Anda di halaman 1dari 83

Kelebihan dan Kekurangan Tinggal di Desa

KELEBIHAN:

Udara Segar

Kehidupan di desa masih tergantung dengan pertanian. Oleh karena banyaknya tumbuhan,
ditambah tidak adanya gedung tinggi berjejer, membuat udara segar dengan bebas masuk ke
celah-celah ventilasi rumah kita. Sehingga tanpa AC pun kita sudah mendapatkan angin segar
yang alami.

Rumah Lebih Luas


Harga tanah di desa masih sangat terjangkau harganya. Itulah sebabnya penduduk desa masih
mampu membeli tanah yang luas untuk rumah mereka, bahkan tidak perlu membeli pun
sebagain orang tua sudah menyiapkan lahan untuk anak-anaknya. Sehingga rumah-rumah di desa
relatif lebih luas daripada di kota.

Bebas Polusi

Lokasi yang jauh dari perkotaan, menjadikan tidak adanya kebisingan, bau asap kendaraan, steril
nya sungai dari limbah pabrik. Itulah sebabnya tingkat stres penduduk perkotaan lebih tinggi dari
penduduk desa. Bukankah yang dicari manusia adalah kebahagiaan?

Biaya Hidup Murah


Di desa, segalanya masih murah. Mulai dari tanah, panganan, dan jasa, semua masih jauh lebih
murah dari perkotaan. Sehingga meskipun di desa uangnya sedikit, sudah mampu untuk biaya
kehidupan sehari-hari

Budaya Gotong-Royong

Kehidupan di desa masih kental dengan budaya gotong-royong nya, sehingga tidak perlu terlalu
banyak uang untuk membangun rumah, jalan, jembatan, maupun infrastruktur lainnya. Dalam
mengadakan acara, mereka juga saling bantu-membantu, acara pernikahan misalnya, para
tetangga akan datang sendirinya tanpa diundang sekalipun.

Pemandangan Indah
Pemandangan di desa masih alami, dengan sungainya yang jernih, sawahnya yang luas, dan juga
landscape pegunungan yang bebas dipandang mata. Memang landscape gedung berderet di kota
besar juga indah, tapi juga cepat membuat jenuh.

Bebas Macet

Jumlah penduduknya yang sedikit, juga bukan pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, dan industri,
Selain itu penduduk desa masih jarang yang memiliki kendaraan pribadi, itulah
alasan sedikitnya kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan.

Rasa Kekeluargaan Tinggi


Masyarakat desa lebih menjunjung tinggi rasa kekeluargaan. Alasannya mungkin mereka masih
kerabat, Berbeda dengan masyarakat kota yang cenderung Individualis, mungkin disebabkan
karena masyarakat kota kebanyakan pendatang dari berbagai daerah. Sehingga tidak jarang,
dengan tetangga samping pun tidak saling kenal.

KEKURANGAN:
*Pendidikan di desa masih tertinggal dengan yang ada di kota.
*Infrastruktur seperti rumah sakit, bandara, stadion, masih minim.
*Ekonomi di desa masih bergantung dengan pertanian.
*Hiburan seperti bioskop, mall, kolam renang, masih berpusat di kota.
*Teknologi di desa belum semaju di kota.
*Lahan pekerjaan masih minim.
9 Kelebihan Masyarakat Desa Dibanding
Masyarakat Kota
Pelangi Blog Senin, 09 Maret 2015

Ternyata, kehidupan di desa justru lebih nyaman dan tentram daripada di kota

Inilah 7 Makna dan Misteri Besar Dibalik Nama Anda


Pengaruh Buruk Gaya Hidup Karin "Awkarin" Novilda Bagi Remaja
9 Fakta Unik Guru Sekolah Dasar (SD) Yang Perlu Anda Ketahui

PelangiBlog.Com - Seperti yang sudah umum di masyarakat Indonesia bahwa banyak orang dari
desa bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Bagi mereka, tinggal di desa dirasa sulit untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat menghidupi keluarga. Seperti yang banyak
dikatakan bahwa untuk memenuhi kebtuhan pangan sehari-hari saja sudah untung, apalagi sampai
berlebihan.

Kehidupan di kota tentu sangat berbeda dari pada di desa. Selain lapangan pekerjaan, beberapa
faktor lain pun sangat mendukung seperti lebih ramai, lebih modern dan tidak primitif, dan faktor-
faktor lainnya. Ya, ini memang tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan di kota lebih modern dari
pada kehidupan di desa. Hal tersebut merupakan penyebab mengapa banyak orang dari desa yang
berbondong-bondong pergi ke kota. Jika Anda juga tinggal di desa, tentu Anda juga membenarkan
hal ini.

Meskipun masyarakat di desa lebih primitif dari pada masyarakat di kota dan juga lapanga
pekerjaan kurang memadai, namun tidak selamanya desa menjadi kehidupan yang berkesan lebih
buruk dibanding kehidupan di kota. Ada beberapa hal yang sangat jarang didapatkan di kota.

Nah, terkait dengan pembahasan di atas, berikut adalah beberapa kelebihan masyarakat di desa
dibanding masyarakat di kota, Anda bisa membacanya lebih lanjut :

1. Kerukunan
Berbeda dari masyarakat kota, kerukunan merupakan simbol penting bagi masyarakat desa,
gotong-royong pun selalu tercermin dalam kehidupan mereka, contoh sederhana adalah kerja
bakti. Tetapi tidak hanya kerja bakti, masih banyak hal yang menunjukan kerukunan masyarakat
desa. Kerukunan dan gotong-royong inilah yang menyebabkan masyarakat desa saling mengenal
satu dengan lainnya.

Di kota, jika Anda menanyakan nama seseorang di sebuah komplek perumahan, kemungkinan
Anda tidak akan menemukan orang tersebut, kecuali jika Anda bertanya tentang alamat dan nomor
rumah. Ini sangat berbeda jika Anda menanyakan nama seseorang di sebuah desa, Anda akan
diberitahu tempat tinggal orang tersebut meskipun Anda berada di jarak ratusan meter tanpa
menanyakan alamat dan nomor rumah.
2. Solidaritas Tinggi
Setelah Anda membaca contoh kecil kerukunan masyarakat di desa, semua itu tidak akan terjadi
tanpa adanya solidaritas masing-masing. Solidaritas inilah yang menyebabkan mereka saling
rukun, saling mengenal, saling peduli, dan saling membantu.

Di desa, jika seseorang melihat tetangganya sedang sibuk mengerjakan sesuatu, maka ia akan
datang dan turut membantu tanpa harus dimintai tolong. Apalagi jka tetangga mengadakan sebuah
acara pesta misalkan pernikahan, maka tetangga sekitar pun akan ikut membantu meskipun tidak
dimintai tolong. Malah sebaliknya, mereka merasa malu jika tidak turut membantu. Ini adalah
solidaritas tinggi antar sesama masyarakat desa.

3. Sopan Santun dan Ramah Tamah


Masyarakat desa memang terkenal sopan santun dan ramah tamah, bahkan ketika saling bertemu
di jalan pun mereka akan saling menyapa. Sopan santun dan ramah tamah ini adalah ciri khas yang
diajarkan oleh orang-orang tua dulu.

Banyak kasus bahwa anak-anak desa yang pergi ke kota akan menjadi sasaran bagi para penipu.
Sebenarnya mereka tidak bodoh, hanya saja sopan santun dan ramah tamah terhadap sesama inilah
yang selalu diajarkan dan sudah menjadi watak bagi masyarakat desa, sehingga mereka terlihat
sangat lugu dan menjadi sasaran bagi para penipu di kota. Ini adalah bukti bahwa masyarakat desa
sangat menjunjung nilai kesopanan dan keramahan.

4. Pemandangan yang Indah dan Sehat


Seperti yang Anda ketahui, bahwa desa merupakan tempat yang hijau. Pepohonan, sungai, gunung,
persawahan, menghiasi setiap tempat dan menjadi pemandangan yang indah. Pemandangan di desa
merupakan pemandangan yang alami. Selain ini sedap dipandang mata, udara pun tetap terjaga
dan sehat. Sehingga tidak jarang banyak orang kota yang datang melakukan refreshing ke tempat-
tempat wisata alami di desa.

5. Jauh dari Polusi


Kota memang menyediakan banyak lapangan pekerjaan karena banyaknya industri dan pabrik,
tentu ini menyebabkan kota menjadi padat penduduk. Tetapi, asap-asap pabrik dan kendaraan,
limbah yang dibuang ke sungai, semua itu menyebabkan polusi dan tentu kota menjadi lingkungan
yang kurang sehat. Berbeda dengan di desa, di samping pemandang masih asri, banyaknya
tumbuhan dan pepohonan yang terus menjaga udara tetap segar. Ini menjadikan lingkungan tetap
sehat dan bebas polusi.

6. Tenang dan Tentram


Lingkungan merupakan salah satu faktor yang bisa mempenaruhi ketenangan dan ketentraan. Desa
merupakan tempat yang tenang dan tentram, dibanding suasana kota yang ramai dan banyak
hibuan. Suasana desa yang asri dan pemandangan yang indah sangat cocok untuk memunculkan
inpirasi dan ide-ide baru. Bhkan banyak orang yang ingin menenangkan diri dari berbagai masalah
dengan pergi ke tempat-tempat yang asri seperti di desa.

7. Tingkat Kriminalitas dan Kejahatan Lebih Sedikit


Ya, memang sepanjang sejarah, kriminalitas dan kejahatan tidak pernah sirna, dimanapun di dunia
ini. Namun, secara umum prosentase kriminalitas dan kejahatan di kota lebih besar dibanding di
desa. Setiap hari, berita kejahatan yang dimuat dalam media berita (baik media masa maupun
media elektronik) lebih banyak berlokasi di perkotaan dari pada pedesaan. Jika seseorang ingin
bermigrasi ke kota, ia akan diberikan nasehat untuk lebih berhati-hati karena kehidupan kota
sangatlah keras. Ini tentunya sudah membuktikan bahwa kriminalitas perkotaan lebih besar
dibanding pedesaan.

8. Adat dan Budaya Masih Dilaksanakan


Adat dan budaya merupakan warisan nenek moyang yang seharusnya tidak dibiarkan hilang begitu
saja. Dan tentu saja dimana pun tempatnya, pasti ada adat dan budaya yang dulu pernah
ditegakkan. Dalam kasus ini, masyarakat desa adalah masyarakat yang masih memegang adat dan
budaya. Tentu saja ada banyak adat dan budaya, tergantung pada masing-masing desa, misalkan
tahlilan, tilik bayi (menjenguk anak yang baru lahir), tilik wong loro (menjenguk orang sakit), dan
masih banyak lagi adat dan budaya lainnya. Sedangkan di sisi lain, masyarakat kota bisa dikatakan
sebagai masyarakat yang telah kehilangan budaya, ini dikarenakan adat dan budaya di kota sudah
mulai luntur sepanjang perjalanan waktu.

9. Syiar Agama Lebih Kental


Ini adalah point yang paling penting sebagai seorang yang memiliki keyakinan beragama islam.
Syiar agama islam memang disebarkan ke setiap penjuru negara Indonesia. Kekentalan syiar
agama islam ini ditandai banyaknya pondok pesantren salaf, Taman Pendidikan Al-Qur’an,
budaya-budaya islami, dan beberapa pengajian rutin yang berdiri di daerah pedesaan. Kebanyakan
anak lulusan SD pun sudah bisa mengaji dan membaca Al-Qur’an.

Berbeda dengan suasana di kota, kota adalah tempat untuk mendapatkan pekerjaan dan mencapai
karir, sehingga agama pun dikesampingkan. Tentu jarang orang kota yang mampu membaca Al-
Qur’an secara fasih dan jelas, bahkan untuk kalangan artis dan orang biasa.

Catatan Penting :
Artikel ini ditulis bukan untuk memberikan deskriminasi dan jurang pemisah antara masyarakat
desa dan masyarakat kota. Artikel ini ditulis untuk memberikan gambaran bahwa kehidupan
masyarakat desa juga menyenangkan sama seperti kehidupan masyarakat kota, sesuai dengan opini
umum bahwa kehidupan di kota lebih menyenangkan dari pada keidupan di desa.

Baca juga artikel terkait :


Alasan Mengapa Banyak Orang Desa Pindah ke Kota
7 Alasan Seseorang Memilih Tinggal di Desa Daripada di Kota.
Masalah dan Potensi Desa
Potensi Masyarakat

 Aspek Pertanian

Mayoritas petani pada umumnya menanam padi dan palawija. Jenis palawija yang
dibudidayakan oleh petani Desa Beusi adalah kacang ijo, kedelai, dan jagung. Selain itu, petani
juga ada yang menanam tanaman hortikultura seperti : semangka, mentimun, dan mangga. Ada
beberapa alasan yang membuat petani memilih untuk menanam padi. Salah satunya karena
cocok dengan kondisi iklim dan geografis di Beusi. Dalam setahun, biasanya petani dapat panen
sebanyak dua kali. Di musim kemarau biasanya mereka mengganti tanaman padi menjadi
tanaman semangka.

 Aspek Peternakan

Di desa ini mepunyai peternakan lele dan jangkrik. Yang dimana usaha jangkrik ini pernah
bekerja sama dengan rusia dimodalkan sebanyak 10 ton perminggu. Jangkrik ini memiliki umur
panen selama satu minggu. Setelah itu siap panen. Sedangkan lele memiliki masa panen selama
dua bulan sekali

Permasalahan Masyarakat

Permasalahan Masyarakat yang terjadi di Desa Beusi seperti :

1. Permasalahan pertanian dan perekonomian masyarakat

Permasalahan dari Aspek Pertanian diantaranya:

 Akses petani terhadap modal

Banyak dari para petani yang masih kesulitan untuk mendapatkan modal bagi perkembangan
usaha taninya disamping luasan kepemilikan lahannya yang masih sempit. Persyaratan
administratif dirasa sulit bagi petani yang ingin meminjam modalnya ke bank. Hal ini disebabkan
kepemilikan lahan yang kebanyakan masih berupa lahan garapan milik orang lain, sehingga
persyaratan perbankan yang menjadikan surat tanah sebagai jaminan sulit terpenuhi.
 Akses Petani Terhadap Informasi Masih Rendah

Petani kurang memiliki akses terhadap informasi, terutama informasi mengenai harga beras yang
masih kurang karena saluran distribusi yang masih panjang sehingga petani tidak mengetahui
harga beras di pasaran.

 Harga jual rendah

Harga jual beras di petani masih terbilang rendah. Saluran pemasaran yang masih panjang
membuat petani tidak memiliki bergaining position yang membuatnya dapat menentukan harga
jual padinya sendiri. Harga yang berlaku berada di pihak pembeli yaitu tengkulak. Sangat sulit
untuk memotong saluran pemasaran karena adanya keterikatan antara petani dan tengkulak.
Tengkulak seringkali meminjamkan modal kepada petani yang jika petani meminjamnya kepada
lembaga formal seperti bank akan sulit. Selain untuk modal, tengkulak juga dapat meminjamkan
uang kepada petani untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

Saat panen raya tiba, harga jual akan sangat turun. Pada saat ini hukum permintaan dan
penawaran berlaku. Oleh sebab itu perlu adanya manajemen usaha tani yang berfungsi dalam
penyediaan beras di pasar.

 Pola Pikir

Salah satu masalah yang ada pada sebagian petani Desa Beusi adalah pola pikir. Mereka
menganggap bahwa mekanisme jika mereka bergabung dalam kelompok tani itu adalah rumit.
Sebagian lain mengetahui keuntungan yang didapat dari kelompok tani, namun masih enggan
untuk berkelompok. Ada juga kelompok yang baru dibuat setelah adanya program pemberian
bantuan dari pemerintah yang mempersyaratkan petani yang diberi dana bantuan tersebut
memiliki kelompok.

Penyuluh yang menginstruksikan petani untuk menjalankan program padi legowo juga memiliki
kesulitan dalam merubah perilaku petani yang memiliki pola pikir kurang maju. Ada petani yang
menerima, petani yang setengah menerima, dan ada petani yang menolak. Petani yang menerima
adalah petani yang berpikiran maju, mereka memiliki kesadaran untuk menerapkan teknik
legowo dengan melihat berbagai macam keuntungan yang didapatkan dengan mereka
menerapkannya. Petani yang setengah menerima adalah petani yang awalnya menerima untuk
menerapkan teknik tanam legowo dengan melihat contoh petani lain yang sudah berhasil tapi
tidak berlanjut pada penanaman selanjutnya. Karakteristik yang terakhir adalah petani yang
menolak. Petani yang menolak ini adalah petani yang masih berpikiran kurang maju dan
menganggap teknik legowo ini akan menurunkan produktivitas padi mereka. Selain itu, sikap
mereka yang “nerimo” apa yang sudah menjadi budaya dalam usaha tani mereka menyebabkan
mereka enggan untuk berpindah dari teknik tegel menjadi legowo. Teknik legowo juga mereka
anggap sulit pemeliharaannya.

Usaha pemerintah dalam upaya membentuk kesadaran petani untuk melaksanakan program-
program yang telah dicanangkan adalah dikerahkannya Babinsa (Bintara Pembina Desa).
Peranan Babinsa ini adalah untuk mengajak para petani serta menjadi penengah bagi para petani
dalam penggunaan sarana dan prasarana petani. Diharapkan dengan turut sertanya Babinsa dalam
penyuluhan mereka dapat memberikan semangat dan rasa aman bagi petani sehingga mereka
mampu meningkatkan produktivitas untuk percepatan swasembada pangan.

 Luas lahan sempit

Luas lahan sawah yang dimiliki petani relatif sempit yaitu rata-rata 0,5 ha. Dengan luasan lahan
yang sempit ini, akan semakin sulit bagi perkembangan usaha taninya.

 Tenaga kerja lanjut usia lebih dominan

Kebanyakan dari para petani maupun buruh tani adalah berusia lanjut. Para pemuda banyak yang
merantau ke luar kota untuk menjadi buruh. Mereka menganggap bahwa desa tidak menjanjikan
kehidupan yang lebih baik. Daya tarik perkotaan yang menyediakan banyak akses untuk
mendapatkan berbagai macam fasilitas menyebabkan masyarakat desa banyak melakukan
urbanisasi ke daerah perkotaan. Tenaga petani yang sudah tua tentu berbeda dengan yang masih
muda. Oleh karenanya produktifitas tidak maksimal.

 Organisme pengganggu tanaman

Produktivitas pertanian sangat bergantung pada usaha petani dalam mengendalikan berbagai
organisme pengganggu tanaman. OPT yang menyerang di Desa Beusi ini diantaranya gulma,
hama kupu-kupu, ulat, dan wereng.

Permasalahan dari Aspek Peternakan diantaranya:

 Harga jual lele rendah meskipun harga bahan baku tinggi


 Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat
 Jumlah produksi jangkrik rendah, sehingga tidak dapat memenuhi pasar

Permasalahan industri genteng dan bata:

 Produktivitas bergantung musim


 Ketersediaan kayu sebagai bahan bakar tergantung musim
 Produk cacat genteng bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan walau harganya murah,
namun produk cacat bata tidak dapat dimanfaatkan lagi.
 Skala usaha kecil
 Masuknya barang substitusi yang lebih ekonomis ke pasar
Menyusun Dan Merumuskan
Tugas-Tugas Pengurus
Kelompok Tani

Kelompok tani merupakan suatu organisasi, sehingga memiliki


struktur organisasi dengan kelengkapan yang terdiri dari: Ketua
kelompok, Sekretaris, Bendahara serta seksi-seksi sesuai dengan
kebutuhan. Jumlah seksi dalam satu kelompok tidak dibatasi tetapi
disesuaikan dengan perkembangan dan jenis aktivitas dalam
kelompok tersebut. Kelompok tani yang baik adalah kelompok
yang memiliki aturan-aturan dan memiliki tugas dan tanggung
jawab baik pengurus ataupun anggota. Aturan-aturan tersebut
adalah hasil kesepakatan bersama dan harus pula ditaati. Serta
harus ada sangsi bagi yang melanggarnya. Proses penyusunan
aturan atau tugas-tugas pengurus dilakukan melalui musyawarah
anggota kelompok tani. Aturan kelompok tersebut serta tugas-
tugas kelompok dapat dirubah atau ditambah sesuai dengan
keperluan dan tingkat perkembangan kelompok tani tersebut.
Struktur organisasi kelompok paling tidak terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara dan seksi-seksi yang disesuikan dengan
kebutuhan. Dalam menyusun struktur organisasi perlu
dipertimbangkan jumlah anggota yang akan dilayani, artinya
semakin besar jumlah anggota yang akan dilayani, maka struktur
organisasi/kepengurusan akan semakin lengkap. Juga tergantung
dari jumlah pelayanan, terutama pelayanan keuangan seperti
simpan pinjam kepada anggota, semakin besar jumlah pelayanan
kepada anggota maka semakin dibutuhkan ketelitian sehingga
diperlukan tenaga yang lebih banyak.
Berdasarkan struktur organisasi maka tugas-tugas masing-masing
pengurus adalah sebagai berikut :

1. Ketua Kelompok
Tugas Ketua Kelompok antara lain mengkoordinasikan,
mengorganisasikan dan bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan kelompok, dengan rincian sebagai berikut : memimpin
rapat pengurus, memimpin rapat anggota, menandatangani
surat menyurat, mewakili kelompok dalam pertemuan dengan
pihak lain dan memimpin pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Apabila diperlukan dapat juga dipilih wakil ketua dengan
tugas antara lain mewakili ketua bilamana ketua berhalangan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya serta melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan oleh ketua sebatas ruang lingkup
tugas-tugas ketua tersebut.

2. Sekretaris Kelompok
Tugas Sekretaris kelompok bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan administrasi kegiatan non keuangan dengan
rincian sebagai berikut : mencatat segala keputusan penting
dalam setiap rapat, menindaklanjuti hasil-hasil rapat,
menyampaikan hasil-hasil rapat dengan cara membuat notulen
dan disampikan dalam rapat berikutnya, membuat dan
menyimpan serta menyampaikan hasil notulen rapat kepada
pengurus, membuat undangan-undangan, menyiapkan surat
menyurat dan pengarsipannya, membuat laporan-laporan
(laporan bulanan, laporan tahunan). Apabila diperlukan dapat di
tunjuk wakil sekretaris dengan tugas antara lain mewakili
sekretaris bilamana sekretaris berhalangan dalam
melaksanakan tugasnya dan melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan oleh sekretaris sebatas ruang lingkup tugas-tugas
sekretaris tersebut.

3. Bendahara Kelompok
Tugas Bendahara Kelompok bertanggung jawab menangani
seluruh kegiatan administrasi keuangan kelompok dengan
rincian tugas sebagai berikut : menerima pembayaran atas
nama kelompok dan menyimpannya dengan baik, melakukan
pembayaran atas persetujuan ketua kelompok, menyimpan dan
memelihara arsip transaksi keuangan, menyelenggarakan dan
memelihara administrasi keuangan kelompok dan menyusun
laporan keuangan secara berkala (bulanan dan tahunan).

4. Seksi-Seksi
Tugas Seksi-Seksi dalam Kelompok sesuai dengan
keperluannya kelompok dapat menetapkan beberapa seksi.
Sebagai contoh seksi simpan pinjam. Seksi ini mempunyain
tugas melayani anggota yang akan menyimpan atas meminjam
uang dan mencatatnya dalam buku simpan pinjam, melakukan
pencatatan penerimaan dan pembayaran kegiatan simpan
pinjam dalam buku kas simpan pinjam serta membuat laporan
bulanan dan laporan tahunan untuk kegiatan simpan pinjam.
Seksi non simpan pinjam. Seksi ini mempunyai tugas antara lain
melayani anggota dalam kegiatan non simpan pinjam,
merencanakan dan mengusulkan kepada ketua tentang
pengadaan barang sesuai dengan kebutuhan anggota,
melakukan pencatatan tentang barang anggota kelompok dalam
buku pengadaan barang serta membuat laporan bulanan dan
tahunan untuk seksi yang bersangkutan. Untuk seksi-seksi
lainnya dapat dirumuskan tugasnya sesuai dengan kesepakatan
dalam rapat pengurus.

5. Hak dan Kewajiban Anggota

Setiap anggota kelompok tani mempunyai hak dan kewajiban.


Adapun hak tersebut antara lain : berhak untuk menyampaikan
usul/saran/pendapat kepada pengurus baik dalam rapat
maupun diluar forum rapat, memilih dan dipilih menjadi
pengurus kelompok, memperoleh pelayanan yang sama sesuai
bidang kegiatan yang dilakukan dalam kelompok, serta
memperoleh manfaat baik berupa keuntungan material yang
diperoleh dari berkelompok tersebut. Sedangkan kewajiban
anggota kelompok antara lain mematuhi aturan-aturan atau
kesepakatan dalam kelompok, mematuhi keputusan-keputusan
rapat, hadir dan aktif pada setiap rapat-rapat anggota (rapat 2
mingguan, rapat bulanan, atau rapat-rapat lainnya), membayar
iuran-iuran (iuran bulanan, iuran pokok dll), aktif memanfaatkan
pelayanan yang di selenggarakan oleh kelompok serta wajib
tanggung renteng jika ada sesuatu kejadian dalam kelompok
yang diakibatkan oleh ketidak sengajaan. (Admin
PERAN DAN TUGAS PENGURUS GAPOKTAN/POKTAN

PERAN DAN TUGAS PENGURUS GAPOKTAN/POKTAN

Pengurus Gapoktan

Pegurus Gapoktan terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara yaitu adalah petani anggota yang dipilih
dalam Rapat Anggota. Sedangkan untuk pengelola gapoktan (dibawah kendali Pengurus), terdiri dari Seksi
Keuangan Mikro, seksi Usaha tani, seksi usaha pengolahan, seksi usaha sarana dan prasarana produksi, dan
seksi usaha pemasaran.Untuk menjalankan fungsi organisasi, termasuk PUAP, masing-masing pengurus
Gapoktan mempunyai tugas yaitu :

KETUA,

mengkoordinasikan, mengorganisasikan serta bertanggungjawab penuh terhadap seluruh kegiatan


gapoktan dg rincian sbb :

1. melaksanakan hasil keputusan rapat anggota,


2. memimpin rapat pengurus yang dihadiri pengurus poktan, komite pengarah dan penyuluh pendamping,
3. menandatangan surat menyurat dan dokumen pelaksanaan (PUAP) dan dokumen surat menyurat lain,
4. mewakili gapoktan dlm pertemuan dg pihak lain,
5. megkorrdinasikan pelaporan dan pertanggungjawaban dana,
6. memimpin organisasi dan administrasi gapoktan.

SEKRETARIS,

bertugas menlaksanakan administrasi kegiatan gapoktan, dg rincian :

1. membuat dan memeliharan notulen rapat, berita acara, serta dokumen lain,
2. menyelenggarakan surat-menyurat,
3. menyelengarakan administrasi dokumen RUB (rencana usaha bersama), RUK/rencana Usaha kelompok,
RUA/rencaca usha anggota dan keg. organisasi lain,
4. menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan gapoktan.

BENDAHARA, bertugas mennagani seluruh kegiatan administrasi keuangan gapoktan, termasuk penyaluran
dan pengelolaan dana, dg rincian sbb :

1. melaksanakan penarikan/pencairan dana sesuai dengan jadwal pemanfaatn oleh anggota,


2. mebukukan setiap penyaluran dana (PUAP) kepada anggota,
3. menyimpan dan memelihara arsip pembukuan,
4. menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan keuangan gapoktan.

KOMITE PENGARAH

Komite Pengarah adalah komite yg dibentuk oleh Pemerintahan Desa yg terdiri dari wakil tokoh
masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh pendamping. Komite Pengarah terdiri dari seorang
ketua dan dua orang angota dgn tugas sbb :

1. memberi masukan dan pertimbangan dlm penetapan RUB pd saat rapat angota,

2. mengawasi penggunaan dana BLM PUAP sesuai keputusan Rapt Anggota,

3. memberi masukan dan pertimbangan dalam penumbuhan dan pengembangan unit usaha otonom
gapoktan.

KELOMPOK TANI

Kelopok tani/POKTAN adalah kumpulan petani/peternak yg dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota. Jumlah aggota kelompok tani terdiri atas 20-25 orang atau disesuaikan
dgn kondisi lingkungan masuartakat dan usaha taninya dan dipimpin oleh seorang ketua. Organisasi POktan
terdiri dari Ketua, bendahara, sektertatis, seksi Usaha tani, seksi usaha pengolahan, seksi usaha sarana dan
prasarana produksi, seksi usaha pemasaran. Ketua Poktan mempunyai tugas sbb :

1. Memimpin rapat angota poktan dalam peyusunan Rencana Usaha Kelompok /RUK berdsaarkan Rencana
Usaha Anggota/RUA.

2. Menyampaikan hasil keputusan rapat anggota Gapktan kepada anggota kelopok tani

3. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan usaha kelompok sesuai dgn hasil keputusan rapat angota
gapoktan

4. menyalurkan dana BLM-PUAP yg diterima dari Gapoktan kepada anggota sesuai RUA.

Berikut ini diuraikan TUPOKSI masing-masing seksi yang dapat dibentuk baik di GAPOKTAN maupun
POKTAN.

Tugas Seksi Usaha Tani

Agar kegiatan usa tani petani dapat berlangsung dengan baik, GApoktan diarahkan agar empunyai
kemampuan sbb :

1. mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi usaha tani yg menguntungkan


berdasarkan info yg tersedia dalam bid teknologi sosial permodalan, sarana prod dan sumberdaya lainnya,

2. menyusun rencana definitif gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi

3. memfasilitasi penerapn teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani kelompok tani sesuai dg rencana kegiatan
Gapoktan

4. menjalin kerjasama/kemitraan degnan pihak lain yg terkait dalam pelaksanaan usaha tani

5. mentaati dan melaksanakan kesepakatan yg dihasilkan bersama dalam organisasi maupun kesepakatan
dg pihak lain

6. mengevalusi kegiatan bersama dan recana kebutuhan gapoktan sebagai bahan rencana kegiatan yg akan
datang

7. meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian SDAL

8. mnegelola administrasi secara baik

9. merumuskan kesepakatan bersamaa baik dalam memecahkan masalah untuk melakukan berbagai
kegiatan gapoktan

10. merencanakan dan melaksanakan pertemua-pertemuan berkala baik di dalam gapoktan, antar
gapoktan, atau dgn instasi/lembaga terkait

Bersambung….

Seksi Usaha Pengolahan

Sebagai unit usaha pengolahan, hendaknya Gapoktan mempunyai kemampuan berikut :

1. menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil usaha tani petani dan poktan

2. menjalin kerjasama/kemitraan usaha dgn pengusaha pengolhaan hasil-hasil pertanian

3. menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penydia pengolahan peralatan-peralatan pertanian

4. mengembagkan kemampuan anggota gapoktan dalam pegolahan produk-produk hasil pertanian

5. mengorganisasikan kegiatan produksi anggota gapoktan ke dalam unit-unit usaha pengolahan

Seksi Usaha Sarana dan Pra Sarana Produksi

Sebagai unit usaha sarana dan prasarana, hendaknya gapoktan memiliki kemampuan sbb :

1. menyusun perenanaan kebutuhan sarana dan prasarana setiap anggotanya

2. menjalin kerjasama/kemitraan usaha dgn pihak penyedia sarana prasarana produksi pertanian dgn dinas
terkait dan lembaga2 usaha saprotan

3. menjalin kerjasama/kemitraan usaha dgn pihak penyedia sarana prasarana produksi pertanian,
pengolahan, pemasaran atau permodalan

Seksi Usaha Pemasaran

Sebagai unit pemasaran, hendaknya gapoktan memiliki kemampuan sbb :


1. mengidentifikasi, menganalisis potensi dan peluang pasar berdasarkan sumber daya yg dimiliki untuk
megembangkan komoditi yg dikembangkan/diusahakan guna memberikan keuntungan usaha yg lebih
besar

2. menrencnakan kebutuhan pasar berdasarkan sumberdaya yg dimiliki dgn memprhatikan segmentasi


pasar

3. menjalin kerjasama/kemitraan usaha dgn pemasok2 kebutuhan pasar

4. mengembangkan penyediaan kebutuhan2 pasar produk pertanian

5. mengembangkan kemampuan memasarkan produk2 hasil pertanian

6. menjalin kemitraan/kerjasama usaha dgn pihak pemasok hasil-hasil produksi pertanian

7. meningkatkan lkemampuan dlm menganalisis potensi usaha masing2 anggota utk di jadikan satu unit yg
menjamin pada permintaan pasar dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas

Seksi Keuangan Mikro

Agar kegiatan usaha keuangan mikro dpt berlangsung dgn baik, Gapoktan diarahkan agar mempunyai
kemampuan sbb. :

1. menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa angota Gapoktan untuk memanfaatkan setiap informasi
dan akses permodalan yg tersedia

2. meningkatkan kemampuan anggota Gapoktan untuk dpt mengelola keuangan mikro secara komersil

3. mengembagkan kemampuan utk menggali sumber-sumber usaha yg mampu meningkatkan permodalan

4. mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu melaksanakan kegiatan simpan pinjam
guna memfasilitasi pengembangan modal usaha.
ANGGARAN DASAR
GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN)
“SATRIO“
BAB - I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, TANGGAL BERDIRI DAN RUANG LINGKUP KEANGGOTAAN

Pasal – 1
1. Gabungan Kelopok Tani (selanjutnya disingkat dengan Gapoktan) ini bernama SATRIO.
2. Gapoktan SATRIO berkedudukan di Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten
serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara.
3. Gapoktan SATRIO didirikan pada tanggal 23 April 2010.
4. Ruang lingkup ke-anggotaan Gapoktan SATRIO meliputi beberapa Kelompok Tani se-Desa Pematang Setrak,
diantaranya adalah :
a. Kelompok Tani Satrio - I
b. Kelompok Tani Satrio - II
c. Kelompok Tani Satrio - III
d. Kelompok Tani Satrio - IV

BAB - II
LANDASAN, AZAS DAN TUJUAN
Pasal - 2

1 Gapoktan Satrio berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945


2 Gapoktan Satrio berazaskan kekeluargaan dan gotong royong.
3 Gapoktan Satrio bertujuan :
a. Mengembangkan Ideologi kehidupan bersama
b. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil , makmur
, sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
c. Ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
d. Meningkatkan pengetahuan anggota melalui penyuluhan, latihan, maupun ketrampilan lainnya
e. Menggalang seluruh kebutuhan untuk peningkatan prduksi
pertanian/peternakan dari seluruh anggota dan kendala-kendala yang dihadapi untuk kemudian
dimusyawahkan bersama untuk mencapai mufakat.
f. Meningkatkan kesadaran anggota untuk menabung kepada Gapoktan

BAB III …………….


BAB - III
U S A H A

Pasal - 3
Untuk mencapai tujuan tersebut (pasal-2 No.3 huruf a s/d f), maka Gapoktan SATRIO mengadakan beberapa usaha
disektor pertanian dan peternakan, yaitu:
1 Usaha sarana produksi pertanian dan pemasaran hasil usaha pertanian.
2 Usaha peternakan dan pemasaran hasil ternak
3 Usaha pelayanan jasa alat mesin pertanian
4 Usaha simpan pinjam (ke-uangan mikro)
5 Usaha lainnya yang menyangkut kepentingan anggota maupun masyarakat

BAB - IV
SYARAT KEANGGOTAAN

PASAL-4
Yang dimaksud sebagai anggota Gapoktan SATRIO ialah Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Pengurus dan atau anggota Kelompok Tani, Kelompok Peternakan, dan Kelompok Perikanan seDesa Pematang
Setrak
2. Mempunyai kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup
usaha Gapoktan SRI KARYA dan telah menyetujui isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ketent
uan-
ketentuan lainnya yang berlaku di Gapoktan SATRIO.

PASAL-5
1. Kelompok Tani menjadi anggota Gapoktan SRI KARYA harus mengajukan surat permintaan/permohonan
kepada pengurus (bagi yang tidak ikut musyawarah)
2. Pengurus secara musyawarah mempertimbangkan permohonan tersebut, dan keputusan
harus diberikan dalam waktu paling lama 2 (dua) minggu sejak tanggal permohonan diterima.
3. Permohonan yang diterima segera didaftarkan dalam Buku Daftar Anggota.
4. Jika pengurus menolak permohonan untuk menjadi anggota, maka yang bersangkutan dapat meminta
pertimbangan dalam Rapat Anggota berikutnya.
5. Gapoktan dapat menerima anggota luar biasa.
6. Anggota luar biasa hanya mempunyai hak berpendapat dan tidak memiliki hak memilih atau dipilih.

PASAL-6
Keanggotaan berakhir apabila anggota :
1. Meninggal dunia
2. Meminta berhenti atas kehendak sendiri
3. Diberhentikan oleh pengurus karena tidak memenuhi syarat keanggotaan
4. Dipecat oleh pengurus karena tidak mengindahkan kewajiban sebagai anggota, terutama
dalam hal keuangan atau karena berbuat sesuatu yang merugikan Gapoktan SATRIO.

BAB-V………..
BAB - V
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

PASAL-7
Setiap anggota harus tunduk pada ketentuan dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga, peraturan khusus,
dan keputusan rapat anggota.

PASAL-8
1. Setiap anggota Gapoktan SATRIO berhak :
a. Untuk hadir dan berbicara tentang hak-hak yang dibahas dalam pertemuan rapat anggota
b. Untuk memilih dan dipilih menjadi pengurus
c. Untuk melaksanakan pengawasan atas jalannya organisasi dan usaha Gapoktan SATRIO
d. Untuk memberikan saran-saran pada pengurus/pengawas baik diminta maupun tidak diminta guna
perbaikan Gapoktan, dalam rapat anggota maupun diluar rapat anggota.
e. Mendapat pelayanan yang sama sesama anggota.
f. Memperoleh keuntungan dari setiap unit usaha Gapoktan yang besarannya ditetapkan
berdasarkan musyawarah.
2. Setiap anggota Gapoktan SATRIO mempunyai kewajiban :
a. Untuk hadir dan secara aktif mengambil bagian dalam pertemuan Gapoktan SATRIO,
berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Gapoktan.
b. Mengembangkan dan memelihara usaha Gapoktan SRI KARYA berdasarkan azas kekeluargaan.
c. Taat pada peraturan yang diputuskan oleh rapat anggota.
d. Membayar simpanan-simpanan pada unit keuangan mikro (permodalan) dalam rangka memupuk
permodalan Gapoktan SATRIO.

BAB - VI
PENGURUS

PASAL-9
1. Pengurus Gapoktan SRI KARYA dipilih dari dalam dan oleh anggota Gapoktan SATRIO dalam pertemuan
atau rapat anggota.
2. Yang dapat dipilih menjadi pengurus Gapoktan SATRIO anggota yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Wakil dari Kelompok Tani yang aktif melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anggota
b. Dapat memimpin dengan baik
c. Mempunyai sifat jujur, kepemimpinan dan keterampilan
d. Tidak pernah diberhentikan / dipecat dari jabatan pengurus / pengawas karena melanggar anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga

PASAL-10
1. Pengurus dipilih untuk masa jabatan 5 (lima) tahun
2. Pengurus setiap waktu dapat diberhentikan bila terbukti melakukan kecurangan dan merugikan Gapoktan
SATRIO
3. Pengurus yang masa jabatannya telah habis, dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya.
4. Bila salah satu pengurus berhenti sebelum masa jabatan berakhir, maka rapat anggota dapat mengangkat
penggantinya.

BAB-VII….
BAB - VII
TUGAS, HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS

PASAL-11
1. Pengurus bertugas untuk :
a. Memimpin rapat/pertemuan Gapoktan SATRIO
b. Menyelenggarakan peraturan dan tata tertib Gapoktan SATRIO
c. Membuat Buku Daftar Anggota, Daftar Pengurus, dan Buku Organisasi lainnya.
d. Mengelola usaha Gapoktan SATRIO
e. Menyelenggarakan rapat anggota.
f. Mengajukan laporan keuangan berkala sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas selama enam bulan
sekali
2. Hak Pengurus
a. Menugaskan/memanggil anggota Gapoktan dalam hal kergiatan yang menyangkut kegiatan Gapoktan SATRIO
b. Mengadakan pertemuan /rapat anggota
3. Keajiban Pengurus
a. Pengurus berkewajiban memberitahukan tentang segala sesuatu yang menyangkut Gapoktan SATRIO
b. Pengurus diwajibkan untuk memelihara kerukunan antar anggota tentang segala hal yang dapat menimbulkan
perselisihan didalam Gapoktan SATRIO
c. Perselisihan yang timbul sebagai akibat dari adanya kepentingan-kepentingan tertentu dalam hubungan sebagai
anggota, maka haus diselesaikan oleh pengurus dengan jalan damai tenpa memihak.
d. Pengurus harus melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan
keputusan-keputusan dalam pertemuan kelompok.
e. Anggota Pengurus Gapoktan SATRIO tidak boleh menjadi Gapoktan lainnya yang
sejenis, kecuali untuk Gabungan Gapoktan tingkat Kecamatan, Kabupaten atau Propinsi.

BAB - VIII
PEMBINAAN, BIMBINGAN DAN PERLINDUNGAN

PASAL-12
1. Pembinaan merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah
2. Pemerintah memberikan bimbingan dan perlindungan terhadap Gapoktan SATRIO
3. Dalam upaya menciptakan dan pengembangan iklim dan kondisi yang mendukung pertumbuhan Gapoktan
SATRIO, pemerintah :
a. Memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada Gapoktan sesuai dengan kepentingan anggota
b. Memberikan penyuluhan-penyuluhan yang berkaitan dengan kelembagaa, managemen usaha, managemen
keuangan, serta managemen pemasaran hasil pertanian.

BAB-IX…………

BAB - IX
PENGAWASAN

PASAL-13
1. Gapoktan SATRIO wajib melakukan fungsi pengawasan atas dirinya
2. Fungsi pengawasan itu dijalankan oleh pengawas yang terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang anggota Gapoktan SATRIO yang tidak termasuk dalam kepengurusan Gapoktan SATRIO, yang dipilih
dalam rapat anggota untuk masa jabatan 5 (lima) tahun
3. Yang dapat dipilih untuk menjadi pengawas adalah sebagai berikut :
a. Anggota yang aktif melaksanakan hak dan kewajiban
b. Memiliki sifat-sifat kejujuran
c. Mengetahui seluk beluk kepemimpinan, pembukuan dan akuntansi
d. Tidak pernah diberhentikan/dipecat dari jabatan pengurus/pengawas Gapoktan SATRIO
e. Pengawasan dilakukan sekurang-kurangnya 3(tiga) bulan sekali
f. Hasil pengawasan dilaporkan secara tertulis dan dilaporkan pada rapat anggota

BAB - X
PERTEMUAN PENGURUS GAPOKTAN

PASAL-14
1. Pertemuan Pengurus Gapoktan dilaksanakan sekuran-kurangnya satu kali sebulan
2. Biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatan Gapoktan diambil dari kas Gapoktan SATRIO

BAB - XI
IURAN ANGGOTA/SIMPANAN ANGGOTA

PASAL-15
1. Besarnya iuran/simpanan anggota ditetapkan berdasarkan musyawarah mufakat dalam rapat anggota Gapoktan
SATRIO
2. Setiap biaya yang keluar dari kas Gapoktan SATRIO ditetapkan berdasarkan persetujuan dari pengurus
3. Pengurus diwajibkan membuat laporan tentang perhitungan dan tanggung jawab mengenai keuangan, inventaris
peralatan, keanggotaan dan hal lain yang dianggap perlu.

BAB - XII
PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA

PASAL-16
1. Sisa hasil usaha yaitu pendapatan Gapoktan SATRIO yang diperoleh dalam satu tahun buku dipotong dengan
penyusutan nilai barang dan segala biaya yang dikeluarkan dalam tahun buku berjalan yang terdiri dari 2(dua)
bagian :
a. Yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota Gapoktan SATRIO
b. Yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota Gapoktan SATRIO
2. Bagian (a) dari sisa hasil pendapatan usaha Gapoktan SATRIO diperuntukkan :
a. 35 % untuk dana cadangan
b. 5 % untuk dana pengawas
c. 15 % untuk dana pengurus
d. 40 % untuk dana anggota
3. Bagian………

3. Bagian (b) yang diperoleh dari pihak luar anggota diperuntukkan :


a. 50 % penanaman modal
b. 5 % untuk pengawas
c. 10 % untuk pengurus
d. 10 % untuk kegiatan sosial
e. 25 % untuk anggota

PASAL-17
1. Dana cadangan adalah kekayaan Gapoktan yang disediakan untuk menutupi kebutuhan usaha Gapoktan,
sehingga tidak dapat dibagikan kepada anggota
2. Rapat anggota Gapoktan SATRIO dapat memutuskan untuk mempergunakan paling besar 75 % dari jumlah
seluruh dana cadangan untuk perluasan usaha Gapoktan SATRIO
3. Sekurang-kurangnya 25 % dari dana cadangan harus disimpan dalam bentuk giro pada bank yang dihunjuk dalam
rapat anggota Gapoktan SATRIO

BAB - XIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

PASAL-18
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui musyawarah
anggota Gapoktan SATRIO

BAB - XIV
ANGGARAN RUMAH TANGGA

PASAL-19
1. Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar, kemudian akan diatur dalam anggaran rumah tangga
2. Anggaran rumah tangga tidak boleh bertentangan dengan anggaran dasar

BAB - XV
JANGKA WAKTU BERDIRINYA GAPOKTAN

PASAL-20
Jangka waktu berdirinya Gapoktan SATRIO tidak terbatas

BAB - XVI
SANKSI-SANKSI

PASAL-21
1. Sanksi terhadap tidak dipatuhinya kewajiban dari anggota Gapoktan SATRIO dapat diambil tindakan sebagai
berikut :
a. Teguran lisan atau tulisan dari pengurus
b. Memberhentikan sementara atau pemecatan apabila sudah lebih dari 3 (tiga) kali diberikan peringatan
tertulis dari pengurus

2. Sanksi………..

2. Sanksi terhadap pengurus dan atau seseorang yang tidak melaksanakan kewajibannya :
a. Pengurus lalai atas kewajiban dapat diberhentikan oleh rapat anggota walaupun masa jabatannya belum berakhir.
b. Seseorang yang lalai atas kewajibannya dapat ditegur secara tertulis atau lisan melalui keputusan rapat anggota yang
disampaikan oleh pengawas
BAB - XVII
PEMBUBARAN

PASAL-22
1. Pembubaran Gapoktan SATRIO dapat dilakukan berdasarkan :
a. Keputusan rapat anggota
b. Keputusan Pemerintah
2. Keputusan pembubaran Gapoktan oleh rapat anggota diberitahukan secara tertulis oleh rapat anggota kepada :
a. Semua kreditur
b. Pemerintah

PASAL-23
1. Keputusan pembubaran oleh pemerintah dilakukan apabila :
a. Terdapat bukti bahwa Gapoktan SATRIO tidak memenuhi ketentuan Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila
b. Kegiatan Gapoktan SATRIO bertentangan dengan kepentingan umum dan atau anggota
c. Kelangsungan hidup Gapoktan SATRIO sudah tidak dapat dipertahankan lagi

BAB - XVIII
DAFTAR PENDIRI

PASAL-24
Nama-nama Kelompok Tani pendiri yang hadir pada Revitalisasi Kepengurusan Gapoktan SRI KARYA pada
tanggal 28 Mei 2015 adalah sebagai berikut :
a. Pengurus Kelompok Tani Sri Murni I
b. Pengurus Kelompok Tani Sri Murni II
c. Pengurus Kelompok Tani Mekar Jaya
d. Pengurus Kelompok Tani Fajar
e. Pengurus Kelompok Tani Sri Murni III
f. Pengurus Kelompok Tani SATRIO
g. Pengurus Kelompok Tani Sri Wahyuni
h. Pengurus Kelompok Tani Sumber Rejeki-I
i. Pengurus Kelompok Tani Sumber Rejeki-II

BAB-XIX………….

BAB - XIX
PENUTUP
PASAL-25

Demikian Aggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gapotan SATRIO Desa PEMATANG SETRAK ini ditetapkan
dan ditanda tangani oleh pendiri dan telah dikuasakan penuh dalam rapat anggota Revitalisasi dan Pengukuhan
Pengurus Gapoktan SATRIO pada tanggal 28 Mei 2015.
1. Ketua Kelompok Tani SRI MURNI - I ( SULAIMAN )

2. Ketua Kelompok Tani SRI MURNI - II (SAMIDI)

3. Ketua Kelompok Tani MEKAR JAYA ( WAGIMUN )

4. Ketua Kelompok Tani FAJAR ( WAGIMIN )

5. Ketua Kelompok Tani SRI MURNI - III ( TUKIMAN )

6. Ketua Kelompok Tani SATRIO ( H. PONIJAN )

7. Ketua Kelompok Tani SRI WAHYUNI ( SUWANDI )

8. Ketua Kelompok Tani SUMBER REJEKI - I ( ST.PH. SIHOMBING )

9. Ketua Kelompok Tani SUMBER REJEKI - II ( JUMRIK )


Saatnya Gapoktan Berperan
dalam Pembangunan Desa
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai organisasi kemasyarakatan di
desa hingga kini belum terlihat keterlibatan secara signifikan dalam proses
pembangunan desa. Padahal petani, khususnya di kawasan agraris, seyogyanya
menjadi salah satu aktor penting pembangunan. Lemahnya posisi gapoktan
seringkali akibat kondisi kelembagaan yang kurang terkelola dengan baik.
Kelembagaan gapoktan menjadi salah satu prioritas dalam skema kerjasama
antara Saemaul Globalization Foundation (SGF) Indonesia, Yayasan Penabulu,
dan desa-desa mitranya.
Desa Sumbermulyo merupakan salah satu desa yang diandalkan Kabupaten
Bantul di bidang pertanian. Sebagai desa penyangga pangan, petani-petani di
Desa Sumbermulyo tidak lekang dari permasalahan dalam organisasi gapoktan.
Kelompok tani (poktan) yang tersebar di 16 dusun masing-masing mengaku tidak
ada permasalahan dalam organisasi. Namun faktanya petani masih belum
memiliki posisi tawar dalam pembangunan. Atas dasar kondisi tersebut maka
SGF Indonesia, Yayasan Penabulu, dan Pemerintah Desa Sumbermulyo
menyelenggarakan Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Gapoktan pada 21 dan 22 Januari 2016. “Selama ini Gapoktan sebagai salah
satu lembaga petani kondisnya masih sangat lemah memahami peran dan fungsi
organisasi atau kelembagaan,” ujar Pj. Lurah Sumbermulyo, H. Albani, saat
membuka kegiatan.

Diskusi kelompok kecil untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi


Gapoktan Desa Sumbermulyo.
Selama dua hari, pelatihan yang diikuti 60 orang anggota Gapoktan,
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi namun tidak
pernah terungkap secara terbuka. Permasalahan yang krusial dalam organisasi
Gapoktan Desa Sumbermulyo adalah komunikasi untuk mengkoordinasikan
distribusi air dan belum kuatnya posisi Gapoktan dalam memfasilitasi penentuan
harga hasil panen.
Sri Purwani, Manajer Program Desa Lestari, menyebutkan jika selama ini ada
tiga hal utama yang dihadapi petani, yaitu keterbatasan modal untuk
penanganan masa panen, rendahnya posisi tawar petani, dan keterbatasan
akses pangan saat paceklik. Maka yang dibutuhkan adalah kekuatan organisasi
yang menaungi petani agar petani lebih diperhitungkan dalam pembangunan,
khususnya pembangunan desa. “Pengembangan kelembagaan petani harus
diarahkan pada peningkatan kemampuan kelembagaan petani menjadi
organisasi mandiri dalam bentuk kelembagaan ekonomi petani.
Gapoktan dan Kelompok Wanita Tani (KWT) harus dapat memberikan peran
dalam pembangunan desa. Keberadaannya bukan sekadar alat formalitas dalam
melengkapi kebutuhan struktur pemerintahan yang ada di desa, tetapi memang
memiliki peran strategis dalam mewujudkan kemajuan pertanian dan
peningkatan kesejahteraan petani.”
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Partogi Dame
Pakpahan, memberikan apresiasi besar kepada petani Desa Sumbermulyo yang
hendak membenahi kelembagaan organisasi Gapoktan. Sebagai Desa yang
sering meraih penghargaan di bidang pertanian, penguatan lembaga Gapoktan
diharapkan akan selaras dengan program-program pembangunan bidang
pertanian di Kabupaten Bantul.
Salah satu rencana Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul pada
tahun 2016 adalah pembangunan jaringan irigasi dan memperbanyak Unit
Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA). “Jika petani mendapat bantuan
benih atau dropping alat atau mesin pengolah sawah, tidak boleh memberikan
apapun kepada petugas kami (red. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bantul). Jika ada petugas kami yang meminta ‘upah’ segera laporkan pada
saya,” pungkas Partogi sembari memberi nomor ponselnya kepada peserta
pelatihan. (ak)
← Hello world!

Tujuan Organisasi Gapoktan →

VISI & MISI


Posted on Januari 19, 2011by gapoktanjatiasri

VISI
Petani mempunyai kemampuan dan potensi dalam menanggulangi kemiskinan secara
mandiri, efektif dan berkelanjutan
MISI
Memberdayakan petani sebagai salah satu upaya untuk lebih meningkatkan
kesejahteraan pada anggota dan kemajuan masyarakat petani pada umumnya, dalam
rangka menggalang masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Tujuan Organisasi Gapoktan


Posted on Januari 19, 2011by gapoktanjatiasri

1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM melalui pendidikan pelatihan dan


study banding sesuai kemampuan keuangan Gapoktan
2. Meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara keseluruhan tanpa kecuali yang terlibat
dalam kepengurusan maupun hanya sebagai anggota, secara materiil maupun non
material sesuai dengan kontribusi/andil/masukan yang diberikan kepada pengembangan
Organisasi Gapoktan
3. Menyelenggarakan dan mengembangkan usaha dibidang pertanian dan jasa yang
berbasis pada bidang pertanian di wilayah Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang
Kota Semarang
4. Dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak, hams diketahui dan disepakati
oleh rapat angota, dengan perencanaan dan analisa yang jelas dan harus berpedoman
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
5. MAKALAH PENELITIAN ORGANISASI
GABUNGAN KELOMPOK TANI ULUL AZMI
(GAPOKTAN)
DESA TAMMEJARRA KECAMATAN BALANIPA
KABUPATEN POLEWALI MANDAR
6. OLEH
7. NAMA : ABDUL RAHMAN
NIM : 29025010111044
JURUSAN : AGRIBISNIS PERTANIAN
KELAS : “A”
8. UNIVERSITAS TOMAKAKA MAJENE
(UNIKA)
KABUPATEN MAJENE
TAHUN AJARAN 2012 - 2013
9. KATA PENGANTAR
10. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Penelitian ini. Salam dan salawat
tak lupa dihaturkan kepada Nabiullah Muhammad SAW yang telah membawa kebenaran dan
sebagai pemimpin ummat keagamaan yang sempurna yakni Islam.
Doa selalu tercurah kepada orang tua kami tercinta beserta saudara-saudara kami atas segala
curahan kasih sayang serta limpahan restu dan dukungan kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan Makalah Penelitian ini. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen kami
Anry Rachmat, SE. atas kesediaanya telah iklas membimbing serta meluangkan waktu,
memberi nasehat dan masukan dari awal hingga akhir penulisan Makalah Penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Akhirnya kami berharap semoga penulisan Makalah Penelitian ini dirahmati dan
diridhoi oleh Allah SWT, sehingga dapat bermanfaat untuk pembangunan dan
pengembangan dimasa yang akan datang dan bermanfaat kepada semua pihak yang
membutuhkannya utamanya kami sebagai penulis.
11. TAMMEJARRA , 01 Desember 2012
12. Penulis
13. BAB I
PENDAHULUAN
14. Latar Belakang
Indonesia dikenal dengan Negara Kepulauan dan Negara agraris itu dikarenakan Negara
Indonesia terdiri dari berbagai pulau dan hasil bumi yang melimpah. Maka tidak heran banyak
kalangan menengah kebawah menggeluti usaha pertanian karena permintaan akan hasil
pertanian(bumi) sangat tinggi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Seperti kopi,
kakao, tembakau dan lain-lain.
Dengan demikian pendirian-pendirian kelompok tani di Indonesia sangat penting untuk
mengatur jumlah produksi dan hasil-hasil panen setiap tahunnya.salah satu diantaranya ialah
GAPOKTAN ULUL AZMI. Pendirian kelompok tani ini dikarenakan para petani di Desa
tammejarra pada khususnya hanya perseorangan (individu) yang pengembangan tanaman
dan pendistribusian hasil tanaman tidak pernah terkoordinir dengan baik. Oleh karena itu
dengan pendirian kelompok tani ini dapat menjadi wadah untuk menyalurkan dan
mengembangkan hasil tanaman baik secara kelompok maupun individu.
15. Tujuan
Supaya mudah dalam mewujudkan dan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat dan
agar program pemerintah dapat mudah terealisasi kemasyarakat petani.
16. Visi dan misi
Visi
Terwujudnya GAPOKTAN ULUL AZMI sebagai wadah kelompok tani yang kreatif, inovatif dan
mandiri serta mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan anggotanya yang
berwawasan agribisnis, ramah lingkungan religius islami yang berkelanjutan.
17. Misi
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian peternakan,perkebunan.
2. Menjalin kemitraan usaha antara anggota kelompok tani dengan gapoktan Ulul azmi yang
sehat dan saling menguntungkan.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian melalui tekhnik budidaya sesuai
dengan GAP dan SOP, penanganan pasca panen dan pengolahan hasil yang sesuai dengan
GHP.
18. Sasaran
Gapoktan Ulul Azmi adalah suatu lembaga sosial yang terbentuk dari gabungan kelompok
tani dalam satu desa/ kecamatan yang lebih diarahkan pada sebagai sebuah kelembagaan
ekonomi di pedesaan walaupun banyak lembaga ekonomi lain di pedesaan seperti kelompok
tani, koperasi, dan kelompok usaha agribisnis, pembentukan gapoktan harmonis juga didasari
oleh visi yang usung bahwa pertanian modern tidak hanya identik dengan mesin pertanian
yang modern tetapi perlu ada organisasinya dicirikan dengan adanya organisasi ekonomi
yang mampu menyentuh dan menggerakkan perekonomian di perdesaan melalui pertanian.
19. GABUNGAN KELOMPOK TANI
“GAPOKTAN ULUL AZMI”
DESA TAMMEJARRA KEC. BALANIPA KAB. POLMAN
PROVINSI SULAWESI BARAT
20. BAB II
21. ANGGARAN DASAR ( AD )
GABUNGAN KELOMPOK TANI “ULUL AZMI“
22. PENDAHULUAN
23. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berbagai potensi yang ada
pada masyarakat Pedesaan baik yang berupa Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya
Alam dan untuk memantapkan Gerakan Ekonomi Kerakyatan maka dianggap sangat perlu
mendirikan sebuah Lembaga Kemasyarakatan yang bergerak di Bidang Pertanian Bersama
yang dikenal dengan Gabungan kelompok tani “Ulul azmi”. Berdasarkan pada pemikiran
tersebut diatas, maka dibentuk Kelompok Tani “Kuncup Mekar”. yang mana langkah – langkah
program kerja akan dijelaskan dalam Anggaran Dasar ( AD ) dan Anggaran Rumah Tangga (
ART ) berikut ini. Semoga dengan terbentuknya Gabungan Kelompok Tani “Ulul Azmi”. “ini
dapat meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok pada khususnya
Maka dengan rahmat Allah SWT, terbentuklah Kelompok-Kelompok Tani “GAPOKTAN Ulul
Azmi”. dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :
24. BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
NAMA
Organisasi ini diberi nama Gabungan Kelompok Tani “Ulul Azmi”.
Pasal 2
WAKTU
Gabungan Kelompok Tani “Ulul Azmi”. ini didirikan di Desa Tammejarra Kecamatan Balanipa
Kabupaten Polman pada tanggal 12 May 2005.
Pasal 3
KEDUDUKAN
Gabungan Kelompok Tani “Ulul azmi”. ini didirikan di Desa Tammejarra Kecamatan Balanipa
Kabupaten Polman.
25. BAB II
AZAS DAN TUJUAN
Pasal 4
AZAS
Gabungan Kelompok Tani “Ulul Azmi”. berasaskan musyawarah mufakat masyarakat dan
menghimpun para Pemuda untuk mengembangkan usaha Pertanian
Pasal 5
TUJUAN
Tujuan Gabungan Kelompok Tani “Ulul Azmi”. adalah :
a. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pedesaan pada
umumnya.
b. Memberdayakan potensi sumber daya manusia yang ada pada masyarakat perkotaan.
c. Memantapkan dan menyukseskan gerakan ekonomi kerakyatan, dan
d. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan diantara anggota kelompok usaha dan masyarakat.
26. BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 6
Anggota Gabungan Kelompok Tani “Ulul Azmi”. warga masyarakat yang berdomisili di Desa
Tammejarra Kecamatan Balanipa Kabupaten Polman
dan memenuhi persyaratan dan mentaati aturan kelompok yang ditentukan dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART)
BAB IV
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 7
KEWAJIBAN ANGGOTA
27. Setiap anggota Gabungan Kelompok Tani “Ulul Azmi ”. berkewajiban untuk :
a. Menjunjung tinggi nama baik organisasi.
b. Memegang teguh Anggaran Dasar ( AD ) dan Anggaran Rumah Tangga ( ART ) dan aturan
– aturan organisasi lainnya.
c. Mentaati dan melaksanakan seluruh keputusan hasil musyawarah.
Pasal 8
HAK ANGGOTA
Setiap anggota mampunyai hak :
a. Hak bicara dan hak suara.
b. Hak dipilih dan memilih.
c. Hak membela diri di depan forum organisasi.
d. Hak mendapat perlakuan yang sama dalam organisasi.
28. BAB V
SUSUNAN PENGURUS
Pasal 9
Susunan pengurus terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Unit Usaha, dan
e. Anggota
Pasal 10
SYARAT KEPENGURUSAN
a. Jujur, tekun, penuh tanggung jawab, mampu dan menjadikan waktunya untuk kegiatan
kelompok Usaha Bersama
b. Tidak merangkap sebagai anggota kelompok Usaha lain.
c. Bersifat terbuka, bersedia menerima saran, koreksi dari anggota maupun yang ditunjuk
sebagai badan pemeriksa.
Pasal 11
KETENTUAN PEMILIHAN PENGURUS
a. Harus terdaftar sebagai anggota kelompok Usaha Bersama.
b. Dapat menulis dan membaca.
c. Berdomisili diwilayah/LIngkungan tersebut.
Pasal 12
RAPAT ANGGOTA / PENGURUS
a. Rapat pengurus 1 kali 3 Bulan.
b. Rapat anggota 2 kali 2 Bulan.
BAB VI
KEUANGAN
Pasal 13
Sumber keuangan diperoleh dari :
a. Iuran
b. Usaha – usaha pengurus yang sah, dan
c. Sumbangan yang tidak mengikat
d. Simpanan pokok anggota.
e. Simpanaan Wajib Pembiayaan
29. BAB VII
KEPUTUSAN
Pasal 14
Keputusan rapat diambil dengan jalan musyawarah mufakat.
30. BAB VIII
QUORUM
Pasal 15
a. Rapat dinyatakan quorum apabila mencapai 2/3 dari seluruh peserta yang hadir.
b. Apabila poin (a) diatas tidak mencapai, maka rapat ditunda selama 15 menit, kemudian
dilanjutkan untuk mencapai quorum.
c. Apabila poin (b) diatas masih belum tercapai, maka akan dilanjutkan dengan voting suara.
d. Peserta yang tidak menghadiri rapat dinyatakan kehilangan hak suaranya.
31. BAB IX
PENUTUP
Pasal 16
a. Hal – hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ( AD ) ini akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga ( ART ).
b. Anggaran Dasar ( AD ) ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan akan ditinjau kembali 4
tahun kemudian.
32. Ditetapkan di : Di Desa Tammejarra
Pada tanggal : 12 Mei 2005
33. GABUNGAN KELOMPOK TANI
“GAPOKTAN ULUL AZMI”
DESA TAMMEJARRA KEC. BALANIPA KAB. POLMAN
PROVINSI SULAWESI BARAT
34. ANGGARAN RUMAH TANGGA ( ART )
GABUNGAN KELOMPOK TANI “ ULUL AZMI”
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Anggota GAPOKTAN“Ulul Azmi”. sebagaimana yang dimaksud dalam BAB III, Pasal 6
Anggaran Dasar ( AD ) Organisasi sebagai berikut :
a. Menyatakan diri untuk menjadi anggota.
b. Mengetahui dan menyetujui Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
Organisasi.
c. Menyatakan diri sanggup mengikuti kegiatan yang dilaksanakan organisasi.
35. BAB II
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 2
KEWAJIBAN ANGGOTA
Setiap anggota berkewajiban :
a. Mentaati segala keputusan yang telah disepakati bersama dalam rapat anggota / pengurus.
b. Menempatkan kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadi dan golongan.
c. Berperan aktif dalam setiap kegiatan organisasi.
d. Membayar iuran.
e. Menghadiri rapat anggaran.
f. Wajib mendapat pembagian Hasil Usaha Kelompok.
g. Wajib melaporkan kondisi usaha yang diberikan pengurus.
36. Pasal 3
HAK ANGGOTA
Setiap anggota berhak :
a. Memperoleh perlakuan yang sama dengan anggota lain.
b. Memilih dan dipilih menjadi pengurus dan badan pemeriksa.
c. Memperoleh perlindungan dan pembelaan serta bimbingan dari organisasi.
d. Mengajukan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif demi kemajuan organisasi.
e. Meminta mengadakan pertemuan khusus bila dianggap perlu.
f. Mendapat SHU
37. BAB III
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Pasal 4
Anggota Gabungan Kelompok Tani “Ulul Azmi”. sebagaiman dimaksud dalam BAB III Pasal 6
Anggaran Dasar ( AD ) Organisasi,dinyatakan berhenti apabila :
a. Meninggal dunia.
b. Mengundurkan diri sebagai anggota organisasi.
c. Diberhentikan oleh pengurus karena melakukan pelanggaran.
d. Poin ( b ) dan ( c ) sah apabila diputuskan dalam rapat pengurus.
38. BAB IV
PENGURUS DAN TUGAS PENGURUS
Pasal 5
PENGURUS
Susunan Pengurus Gabungan Kelompok Tani “Ulul azmi”. adalah seperti yang dimaksud pada
BAB V Pasal 9 Anggaran Dasar ( AD ) Organisasi.
Pasal 6
TUGAS PENGURUS
a. Tugas pokok Ketua adalah :
1. Memimpin organisasi.
2. Penanggung jawab seluruh kegiatan organisasi.
b. Tugas Sekretaris adalah :
1. Pelaksana kegiatan harian organisasi dibidang kesekretariatan.
2. Penanggung jawab harian dibidang kesekretariatan.
c. Tugas Bendahara adalah :
1. Pelaksana kegiatan harian organisasi dibidang keuangan.
2. Penanggung jawab harian dalam bidang keuangan.
d. Tugas Anggota adalah :
1. Melaksanakan tugas yang diberikan ketua,yang mengarah kepada kepentinga organisasi.
2. Anggota dan Pengurus senantiasa memelihara suasana kebersamaan demi terciptanya
persatuan dan kesatuan sesama anggota.
3. Hak untuk memilih dan dipilih.
39. BAB V
HAK, KEWAJIBAN DAN SANKSI
Pasal 7
HAK
Hak pengurus sebagai berikut :
a. Hak yang timbul karena keanggotaan dan kepengurusan yang diduduki yang
bersangkutan.
b. Anggota dan pengurus organisasi berhak mengeluarkan pendapat, kritik dan saran demi
kemajuan organisasi.
c. Hak untuk memilih dan dipilih.
d. Berhak mewakili kelompok untuk bertindak kedalam dan keluar.
e. Mengambil kebijakan dalam melaksanakan rencana kerja serta bertanggung jawab.
Pasal 8
KEWAJIBAN
Pengurus berkewajiban :
a. Menjunjung tinggi asas organisasi serta melaksanakan program kerja organisasi.
b. Menyusun rencana kerja.
c. Melaksanakan rencana kerja yang telah dilaksanakan rapat anggota.
40. Pasal 9
SANKSI
Apabila tidak mengikuti pertemuan rutin, maka tidak berhak mendapat persen dan Sisa Hasil
Usaha dalam masa dua bulan.
Ditetapkan di : Di Desa Tammejarra
Pada tanggal : 12 mei 2005
41. BAB III
PENUTUP
42. KESIMPULAN
43. - Organisasi harus berjalan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar atau
anggaran rumah tangga.
- Organisasi atau kelompok harus dipimpin oleh ketua dan wakil ketua bersama dengan
anggota yang lainnya.
- Perkembangan organisasi tani / kelompok tani tidak lepas dari Dinas Pertanian dan
Perkebunan setempat dengan selalu mengadakan penyuluhan kepada organisasi / kelompok
tani.
44. SARAN
45. - Sebaiknya Organisasi Tani / Kelompok Tani haruslah mempunyai wakil ketua.
- Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan usaha-usaha mikro yang ada dimasyarakat
seperti Organisasi Tani / Kelompok Tani Karena merupakan penyedia pangan bagi bangsa
pada umumnya dan masyarakat pada khususnya.
- Dinas Pertanian dan Perkebunan harus selalu memberikan penyuluhan kepada Organisasi
Tani / Kelompok Tani untuk meningkatkan hasil panen.
- Dinas Pertanian dan Perkebunan harus memberikan bantuan kepada Organisasi Tani /
Kelompok Tani baik berupa materi (uang) maupun barang (alat pertanian).
46. GABUNGAN KELOMPOK TANI ULUL AZMI
(GAPOKTAN)
DESA TAMMEJARRA KECAMATAN BALANIPA
KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Sekretariat : Jl. Poros Majene Kode Pos 91342 Sulawesi-Barat
47. SURAT KETERANGAN PENELITIAN
Nomor :
48. Yang Bertandatangan Dibawah Ini :
Nama : NASARUDDIN
Jabatan : Ketua
Alamat : Rappang
49. Menerangkan Dengan Sebenar – benarnya Bahwa :
50. Nama : ABDUL RAHMAN
Nim : 29025010111044
Semester /Kelas : VII/A
Jurusan : Agribisnis Pertanian
51. Benar yang tersebut diatas sudah melakukan penelitian di Organisasi kami, sebagaimana
Tugas yang telah dia ajukan dari Kampus 2 UNIVERSITAS TOMAKAKA Majene.
52. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
53. TAMMEJARRA , 01 Desember 2012
54. Mengetahui :
Ketua Gapoktan Desa Mosso Sekretaris
55. NASARUDDIN M. SAID
CONTOH SOP PELAYANAN DI DESA
Written By Abdul Kohar on Wednesday, February 12, 2014 | 18:44
SOP (Standard Operating Procedures) adalah panduan hasil kerja yang
diinginkan serta proses kerja yang harus dilaksanakan. SOP dibuat dan di
dokumentasikan secara tertulis yang memuat prosedur (alur proses) kerja
secara rinci dan sistematis. Alur kerja (prosedur) tersebut haruslah mudah
dipahami dan dapat di implementasikan dengan baik dan konsisten oleh
pelaku. Implementasi SOP yang baik akan menunjukkan konsistensi hasil
kerja, hasil produk dan proses pelayanan seluruhnya dengan mengacu
kepada kemudahan, pelayanan dan pengaturan yang seimbang.

Adapun SOP untuk pelayanan di desa dapat dilihat pada contoh dibawah.
Kemendes Temukan Enam Masalah Desa

JAKARTA - Pemerintah mencoba untuk memperbaiki implementasi Undang-Undang Nomor 6


tahun 2014. Hal tersebut setelah banyaknya kelemahan dan kritikan yang ditemukan pada 2015.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar mengatakan,
ada enam poin yag perlu diperbaiki dengan sinergi antara lembaga dan instansi terkait. Marwan
mengatakan, pihaknya telah mengerahkan berbagai daya upaya agar UU Desa dapat
terimplementasikan dengan maksimal.

Hal tersebut sudah dibuktikan oleh lima peraturan menteri desa (Permen Desa) yang telah
diterbitkan sebagai peraturan turunan. Namun, pihaknya masih menghadapi banyak hambatan
dan rintangan dalam pemberlakuka regulasi terkait desa.

?Kita harus menyadari, implementasi UU Desa merupakan agenda besar yang kompleks dan
penuh tantangan. Karena itu, butuh kerja sama yang sinergis antar berbagai elemen di Indonesia.
Mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, pemerintah daerah pemerintah desa, dan organisasi
masyarakat,? terangnya di Jakarta kemarin (27/12).

Saat ini, lanjut dia, Kementerian Desa PDTT telah memetakan berbagai permasalahan yang
harus diatasi kedepannya. Setidaknya, ada enam tantangan besar dalam implementasi UU Desa.
Pertama, masih adanya perbedaan dalam penafsiran UU Desa. Hal tersebut menyebabkan proses
implementasi tak sesuai mandat UU Desa.

?UU Desa tidak hanya mengamanatkan pengaturan tentang keuangan Desa dalam bentuk dana
desa. Tetapi, pengakuan terhadap kewenangan desa, kerja sama antar desa, penguatan lembaga
kemasyarakatan Desa, dan isu lain-lain. Semua ini mesti diimplementasikan secara utuh.
Sehingga, amanat UU Desa dapat terlaksana secara komprehensif,? jelasnya.

Kedua,mulai hilangnya kreativitas dalam menggali sumber daya lokal di desa karena orientasi
yang pragmatis. Sampai saat ini, pihaknya belum menemukan dana desa yang digunakan secara
optimal untuk menggali sumber pendapatan baru. Hal tersebut bisa membuat pemerintah desa
malah menjadi ketergantungan dan tidak menjadi mandiri.

?Ketiga, demokratisasi desa masih menghadapi kendala praktek serba administratif. Saat ini,
pemerintah daerah cenderung melakukan tindakan kepatuhan dari pusat untuk mengendalikan
pemerintah desa, termasuk dalam hal penggunaan dana desa. Padahal UU Desa telah mengakui
kewenangan yang dimiliki oleh desa,? ungkapnya.

Kemudian, lanjut dia, penguasaan rakyat atas tanah dan sumber daya alam masih belum
terintegrasi. Padahal hal ini harusnya menjadi basis dari proses pembangunan dan pemberdayaan
desa. Masalah-masalah struktural seperti konflik agraria dalam mengatur ruang desa belum
tercermin dalam kebijakan pembangunan dan pemberdayaan Desa.
?Masalah kelima, partisipasi perempuan dalam musyawarah desa belum tersebar luas di desa.
Dan terarkhir, adalah kewenangan mereka untuk mengatur tata ruang yang masih terbatas karena
pemerintah daerah atau kementerian PU,? terangnya. (bil/zul/jpg)
5 Identifikasi Masalah yang Berkaitan
dengan Desa
Oleh␣ Desa Ciburial|Telah Terbit 20/03/2010|5 Komentar

5 Masalah utama dan mendasar yang dihadapi oleh desa dengan pemerintahannya dapat
diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kedudukan desa dalam sistem pemerintahan Indonesia sampai saat ini masih bersifat
ambivalen, yakni sebagai kesatuan masyarakat yang memiliki otonomi tradisional tetapi
lebih banyak menjalankan urusan-urusan pemerintahan yang datang dari pemerintahan
supradesa.
2. Kedudukan organisasi pemerintah desa juga bersifat ambivalen seiring ambivalensi
kedudukan kesatuan masyaarakat hukumnya.
3. Sumber keuangan desa bersifat tradisional sehingga tidak memberikan kepastian untuk
dapat digunakan untuk menggerakkan roda organisasi. Desa tidak memiliki kewenangan
memungut pajak dan retribusi atas namanya sendiri. Pungutan pajak dan retribusi yang
ada saat ini atas nama pemerintah supradesa (misalnya Pajak Bumi dan Bangunan
sebagai pajak pemerintah pusat). Sumber keuangan desa berasal dari sumber-sumber
tradisional seperti iuran warga desa, tetapi yang terbesar justru berasal dari transfer
pemerintah supradesa (pusat, provinsi, kabupaten/kota).
4. Kedudukan kepegawaian perangkat desa serta sistem imbalannya juga tidak jelas
karena kedudukan kesatuan masyarakat hukum dan organisasinya yang bersifat
ambivalen.
5. BPD (Badan Permusyawaratan Desa) menjalankan fungsi seperti DPRD, salah satunya
adalah bersama-sama Kepala desa menyusun Peraturan Desa. Menurut Pasal 7 ayat (2)
UU Nomor 10 Tahun 2004, Peraturan Desa masuk dalam kategori Peraturan Daerah.
Tetapi BPD tidak diisi melalui mekanisme pemilihan umum, sehingga kedudukannya
juga menjadi ambivalen. BPD sekarang lebih diposisikan sebagai lembaga tempat
bermusyawarahnya masyarakat, bukan sebagai lembaga politik.
Permasalahan Pelayanan di Desa
oleh Merdesa · Dipublikasikan 11 Mei 2017 · Di update 11 Mei 2017

Pembangunan antar desa di Indonesia belum merata. Terbukti masih adanya desa dalam status
desa tertinggal, desa yang sedang berkembang, sampai dengan desa mandiri. Gradasi klasifikasi
desa tersebut sangat terlihat. Beberapa hal yang mendasarinya adalah karena masih adanya
beberapa isu strategis dalam pembangunan desa. Isu strategis tersebut berkontribusi besar terhadap
permasalahan pelayanan di desa diantaranya:

1. Masih tingginya keterisolasian daerah perdesaan;


2. Keterbatasan ketersediaan pelayanan umum dan pelayanan dasar minimum di perdesaan;
3. Masih rendahnya ketersediaan infrastruktur pendukung produktivitas perdesaan;
4. Kemiskinan, pengangguran, dan kerentanan ekonomi masyarakat desa;
5. Berkurangnya lahan usaha untuk kemandirian desa;
6. Kerentanan sumber daya alam dan lingkungan hidup perdesaan;
7. Belum optimalnya peran kelembagaan desa dalam perencanaan dan pembangunan desa;
8. IPD mengklasifikasikan jumlah desa tertinggal sebanyak 19.944 desa (26,92 %), desa
berkembang sebanyak 51.127 desa (69 %), dan desa mandiri sebanyak 3.022 desa (4,08
%).

Isu strategis dimaksud tentunya juga berkontribusi terhadap permasalahan pelayanan di desa,
terutama pelayanan publik kepada masyarakat desa, apalagi dengan cairnya dana desa yang
jumlahnya besar. Beberapa permasalahan pelayanan publik yang dihadapi oleh pemerintahan desa
antara lain:

1. Sebagian besar bahkan hampir seluruh pelayanan publik di desa berupa pemberian
rekomendasi (pengantar) yang proses penyelesaiannya berada pada tingkat kecamatan dan
dinas terkait. Tidak ada pelayanan publik yang selesai di desa, sifatnya hanya sebagai
pengantar. Misalnya pengantar pembuatan KTP, KK, ijin usaha, surat keterangan
kelahiran, dan lain-lain.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap persyaratan administratif dalam pengurusan
kegiatan tertentu, misalnya dalam pembuatan KTP. Padahal persyaratan tersebut sudah
terinformasikan di Ketua RT masing-masing atau bahkan terpasang di Balai Desa.
Terkadang juga masyarakat enggan untuk mengurus sendiri karena birokrasi yang panjang
dan bertele-tele, sehingga memakan waktu yang lama.
3. Masih banyaknya administrasi desa yang bersifat manual, belum di-back up dengan
teknologi informasi. Beberapa tempat masih mengandalkan administrasi menggunakan
buku atau tulisan di papan sehingga belum terdokumentasikan dengan baik.
4. Sulitnya mengakomodir seluruh keinginan masyarakat. Program pemberdayaan
masyarakat dengan anggaran yang besar, maka memunculkan banyaknya tarik ulur dalam
penentuan program, sehingga akan ada keinginan masyarakat yang tidak terakomodir.
5. Keterbatasan sarana dan prasarana desa. Keterbatasan ini yang memunculkan minimnya
sarana prasarana pelayanan publik yang ditujukan untuk masyarakat desa.
6. Rendahnya kapasitas SDM kepala desa dan perangkat desa. Kompetensi kepala desa
menjadi ujung tombak maju atau mundurnya sebuah desa. Permasalahan di sini adalah
masih jarangnya kepala desa yang kompeten. Sebagai informasi awal, gambaran mengenai
kualitas SDM aparatur desa dari sisi tingkat pendidikan dapat diklasifikasikan pada gambar
di bawah:

SDM Kepala Desa/Lurah dari Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Umur

Data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tersebut di atas
memberikan informasi bahwa dari sisi tingkat pendidikan, ada sebanyak 829 kepala desa/lurah
yang tidak pernah sekolah. Ini menjadi fakta yang tidak bisa terelakkan. Kemungkinan besar
kepala desa/lurah yang bersangkutan bisa memimpin tetapi dari sisi kecakapan dalam administratif
lain, kemampuan menghasilkan ide-ide tentu akan berbeda dengan kepala desa yang
berpendidikan minimal SMP atau sederajat sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor
112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa.

Menjadi pekerjaan rumah bersama untuk Membangun Indonesia dari Pinggiran bahwa penguatan
kapasitas dan kelembagaan di tingkat desa dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di desa.
Tugas pendamping desa dalam pemanfaatan dana desa utamanya bagi pelayanan desa juga
dipentingkan agar pelayanan di tingkat desa menjadi lebih optimal. ***
Perbedaan Kaur dengan Kasi di Pemerintahan Desa

15 Januari 2018

dalam "Desa"

Memperkuat BUMDes untuk Menggerakkan Ekonomi Desa

15 November 2016

dalam "Desa"

Peran dan Manfaat Sistem Informasi Desa

Pengertian Sistem Informasi Desa Dalam konteks OpenSID, yang dimaksud dengan Sistem
Informasi Desa adalah proses dan aplikasi yang: Berbasis komputer Mengelola informasi kantor
desa Mendukung fungsi dan tugas kantor desa, termasuk administrasi kependudukan,
perencanaan, pelaporan, pengelolaan asset, pengelolaan anggaran, layanan publik, dsbnya
Dengan pengertian ini, jenis aplikasi yang tercakup dalam…

25 September 2017

dalam "OpenSID"
Memperkuat BUMDes untuk Menggerakkan
Ekonomi Desa
oleh Merdesa · 15 November 2016

(DesaMart lahir dari pegiat Desa Membangun asal Sidareja, Akhmad Fadli.
http://desamembangun.id )

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bukanlah barang baru bagi desa. Upaya pemerintah dalam
menggerakkan ekonomi desa sudah dilakukan sejak dikeluarkan kebijakan, diantaranya sebagai
berikut:

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Sebagaimana


tercantum dalam Penjelasan Pasal 21 desa diarahkan untuk mengelola usaha sendiri.
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU ini
dinyatakan bahwa desa dapat mendirikan badan usaha.
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Dalam UU dan PP ini mempertegas
bahwa desa dapat mendirikan badan usaha sebagaimana diamanatkan dalam UU 22/1999.
UU 32/2014 dan PP 72/2015 kemudian ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes).

Upaya tersebut ternyata belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Terutama bila
merujuk pada angka penduduk miskin di perdesaan dan tingkat urbanisasi yang setiap tahunnya
yang selalu meningkat.
Prosentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13.76% pada September 2014 menjadi
14.21% pada Maret 2015 (BPS, 2015). Kondisi ini menggambarkan bahwa sumber-sumber daya
yang ada di desa belum terkelola dengan baik, sehingga urbanisasi masih menjadi daya tarik bagi
penduduk desa.

Data Price Waterhouse Cooperpada 2014 menunjukan tingkat populasi urbanisasi Indonesia pada
tahun 2014 sebesar 51.4%. Angka ini tertinggi kedua di ASEAN setelah Malaysia. Sebagai contoh,
Jakarta diperkirakan menampung pendatang pasca lebaran tahun 2016 sekitar 70 ribu orang
(Tempo, 2016).

Kehadiran Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa diharapkan dapat memperkuat
BUMDes sesuai tujuan pendiriannya. Kendati demikian rekognisi yang diberikan masih
memerlukan perhatian pemerintah supra desa dalam memperkuat BUMDes menuju kemandirian
dan ketangguhannya.

Semangat baru pengaturan BUMDes melalui Undang-Undang Desa merupakan upaya strategis
untuk mewujudkan kesejahteraan dalam bidang ekonomi dan pembangunan yang berorientasi bagi
masyarakat desa. Salah satu perwujudannya adalah BUMDes didirikan dengan semangat
kekeluargaan dan semangat gotong royong yang bertujuan untuk menampung seluruh kegiatan di
bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar
Desa.

BUMDes sebagai Institusi Sosial dan Komersial


Undang-Undang Desa memberikan keleluasaan jenis usaha yang akan dikelola oleh BUMDes.
Dalam melaksanakan fungsinya, BUMDes tidak hanya sebagai institusi komersial (bisnis) semata,
tetapi juga sebagai institusi sosial yang tujuan akhirnya dapat berkontribusi dalam
menyejahterakan masyarakat.

Hanya saja kedua fungsi ini tidak banyak dibahas dalam Peraturan Pemerintah maupun
Permendesa. Pemahaman terhadap BUMDes yang harus menghasilkan profit akan mengarahkan
pada pilihan jenis usaha yang dapat menghasilkan keuntungan semata. Hal ini akan menjadi trade
off bagi keterlibatan dan partisipasi warga dalam pengelolaan dan manfaat dari usaha yang dipilih
BUMDes.

Penting untuk memperjelas fungsi BUMDes sebagai institusi sosial dan institusi komersial
oleh Pemerintah. Kejelasan aturan terkait dua fungsi tersebut akan menguatkan BUMDes,
terutama dalam melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain (BUMDes atau badan usaha
lainnya).

Selain itu, kejelasan akan menghilangkan kebingungan bagi pengelola BUMDes. Misalnya
BUMDes Panggung Lestari milik Pemerintah Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan “pengelolaan sampah”-nya yang selalu
mendapatkan dukungan anggaran dari APB Desa, hal ini cukup wajar dilakukan sebagai BUMDes
sebagai institusi sosial karena keberadaanya dirasakan sangat bermanfaat oleh masyarakat.
Sinkronisasi dan Penyelarasan Aturan Pengelolaan
BUMDes
Pengelola BUMDes dituntut bersikap profesional seperti halnya pengelolaan badan usaha lainnya.
Karena itu, Pemerintah perlu menyelaraskan pengaturan mengenai organ pengelola BUMDes dan
mempertegas peran dan tanggungjawab masing-masing organ.

Kebijakan tentang BUMDes juga sepatutnya dapat meminimalisir peluang risiko (legal hazard)
dalam menjalankan usahanya maupun tendensi BUMDes sebagai alat kepentingan politik lokal
desa. Selain itu, pemerintah juga perlu mempercepat penerbitan peraturan mengenai pengelolaan
keuangan BUMDes dan mekanisme pelaporan serta serta pertanggungjawabannya.

Struktur pengelolaan BUMDes belum seluruhnya menyesuaikan dengan Permendesa Nomor 4


Tahun 2014 tentang BUMDes. Masih ada pengelola operasional BUMDes yang dijabat oleh
aparatur pemerintahan desa.

Selain itu, tidak diperjelasnya unsur pengawas BUMDes dalam Permendesa, terlebih dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Desa sehingga ditemui bahwa ada anggota
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang menjadi pengawas BUMDes. Kondisi ini akan
membuat “semu” proses pertanggungjawaban BUMDes (kepala desa) kepada BPD. Pasal 31
Permendesa tersebut menyatakan bahwa salah satu tugas BPD adalah melakukan pengawasan
terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membina pengelolaan BUMDes. Bila anggota BPD
menjadi pengawas BUMDes yang merupakan bagian/organ dari BUMDes, maka dapat dikatakan
anggota BPD itu melakukan pengawasan terhadap dirinya sendiri, meskipun proses
pertanggungjawabannya melalui pemerintah desa. Juga ditemui BUMDes yang tidak menyusun
laporan pertanggungjawaban pengelolaannya, selain tidak optimalnya peran pengawas BUMDes
sendiri.

Kejelasan pengawasan diperlukan untuk mengantisipasi potensi moral hazard


(penyelewengan/penyalahgunaan) oleh pelaksana BUMDes. Kejelasan ini akan mewujudkan
pengelolaan BUMDes yang demokratis dan sesuai dengan prinsip kegotongroyongan, maka
sepatutnya BUMDes memperhatikan dan menerapkan standar manajemen yang profesional dan
bertanggung jawab seperti menjungjung tinggi prinsip transparansi, akuntabilitas, kemandirian
dan pertanggungjawaban.

Masalah lainnya adalah peran penasihat (ex-officio) menjadi dilema bagi BUMDes. Pasal 2 huruf
c Permendesa Nomor 4 Tahun 2014 menyatakan bahwa penasihat berperan “mengendalikan
pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUMDes”. Apabila terjadi kerugian yang dialami oleh
BUMDes, maka hal ini akan menjadi tanggungjawab BUMDes secara organisasi (pasal 27).

Sementara dalam Pasal 139 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 menyatakan bahwa
kerugian BUMDes menjadi tanggungjawab pelaksana operasional. Padahal PP tersebut juga
menjelaskan bahwa peran penasihat adalah melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada pelaksana operasional dalam menjalankan kegiatan pengurusan dan pengelolaan usaha
Desa.
Dari poin di atas, dipandang perlu adanya sinkronisasi kebijakan dalam pengaturan organ
BUMDes, sehingga akan memperkokoh pengelolaan BUMDes. Pada gilirannya, hal ini akan
berdampak pada profesionalisme kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa.

Mempertegas Peran Pembinaan BUMDes oleh Supra Desa


Pendirian BUMDes tidaklah sebatas memenuhi target pembangunan semata. Kehadirannya harus
sertai dengan pembinaan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pembinaan yang
dilakukan pemerintah supra desa (pemerintah kabupaten/provinsi) sering kali tidak dilakukan
secara bertahap dan teratur. Jikapun ada pembinaan hanya dalam rangka menjalankan kegiatan
supra desa. Dapat dikatakan, BUMDes berjalan sendiri dalam usahanya.

Kehadiran Undang-Undang Desa harus mampu mengubah pola pendekatan supra desa dari
intervensi menjadi fasilitasi secara bertahap dan berkala. Pemerintah supra desa harus berbenah
dan melakukan evaluasi atas apa yang sudah dilakukannya selama ini terhadap pengembangan
ekonomi desa atau BUMDes dan menyusun tahapan pengembangan untuk meningkatkan
kemandirian BUMDes.

Pemberian rekognisi dan mendorong kemandirian desa tidak serta merta menghilangkan peran dan
tanggungjawab supra desa dalam melakukan pembinaan terhadap desa, termasuk BUMDes.
Pembinaan selayaknya dilakukan melalui pendekatan fasilitasi bukan intervensi. Pemerintah
supra desa harus mampu meningkatkan dan memperkuat koordinasi antar unit Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di tingkat provinsi/kabupaten/kota) yang memiliki keterkaitan tugas
dan fungsi dalam mengembangkan ekonomi masyarakat desa. MERDESA …!
Perbedaan Kaur dengan Kasi di
Pemerintahan Desa
oleh Merdesa · Dipublikasikan 15 Januari 2018 · Di update 15 Januari 2018

Perbedaan Kaur dengan Kasi di Pemerintahan Desa

Perbedaan Tugas Kepala Urusan (Kaur) dengan Kepala Seksi (Kasi) di Pemerintahan Desa.
Apakah perbedaan antara Kaur (Kepala Urusan) dengan Kasi (Kepala Seksi) dari segi tugas dan
fungsinya dalam pemerintahan desa menurut undang-undang?

Untuk menjawab pertanyaan di atas kita akan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (“UU Desa”), Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (“PP Desa”) sebagaimana
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 (“PP 47/2015”), Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa
(“Permendagri 83/2015”) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (“Permendagri 84/2015”).

Pemerintah Desa dan Perangkat Desa


Bicara soal perbedaan antara tugas Kaur dan Kasi, maka hal itu berkaitan dengan perangkat desa
pada pemerintah desa. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dan dibantu oleh Perangkat Desa.
Sementara itu, Perangkat Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam penyusunan
kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat Desa, dan unsur pendukung tugas
Kepala Desa dalam pelaksanaan kebijakan yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan
unsur kewilayahan.

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala
Desa.

Perangkat desa terdiri dari:

a. sekretariat desa,
b. pelaksana kewilayahan, dan
c. pelaksana teknis.

Perangkat desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala desa. Kaur merupakan bagian
dari sekretariat desa sedangkan Kasi merupakan bagian dari pelaksana teknis. Untuk itu,
penjelasan ini akan berfokus pada kedua perangkat desa tersebut.

Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dan dibantu oleh unsur staf sekretariat.
Sekretariat Desa paling banyak terdiri atas 3 (tiga) urusan yaitu urusan tata usaha dan umum,
urusan keuangan, dan urusan perencanaan, dan paling sedikit 2 (dua) urusan yaitu urusan umum
dan perencanaan, dan urusan keuangan. Masing-masing urusan dipimpin oleh Kepala Urusan
(Kaur).

Jadi, Kaur adalah pemimpin urusan-urusan yang ada di Sekretariat Desa. Kedudukannya adalah
sebagai unsur staf sekretariat.

Pelaksana Teknis merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional.
Pelaksana Teknis paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi yaitu seksi pemerintahan, seksi
kesejahteraan dan seksi pelayanan, paling sedikit 2 (dua) seksi yaitu seksi pemerintahan, serta
seksi kesejahteraan dan pelayanan. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi (Kasi).

Jadi, Kasi adalah pemimpin seksi-seksi yang ada di Pelaksana Teknis. Kedudukannya adalah
sebagai unsur pelaksana teknis.

Perbedaan Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kaur dan Kasi


Perbedaan antara Kaur (Kepala Urusan) dengan Kasi (Kepala Seksi) dapat diuraikan melalui tabel
berikut:

Pembeda Kaur (Kepala Urusan) Kasi (Kepala Seksi)

Kaur (Kepala Urusan) berkedudukan Kasi (Kepala Seksi) berkedudukan


Kedudukan
sebagai unsur staf sekretariat. sebagai unsur pelaksana teknis.
Kaur (Kepala Urusan) bertugas membantu
Kasi (Kepala Seksi) bertugas
Sekretaris Desa dalam urusan pelayanan
Tugas membantu Kepala Desa sebagai
administrasi pendukung pelaksanaan
pelaksana tugas operasional.
tugas-tugas pemerintahan.
Untuk melaksanakan tugasnya, Kasi
Untuk melaksanakan tugasnya, Kaur (Kepala Seksi) mempunyai fungsi:
(Kepala Urusan) mempunyai fungsi:
a. Kepala Seksi Pemerintahan
a. Kepala urusan tata usaha dan umum mempunyai fungsi
memiliki fungsi seperti melaksanakan manajemen tata
melaksanakan urusan praja Pemerintahan, menyusun
ketatausahaan seperti tata naskah, rancangan regulasi desa,
administrasi surat menyurat, arsip, pembinaan masalah pertanahan,
dan ekspedisi, dan penataan pembinaan ketentraman dan
administrasi perangkat desa, ketertiban, pelaksanaan upaya
penyediaan prasarana perangkat perlindungan masyarakat,
desa dan kantor, penyiapan rapat, kependudukan, penataan dan
pengadministrasian aset, pengelolaan wilayah, serta
inventarisasi, perjalanan dinas, dan pendataan dan pengelolaan Profil
pelayanan umum. Desa.
b. Kepala urusan keuangan memiliki b. Kepala Seksi Kesejahteraan
fungsi seperti melaksanakan urusan mempunyai fungsi
keuangan seperti pengurusan melaksanakan pembangunan
Fungsi administrasi keuangan, administrasi sarana prasarana perdesaan,
sumber-sumber pendapatan dan pembangunan bidang
pengeluaran, verifikasi administrasi pendidikan, kesehatan, dan tugas
keuangan, dan administrasi sosialisasi serta motivasi
penghasilan Kepala Desa, masyarakat di bidang budaya,
Perangkat Desa, Badan ekonomi, politik, lingkungan
Permusyawaratan Desa (BPD), dan hidup, pemberdayaan keluarga,
lembaga pemerintahan desa pemuda, olahraga, dan karang
lainnya. taruna.
c. Kepala urusan perencanaan c. Kepala Seksi Pelayanan
memiliki fungsi memiliki fungsi melaksanakan
mengkoordinasikan urusan penyuluhan dan motivasi
perencanaan seperti menyusun terhadap pelaksanaan hak dan
rencana anggaran pendapatan dan kewajiban masyarakat,
belanja desa, menginventarisir data- meningkatkan upaya partisipasi
data dalam rangka pembangunan, masyarakat, pelestarian nilai
melakukan monitoring dan evaluasi sosial budaya masyarakat,
program, serta penyusunan laporan. keagamaan, dan
ketenagakerjaan.

Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Perangkat Desa;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Desa.
5.

6.Daftar Pertanyaan Yang Sering


Ditanyakan Terkait Bumdes
7. Posted on October 20, 2017Author thalia 0
8. Seiring dengan berkembangnya diskusi di forum Bumdes.id, berikut rekap pertanyaan-
pertanyaan yang sering ditanyakan dalam forum bumdes.id baik di facebook maupun
whatsapp group.
9. 1. Apa Dasar hukum yang mendasari adanya Badan Usaha Milik Desa?
Jawab: http://bumdes.id/register/download-id/2242/
2. Dari mana saja Modal untuk usaha BUM Desa didapat?
Jawab: http://bumdes.id/…/09/27/modal-bum-desa-pp-no-43-tahun-2014/
3. Bagaimana tahap-tahap dalam proses pendirian Bumdes?
Jawab: http://bumdes.id/tahapan-pendirian-bumdes/
4. Mekanisme legal/formal apa saja yang perlu dilakukan untuk melakukan pembentukan
bumdes? Seperti apa pendirian Bumdes
Jawab: http://bumdes.id/…/02-mekanisme-pembentukan-bumdes-dan-pen…/
5. Apa itu hasil usaha Bumdes dan apa yang harus dilakukan dengan sisa hasil usahanya?
Jawab: http://bumdes.id/blog/2017/09/27/3641/
6. Seperti apa struktur organisasi Bumdes? Siapa yang bisa berperan dalam struktur
organisasi Bumdes?
Jawab: http://bumdes.id/…/2…/09/27/organisasi-pengelolaan-bum-desa/
7. Apa saja kewenangan kepala desa? Apa saja yang menjadi kewenangan kepala desa
dan apa yang tidak?
Jawab: http://bumdes.id/blog/2017/09/25/kewenangan-kepala-desa/
8. Bisakah 2 atau lebih Bumdes bekerjasama? Apa itu BUMADesa dan Bumdes
Bersama? Apakah keduanya berbeda?
Jawab: http://bumdes.id/…/bumadesa-dan-bumdes-bersama-apa-berbeda…/
9. Bagaimana ketentuan kerjasama antar-Bumdes?
Jawab: http://bumdes.id/…/20/ketentuan-kerjasama-bum-desa-antar-d…/
10. Apa perbedaan Bumdes dan Koperasi? Kenapa Bumdesa berbeda dari koperasi?
Jawab: http://bumdes.id/blog/2017/09/20/bumdes-dan-koperasi/
11. Penting kah pendirian Bumdes dilakukan untuk kemajuan Desa?
Jawab: http://bumdes.id/…/09/19/pentingkah-untuk-mendirikan-bumdes/
12. Bagaimana cara mendaftarkan Bumdes di website Kemendesa?
Jawab: http://bumdes.id/…/14/cara-mendaftarkan-bumdes-di-kemendesa/
13. Jenis usaha apa saja yang cocok untuk dikelola Bumdes di suatu desa terntentu?
Jawab: http://bumdes.id/…/09/05/pemilihan-jenis-usaha-untuk-bum-d…/
14. Bagaimana jika merasa bahwa Desa tidak memiliki potensi? Bagaimana cara
melakukan pemetakan potensi Desa?
Jawab: http://bumdes.id/blog/2017/09/05/ayo-petakan-potensi-desamu/
15. Jenis usaha apa yang tepat untuk Bumdes kami?
Jawab: http://bumdes.id/…/pemetaan-potensi-usaha-desa-dan-pemilih…/
16. Apa itu Anggran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Bumdes? Bagaimana
mekanisme penyusunannya?
Jawab: http://bumdes.id/…/rancangan-peraturan-desa-bum-desa-dan-a…/
17. Apa saja yang menyebabkan Bumdes telah berdiri, namun tidak berjalan? Apa saja
yang perlu diperhatikan agarBumdes dapat berkembang?
Jawab: http://bumdes.id/…/2…/09/05/bumdes-sudah-ada-tapi-gak-jalan/
18. Apa yang membedakan bumdes dari jenis usaha lainnya? Kenapa Bumdes paling
tepat untuk membantu kesejahteraann Desa?
Jawab: http://bumdes.id/blog/2017/04/14/filosofi-bumdes/
19. Apa itu dana desa dan bagaimana regulasi pengadaan dana desa?
Jawab: http://bumdes.id/…/…/yuk-kenal-lebih-jauh-tentang-dana-desa/
20. Apa saja program unggulan Kemendesa? Apakah Bumdes merupakan program yang
didukung pemerintah pusat?
Jawab: http://bumdes.id/…/nawacita-kemandirian-dan-kesejahteraan-…/
Semoga bermanfaat!
Potensi dan Permasalahan yang Dihadapi Badan Usaha
Milik Desa (BUM DESA)
Badan Usaha
Oleh nurul purnamasari 30 May 2016

Desa merupakan unit terkecil dari negara yang terdekat dengan masyarakat dan secara riil
langsung menyentuh kebutuhan masyarakat untuk disejahterakan. Basis sistem kemasyarakatan
di desa yang kokoh adalah kekuatan untuk mengembangkan sistem politik, sosial, budaya, dan
ekonomi. Di Indonesia ada kurang lebih 74 ribu desa, dimana lebih dari 32 ribu desa masuk
dalam kategori desa tertinggal. Kondisi ini sangat kontradiktif dengan tujuan otonomi daerah. Di
era otonomi daerah, seharusnya menjadi perwujudan unjuk kekuatan di berbagai bidang, karena
tujuan besar otonomi daerah adalah memperluas kesejahteraan masyarakat, termasuk masyarakat
desa. Kini desa menghadapi era baru. UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, hendak
mengantarkan desa sebagai penyangga kehidupan. Desa diharapkan menjadi mandiri secara
sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik.

Pada PP Nomor 43 Tahun 2014 yang diubah melalui PP Nomor 47 Tahun 2015 telah
menyebutkan jika kini desa mempunyai wewenang untuk mengatur sumber daya dan arah
pembangunan. Berlakunya regulasi tentang desa membuka harapan bagi masyarakat desa untuk
berubah. Desa memasuki era self governing community dimana Desa memiliki otonomi dan
kewenangan dalam perencanaan, pelayanan publik, dan keuangan. Maka desa bukan lagi
penunggu instruksi dari supra desa (Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, dan Pusat). Untuk itu
tumpuan dinamika kehidupan desa sangat bergantung pada pastisipasi masyarakat dalam
mendorong terbangunnya kesepakatan pengelolaan desa, mampu menumbuhkan dan
mengembangkan nilai sosial, budaya, ekonomi, dan pengetahuan.
Langkah Persiapan Pendirian Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha
Oleh Ahmad Sofyan 15 September 2015

Tujuan awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dimaksudkan untuk mendorong
atau menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang berkembang
menurut adat Istiadat dan budaya setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan
untuk di kelola oleh masyarakat melalui program atau proyek Pemerintah pusat dan Pemerintah
Daerah. Sebagai sebuah usaha desa, pembentukan BUMDes adalah benar-benar untuk
memaksimalisasi potensi masyarakat desa baik itu potensi ekonomi, sumber daya alam, ataupun
sumber daya manusianya. Secara spesifik, pendirian Bumdes adalah untuk menyerap tenaga
kerja desa meningkatkan kreatifitas dan peluang usaha ekonomi produktif mereka yang
berpenghasilan rendah.

Sasaran pemberdayaan ekonomi masyarakat desa melalui BUMDes ini adalah untuk melayani
masyarakat desa dalam mengembangkan usaha produktif. Tujuan lainnya adalah untuk
menyediakan media beragam usaha dalam menunjang perekonomian masyarakat desa sesuai
dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakat.

Untuk mendirikan BUMDes, ada tahapan-tahapan yang dilakukan oleh perangkat desa (terutama
kepala desa) sebagai komisaris BUMDes nantinya. Tahapan Pendirian BUMDes harus dilakukan
melalui inisiatif desa yang dirumuskan secara partisipatif oleh seluruh komponen masyarakat
desa. Pendirian BUMDes juga dimungkinkan atas inisiatif Pemerintah Kabupaten sebagai bentuk
intervensi pembangunan pedesaan untuk mendukung pembangunan daerah Secara umum
berdasarkan pengamatan saya, ada tiga tahapan yang bisa dilalui oleh kepala desa bersama pihak
panitia pembentukan BUMDes untuk proses pembentukan BUMDes secara ideal. Tahapan-
tahapan tersebut adalah :

Tahap I : Membangun kesepakan antar masyarakat desa dan pemerintah desa untuk pendirian
BUMDes yang dilakukan melalui musyawarah desa atau rembug desa. Dalam hal ini Kepala
Desa mengadakan musyawarah desa dengan mengundang Panitia pembentukan BUMDes,
anggota BPD dan pemuka masyarakat serta lembaga kemasyarakatan yang ada didesa. Tujuan
dalam pertemuan tahap I ini adalah merumuskan hal-hal berikut:

1. Nama, kedudukan, dan wilayah kerja BUMDes


2. Maksud dan tujuan pendirian BUMDes
3. Bentuk badan hukum BUMDes
4. Sumber permodalan BUMDes
5. Unit-Unit usaha BUMDes
6. Organisasi BUMDes
7. Pengawasan BUMDes
8. Pertanggungjawaban BUMDes
9. Jika dipandang perlu membetuk Panitia Ad-hoc perumusan Peraturan Desa tentang
Pembentukan BUMDes.
Secara umum dapat di simpulkan bahwa tujuan dari pertemuan tahap I ini adalah untuk
mendesain struktur organisasi. BUMDes merupakan sebuah organisasi, maka diperlukan adanya

struktur organisasi yang menggambarkan bidang pekerjaan apa saja yang harus tercakup di
dalam organisasi tersebut. Bentuk hubungan kerja (instruksi, konsultatif, dan
pertanggunganjawab) antar personil atau pengelola BUMDes.

Tahap II Pengaturan organisasi BUMDes yang mengacu kepada rumusan Musyawarah Desa
pada Tahap I oleh Penitia Ad-hoc, dengan menyusun dan pengajuan pengesahan terhadap hal-hal
berikut:

1. Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes yang mengacu pada Peraturan Daerah
dan ketentuan hukum lainnya yang berlaku :
2. Pengesahan Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes
3. Anggaran Dasar BUMDes
4. Struktur Organisasi dan aturan kelembagaan BUMDes
5. Tugas dan fungsi pengelola BUMDes
6. Aturan kerjasama dengan pihak lain
7. Rencana usaha dan pengembangan usaha BUMDes

Pada tahap ke dua ini point-point yang dibahas juga sekaligus memperjelas kepada semua
anggota BUMDes dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk memahami aturan kerja
organisasi. Maka diperlukan untuk menyusun AD/ART BUMDes yang dijadikan rujukan
pengelola dan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola BUMDes. Melalui penetapan sistem
koordinasi yang baik memungkinkan terbentuknya kerja sama antar unit usaha dan lintas desa
berjalan efektif.

Penyusunan job deskripsi bagi setiap pengelola BUMDes sangat diperlukan untuk dapat
memperjelas peran dari masing-masing orang. Dengan demikian, tugas, tanggungjawab, dan
wewenang pemegang jabatan tidak memiliki duplikasi yang memungkinkan setiap
jabatan/pekerjaan yang terdapat di dalam BUMDes diisi oleh orang-orang yang kompeten di
bidangnya.

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah Tahap III : Pengembangan dan Pengelolaan BUMDes,
dengan aktivitas:

1. Merumuskan dan menetapkan sistem penggajian dan pengupahan pengelola BUMDes,


2. Pemilihan pengurus dan pengelola BUMDes
3. Menyusun sistem informasi pengelolaan BUMDes
4. Menyusun sistem administrasi dan pembukuan BUMDes
5. Penyusunan rencana kerja BUMDes.

Di terakhir banyak point-point yang dibahas, yaitu menyusun bentuk aturan kerjasama dengan
pihak ketiga, yakni kerja sama dengan pihak ketiga apakah menyangkut transaksi jual beli atau
simpan pinjam penting diatur ke dalam suatu aturan yang jelas dan saling menguntungkan.
Penyusunan bentuk kerjasama dengan pihak ketiga diatur secara bersama dengan Dewan
Komisaris BUMDes.

Selain itu juga dibahas mengenai Menyusun rencana usaha (business plan), yakni Penyusunan
rencana usaha penting untuk dibuat dalam periode 1 sampai dengan 3 tahun. Sehingga para
pengelola BUMDes memiliki pedoman yang jelas apa yang harus dikerjakan dan dihasilkan
dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan dan kinerjanya menjadi terukur. Penyusunan
rencana usaha dibuat bersama dengan Dewan Komisaris BUMDes.

Point lain yang juga dibahas adalah Melakukan proses rekruitmen dan sistem penggajian dan
pengupahan. Untuk menetapkan orang-orang yang bakal menjadi pengelola BUMDes dapat
dilakukan secara musyawarah. Namun pemilihannya harus didasarkan pada kriteria tertentu.
Kriteria itu dimaksudkan agar pemegang jabatan di BUMDes mampu menjalankan tugas-
tugasnya dengan baik. Untuk itu, persyaratan bagi pemegang jabatan di dalam BUMDes penting
dibuat oleh Dewan Komisaris. Selanjutnya dibawa ke dalam forum rembug desa untuk
disosialisasikan dan ditawarkan kepada masyarakat. Proses selanjutnya adalah melakukan seleksi
terhadap pelamar dan memilih serta menetapkan orang-orang yang paling sesuai dengan kriteria
yang dibuat.

Selain itu pemberian insentif jika pengelola mampu mencapai target yang ditetapkan selama
periode tertentu. Besar kecilnya jumlah uang yang dapat dibayarkan kepada pengelola BUMDes
juga harus didasarkan pada tingkat keuntungan yang kemungkinan dapat dicapai. Pemberian
imbalan kepada pengelola BUMDes harus semenjak awal disampaikan agar mereka memiliki
tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebab pemberian imbalan merupakan
ikatan bagi setiap orang untuk memenuhi kinerja yang diminta.

Demikian resume yang saya simpulkan dari berbagai sumber yang menjadi bahan referensi saya
dalam menganalisa langkah persiapan pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Strategi Pengembangan BUMDes Sebagai Pilar Ekonomi
Desa
Badan Usaha

Strategi Pengembangan BUMDes Sebagai


Pilar Ekonomi Desa
Oleh Admin KeuDesa 15 April 2015

Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disingkat dengan BUMDes diproyeksikan muncul sebagai
kekuatan ekonomi baru di wilayah perdesaan. UU No 6 tahun 2014 tentang Desa memberikan
payung hukum atas BUMDes sebagai pelaku ekonomi yang mengelola potensi desa secara
kolektif untuk meningkatkan kesejahteraan warga desa.

Apa itu BUMDes? Istilah BUMDes muncul melalui Peraturan Pemerintah (PP) No 72/2005 dan
dirincikan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 39/2010. BUMDes
merupakan wadah usaha desa yang memiliki semangat kemandirian, kebersamaan, dan
kegotong-royongan antara pemerintah desa dan masyarakat untuk mengembangkan aset-aset
lokal untuk memberikan pelayanan dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan
desa.

Sebelum lahirnya kebijakan di atas, inisiatif BUMDes sudah muncul di sejumlah daerah dengan
nama yang berbeda-beda, tapi mereka memiliki prinsip dan tujuan yang sama. Ada yang
menjalankan bisnis simpan-pinjam (keuangan mikro), ada juga yang menyelenggarakan
pelayanan air minum untuk mengatasi kesulitan akses masyarakat terhadap air bersih.

Police Paper Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) yang ditulis oleh Yunanto dkk
(2014:3-4) menjelaskan ada sejumlah kelemahan yang secara inheren ada pada BUMDes, yaitu:

1. Penataan kelembagaan desa belum berjalan secara maksimal sehingga BUMDes pun
belum dilembagakan dalam format kepemerintahan dan perekonomian desa.
2. Keterbatasan kapasitas sumber daya manusia di desa untuk mengelola dan
mengembangkan BUMDes yang akuntabel dan berkinerja baik.
3. Rendahnya inisiatif lokal untuk menggerakkan potensi ekonomi lokal bagi peningkatan
kesejahteraan sosial dan ekonomi warga desa.
4. Belum berkembangnya proses konsolidasi dan kerjasama antar pihak terkait untuk
mewujudkan BUMDes sebagai patron ekonomi yang berperan memajukan ekonomi
kerakyatan.
5. Kurangnya responsivitas Pemda untuk menjadikan BUMDes sebagai program unggulan
untuk memberdayakan desa dan kesejahteraan masyarakat.
Secara substansial, UU No 6 tahun 2014 mendorong desa sebagai subjek pembangunan secara
emansipatoris untuk pemenuhan pelayanan dasar kepada warga, termasuk menggerakan aset-aset
ekonomi lokal. Posisi BUMDes menjadi lembaga yang memunculkan sentra-sentra ekonomi di
desa dengan semangat ekonomi kolektif.

Apa bedanya BUMDes dengan lembaga ekonomi masyarakat lainnya? Antara BUMDes dan
ekonomi pribadi maupun kelompok masyarakat lainnya sebenarnya tidak ada yang perlu
dipertentangkan. Semuanya saling melengkapi untuk menggairahkan ekonomi desa. Namun,
BUMDes merupakan lembaga yang unik dan khas sepadan dengan keunikan desa.

Yunanto (2014:7) menjelaskan keunikan BUMDes sebagai berikut:

1. BUMDes merupakan sebuah usaha desa milik kolektif yang digerakkan oleh aksi kolektif
antara pemerintah desa dan masyarakat. BUMDes merupakan bentuk public and
community partnership atau kemitraan antara pemerintah desa sebagai sektor publik
dengan masyarakat setempat.
2. BUMDes lebih inklusif dibanding dengan koperasi, usaha pribadi maupun usaha
kelompok masyarakat yang bekerja di ranah desa. Koperasi memang inklusif bagi
anggotanya, baik di tingkat desa maupun tingkat yang lebih luas, namun koperasi tetap
ekslusif karena hanya untuk anggota.

Lalu, apa saja ruang usaha yang bisa dilakukan oleh BUMDes? UU No 6 tahun 2014 pasal 87
ayat 3 menyebutkan BUMDes dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Artinya, BUMDes dapat
menjalankan pelbagai usaha, mulai dari pelayanan jasa, keuangan mikro, perdagangan, dan
pengembangan ekonomi lainnya. Sebagai contoh, BUMDes bisa membentuk unit usaha yang
bergerak dalam keuangan mikro dengan mengacu secara hukum pada UU Lembaga Keuangan
Mikro maupun UU Otoritas Jasa Keuangan.

Aksa (2013) menjelaskan ada empat jenis bisnis yang bisa dikembangkan oleh BUMDes, antara
lain:

1. BUMDes tang bertipe serving. BUMDes semacam ini menjalankan bisnis sosial yang
melayani, yaitu melakukan pelayanan publik kepada masyarakat sekaligus juga
memperoleh keuntungan finansial dari pelayanan itu. Usaha ini memanfaatkan sumber
daya okal dan teknologi tepat guna, seperti usaha air minum desa dan usaha listrik desa.
2. BUMDes yang bertipe banking. BUMDes ini menjalankan bisnis uang seperti bank desa
atau lembaga perkreditan desa. Modalnya berasal dari ADD, PADes, tabungan
masyarakat serta dukungan dari pemerintah. Bisnis uang desa ini mengandung bisnis
sosial dan bisnis ekonomi. Bisnis sosial artinya bak desa merupakan proteksi sosial
terhadap warga desa, terutama kelompok warga yang rentan dan perempuan dari jeratan
para rentenir. Bisnis ekonomi artinya bank desa berfungsi untuk mendukung permodalan
usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku ekonomi di desa.
3. BUMDes bertipe renting. BUMDes ini menjalankan bisnis penyewaan barang-barang
(perangkat pesta, traktor, alat transportasi, ruko, dan lain sebagainya), baik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat maupun untuk memperoleh pendapatan desa.
4. BUMDes bertipe brokering. BUMDes ini berperan sebagai lembaga perantara, seperti
jasa pelayanan kepada warga maupun usaha-usaha masyarakat, misalnya jasa
pembayaran listri, desa mendirikan pasar desa untuk memasarkan produk-produk yang
dihasilkan masyarakat. BUMDes juga bisa membangun jaringan dengan pihak ketiga
untuk memasarkan produk-produk lokal secara lebih luas.

Sumber: desamembangun.or.id, 29 Maret 2014

Menyoal Badan Hukum BUM Desa


Badan Usaha
Oleh Administrator 17 November 2017

Didalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 2014 pasal 142 Mengenai Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes), telah dilengkapi penjelasannya dengan pasal 142 Peraturan Pemerintah 47
tahun 2015 menjadi :

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pendirian, pengurusan dan pengelolaan, serta
pembubaran BUM Desa dan BUM Desa Bersama akan diatur dan ditetapkan oleh
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan
desa, pembangunan kawasan perdesaan, dan pemberdayaan masyarakat Desa
berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pemerintahan dalam negeri.

Bunyi pasal itu menunjukan bahwa Permendesa PDTT dan Mendagri harus saling kerja sama
dalam mengatur, mengurus dan mengelola BUMDes

Oleh karena itu, terbitlah Permendesa PDTT no 4/2015 yang mengatur tentang pendirian,
pengurusan, pengelolaan dan pembubaran BUMDes. Dalam pasal di bawah ini tertulis:

Bagian Kesatu

Bentuk Organisasi BUM Desa

Pasal 7

 BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.
 Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM Desa dan masyarakat.
 Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum, bentuk
organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3).

Pasal 8

BUM Desa dapat membentuk unit usaha meliputi:


1. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan
melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas; dan
2. Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro.

Menurut Budi Susilo selaku Direktur Program (Desalestari),

1. BUM Desa didirikan berdasarkan “Hasil kesepakatan Musyawarah Desa sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa.
(pasal 5 ayat 3 Pemendesa PPDT 4/2015) dimana pasal 5 ayat 1 menegaskan bhw
“Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disepakati melalui
Musyawarah Desa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertingggal, dan Transmigrasi tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa”.
2. BUMDes berdiri atas dasar MUSDES (musyawarah desa). MUSDES merupakan
kesepakatan tertinggi dan penting dalam pembentukan/pendirian BUMDes yang
selanjutnya dituangkan dalam PERDES (peraturan desa).
3. Unit usaha BUMDes, boleh berbentuk badan hukum PT dengan syarat sebagian besar
modal dimiliki oleh BUMDes; sebagaimana tercantum dalam Permendesa PDTT 4/2015.
4. Tafsiran saya tentang “sebagian besar modal dimiliki oleh BUMDes” adalah 51%.

Dari penjelasan itu, BUMDes adalah milik (rakyat) Desa yang berdiri berdasarkan MUSDES.
Musdes adalah penegasan dari people sovereignty (baca pasal 88 UU Desa 6/2014 –
(1)Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa.

(2) Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Desa.)

BUMDes harus dilihat secara mendalam berdarkan pemahaman Desa dalam Undang-Undang ini
merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7)
dan Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:

 memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
 memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia;
 melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
 mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan
potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
 membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab;
 meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat
perwujudan kesejahteraan umum;
 meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat
Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
 memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan
nasional; dan
 memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

Juga dalam penjelasan UU 6/2014 tertulis bahwa BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa
untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa.

BUM Desa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti perseroan
terbatas, CV, atau koperasi. Oleh karena itu, BUM Desa merupakan suatu badan usaha
bercirikan Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di samping untuk membantu
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa. BUM
Desa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembangan ekonomi
lainnya. Dalam meningkatkan sumber pendapatan Desa, BUM Desa dapat menghimpun
tabungan dalam skala lokal masyarakat Desa, antara lain melalui pengelolaan dana bergulir dan
simpan pinjam.

BUM Desa dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga
berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa. BUM Desa
diharapkan dapat mengembangkan unit usaha dalam mendayagunakan potensi ekonomi. Dalam
hal kegiatan usaha dapat berjalan dan berkembang dengan baik, sangat dimungkinkan pada
saatnya BUM Desa mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Di kalimat terakhir (tulisan diatas), pemerintah harus berhati-hati (dengan pengamatan-riset yang
matang dan melihat perkembangan keuangan BUMDes) untuk mem-badan hukum-kan
BUMDes. Jangan sampai pelembagaan dengan badan hukum justru malah membuat tindakan
berbalik arah dari falsafah BUMDes sebagai milik (rakyat) Desa – dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat – sesuai dengan amanah UUD 1945 yang menjamin tanah, air dan segala isinya
yang terkandung dalam bumi Indonesia untuk kesejahteraan rakyat.
VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA
DESA KADIBOLO WEDI KLATEN
VISI

Terwujudnya desa Kadibolo yang Religius, sehat, cerdas, dan Bahagia

MISI

1. Mewujudkan keamanan dan ketertiban di lingkungan desa Kadibolo


2. Meningkatkan kesehatan, kebersihan desa serta mengusahakan
Jaminan Kesehatan Masyarakat melalui program pemerintah.
3. Meningkatkan tata kelola pemerintahan Desa yang baik.
4. Meningkatkan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat desa dan
daya saing desa.
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dengan mewujudkan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan program lain untuk membuka
lapangan kerja bagi masyarakat desa, serta meningkatkan
produksi rumah tangga kecil.
6. Meningkatkan sarana dan prasarana dari segi fisik, ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan kebudayaan di desa.
7. Meningkatkan kehidupan yang harmonis, toleran, saling menghormati
dalam kehidupan berbudaya dan beragama di desa Kadibolo.
8. Mengedepankan kejujuran, keadilan, transparansi dalam
kehidupan sehari – hari baik dalam pemerintahan maupun dengan
masyarakat desa.

PROGRAM KERJA

1. BIDANG PEMERINTAHAN

Pemerintahan desa merupakan unit terkecil dari pemerintahan nasional,


dimana berbagai permasalahan dimulai dari desa. Untuk ituh
pemerintahan desa harus solid, akuntabel, profesional, amanah serta
ramah dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Untuk
mencapai hal tersebut diatas dan menciptakan pemeritahan yang baik
(Good Government) perlu dilakukan beberapa hal ;
1. Pembenahan Aparatur Pemerintah Desa
Aparatur pemerintah desa Kadibolo perlu dibenahi dan dibina agar
masing-masing bidang dapat berfungsi dengan baik dan
melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi masing-masing, sehingga
tidak tejadi tumpang tindih tugas. Dengan demikian diharapkan
aparatur desa akan mendapat kepercayaan dari masyarakat.

2. Peningkatan Pelayanan Publik


Pelayanan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan sehingga
masyarakat dapat dengan mudah memperoleh pelayanan sesuai
dengan kebutuhan dengan tidak membeda-bedakan status dalam
masyarakat, sepanjang pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat
tidak bertentangan dengan norma-norna dalam masyarakat dan
hukum yang berlaku.

3. Transparansi Keuangan
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Kepala Desa
dan aparaturnya, masalah keuangan harus transparan (terbuka).
Transparansi keuangan yang dimaksud adalah dimana masyarakat
harus mengetahui sumber-sumber keuangan yang didapat dengan
pengalokasianya minimal satu kali dalam setahun dan membuat
laporan kepada BPD dan disosialisasika kepada masyarakat melalui
RT.

4. Sinergisitas dengan BPD


Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang anggotanya merupakan
tokoh/wakil masyarakat dan sebagai mitra sejajar Kepala Desa serta
penampung aspirasi masyarakat harus diajak musyawarah terutama
menyangkut masala-masalah yang strategis terhadap pembangunan
didesa. Selan itu BPD juga dapat diminta pendapat sesuai dengan
tugas dan fungsinnya.

2. BIDANG PEMBANGUNAN

Pembangunan pada hakekatnya adalah mengadakan perubahan


terhadap sesuatu dari yang tidak/kurang baik menjadi baik, dari yang
tidak manfaat menjadi manfaat dan dari rusak menjadi bagus.
Pembagunan ada dua macan yaitu pembangunan mental atau Akhlak
dan penbangunan Fisik
a. Bidang Pembangunan Akhlak
Pembangunan akhlak diarahkan untuk menjadi manusia yang
berahlaqul karimah sehingga teu unggut kalinduan teu gedak
kaanginan dalam menghadapi tantangan hidup. Sarananya adalah
pengajian-pengajian diskusi-diskusi keagamaan, hal ini perlu
mendapat perhatian serius terutama generasi muda untuk
menghadapi tantangan jaman yang semakin berat.

b. Bidang Pembangunan Fisik


1) Pembanguan Sarana Transportasi
Pembangunan sarana transportasi diiarahkan untuk menjaga
perekonomian masyarakat yaitu dengan pengaspalan jalan dan
pelebaran jalan sempit agar transportasi hasil pertanian lancar dan
menekan biaya angkut.
2) Pembangunan Sarana Kesehatan
Pembanguna sarana kesehatan antara lain Puskesdes
dan Posyandu
3) Pembangunan Sarana Keamanan
Pembanguna sarana Keamanan antara lain Pengadaan
POSKAMLING di setiap dusun.
4) Pembangunan Sarana Pendidikan
Pembangunan sarana pendidikan diarahkan kepada pendidikan
formal dan non formal. Pendidikan formal antara lain TK, SD/MI,
SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan non
formal diantaranya Kelompok Bermain, TPA, DTA dan Pondok
Pesantren .
5) Pembangunan Sarana Olahraga,
Pembangunan sarana olahraga antara lain lapangan sepak bola,
lapangan futsal, lapangan volly dll.
6) Pebanguan Sarana Seni dan Budaya
Bidang seni : Pengadaan alat – alat seni tradisional seperti …….dll.
Bidang Budaya : Pembanguna tempat ibadah (mushola/mesjid),
Pembanguan atau rehab rumah adat,

BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN


Sebagian besar penduduk Kadibolo adalah hidup dari pertanian. Untuk itu
wajar apabila pertanian mendapat perhatian serius. Selain pertanian
Kadibolo berpotensi dibidang peternakan. Yang perlu ditingkatkan pada
bidang ini antara lain:
a. Penyuluhan kepada para petani/peternak
b. Pengaturan air untuk pertanian
c. Membentuk/mengoftimalkan kelompok Tani

BIDANG INDRUSTRI KECIL DAN KERAJINAN


Industri kecil dan kerajinan berpotensi untuk bisa meningkatkan
perekonomian. Hal ini perlu dibina dan dikembangkan untuk lebih maju lagi,
salah satunya dengan membentuk koperasi pengrajin yang dikelola secara
propesional serta mengupayakan bantuan dana dari Departeman terkait.

BIDANG SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN


Bidang sosial dan kemasyarakatan meliputi :

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa


Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah lembaga
kemasyarakatan yang bertujuan menggerakan dan mengembangkan
partisipasi, gotong royong dan fungsinya.

2. Pembinaan Kinerja RT dan RW


Rukun Tetangga (RT) merupakan pemimpin yang paling bawah dan
paling dekat dengan masyarakat. Permasalahan-permasalahan muncul
dilingkungan masyarakat sehingga keberadaan RT,dan RW. Perlu dibina
dalam menyelesaikan masalah dilingkunganya.

3. Pembinaan Generasi Muda

Pembinaan generasi muda sangat penting karena generasi muda adalah


pemilik negara dimasa yang akan datang. Oleh karena itu yang sangat
penting menbina akhlak melalui pengajian-pengajian, ceramah agama,
diskusi keagamaan melalui wadah Remaja Mesjid, Karang Taruna dan
yang sejenisnya. Selain akhlak generasi muda harus kuat fisiknya yaitu
melalui pembinaan olah raga, melalui wadah Karang Taruna, Club-club
olah raga, yang semuanya untuk mendukung dan berperan dalam
memajukan desa Kadibolo

4. Pembinaan PKK
PKK merupakan wadah pembinaan ibu-ibu diharapkan peranya dalam
masyarakat dapat meningkatkan peran ibu dalam mendidik anak,
meminimalisir kenalan remaja, pergaulan bebas kekerasan terhadap
anak. Karena ibu adalah pendidik anak yang pertama dan utama dalam
keluarga, sehingga ketika anak remaja meskipun Anak Gaul tapi
berakhlak mulia.
5. Lembaga lain
Lembaga lain yang berada di desa harus dapat menberikan
kontribusinya terhadap kemajuan pembangunan Desa Kadibolo
1). Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
BUMDes merupakan badan profit yang harus mampu meningkatkan
PAD.
2). Paguyuban Pengusaha Desa Kadibolo,
Paguyuban Pengusaha sudah banyak memberikan konstribusi yang
besar terhadap pembangunan di desa Kadibolo.
8 Struktur Organisasi Pemerintahan
Desa
Desa merupakan sebuah wilayah administratif yang berada di bawah tingkat kecamatan,
dimana ini merupakan kumpulan dari beberapa pemukiman kecil yang disebut dengan
dusun, kampung, banjar, maupun jorong. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72
tahun 2005 menyatakan bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah dan memiliki kewenangan untuk mengatur serta
mengurus kepentingan masyarakat setempay yang berdasarkan pada asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia

Pemerintahan desa
Pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa nantinya akan bekerja secara
bersama-sama untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam upaya mengatur
serta mengurus kepentingan masyarakat setempatnya yang berdasarkan pada asal usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Masing-masing desa memiliki struktur atau susunan organisasi yang berbeda-beda. Hal
ini tergantung pada kebutuhan serta keadaan dari masing-masing desa.
Berikut adalah penjelasannya :

1. Kepala Desa
Kepala desa merupakan orang yang berkedudukan sebagai kepala pemerintah di
desa. Kedudukan kepala desa berada langsung di bawah Bupati dan ia bertanggung
jawab kepada Bupati melalui camat.
Fungsi dan tugas dari kepala desa adalah memimpin penyelenggaraan
pemerintahan serta pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan desa.
a. wewenang kepala desa
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, kepala desa diberikan beberapa
wewenang seperti yang tercantum dalam PP no. 72 tahun 2005, seperti :
1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama BPD
2) Mengajukan rancangan peraturan desa
3) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapatkan persetujuan bersama
BPD
4) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB desa
untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
5) Membina kehidupan masyarakat desa
6) Membina perekonomian desa
7) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
8) Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan serta dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
9) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Kewajiban pokok kepala desa
1) Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD tahun
1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3) Melaksanakan kehidupan demokrasi
4) Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari
KKN (korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
5) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa
6) Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan
7) Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik
8) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa
9) Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa
10) Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa
11) Mengembangan pendapatan masyarakat dan desa
12) Membina, mengayomi, serta melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat
istiadat
13) Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa
14) Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan
hidup
Selain kewajiban-kewajiban pokok di atas, kepala desa juga berkewajiban
untuk :
1) Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati
atau Walikota melalui camat sekali dalam satu tahun
2) Memberikan Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD dalam
musyawarah BPD setidaknya sekali dalam setahun
3) Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
masyarakat baik melalui selebaran maupun dapat diinformasikan secara lisan
dalam berbagai pertemuan masyarakat desa maupun media lainnya.

2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)


BPD merupakan suatu lembaga tingkat desa yang anggotanya terdiri dari Ketua
Rukun Warga, Pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama, serta tokoh atau
pemuka masyarakat lainnya. Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk desa
yang bersangkutan yang dipilih dalam musyawarah mufakat dan masa jabatan dari
anggota BPD adalah 6 tahun. (baca : RT dan RW di Indonesia)
a. Fungsi BPD
1) Menetapkan peraturan desa bersama dengan kepala desa.
2) Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
b. Wewenang BPD
1) Bersama Kepala desa melakukan pembahasan rancangan peraturan desa
2) Mengawasi pelaksanaan peraturan desa serta peraturan kepala desa
3) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa
4) Membentuk panitia pemilihan kepala desa
5) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, serta menyalurkan
aspirasi masyarakat
6) Menyusun tata tertib BPD
c. Hak BPD
1) Meminta keterangan kepada pemerintah desa
2) Menyatakan pendapat 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

3. Sekretaris Desa
Kedudukan dari sekretaris desa adalah sebagai unsur staff yang membantu kepala
desa serta memimpin sekretariat desa. Adapun tugas utama dari seorang
sekretaris desa adalah membantu tugas kepala desa dalam melaksanakan tugas-
tugas ketatausahaan yang meliputi administrasi, kepegawaian, keuangan,
umum, perlengkapan, perencanaan, evaluasi, serta laporan.
a. Tugas sekretaris desa
1) Mengkoordinir serta menjalankan administrasi pemerintahan,
pembangunan, kemasyarakatan, dan keuangan desa.
2) Memberikan pelayanan administrasi untuk pemerintah desa dan
masyarakat
b. Fungsi Sekretaris Desa
1) Sebagai pelaksana bagian surat menyurat, arsip, serta laporan
2) Melaksanakan urusan administrasi keuangan
3) Melaksanakan administrasi pemerintahan desa, pembangunan, dan
kemasyarakatan
4) Melaksanakan fungsi serta tugas kepala desa apabila kepala desa sedang
berhalangan.
5) Melaksanakan urusan perlengkapan serta kerumahtanggana desa
6) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi kepala desa
4. Kepala Urusan Pemerintahan
Kedudukan kepala urusan pemerintahan adalah sebagai unsur sekretariat, yang
melalui sekretaris desa, ia memiliki tanggung jawab terhadap kepala desa.
a. Fungsi kepala urusan pemerintahan
1) Sebagai pelaksana kegiatan pemerintahan desa
2) Sebagai pelaksana kegiatan dalam bidang ketentraman serta ketertiban
masyarakat
3) Sebagai pelaksana tugas-tugas pemerintahan yang dilimpahkan oleh
kepala desa
4) Sebagai pelaksana kegiatan perencanaan pemerintahan desa
b. Tugas kepala urusan pemerintahan
1) Membantu pelaksanaan tugas kepala desa terutama di didang teknis dan
administrasi
2) Membantu pelaksanaan tugas sekretaris desa baik secara teknis,
administrasi, maupun pelaksanaan ketentraman dan ketertiban
masyarakat
3) Melakukan pengajuan pertimbangan kepada kepala desa terkait
rancangan peraturan desa maupun hal-hal yang menyangkut
pemerintahan desa
4) Melakukan pengajuan pertimbangan pada kepala desa terkait dengan
penyelesaian perselisihan yang terjadi di masyarakat desa
5) Menyusun laporan tahunan terkait penyelenggaraan pemerintahan desa

5. Kepala Urusan Pembangunan


Sama seperti Kepala urusan pemerintahan, kepala urusan pembangunan juga
merupakan salah satu unsur sekretariat desa yang memiliki tanggung jawab
terhadap kepala desa melalui sekretaris desa.
a. Tugas kepala urusan pembangunan
1) Sebagai pembantu dalam pelaksanaan tugas-tugas kepala desa baik di
bidang teknis maupun administrasi
2) Membantu pembinaan perekonomian desa
3) Mengajukan pertimbangan terkait rancangan peraturan desa maupun hal-
hal yang menyangkut pembangunan desa kepada kepala desa
4) Menggali serta memanfaatkan potensi desa
b. Fungsi kepala urusan pembangunan
1) Sebagai pelaksana kegiatan perencanaan pembangunan di desa
2) Sebagai pelaksana kegiatan dalam upaya pembinaan perekonomian desa
serta melakukan inventarisasi potensi-potensi yang ada di desa

6. Kepala urusan Umum


Kepala urusan umum juga merupak bagian strukur organisasi pemerintahan desa
yang ikut berperan penting untuk menjaga keamanan lingkungan sekitar.
Berikut adalah tugas dan fungsi kepala urusan umum :
a. Tugas kepala urusan umum
1) Membantu tugas kepala desa dibidang teknis maupun administrasi
pemerintahan desa
2) Memberikan pelayanan umum serta tugas surat menyurat
3) Melakukan pemeliharaan dan pelestarian aset-aset pemerintah
4) Melaksanakan tugas terkait urusan keuangan dan laporan
5) Melakukan pembinaan serta pelayanan administrasi kependudukan dan
perizinan
b. Fungsi kepala urusan umum
1) Sebagai pelaksana kegiatan dalam bidang pembinaan kehidupan
masyarakat desa
2) Sebagai pelaksana inventarisasi, pembinaan, serta pelestarian kebudayaan
yang ada di desa
3) Sebagai pelaksana kegiatan perencanaan pada bidang sosial budaya dan
kemasyarakatan.




7. Kepala dusun
Kedudukan kepala dusun adalah sebagai unsur kewilayahan yang membantu
pelaksanaan tugas dari kepala desa di lingkup kerjanya. Adapun tugas dari kepala
dusun adalah membantu kepala desa dalam menjalankan kebijakan serta
kegiatan di bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, pembangunan,
serta kemasyarakatan.
Fungsi kepala dusun :
1) Sebagai pelaksana kegiatan pemerintahan, ketentraman dan ketertiban,
pembangunan, serta kemasyarakatan di wilayah kerjanya
2) Sebagai pelaksana peraturan desa di wilayah kerjanya
3) Sebagai pelaksana kebijakan desa

8. Pamong
Kedudukan pamong adalah sebagai unsur pelaksana teknis lapangan guna
membantu kepala desa dalam menjalankan kegiatan sesuai dengan bidang
tugasnya di lapangan.
fungsi pamong antara lain adalah :
1) Sebagai pelaksana kegiatan dan keputusan desa
2) pelaksana kebijakan kepala desa sesuai dengan bidang tugasnya di lapangan
3) Nah, berikut adalah penjelasan mengenai struktur organisasi pemerintahan
desa yang dijelaskan secara lengkap satu persatu. Semoga artikel ini bisa
bermanfaat dan menambah wawasan anda.
TUGAS dan FUNGSI
TUGAS/FUNGSI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa menjelaskan secara tegas susunan organisasi
pemerintahan desa. Pemerintahan Desa terdiri atas Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Kepala Desa dan
Perangkat Desa.

Yang dimaksud dengan Perangkat Desa lainnya adalah:


1. Sekretariat Desa : (a)Kepala Urusan Pemerintahan. (b)Kepala Urusan Pembangunan. (c)Kepala Urusan
Umum.
2. Pelaksana Teknis Lapangan disebut Pamong, yang disesuaikan dengan kondisi kebutuhan masyarakat
setempat dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
3. Unsur Kewilayahan: disebut Dusun yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan masyarakat setempat
dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

A. KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN KEPALA DESA


Kepala Desa berkedudukan sebagai kepala pemerintah di desa, yang berada langsung di bawah Bupati dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Camat. Kepala Desa mempunyai fungsi memimpin penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan. Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta tugas-tugas lain yang dilimpahkan kepada desa.

Wewenang Kepala Desa :


1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.
2. Mengajukan rancangan Peraturan Desa.
3. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
4. Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan
bersama BPD.
5. Membina kehidupan masyarakat desa.
6. Membina perekonomian desa.
7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.
8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapatmenunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perudang-undangan.
Kewajiban Kepala Desa:
1. Memegang teguh dan mengasmalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Memelihara ketentraman dan keterlibatan masyarakat.
4. Melaksanakan kehidupan demokrasi.
5. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
6. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.
7. Menaati dan menegakan seluruh peraturan perundang-undangan.
8. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.
9. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa.
10. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.
11. Mendamaikan perselisihamn masyarakat di desa.
12. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.
13. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat.
14. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa.
15. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.
Selain kewajiban dimaksud, Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Bupati, memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
kepada BPD, serta menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat.

1. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa disampaikan kepada Bupati melalui camat (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun.
2. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
dalam musyawarah BPD.
3. Laporan akhir masa jabatan kepala desa disampaikan kepada Bupati melalui camat dan kepada BPD.

B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Sekretaris Desa


Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsure staf pembantu Kepala Desa dan memimpin Sekretariat
Desa. Sekretaris Desa mempunyai tugas mengkoordinir dan menjalankan administrasi pemerintahan,
pembangunan, kemasyarakatan dan keuangan desa serta memberikan pelayanan administrasi bagi pemerintah
desa dan masyarakat.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Sekretaris Desa mempunyai fungsi:
1. Pelaksana urusan surat-menyurat, kearsipan dan laporan.
2. Pelaksana urusan administrasi keuangan.
3. Pelaksana administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
4. Pelaksana tugas dan fungsi kepala desa apabila kepala desa berhalangan.
C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kepala Urusan Pemerintahan
Kepala Urusan Pemerintahan berkedudukan sebagai unsur sekretariat, yang bertannggungjawab kepada
kepala desa melalui sekretaris desa.

Tugas Kepala Urusan Pemerintahan :


1. Membantu kepala desa di bidang teknis dan administratif pelaksanaan pemerintahan desa.
2. Membantu sekretaris desa di bidang teknis dan administratif pelaksanaan ketentraman dan ketertiban
masyarakat.
3. Mengajukan pertimbangan kepada Kepala Desa baik menyangkut rancangan Peraturan Desa maupun hal-
hal yang bertalian dengan pemerintahan desa.
4. Mengajukan pertimbangan kepada kepala desa menyangkut urusan perselisihan masyarakat.
5. Menyusun laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap tahun.
Fungsi Kepala Urusan Pemerintahan:
1. Pelaksana kegiatan pemerintahan desa.
2. Pelaksana kegiatan bidang ketentraman dan ketertiban masyarakat.
3. Pelaksana tugas-tugas pemerintahan yang dilimpahkan Kepala Desa.
4. Pelaksana kegiatan perencanaan pemerintahan desa.

D. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kepala Urusan Pembangunan


Kepala Urusan Pembangunan berkedudukan sebagai unsur sekretariat, yang bertanggungjawab kepada kepala
desa melalui sekretaris desa.

Tugas Kepala Urusan Pembangunan :


1. Membantu Kepala Desa di bidang teknis dan administratif pelaksanaan pengelolaan pembangunan
masyarakat desa.
2. Membantu membina perekonomian desa.
3. Mengajukan pertimbangan kepada kepala desa baik menyangkut rancangan peraturan desa maupun hal-
hal yang bertalian dengan pembangunan desa.
4. Penggalian dan pemanfaatan potensi desa.
Fungsi Kepala Urusan Pembangunan :
1. Pelaksana kegiatan bidang pembangunan masyarakat desa.
2. Pelaksana kegiatan dalam rangka membina perekonomian desa dan inventarisasi potansi desa.
3. Pelaksana tugas-tugas pembangunan yang dilimpahkan oleh Kepala Desa.
4. Pelaksana kegiatan perencanaan pembangunan masyarakat desa.
E. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kepala Urusan Umum
Kepala Urusan Umum berkedudukan sebagai unsure secretariat yang bertanggungjawab kepada kepala desa
melalui sekretaris desa.

Tugas Kepala Urusan Umum :


1. Membantu kepala desa di bidang teknis dan administratif pembinaan kehidupan masyarakat desa.
2. Melaksanakan urusan surat menyurat serta pelayanan umum.
3. Memlihara dan melestarikan asset-aset pemerintah.
4. Melaksanakan urusan keuangan dan pelaporan.
5. Membina dan melayani administrasi kependudukan.
6. Membina dan melayani perizinan.
Fungsi Kepala Urusan Umum :
1. Pelaksana kegiatan bidang pembinaan kehidupan masyarakat desa.
2. Pelaksana inventarisasi, pembinaan dan pelestarian kebudayaan yang berlaku di desa.
3. Pelaksana kegiatan perencanaan bidang kemasyarakatan dan sosial budaya desa.
F. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kepala Dusun
Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur kewilayahan yang membantu pelaksanaan tugas kepala desa di
wilayah kerjanya dan bertanggungjawab kepada kepala desa. Kepala dusun mempunyai tugas menjalankan
kebijakan dan kegiatan kepala desa bidang pemerintahan, bidang ketentraman dan ketertiban, bidang
pembangunan dan bidang kemasyarakatan di wilayah kerjanya.

Fungsi Kepala Dusun :


1. Pelaksana kegiatan bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, bidang pembangunan dan bidang
kemasyarakatan di wilayah kerjanya.
2. Pelaksana peraturan desa di wilayah kerjanya.
3. Pelaksana kebijakan kepala desa.
G. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pamong
Pamong Desa berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis lapangan untuk membantu kepala
desa yang bertugas menjalankan kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya di lapangan.

Fungsi Pamong Desa :


1. Pelaksana kegiatan sesuai bidang tugasnya di lapangan.
2. Pelaksana keputusan desa sesuai bidang tugasnya di lapangan.
3. Pelaksana kebijakan kepala desa sesuai dengan bidang tugasnya di lapangan.
Visi

Mewujudkan Masyarakat Kadibolo yang Religius, Sehat, Cerdas dan Bahagia

Missi

Meningkatkan Nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat

Meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan

Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan

Meningkatkan ekonomi masyarakat yang berbasis usaha kecil kopearasi dan industry

Meningkatkan tata kelola akses dan kualitas pelayanan public

Meningkatkan pemerataan pembangunan infrastruktur

Meningkatkan investasi dan daya saing masyarakat

Anda mungkin juga menyukai