KELEBIHAN:
Udara Segar
Kehidupan di desa masih tergantung dengan pertanian. Oleh karena banyaknya tumbuhan,
ditambah tidak adanya gedung tinggi berjejer, membuat udara segar dengan bebas masuk ke
celah-celah ventilasi rumah kita. Sehingga tanpa AC pun kita sudah mendapatkan angin segar
yang alami.
Bebas Polusi
Lokasi yang jauh dari perkotaan, menjadikan tidak adanya kebisingan, bau asap kendaraan, steril
nya sungai dari limbah pabrik. Itulah sebabnya tingkat stres penduduk perkotaan lebih tinggi dari
penduduk desa. Bukankah yang dicari manusia adalah kebahagiaan?
Budaya Gotong-Royong
Kehidupan di desa masih kental dengan budaya gotong-royong nya, sehingga tidak perlu terlalu
banyak uang untuk membangun rumah, jalan, jembatan, maupun infrastruktur lainnya. Dalam
mengadakan acara, mereka juga saling bantu-membantu, acara pernikahan misalnya, para
tetangga akan datang sendirinya tanpa diundang sekalipun.
Pemandangan Indah
Pemandangan di desa masih alami, dengan sungainya yang jernih, sawahnya yang luas, dan juga
landscape pegunungan yang bebas dipandang mata. Memang landscape gedung berderet di kota
besar juga indah, tapi juga cepat membuat jenuh.
Bebas Macet
Jumlah penduduknya yang sedikit, juga bukan pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, dan industri,
Selain itu penduduk desa masih jarang yang memiliki kendaraan pribadi, itulah
alasan sedikitnya kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan.
KEKURANGAN:
*Pendidikan di desa masih tertinggal dengan yang ada di kota.
*Infrastruktur seperti rumah sakit, bandara, stadion, masih minim.
*Ekonomi di desa masih bergantung dengan pertanian.
*Hiburan seperti bioskop, mall, kolam renang, masih berpusat di kota.
*Teknologi di desa belum semaju di kota.
*Lahan pekerjaan masih minim.
9 Kelebihan Masyarakat Desa Dibanding
Masyarakat Kota
Pelangi Blog Senin, 09 Maret 2015
Ternyata, kehidupan di desa justru lebih nyaman dan tentram daripada di kota
PelangiBlog.Com - Seperti yang sudah umum di masyarakat Indonesia bahwa banyak orang dari
desa bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Bagi mereka, tinggal di desa dirasa sulit untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat menghidupi keluarga. Seperti yang banyak
dikatakan bahwa untuk memenuhi kebtuhan pangan sehari-hari saja sudah untung, apalagi sampai
berlebihan.
Kehidupan di kota tentu sangat berbeda dari pada di desa. Selain lapangan pekerjaan, beberapa
faktor lain pun sangat mendukung seperti lebih ramai, lebih modern dan tidak primitif, dan faktor-
faktor lainnya. Ya, ini memang tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan di kota lebih modern dari
pada kehidupan di desa. Hal tersebut merupakan penyebab mengapa banyak orang dari desa yang
berbondong-bondong pergi ke kota. Jika Anda juga tinggal di desa, tentu Anda juga membenarkan
hal ini.
Meskipun masyarakat di desa lebih primitif dari pada masyarakat di kota dan juga lapanga
pekerjaan kurang memadai, namun tidak selamanya desa menjadi kehidupan yang berkesan lebih
buruk dibanding kehidupan di kota. Ada beberapa hal yang sangat jarang didapatkan di kota.
Nah, terkait dengan pembahasan di atas, berikut adalah beberapa kelebihan masyarakat di desa
dibanding masyarakat di kota, Anda bisa membacanya lebih lanjut :
1. Kerukunan
Berbeda dari masyarakat kota, kerukunan merupakan simbol penting bagi masyarakat desa,
gotong-royong pun selalu tercermin dalam kehidupan mereka, contoh sederhana adalah kerja
bakti. Tetapi tidak hanya kerja bakti, masih banyak hal yang menunjukan kerukunan masyarakat
desa. Kerukunan dan gotong-royong inilah yang menyebabkan masyarakat desa saling mengenal
satu dengan lainnya.
Di kota, jika Anda menanyakan nama seseorang di sebuah komplek perumahan, kemungkinan
Anda tidak akan menemukan orang tersebut, kecuali jika Anda bertanya tentang alamat dan nomor
rumah. Ini sangat berbeda jika Anda menanyakan nama seseorang di sebuah desa, Anda akan
diberitahu tempat tinggal orang tersebut meskipun Anda berada di jarak ratusan meter tanpa
menanyakan alamat dan nomor rumah.
2. Solidaritas Tinggi
Setelah Anda membaca contoh kecil kerukunan masyarakat di desa, semua itu tidak akan terjadi
tanpa adanya solidaritas masing-masing. Solidaritas inilah yang menyebabkan mereka saling
rukun, saling mengenal, saling peduli, dan saling membantu.
Di desa, jika seseorang melihat tetangganya sedang sibuk mengerjakan sesuatu, maka ia akan
datang dan turut membantu tanpa harus dimintai tolong. Apalagi jka tetangga mengadakan sebuah
acara pesta misalkan pernikahan, maka tetangga sekitar pun akan ikut membantu meskipun tidak
dimintai tolong. Malah sebaliknya, mereka merasa malu jika tidak turut membantu. Ini adalah
solidaritas tinggi antar sesama masyarakat desa.
Banyak kasus bahwa anak-anak desa yang pergi ke kota akan menjadi sasaran bagi para penipu.
Sebenarnya mereka tidak bodoh, hanya saja sopan santun dan ramah tamah terhadap sesama inilah
yang selalu diajarkan dan sudah menjadi watak bagi masyarakat desa, sehingga mereka terlihat
sangat lugu dan menjadi sasaran bagi para penipu di kota. Ini adalah bukti bahwa masyarakat desa
sangat menjunjung nilai kesopanan dan keramahan.
Berbeda dengan suasana di kota, kota adalah tempat untuk mendapatkan pekerjaan dan mencapai
karir, sehingga agama pun dikesampingkan. Tentu jarang orang kota yang mampu membaca Al-
Qur’an secara fasih dan jelas, bahkan untuk kalangan artis dan orang biasa.
Catatan Penting :
Artikel ini ditulis bukan untuk memberikan deskriminasi dan jurang pemisah antara masyarakat
desa dan masyarakat kota. Artikel ini ditulis untuk memberikan gambaran bahwa kehidupan
masyarakat desa juga menyenangkan sama seperti kehidupan masyarakat kota, sesuai dengan opini
umum bahwa kehidupan di kota lebih menyenangkan dari pada keidupan di desa.
Aspek Pertanian
Mayoritas petani pada umumnya menanam padi dan palawija. Jenis palawija yang
dibudidayakan oleh petani Desa Beusi adalah kacang ijo, kedelai, dan jagung. Selain itu, petani
juga ada yang menanam tanaman hortikultura seperti : semangka, mentimun, dan mangga. Ada
beberapa alasan yang membuat petani memilih untuk menanam padi. Salah satunya karena
cocok dengan kondisi iklim dan geografis di Beusi. Dalam setahun, biasanya petani dapat panen
sebanyak dua kali. Di musim kemarau biasanya mereka mengganti tanaman padi menjadi
tanaman semangka.
Aspek Peternakan
Di desa ini mepunyai peternakan lele dan jangkrik. Yang dimana usaha jangkrik ini pernah
bekerja sama dengan rusia dimodalkan sebanyak 10 ton perminggu. Jangkrik ini memiliki umur
panen selama satu minggu. Setelah itu siap panen. Sedangkan lele memiliki masa panen selama
dua bulan sekali
Permasalahan Masyarakat
Banyak dari para petani yang masih kesulitan untuk mendapatkan modal bagi perkembangan
usaha taninya disamping luasan kepemilikan lahannya yang masih sempit. Persyaratan
administratif dirasa sulit bagi petani yang ingin meminjam modalnya ke bank. Hal ini disebabkan
kepemilikan lahan yang kebanyakan masih berupa lahan garapan milik orang lain, sehingga
persyaratan perbankan yang menjadikan surat tanah sebagai jaminan sulit terpenuhi.
Akses Petani Terhadap Informasi Masih Rendah
Petani kurang memiliki akses terhadap informasi, terutama informasi mengenai harga beras yang
masih kurang karena saluran distribusi yang masih panjang sehingga petani tidak mengetahui
harga beras di pasaran.
Harga jual beras di petani masih terbilang rendah. Saluran pemasaran yang masih panjang
membuat petani tidak memiliki bergaining position yang membuatnya dapat menentukan harga
jual padinya sendiri. Harga yang berlaku berada di pihak pembeli yaitu tengkulak. Sangat sulit
untuk memotong saluran pemasaran karena adanya keterikatan antara petani dan tengkulak.
Tengkulak seringkali meminjamkan modal kepada petani yang jika petani meminjamnya kepada
lembaga formal seperti bank akan sulit. Selain untuk modal, tengkulak juga dapat meminjamkan
uang kepada petani untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Saat panen raya tiba, harga jual akan sangat turun. Pada saat ini hukum permintaan dan
penawaran berlaku. Oleh sebab itu perlu adanya manajemen usaha tani yang berfungsi dalam
penyediaan beras di pasar.
Pola Pikir
Salah satu masalah yang ada pada sebagian petani Desa Beusi adalah pola pikir. Mereka
menganggap bahwa mekanisme jika mereka bergabung dalam kelompok tani itu adalah rumit.
Sebagian lain mengetahui keuntungan yang didapat dari kelompok tani, namun masih enggan
untuk berkelompok. Ada juga kelompok yang baru dibuat setelah adanya program pemberian
bantuan dari pemerintah yang mempersyaratkan petani yang diberi dana bantuan tersebut
memiliki kelompok.
Penyuluh yang menginstruksikan petani untuk menjalankan program padi legowo juga memiliki
kesulitan dalam merubah perilaku petani yang memiliki pola pikir kurang maju. Ada petani yang
menerima, petani yang setengah menerima, dan ada petani yang menolak. Petani yang menerima
adalah petani yang berpikiran maju, mereka memiliki kesadaran untuk menerapkan teknik
legowo dengan melihat berbagai macam keuntungan yang didapatkan dengan mereka
menerapkannya. Petani yang setengah menerima adalah petani yang awalnya menerima untuk
menerapkan teknik tanam legowo dengan melihat contoh petani lain yang sudah berhasil tapi
tidak berlanjut pada penanaman selanjutnya. Karakteristik yang terakhir adalah petani yang
menolak. Petani yang menolak ini adalah petani yang masih berpikiran kurang maju dan
menganggap teknik legowo ini akan menurunkan produktivitas padi mereka. Selain itu, sikap
mereka yang “nerimo” apa yang sudah menjadi budaya dalam usaha tani mereka menyebabkan
mereka enggan untuk berpindah dari teknik tegel menjadi legowo. Teknik legowo juga mereka
anggap sulit pemeliharaannya.
Usaha pemerintah dalam upaya membentuk kesadaran petani untuk melaksanakan program-
program yang telah dicanangkan adalah dikerahkannya Babinsa (Bintara Pembina Desa).
Peranan Babinsa ini adalah untuk mengajak para petani serta menjadi penengah bagi para petani
dalam penggunaan sarana dan prasarana petani. Diharapkan dengan turut sertanya Babinsa dalam
penyuluhan mereka dapat memberikan semangat dan rasa aman bagi petani sehingga mereka
mampu meningkatkan produktivitas untuk percepatan swasembada pangan.
Luas lahan sawah yang dimiliki petani relatif sempit yaitu rata-rata 0,5 ha. Dengan luasan lahan
yang sempit ini, akan semakin sulit bagi perkembangan usaha taninya.
Kebanyakan dari para petani maupun buruh tani adalah berusia lanjut. Para pemuda banyak yang
merantau ke luar kota untuk menjadi buruh. Mereka menganggap bahwa desa tidak menjanjikan
kehidupan yang lebih baik. Daya tarik perkotaan yang menyediakan banyak akses untuk
mendapatkan berbagai macam fasilitas menyebabkan masyarakat desa banyak melakukan
urbanisasi ke daerah perkotaan. Tenaga petani yang sudah tua tentu berbeda dengan yang masih
muda. Oleh karenanya produktifitas tidak maksimal.
Produktivitas pertanian sangat bergantung pada usaha petani dalam mengendalikan berbagai
organisme pengganggu tanaman. OPT yang menyerang di Desa Beusi ini diantaranya gulma,
hama kupu-kupu, ulat, dan wereng.
1. Ketua Kelompok
Tugas Ketua Kelompok antara lain mengkoordinasikan,
mengorganisasikan dan bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan kelompok, dengan rincian sebagai berikut : memimpin
rapat pengurus, memimpin rapat anggota, menandatangani
surat menyurat, mewakili kelompok dalam pertemuan dengan
pihak lain dan memimpin pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Apabila diperlukan dapat juga dipilih wakil ketua dengan
tugas antara lain mewakili ketua bilamana ketua berhalangan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya serta melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan oleh ketua sebatas ruang lingkup
tugas-tugas ketua tersebut.
2. Sekretaris Kelompok
Tugas Sekretaris kelompok bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan administrasi kegiatan non keuangan dengan
rincian sebagai berikut : mencatat segala keputusan penting
dalam setiap rapat, menindaklanjuti hasil-hasil rapat,
menyampaikan hasil-hasil rapat dengan cara membuat notulen
dan disampikan dalam rapat berikutnya, membuat dan
menyimpan serta menyampaikan hasil notulen rapat kepada
pengurus, membuat undangan-undangan, menyiapkan surat
menyurat dan pengarsipannya, membuat laporan-laporan
(laporan bulanan, laporan tahunan). Apabila diperlukan dapat di
tunjuk wakil sekretaris dengan tugas antara lain mewakili
sekretaris bilamana sekretaris berhalangan dalam
melaksanakan tugasnya dan melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan oleh sekretaris sebatas ruang lingkup tugas-tugas
sekretaris tersebut.
3. Bendahara Kelompok
Tugas Bendahara Kelompok bertanggung jawab menangani
seluruh kegiatan administrasi keuangan kelompok dengan
rincian tugas sebagai berikut : menerima pembayaran atas
nama kelompok dan menyimpannya dengan baik, melakukan
pembayaran atas persetujuan ketua kelompok, menyimpan dan
memelihara arsip transaksi keuangan, menyelenggarakan dan
memelihara administrasi keuangan kelompok dan menyusun
laporan keuangan secara berkala (bulanan dan tahunan).
4. Seksi-Seksi
Tugas Seksi-Seksi dalam Kelompok sesuai dengan
keperluannya kelompok dapat menetapkan beberapa seksi.
Sebagai contoh seksi simpan pinjam. Seksi ini mempunyain
tugas melayani anggota yang akan menyimpan atas meminjam
uang dan mencatatnya dalam buku simpan pinjam, melakukan
pencatatan penerimaan dan pembayaran kegiatan simpan
pinjam dalam buku kas simpan pinjam serta membuat laporan
bulanan dan laporan tahunan untuk kegiatan simpan pinjam.
Seksi non simpan pinjam. Seksi ini mempunyai tugas antara lain
melayani anggota dalam kegiatan non simpan pinjam,
merencanakan dan mengusulkan kepada ketua tentang
pengadaan barang sesuai dengan kebutuhan anggota,
melakukan pencatatan tentang barang anggota kelompok dalam
buku pengadaan barang serta membuat laporan bulanan dan
tahunan untuk seksi yang bersangkutan. Untuk seksi-seksi
lainnya dapat dirumuskan tugasnya sesuai dengan kesepakatan
dalam rapat pengurus.
Pengurus Gapoktan
Pegurus Gapoktan terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara yaitu adalah petani anggota yang dipilih
dalam Rapat Anggota. Sedangkan untuk pengelola gapoktan (dibawah kendali Pengurus), terdiri dari Seksi
Keuangan Mikro, seksi Usaha tani, seksi usaha pengolahan, seksi usaha sarana dan prasarana produksi, dan
seksi usaha pemasaran.Untuk menjalankan fungsi organisasi, termasuk PUAP, masing-masing pengurus
Gapoktan mempunyai tugas yaitu :
KETUA,
SEKRETARIS,
1. membuat dan memeliharan notulen rapat, berita acara, serta dokumen lain,
2. menyelenggarakan surat-menyurat,
3. menyelengarakan administrasi dokumen RUB (rencana usaha bersama), RUK/rencana Usaha kelompok,
RUA/rencaca usha anggota dan keg. organisasi lain,
4. menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan gapoktan.
BENDAHARA, bertugas mennagani seluruh kegiatan administrasi keuangan gapoktan, termasuk penyaluran
dan pengelolaan dana, dg rincian sbb :
KOMITE PENGARAH
Komite Pengarah adalah komite yg dibentuk oleh Pemerintahan Desa yg terdiri dari wakil tokoh
masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh pendamping. Komite Pengarah terdiri dari seorang
ketua dan dua orang angota dgn tugas sbb :
1. memberi masukan dan pertimbangan dlm penetapan RUB pd saat rapat angota,
3. memberi masukan dan pertimbangan dalam penumbuhan dan pengembangan unit usaha otonom
gapoktan.
KELOMPOK TANI
Kelopok tani/POKTAN adalah kumpulan petani/peternak yg dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota. Jumlah aggota kelompok tani terdiri atas 20-25 orang atau disesuaikan
dgn kondisi lingkungan masuartakat dan usaha taninya dan dipimpin oleh seorang ketua. Organisasi POktan
terdiri dari Ketua, bendahara, sektertatis, seksi Usaha tani, seksi usaha pengolahan, seksi usaha sarana dan
prasarana produksi, seksi usaha pemasaran. Ketua Poktan mempunyai tugas sbb :
1. Memimpin rapat angota poktan dalam peyusunan Rencana Usaha Kelompok /RUK berdsaarkan Rencana
Usaha Anggota/RUA.
2. Menyampaikan hasil keputusan rapat anggota Gapktan kepada anggota kelopok tani
3. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan usaha kelompok sesuai dgn hasil keputusan rapat angota
gapoktan
4. menyalurkan dana BLM-PUAP yg diterima dari Gapoktan kepada anggota sesuai RUA.
Berikut ini diuraikan TUPOKSI masing-masing seksi yang dapat dibentuk baik di GAPOKTAN maupun
POKTAN.
Agar kegiatan usa tani petani dapat berlangsung dengan baik, GApoktan diarahkan agar empunyai
kemampuan sbb :
2. menyusun rencana definitif gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi
3. memfasilitasi penerapn teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani kelompok tani sesuai dg rencana kegiatan
Gapoktan
4. menjalin kerjasama/kemitraan degnan pihak lain yg terkait dalam pelaksanaan usaha tani
5. mentaati dan melaksanakan kesepakatan yg dihasilkan bersama dalam organisasi maupun kesepakatan
dg pihak lain
6. mengevalusi kegiatan bersama dan recana kebutuhan gapoktan sebagai bahan rencana kegiatan yg akan
datang
9. merumuskan kesepakatan bersamaa baik dalam memecahkan masalah untuk melakukan berbagai
kegiatan gapoktan
10. merencanakan dan melaksanakan pertemua-pertemuan berkala baik di dalam gapoktan, antar
gapoktan, atau dgn instasi/lembaga terkait
Bersambung….
1. menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil usaha tani petani dan poktan
Sebagai unit usaha sarana dan prasarana, hendaknya gapoktan memiliki kemampuan sbb :
2. menjalin kerjasama/kemitraan usaha dgn pihak penyedia sarana prasarana produksi pertanian dgn dinas
terkait dan lembaga2 usaha saprotan
3. menjalin kerjasama/kemitraan usaha dgn pihak penyedia sarana prasarana produksi pertanian,
pengolahan, pemasaran atau permodalan
7. meningkatkan lkemampuan dlm menganalisis potensi usaha masing2 anggota utk di jadikan satu unit yg
menjamin pada permintaan pasar dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas
Agar kegiatan usaha keuangan mikro dpt berlangsung dgn baik, Gapoktan diarahkan agar mempunyai
kemampuan sbb. :
1. menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa angota Gapoktan untuk memanfaatkan setiap informasi
dan akses permodalan yg tersedia
2. meningkatkan kemampuan anggota Gapoktan untuk dpt mengelola keuangan mikro secara komersil
4. mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu melaksanakan kegiatan simpan pinjam
guna memfasilitasi pengembangan modal usaha.
ANGGARAN DASAR
GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN)
“SATRIO“
BAB - I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, TANGGAL BERDIRI DAN RUANG LINGKUP KEANGGOTAAN
Pasal – 1
1. Gabungan Kelopok Tani (selanjutnya disingkat dengan Gapoktan) ini bernama SATRIO.
2. Gapoktan SATRIO berkedudukan di Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten
serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara.
3. Gapoktan SATRIO didirikan pada tanggal 23 April 2010.
4. Ruang lingkup ke-anggotaan Gapoktan SATRIO meliputi beberapa Kelompok Tani se-Desa Pematang Setrak,
diantaranya adalah :
a. Kelompok Tani Satrio - I
b. Kelompok Tani Satrio - II
c. Kelompok Tani Satrio - III
d. Kelompok Tani Satrio - IV
BAB - II
LANDASAN, AZAS DAN TUJUAN
Pasal - 2
Pasal - 3
Untuk mencapai tujuan tersebut (pasal-2 No.3 huruf a s/d f), maka Gapoktan SATRIO mengadakan beberapa usaha
disektor pertanian dan peternakan, yaitu:
1 Usaha sarana produksi pertanian dan pemasaran hasil usaha pertanian.
2 Usaha peternakan dan pemasaran hasil ternak
3 Usaha pelayanan jasa alat mesin pertanian
4 Usaha simpan pinjam (ke-uangan mikro)
5 Usaha lainnya yang menyangkut kepentingan anggota maupun masyarakat
BAB - IV
SYARAT KEANGGOTAAN
PASAL-4
Yang dimaksud sebagai anggota Gapoktan SATRIO ialah Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Pengurus dan atau anggota Kelompok Tani, Kelompok Peternakan, dan Kelompok Perikanan seDesa Pematang
Setrak
2. Mempunyai kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup
usaha Gapoktan SRI KARYA dan telah menyetujui isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ketent
uan-
ketentuan lainnya yang berlaku di Gapoktan SATRIO.
PASAL-5
1. Kelompok Tani menjadi anggota Gapoktan SRI KARYA harus mengajukan surat permintaan/permohonan
kepada pengurus (bagi yang tidak ikut musyawarah)
2. Pengurus secara musyawarah mempertimbangkan permohonan tersebut, dan keputusan
harus diberikan dalam waktu paling lama 2 (dua) minggu sejak tanggal permohonan diterima.
3. Permohonan yang diterima segera didaftarkan dalam Buku Daftar Anggota.
4. Jika pengurus menolak permohonan untuk menjadi anggota, maka yang bersangkutan dapat meminta
pertimbangan dalam Rapat Anggota berikutnya.
5. Gapoktan dapat menerima anggota luar biasa.
6. Anggota luar biasa hanya mempunyai hak berpendapat dan tidak memiliki hak memilih atau dipilih.
PASAL-6
Keanggotaan berakhir apabila anggota :
1. Meninggal dunia
2. Meminta berhenti atas kehendak sendiri
3. Diberhentikan oleh pengurus karena tidak memenuhi syarat keanggotaan
4. Dipecat oleh pengurus karena tidak mengindahkan kewajiban sebagai anggota, terutama
dalam hal keuangan atau karena berbuat sesuatu yang merugikan Gapoktan SATRIO.
BAB-V………..
BAB - V
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
PASAL-7
Setiap anggota harus tunduk pada ketentuan dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga, peraturan khusus,
dan keputusan rapat anggota.
PASAL-8
1. Setiap anggota Gapoktan SATRIO berhak :
a. Untuk hadir dan berbicara tentang hak-hak yang dibahas dalam pertemuan rapat anggota
b. Untuk memilih dan dipilih menjadi pengurus
c. Untuk melaksanakan pengawasan atas jalannya organisasi dan usaha Gapoktan SATRIO
d. Untuk memberikan saran-saran pada pengurus/pengawas baik diminta maupun tidak diminta guna
perbaikan Gapoktan, dalam rapat anggota maupun diluar rapat anggota.
e. Mendapat pelayanan yang sama sesama anggota.
f. Memperoleh keuntungan dari setiap unit usaha Gapoktan yang besarannya ditetapkan
berdasarkan musyawarah.
2. Setiap anggota Gapoktan SATRIO mempunyai kewajiban :
a. Untuk hadir dan secara aktif mengambil bagian dalam pertemuan Gapoktan SATRIO,
berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Gapoktan.
b. Mengembangkan dan memelihara usaha Gapoktan SRI KARYA berdasarkan azas kekeluargaan.
c. Taat pada peraturan yang diputuskan oleh rapat anggota.
d. Membayar simpanan-simpanan pada unit keuangan mikro (permodalan) dalam rangka memupuk
permodalan Gapoktan SATRIO.
BAB - VI
PENGURUS
PASAL-9
1. Pengurus Gapoktan SRI KARYA dipilih dari dalam dan oleh anggota Gapoktan SATRIO dalam pertemuan
atau rapat anggota.
2. Yang dapat dipilih menjadi pengurus Gapoktan SATRIO anggota yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Wakil dari Kelompok Tani yang aktif melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anggota
b. Dapat memimpin dengan baik
c. Mempunyai sifat jujur, kepemimpinan dan keterampilan
d. Tidak pernah diberhentikan / dipecat dari jabatan pengurus / pengawas karena melanggar anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga
PASAL-10
1. Pengurus dipilih untuk masa jabatan 5 (lima) tahun
2. Pengurus setiap waktu dapat diberhentikan bila terbukti melakukan kecurangan dan merugikan Gapoktan
SATRIO
3. Pengurus yang masa jabatannya telah habis, dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya.
4. Bila salah satu pengurus berhenti sebelum masa jabatan berakhir, maka rapat anggota dapat mengangkat
penggantinya.
BAB-VII….
BAB - VII
TUGAS, HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS
PASAL-11
1. Pengurus bertugas untuk :
a. Memimpin rapat/pertemuan Gapoktan SATRIO
b. Menyelenggarakan peraturan dan tata tertib Gapoktan SATRIO
c. Membuat Buku Daftar Anggota, Daftar Pengurus, dan Buku Organisasi lainnya.
d. Mengelola usaha Gapoktan SATRIO
e. Menyelenggarakan rapat anggota.
f. Mengajukan laporan keuangan berkala sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas selama enam bulan
sekali
2. Hak Pengurus
a. Menugaskan/memanggil anggota Gapoktan dalam hal kergiatan yang menyangkut kegiatan Gapoktan SATRIO
b. Mengadakan pertemuan /rapat anggota
3. Keajiban Pengurus
a. Pengurus berkewajiban memberitahukan tentang segala sesuatu yang menyangkut Gapoktan SATRIO
b. Pengurus diwajibkan untuk memelihara kerukunan antar anggota tentang segala hal yang dapat menimbulkan
perselisihan didalam Gapoktan SATRIO
c. Perselisihan yang timbul sebagai akibat dari adanya kepentingan-kepentingan tertentu dalam hubungan sebagai
anggota, maka haus diselesaikan oleh pengurus dengan jalan damai tenpa memihak.
d. Pengurus harus melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan
keputusan-keputusan dalam pertemuan kelompok.
e. Anggota Pengurus Gapoktan SATRIO tidak boleh menjadi Gapoktan lainnya yang
sejenis, kecuali untuk Gabungan Gapoktan tingkat Kecamatan, Kabupaten atau Propinsi.
BAB - VIII
PEMBINAAN, BIMBINGAN DAN PERLINDUNGAN
PASAL-12
1. Pembinaan merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah
2. Pemerintah memberikan bimbingan dan perlindungan terhadap Gapoktan SATRIO
3. Dalam upaya menciptakan dan pengembangan iklim dan kondisi yang mendukung pertumbuhan Gapoktan
SATRIO, pemerintah :
a. Memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada Gapoktan sesuai dengan kepentingan anggota
b. Memberikan penyuluhan-penyuluhan yang berkaitan dengan kelembagaa, managemen usaha, managemen
keuangan, serta managemen pemasaran hasil pertanian.
BAB-IX…………
BAB - IX
PENGAWASAN
PASAL-13
1. Gapoktan SATRIO wajib melakukan fungsi pengawasan atas dirinya
2. Fungsi pengawasan itu dijalankan oleh pengawas yang terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang anggota Gapoktan SATRIO yang tidak termasuk dalam kepengurusan Gapoktan SATRIO, yang dipilih
dalam rapat anggota untuk masa jabatan 5 (lima) tahun
3. Yang dapat dipilih untuk menjadi pengawas adalah sebagai berikut :
a. Anggota yang aktif melaksanakan hak dan kewajiban
b. Memiliki sifat-sifat kejujuran
c. Mengetahui seluk beluk kepemimpinan, pembukuan dan akuntansi
d. Tidak pernah diberhentikan/dipecat dari jabatan pengurus/pengawas Gapoktan SATRIO
e. Pengawasan dilakukan sekurang-kurangnya 3(tiga) bulan sekali
f. Hasil pengawasan dilaporkan secara tertulis dan dilaporkan pada rapat anggota
BAB - X
PERTEMUAN PENGURUS GAPOKTAN
PASAL-14
1. Pertemuan Pengurus Gapoktan dilaksanakan sekuran-kurangnya satu kali sebulan
2. Biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatan Gapoktan diambil dari kas Gapoktan SATRIO
BAB - XI
IURAN ANGGOTA/SIMPANAN ANGGOTA
PASAL-15
1. Besarnya iuran/simpanan anggota ditetapkan berdasarkan musyawarah mufakat dalam rapat anggota Gapoktan
SATRIO
2. Setiap biaya yang keluar dari kas Gapoktan SATRIO ditetapkan berdasarkan persetujuan dari pengurus
3. Pengurus diwajibkan membuat laporan tentang perhitungan dan tanggung jawab mengenai keuangan, inventaris
peralatan, keanggotaan dan hal lain yang dianggap perlu.
BAB - XII
PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA
PASAL-16
1. Sisa hasil usaha yaitu pendapatan Gapoktan SATRIO yang diperoleh dalam satu tahun buku dipotong dengan
penyusutan nilai barang dan segala biaya yang dikeluarkan dalam tahun buku berjalan yang terdiri dari 2(dua)
bagian :
a. Yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota Gapoktan SATRIO
b. Yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota Gapoktan SATRIO
2. Bagian (a) dari sisa hasil pendapatan usaha Gapoktan SATRIO diperuntukkan :
a. 35 % untuk dana cadangan
b. 5 % untuk dana pengawas
c. 15 % untuk dana pengurus
d. 40 % untuk dana anggota
3. Bagian………
PASAL-17
1. Dana cadangan adalah kekayaan Gapoktan yang disediakan untuk menutupi kebutuhan usaha Gapoktan,
sehingga tidak dapat dibagikan kepada anggota
2. Rapat anggota Gapoktan SATRIO dapat memutuskan untuk mempergunakan paling besar 75 % dari jumlah
seluruh dana cadangan untuk perluasan usaha Gapoktan SATRIO
3. Sekurang-kurangnya 25 % dari dana cadangan harus disimpan dalam bentuk giro pada bank yang dihunjuk dalam
rapat anggota Gapoktan SATRIO
BAB - XIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
PASAL-18
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui musyawarah
anggota Gapoktan SATRIO
BAB - XIV
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PASAL-19
1. Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar, kemudian akan diatur dalam anggaran rumah tangga
2. Anggaran rumah tangga tidak boleh bertentangan dengan anggaran dasar
BAB - XV
JANGKA WAKTU BERDIRINYA GAPOKTAN
PASAL-20
Jangka waktu berdirinya Gapoktan SATRIO tidak terbatas
BAB - XVI
SANKSI-SANKSI
PASAL-21
1. Sanksi terhadap tidak dipatuhinya kewajiban dari anggota Gapoktan SATRIO dapat diambil tindakan sebagai
berikut :
a. Teguran lisan atau tulisan dari pengurus
b. Memberhentikan sementara atau pemecatan apabila sudah lebih dari 3 (tiga) kali diberikan peringatan
tertulis dari pengurus
2. Sanksi………..
2. Sanksi terhadap pengurus dan atau seseorang yang tidak melaksanakan kewajibannya :
a. Pengurus lalai atas kewajiban dapat diberhentikan oleh rapat anggota walaupun masa jabatannya belum berakhir.
b. Seseorang yang lalai atas kewajibannya dapat ditegur secara tertulis atau lisan melalui keputusan rapat anggota yang
disampaikan oleh pengawas
BAB - XVII
PEMBUBARAN
PASAL-22
1. Pembubaran Gapoktan SATRIO dapat dilakukan berdasarkan :
a. Keputusan rapat anggota
b. Keputusan Pemerintah
2. Keputusan pembubaran Gapoktan oleh rapat anggota diberitahukan secara tertulis oleh rapat anggota kepada :
a. Semua kreditur
b. Pemerintah
PASAL-23
1. Keputusan pembubaran oleh pemerintah dilakukan apabila :
a. Terdapat bukti bahwa Gapoktan SATRIO tidak memenuhi ketentuan Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila
b. Kegiatan Gapoktan SATRIO bertentangan dengan kepentingan umum dan atau anggota
c. Kelangsungan hidup Gapoktan SATRIO sudah tidak dapat dipertahankan lagi
BAB - XVIII
DAFTAR PENDIRI
PASAL-24
Nama-nama Kelompok Tani pendiri yang hadir pada Revitalisasi Kepengurusan Gapoktan SRI KARYA pada
tanggal 28 Mei 2015 adalah sebagai berikut :
a. Pengurus Kelompok Tani Sri Murni I
b. Pengurus Kelompok Tani Sri Murni II
c. Pengurus Kelompok Tani Mekar Jaya
d. Pengurus Kelompok Tani Fajar
e. Pengurus Kelompok Tani Sri Murni III
f. Pengurus Kelompok Tani SATRIO
g. Pengurus Kelompok Tani Sri Wahyuni
h. Pengurus Kelompok Tani Sumber Rejeki-I
i. Pengurus Kelompok Tani Sumber Rejeki-II
BAB-XIX………….
BAB - XIX
PENUTUP
PASAL-25
Demikian Aggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gapotan SATRIO Desa PEMATANG SETRAK ini ditetapkan
dan ditanda tangani oleh pendiri dan telah dikuasakan penuh dalam rapat anggota Revitalisasi dan Pengukuhan
Pengurus Gapoktan SATRIO pada tanggal 28 Mei 2015.
1. Ketua Kelompok Tani SRI MURNI - I ( SULAIMAN )
VISI
Petani mempunyai kemampuan dan potensi dalam menanggulangi kemiskinan secara
mandiri, efektif dan berkelanjutan
MISI
Memberdayakan petani sebagai salah satu upaya untuk lebih meningkatkan
kesejahteraan pada anggota dan kemajuan masyarakat petani pada umumnya, dalam
rangka menggalang masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Adapun SOP untuk pelayanan di desa dapat dilihat pada contoh dibawah.
Kemendes Temukan Enam Masalah Desa
Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar mengatakan,
ada enam poin yag perlu diperbaiki dengan sinergi antara lembaga dan instansi terkait. Marwan
mengatakan, pihaknya telah mengerahkan berbagai daya upaya agar UU Desa dapat
terimplementasikan dengan maksimal.
Hal tersebut sudah dibuktikan oleh lima peraturan menteri desa (Permen Desa) yang telah
diterbitkan sebagai peraturan turunan. Namun, pihaknya masih menghadapi banyak hambatan
dan rintangan dalam pemberlakuka regulasi terkait desa.
?Kita harus menyadari, implementasi UU Desa merupakan agenda besar yang kompleks dan
penuh tantangan. Karena itu, butuh kerja sama yang sinergis antar berbagai elemen di Indonesia.
Mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, pemerintah daerah pemerintah desa, dan organisasi
masyarakat,? terangnya di Jakarta kemarin (27/12).
Saat ini, lanjut dia, Kementerian Desa PDTT telah memetakan berbagai permasalahan yang
harus diatasi kedepannya. Setidaknya, ada enam tantangan besar dalam implementasi UU Desa.
Pertama, masih adanya perbedaan dalam penafsiran UU Desa. Hal tersebut menyebabkan proses
implementasi tak sesuai mandat UU Desa.
?UU Desa tidak hanya mengamanatkan pengaturan tentang keuangan Desa dalam bentuk dana
desa. Tetapi, pengakuan terhadap kewenangan desa, kerja sama antar desa, penguatan lembaga
kemasyarakatan Desa, dan isu lain-lain. Semua ini mesti diimplementasikan secara utuh.
Sehingga, amanat UU Desa dapat terlaksana secara komprehensif,? jelasnya.
Kedua,mulai hilangnya kreativitas dalam menggali sumber daya lokal di desa karena orientasi
yang pragmatis. Sampai saat ini, pihaknya belum menemukan dana desa yang digunakan secara
optimal untuk menggali sumber pendapatan baru. Hal tersebut bisa membuat pemerintah desa
malah menjadi ketergantungan dan tidak menjadi mandiri.
?Ketiga, demokratisasi desa masih menghadapi kendala praktek serba administratif. Saat ini,
pemerintah daerah cenderung melakukan tindakan kepatuhan dari pusat untuk mengendalikan
pemerintah desa, termasuk dalam hal penggunaan dana desa. Padahal UU Desa telah mengakui
kewenangan yang dimiliki oleh desa,? ungkapnya.
Kemudian, lanjut dia, penguasaan rakyat atas tanah dan sumber daya alam masih belum
terintegrasi. Padahal hal ini harusnya menjadi basis dari proses pembangunan dan pemberdayaan
desa. Masalah-masalah struktural seperti konflik agraria dalam mengatur ruang desa belum
tercermin dalam kebijakan pembangunan dan pemberdayaan Desa.
?Masalah kelima, partisipasi perempuan dalam musyawarah desa belum tersebar luas di desa.
Dan terarkhir, adalah kewenangan mereka untuk mengatur tata ruang yang masih terbatas karena
pemerintah daerah atau kementerian PU,? terangnya. (bil/zul/jpg)
5 Identifikasi Masalah yang Berkaitan
dengan Desa
Oleh␣ Desa Ciburial|Telah Terbit 20/03/2010|5 Komentar
5 Masalah utama dan mendasar yang dihadapi oleh desa dengan pemerintahannya dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kedudukan desa dalam sistem pemerintahan Indonesia sampai saat ini masih bersifat
ambivalen, yakni sebagai kesatuan masyarakat yang memiliki otonomi tradisional tetapi
lebih banyak menjalankan urusan-urusan pemerintahan yang datang dari pemerintahan
supradesa.
2. Kedudukan organisasi pemerintah desa juga bersifat ambivalen seiring ambivalensi
kedudukan kesatuan masyaarakat hukumnya.
3. Sumber keuangan desa bersifat tradisional sehingga tidak memberikan kepastian untuk
dapat digunakan untuk menggerakkan roda organisasi. Desa tidak memiliki kewenangan
memungut pajak dan retribusi atas namanya sendiri. Pungutan pajak dan retribusi yang
ada saat ini atas nama pemerintah supradesa (misalnya Pajak Bumi dan Bangunan
sebagai pajak pemerintah pusat). Sumber keuangan desa berasal dari sumber-sumber
tradisional seperti iuran warga desa, tetapi yang terbesar justru berasal dari transfer
pemerintah supradesa (pusat, provinsi, kabupaten/kota).
4. Kedudukan kepegawaian perangkat desa serta sistem imbalannya juga tidak jelas
karena kedudukan kesatuan masyarakat hukum dan organisasinya yang bersifat
ambivalen.
5. BPD (Badan Permusyawaratan Desa) menjalankan fungsi seperti DPRD, salah satunya
adalah bersama-sama Kepala desa menyusun Peraturan Desa. Menurut Pasal 7 ayat (2)
UU Nomor 10 Tahun 2004, Peraturan Desa masuk dalam kategori Peraturan Daerah.
Tetapi BPD tidak diisi melalui mekanisme pemilihan umum, sehingga kedudukannya
juga menjadi ambivalen. BPD sekarang lebih diposisikan sebagai lembaga tempat
bermusyawarahnya masyarakat, bukan sebagai lembaga politik.
Permasalahan Pelayanan di Desa
oleh Merdesa · Dipublikasikan 11 Mei 2017 · Di update 11 Mei 2017
Pembangunan antar desa di Indonesia belum merata. Terbukti masih adanya desa dalam status
desa tertinggal, desa yang sedang berkembang, sampai dengan desa mandiri. Gradasi klasifikasi
desa tersebut sangat terlihat. Beberapa hal yang mendasarinya adalah karena masih adanya
beberapa isu strategis dalam pembangunan desa. Isu strategis tersebut berkontribusi besar terhadap
permasalahan pelayanan di desa diantaranya:
Isu strategis dimaksud tentunya juga berkontribusi terhadap permasalahan pelayanan di desa,
terutama pelayanan publik kepada masyarakat desa, apalagi dengan cairnya dana desa yang
jumlahnya besar. Beberapa permasalahan pelayanan publik yang dihadapi oleh pemerintahan desa
antara lain:
1. Sebagian besar bahkan hampir seluruh pelayanan publik di desa berupa pemberian
rekomendasi (pengantar) yang proses penyelesaiannya berada pada tingkat kecamatan dan
dinas terkait. Tidak ada pelayanan publik yang selesai di desa, sifatnya hanya sebagai
pengantar. Misalnya pengantar pembuatan KTP, KK, ijin usaha, surat keterangan
kelahiran, dan lain-lain.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap persyaratan administratif dalam pengurusan
kegiatan tertentu, misalnya dalam pembuatan KTP. Padahal persyaratan tersebut sudah
terinformasikan di Ketua RT masing-masing atau bahkan terpasang di Balai Desa.
Terkadang juga masyarakat enggan untuk mengurus sendiri karena birokrasi yang panjang
dan bertele-tele, sehingga memakan waktu yang lama.
3. Masih banyaknya administrasi desa yang bersifat manual, belum di-back up dengan
teknologi informasi. Beberapa tempat masih mengandalkan administrasi menggunakan
buku atau tulisan di papan sehingga belum terdokumentasikan dengan baik.
4. Sulitnya mengakomodir seluruh keinginan masyarakat. Program pemberdayaan
masyarakat dengan anggaran yang besar, maka memunculkan banyaknya tarik ulur dalam
penentuan program, sehingga akan ada keinginan masyarakat yang tidak terakomodir.
5. Keterbatasan sarana dan prasarana desa. Keterbatasan ini yang memunculkan minimnya
sarana prasarana pelayanan publik yang ditujukan untuk masyarakat desa.
6. Rendahnya kapasitas SDM kepala desa dan perangkat desa. Kompetensi kepala desa
menjadi ujung tombak maju atau mundurnya sebuah desa. Permasalahan di sini adalah
masih jarangnya kepala desa yang kompeten. Sebagai informasi awal, gambaran mengenai
kualitas SDM aparatur desa dari sisi tingkat pendidikan dapat diklasifikasikan pada gambar
di bawah:
SDM Kepala Desa/Lurah dari Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Umur
Data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tersebut di atas
memberikan informasi bahwa dari sisi tingkat pendidikan, ada sebanyak 829 kepala desa/lurah
yang tidak pernah sekolah. Ini menjadi fakta yang tidak bisa terelakkan. Kemungkinan besar
kepala desa/lurah yang bersangkutan bisa memimpin tetapi dari sisi kecakapan dalam administratif
lain, kemampuan menghasilkan ide-ide tentu akan berbeda dengan kepala desa yang
berpendidikan minimal SMP atau sederajat sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor
112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa.
Menjadi pekerjaan rumah bersama untuk Membangun Indonesia dari Pinggiran bahwa penguatan
kapasitas dan kelembagaan di tingkat desa dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di desa.
Tugas pendamping desa dalam pemanfaatan dana desa utamanya bagi pelayanan desa juga
dipentingkan agar pelayanan di tingkat desa menjadi lebih optimal. ***
Perbedaan Kaur dengan Kasi di Pemerintahan Desa
15 Januari 2018
dalam "Desa"
15 November 2016
dalam "Desa"
Pengertian Sistem Informasi Desa Dalam konteks OpenSID, yang dimaksud dengan Sistem
Informasi Desa adalah proses dan aplikasi yang: Berbasis komputer Mengelola informasi kantor
desa Mendukung fungsi dan tugas kantor desa, termasuk administrasi kependudukan,
perencanaan, pelaporan, pengelolaan asset, pengelolaan anggaran, layanan publik, dsbnya
Dengan pengertian ini, jenis aplikasi yang tercakup dalam…
25 September 2017
dalam "OpenSID"
Memperkuat BUMDes untuk Menggerakkan
Ekonomi Desa
oleh Merdesa · 15 November 2016
(DesaMart lahir dari pegiat Desa Membangun asal Sidareja, Akhmad Fadli.
http://desamembangun.id )
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bukanlah barang baru bagi desa. Upaya pemerintah dalam
menggerakkan ekonomi desa sudah dilakukan sejak dikeluarkan kebijakan, diantaranya sebagai
berikut:
Upaya tersebut ternyata belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Terutama bila
merujuk pada angka penduduk miskin di perdesaan dan tingkat urbanisasi yang setiap tahunnya
yang selalu meningkat.
Prosentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13.76% pada September 2014 menjadi
14.21% pada Maret 2015 (BPS, 2015). Kondisi ini menggambarkan bahwa sumber-sumber daya
yang ada di desa belum terkelola dengan baik, sehingga urbanisasi masih menjadi daya tarik bagi
penduduk desa.
Data Price Waterhouse Cooperpada 2014 menunjukan tingkat populasi urbanisasi Indonesia pada
tahun 2014 sebesar 51.4%. Angka ini tertinggi kedua di ASEAN setelah Malaysia. Sebagai contoh,
Jakarta diperkirakan menampung pendatang pasca lebaran tahun 2016 sekitar 70 ribu orang
(Tempo, 2016).
Kehadiran Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa diharapkan dapat memperkuat
BUMDes sesuai tujuan pendiriannya. Kendati demikian rekognisi yang diberikan masih
memerlukan perhatian pemerintah supra desa dalam memperkuat BUMDes menuju kemandirian
dan ketangguhannya.
Semangat baru pengaturan BUMDes melalui Undang-Undang Desa merupakan upaya strategis
untuk mewujudkan kesejahteraan dalam bidang ekonomi dan pembangunan yang berorientasi bagi
masyarakat desa. Salah satu perwujudannya adalah BUMDes didirikan dengan semangat
kekeluargaan dan semangat gotong royong yang bertujuan untuk menampung seluruh kegiatan di
bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar
Desa.
Hanya saja kedua fungsi ini tidak banyak dibahas dalam Peraturan Pemerintah maupun
Permendesa. Pemahaman terhadap BUMDes yang harus menghasilkan profit akan mengarahkan
pada pilihan jenis usaha yang dapat menghasilkan keuntungan semata. Hal ini akan menjadi trade
off bagi keterlibatan dan partisipasi warga dalam pengelolaan dan manfaat dari usaha yang dipilih
BUMDes.
Penting untuk memperjelas fungsi BUMDes sebagai institusi sosial dan institusi komersial
oleh Pemerintah. Kejelasan aturan terkait dua fungsi tersebut akan menguatkan BUMDes,
terutama dalam melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain (BUMDes atau badan usaha
lainnya).
Selain itu, kejelasan akan menghilangkan kebingungan bagi pengelola BUMDes. Misalnya
BUMDes Panggung Lestari milik Pemerintah Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan “pengelolaan sampah”-nya yang selalu
mendapatkan dukungan anggaran dari APB Desa, hal ini cukup wajar dilakukan sebagai BUMDes
sebagai institusi sosial karena keberadaanya dirasakan sangat bermanfaat oleh masyarakat.
Sinkronisasi dan Penyelarasan Aturan Pengelolaan
BUMDes
Pengelola BUMDes dituntut bersikap profesional seperti halnya pengelolaan badan usaha lainnya.
Karena itu, Pemerintah perlu menyelaraskan pengaturan mengenai organ pengelola BUMDes dan
mempertegas peran dan tanggungjawab masing-masing organ.
Kebijakan tentang BUMDes juga sepatutnya dapat meminimalisir peluang risiko (legal hazard)
dalam menjalankan usahanya maupun tendensi BUMDes sebagai alat kepentingan politik lokal
desa. Selain itu, pemerintah juga perlu mempercepat penerbitan peraturan mengenai pengelolaan
keuangan BUMDes dan mekanisme pelaporan serta serta pertanggungjawabannya.
Selain itu, tidak diperjelasnya unsur pengawas BUMDes dalam Permendesa, terlebih dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Desa sehingga ditemui bahwa ada anggota
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang menjadi pengawas BUMDes. Kondisi ini akan
membuat “semu” proses pertanggungjawaban BUMDes (kepala desa) kepada BPD. Pasal 31
Permendesa tersebut menyatakan bahwa salah satu tugas BPD adalah melakukan pengawasan
terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membina pengelolaan BUMDes. Bila anggota BPD
menjadi pengawas BUMDes yang merupakan bagian/organ dari BUMDes, maka dapat dikatakan
anggota BPD itu melakukan pengawasan terhadap dirinya sendiri, meskipun proses
pertanggungjawabannya melalui pemerintah desa. Juga ditemui BUMDes yang tidak menyusun
laporan pertanggungjawaban pengelolaannya, selain tidak optimalnya peran pengawas BUMDes
sendiri.
Masalah lainnya adalah peran penasihat (ex-officio) menjadi dilema bagi BUMDes. Pasal 2 huruf
c Permendesa Nomor 4 Tahun 2014 menyatakan bahwa penasihat berperan “mengendalikan
pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUMDes”. Apabila terjadi kerugian yang dialami oleh
BUMDes, maka hal ini akan menjadi tanggungjawab BUMDes secara organisasi (pasal 27).
Sementara dalam Pasal 139 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 menyatakan bahwa
kerugian BUMDes menjadi tanggungjawab pelaksana operasional. Padahal PP tersebut juga
menjelaskan bahwa peran penasihat adalah melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada pelaksana operasional dalam menjalankan kegiatan pengurusan dan pengelolaan usaha
Desa.
Dari poin di atas, dipandang perlu adanya sinkronisasi kebijakan dalam pengaturan organ
BUMDes, sehingga akan memperkokoh pengelolaan BUMDes. Pada gilirannya, hal ini akan
berdampak pada profesionalisme kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa.
Kehadiran Undang-Undang Desa harus mampu mengubah pola pendekatan supra desa dari
intervensi menjadi fasilitasi secara bertahap dan berkala. Pemerintah supra desa harus berbenah
dan melakukan evaluasi atas apa yang sudah dilakukannya selama ini terhadap pengembangan
ekonomi desa atau BUMDes dan menyusun tahapan pengembangan untuk meningkatkan
kemandirian BUMDes.
Pemberian rekognisi dan mendorong kemandirian desa tidak serta merta menghilangkan peran dan
tanggungjawab supra desa dalam melakukan pembinaan terhadap desa, termasuk BUMDes.
Pembinaan selayaknya dilakukan melalui pendekatan fasilitasi bukan intervensi. Pemerintah
supra desa harus mampu meningkatkan dan memperkuat koordinasi antar unit Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di tingkat provinsi/kabupaten/kota) yang memiliki keterkaitan tugas
dan fungsi dalam mengembangkan ekonomi masyarakat desa. MERDESA …!
Perbedaan Kaur dengan Kasi di
Pemerintahan Desa
oleh Merdesa · Dipublikasikan 15 Januari 2018 · Di update 15 Januari 2018
Perbedaan Tugas Kepala Urusan (Kaur) dengan Kepala Seksi (Kasi) di Pemerintahan Desa.
Apakah perbedaan antara Kaur (Kepala Urusan) dengan Kasi (Kepala Seksi) dari segi tugas dan
fungsinya dalam pemerintahan desa menurut undang-undang?
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita akan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (“UU Desa”), Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (“PP Desa”) sebagaimana
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 (“PP 47/2015”), Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa
(“Permendagri 83/2015”) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (“Permendagri 84/2015”).
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala
Desa.
a. sekretariat desa,
b. pelaksana kewilayahan, dan
c. pelaksana teknis.
Perangkat desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala desa. Kaur merupakan bagian
dari sekretariat desa sedangkan Kasi merupakan bagian dari pelaksana teknis. Untuk itu,
penjelasan ini akan berfokus pada kedua perangkat desa tersebut.
Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dan dibantu oleh unsur staf sekretariat.
Sekretariat Desa paling banyak terdiri atas 3 (tiga) urusan yaitu urusan tata usaha dan umum,
urusan keuangan, dan urusan perencanaan, dan paling sedikit 2 (dua) urusan yaitu urusan umum
dan perencanaan, dan urusan keuangan. Masing-masing urusan dipimpin oleh Kepala Urusan
(Kaur).
Jadi, Kaur adalah pemimpin urusan-urusan yang ada di Sekretariat Desa. Kedudukannya adalah
sebagai unsur staf sekretariat.
Pelaksana Teknis merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional.
Pelaksana Teknis paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi yaitu seksi pemerintahan, seksi
kesejahteraan dan seksi pelayanan, paling sedikit 2 (dua) seksi yaitu seksi pemerintahan, serta
seksi kesejahteraan dan pelayanan. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi (Kasi).
Jadi, Kasi adalah pemimpin seksi-seksi yang ada di Pelaksana Teknis. Kedudukannya adalah
sebagai unsur pelaksana teknis.
Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Perangkat Desa;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Desa.
5.
Desa merupakan unit terkecil dari negara yang terdekat dengan masyarakat dan secara riil
langsung menyentuh kebutuhan masyarakat untuk disejahterakan. Basis sistem kemasyarakatan
di desa yang kokoh adalah kekuatan untuk mengembangkan sistem politik, sosial, budaya, dan
ekonomi. Di Indonesia ada kurang lebih 74 ribu desa, dimana lebih dari 32 ribu desa masuk
dalam kategori desa tertinggal. Kondisi ini sangat kontradiktif dengan tujuan otonomi daerah. Di
era otonomi daerah, seharusnya menjadi perwujudan unjuk kekuatan di berbagai bidang, karena
tujuan besar otonomi daerah adalah memperluas kesejahteraan masyarakat, termasuk masyarakat
desa. Kini desa menghadapi era baru. UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, hendak
mengantarkan desa sebagai penyangga kehidupan. Desa diharapkan menjadi mandiri secara
sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik.
Pada PP Nomor 43 Tahun 2014 yang diubah melalui PP Nomor 47 Tahun 2015 telah
menyebutkan jika kini desa mempunyai wewenang untuk mengatur sumber daya dan arah
pembangunan. Berlakunya regulasi tentang desa membuka harapan bagi masyarakat desa untuk
berubah. Desa memasuki era self governing community dimana Desa memiliki otonomi dan
kewenangan dalam perencanaan, pelayanan publik, dan keuangan. Maka desa bukan lagi
penunggu instruksi dari supra desa (Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, dan Pusat). Untuk itu
tumpuan dinamika kehidupan desa sangat bergantung pada pastisipasi masyarakat dalam
mendorong terbangunnya kesepakatan pengelolaan desa, mampu menumbuhkan dan
mengembangkan nilai sosial, budaya, ekonomi, dan pengetahuan.
Langkah Persiapan Pendirian Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha
Oleh Ahmad Sofyan 15 September 2015
Tujuan awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dimaksudkan untuk mendorong
atau menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang berkembang
menurut adat Istiadat dan budaya setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan
untuk di kelola oleh masyarakat melalui program atau proyek Pemerintah pusat dan Pemerintah
Daerah. Sebagai sebuah usaha desa, pembentukan BUMDes adalah benar-benar untuk
memaksimalisasi potensi masyarakat desa baik itu potensi ekonomi, sumber daya alam, ataupun
sumber daya manusianya. Secara spesifik, pendirian Bumdes adalah untuk menyerap tenaga
kerja desa meningkatkan kreatifitas dan peluang usaha ekonomi produktif mereka yang
berpenghasilan rendah.
Sasaran pemberdayaan ekonomi masyarakat desa melalui BUMDes ini adalah untuk melayani
masyarakat desa dalam mengembangkan usaha produktif. Tujuan lainnya adalah untuk
menyediakan media beragam usaha dalam menunjang perekonomian masyarakat desa sesuai
dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakat.
Untuk mendirikan BUMDes, ada tahapan-tahapan yang dilakukan oleh perangkat desa (terutama
kepala desa) sebagai komisaris BUMDes nantinya. Tahapan Pendirian BUMDes harus dilakukan
melalui inisiatif desa yang dirumuskan secara partisipatif oleh seluruh komponen masyarakat
desa. Pendirian BUMDes juga dimungkinkan atas inisiatif Pemerintah Kabupaten sebagai bentuk
intervensi pembangunan pedesaan untuk mendukung pembangunan daerah Secara umum
berdasarkan pengamatan saya, ada tiga tahapan yang bisa dilalui oleh kepala desa bersama pihak
panitia pembentukan BUMDes untuk proses pembentukan BUMDes secara ideal. Tahapan-
tahapan tersebut adalah :
Tahap I : Membangun kesepakan antar masyarakat desa dan pemerintah desa untuk pendirian
BUMDes yang dilakukan melalui musyawarah desa atau rembug desa. Dalam hal ini Kepala
Desa mengadakan musyawarah desa dengan mengundang Panitia pembentukan BUMDes,
anggota BPD dan pemuka masyarakat serta lembaga kemasyarakatan yang ada didesa. Tujuan
dalam pertemuan tahap I ini adalah merumuskan hal-hal berikut:
struktur organisasi yang menggambarkan bidang pekerjaan apa saja yang harus tercakup di
dalam organisasi tersebut. Bentuk hubungan kerja (instruksi, konsultatif, dan
pertanggunganjawab) antar personil atau pengelola BUMDes.
Tahap II Pengaturan organisasi BUMDes yang mengacu kepada rumusan Musyawarah Desa
pada Tahap I oleh Penitia Ad-hoc, dengan menyusun dan pengajuan pengesahan terhadap hal-hal
berikut:
1. Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes yang mengacu pada Peraturan Daerah
dan ketentuan hukum lainnya yang berlaku :
2. Pengesahan Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes
3. Anggaran Dasar BUMDes
4. Struktur Organisasi dan aturan kelembagaan BUMDes
5. Tugas dan fungsi pengelola BUMDes
6. Aturan kerjasama dengan pihak lain
7. Rencana usaha dan pengembangan usaha BUMDes
Pada tahap ke dua ini point-point yang dibahas juga sekaligus memperjelas kepada semua
anggota BUMDes dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk memahami aturan kerja
organisasi. Maka diperlukan untuk menyusun AD/ART BUMDes yang dijadikan rujukan
pengelola dan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola BUMDes. Melalui penetapan sistem
koordinasi yang baik memungkinkan terbentuknya kerja sama antar unit usaha dan lintas desa
berjalan efektif.
Penyusunan job deskripsi bagi setiap pengelola BUMDes sangat diperlukan untuk dapat
memperjelas peran dari masing-masing orang. Dengan demikian, tugas, tanggungjawab, dan
wewenang pemegang jabatan tidak memiliki duplikasi yang memungkinkan setiap
jabatan/pekerjaan yang terdapat di dalam BUMDes diisi oleh orang-orang yang kompeten di
bidangnya.
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah Tahap III : Pengembangan dan Pengelolaan BUMDes,
dengan aktivitas:
Di terakhir banyak point-point yang dibahas, yaitu menyusun bentuk aturan kerjasama dengan
pihak ketiga, yakni kerja sama dengan pihak ketiga apakah menyangkut transaksi jual beli atau
simpan pinjam penting diatur ke dalam suatu aturan yang jelas dan saling menguntungkan.
Penyusunan bentuk kerjasama dengan pihak ketiga diatur secara bersama dengan Dewan
Komisaris BUMDes.
Selain itu juga dibahas mengenai Menyusun rencana usaha (business plan), yakni Penyusunan
rencana usaha penting untuk dibuat dalam periode 1 sampai dengan 3 tahun. Sehingga para
pengelola BUMDes memiliki pedoman yang jelas apa yang harus dikerjakan dan dihasilkan
dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan dan kinerjanya menjadi terukur. Penyusunan
rencana usaha dibuat bersama dengan Dewan Komisaris BUMDes.
Point lain yang juga dibahas adalah Melakukan proses rekruitmen dan sistem penggajian dan
pengupahan. Untuk menetapkan orang-orang yang bakal menjadi pengelola BUMDes dapat
dilakukan secara musyawarah. Namun pemilihannya harus didasarkan pada kriteria tertentu.
Kriteria itu dimaksudkan agar pemegang jabatan di BUMDes mampu menjalankan tugas-
tugasnya dengan baik. Untuk itu, persyaratan bagi pemegang jabatan di dalam BUMDes penting
dibuat oleh Dewan Komisaris. Selanjutnya dibawa ke dalam forum rembug desa untuk
disosialisasikan dan ditawarkan kepada masyarakat. Proses selanjutnya adalah melakukan seleksi
terhadap pelamar dan memilih serta menetapkan orang-orang yang paling sesuai dengan kriteria
yang dibuat.
Selain itu pemberian insentif jika pengelola mampu mencapai target yang ditetapkan selama
periode tertentu. Besar kecilnya jumlah uang yang dapat dibayarkan kepada pengelola BUMDes
juga harus didasarkan pada tingkat keuntungan yang kemungkinan dapat dicapai. Pemberian
imbalan kepada pengelola BUMDes harus semenjak awal disampaikan agar mereka memiliki
tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebab pemberian imbalan merupakan
ikatan bagi setiap orang untuk memenuhi kinerja yang diminta.
Demikian resume yang saya simpulkan dari berbagai sumber yang menjadi bahan referensi saya
dalam menganalisa langkah persiapan pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Strategi Pengembangan BUMDes Sebagai Pilar Ekonomi
Desa
Badan Usaha
Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disingkat dengan BUMDes diproyeksikan muncul sebagai
kekuatan ekonomi baru di wilayah perdesaan. UU No 6 tahun 2014 tentang Desa memberikan
payung hukum atas BUMDes sebagai pelaku ekonomi yang mengelola potensi desa secara
kolektif untuk meningkatkan kesejahteraan warga desa.
Apa itu BUMDes? Istilah BUMDes muncul melalui Peraturan Pemerintah (PP) No 72/2005 dan
dirincikan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 39/2010. BUMDes
merupakan wadah usaha desa yang memiliki semangat kemandirian, kebersamaan, dan
kegotong-royongan antara pemerintah desa dan masyarakat untuk mengembangkan aset-aset
lokal untuk memberikan pelayanan dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan
desa.
Sebelum lahirnya kebijakan di atas, inisiatif BUMDes sudah muncul di sejumlah daerah dengan
nama yang berbeda-beda, tapi mereka memiliki prinsip dan tujuan yang sama. Ada yang
menjalankan bisnis simpan-pinjam (keuangan mikro), ada juga yang menyelenggarakan
pelayanan air minum untuk mengatasi kesulitan akses masyarakat terhadap air bersih.
Police Paper Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) yang ditulis oleh Yunanto dkk
(2014:3-4) menjelaskan ada sejumlah kelemahan yang secara inheren ada pada BUMDes, yaitu:
1. Penataan kelembagaan desa belum berjalan secara maksimal sehingga BUMDes pun
belum dilembagakan dalam format kepemerintahan dan perekonomian desa.
2. Keterbatasan kapasitas sumber daya manusia di desa untuk mengelola dan
mengembangkan BUMDes yang akuntabel dan berkinerja baik.
3. Rendahnya inisiatif lokal untuk menggerakkan potensi ekonomi lokal bagi peningkatan
kesejahteraan sosial dan ekonomi warga desa.
4. Belum berkembangnya proses konsolidasi dan kerjasama antar pihak terkait untuk
mewujudkan BUMDes sebagai patron ekonomi yang berperan memajukan ekonomi
kerakyatan.
5. Kurangnya responsivitas Pemda untuk menjadikan BUMDes sebagai program unggulan
untuk memberdayakan desa dan kesejahteraan masyarakat.
Secara substansial, UU No 6 tahun 2014 mendorong desa sebagai subjek pembangunan secara
emansipatoris untuk pemenuhan pelayanan dasar kepada warga, termasuk menggerakan aset-aset
ekonomi lokal. Posisi BUMDes menjadi lembaga yang memunculkan sentra-sentra ekonomi di
desa dengan semangat ekonomi kolektif.
Apa bedanya BUMDes dengan lembaga ekonomi masyarakat lainnya? Antara BUMDes dan
ekonomi pribadi maupun kelompok masyarakat lainnya sebenarnya tidak ada yang perlu
dipertentangkan. Semuanya saling melengkapi untuk menggairahkan ekonomi desa. Namun,
BUMDes merupakan lembaga yang unik dan khas sepadan dengan keunikan desa.
1. BUMDes merupakan sebuah usaha desa milik kolektif yang digerakkan oleh aksi kolektif
antara pemerintah desa dan masyarakat. BUMDes merupakan bentuk public and
community partnership atau kemitraan antara pemerintah desa sebagai sektor publik
dengan masyarakat setempat.
2. BUMDes lebih inklusif dibanding dengan koperasi, usaha pribadi maupun usaha
kelompok masyarakat yang bekerja di ranah desa. Koperasi memang inklusif bagi
anggotanya, baik di tingkat desa maupun tingkat yang lebih luas, namun koperasi tetap
ekslusif karena hanya untuk anggota.
Lalu, apa saja ruang usaha yang bisa dilakukan oleh BUMDes? UU No 6 tahun 2014 pasal 87
ayat 3 menyebutkan BUMDes dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Artinya, BUMDes dapat
menjalankan pelbagai usaha, mulai dari pelayanan jasa, keuangan mikro, perdagangan, dan
pengembangan ekonomi lainnya. Sebagai contoh, BUMDes bisa membentuk unit usaha yang
bergerak dalam keuangan mikro dengan mengacu secara hukum pada UU Lembaga Keuangan
Mikro maupun UU Otoritas Jasa Keuangan.
Aksa (2013) menjelaskan ada empat jenis bisnis yang bisa dikembangkan oleh BUMDes, antara
lain:
1. BUMDes tang bertipe serving. BUMDes semacam ini menjalankan bisnis sosial yang
melayani, yaitu melakukan pelayanan publik kepada masyarakat sekaligus juga
memperoleh keuntungan finansial dari pelayanan itu. Usaha ini memanfaatkan sumber
daya okal dan teknologi tepat guna, seperti usaha air minum desa dan usaha listrik desa.
2. BUMDes yang bertipe banking. BUMDes ini menjalankan bisnis uang seperti bank desa
atau lembaga perkreditan desa. Modalnya berasal dari ADD, PADes, tabungan
masyarakat serta dukungan dari pemerintah. Bisnis uang desa ini mengandung bisnis
sosial dan bisnis ekonomi. Bisnis sosial artinya bak desa merupakan proteksi sosial
terhadap warga desa, terutama kelompok warga yang rentan dan perempuan dari jeratan
para rentenir. Bisnis ekonomi artinya bank desa berfungsi untuk mendukung permodalan
usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku ekonomi di desa.
3. BUMDes bertipe renting. BUMDes ini menjalankan bisnis penyewaan barang-barang
(perangkat pesta, traktor, alat transportasi, ruko, dan lain sebagainya), baik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat maupun untuk memperoleh pendapatan desa.
4. BUMDes bertipe brokering. BUMDes ini berperan sebagai lembaga perantara, seperti
jasa pelayanan kepada warga maupun usaha-usaha masyarakat, misalnya jasa
pembayaran listri, desa mendirikan pasar desa untuk memasarkan produk-produk yang
dihasilkan masyarakat. BUMDes juga bisa membangun jaringan dengan pihak ketiga
untuk memasarkan produk-produk lokal secara lebih luas.
Didalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 2014 pasal 142 Mengenai Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes), telah dilengkapi penjelasannya dengan pasal 142 Peraturan Pemerintah 47
tahun 2015 menjadi :
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pendirian, pengurusan dan pengelolaan, serta
pembubaran BUM Desa dan BUM Desa Bersama akan diatur dan ditetapkan oleh
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan
desa, pembangunan kawasan perdesaan, dan pemberdayaan masyarakat Desa
berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pemerintahan dalam negeri.
Bunyi pasal itu menunjukan bahwa Permendesa PDTT dan Mendagri harus saling kerja sama
dalam mengatur, mengurus dan mengelola BUMDes
Oleh karena itu, terbitlah Permendesa PDTT no 4/2015 yang mengatur tentang pendirian,
pengurusan, pengelolaan dan pembubaran BUMDes. Dalam pasal di bawah ini tertulis:
Bagian Kesatu
Pasal 7
BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.
Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM Desa dan masyarakat.
Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum, bentuk
organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3).
Pasal 8
Dari penjelasan itu, BUMDes adalah milik (rakyat) Desa yang berdiri berdasarkan MUSDES.
Musdes adalah penegasan dari people sovereignty (baca pasal 88 UU Desa 6/2014 –
(1)Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa.
(2) Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Desa.)
BUMDes harus dilihat secara mendalam berdarkan pemahaman Desa dalam Undang-Undang ini
merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7)
dan Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:
memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia;
melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan
potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab;
meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat
perwujudan kesejahteraan umum;
meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat
Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan
nasional; dan
memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
Juga dalam penjelasan UU 6/2014 tertulis bahwa BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa
untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa.
BUM Desa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti perseroan
terbatas, CV, atau koperasi. Oleh karena itu, BUM Desa merupakan suatu badan usaha
bercirikan Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di samping untuk membantu
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa. BUM
Desa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembangan ekonomi
lainnya. Dalam meningkatkan sumber pendapatan Desa, BUM Desa dapat menghimpun
tabungan dalam skala lokal masyarakat Desa, antara lain melalui pengelolaan dana bergulir dan
simpan pinjam.
BUM Desa dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga
berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa. BUM Desa
diharapkan dapat mengembangkan unit usaha dalam mendayagunakan potensi ekonomi. Dalam
hal kegiatan usaha dapat berjalan dan berkembang dengan baik, sangat dimungkinkan pada
saatnya BUM Desa mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Di kalimat terakhir (tulisan diatas), pemerintah harus berhati-hati (dengan pengamatan-riset yang
matang dan melihat perkembangan keuangan BUMDes) untuk mem-badan hukum-kan
BUMDes. Jangan sampai pelembagaan dengan badan hukum justru malah membuat tindakan
berbalik arah dari falsafah BUMDes sebagai milik (rakyat) Desa – dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat – sesuai dengan amanah UUD 1945 yang menjamin tanah, air dan segala isinya
yang terkandung dalam bumi Indonesia untuk kesejahteraan rakyat.
VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA
DESA KADIBOLO WEDI KLATEN
VISI
MISI
PROGRAM KERJA
1. BIDANG PEMERINTAHAN
3. Transparansi Keuangan
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Kepala Desa
dan aparaturnya, masalah keuangan harus transparan (terbuka).
Transparansi keuangan yang dimaksud adalah dimana masyarakat
harus mengetahui sumber-sumber keuangan yang didapat dengan
pengalokasianya minimal satu kali dalam setahun dan membuat
laporan kepada BPD dan disosialisasika kepada masyarakat melalui
RT.
2. BIDANG PEMBANGUNAN
4. Pembinaan PKK
PKK merupakan wadah pembinaan ibu-ibu diharapkan peranya dalam
masyarakat dapat meningkatkan peran ibu dalam mendidik anak,
meminimalisir kenalan remaja, pergaulan bebas kekerasan terhadap
anak. Karena ibu adalah pendidik anak yang pertama dan utama dalam
keluarga, sehingga ketika anak remaja meskipun Anak Gaul tapi
berakhlak mulia.
5. Lembaga lain
Lembaga lain yang berada di desa harus dapat menberikan
kontribusinya terhadap kemajuan pembangunan Desa Kadibolo
1). Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
BUMDes merupakan badan profit yang harus mampu meningkatkan
PAD.
2). Paguyuban Pengusaha Desa Kadibolo,
Paguyuban Pengusaha sudah banyak memberikan konstribusi yang
besar terhadap pembangunan di desa Kadibolo.
8 Struktur Organisasi Pemerintahan
Desa
Desa merupakan sebuah wilayah administratif yang berada di bawah tingkat kecamatan,
dimana ini merupakan kumpulan dari beberapa pemukiman kecil yang disebut dengan
dusun, kampung, banjar, maupun jorong. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72
tahun 2005 menyatakan bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah dan memiliki kewenangan untuk mengatur serta
mengurus kepentingan masyarakat setempay yang berdasarkan pada asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Pemerintahan desa
Pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa nantinya akan bekerja secara
bersama-sama untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam upaya mengatur
serta mengurus kepentingan masyarakat setempatnya yang berdasarkan pada asal usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Masing-masing desa memiliki struktur atau susunan organisasi yang berbeda-beda. Hal
ini tergantung pada kebutuhan serta keadaan dari masing-masing desa.
Berikut adalah penjelasannya :
1. Kepala Desa
Kepala desa merupakan orang yang berkedudukan sebagai kepala pemerintah di
desa. Kedudukan kepala desa berada langsung di bawah Bupati dan ia bertanggung
jawab kepada Bupati melalui camat.
Fungsi dan tugas dari kepala desa adalah memimpin penyelenggaraan
pemerintahan serta pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan desa.
a. wewenang kepala desa
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, kepala desa diberikan beberapa
wewenang seperti yang tercantum dalam PP no. 72 tahun 2005, seperti :
1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama BPD
2) Mengajukan rancangan peraturan desa
3) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapatkan persetujuan bersama
BPD
4) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB desa
untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
5) Membina kehidupan masyarakat desa
6) Membina perekonomian desa
7) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
8) Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan serta dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
9) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Kewajiban pokok kepala desa
1) Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD tahun
1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3) Melaksanakan kehidupan demokrasi
4) Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari
KKN (korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
5) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa
6) Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan
7) Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik
8) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa
9) Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa
10) Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa
11) Mengembangan pendapatan masyarakat dan desa
12) Membina, mengayomi, serta melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat
istiadat
13) Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa
14) Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan
hidup
Selain kewajiban-kewajiban pokok di atas, kepala desa juga berkewajiban
untuk :
1) Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati
atau Walikota melalui camat sekali dalam satu tahun
2) Memberikan Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD dalam
musyawarah BPD setidaknya sekali dalam setahun
3) Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
masyarakat baik melalui selebaran maupun dapat diinformasikan secara lisan
dalam berbagai pertemuan masyarakat desa maupun media lainnya.
7. Kepala dusun
Kedudukan kepala dusun adalah sebagai unsur kewilayahan yang membantu
pelaksanaan tugas dari kepala desa di lingkup kerjanya. Adapun tugas dari kepala
dusun adalah membantu kepala desa dalam menjalankan kebijakan serta
kegiatan di bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, pembangunan,
serta kemasyarakatan.
Fungsi kepala dusun :
1) Sebagai pelaksana kegiatan pemerintahan, ketentraman dan ketertiban,
pembangunan, serta kemasyarakatan di wilayah kerjanya
2) Sebagai pelaksana peraturan desa di wilayah kerjanya
3) Sebagai pelaksana kebijakan desa
8. Pamong
Kedudukan pamong adalah sebagai unsur pelaksana teknis lapangan guna
membantu kepala desa dalam menjalankan kegiatan sesuai dengan bidang
tugasnya di lapangan.
fungsi pamong antara lain adalah :
1) Sebagai pelaksana kegiatan dan keputusan desa
2) pelaksana kebijakan kepala desa sesuai dengan bidang tugasnya di lapangan
3) Nah, berikut adalah penjelasan mengenai struktur organisasi pemerintahan
desa yang dijelaskan secara lengkap satu persatu. Semoga artikel ini bisa
bermanfaat dan menambah wawasan anda.
TUGAS dan FUNGSI
TUGAS/FUNGSI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa menjelaskan secara tegas susunan organisasi
pemerintahan desa. Pemerintahan Desa terdiri atas Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Kepala Desa dan
Perangkat Desa.
1. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa disampaikan kepada Bupati melalui camat (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun.
2. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
dalam musyawarah BPD.
3. Laporan akhir masa jabatan kepala desa disampaikan kepada Bupati melalui camat dan kepada BPD.
Missi
Meningkatkan ekonomi masyarakat yang berbasis usaha kecil kopearasi dan industry