Abstrak—PT. X merupakan perusahaan yang bergerak pada perkebunan maupun pada kegiatan konstruksi bangunan.
bidang manufaktur sarung tangan rajut. S arung tangan rajut Terdapat 4 proses utama dalam produksi sarung tangan, yaitu
merupakan sarung tangan yang digunakan sebagai Alat proses rajut (knitting), obras, dotting dan packaging. PT. X
Pelindung Diri (APD) pada industri perkebunan, perikanan memiliki beberapa variasi produk berdasarkan tipe benang
maupun kegiatan konstruksi. Dalam proses produksinya, masih (benang 3,4,5,6,7, bleach) dan tipe sarung tangan (biasa dan
ditemukan berbagai indikasi waste yang menyebabkan dot). Pada gambar 1.2 berikut menunjukkan persentase
menurunnya efisensi dan efektivitas proses produksi. S alah penjualan sarung tangan berdasarkan jenis produk pada bulan
satu permasalahan terbesar adalah defect dengan presentase Juni 2017- Agustus 2017.
defect BS diatas 4.6% dan defect afkir sebesar 1.813%. S elain
itu, ditemukan berbagai indikasi waste terkait waste waiting,
transportation dan berbagai waste lainnya. Adanya berbagai waste
tersebut menyebabkan munculnya potential profit loss yang
hilang bagi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeliminasi waste pada proses produksi sarung tangan di PT.
X dengan implementasi metode lean manufacturing. Langkah
awal penelitian dilakukan dengan identifikasi proses produksi
dan waste menggunakan Operation Process Chart (OPC), Value
Stream Mapping (VS M) dan Waste Assessment Model (WAM).
Berdasarkan WAM, diketahui 3 waste kritis yaitu defect, waiting
dan transportation. S elanjutnya dilakukan analisis akar
masalah dengan Root Cause Analysis (RCA) 5Why’s dan mencari
nilai risiko kegagalan menggunakan Failure Mode and Effect
Gambar 1. Persentase Penjualan Produk Sarung T angan di PT . X bulan
Analysis (FMEA). FMEA dikategorikan kritis ketika nilai RPN
Juni 2017-Agustus 2017
≥240 untuk kemudian dilakukan analisis perancangan
rekomendasi perbaikan. Terdapat 3 alternatif perbaikan yaitu
Proses produksi sarung tangan harus berjalan secara efisien
pengurangan defect proses produksi, perbaikan sistem serta
agar dapat menekan cost produksi sehingga mampu
perbaikan sistem manajemen dan produksi. Pemilihan
alternatif dilakukan dengan menggunakan value management. menghasilkan harga dan kualitas yang dapat bersaing. Namun
Berdasarkan value management, didapatkan kombinasi begitu, masih banyak ditemukan berbagai indikator
alternatif perbaikan terbaik adalah alternatif 1 dan 2. pemborosan (waste) yang terjadi pada proses produksi sarung
tangan di PT. X.
Kata Kunci—5 Why’s, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Salah satu indikasi waste yang paling besar adalah defect.
Lean manufacturing, Value management, Value Stream Mapping Perusahaan membagi produk kedalam 4 kategori, yaitu accept,
(VS M), Waste Assessment Model (WAM). rework, BS dan reject (afkir). Produk rework adalah produk
dengan rajutan tidak sempurna yang mengakibatkan
I. PENDAHULUAN munculnya lubang sehingga harus melalui proses rework
berupa tisik. Produk BS merupakan sarung tangan dengan
12 22 6 7 1 2
Inventory
Finished Goods
Waste Relationship Matrix (WRM) serta Waste Assessment
I I I Questionnaire (WAQ). Berdasarkan SWR dan WRM, dapat
Inventory Rajut Inventory Obras Inventory Dotting
diketahui keterkaitan antar waste yaitu sebagai berikut:
C/T= 9.81 menit C/T= 2.73 menit C/T= 40.5 menit C/T=26.78 menit C/T= 5.6 menit C/T= 3.8 menit
M/C= 308 mesin
Shift= 3 shift
Manual
M/C= 22 mesin
Shift= 3 shift
Mesin Obras
M/C= 2 mesin
Shift: 3 shift
Mesin Dotting
M/C=
Shift: 3 shift
Manual
M/C=
Shift: 3 shift
Manual
M/C=
Shift: 3 shift
Manual
T abel 2.
Hasil Perhitungan WRM
6.7 menit 8.3 menit 9.2 menit 2 menit 2 menit CT: 88.22 menit
F/T O I D M T P W Skor %
9.81 menit 2.73 menit 40.5 menit 26.78 menit 5.6 menit 3.8 menit L/T: 119.22
menit
O 10 2 6 2 4 0 2 26 12.75
I 4 10 2 2 4 0 0 22 10.78
Gambar 3. VSM Proses Produksi Sarung T angan
D 4 4 10 6 6 0 6 36 17.65
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) F168
M 0 2 10 10 0 4 4 30 14.71 3. Transportation
T 2 4 2 4 10 0 8 30 14.71
P 2 2 10 2 0 10 8 34 16.67
Terdapat beberapa permasalahan terkait transportation
W 2 4 10 0 0 0 10 26 12.75 yang menghambat jalannya proses produksi perusahaan.
Skor 24 28 50 26 24 14 38 204 100.00 Namun, potential loss tidak dapat dihitung karena tidak
% 11.76 13.73 24.51 12.75 11.76 6.86 18.63 100.00
terdapat data perbandingan waktu transportation optimal.
T abel 6.
Usulan Rekomendasi Perbaikan B. Pemilihan Alternatif Berdasarkan Value management
Langkah
Waste Subwaste RPN
Perbaikan
Berdasarkan perancangan alternatif perbaikan yang telah
Screen sablon tertutup dilakukan, kemudian dilakukan kombinasi alternatif perbaikan
300 yang diusulkan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
cairan sablon
Perbaikan kualitas
Twist bahan baku benang metode value management. Value management merupakan
bahan baku
memiliki kualitas yang 270 sebuah teknik dengan menggunakan pendekatan sistematis
buruk untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik antara biaya,
Defect T erdapat jarum yang Perbaikan desain keandalan, dan kinerja sebuah proyek [8]. Berikut merupakan
patah saat proses 300 Hook pada mesin rumus yang digunakan dalam metode value management.
produksi berlangsung Knitting
1. Mencari Nilai Cost
Operator kurang fokus Perbaikan sistem
dalam memasukkan 400 manajemen
sarung tangan ke mesin produksi (5.1)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) F170
T abel 9.
Hasil Perhitungan Value Management DAFTAR PUSTAKA
Bobot P er- [1] J. K. Liker and D. Meier, The Toyota Way. USA: Mc Graw Hill,
Alt Cost C’ n Value
K1 K2 K3 form 2006.
0 6 7 7 6.406 Rp256,591,888 Rp256,591,888 1.000 [2] S. Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta:
1 8 7 7 7.594 Rp257,088,666 Rp304,177,146 1.183 Guna Widya, 1995.
2 7 8 8 7.406 Rp256,931,088 Rp296,646,819 1.155
[3] M. SdRother and J. Shook, Learning to See, Value Stream
3 7 8 7 7.249 Rp257,314,818 Rp290,358,195 1.128
1,2 9 8 8 8.594 Rp257,427,866 Rp344,232,077 1.337
Mapping to Create Value and Eliminate Muda . Cambridge:
1,3 9 8 7 8.437 Rp257,811,596 Rp337,943,453 1.311 T he Lean Enterprise Institute, Inc, 2003.
2,3 8 8 8 8 Rp257,654,018 Rp320,439,448 1.244 [4] T . Ohno, Toyota Production System Beyond Large Scale
1,2,3 9 8 8 8.594 Rp258,150,796 Rp344,232,077 1.333 Production. New York: CNC Press, 1988.
[5] I. A. Rawabdeh, “A Model for T he Assessment of Waste In Job
Berdasarkan value management, dapat diketahui bahwa Shop Environments,” Int. J. Oper. Prod. Manag., pp. 800–
822, 2005.
kombinasi alternatif perbaikan 1&2 menghasilkan value paling
[6] F. Chandler, “Using Root Cause Analysis to Understand
besar bagi perusahaan. Failures and Accident,” Washington D.C., 2004.
[7] C. Carlson, Understanding and Applying the Fundamentals of
FMEAs. Arizona: ReliaSoft Corporation, 2014.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
[8] D. Dell’Isola, Quality Control, 2nd ed. Prentice Hall
International Inc, 1986.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: