
kriteria kalkulus.
Berikut ini adalah peta keadaan gigi dan jaringan periodontal pada rongga
mulut pasien :
Gigi 43 - Malposisi
- Kontak proksimal tidak baik
Gigi 42 - Malposisi
- Kontak proksimal tidak baik
Gigi 41 - Malposisi
- Tidak ada kontak proksimal pada gigi 13
Gigi 31 - Tidak ada kontak proksimal pada gigi 23 dan
gigi 14
Gigi 32 - Malposisi
- Kontak proksimal tidak baik
Gigi 36 - Terdapat trauma oklusi
Gigi 37 - Gigi karies
Gigi 46 - Karies
Gigi 44 - Malposisi
- Kontak proksimal tidak baik
Gigi 43 - Kontak proksimal tidak baik
Gigi 41 - Tidak ada kontak proksimal dengan gigi 31
Gigi 31 - Tidak ada kontak proksimal dengan gigi 32
dan 41
Gigi 32 - Tidak ada kontak proksimal dengan gigi 31
Gigi 34 - Malposisi
Kontak proksimal tidak baik
Gigi 35 - Karies
Gigi 36 - Karies
Diagnosa dan Dasar Pertimbangan
1. Diagnosa
Diagnosa suatu penyakit periodontal ditegakkan melalui anamnesa yang
meliputi keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat dental. Kemudian
pemeriksaan keadaan umum, ekstra oral, intra oral dan tanda dan gejala klinis yg
tampak serta pemeriksaan penunjang lainnya yang dibutuhkan, yang pada
akhirnya diidentifikasi menjadi suatu penyakit. Penegakkan diagnosis haruslah
cermat dan sistematik karena keberhasilan suatu rencana perawatan tergantung
pada penegakkan diagnosis penyakit yang tepat.
Pada pemeriksaan pada pasien didapatkan hasil sebagai berikut :
Pada pemeriksaan keadaan umum tidak ditemukan adanya kelainan, pasien
dalam kondisi normal. Pada pemeriksaan tanda vital, respirasi, denyut nadi,
suhu dalam kondisi normal, tetapi tekanan darah rendah yaitu 90/80.
Namun secara keseluruhan kondisi pasien baik, sehat dan normal.
Pada pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan ada asimetri wajah,
pembengkakan dan perubahan warna.
Pada pemeriksaan intra oral menggunakan indeks CIPTN pada 6 regio
didapatkan hasil dengan skor 0;2;0;2;3;2
Menggunakan indeks kalkulus dan stain didapatkan hasil 0,93 sehingga
kondisi oral hygiene pasien cukup bagus karena termasuk kategori baik
Pemeriksaan gigi dan periodontal rahang atas :
Pemeriksaan jaringan periodonsium sisi bukal dan lingual rahang atas
didapatkan hasil normal dengan tekstur dan kontur normal, tidak ada
kemerahan, serta BOP negatif.
Pemeriksaan gigi dan periodontal rahang bawah :
Pada pemeriksaan rahang bawah, sisi bukal rahang bawah, bagian anterior
berwarna merah, bagian posterior berwarna coral pink. Terlihat adanya
perubahan kontur gingival interdental yang membulat, tidak ada tekstur
stippling, adanya odem pada papila interdentaal gigi 31,32,41,42 yakni
regio anterior rahang bawah, konsistensi kenyal, disertai pemeriksaan PD 1
mm pada gigi 36 dan 37. PD 2 mm pada gigi 46, 47, 31, 32. PD 3 mm pada
gigi 35. PD 3,5 mm pada gigi 45, 44, 43, 42, 41, 33, 34, dan seluruhnya
BOP positif kecuali pada gigi 34. Adanya penurunan margin gingiva pada
gigi 43, 42, 41,3 1, 32, 33, 35, 45, 46.
Pada pemeriksaan rahang bawah, sisi lingual rahang bawah, bagian anterior
gingiva berwarna merah pucat dengan kontur membulat, dan konsistensi
kenyal. Bagian posterior gingiva berwarna merah pucat dengann kontur
normal dan konsistensi keras. Adanya penuruan margin gigiva pada 31, 32,
41, 42. Adanya BOP pada gigi 45, 44, 43, 42, 41, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37.
PD 1 mm pada gigi 45, 42, 31,32, 33, 34, 35. PD 2 mm pada gigi 46 dan
41. PD 3,5 mm pada gigi 47, 44, 43, 36, 37.
a. Kondisi periodontal
Kondisi periodontal merupakan acuan yang banyak digunakan dalam
menentukan prognosa suatu kasius. Kondisi periodontal ini meliputi
kondisi perlekatan, probing dept(PD),kehilangan tulang, keterlibatan
furkasi, kegoyangan gigi.
b. Kondisi restorative
Karies, fraktur dentoalveolar, rasio mahkota-akar, posisi dalam lengkung
gigi
c. Kondisi oklusal
Kondisi ini meliputi keadaan gigi yang maloklusi atau malposisi yang
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu prognosa pada perawatan. Pada
perawatan di bidang periodonsia, gigi yang malposisi sehingga terjadi
crowded akan menyebabkan kontrol plak pada pasien terganggu dan dari
plak gigi bisa berkembang menjadi kalkulus yang nantinya menyebabkan
munculnya penyakit periodontal.
d. Kondisi pasien
Kebutuhan estetik pasien, psikologi pasien, adanya penyakit sistemik yang
diderita, kebiasaan buruk pasien, dan financial pasien.
Selain dari hal- hal yang tela disebutkan di atas, menurut buku Crtical
Decision in periodontology dasar pertimbangan yang menentukan prognosa dari
pasien perio juga meilputi antara lain :
Nona Ekni Rumawati yang merupakan pasien klinik periodonsia ini, kami
anggap memiliki prognosa yang bagus. Prognosa bagus yang ditegakkan pada
pasien didasarkan pertimbangan pada pengetahuan tinjauan pustaka diatas yang
disesuaikan dengan kondisi pasien, yang didaptkan hasil:
Rencana Perawatan
Dalam Buku Ajar Periodonti oleh Manson dan Eley dikatakan bahwa
apabila dijumpai kedalaman poket 4 mm atau lebih perlu dilakukan perawatan
tambahan, yakni root planning dengan atau tanpa kuratase subgingiva.
Berdasarkan hasil pemeriksaan probing depth pada seluruh region rahang bawah,
tidak dijumpai poket dengan kedalaman 4mm, sehingga perawatan tambahan
mungkin tidak perlu dilakukan. Namun, rencana perawatan awal ini nantinya
kemungkinan juga dapat berubah, tergantung hasil evaluasi setelah tahap
perawatan etiotropik. Jika hasil evaluasi menunjukkan kedalaman poket
bertambah bukan berkurang, kemungkinan perlu dilakukan perawatan tambahan.
Keberhasilan jangka panjang perawatan periodonti sangat bergantung pada
kontrol kebersihan mulut. Setelah dilakukan perawatan, pasien perlu melakukan
kontrol periodik 2-4 bulan sekali.
Daftar Pustaka
Manson, J.D, B.M Eley. 1993. Buku Ajar Periodonti. Alih bahasa Anastasia S.
Jakarta: Hipokrates
Carranza FA, Takei H., Newman MG.2002. Clinical Periodontology. 9th ed.
Philadelpia: WB. Saunder Co.