Automatic Source Change Switch (ACOS) merupakan alat yang berfungsi untuk mempermudah pennggantian
daya dari sumber utama daya listik kapal ke sumber alternatif lain secara otomatis saat terjadi kerusakan sumber
utama daya listik tersebut ataupun sebaliknya saat sumber utama daya listrik kapal sudah berfungsi dengan baik.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara kerja ACOS, mengetahui diagram rangkaain ACOS,
dapat mengukur dan menganalisa ACOS pada setiap kondisi, serta dapat mengukur waktu yang dibutuhkan dalam
pergantian daya tiap bagian. Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ACOS, Indikator Main
generator, Beban DC, Beban AC, Power supply, Motor Asinkron 3 fasa, Regulator, Rectrifier, Generator, Batterai,
Multitester, dan kabel. Adapun hasil praktikum yang didapat berupa; Automatic Change Over Switch (ACOS)
merupakan alat yang berfungsi untuk mempermudah pemindahan daya secara otomatis antara main generator dan
emergency generator saat terjadi keadaan darurat; Phase Failure Relay berfungsi untuk mendeteksi adanya
perbedaan tegangan fasa pada salah satu tegangan fasa di main generator; Voltage Failure Relay berfungsi untuk
mendeteksi adanya kelebihan atau kekurangan nilai tegangan terhadap set point; PLC berfungsi sebagai otak atau
pengontrol kendali tindakan yang akan diambil setelah mendapatkan masukan dari Main Generator Phase Failure
dan Emergency 3 Phase Voltage Relay; Pada praktikum ini terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan ACOS
bekerja, yaitu saat Main Generator trouble, terjadi beda phase pada Main Generator,RN: 228 V, SN: 51, TN: 225
V dan terdapat perubahan nilai tegangan pada Emergency Generator; Pada kondisi running, kondisi C normal
sedangkan kondisi B main generator tidak terhubung namun emergency generator terhubung; Ditinjau dari waktu
transisinya, transisi dari baterai pasca main supply hidup kembali adalah 9.7 detik yang tercepat dibandingkan
dengan penggunaan baterai pasca main supply putus 10 detik dan penggunaan emergency generator pasca main
supply hidup kembali 10.5 detik . Kesimpulan dari praktikum ini adalah penggunaan ACOS pada bidang marine
sangat diperlukan sebagai alat pengatur perpindahan daya secara otomatis saat keadaan darurat dengan contoh
aplikasinya berupa sistem pengaman genset. Yang mana terdiri dari dua macam pengaman, yaitu pengaman alarm
yang bertujuan untuk menandakan pada operator bahwa ada sesuatu yang tidak normal dalam pengoperasian
mesin, serta pengaman trip yang akan memberhentikan pengoperasian mesin ketika terjadi sesuatu yang tidak
normal dalam pengoperasiannya. Main Generator mensuplai daya Peralatan Listrik AC dengan dikontrol
melalui Panel Daya Main Generator dan Peralatan ACOS pada kondisi normal, yang mana daya untuk
menyalakan Peralatan ACOS sendiri bersumber dari Supplay 1 phase (UPS). Kemudian ketika terjadi
trouble ataupun beda tegangan fasa pada Main Generator yang terbaca melalui Main Generator Phase
Failure secara otomatis Peralatan ACOS akan langsung mengalihkan suplai daya beban dari Main
Generator ke Battery. selama waktu yang telah diatur di Peralatan untuk menyiapkan Emergency
Generator.Setelah waktu transisi selesai, Peralatan ACOS akan kembali mengalihkan daya secara otomatis
dari Battery ke Emergency Generator hingga. Saat Main Generator telah si ap kembali, akan terjadi
perpindahan daya secara otomatis juga melalui tahapan yang sama, yaitu dari Emergency Generator –
Battery – Main Generator
BAB 1
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
(Sumber: http://www.conrad.com/ce/en/product/507155/MKC-phase-failure-relay-ENTES-MKC-06-Phase-failure-relay)
Alat ini berprinsip kerja dengan mendeteksi ketidakseimbangan tegangan phase yang umumnya
terjadi beberapa waktu setelah keadaan normal, yang mana salah satu phase dari sumber 3 phase
menjadi tidak seimbang (Nilainya lebih tinggi atau lebih rendah dari dua phase lainnya). Kemudian
sensor pada main generator phase failure yang membaca ketidakseimbangan tengangan phase
tersebut akan memberikan hasil pembacannya ke PLC untuk selanjutnya memutuskan tindakan yang
akan diambil.
(Sumber: http://www.sme.in/protonpower/Three-Phas-%20Voltage-Monitoring-Relay%20-%20VMR-3P.html)
Adapun beberapa kondisi yang dideteksi oleh voltage relay, antara lain:
a.) Undervoltage
Undervoltage merupakan kondisi dimana tegangan sumber dari emergency generator lebih
rendah dari tegangan beban, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan-peralatan
yang tersuplai nantinya.
b.) Overvoltage
Overvoltage merupakan kondisi dimana tegangan sumber dari emergency generator lebih tinggi
dari tegangan beban, hal ini dapat menyebabkan panas yang berlebih pada peralatan yang
tersuplai hingga kebakaran.
c.) Differential
Different merupakan kondisi dimana tidak terjadi kesalahan pada pembacaan sensor voltage
relay, atau setidaknya masih dalam batas selisih tegangan yang telah diprogramkan dalam PLC.
(Sumber: https://www.edgefx.in/industrial-applications-of-programmable-logic-controller/)
Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses yang dikendalikan lalu
melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan
program yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk
mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.
Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada tergantung dari keadaan pada suatu waktu
tertentu yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output-output. Dimana nilai 1
menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi, sedangkan nilai 0 menunjukkan sebaliknya.
PLS ini juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki banyak output.
Penggunaan PLC dalam prakteknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara umum dan secara
khusus. Penggunaan PLC secara umum adalah sebagai berikut:
a.) Sekuensial Control
PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan
pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step
atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
b.) Monitoring Plant
PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan,
tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses
yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut
pada operator.
Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC
(Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk
kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai
ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses
finishing, membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya.
Gambar 2.2.1.6 Layar HMI ketika Emergency Generator terdapat perubahan tegangan
( Dokumentasi Praktikum)
2.4 Diagram Rangkain ACOS
Adapun rangkaian ACOS yang digunakan dalam praktikum ini menggambarkan proses
kerja dari ACOS itu sendiri yang dapat dijabarkan seperti pada gambar berikut ini:
Suppl Bat
y1
Phase
Perala Peral
tan atan
Seperti pada gambar rangkaian diatas, prinsip kerja dari ACOS terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu:
1 Main Generator mensuplai daya Peralatan Listrik AC dengan dikontrol melalui Panel Daya
Main Generator dan Peralatan ACOS pada kondisi normal, yang mana daya untuk
menyalakan Peralatan ACOS sendiri bersumber dari Supplay 1 phas e (UPS).
2 Kemudian ketika terjadi trouble ataupun beda tegangan fasa pada Main Generator yang
terbaca melalui Main Generator Phase Failure, secara otomatis Peralatan ACO S akan
langsung mengalihkan suplai daya beban dari Main Generator ke Battery sebagai penyuplai
daya sementara. Beban yang disuplai oleh Battery pun hanyalah beban berdaya rendah yaitu
Peralatan Listrik DC selama waktu yang telah diatur di Peralatan ACOS sebelumnya yang
menggambarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan Emergency Generato r pada
keadaan sesungguhnya.
3 Setelah waktu transisi yang telah ditentukan sebelumnya selesai, Peralatan ACOS akan
kembali mengalihkan daya secara otomatis dari Battery ke Emergency Generator untuk
seterusnya menopang penyuplaian daya Peralatan Listrik AC hingga Main Generator siap
kembali.
4 Saat Main Generator telah siap kembali, akan terjadi perpindahan daya secara otomatis juga
melalui tahapan yang sama, yaitu dari Emergency Generator – Battery – Main Generator.
(Sumber htdevesign.com)
BKI Chapter IV Rules for electrical installations. Peralatan-peralatan tersebut antara lain :
1. Lampu penerangan untuk daerah peluncuran sekoci, gangway dan tangga pada dek akomodasi, pada
kamar mesin dan engine control room, pada ruang main switch board dan emercency switchboard, pada ruang
steering gear, CO2 room, serta ruang penyimpanan perlengkapan pemadam kebakaran.
2. Lampu navigasi
3. Radio komunikasi
6. Peralatan navigasi
Semua perlengkapan diatas harus mampu beroperasi selama 36 jam terkecuali pintu kedap air yang
beroperasi selama 30 menit.
BAB 3
DATA PRAKTIKUM
2.2 Kondisi B
RN 138
SN 138 EMG Generator Supply
TN 138 not ready
Ambil gambar HMI:
3.2.2. Running
3.3 Waktu
HASIL PENGAMATAN
Pada saat kondisi A, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah 228 V, 227 V, dan
225 V. Apabila dicari tegangan fasa rata-rata pada kondisi di ini untuk memperkirakan perbedaan
tegangan antar ketiga fasa tersebut dalam lingkup keadaan normal ataupun tidak adalah dengan cara
sebagai berikut:
2.2 Kondisi B
RN 138 V Emergency
SN 138 V Generator Supply
TN 138 V not ready
Pada saat kondisi A, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah 243 V, 243 V, dan
243 V. Apabila dicari tegangan fasa rata-rata pada kondisi di atas untuk memperkirakan perbedaan
tegangan antar ketiga fasa tersebut dalam lingkup normal ataupun tidak adalah dengan cara sebagai
berikut:
Sehingga didapatkan tegangan fasa rata-rata adalah 243 V, maka sistem pada kondisi diatas
terpantau normal dari gambar HMI dengan tidak ada perbedaan.
Kemudian pada kondisi B, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah 138 V, 138 V,
dan 138 V. Semua tegangan fasa mengalami penurunan nilai dari tegangan awal pada kondisi normal.
Sehingga pada gambar HMI terpantau kondisi EMG Generator Supply not ready. Hal tersebut
menunjukkan gejala undervoltage, di mana tegangan menurun di bawah set point. Hal ini sesuai
dengan dasar teori bahwa Voltage Failure Relay akan mendeteksi gejala kelebihan, kekurangan atau
keduanya dari seluruh tegangan fasa.
4.2 Penjelasan Tabel Kondisi Running
4.2.1. Penjelasan Tabel Running Kondisi A
Pada saat kondisi A di Main Generator, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah
228 V, 227 V, dan 225 V. Apabila dicari tegangan fasa rata-rata pada kondisi di atas untuk
memperkirakan perbedaan tegangan antar ketiga fasa tersebut dalam lingkup normal ataupun tidak
adalah dengan cara sebagai berikut:
Sehingga didapatkan tegangan fasa rata-rata adalah 226.7 V, maka sistem pada kondisi diatas
terpantau normal dari gambar HMI dengan perbedaan tegangan antar ketiga fasa tersebut yang hanya
selisih sedikit dengan teganga fasa rata-ratanya. Sedangkan pada EMG Generator, tegangan fasa RN,
SN, dan TN berturut-turut adalah 244 V, 244 V, dan 2454 V. Hal ini terhitung normal yang mana
besar tegangan fasa pada ketiga fasanya memiliki nilai yang sama. Maka pada HMI terpantau main
generator dan emergency generator terhubung, sementara baterai tidak terhubung pada tegangan
yang terukur sebesar 26 V. Pada kondisi A ini tidak terjadi phase failure maupun voltage failure.
Pada kondisi B ini, tegangan fasa pada main supply RN, SN, dan TN berturut-turut adalah 226
V, 52 V, dan 225 V. Terjadi perubahan nilai pada tegangan fasa SN, sehingga Phase Failure Relay
mengirimkan sinyal ke HMI berupa Main Generator Failure. EMG kemudian terhubung, sehingga
pada HMI muncul informasi EMG Connected.
Pada EMG Genetor, tegangan fasa pada RN, SN, dan TN adalah 243 V, 243 V, dan 243 V. Hal
ini terhitung dalam keaadan normal yang mana tagangan antar fasa dari ketiga fasanya memiliki besar
nilai yang sama. Tegangan baterai sebesar 26 V dan dalam kondisi tidak terhubung. Dalam kondisi
ini hanya terjadi Phase Failure karena hanya salah satu tegangan fasa yang mengalami error pada
Main Generator.
Pada saat kondisi C di Main Generator, tegangan fasa RN, SN, dan TN berturut-turut adalah
226 V, 225 V, dan 224 V. Apabila dicari tegangan fasa rata-rata pada kondisi di atas untuk
memperkirakan perbedaan tegangan antar ketiga fasa tersebut dalam lingkup normal ataupun tidak
adalah dengan cara sebagai berikut:
Sehingga didapatkan tegangan fasa rata-rata adalah 225 V, maka sistem pada kondisi diatas
terpantau normal dari gambar HMI dengan perbedaan tegangan antar ketiga fasa tersebut yang hanya
selisih 1 V dengan teganga fasa rata-ratanya. Sedangkan pada EMG Generator, tegangan fasa RN,
SN, dan TN berturut-turut adalah 243 V, 243 V, dan 243 V. Hal ini terhitung normal yang mana
besar tegangan fasa pada ketiga fasanya memiliki nilai yang sama. Maka pada HMI terpantau main
generator dan emergency generator terhubung, sementara baterai tidak terhubung pada tegangan
yang terukur sebesar 25 V. Pada kondisi C ini tidak terjadi phase failure maupun voltage failure.
Dari tabel diatas terlihat bahwa pergantian waktu tiap penggantian sumber daya listrik membutuhkan
waktu sekitar 9-11 detik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa waktu maksimum yang diperlukan untuk
emergency generator menyala setelah main generator mati pada praktikum ini adalah 11 detik dengan total
waktu pemakaian battery selama 19.7 detik.
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari praktikum ACOS ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Main Generator mensuplai daya Peralatan Listrik AC dengan dikontrol melalui Panel Daya Main
Generator dan Peralatan ACOS pada kondisi normal, yang mana daya untuk menyalakan Peral atan
ACOS sendiri bersumber dari Supplay 1 phase (UPS). Kemudian ketika terjadi trouble ataupun
beda tegangan fasa pada Main Generator yang terbaca melalui Main Generator Phase Failure, RN :
228 V, SN:51 V, TN:225V secara otomatis Peralatan ACOS akan langsung mengalihkan suplai
daya beban dari Main Generator ke Battery sebagai penyuplai daya sementara. selama waktu yang
telah diatur di Peralatan ACOS sebelumnya yang menggambarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyiapkan Emergency Generator pada keadaan sesungguhnya.Setelah waktu transisi yang telah
ditentukan sebelumnya selesai, Peralatan ACOS akan kembali mengalihkan daya secara otomatis
dari Battery ke Emergency Generator untuk seterusnya menopang penyuplaian daya Peralatan
Listrik AC hingga Main Generator siap kembali. Saat Main Generator telah siap kembali, akan
terjadi perpindahan daya secara otomatis juga melalui tahapan yang sama, yaitu dari Emergency
Generator – Battery – Main Generator
2. Ditinjau dari waktu transisinya, transisi dari baterai pasca main supply mati adalah memilikai waktu lebih
cepat dibandingkan dengan penggunaan baterai pasca main supply hidup dan penggunaan emergency
generator pasca main supply hidup kembali.
3. Untuk mengukur waktu yang digunakan dalam pergantian daya. Dapat diukur waktu yang penggunaan
battery pasca main supply putus (10 detik). Kemudian waktu penggunaan emergency generator pasca main
supply hidup kembali (10.5 detik). Dan waktu penggunaan battery pasca main supply hidup kembali
(9.7detik)