Anda di halaman 1dari 21

ABSTRAK

Automatic Source Change Switch (ACOS) merupakan alat yang berfungsi untuk mempermudah pennggantian
daya dari sumber utama daya listik kapal ke sumber alternatif lain secara otomatis saat terjadi kerusakan sumber
utama daya listik tersebut ataupun sebaliknya saat sumber utama daya listrik kapal sudah berfungsi dengan baik.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara kerja ACOS, mengetahui diagram rangkaain ACOS,
dapat mengukur dan menganalisa ACOS pada setiap kondisi, serta dapat mengukur waktu yang dibutuhkan dalam
pergantian daya tiap bagian. Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ACOS, Indikator Main
generator, Beban DC, Beban AC, Power supply, Motor Asinkron 3 fasa, Regulator, Rectrifier, Generator, Batterai,
Multitester, dan kabel. Adapun hasil praktikum yang didapat berupa; Automatic Change Over Switch (ACOS)
merupakan alat yang berfungsi untuk mempermudah pemindahan daya secara otomatis antara main generator dan
emergency generator saat terjadi keadaan darurat; Phase Failure Relay berfungsi untuk mendeteksi adanya
perbedaan tegangan fasa pada salah satu tegangan fasa di main generator; Voltage Failure Relay berfungsi untuk
mendeteksi adanya kelebihan atau kekurangan nilai tegangan terhadap set point; PLC berfungsi sebagai otak atau
pengontrol kendali tindakan yang akan diambil setelah mendapatkan masukan dari Main Generator Phase Failure
dan Emergency 3 Phase Voltage Relay; Pada praktikum ini terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan ACOS
bekerja, yaitu saat Main Generator trouble, terjadi beda phase pada Main Generator,RN: 228 V, SN: 51, TN: 225
V dan terdapat perubahan nilai tegangan pada Emergency Generator; Pada kondisi running, kondisi C normal
sedangkan kondisi B main generator tidak terhubung namun emergency generator terhubung; Ditinjau dari waktu
transisinya, transisi dari baterai pasca main supply hidup kembali adalah 9.7 detik yang tercepat dibandingkan
dengan penggunaan baterai pasca main supply putus 10 detik dan penggunaan emergency generator pasca main
supply hidup kembali 10.5 detik . Kesimpulan dari praktikum ini adalah penggunaan ACOS pada bidang marine
sangat diperlukan sebagai alat pengatur perpindahan daya secara otomatis saat keadaan darurat dengan contoh
aplikasinya berupa sistem pengaman genset. Yang mana terdiri dari dua macam pengaman, yaitu pengaman alarm
yang bertujuan untuk menandakan pada operator bahwa ada sesuatu yang tidak normal dalam pengoperasian
mesin, serta pengaman trip yang akan memberhentikan pengoperasian mesin ketika terjadi sesuatu yang tidak
normal dalam pengoperasiannya. Main Generator mensuplai daya Peralatan Listrik AC dengan dikontrol
melalui Panel Daya Main Generator dan Peralatan ACOS pada kondisi normal, yang mana daya untuk
menyalakan Peralatan ACOS sendiri bersumber dari Supplay 1 phase (UPS). Kemudian ketika terjadi
trouble ataupun beda tegangan fasa pada Main Generator yang terbaca melalui Main Generator Phase
Failure secara otomatis Peralatan ACOS akan langsung mengalihkan suplai daya beban dari Main
Generator ke Battery. selama waktu yang telah diatur di Peralatan untuk menyiapkan Emergency
Generator.Setelah waktu transisi selesai, Peralatan ACOS akan kembali mengalihkan daya secara otomatis
dari Battery ke Emergency Generator hingga. Saat Main Generator telah si ap kembali, akan terjadi
perpindahan daya secara otomatis juga melalui tahapan yang sama, yaitu dari Emergency Generator –
Battery – Main Generator
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat sebuah kapal sedang berlayar, untuk mencegah dari terjadinya kecelakaan maka keseluruhan sistem
pada kapal haruslah bekerja secara optimal. Pada khususnya sistem navigasi maupun lampu darurat sebagai
penanda keberadaan kapal apabila terjadi kegagalan sistem kelistrikan kapal berupa matinya main source.
Dengan tuntutan beban yang terus aktif meskipun pada keadaan sumber daya listrik utama yang padam,
diperlukan sumber daya alternatif lainnya yang biasanya berupa emergency generator. Dahulu
pengoperasian emergency generator masih mengandalkan operator yang memiliki down time serta
ketersediaannya yang terbatas. Oleh karenanya, Automatic Change Over Switch (ACOS) merupakan solusi
untuk mengatasi permasalahan down time dan keterbatasan dari ketersediaan operator. ACOS bekerja
dengan dengan menggunakan sensor yang mendeteksi terjadinya kegagalan transfer daya dari main source
ke beban, sehingga pensuplaian daya akan dialihkan ke baterai sebagai sumber tegangan sementara untuk
menyuplai daya beban selama sumber alternatif lain berupa emergency generator belum aktif. Kemudian
setelah emergency generator siap, maka terjadi pemindahan pensuplaian daya menjadi emergency generator
yang selanjutnya akan mensuplai daya beban hingga main source berfungsi kembali. Tahapan yang sama
juga akan berlaku saat pemindahan pensuplaian daya dari emergency generator ke main sour, yang mana
baterai akan kembali berfungsi sebagai sumber tegangan sementara selama jeda pemindahan tersebut. Oleh
karena pengaruhnya pada kapal, maka perlu dilakukan praktikum ACOS dalam mata kuliah Listrik
Perkapalan agar mahasiswa dapat mengetahui cara kerja ACOS.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui diagram rangkaian ACOS.
2. Dapat mengukur dan menganalisa ACOS pada setiap kondisi.
3. Dapat mengukur waktu yang dibutuhkan dalam pergantian daya tiap bagian.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana diagram rangkaian ACOS?
2. Bagaimana cara mengukur serta menganalisa ACOS pada setiap kondisi?
3. Bagaimana cara mengukur waktu yang dibutuhkan dalam pergantian daya tiap bagian?
BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Dan Prinsip Kerja ACOS


Automatic Change Over Switch (ACOS) adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pengaturan
perpindahan daya secara otomatis dari main source ke emergency generator ataupun sebaliknya pada saat
keadaan darurat dan saat main source sudah dapat berfungsi seperti semula.
ACOS berprinsip kerja dengan menggunakan Automatic Transver Switch (ATS) melalui sensor dan
sistem Automatic Main Failure (AMF). Dimana pada umumnya ATS akan disandingkan dengan baterai
berkapasitas besar sebagai penopang daya sementara pada jeda perpindahan daya dari main source ke
emergency generator ataupun sebaliknya. Saat sensor mendeteksi tidak adanya sumber tegangan pada main
source, maka secara otomatis penggunaan sumber dayanya akan berpindah dari main source ke baterai
sebagai backup tegangan sementara selama emergency generator belum berjalan. Setelah emergency
generator telah siap penggunaan dayanya akan berpindah dari bateri ke emergency generator untuk
seterusnya hingga main source kembali berfungsi. Sistematika tahapan yang sama juga akan berlaku saat
pemindahan daya dari emergency generator kembali ke main source ketika main source telah aktif kembali.
Jika sistem ini dijadikan satu kesatuan maka akan menjadi Uninterupt Power Supply (UPS). Pada saat
keadaan normal dimana beban akan disuplai oleh main source, baterai akan mengisi dayanya melalui media
charger yang terdiri dari rangkaian AC to DC Converter. AC to DC Coverter ini berfungsi untuk mengubah
arus AC menjadi arus DC yang bertujuan untuk mengisi daya pada baterai dengan arus DC. Kemudian saat
sensor mendeteksi terjadinya kegagalan transfer daya dari PLN (Main source) ke beban atau Main Failure,
maka baterai akan berhenti mengisi dayanya dan menjadi sumber tegangan sementara bagi daya beban.
Namun sebelum menyuplai beban, arus yang keluar dari baterai akan dikonversi terlebih dahulu melalui
rangkaian inverter untuk mengubah arus DC dari baterai menjadi arus AC untuk masuk ke beban.
Pensuplaian daya beban oleh baterai hanya bersifat sementara karena kapatitas baterai yang cenderung
terbatas. Untuk beberapa saat kemudian pensuplaian daya beban oleh baterai akan digantikan oleh
emergency generator yang selanjutnya menopang pensuplaian daya beban menggantikan main source.
Setelah main source kembali aktif, maka emergency generator akan diistirahatkan dan betray akan kembali
mengisi dayanya.

Gambar 2.1 Rangkaian ACOS

(Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok 3)

2.2 Pengertian Dan Kegunaan Bagian ACOS


2.2.1. Pengertian Dan Kegunaan Main Generator Phase Failure
Generator Phase Failure merupakan alat yang memonitoring keseimbangan tegangan phase
pada main generator maupun pada emergency gerator, namun pemantauan alat ini lebih ditujukan
pada main generator. Hal ini bertujuan untuk menghindari potensi kebakaran yang terjadi karena
kesalahan phase (Phase Failure), yang mana mencegah motor 3 phase atau peralatan operasional
lainnya dari starting pada kondisi 1 phase.

Gambar 2.2.1.1 Phase Failure

(Sumber: http://www.conrad.com/ce/en/product/507155/MKC-phase-failure-relay-ENTES-MKC-06-Phase-failure-relay)

Alat ini berprinsip kerja dengan mendeteksi ketidakseimbangan tegangan phase yang umumnya
terjadi beberapa waktu setelah keadaan normal, yang mana salah satu phase dari sumber 3 phase
menjadi tidak seimbang (Nilainya lebih tinggi atau lebih rendah dari dua phase lainnya). Kemudian
sensor pada main generator phase failure yang membaca ketidakseimbangan tengangan phase
tersebut akan memberikan hasil pembacannya ke PLC untuk selanjutnya memutuskan tindakan yang
akan diambil.

2.2.2. Pengertian Dan Kegunaan Emergency 3 Phase Voltage Relay


Voltage Relay merupakan alat yang berfungsi untuk mendeteksi kelebihna ataupun kekurangan
tegangan baik pada main generator maupun emergency, tetapi lebih ditujukan untuk pembacaan di
emergency generator. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan antara tegangan beban dengan tegangan
emergency generator yang semula diam hingga mencapai putaran konstannya. Prinsip kerjanya
adalaha dengan menggunakan sensor untuk mendeteksi apabila terjadi kekurangan ataupun kelebihan
tegangan pada emergency generator yang selanjutnya masukan ini akan dikirimkan ke PLC untuk
kemudian memutuskan tindakan yang akan diambil.

Gambar 2.2.1.2 3 Phase Voltage Relay

(Sumber: http://www.sme.in/protonpower/Three-Phas-%20Voltage-Monitoring-Relay%20-%20VMR-3P.html)

Adapun beberapa kondisi yang dideteksi oleh voltage relay, antara lain:

a.) Undervoltage
Undervoltage merupakan kondisi dimana tegangan sumber dari emergency generator lebih
rendah dari tegangan beban, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan-peralatan
yang tersuplai nantinya.
b.) Overvoltage
Overvoltage merupakan kondisi dimana tegangan sumber dari emergency generator lebih tinggi
dari tegangan beban, hal ini dapat menyebabkan panas yang berlebih pada peralatan yang
tersuplai hingga kebakaran.
c.) Differential
Different merupakan kondisi dimana tidak terjadi kesalahan pada pembacaan sensor voltage
relay, atau setidaknya masih dalam batas selisih tegangan yang telah diprogramkan dalam PLC.

2.2.3. Pengertian Dan Kegunaan PLC


Programmable Logic Controller (PLC) adalah computer elektronik yang memiliki fungsi
kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam. Alat ini dirancang untuk
menggantikan rangkaian relay equensial dalam suatu sistem kontrol. PLC dapat dikontrol,
dikendalikan, dan dioperasikan oleh operator yang tidak memiliki pengetahuan dibidang
pengoperasian computer secara khusus. PLS sendiri memiliki bahasa pemprograman yang mudah
dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat menggunakan software yang sesuai
dengan jenis PLC yang digunakan sudah dimasukkan.

Gambar 2.2.1.3 Programmeble Logic Controller (PLC)

(Sumber: https://www.edgefx.in/industrial-applications-of-programmable-logic-controller/)

Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses yang dikendalikan lalu
melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan
program yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk
mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.
Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada tergantung dari keadaan pada suatu waktu
tertentu yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output-output. Dimana nilai 1
menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi, sedangkan nilai 0 menunjukkan sebaliknya.
PLS ini juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki banyak output.
Penggunaan PLC dalam prakteknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara umum dan secara
khusus. Penggunaan PLC secara umum adalah sebagai berikut:
a.) Sekuensial Control
PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan
pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step
atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
b.) Monitoring Plant
PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan,
tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses
yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut
pada operator.

Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC
(Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk
kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai
ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses
finishing, membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya.

2.3 Kondisi ACOS Saat Digunakan


Pada praktikum ini terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan ACOS bekerja yaitut:
2.3.1 Main Generator Trouble
Salah satu yang membuat ACOS bekerja adalah kondisi dimana main generator yang padam
seluruhnya. Sebaimana prinsip kerja ACOS yang secara otomatis memindahkan suplai daya
ke baterai untuk sementara lalu ke emergency generator saat terjadi main failure pada main
generator.

Gambar 2.2.1.4 Layar HMI ketika main generato trouble


(Dokumentasi Praktikum)

2.3.2 Terdapat Beda Phase Pada Main Generator


Pada praktikum ini setiap fasa dari main generator (Fasa R, S, dan T) digambarkan dengan
lampu secara terpisah oleh indokator main generator. Fungsinya adalah untuk menunjukkan
kondisi dari setiap fasa pada main generator. Hal ini bertujuan untuk menampilkan kondisi
dimana terjadi beda nilai tegangan fasa dari ketiga fasa tersebut (Salah satunya menjadi lebih
rendah nilainya dari pada kedua fasa lainnya) yang mana pada praktikum ini dilakukan dengan
mematikan salah satu dari ketiga lampu indikator main generator. Maka hal ini akan terdeteksi
oleh Phase Failure, sehingga ACOS akan secara otomatis bekerja dengan memindahkan suplai
daya ke baterai dan emergency generator.

Gambar 2.2.1.5 layar HMI ketika terjadi beda Fase


(dokumentasi Praktikum)
2.3.3 Terdapat Perubahan Nilai Tegangan Pada Emergency Generator
Pada kondisi ini, emergency generator mengalami perubahan nilai tegangan (Voltase) menjadi
lebih tinggi ataupun lebih rendah dari pada keadaan normalnya. Pada pembacaan Voltage
Relay, hal ini akan menunjukkan kondisi overvoltage ataupun undervoltage. Kemudian akan
ditampilkan pada layar HMI berupa ‘Emergency Generator Supply not ready’.

Gambar 2.2.1.6 Layar HMI ketika Emergency Generator terdapat perubahan tegangan
( Dokumentasi Praktikum)
2.4 Diagram Rangkain ACOS
Adapun rangkaian ACOS yang digunakan dalam praktikum ini menggambarkan proses
kerja dari ACOS itu sendiri yang dapat dijabarkan seperti pada gambar berikut ini:

Main Panel Perala Emer


Gene Daya tan gency

Suppl Bat
y1
Phase

Perala Peral
tan atan

Gambar 2.4.1 Gambar Rangkaian ACOS


(Sumber: Data Pribadi)

Seperti pada gambar rangkaian diatas, prinsip kerja dari ACOS terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu:
1 Main Generator mensuplai daya Peralatan Listrik AC dengan dikontrol melalui Panel Daya
Main Generator dan Peralatan ACOS pada kondisi normal, yang mana daya untuk
menyalakan Peralatan ACOS sendiri bersumber dari Supplay 1 phas e (UPS).
2 Kemudian ketika terjadi trouble ataupun beda tegangan fasa pada Main Generator yang
terbaca melalui Main Generator Phase Failure, secara otomatis Peralatan ACO S akan
langsung mengalihkan suplai daya beban dari Main Generator ke Battery sebagai penyuplai
daya sementara. Beban yang disuplai oleh Battery pun hanyalah beban berdaya rendah yaitu
Peralatan Listrik DC selama waktu yang telah diatur di Peralatan ACOS sebelumnya yang
menggambarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan Emergency Generato r pada
keadaan sesungguhnya.
3 Setelah waktu transisi yang telah ditentukan sebelumnya selesai, Peralatan ACOS akan
kembali mengalihkan daya secara otomatis dari Battery ke Emergency Generator untuk
seterusnya menopang penyuplaian daya Peralatan Listrik AC hingga Main Generator siap
kembali.
4 Saat Main Generator telah siap kembali, akan terjadi perpindahan daya secara otomatis juga
melalui tahapan yang sama, yaitu dari Emergency Generator – Battery – Main Generator.

2.5 Letak ACOS di kapal

Letak ACOS di kapal berada di navigasi deck di Battery room kapal

Gambar 2.4.2 Letak Acos

(Sumber htdevesign.com)

2.6 Beban Generator Emergency

BKI Chapter IV Rules for electrical installations. Peralatan-peralatan tersebut antara lain :

1. Lampu penerangan untuk daerah peluncuran sekoci, gangway dan tangga pada dek akomodasi, pada
kamar mesin dan engine control room, pada ruang main switch board dan emercency switchboard, pada ruang
steering gear, CO2 room, serta ruang penyimpanan perlengkapan pemadam kebakaran.

2. Lampu navigasi

3. Radio komunikasi

4. Sistem alarm dan deteksi kebakaran

5. Sistem alarm dan informasi

6. Peralatan navigasi

7. Automatic sprinkler pump

8. Sistem pintu kedap air

Semua perlengkapan diatas harus mampu beroperasi selama 36 jam terkecuali pintu kedap air yang
beroperasi selama 30 menit.
BAB 3

DATA PRAKTIKUM

3.1 Fungsi Peralatan Yang Digunakan

No. Nama Alat Gambar Kegunaan


1. Automatic Sebagai pengalih daya 1 ke
Change Over daya yang lainnya.
Switch (ACOS)

2. Indikator Main Sebagai alat/indikator


Generator untuk menunjukkan
Dan Beban AC kondisi dari setiap fasa
pada Main Generator
Dan Sebagai beban dari
arus AC
3. Beban Sebagai beban dari arus
DC/Emergency DC yang disuplai oleh
Load battery

4. UPS Sebagai power untuk


menyalakan Acos

5. Power Supply Pengganti main generator


yang sumber listriknya
didapat dari PLN
6. Motor Asinkron 3 Sebagai penggerak dari
phase generator

7. Regulator Mengatur besarnya arus


eksitasi

8. Rectrifier Sebagai penyearah arus

9. Generator Sebagai emergency


generator
10. Baterai Sebagai backup saat
pergantian sumber daya.

11. Multitester Sebagai alat untuk


menunjukkan besarnya
pengukuran tegangan,
arus, hambatan

12. Kabel Sebagai penghubung antar


komponen

3.2 Data Hasil Praktikum


3.2.1. Instalasi

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


1. Main Supply
1.1 Kondisi A
RN 228
Main Generator Supply
SN 227
ready
TN 225
Ambil gambar HMI:
1.2 Kondisi B
RN 228
Main Generator Supply
SN 51
not ready
TN 225
Ambil gambar HMI:

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


2. EMG (Emergency Generator)
2.1 Kondisi A
RN 243
Emergency Generator
SN 243
Supply Ready
TN 243
Ambil gambar HMI:

2.2 Kondisi B
RN 138
SN 138 EMG Generator Supply
TN 138 not ready
Ambil gambar HMI:

3.2.2. Running

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


1. Kondisi A
1a. Main Supply
RN 228 Main Generator connet,
SN 227 EMG Ganarator connect,
TN 225 Battery disconnect
1b. EMG
RN 244 Main Generator connect,
SN 244 EMG Generator connect,
TN 244 Battery dissconect
1c. Battery 26 Battery disconnect
Deskripsi:
Pada kondisi normalnya semua menyala kecuali battery. Main Generator terhubung, Emergency Generator
terhubung, baterai tidak terhubung. Beban AC disuplay dari sumber daya utama
Ambil gambar HMI pada setiap perubahan sesi:
No. Voltage (V) Kondisi Sistem
2. Kondisi B
2a. Main Supply
RN 227 Main Generator disconnect,
SN 52 EMG Generator connect,
TN 225 Battery disconnect
2b. EMG
RN 243 Main Generator disconnect,
SN 243 EMG Generator connect,
TN 243 Battery disconnect
2c. Battery 26 Battery disconnect
Deskripsi:
Pada saat salah satu tombol indikator main generator dimatikan, main generator akan mengalami failure.
Kemudian beban DC akan terhubung ke alarm dan lampu yang menyebabkan terjadinya transisi dari main
generator ke emergency generator. Selama proses transisi, daya dibackup oleh baterai. Setelah emergency
generator menyala dan menyuplai daya, baterai tidak terhubung.
Ambil gambar HMI pada setiap perubahan sesi:

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


3. Kondisi C
3a. Main Supply
RN 226 Main Generator connect,
SN 225 EMG Generator
TN 224 disconnect, Battery
disconnect
3b. EMG
RN 243 Main Generator connect,
SN 243 EMG Generator
TN 243 disconnect, Battery
disconnect
1c. Battery 25 Battery disconnect
Deskripsi:
Kondisi kembali normal seperti kondisi awal yang mana Main Generator terhubung, Emergency Generator
terhubung, dan Baterai tidak terhubung
Ambil gambar HMI pada setiap perubahan sesi:

3.3 Waktu

No. Kondisi Waktu (s)


1. Penggunaan Battery Pasca Main Supply Putus 10
2. Penggunaan EMG Pasca Main Supply Hidup Kembali 10.5
3. Penggunaan Battery Pasca Main Supply Hidup Kembali 9.7
BAB 4

HASIL PENGAMATAN

4.1 Penjelasan Tebal Kondisi Instalasi


4.1.1. Penjelasan Tabel Kondisi Main Generator

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


1. Main Supply
1.1 Kondisi A
RN 228 V
Main Generator
SN 227 V
Supply Ready
TN 225 V

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


1. Main Supply
1.2 Kondisi B
RN 228 V
Main Generator
SN 51 V
Supply not ready
TN 225 V

Pada saat kondisi A, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah 228 V, 227 V, dan
225 V. Apabila dicari tegangan fasa rata-rata pada kondisi di ini untuk memperkirakan perbedaan
tegangan antar ketiga fasa tersebut dalam lingkup keadaan normal ataupun tidak adalah dengan cara
sebagai berikut:

𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑅𝑁 + 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑆𝑁 + 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑇𝑁


𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
(228 + 227 + 225)𝑉
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 226.7 𝑉
Sehingga didapatkan tegangan fasa rata-rata adalah 226 V, maka sistem pada kondisi diatas
terpantau normal dari gambar HMI dengan perbedaan tegangan antar ketiga fasa tersebut yang hanya
selisih sejauh 1 V dan 2 V dengan teganga fasa rata-ratanya.
Kemudian pada kondisi B, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah 228 V, 51 V,
dan 225 V. Tegangan fasa SN yang berada dibawah tegangan rata-rata disebabkan karena lampu
indikator main generator pada fasa SN dimatikan. Kondisi pada HMI terlihat bahwa Main Generator
Supply no ready. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakseimbangan pada tegangan fase di mana
salah satu tegangan fase jauh lebih rendah dari pada dua tegangan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan
dasar teori, bahwa Phase Failure Relay akan mendeteksi keadaan tegangan fasa. Apabila salah satu
fasa mengalami penurunan tegangan, maka informasi tersebut akan terpantau melalui HMI.

4.1.2. Penjelasan Tabel Kondisi Emergency Generator

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


2. EMG (Emergency Generator)
2.1 Kondisi A
RN 243 V Emergency
SN 243 V Generator Supply
TN 243 V Ready

2.2 Kondisi B
RN 138 V Emergency
SN 138 V Generator Supply
TN 138 V not ready

Pada saat kondisi A, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah 243 V, 243 V, dan
243 V. Apabila dicari tegangan fasa rata-rata pada kondisi di atas untuk memperkirakan perbedaan
tegangan antar ketiga fasa tersebut dalam lingkup normal ataupun tidak adalah dengan cara sebagai
berikut:

𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑅𝑁 + 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑆𝑁 + 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑇𝑁


𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
(243 + 243 + 243)𝑉
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 243 𝑉

Sehingga didapatkan tegangan fasa rata-rata adalah 243 V, maka sistem pada kondisi diatas
terpantau normal dari gambar HMI dengan tidak ada perbedaan.
Kemudian pada kondisi B, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah 138 V, 138 V,
dan 138 V. Semua tegangan fasa mengalami penurunan nilai dari tegangan awal pada kondisi normal.
Sehingga pada gambar HMI terpantau kondisi EMG Generator Supply not ready. Hal tersebut
menunjukkan gejala undervoltage, di mana tegangan menurun di bawah set point. Hal ini sesuai
dengan dasar teori bahwa Voltage Failure Relay akan mendeteksi gejala kelebihan, kekurangan atau
keduanya dari seluruh tegangan fasa.
4.2 Penjelasan Tabel Kondisi Running
4.2.1. Penjelasan Tabel Running Kondisi A

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


1. Kondisi A
1a. Main Supply
RN 228 V Main Generator
SN 227 V connect, EMG connect,
TN 225 V Battery disconnect
1b. EMG
RN 244 V Main Generator
SN 244 V connect, EMG connect,
TN 244 V Battery disconnect
1c. Battery 26 V Battery disconnect
Deskripsi:
Kondisi normal. Semua menyala. Main Generator terhubung. Emergency Generator terhubung. Akan tetapi
baterai tidak terhubung. Beban AC disuplay dari sumber daya utama

Pada saat kondisi A di Main Generator, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah
228 V, 227 V, dan 225 V. Apabila dicari tegangan fasa rata-rata pada kondisi di atas untuk
memperkirakan perbedaan tegangan antar ketiga fasa tersebut dalam lingkup normal ataupun tidak
adalah dengan cara sebagai berikut:

𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑅𝑁 + 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑆𝑁 + 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑇𝑁


𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
(228 + 227 + 225)𝑉
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 226.7 𝑉

Sehingga didapatkan tegangan fasa rata-rata adalah 226.7 V, maka sistem pada kondisi diatas
terpantau normal dari gambar HMI dengan perbedaan tegangan antar ketiga fasa tersebut yang hanya
selisih sedikit dengan teganga fasa rata-ratanya. Sedangkan pada EMG Generator, tegangan fasa RN,
SN, dan TN berturut-turut adalah 244 V, 244 V, dan 2454 V. Hal ini terhitung normal yang mana
besar tegangan fasa pada ketiga fasanya memiliki nilai yang sama. Maka pada HMI terpantau main
generator dan emergency generator terhubung, sementara baterai tidak terhubung pada tegangan
yang terukur sebesar 26 V. Pada kondisi A ini tidak terjadi phase failure maupun voltage failure.

4.2.2. Penjelasan Tabel Running Kondisi B

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


2. Kondisi B
2a. Main Supply
RN 226 V Main Generator
SN 52 V disconnect, EMG
TN 225 V connect, Battery
disconnect
2b. EMG
RN 243 V
SN 243 V Main Generator
TN 243 V disconnect, EMG
connect, Battery
disconnect
2c. Battery 26 V Battery Disconnect
Deskripsi:
Pada saat salah satu tombol indikator dimatikan, baterai akan terhubung. Kemudian terjadi transisi sehingga
hanya emergency generator yang menyala dan baterai tidak terhubung.

Pada kondisi B ini, tegangan fasa pada main supply RN, SN, dan TN berturut-turut adalah 226
V, 52 V, dan 225 V. Terjadi perubahan nilai pada tegangan fasa SN, sehingga Phase Failure Relay
mengirimkan sinyal ke HMI berupa Main Generator Failure. EMG kemudian terhubung, sehingga
pada HMI muncul informasi EMG Connected.
Pada EMG Genetor, tegangan fasa pada RN, SN, dan TN adalah 243 V, 243 V, dan 243 V. Hal
ini terhitung dalam keaadan normal yang mana tagangan antar fasa dari ketiga fasanya memiliki besar
nilai yang sama. Tegangan baterai sebesar 26 V dan dalam kondisi tidak terhubung. Dalam kondisi
ini hanya terjadi Phase Failure karena hanya salah satu tegangan fasa yang mengalami error pada
Main Generator.

4.2.3. Penjelasan Tabel Running Kondisi C

No. Voltage (V) Kondisi Sistem


3. Kondisi C
3a. Main Supply
RN 226 V Main Generator
SN 225 V connect, EMG connect,
TN 224 V Battery disconnect
3b. EMG
RN 243 V Main Generator
SN 243 V connect, EMG connect,
TN 243 V Battery disconnect
3c. Battery 25 V Battery disconnect
Deskripsi:
Kondisi normal. Main Generator terhubung. Emergency Generator terhubung. Akan tetapi baterai tidak
terhubung

Pada saat kondisi C di Main Generator, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah
226 V, 225 V, dan 224 V. Apabila dicari tegangan fasa rata-rata pada kondisi di atas untuk
memperkirakan perbedaan tegangan antar ketiga fasa tersebut dalam lingkup normal ataupun tidak
adalah dengan cara sebagai berikut:

𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑅𝑁 + 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑆𝑁 + 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑇𝑁


𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
(226 + 225 + 224)𝑉
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 225 𝑉

Sehingga didapatkan tegangan fasa rata-rata adalah 225 V, maka sistem pada kondisi diatas
terpantau normal dari gambar HMI dengan perbedaan tegangan antar ketiga fasa tersebut yang hanya
selisih 1 V dengan teganga fasa rata-ratanya. Sedangkan pada EMG Generator, tegangan fasa RN,
SN, dan TN berturut-turut adalah 243 V, 243 V, dan 243 V. Hal ini terhitung normal yang mana
besar tegangan fasa pada ketiga fasanya memiliki nilai yang sama. Maka pada HMI terpantau main
generator dan emergency generator terhubung, sementara baterai tidak terhubung pada tegangan
yang terukur sebesar 25 V. Pada kondisi C ini tidak terjadi phase failure maupun voltage failure.

4.3 Penjelasan Tabel Waktu

No. Kondisi Waktu (s)


1. Penggunaan Battery Pasca Main Supply Putus 10
2. Penggunaan EMG Pasca Main Supply Hidup Kembali 10.5
3. Penggunaan Battery Pasca Main Supply Hidup Kembali 9.7

Dari tabel diatas terlihat bahwa pergantian waktu tiap penggantian sumber daya listrik membutuhkan
waktu sekitar 9-11 detik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa waktu maksimum yang diperlukan untuk
emergency generator menyala setelah main generator mati pada praktikum ini adalah 11 detik dengan total
waktu pemakaian battery selama 19.7 detik.

BAB 5

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari praktikum ACOS ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Main Generator mensuplai daya Peralatan Listrik AC dengan dikontrol melalui Panel Daya Main
Generator dan Peralatan ACOS pada kondisi normal, yang mana daya untuk menyalakan Peral atan
ACOS sendiri bersumber dari Supplay 1 phase (UPS). Kemudian ketika terjadi trouble ataupun
beda tegangan fasa pada Main Generator yang terbaca melalui Main Generator Phase Failure, RN :
228 V, SN:51 V, TN:225V secara otomatis Peralatan ACOS akan langsung mengalihkan suplai
daya beban dari Main Generator ke Battery sebagai penyuplai daya sementara. selama waktu yang
telah diatur di Peralatan ACOS sebelumnya yang menggambarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyiapkan Emergency Generator pada keadaan sesungguhnya.Setelah waktu transisi yang telah
ditentukan sebelumnya selesai, Peralatan ACOS akan kembali mengalihkan daya secara otomatis
dari Battery ke Emergency Generator untuk seterusnya menopang penyuplaian daya Peralatan
Listrik AC hingga Main Generator siap kembali. Saat Main Generator telah siap kembali, akan
terjadi perpindahan daya secara otomatis juga melalui tahapan yang sama, yaitu dari Emergency
Generator – Battery – Main Generator

2. Ditinjau dari waktu transisinya, transisi dari baterai pasca main supply mati adalah memilikai waktu lebih
cepat dibandingkan dengan penggunaan baterai pasca main supply hidup dan penggunaan emergency
generator pasca main supply hidup kembali.

3. Untuk mengukur waktu yang digunakan dalam pergantian daya. Dapat diukur waktu yang penggunaan
battery pasca main supply putus (10 detik). Kemudian waktu penggunaan emergency generator pasca main
supply hidup kembali (10.5 detik). Dan waktu penggunaan battery pasca main supply hidup kembali
(9.7detik)

Anda mungkin juga menyukai