Ringkasan Kajian KSW Perbatasan PDF
Ringkasan Kajian KSW Perbatasan PDF
I.
P
PEEN
NDDA
AHHU
ULLU
UAAN
N
1.1. LATAR BELAKANG
Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki perhatian yang tinggi
terhadap penataan ruang, hal tersebut tampak pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009 – 2013, yang
telah dilegalkan melalui Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008. Salah satu dari
delapan misi pembangunan adalah untuk Meningkatkan pembangunan yang berbasis tata
ruang dan lingkungan hidup. Melalui misi ini pemerintah ingin menunjukkan pentingnya
penanganan masalah penataan ruang yang merupakan salah satu matra dalam
perencanaan pembangunan daerah, serta masalah lingkungan hidup yang erat kaitannya
dalam mendukung kehidupan masyarakat sehari-hari. Tujuan dan program strategis yang
hendak dicapai dari misi tersebut adalah meningkatkan konsilidasi perencanaan tata
ruang wilayah, yang memiliki indikator berkembangnya model perencanaan dan
pemanfaatan ruang secara optimal dan terkonsolidasinya perencanaan tata ruang
provinsi, lintas kabupaten/kota dan lintas negara berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Pemerintah Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur, melalui Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur akan melakukan
penyusunan Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan. Kawasan tersebut merupakan salah
satu Kawasan Strategis lainnya yaitu berupa Kawasan Pendukung Strategis Perbatasan
sebagai Penunjang Kawasan Strategis Nasional perbatasan darat dan laut dengan
Negara Timor Leste dan Australia dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2010-2030, yang bersifat lintas administrasi wilayah.
1
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 2
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Kawasan strategis dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup terdiri atas :
Kawasan Noelmina di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah
Selatan;
Kawasan Benanain di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu;
Kawasan Konservasi Kelimutu di Kabupaten Ende;
Kawasan Konservasi Riung di Kabupaten Ngada;
Kawasan Konservasi Laut Sawu; dan
Kawasan Konservasi Laut Flores.
Kawasan Satuan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu yang meliputi:
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Selat Ombai – Laut Banda,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Sawu I,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Sawu II,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Sawu III,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Flores,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Selat Sumba,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Timor,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Hindia,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Selat Sape.
LAPORAN RINGKASAN 3
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
1.2.1 MAKSUD
Maksud dari pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Kajian Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan ini adalah Memberikan arahan pemanfaatan ruang wilayah perbatasan
Provinsi Nusa Tenggara Timur guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1.2.2 TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Kajian Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan ini adalah :
1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan dalam pengembangan ruang Provinsi
Nusa Tenggara Timur, khususnya pada Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan;
2. Menghasilkan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan, yang
sejalan dengan arahan RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur.
1.3. SASARAN
Sasaran dari pekerjaan Penyusunan Kajian Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan ini
adalah :
1. Tersedianya laporan pendahuluan tentang RTR Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan;
2. Tersedianya data, fakta dan analisis tentang RTR Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan;
3. Tersusunnya Dokumen RTR Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan;
4. Tersusunnya Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur tentang RTR Kawasan
Strategis Wilayah Perbatasan yang sesuai dengan arahan regulasi terbaru;
5. Mencapai indikator program Konsolidasi perencanaan tata ruang wilayah, yaitu :
o Berkembangnya model perencanaan dan pem ruang secara optimal
o Terkonsolidasinya perencanaan tata ruang provinsi dan lintas kabupaten/kota
berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi
LAPORAN RINGKASAN 4
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
• Jaring Aspirasi;
• Penyusunan Laporan Fakta dan Analisis;
• Penyusunan Laporan Akhir dan Rencana;
• Penyusunan buku peta.
Gambaran orientasi Kawasan Strategis Wilayah perbatasan dapat dilihat pada Gambar :
1-1, berikut ini.
LAPORAN RINGKASAN 5
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
6
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
II.
T
TIIN
NJJA
AUUAAN
NT TE
ERRHHA
ADDA
APPK
KEEB
BIIJJA
AKKA
ANNRRUUAAN
NGG
P
PEEN
NGGEEMMBBA
ANNGGAAN
NK KA
AWWA
ASSA
ANNS STTR
RAAT
TEEG
GIIS
SWWIILLA
AYYA
AHH
P
PEER
RBBAAT
TAASSA
ANN
22..11..11 SSIIISSSTTTEEEM
MP
M PEEER
RK
R KO
KOOT
TA
T AA
AA NN
AN
N NA
AS
A SIIIO
S ON
O NA
N AL
ALL
Penetapan sistem perkotaan nasional merupakan bagian dari Rencana Struktur Ruang
Wilayah Nasional yang ditetapkan dalam RTRWN. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menyebutkan bahwa
sistem perkotaan nasional terdiri dari PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat
Kegiatan Wilayah) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Selain sistem perkotaan nasional
7
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Keterangan :
I – IV : Tahapan Pengembangan
A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan
A / 1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
A / 2 : Pengembangan Baru
A / 3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi Yang Berbasis Otonomi Daerah
LAPORAN RINGKASAN 8
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
22..11..22 SSIIISSSTTTEEEM
M JJA
M AR
A RIIIN
R NG
N GA
G AN
ANNT
TRRA
R AN
ANNS
SP
S PO
P OR
ORRT
TA
T AS
ASSIII N
NAAS
ASSIIIO
ON
O NA
N AL
ALL
Substansi Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional dalam RTRWN yang juga terkait
langsung dengan Kota Kupang adalah Sistem Jaringan Transportasi Nasional, baik
untuk sistem transportasi darat, transportasi laut maupun transportasi udara.
Dalam hal Transportasi Darat, dengan stastusnya sebagai PKN maka Kota Kupang
dituntut untuk mengembangkan jaringan jalan nasional dengan fungsi jalan arteri primer.
Jaringan jalan arteri primer dikembangkan secara menerus dan berhierarki berdasarkan
kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan :
a. Antar-PKN;
b. Antara PKN dan PKW; dan/atau
c. PKN dan/atau PKWdengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan
primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional.
Selanjutnya untuk Tranportasi Laut, RTRWN mengaturnya melalui tatanan
kepelabuhanan dan alur pelayaran. Provinsi NTT, termasuk perairan laut Kota Kupang,
dalam pengaturan alur pelayaran nasional berada dalam Alur Lintas Indonesia Timur.
Sementara dalam tatanan kepelabuhanan nasional, RTRWN mengatur pelabuhan
sebagai simpul transportasi laut nasional dengan menetapkan statusnya dalam
Pelabuhan Internasional dan Pelabuhan Nasional. Provinsi NTT yang merupakan provinsi
kepalauan yang memiliki banyak pelabuhan, namun tidak semua memiliki status
pelabuhan internasional dan pelabuhan nasional yang tercantum pengembangan
kepalabuhanannya dalam RTRWN. Gambaran pengembangan tatanan kepelabuhanan
dalam RTRWN dalam dilihat pada Tabel : 2.2.
Tabel : 2.2
KEBIJAKAN TATANAN KEPELABUHANAN LAUT
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
PELABUHAN PELABUHAN
PROVINSI
INTERNASIONAL NASIONAL
Keterangan :
I – IV : Tahapan Pengembangan
1 : Pemantapan Pelabuhan Internasional
2 : Pengembangam Pelabuhan Internasional
3 : Pemantapan Pelabuhan Nasional
4 : Pengembangam Pelabuhan Nasional
Gambaran di atas menunjukkan bahwa Pelabuhan Tenau Kota kupang memiliki status
sebagai Pelabuhan Internasional. Dan sebagai pelabuhan internasional maka Tenau
LAPORAN RINGKASAN 9
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
memiliki fungsi sebagai Pelabuhan Samudera yang dijadikan sebagai pusat kegiatan
eksport – import terutama ke Kawasan Timur Indonesia (KTI) maupun ke wilayah barat.
Fungsi dan peran pelabuhan ini erat kaitannya dalam upaya peningkatan pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi dengan industri pengekspor hasil produksi yang akan diekspor.
Dengan adanya pergeseran pertumbuhan ekonomi ke wilayah Pasifik, diharapkan akan
menguntungkan bagi Provinsi NTT dalam upayanya meningkatkan pertumbuhan
ekonominya, karena letaknya di wilayah timur Indonesia dan mempunyai jarak yang relatif
dekat dengan negara-negara yang berada di wilayah pasifik.
Untuk Tranportasi Udara, RTRWN mengaturnya melalui tatanan kebandarudaraan dan
ruang udara untuk penerbangan. RTRWN mengatur tatanan kebandarudaraan dalam 2
jenis bandar udara yaitu bandar udara umum dan bandar udara khusus. Bandar udara
umum terdiri atas bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer, bandar udara
pusat penyebaran skala pelayanan sekunder, bandar udara pusat penyebaran skala
pelayanan tersier dan bandar udara bukan pusat penyebaran. Sedangkan bandar udara
khusus dikembangkan untuk menunjang pengembangan kegiatan tertentu dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang kebandarudaraan. RTRWN
mengatur tatanan kebandarudaraan Provinsi NTT sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel : 2.3
KEBIJAKAN TATANAN KEBANDARUDARAAN
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
Keterangan :
I – IV : Tahapan Pengembangan
1 : Pemantapan Bandar Udara Primer
2 : Pengembangam Bandar Udara Sekunder
3 : Pemantapan Bandar Udara Sekunder
4 : Pengembangam Bandar Udara Sekunder
5 : Pemantapan Bandar Udara Tersier
6 : Pengembangam Bandar Udara Tersier
Dari Tabel : 2.3 terlihat bahwa Bandar Udara El Tari yang terletak di Kota Kupang
memiliki status sebagai bandar udara pusat penyebaran sekunder. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa berlainan dengan sistem transportasi darat dan laut yang menjadi
LAPORAN RINGKASAN 10
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Tabel : 2.4
KEBIJAKAN ALOKASI KAWASAN LINDUNG NASIONAL
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
PROVINSI KAWASAN LINDUNG
Keterangan :
I – IV : Tahapan Pengembangan
A : Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional
A / 1 : Suaka Alam Laut
A / 2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
A / 3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
A / 4 : Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
A / 5 : Taman Hutan Raya
A / 6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
B : Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional
B / 1 : Suaka Alam Laut
B / 2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
B / 3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
B / 4 : Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
B / 5 : Taman Hutan Raya
B / 6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
C : Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Hutan Lindung Nasional
LAPORAN RINGKASAN 11
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Tabel : 2.5
KEBIJAKAN ALOKASI KAWASAN ANDALAN NASIONAL
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
LAPORAN RINGKASAN 12
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
− Industri (IV/D/2)
− Perikanan (III /F/2)
Kawasan Ruteng – Bajawa − Perkebunan (IV/B/2)
− Perikanan (II/F/2)
− Pertambangan (III/C/2)
− Pariwisata (II/E/2)
− Pertanian (IV/A/2)
Kawasan Sumba − Pertanian (IV/A/2)
− Pariwisata (II/E/2)
− Perkebunan (III/B/2)
Kawasan Andalan Laut. Flores − Perikanan (III/F/2)
− Pariwisata (II/E/2)
Kawasan Andalan Laut Sawu –Sumba − Perikanan (III/F/2)
dan sekitarnya − Pertambangan (IV/C/2)
− Pariwisata (II/E/2)
Kawasan Andalan Laut. Sumba dan − Perikanan (III/F/2)
sekitarnya − Pariwisata (IV/E/2)
Keterangan:
I – IV : Tahapan Pengembangan
LAPORAN RINGKASAN 13
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Tabel : 2.6
KEBIJAKAN ALOKASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
Keterangan:
I – IV : Tahapan Pengembangan
A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi
A / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
A / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup
B / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
B / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya
C / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
C / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Pendayagunaan
Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi
LAPORAN RINGKASAN 14
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
D / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
D / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan
Keamanan
E / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
E / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Sebagaimana disebutkan dalam RTRWN bahwa sebagai kota dengan status PKN, Kota
Kupang dapat memainkan peran dan fungsi sebagai simpul utama kegiatan ekspor impor
atau pintu gerbang ke kawasan internasional, sebagai pusat kegiatan industri atau jasa-
jasa berskala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, ataupun sebagai pusat
utama pelayanan lintas batas antar negara di kawasan perbatasan. Dan bila melihat
bahwa kawasan strategis nasional yang berada dalam wilayah Provinsi NTT berkaitan
erat dengan kawasan pengembangan ekonomi dan kawasan perbatasan, maka peran
dan fungsi Kota Kupang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terdekat bagi kawasan
strategis nasional di Provinsi NTT adalah menjalankan fungsi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor impor atau pintu gerbang ke kawasan internasional, serta sebagai pusat
utama pelayanan lintas batas antar negara di kawasan perbatasan.
1 Sumatera Bagian Barat NAD, Sumut, Sumbar, Padang, Sabang, Bengkulu, Samudera Hindia (Sabang-Seumeuleu, Nias,
Bengkulu, Lampung Lampung Mentawai, Bengkulu, Lampung
2 Selat Karimata - Laut Kalbar, Kep. Riau, Batam, Pontianak, Batam, Natuna, Bangka-Belitung, Ketapang
Cina Selatan Bangka Belitung, Pangkalpinang
Lampung
LAPORAN RINGKASAN 15
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
3 Selat Makasar - Laut Kaltim, Kalsel, Sulut, Balikpapan, Makasar Pulau Laut, Tarakan - Nunukan, Bontang -
Sulawesi Sulteng, Sulsel Mahakam, Tel. Palu barat, Sulsel
4 Jawa Bagian Selatan Banten, Jabar, Jateng, DI Denpasar Banten, Cilacap, Pangandaran, Malang
Yogyakarta, Jatim, Bali Selatan, Selat Bali
5 Bali - Nusa Tenggara Bali, NTB, NTT Denpasar, Mataram, Kupang Bali, Lombok, Sawu-Sumba
6 Teluk Tolo-Kepulauan Sultra, Maluku Utara, Kendari Teluk Tolo, Laut Maluku, Laut Banda (Kep.
Sula-Laut Banda Maluku Banggai, Kep. Sula, Pulau Buru)
7 Teluk Bone Sultra, Sulsel Makassar, Kendari Teluk Bone, P. Buton, P. Muna, Kep. Tukang
Besi, Kep. Bonerate
8 Teluk Tomini Sulut, Sulteng, Sultra Menado, Gorontalo Teluk Tomin, Kep. Togean, Laut Sulawesi
9 Laut Sulawesi Sulut, Maluku Utara Menado, Ternate Laut Sulawesi, Laut Maluku
10 Laut Banda-Laut Arafura Maluku Ambon, Tual, Saumlaki Laut Banda, Kep. Taninbar, Kep.Kai, Kep. Aru
11 Papua Utara Papua Jayapura, Biak Teluk Cendrawasih dsk, Samudera Pasifik
12 Halmakera-Kepala Maluku Utara, Papua Ternate, Sorong P. Halmahera dsk, Raja Ampat. Teluk Bintuni
Burung- Teluk Bintuni
13 Papua Selatan Papua, Maluku Merauke, Timika Laut Aru, Laut Arafura
Penataan ruang wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebagai Provinsi kepulauan dan maritim yang berbasis pada pengembangan
potensi sumber daya alam dan budaya lokal yang terpadu dan berkelanjutan, bertumpu
pada masyarakat berkualitas, adil dan sejahtera, dengan tetap memperhatikan aspek
mitigasi bencana.
LAPORAN RINGKASAN 16
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 17
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 18
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 19
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Penataan ruang wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebagai Provinsi kepulauan dan maritim yang berbasis pada pengembangan
potensi sumber daya alam dan budaya lokal yang terpadu dan berkelanjutan, bertumpu
pada masyarakat berkualitas, adil dan sejahtera, dengan tetap memperhatikan aspek
mitigasi bencana.
LAPORAN RINGKASAN 20
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
(1) Strategi pengembangan dan arahan kegiatan di kawasan bencana alam geologi,
terdiri atas:
a. arahan penataan ruang kawasan rawan bencana gempa, terdiri atas:
• pengaturan tata, masa bangunan yang aman dari gempa;
• penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
• penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman;
• penyediaan kelengkapan/ sarana prasarana perlindungan bencana; dan
• penyediaan system peringatan dini (early warning system) terkait jenis
bencana.
b. arahan penataan ruang kawasan rawan bencana gelombang pasang dan tsunami,
terdiri atas:
• penetapan zona kerentanan tsunami;
• intensitas pemanfaatan pada zona kerentanan tinggi sebagai sabuk hijau
(green belt) berupa hutan pengendali tsuami (tsunami control forest) dengan
memperhatikan jenis dan ketebalan pohon yang sesuai terkait topografi
kawasan;
• penetapan ketebalan pohon/hutan pengendali tsunami disesuaikan dengan
topografi dan karakter kawasan;
• penyediaan kelengkapan/sarana prasarana perlindungan bencana;
• penetapan pengaturan tata masa bangunan yang terkait zona kerentanan
tsunami;
• penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
• penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman; dan
• penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) terkait jenis
bencana.
c. arahan penataan ruang kawasan rawan bencana gunung berapi, terdiri atas:
• penetapan zona kerentanan letusan gunung berapi;
• penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
• penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman;
• penyediaan kelengkapan/sarana prasarana perlindungan bencana; dan
• penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) terkait jenis
bencana.
(2) Strategi pengembangan sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan terdiri atas :
LAPORAN RINGKASAN 21
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 22
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 23
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 24
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
III.
T
TIIN
NJJA
AUUA
ANNKKA
AWWA
ASSA
ANNS
STTR
RAAT
TEEG
GIIS
SWWIILLA
AYYA
AHH
P
PEER
RBBAAT
TAAS
SAAN
N
TINJAUAN INTERNAL WILAYAH KAWASAN PERBATASAN
1. Perbatasan darat
Kawasan perbatasan darat dengan RDTL secara administrasi meliputi 4
Kabupaten yaitu :
1) Kabupaten Kupang
2) Kabupaten Timor Tengah Utara
3) Kabupaten Belu.
4) Kabupaten Malaka
2. Perbatasan laut
Kawasan perbatasan Laut Wilayah NTT dengan RDTL secara administrasi
meliputi 12 Kabupaten :
1) Kabupaten Kupang
2) Kabupaten Belu
3) Kabupaten TTU
4) Kabupaten Malaka
5) Kabupaten Alor
6) Kabupaten TTS
7) Kabupaten Sumba Timur
8) Kabupaten Sumba Tengah
9) Kabupaten Sumba Barat
10) Kabupaten Sumba Barat Daya
11) Kabupaten Rote
12) Kabupaten Sabu
LAPORAN RINGKASAN 25
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
3. Pulau Terluar
Nama
No Perairan Wilayah Administrasi Negara Terdekat
Pulau
(Kabupaten)
Kondisi wilayah perbatasan saat ini pada umumnya belum mendapat perhatian
secara proporsional. Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya sarana prasarana
yang tersedia di wilayah perbatasan. Hal ini banyak menyebabkan terjadinya
berbagai permasalahan seperti, perubahan batas-batas wilayah, penyelundupan
barang dan jasa serta kejahatan trans nasional (transnational crimes).
Kondisi umum perekonomian di wilayah perbatasan antara lain sebagai berikut:
a) Lokasinya yang relatif terisolir (terpencil) dengan tingkat aksesibilitas yang
rendah.
b) Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat.
c) Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah
perbatasan (jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal).
d) Langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan masyarakat di
daerah perbatasan (blank spot).
Sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke pintu perbatasan Timor
Leste cukup baik sehingga akses kedua pihak relatif mudah dan cepat.
Potensi sumber daya alam di wilayah perbatasan NTT tidak terlalu besar. Kondisi
masyarakat umumnya miskin dengan tingkat kesejahteraan rendah dan bertempat
tinggal di wilayah tertinggal dan terisolir. Mata pencarian utama adalah pertanian
lahan kering. Saat ini kondisi masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan lebih
baik dari warga Timor Leste.
Perbatasan Negara
Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah negara yang secara geografis
berbatasan langsung dengan negara tetangga, di daratan, di lautan, maupun
di udara, yang batasnya ditetapkan sesuai fungsi pertahanan dan keamanan
negara, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, serta
kelestarian lingkungan hidup.
Kawasan perbatasan negara di Provinsi NTT meliputi wilayah kecamatan dan
atau wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis
berbatasan dengan negara Timor Leste dan Australia. Kawasan tersebut
mencakup Kabupaten Kupang, Alor, Belu dan Timor Tengah Utara dengan
Timor Leste serta Kabupaten Rote Ndao yang berbatasan dengan Australia.
LAPORAN RINGKASAN 26
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 27
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 28
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN 29
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
30
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
IV.
A
ANNAALLIIS
SAAPPOOTTE
ENNSSII D
DAAN
NKKA
AJJIIA
ANNK
KAAW
WAAS
SAAN
NSST
TRRA
ATTE
EGGIIS
S
W
WIILLA
AY YAAH
HP PEER
RBBAATTAAS
SAAN
N
1. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung adalah suatu wilayah yang karena keadaan dan sifat fisiknya
mempunyai fungsi lindung terhadap tanah, air, flora dan fauna yang didalamnya tidak
diperkenankan untuk dibudidayakan. Dalam hubungan ini konsepsi dasar
pengembangan, aspek konservasi dan rehabilitasi pada dasarnya ditujukan untuk :
A. Melestarikan lingkungun dengan mempertahankan kawasan lindung yang meliputi
hutan lindung, hutan suaka alam, kawasan jalur pengamanan aliran sungai/aliran
air dan sumber mata air dan areal lindung lainnya di luar kawasan hutan yang di
dalamnya tidak diperkenankan adanya budi daya. Kawasan lindung perlu
dipertahankan sebagai areal bervegetasi tetap.
B. Melestarikan hutan suaka alam/hutan wisata dengan memperhatikan
keanekaragaman fauna, flora, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan pengawetan plasma nutfah, ilmu pengetahuan, wisata dan bagi
pembangunan pada umumnya.
C. Membina kawasan lindung yang masih merupakan areal perkebunan dengan
memperhatikan azas konservasi tanah dan air. Kawasan Lindung ini terbagi
kepada :
a. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Dibawahnya.
Hutan Lindung
Penetapan suatu wilayah sebagai hutan lindung didasarkan kepada kelayakan
fisiknya menjadi hutan lindung seperti diatur dalam SK. Menteri Pertanian
Nomor 837/Kpts/Um/11/1980. (lihat Tabel : 4.1). Dalam hubungan ini, suatu
31
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Hutan Rakyat,
Lihat Gambar Peta 4.1. Peta Kawasan Hutan di Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan, berikut ini.
LAPORAN RINGKASAN 32
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
33
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Penetapan suatu wilayah sebagai taman nasional, taman hutan raya dan
taman wisata alam adalah berupa kawasan berhutan atau bervegetasi tetap
yang memiliki tumbuhan dan satwa beraneka ragam, memiliki arsitektur
bentang alam yang baik dan memiliki akses untuk keperluan pariwisata
dengan lokasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah.
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Penetapan suatu wilayah sebagai cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah
berupa tempat atau ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs
purbakala dan kawasan dengan bentuk geologi tertentu yang mempunyai
manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
LAPORAN AKHIR VI - 34
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
2. Kawasan Penyangga
Kawasan penyangga pada prinsipnya secara terbatas mempunyai fungsi lindung guna
persyaratan kelestarian, keserasian dan keseimbangan alam lingkungan. Kawasan
penyangga tersebut terletak diantara kawasan lindung dan kawasan budi daya dan
dalam kawasan tersebut masih diperkenankan adanya budi daya dengan
mempertimbangkan azas konservasi tanah dan air. Dalam hal ini kawasan penyangga
dapat berfungsi ganda sebagai penyangga atau buffer zone antara dua kawasan
lindung dan budi daya serta dapat berfungsi sebagai kawasan budi daya terbatas.
Sebagai konsepsi dasar yang menyangkut aspek konservasi dan perlindungan untuk
mencapai tujuan pengendalian kegiatan, maka perlu perhitungan pencegahan
kerusakan lingkungan hidup. Dalam hubungan ini perlu upaya pelestarian lingkungan
hidup dengan prinsip mempertahankan kawasan hutan produksi pada kawasan
penyangga dengan memperhatikan azas konservasi tanah dan air serta kawasan
penyangga lain di luar kawasan hutan.
LAPORAN AKHIR VI - 35
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
• Sistim reboisasi menganut sistim penutupan vegetasi tetap, antara lain dengan
menggunakan jenis pohon yang berdaur panjang (lebih dari 10 tahun), sehingga
penebangan dapat dilakukan pada interval yang tidak terlalu pendek.
Perkebunan
Penetapan kawasan Perkebunan yang berfungsi sebagai kawasan penyangga
diisyaratkan dengan ketentuan, antara lain;
• Tinggi tempat kurang dari ketinggian 2.000 meter dpl.
• Kemiringan lereng kurang dari 40%
• Kedalaman tanah efektif lapisan atas lebih dari 30 cm.
Berdasarkan kriteria standar teknis yang digunakan dalam penetapannya, maka
pengaturan pelaksanaan usaha budi daya perkebunan antara lain sebagai berikut;
• Ditetapkan kepada setiap unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan mulai
dari sesuai untuk setiap jenis komoditi tanaman perkebunan dengan mengingat
pengendalian erosi dan run off dan fungsi hidrologis.
• Bangunan yang diperbolehkan terbatas pada bangunan yang dapat menunjang
unit usaha produksi perkebunan dengan persyaratan khusus. yaitu; meliputi
pabrik, perumahan karyawan, gudang dan bedeng, pembibitan. Hal ini karena
eratnya kaitan dengan tata air (run off, peresapan air kedalam tanah)
• Lokasi bangunan diarahkan pada lahan dengan struktur tanah stabil dengan
kemiringan lapangan yang memungkinkan dibangun kontruksi bangunan tanpa
memberikan dampak negatif kelestarian lingkungan.
Usaha Tani Campuran (Agroforestri)
Kriteria standar teknis yang digunakan dalam penetapan kawasan usaha tani
campuran adalah sama seperti untuk usaha perkebunan. Sehubungan dengan itu
penetapan pelaksanaannya pada kawasan ini adalah sebagai berikut; Ditujukan untuk
unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan mulai tidak sesuai sampai dengan
sangat sesuai untuk semua jenis tanaman pada pola Agroforestry.
• Penetapannya pada suatu unit lahan, harus menunjang fungsi lindung terhadap
tanah dan air guna pengaturan hidrologis
• Dalam penetapan pilihan komoditas tanaman, selain mempertimbangkan
kesesuaian dan kemampuan lahan serta konservasi tanah, juga perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi.
LAPORAN AKHIR VI - 36
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 37
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Kawasan Perikanan
Kriteria standar teknis penetapannya diatur dalam Keputusan Presiden RI No 57
tahun 1989 Dalam hal ini suatu kawasan sesuai untuk pengembangan perikanan
apabila memenuhi syarat Kemiringan lereng kurang dari 8% dan persediaan air
cukup.
5. Kawasan Permukiman
Kawasan Permukiman adalah kawasan yang berfungsi terutama untuk
pengembangan penduduk, perindustrian, perekonomian dan lain-lain yang diarahkan
pada lahan di luar kawasan hutan. Penggunaan lahan kawasan permukiman, tetap
memperhatikan azas konservasi tanah dan air serta diarahkan untuk pengembangan
lahan non budi daya.
Permukiman Penduduk
Permukiman penduduk meliputi kawasan perkotaan dan perdesaan sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman dan Kepres RI No 32 tahun 1990. Dalam hal ini suatu kawasan sesuai
untuk pengembangan permukiman apabila memenuhi syarat sebagai berikuti;
• Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada.
• Kemiringan lereng kurang dari 8%
• Ketersediaan air terjamin
• Lokasi terkait dengan kawasan hunian yang telah ada/berkembang
• Tidak terletak pada kawasan tanaman pangan lahan basah.
6. Kawasan Perindustrian
Kriteria standar teknis penetapannya diatur dalam Keputusan Presiden RI No 32
tahun 1990. Dalam hal ini suatu kawasan industri adalah kawasan yang diperuntukan
bagi industri berupa tempat pemusatan kegiatan industri apabila memenuhi syarat
sebagai berikuti;
• Tidak terletak di kawasan lindung,
• Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah, khususnya sawah yang
memperoleh pengairan dari jaringan irigasi
• Tidak boleh terletak pada lahan yang berpotensi untuk pembangunan jaringan
irigasi yaitu lahan usaha tani dengan fasilitas irigasi.
• Tersedia sumber air dan bahan baku yang cukup
• Tidak menimbulkan dampak sosial negatif.
7. Kawasan Pertambangan
Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang diperuntukan bagi pertambangan baik
pada wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan
pertambangan. Adapun kriteria lokasinya sesuai dengan ketetapan Departemen
Pertambangan dan Energi untuk daerah masing-masing yang mempunyai potensi
bahan tambang bernilai tinggi.
LAPORAN AKHIR VI - 38
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
8. Kawasan Pariwisata
Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang di peruntukan bagi kegiatan pariwisata,
dengan potensi persyaratan sebagai berikut:
• Mempunyai potensi obyek lokasi yang dapat menarik wisatawan;
• Tempat bermukimnya masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati
oleh wisatawan;
• Mampu meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan ekonomi
masyarakat setempat.
Upaya pembangunan wilayah perbatasan sendiri merupakan amanah UUD 1945 yang
harus dilaksanakan oleh Pemerintah. Selama ini sebagian warga negara Indonesia masih
mengalami kendala sosial, ekonomi, budaya dan keterbatasan daya dukung di wilayah
yang dihuninya.
Sebagaimana pelaksanaan pembangunan pada wilayah‐wilayah lain relatif masih
tertinggal, pembangunan wilayah perbatasan menganut pendekatan, antara lain:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia (basic need approach), yaitu kecukupan
konsumsi pangan, sandang dan perumahan yang layak huni.
2. Pemenuhan akses standar terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan dan
infrastruktur mobilitas warga.
3. Peningkatan partisipasi dan akuntabilitas publik dalam setiap perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian program pembangunan untuk kepentingan masyarakat
sendiri.
Disamping tiga pendekatan yang secara umum diterapkan dalam setiap program
pembangunan, hal lain yang perlu memperoleh perhatian adalah konteks sosial budaya,
adat istiadat, kondisi geografis dan keunikan komunitas dan kewilayahan yang dimiliki
LAPORAN AKHIR VI - 39
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
oleh wilayah perbatasan. Lebih khusus lagi, pengembangan kawasan perbatasan ini akan
ditekankan pada tiga aspek utama sebagaimana ciri‐ciri kawasan perbatasan, yaitu:
Penetapan batas wilayah negara (demarkasi dan delimitasi) dilakukan untuk menjaga
keutuhan dan kedaulatan wilayah negara. Upaya ini membutuhkan dukungan, seperti
survei dan pemetaan wilayah perbatasan, penamaan (toponim) pulau, border diplomacy,
hingga pengakuan Perserikatan Bangsa‐Bangsa (PBB). Pada dasarnya penetapan
batas negara harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan bilateral atau multilateral dan
bukan bersifat unilateral.
Beberapa permasalahan umum yang terkait dengan isu demarkasi dan delimitasi batas :
1) Belum terselesaikannya kesepakatan beberapa segmen garis batas dengan negara
tetangga baik batas darat maupun batas laut.
2) Belum adanya peraturan perundang‐undangan yang menjadi payung bagi
penetapan batas wilayah negara secara menyeluruh.
3) Pulau‐pulau kecil terluar belum terkelola dengan baik
Wilayah perbatasan, termasuk pulau‐pulau kecil terluar memiliki potensi sumber daya
alam yang cukup besar, serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan
dan keamanan negara. Namun demikian, pembangunan di beberapa wilayah perbatasan
masih tertinggal dibandingkan dengan pembangunan di wilayah negara tetangga,
terutama wilayah kita ambil contoh yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura. Hal
ini menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah
perbatasan dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara tetangga.
LAPORAN AKHIR VI - 40
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Kondisi perbatasan di Indonesia yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik antara
kawasan perbatasan kontinen dan laut, maupun antar perbatasan di wilayah daratnya
sendiri, sehingga masing-masing memerlukan kebijakan khusus dan strategi serta
pendekatan yang berbeda. Namun demikian diperlukan suatu kebijakan dasar yang dapat
LAPORAN AKHIR VI - 41
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
dijadikan sebagai payung seluruh kebijakan dan strategi yang berlaku secara nasional
untuk seluruh kawasan perbatasan.
Secara umum dalam pengembangan kawasan perbatasan diperlukan suatu pola atau
kerangka penanganan kawasan perbatasan yang menyeluruh (holistic), meliputi berbagai
sektor dan kegiatan pembangunan, serta koordinasi dan kerjasama yang efektif mulai dari
Pemerintah Pusat sampai ke tingkat Kabupaten/Kota. Pola penanganan tersebut dapat
dijabarkan melalui penyusunan kebijakan dari tingkat makro sampai tingkat mikro dan
disusun berdasarkan proses partisipatif, baik secara horisontal di pusat maupun vertikal
dengan pemerintah daerah. Sedangkan jangkauan pelaksanaannya bersifat strategis
sampai dengan operasional.
Adapun kebijakan umum pengembangan kawasan perbatasan antarnegara terdiri dari
tujuh kebijakan, yakni:
1. Menata batas kontinen dan maritim perbatasan antarnegara dalam rangka menjaga
dan mempertahankan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Memberi perhatian lebih besar kepada kawasan perbatasan sebagai ‘halaman depan’
negara dan pintu gerbang internasional bagi kawasan Asia dan Pasifik.
3. Mengembangkan kawasan perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan secara serasi.
4. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kecamatan-kecamatan yang
berbatasan langsung secara selektif dan bertahap sesuai prioritas dan kebutuhan.
5. Meningkatkan perlindungan sumberdaya alam hutan tropis dan kawasan konservasi,
serta mengembangkan kawasan budidaya secara produktif bagi kesejahteraan
masyarakat lokal.
6. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) melalui pembangunan di bidang
pendidikan, kesehatan, perhubungan dan informasi.
7. Meningkatkan kerjasama pembangunan di bidang sosial, budaya, keamanan dan
ekonomi dengan negara-negara tetangga.
Kebijakan pengembangan kawasan perbatasan, baik darat dan laut, perlu dijabarkan ke
dalam strategi umum yang dilaksanakan melalui upaya-upaya: (1) penyelarasan kegiatan-
kegiatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui anggaran pembangunan
sektoral dan daerah, yang diarahkan bagi pengembangan kawasan pertumbuhan, dan
pengembangan wilayah terpadu kawasan perbatasan; (2) pembentukan lembaga
pengembangan kawasan perbatasan nasional yang bertugas menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan berbagai kegiatan pengembangan kawasan perbatasan di tingkat
pusat; (3) keberpihakan dan perhatian yang lebih besar kepada sektor-sektor di pusat
terhadap kawasan perbatasan; dan (4) pemberian dukungan dan fasilitasi pengembangan
kawasan perbatasan oleh instansi pusat dan pihak investor dalam maupun luar negeri.
Sedangkan strategi umum pengembangan kawasan perbatasan tersebut adalah:
1. Penetapan garis batas antar Negara
2. Peningkatan sarana dan prasarana perbatasan melalui pembangunan pos-pos lintas
batas beserta fasilitas bea cukai, imigrasi, karantina dan keamanan, serta sarana dan
prasarana fisik lainnya.
LAPORAN AKHIR VI - 42
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Di kawasan perbatasan NTT dan Timor Leste kebijakan pengembangan kawasan di sana
adalah sebagai berikut : (1) meningkatkan dan mempertahankan keamanan;
(2) menyediakan sarana dan prasarana perbatasan sosial dan budaya bagi peningkatan
hubungan sosial budaya kedua negara; (3) meningkatkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat; dan (4) meningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana dasar bagi masyarakat pengungsi dan lokal.
Sedangkan strategi pengembangan kawasannya, yaitu: (1) pemberdayaan masyarakat
perbatasan; (2) pengelolaan kelembagaan perbatasan; dan (3) pengelolaan sistem
pertahanan dan keamanan.
4.2.8. Kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan Maritim
LAPORAN AKHIR VI - 43
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 44
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 45
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 46
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 47
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Kegiatan lintas batas yang sering terjadi adalah lintas batas tradisional melalui jalan
masuk yang dahulu pernah digunakan sebagai jalan biasa sewaktu Timor Leste masih
menjadi salah satu Provinsi Indonesia, seperti yang ada di perbatasan antara Kabupaten
TTU (Provinsi NTT) dan Oekussi (Timor Leste). Untuk memfasilitasi warganya di Oekussi
mengunjungi wilayah Timor Leste lainnya, Pemerintah Timor Leste mengusulkan adanya
ijin bagi warga Oekussi untuk menggunakan prasarana jalan dari Oekussi ke wilayah
utama Timor Leste. Namun usulan ini masih belum ditanggapi oleh pihak Republik
Indonesia Potensi sumberdaya alam yang tersedia di wilayah perbatasan NTT pada
umumnya tidak terlalu besar, mengingat kondisi lahan di sepanjang perbatasan tergolong
kurang baik bagi pengembangan pertanian, sedangkan hutan di sepanjang perbatasan
bukan merupakan hutan produksi atau konversi serta hutan lindung atau taman nasional
yang perlu dilindungi.
Kondisi masyarakat di sepanjang perbatasan umumnya miskin dengan tingkat
kesejahteraan yang rendah dan tinggal di wilayah terisolir. Sumber mata pencaharian
utama masyarakat di wilayah perbatasan adalah kegiatan pertanian lahan kering yang
sangat tergantung pada hujan. Kondisi masyarakat di wilayah Indonesia ini saat ini pada
umumnya bahkan masih relatif lebih baik dari masyarakat Timor Leste yang tinggal di
sekitar perbatasan. Dengan demikian, wilayah perbatasan di NTT khususnya di lima
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Timor Leste maupun daerah NTT secara
keseluruhan perlu diperhatikan secara khusus karena dikhawatirkan akan terjadi
kesenjangan yang cukup tajam antara masyarakat NTT di perbatasan dengan
masyarakat Timor Leste, khususnya penduduk Belu yang sebagian besar masih miskin.
4.4.1. Potensi Pengembangan Investasi di Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara
Timur
Kawasan perbatasan di Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di Kabupaten Kupang, Alor,
Belu dan Timor Tengah Utara dengan Negara Timor Leste serta Rote Ndao yang
berbatasan dengan Negara Australia serta terdapat 5 kabupaten prioritas di kawasan
perbatasan, 5 pulau terluar dimana 2 diantaranya rawan dari sisi HANKAM (Pulau Batek
dan Pulau Dana). Potensi sumber daya alam yang tersedia dikawasan perbatasan NTT
pada umumnya tidak terlalu besar, mengingat kondisi lahan di sepanjang perbatasan
tergolong kurang baik bagi pengembangan pertanian. Sedangkan hutan di sepanjang
perbatasan bukan merupakan hutan produksi atau konversi serta hutan lindung atau
taman nasional yang perlu dilindungi.
Potensi unggulan sektoral di NTT yang berpeluang untuk dikembangkan dan
mendapatkan investasi lebih difokuskan dan diarahkan pada sector:
1. Sektor pertanian tanaman pangan dengan konsentrasi untuk tanaman jagung untuk
bahan baku tanaman ternak.
2. Sector kelautan dengan konsenterasi pada cabang usaha budidaya rumput laut.
3. Sector peternakan dengan konsentrasi pada cabang usaha
- Pembesaran ternak ruminansia besar dan sedang seperti sapi, kerbau dan kuda;
- Pemuliaan ternak seperti sapi unggulan lokal dan impor;
4. Sektor indutsri dengan konsenterasi pada cabang usaha industry pembuatan pakan
ternak.
LAPORAN AKHIR VI - 48
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
V.
K
KOON
NSSEEPPD
DA ANNAARRAAHHA
ANNPPO
OLLA
ARRUUA
ANNG
GKKA
AWWA
ASSA
ANN
ST RA T EG I S W IL A YA H P
STRATEGIS WILAYAH PERBATASANE RBA TA SA N
LAPORAN AKHIR VI - 49
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Strategi :
1. Memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan kelestarian hutan
untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup;
2. Meningkatkan kualitas kawasan yang memberi perlindungan di bawahnya berupa
kawasan resapan air untuk perlindungan fungsi lingkungan;
3. Memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam,
rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup serta penetapan kawasan lindung spiritual;
4. Memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam, pelestarian
alam, dan cagar budaya;
5. Menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan pengawasan
kegiatan perusakan lingkungan terutama pada kawasan yang berpotensi
menimbulkan bencana alam, serta pengendalian untuk kegiatan manusia secara
langsung;:
6. Memantapkan wilayah kawasan lindung geologi yang terdiri dari cagar alam geologi,
kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah disertai dengan pemantapan zonasi di kawasan dan wilayah
sekitarnya serta pemantapan pengelolaan kawasan secara partisipatif; dan
7. Memantapkan kawasan lindung lainnya sebagai penunjang usaha pelestarian alam.
Kebijakan 2 :
Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem agropolitan
serta minapolitan berbasis perikanan dan ekowisata dan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Strategi:
1. Mengembangkan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan produktivitas lahan
dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan;
2. Menetapkan dan pengembangan kawasan hutan rakyat dalam mendukung
penyediaan hutan oleh rakyat;
3. Mengamankan lahan pertanian berkelanjutan dan menjaga suplai pangan nasional
dan mengembangkan komoditas-komoditas unggul hortikultura di setiap wilayah;
4. Mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan di setiap wilayah, yang
didukung dengan upaya pengolahan hasil perkebunan dengan teknologi tepat guna
serta peningkatan partisipasi masyarakat;
5. Meningkatkan produk dan nilai tambah perikanan baik ikan tangkap dan budidaya
melalui sentra pengolah hasil ikan;
6. Mengembangkan kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang ramah
lingkungan;
7. Meningkatkan pengembangan pariwisata berbasis ekowisata dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan, pelestarian budaya leluhur dan melibatkan
peran serta masyarakat; dan
8. Meningkatkan kawasan permukiman perkotaan secara sinergis dengan permukiman
perdesaan.
Kebijakan 3 :
Pengembangan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial di Kabupaten Rote Ndao
sebagai kawasan perikanan, kawasan wisata dan sebagai kawasan suaka margasatwa.
LAPORAN AKHIR VI - 50
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Strategi :
1. Menentukan zoning tata ruang di dalam kawasan pesisir dan laut yang potensial
untuk dikembangkan;
2. Melestarikan pada kawasan penunjang ekosistem pesisir baik sebagai kawasan
hutan mangrove, terumbu karang, sea grass, dan estuaria sebagai satu kesatuan
ekosistem yang terpadu di bagian darat maupun laut;
3. Memantapkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam
mengembangkan dan memelihara ekosistem pesisir;
4. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan
terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan yang
ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan; dan
5. Mengembangkan kegiatan pariwisata, penelitian dan potensi perikanan dengan tidak
mengganggu fungsi lindung.
Kebijakan 4 :
Mempertahankan fungsi dan peran kawasan pertahanan dan keamanan di Rote Barat
Daya dan Pulau Ndana, Kabupaten Rote Ndao
Strategi :
1. Mendukung penetapan kawasan strategis Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan
dan Keamanan;
2. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukkannya;
3. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan yang mempunyai fungsi khusus pertahanan dan kemanan sebagai
zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan budidaya terbangun;
4. Menetapkan jarak bebas aman kawasan khusus militer dengan guna lahan lainnya
terutama permukiman;
5. Memberikan hak pengelolaan kepada masyarakat atau pemerintah berdasarkan
kerjasama, harus sesuai ketentuan yang disepakati sehingga menguntungkan kedua
belah pihak;
6. Mengendalikan kawasan sekitar kawasan militer secara ketat; dan
7. Menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai
sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.
Penetapan kawasan lindung di Kabupaten Rote Ndao pada dasarnya merupakan
penetapan fungsi kawasan agar wilayah yang seharusnya dilindungi dan memiliki fungsi
perlindungan dapat dipertahankan, untuk mempertahankan ekosistem sebagai kawasan
perlindungan sekitarnya. Kawasan yang menjadi kawasan lindung adalah :
1. Kawasan Hutan Lindung
2. Kawasan perlindungan bawahannya, meliputi : kawasan resapan air dan kawasan
bergambut.
LAPORAN AKHIR VI - 51
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
3. Kawasan perlindungan setempat, yang meliputi : kawasan sekitar mata air, sempadan
sungai, sekitar waduk/telaga, kawasan sekitar rawa dan sempadan sungai.
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi : kawasan suaka
alam, suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan margasatwa laut,
cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan
taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam
laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
5. Kawasan Rawan Bencana Alam.
Hasil inventarisasi dari dinas perhutani, Kawasan hutan lindung di Kabupaten Rote
Ndao yaitu seluas 9469.25 ha atau 7.39 % dari luas Kabupaten Rote Ndao yaitu yang
terdiri dari luas daratan 1.280,10 km2 dan luas lautan 2.376 km2, dimana lokasi hutan
lindung menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Rote Ndao yang diharapkan dapat
meningkatkan fungsi serapan air. Persebaran terbesar antara lain pada Kecamatan
Rote Timur, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Pantai
Baru.
Berbagai kerusakan telah terjadi pada hutan lindung di wilayah-wilayah tersebut
berupa :
• Alih fungsi hutan lindung menjadi kawasan pertanian.
• Sebagian besar areal kawasan telah mengalami degradasi, akibat penebangan
yang tidak terkontrol, dan usaha reboisasi yang belum berhasil dengan baik.
Akibatnya pada tahun 2010 luas lahan dalam kawasan hutan di Kabupaten Rote
Ndao yang termasuk ke dalam kategori kritis adalah 33443 ha.
Kawasan perlindungan setempat yang ada di Kabupaten Rote Ndao terdiri dari
kawasan sempadan pantai dan kawasan sempadan sungai.
LAPORAN AKHIR VI - 52
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Kawasan suaka alam laut yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan flora
fauna dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi perkembangannya yang
berlangsung secara alami.
Potensi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Rote Ndao memiliki 102 buah pulau
kecil, terdiri dari 96 buah pulau tidak berpenghuni dan 6 buah pulau berpenghuni.
Disamping itu memiliki kawasan ekosistim terumbu karang seluas 714 Ha, vegetasi
mangrove 1.232 Ha, padang lamun 1.429,6 Ha dan termasuk dalam Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu (Zona 3) seluas 2.953.964,37 Ha,
dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu ditetapkan sebagai
kawasan suaka alam laut.
LAPORAN AKHIR VI - 53
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
lindung untuk perairan laut adalah melindungi keberadaan hutan bakau dan
keberadaannya harus dilibatkan dengan reboisasi serta di sekitar pantai yang terdapat
budi daya perlu adanya penanaman mangrove untuk perlindungan budi daya air tawar
dan air payau. Luas kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Rote Ndao sebesar
7.157,23 Ha yang tersebar di seluruh wilayah pesisir Kecamatan di Kabupaten Rote
Ndao.
Taman wisata alam yaitu kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan
atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
pariwisata, dan rekreasi. Rencana pengelolaan kawasan taman wisata alam.
Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil
budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil
budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
Kawasan cagar budaya di Kabupaten Rote Ndao sekaligus merupakan kawasan
dengan fungsi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kawasan pelestarian cagar budaya
berupa rumah adat raja terdapat di Desa Oebafok, Kecamatan Rote Barat Daya.
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi :
a. rumah raja Rote di Kelurahan Namodale, Kecamatan Lobalain;
b. rumah raja Thie di Desa Oebaffok, Kecamatan Rote Barat Daya; dan
c. Wisata rohani di Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya.
LAPORAN AKHIR VI - 54
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
• Kecamatan Lobalain
• Kecamatan Rote Timur
LAPORAN AKHIR VI - 55
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Penetapan taman buru di Kabupaten Rote Ndao adalah Pulau Ndana yang
merupakan Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Ndana
dengan negara Australia) sekaligus sebagai bagian dari Pengembangan Pengelolaan
Kawasan Taman Buru Nasional dengan luas Pulau Ndana sebesar 1,562.50 Ha.
Adapun kriteria taman buru adalah :
1. Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara
alamiah maupun buatan manusia;
2. Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat
pusat-pusat permukiman penduduk;
3. Mengandung satwa baru yang dapat dikembangbiakkan sehingga memungkinkan
perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olah raga dan
kelestarian satwa;
4. Mempunyai luas yang cukup dan lapangan yang tidak membahayakan.
Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
membudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya terdiri dari:
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan berupa kayu dan non kayu (Rimba, Campuran, Kayu Jati,
Kayu Kula, Kayu Merah, Kayu Cendana, Kayu Mahoni, Tuak/Kelap dan hasil hutan
lainnya).
Kawasan hutan produksi juga memiliki fungsi perlindungan sebagai daerah resapan
air, berarti bahwa kawasan ini tidak boleh dialih fungsikan untuk kegiatan lain, dan
harus dikendalikan secara ketat. Hutan produksi di Kabupaten Rote Ndao seluas 3686
ha atau 2.88% dari total luas Kabupaten Rote Ndao, terdapat di Kecamatan Barat Laut,
Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, dan
Kecamatan Pantai Baru.
Hutan produksi terbatas, ciri-ciri pokok kawasan hutan tetap terpelihara, pengolahan
hutan ini perlu mengindahkan prinsip-prinsip kelestariannya. Artinya kawasan hutan
LAPORAN AKHIR VI - 56
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
produksi terbatas tidak boleh dilakukan alih fungsi penggunaannya, ini disebabkan
hutan produksi terbatas di dasarkan atas kondisi fisik lahan yang masuk dalam
kategori kawasan konservasi.
Tabel 5.1
Luasan Hutan Rakyat pada Masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao
NO KECAMATAN LUAS (Ha)
Pertanian lahan basah adalah lahan yang sepanjang tahun dapat ditanami padi karena
cukup air yang bersumber dari air irigasi. Luas sawah irigasi di Kabupaten Rote Ndao
LAPORAN AKHIR VI - 57
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
sebesar 3672 Ha atau 3,11% dari luas total Kabupaten Rote Ndao. Kawasan
persawahan menyebar dari hulu hingga hilir di Kabupaten Rote Ndao namun dominan
terdapat di Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote Tengah, Pantai Baru
dan Rote Timur.
Pertanian lahan kering adalah lahan yang ketika musim hujan ditanami padi dan saat
musim kemarau ditanami padi gogo atau palawija seperti kacang hijau, kedelai, kacang
tanah, ubi kayu. Termasuk dalam pertanian lahan kering adalah peruntukan tegalan,
pekarangan, ladang dan lahan pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi atau
sawah tadah hujan. Luas lahan pertanian berupa pertanian tanah kering di Kabupaten
Rote Ndao sebesar 23851 Ha atau sebesar 18.63% dari luas total Kabupaten Rote
Ndao.
Luas kawasan perkebunan di Kabupaten Rote Ndao adalah 23757.75 Ha atau sekitar
18.56% dari total luas wilayah Kabupaten Rote Ndao. Komoditi perkebunan utamanya
adalah Kelapa, Kapuk, Jambu Mete dan Lontar.
Tabel 5.2
Potensi Perikanan Kabupaten Rote Ndao
Potensi
No Komoditas Unggulan Pusat kegiatan
Pengembangan
LAPORAN AKHIR VI - 58
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Tipe-tipe industri yang ada di Kabupaten Rote Ndao berupa sentra industri kecil dan
rumah tangga pengolahan produk pertanian dan pertambangan. Saat ini jumlah
industri kecil dan rumah tangga berjumlah 667 unit. Jenis industri yang berkembang
meliputi Makanan, Minuman dan Tembakau, industri Tekstil, Pakaian dan Kulit, industri
Kayu Bambu, Rotan, Rumput dan Sejenisnya termasuk Perabot Rumah Tangga,
industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Penerbitan, industri Barang
Galian Bukan Logam Kecuali Minyak Bumi dan Batubara, serta industri Barang Dari
Logam, Mesin dan Peralatan.
Dewasa ini pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut dalam rangka pengembangan
ekonomi nasional telah menempatkan wilayah ini pada posisi yang sangat strategis.
Kebutuhan sumber daya pesisir dan laut dalam negeri meningkat sejalan dengan
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk sehingga mengakibatkan tekanan terhadap
ruang pesisir semakin besar. Berbagai pembangunan sektoral, regional, swasta dan
masyarakat yang memanfaatkan kawasan pesisir seperti sumberdaya perikanan, lokasi
resort, wisata, pertambangan lepas pantai, pelabuhan laut, industri dan reklamasi kota
pantai serta pangkalan militer. Ditambah lagi dengan adanya salah tafsir tentang persepsi
otonomi daerah, dengan anggapan bahwa otonomi daerah semata–mata berorientasi
pada upaya peningkatan PAD. Hal ini menimbulkan persoalan pembangunan wilayah
darat dan wilayah laut, khususnya kawasan pesisir perlu perencanaan dan pengendalian
kelestarian ekosistem. Bila dilihat kondisi yang ada banyak terjadi penyimpangan
pemanfaatan tetapi banyak juga sumberdaya potensial yang belum dioptimalkan dan
sebagian lagi bahkan belum dimanfaatkan.
Kompetisi dan tumpang tindih pengelolaan antara pihak-pihak yang berkepentingan telah
memicu konflik pemanfaatan ruang dan konflik kewenangan. Hal ini masih ditambah lagi
LAPORAN AKHIR VI - 59
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
dengan belum adanya pemanfaatan ruang laut dan pesisir yang mengalokasikan ruang
laut untuk kegiatan yang saling mendukung dan memisahkannya dari kegiatan yang bisa
merusak. Oleh sebab itu perlu diupayakan adanya suatu perencanaan/penataan ruang
wilayah pesisir dan laut yang bersifat terpadu dan berkelanjutan.
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan memiliki wilayah daratan dan wilayah laut
sejauh 12 (dua belas mil laut), diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah kewenangan provinsi untuk
kabupaten/kota. Kewenangan daerah terhadap sumberdaya pesisir dan lautan meliputi
kewenangan dalam:
• Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut.
• Pengaturan kepentingan administratif.
• Pengaturan tata ruang.
• Penegakan hukum yang menjadi wewenangnya.
Pulau kecil adalah pulau yang berukuran kecil yang secara ekologis terpisah dari pulau
induknya (mainland) dan memiliki batas yang pasti, terisolasi dari habitat lain, sehingga
mempunyai sifat insuler. Keterisolasian suatu pulau akan menambah keanekaragaman
organisme yang hidup dan dapat membentuk kehidupan yang unik di pulau tersebut.
Potensi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Rote Ndao memiliki 102 buah pulau
kecil, terdiri dari 96 buah pulau tidak berpenghuni dan 6 buah pulau berpenghuni.
Disamping itu memiliki kawasan ekosistim terumbu karang seluas 714 Ha, vegetasi
mangrove 1.232 Ha, padang lamun 1.429,6 Ha dan termasuk dalam Kawasan Konservasi
Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu (Zona 3) seluas 2.953.964,37 Ha.
Pulau-pulau kecil pada umumnya memiliki potensi sumberdaya alam daratan (terestrial)
yang sangat terbatas, tetapi sebaliknya memiliki potensi sumberdaya kelautan yang cukup
besar, dimana potesi perikanan di pulau-pulau kecil didukung oleh adanya ekosistem
seperti terumbu karang, padang lamun (seagras) dan mangrove yang perlu dilestarikan.
Maka arahan pelestarian ekosistem kelautan adalah sebagai berikut:
Hutan Mangrove/Bakau
Menjaga kelangsungan pola-pola alamiah, skema aktivitas siklus pasang surut serta
limpasan air tawar. Untuk struktur pesisir dan pola pengembangan yang berpotensi
mengubah pola-pola alami tersebut, harus didesign untuk menjamin bahwa pola tersebut
tetap terpelihara dengan cara:
• Memelihara pola-pola temporal dan spasial alami dari salinitas air permukaan dan
air tanah. Pengurangan air tawar akibat perubahan aliran, pengambilan atau
pemompaan air tanah seharusnya tidak dilakukan apabila menganggu
keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir.
• Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah erosi dan
sedimentasi.
• Menjaga batas maksimum untuk seluruh hasil panen yang dapat diproduksi.
• Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena tumpukan minyak dan bahan
beracun lainnya harus memiliki rencana-rencana penanggulangan.
• Mengembangkan ekosistem hutan mangrove terjadi mekanisme hubungan antara
ekosistem mangrove dengan jenis-jenis ekosistem lainnya seperti padang lamun
dan terumbu karang.
LAPORAN AKHIR VI - 60
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Padang Lamun
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, dijelaskan bahwa kawasan
strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Berlandaskan definisi diatas berikut akan ditetapkan
kawasan strategis di Kabupaten Rote Ndao.
LAPORAN AKHIR VI - 61
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Kawasan strategis pertahanan dan keamanan yang ada di Kabupaten Rote Ndao adalah
berupa kawasan militer sebagai pangkalan angkatan laut di Pulau Ndana, yang
pengelolaannya tidak berada di bawah kewenangan Kabupaten Rote Ndao.
Selanjutnya dalam pola ruang wilayah Kabupaten Rote Ndao, kawasan ini juga dapat
disebut sebagai kawasan khusus, karena memiliki karakter dan perlakuan bersifat
khusus/spesifik. Sifat khusus tersebut terkait dengan adanya kebutuhan untuk menjaga
kerahasiaan sebagian informasi untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
Kawasan strategis ini dapat berupa kawasan budidaya maupun kawasan lindung.
Kawasan strategis aspek sosial budaya yang merupakan kawasan budidaya dapat
berupa kawasan pusat perkantoran pemerintah, kawasan pusat sejarah keagamaan,
kawasan pusat kegiatan keagamaan, kawasan pariwisata (kawasan sejarah perkotaan,
wisata buatan unggulan), kawasan makam-makam bersejarah, serta kawasan lainnya
menurut kepentingan sosial budaya kabupaten; kawasan strategis aspek sosial budaya
yang merupakan kawasan lindung dapat berupa kawasan adat tertentu ataupun kawasan
konservasi budaya.
Adapun kawasan strategis bidang sosial budaya di Kabupaten Rote Ndao adalah
sebagai berikut:
Kelurahan Namodale, Kecamatan Lobalain terdapat rumah raja Rote
Desa Oebafok, Kecamatan Rote Barat Daya terdapat rumah raja Thie
Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya terdapat wisata rohani
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
antara lain adalah kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk
kawasan yang diakui sebagai warisan dunia, adapun kawasan pelindung dan pelestarian
lingkungan hidup adalah :
LAPORAN AKHIR VI - 62
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
• suaka margasatwa Pulau Ndana yang merupakan habitat rusa sebagai salah satu
hewan endemik di wilayah perencanaan.
• Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu (Zona 3) seluas
2.953.964,37 Ha, ditetapkan sebagai kawasan suaka alam laut yang memiliki
kawasan ekosistim terumbu karang seluas 714 Ha, vegetasi mangrove 1.232 Ha,
padang lamun 1.429,6 Ha
• Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Rote Ndao sebesar 7.157,23 Ha yang
tersebar di seluruh wilayah pesisir Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao
• Taman Wisata Alam dan taman wisata alam laut di Kabupaten Rote Ndao yang terdiri
dari Pulau Ndana, Pantai Nemberala, Pantai Bo’a, Batu Termanu, Pantai Leli, dan
Pulau Do’o, Pantai Mulut Seribu, Pemandian Oemau, Pantai Vei, Pantai Tesabela,
Pantai Tongga, Pantai Oeseli, HUS Ndeo & Danau Oendui.
Secara administrasi dan Strategis wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Belu serta Distrik Ambenu
(Negara Timor Leste). Dalam Struktur wilayah di daratan P. Timor, Kabupaten Timor
Tengah Utara memiliki Posisi Strategis secara jangkauan sehingga peluang
LAPORAN AKHIR VI - 63
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
perkembangan yang ada dari kebijakan Provinsi Nusa Tenggara Timur cukup besar dan
diikuti oleh keberadaan Kabupaten Belu dan Timor Tengah Selatan serta Distrik Ambenu
dapat menjadi market maupun demand dari produk-produk domestik kabupaten Timor
Tengah Utara.
Tinjauan keterkaitan antara wilayah dalam konstelasi dengan perbatasan antar kabupaten
dapat diuraian secara rinci berdasarkan sektor yang dikembangkan antara lain:
Kebijakan wilayah untuk penggunaan lahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan
Kabupaten Belu terutama terkait dengan Kawasan Lindung dan Perlindungan sehingga
tercipta keselarasan Fungsi Penggunaan Lahan dan dapat mengendalikan bahaya-
bahaya bencana alam.
Untuk Kabupaten Timor Tengah Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Timor Tengah Selatan, wilayah yang perlu dilindungi sehingga tercipta keserasian dan
keberlanjutan ekosistem adalah Cagar alam Mutis Timau. Cagar Alam Mutis Timau
merupakan kawasan mata air yang mengalir ke Kabupaten Timor Tengah Selatan dan
Timor Tengah Utara.
Sedangkan untuk perlindungan lain adalah perlindungan sungai dan daerah rawan
bencana banjir dan longsor.
Kawasan Budidaya
Untuk pengembangan lahan, Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara secara regional
disiapkan untuk pengembangan lahan basah. Kawasan yang dipilih untuk
pengembangan Kawasan Lahan basah yaitu yang berbatasan dengan Kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Belu.
Sementara untuk pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut masuk dalam SWPLT-
Selat Ombai dengan Sub Pusat Atapupu yaitu untuk wilayah Kabupaten Timor Tengah
Utara (Pantai Utara) dengan potensi kegiatan utama perikanan, pariwisata Bahari dan
Jasa Kelautan.
Pengembangan Ekonomi Wilayah
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Timor Tengah Utara terkait Pengembangan
Ekonomi Wilayah sangat dipengaruhi oleh wilayah-wilayah yang ada diperbatasannya.
Wilayah tersebut memberikan kontribusi perkembangan. Wilayah Kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS) dan Belu merupakan wilayah penghasil tanaman pangan
sehingga sumbangsih Kabupaten Sekitar untuk mensupply hasil pertanian sangat
penting. Seperti bahasan sebelumnya tentang Fungsi Penggunaan Lahan bahwa
wilayah sekitar Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan lahan pertanian dan sebagai
pensupply beras untuk Kabupaten Timor Tengah Utara.
Arahan Pengembangan Transportasi
Untuk mendukung perkembangan kegiatan Ekonomi maka perlu Prasarana Penunjang
Pengembangan Ekonomi, Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan wilayah
perlintasan antara Barat ke Timur dari P. Timor. Jalur tersebut menghubungkan antara
Kupang – TTS - TTU – Belu. Untuk Menghubungkan Jalur Kupang – TTS – TTU – Belu
tersedia Jalan Nasional dengan Kualitas yang Baik. Perkembangan kegiatan ekonomi
LAPORAN AKHIR VI - 64
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
wilayah dapat menguntungkan wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai Kota
perlintasan. Arus Aliran Barang dan Orang yang bergerak cukup besar sehingga
perkembangan Kabupaten Timor Tengah Utara untuk pelayanan ke Kabupaten TTS
dan Kabupaten Belu dapat ditunjang oleh kelengkapan fasilitas yang dimiliki.
Untuk Sarana Transportasi yang dapat mengakses Kabupaten Timor Tengah Utara,
melalui jalan darat terlintasi Jalan Nasional untuk jalur Kupang – TTS – TTU – Belu.
Untuk Jalur Udara Akses Kabupaten Timor Tengah Utara melalui El Tari Kupang dan
Haliwen Atambua.
Sedangkan untuk Jalur Akses Laut, Selain dilayani oleh Pelabuhan Tenau Kupang juga
oleh Pelabuhan Atapupu Belu, dan untuk Layanan lokal Pelabuhan Wini dapat
difungsikan untuk pelayanan laut.
Pengembangan transportasi diarahkan untuk memperluas jaringan jalan dan
peningkatan mutu pelayanan jalan daerah maupun memperluas jaringan perhubungan
laut (pelabuhan Wini). Sehingga interaksi dari kota Kefamenanu ke desa-desa
perbatasan dapat diintensifkan.
Sistem transportasi sebagai unsur pengembangan wilayah, hendaknya ditujukan tidak
saja untuk menjembatani kegiatan koleksi-distribusi barang, tetapi juga sebagai
investasi publik untuk melayani interaksi sosial dan pelayanan masyarakat.
Pengembangan sistem transportasi di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara untuk
membuka daerah-derah terisolasi dibagian selatan, utara, barat, tengah dan timur,
melalui pembukaan jalan baru maupun peningkatan jalan yang sudah ada serta
pembangunan terminal regional dan terminal lokal.
LAPORAN AKHIR VI - 65
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Sebagai pusat pemasaran dan bea cukai sekaligus merupakan pusat koleksi
dan distribusi bagi desa-desa (wilayah) sekitarnya
Berperan penting dalam pengkaitan kawasan regional dan nasional serta
kawasan wilayah internasional, yakni dalam rangka komersialisasi pertanian,
penyebaran jasa percukaian. Sehingga untuk menunjang peran tersebut,
dibutuhkan fasilitas bea cukai, pelayanan lintas batas, perbankan, industri kecil
(agroindustri), pertukangan serta fasilitas sosial ekonomi budaya dan lapangan
kerja non pertanian yang berfungsi menunjang wilayah belakang.
Memberikan fasilitas dan pelayanan kebutuhan dasar untuk rumah tangga
(berupa fasilitas sosial, ekonomi dan budaya) serta fasilitas dan pelayanan
penunjang kegiatan pertanian.
Penyedia fasilitas dan pelayanan untuk merangsang tumbuhnya industri kecil
(agroindustri) serta produktivitas pertanian. Sehingga untuk menunjang peran
tersebut, sangat dibutuhkan upaya pengembangan fasilitas perekonomian
seperti pasar dan koperasi.
A. Kawasan Lindung
Lokasi penentuan kawasan lindung yang memiliki kemiringan lereng
>40%
Lokasi kawasan perlindungan setempat teridentifikasi antara lain
sempadan pantai dan sempadan sungai.
B. Kawasan Lingkungan Rawan Non Lindung
D. Kawasan Permukiman
Pada umumnya kondisi alam kawasan perbatasan cukup curam maka
perkembangan permukiman akan bersifat linier mengikuti kondisi jaringan
jalan. Kawasan yang boleh dikembangan untuk permukiman setelah 1 km
dari buffer zone sesuai aturan Undang-Undang.
LAPORAN AKHIR VI - 66
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 67
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 68
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 69
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 70
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 71
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 72
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 73
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 74
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 75
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
10. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
11. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan
dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak
sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana
kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan;
12. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
dan
13. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang
terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.
Tabel 5.3
Luasan Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Belu
LAPORAN AKHIR VI - 76
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 77
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Di Kabupaten Belu, kawasan cagar alam adalah Cagar Alam Maubesi seluas
3.246 Ha yang terletak di Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat,
dan Kecamatan Kobalima.
Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Belu direncanakan di bagian pantai
utara dan selatan yang memiliki hutan bakau yang terdapat di kecamatan Malaka
Tengah seluas 3.125 Ha, Kecamatan Kobalima seluas 3.246 Ha, Kecamatan
Malaka Barat seluas 2.042,3 Ha, Kecamatan Tasifeto Timur seluas 226 Ha dan
kecamatan Kakuluk Mesak seluas 553,7 Ha.
LAPORAN AKHIR VI - 78
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Kawasan hutan produksi Kabupaten Belu dan Malaka secara keseluruhan adalah
seluas 4.328,94 Ha atau 1,93 % dari luas wilayah Kabupaten Belu secara
keseluruhan. Adapun distribusi hutan produksi terbatas diarahkan di Kecamatan
Sasitamean, Kecamatan Laenmanen dan Kecamatan Io Kufeu dengan luasan
kurang lebih 155,88 Ha; kawasan hutan produksi tetap diarahkan di Kecamatan
Tasifeto Barat dengan luasan kurang lebih 199,51 Ha dan Kecamatan Rinhat
dengan luasan kurang lebih 2.241,97 Ha; dan kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi diarahkan di Kecamatan Laenmanen dengan luasan kurang lebih 1.140
Ha.
Luasan kawasan pertanian lahan basah (tanaman pangan) Kabupaten Belu
adalah 31.946 Ha (0,13 % dari luas Kabupaten Belu), dimana terletak di Daerah
Irigasi Malaka, Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan
Malaka Barat, Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto
Timur, Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen. Selain lahan pertanian lahan
basah yang telah ada, direncanakan pula kawasan pertanian lahan basah di sekitar
daearah irigasi malaka seluas 10.000 Ha yang terdapat di Kecamatan Malaka Barat,
Malaka Tengah, dan Kobalima.
Kawasan pertanian lahan kering yang ada di Kabupaten Belu dan Malaka memiliki
luasan 56.436 Ha dari luas Kabupaten Belu keseluruhan dimana daerah lahan
kering/tegalan diarahkan di seluruh kecamatan dekat dengan permukiman
penduduk dan pada lereng permukaan lahan yang relatif landai. Areal tanam padi
ladang ini juga terdapat di beberapa kecamatan yaitu: Malaka Barat, Malaka
Tengah, Kobalima, Tasifeto Barat, Tasifeto Timur, Raimanuk dan Lamaknen. Untuk
jagung baboto terdapat di Kecamatan Malaka Timur.
Kawasan hortikultura yang ada di Kabupaten Belu terdiri dari tanaman buah-buahan
dan sayur-sayuran. Adapun perinciannya dapat dilihat di bawah ini:
Buah-buahan:
• Advokat terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Malaka Tengah,
Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Kobalima, Tasifeto Timur,
Raihat, Lamaknen, Lamaknen Selatan dan Lasiolat.
• Belimbing terdapat di Kecamatan Kobalima, Kota Atambua, Tasifeto
Timur, Raihat.
• Jeruk Keprok Soe terdapat di Henes dan Lakmaras Kecamatan
Lamaknen dan Kecamatan Lamaknen Selatan.
• Jeruk Besar terdapat di Kecamatan Rinhat, Wewiku, Weliman, Sasita
Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat,
Kota Atambua, Raihat.
• Jambu Biji terdapat di seluruh wilayah di Kabupaten Belu.
• Jambu Air terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Weliman, Malaka
Tengah, Tasifeto Barat, Kota Atambua, Raihat.
• Mangga harummanis terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat,
Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur,
Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota
Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lamaknen.
LAPORAN AKHIR VI - 79
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Sayur-sayuran:
• Bawang Merah terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah,
Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto
Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat,
Lamaknen dan Lamaknen Selatan.
• Bawang Putih terdapat di Kecamatan Malaka Tengah, Malaka Timur,
Raimanuk, Kobalima, Raihat, Lasiolat, Lamaknen dan Lamaknen Selatan.
• Kentang terdapat di Kecamatan Lamaknen dan Lamaknen Selatan.
• Kubis terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Belu.
• Petsai/Sawi terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.
• Wortel terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Belu.
• Kacang Panjang terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.
• Cabe Besar terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.
• Cabe Rawit terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.
• Tomat terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Belu.
• Terung terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima,
Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat,
Lasiolat.
• Kangkung terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.
LAPORAN AKHIR VI - 80
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 81
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Salah satu penunjang ekonomi Masyarakat Belu dan Malaka adalah ternak,
beberapa jenis ternak telah dibudidayakan oleh masyarakat secara turun
menurun. Adapun lokasi sebaran jenis yang telah dibudidayakan masyarakat
sebagai berikut :
• Ternak hewan besar (Kuda, Sapi, Kerbau) dan kecil (Kambing, Babi) terdapat di
Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah,
Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat,
Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen.
• Ternak unggas (Ayam Kampung dan Itik) terdapat di Kecamatan Malaka Barat,
Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur,
Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakulukmesak, Kota
Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen.
a. Hutan Lindung
b. Kawasan Resapan Air
c. Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan Sungai
2. Sempadan Pantai
d. Kawasan Rawan Bencana
1. Kawasan Berisiko Lonsor
2. Kawasan Berisiko Banjir
3. Kawasan Berisiko Tsunami
4. Kawasan Berisiko Gerakan Tanah (Gempa)
5. Kehadiran Sesar Aktif
6. Kawasan Berisiko Perusakan Lingkungan (Kebakaran Hutan)
Wilayah Kabupaten Alor termasuk dalam kawasan yang merupakan daerah rawan
bencana Tsunami, bencana Gempa dan bencana Longsor. Oleh karena itu
Rencana Tata Ruang Wilayah serta Konsep Kebijakan Wilayah setempat diarahkan
untuk mengantisipasi bencana-bencana tersebut.
LAPORAN AKHIR VI - 82
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 83
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 84
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 85
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 86
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 87
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 88
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 89
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
area, arsenal, daerah uji coba alut sista, kawasan industri sistem
pertahanan dan instalasi-instalasi militer
B. Strategi Penataan Ruang Kawasan Pertahanan, yang dilaksanakan
dengan dua pendekatan.
1. Strategi penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat dinamis
(daerah kegiatan militer dan daerah latihan militer), melalui pendekatan
kegiatan sehari-hari (day to day activity) dengan sasaran menyiapkan
ruang gelar penindakan/operasional militer untuk menghadapi
ancaman/gangguan nyata. Strategi ini disiapkan untuk jangka pendek
2-3 tahun dan dapat dirubah berdasarkan konteks strategis;
2. Strategi penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat statis,
melalui pendekatan geopolitik dan geostrategi, dengan sasaran
menyiapkan lokasi gelar kekuatan tetap dalam program pembangunan
jangka panjang 15- 20 tahun.
Kawasan Resapan Air di wilayah Kabupaten Alor, kawasan resapan air memiliki
luas sebesar ± 38.236,89 Ha yang terdapat hampir di semua wilayah Kecamatan,
yang meliputi Kecamatan Teluk Mutiara, Alor Barat Laut, Kabola, Alor Tengah Utara,
Mataru, Lembur, Alor Timur Laut, Alor Timur, Pureman, Alor Selatan, Alor Barat
Daya, Pantar, Pulau Pura, Pantar Timur, Pantar Tengah, Pantar Barat, dan Pantar
Barat Laut.
Kabupaten Alor pada saat ini terdapat kawasan lindung taman wisata alam, yaitu
Taman Wisata Alam Tuti Adagae di Desa Kamot Kecamatan Alor Timur Laut
dengan luas ± 6.186,10 Ha.
LAPORAN AKHIR VI - 90
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Kawasan Konservasi Laut adalah suatu wilayah perairan laut, termasuk pesisir dan
pulau-pulau kecil yang mencakup tumbuhan dan hewan di dalamnya, serta
termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial budayah di bawahnya, yang
dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif,baik dengan melindunmgi
seluruh atau sebagaian wilayah tersebut (UU No.5 /1990).
Target yang akan dicapai dalam Konservasi perairan di Kabupaten Alor adalah
Perlindungan Habitat ekosistem laut (Terumbu karang, Lamun dan Mangrove).
LAPORAN AKHIR VI - 91
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Tabel 5.5
Zona Inti Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Alor
JUMLAH 7,731.44
Sumber : RTRW Kabupaten Alor
Tabel 5.6
JUMLAH 7,446.35
LAPORAN AKHIR VI - 92
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Pertanian Tanaman Pangan lahan basah (PTLB) adalah lahan yang sepanjang
tahun dapat ditanami padi dan palawija karena cukup air yang bersumber dari air
irigasi. Luas sawah irigasi di Kabupaten Alor sebesar ± 1.936.15 Ha. Kawasan
persawahan tersebar di Kecamatan Alor Barat Daya, Alor Barat Laut, Alor Selatan,
Alor Tengah Utara, Alor Timur, Alor Timur Laut, Lembur, Pantar, Pantar Tengah,
Pantar Timur, dan Kecamatan Teluk Mutiara.
Pertanian Tanaman Pangan lahan kering (PTLK) adalah lahan yang ketika musim
hujan ditanami padi dan saat musim kemarau ditanami padi gogo atau palawija
seperti; kacang hijau, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Termasuk dalam
pertanian lahan kering adalah peruntukan tegalan, kebun campuran dan lahan
pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi atau sawah tadah hujan. Luas lahan
tanaman pangan pertanian kering di Kabupaten Alor ± 18.432.34 Ha atau sebesar
6,3 % yang tersebar di semua wilayah Kecamatan Kabupaten Alor.
Kawasan perkebunan di Kabupaten Alor adalah ± 106.170.60 Ha atau sekitar
36,20 % dari total luas wilayah Kabupaten Alor. Komoditi perkebunan utamanya
adalah kelapa, kemiri, kenari, jambu mente, yang tersebar di semua wilayah
kecamatan Kabupaten Alor.
Untuk rencana kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Alor dibagi menjadi
dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Untuk perikanan tangkap atau
perikanan laut mengacu kepada Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten
Alor yang akan dikembangkan sebagai berikut :
1. Zona Perikanan Berkelanjutan Perikanan Lokal (ZPB Lokal) dengan luas
± 238.215,93 Ha;
2. Zona Perikanan Berkelanjutan Perikanan Umum (ZPB Umum) dengan luas
± 129.580,18 Ha;
3. Pengembangan Pelabuhan Perikanan di Kalabahi di Kecamatan Teluk Mutiara;
4. Pengembangan kawasan perikanan di desa-desa pesisir;
5. Pengolahan hasil ikan pada setiap Kecamatan.
Sedangkan untuk Kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Alor lebih
dikembangkan kepada pengembangan budidaya air payau, Tambak dan
LAPORAN AKHIR VI - 93
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
pengembangan budidaya rumput laut, dimana luasan kawasan ini ± 328,32 Ha,
dimana penyebarannya di Kecamatan Alor Barat Laut, Alor Timur, Pantar Barat,
Pantar Tengah, dan Kecamatan Teluk Mutiara.
Tabel 5.7
Potensi dan Informasi Peluang Investasi Sektor Pertambangan
di Kabupaten Alor
1. Urat kwarsa, biji timah - Desa Wakapsir (Kec. Alor Barat Daya).
Desa Halerman (Kec. Alor Barat Daya).
2. Gypsum 800 Desa Sidabui (Kec. Alor Selatan), Desa
Pido (Kec. Alor Timur Laut), Desa
3. Emas - Wakapsir Timur (Kec. Alor Barat
Daya).
4. Residu minyak bumi - Desa Wakapsir (Kec. Alor Barat Daya),
Pantai Baolang (Kec. Pantar).
5. Barit dan emas - Desa Kunem (Kec. Alor Selatan), Desa
Bukit Mas (Kec. Pantar).
6. Pasir 3 warna - Desa Tude (Kec. Pantar Barat).
Maukuru (Kec. Alor Timur), Waisika
7. Batu Burik - dan Taramana (Kec. Alor Timur Laut).
8. Kaolin - Desa Aramaba (Kec. Pantar Barat).
Kabupaten Alor juga menyimpan berbagai Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
yang berbentuk wisata budaya. Beberapa diantaranya berbentuk perkampungan
tradisional, yaitu Perkampungan Tradisional Takpala di Kecamatan Alor Tengah
Utara, Monbang dan Aneinfar di Teluk Mutiara, Bampalola di Alor Barat Laut,
Matalafang di Kecamatan Alor Timur Laut dan Perkampungan Bukbar di Desa
Tribur, Kecamatan Alor Barat Daya.
Berbentuk kekayaan alam yang sifatnya alamiah. Sebagian diantaranya merupakan
pantai, pulau, gunung. Wisata alam yang berupa pantai antara lain : di Kecamatan
Teluk Mutiara terdapat Pantai Mali, Pantai Maimol dan Pantai Daere. Di Kecamatan
Alor Barat Laut terdapat Pantai Sebanjar. Di Alor Timur terdapat Pantai Dulibala,
sedangkan di Pantar Barat terdapat Pantai Diddi.
Selain pantai, di Kabupaten Alor juga terdapat potensi wisata alam air mancur, yaitu
di Desa Kamot, Kecamatan Alor Timur Laut. Wisata alam ini potensinya berupa
sumber air panas bumi dengan kandungan belerang, sehingga dapat dijadikan
LAPORAN AKHIR VI - 94
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 95
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 96
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 97
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR VI - 98
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
VI.
A
ARRA
AHHA
ANNP PE
ENNGGEENND
DAAL
LIIA
ANNPPEEMMAAN
NFFAAAATTA
ANN
R
RUUA
ANNG
GK KAAW
WA ASSAANNSST
TRRA
ATTE
EGGIIS
SW WIIL
LAAYYAAH
H
P
PEER
RBBA
ATTA
ASSA
ANN
Pemerintah daerah Provinsi/Kab/Kota harus melakukan pengendalian pemanfaatan ruang
di daerahnya. Berdasarkan Permen PU No. 15/PRT/M/2009 mengenai Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Provinsi, terdapat arahan pengendalian pemanfaatan
ruang Provinsi. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi adalah arahan
yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang terdiri dari indikasi arahan
peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif, serta
arahan pengenaan sanksi dalam rangka perwujutan rencana tata ruang wilayah
Provinsi.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi berfungsi untuk:
o Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah
Provinsi
o Menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan pemanfaatan ruang
o Menjaga keseimbangan dan peruntukan ruang
o Sebagai alat pengendalian pengembangan kawasan
o Mencegah dampak pembangunan yang merugikan
o Melindungi kepentingan umum
LAPORAN AKHIR VI - 99
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
1. Kawasan Hutan Kawasan hutan lindung 1) Pemanfaatan sbg 1) Bangunan penunjang/ Kegiatan pertambangan Seluruh kegiatan yang 1) Tidak mengurangi, mengubah
Lindung Lindung yang sudah ditetapkan kawasan prasarana kegiatan dapat dilakukan dengan dapat menyebabkan atau menghilangkan fungsi
bersifat mutlak untuk budidaya pemanfaatan hasil persetujuan Menteri perubahan bentang utamanya;
menjaga fungsi hidrologis, tanaman obat, hutan maksimum 2% Kehutanan dan dilarang dan merusak
sehingga tidak boleh tanaman hias, blok; pertambangan dengan keseimbangan unsur- 2) Mengubah bentang alam;
dikonversi atau diubah budidaya jamur, membuka lahan. unsur lingkungan 3) Tidak menimbulkan dampak
untuk kepentingan lain lebah, dsb); 2) Bangunan yang
diperlukan untuk negatif terhadap biofisik dan
yang merupakan fungsi sosial ekonomi;
hutan lindung 2) Pemanfaatan jasa menunjang fungsi
lingkungan hutan lindung dan 4) Tidak menggunakan peralatan
(pemanfaatan atau bangunan yang mekanis dan alat berat;
jasa aliran air, merupakan bagian
pemanfaatan air, dari suatu jaringan 5) Tidak membangun sarana dan
wisata alam, atau transmisi bagi prasarana yang mengubah
perlindungan kepentingan umum bentang alam;
keanekaragaman dan kegiatan wisata
hayati, dsb); lain yang 6) Merusak keseimbangan unsur-
keberadaannya telah unsur lingkungan.
3) Pemungutan hasil mendapat persetujuan
hutan bukan kayu Menteri Kehutanan,
(rotan, madu, misal: Pos pengamat
getah, buah, dsb). kebakaran, pos
penjagaan, papan
petunjuk/penerangan,
patok triangulasi,
tugu, tiang listrik,
serta jalan setapak
untuk pariwisata.
Sempadan 1) Kawasan 1) Kegiatan yang Pendirian bangunan Kegiatan perdagangan Semua jenis kegiatan
Pantai Permukiman : berkaitan dengan terbatas untuk mendukung dan jasa yang ramah yang dapat
kelautan, seperti kegiatan rekreasi dan lingkungan menurunkan luas, nilai
a) Bentuk pantai pelabuhan, wisata pantai serta ekologis dan estetika
landai dengan perikanan baik kegiatan kelautan kawasan
gelombang < 2 m, yang telah ada
lebar sempadan maupun yang
30 – 75 m; baru;
b) Kedalaman 3 – 20 4) Pemancangan
m, sempadan 15 tiang atau
m; pondasi
prasarana jalan/
c) Kedalaman > 20 jembatan baik
m, sempadan 30 umum maupun
m; kereta api;
5) Penyelenggaraan
kegiatan-
kegiatan yang
bersifat sosial
dan masyarakat
yang tidak
menimbulkan
dampak
merugikan bagi
kelestarian dan
keamanan fungsi
serta fisik sungai;
6) Pembangunan
prasarana lalu
intas air dan
bangunan
Kawasan Melestarikan hutan bakau Kegiatan pendidikan, Kegiatan perikanan Kegiatan yang
Hutan sebagai pembentuk penelitian dan wisata tambak harus dilengkapi mengurangi luas dan
Bakau ekosistem hutan bakau alam; dengan dokumen mencemari ekosistem
dan tempat lingkungan bakau
berkembangnya berbagai
biota laut disamping
sebagai pelindung pantai
dan pengikisan air laut
serta pelindung usaha
bididaya di belakangnya
5) Pendidikan; 3) Pembangunan
perumahan skala
6) Jasa dan besar diwajibkan
perkantoran; menyediakan lahan
pemakaman sesuai
7) Perdagangan peraturan daerah,
eceran; minimal 2% dari luas
Arahan perizinan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas :
1. Izin pemanfaatan ruang yang mengacu pada kewenangan Pemerintah Provinsi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Permendagri Nomor 147 tahun 2004
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah, antara lain meliputi :
o Pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur termasuk daerah
lintas kabupaten/ kota;
o Pemanfaatan ruang Kawasan Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur
berdasarkan RTRWP Nusa Tenggara Timur;
o Pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai arahan
indikasi peraturan zonasi untuk kawasan lindung provinsi dan kawasan budi
daya yang memiliki nilai strategis provinsi pada setiap pola ruang wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan untuk kawasan sekitar sistem jaringan
prasarana wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;
o Pemanfaatan penataan ruang perairan diluar 4 (empat) mil sampai 12 (dua
belas) mil dari garis pantai;
o Pemanfaatan investasi di kawasan strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
kawasan lintas kabupaten/kota bekerjasama dengan pemerintah daerah,
masyarakat dan dunia usaha.
2. Rekomendasi terhadap izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota pada kawasan strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur;
3. Pembatalan izin pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;
Proses pengurusan izin pemanfaatan ruang di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah :
a. Penertiban perizinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang terutama adalah
izin peruntukan penggunaan tanah dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus
didukung oleh rekomendasi dari instansi yang bertanggung jawab di bidang Tata
Kota, Instansi Pertanahan, Komisi AMDAL dan Manajemen Lalu Lintas dengan
melengkapi :
o Mengisi formulir permohonan;
o Fotocopy KTP;
o Fotocopy Akte Pendirian Perusahaan;
o NPWP/NPWPD;
o Fotocopy Surat Bukti Kewarganegaraan RI;
o Fotocopy Surat Izin Tetangga diketahui Lurah dan Camat;
o Fotocopy Bukti Penguasaan / Sertifikat;
o Fotocopy Tanda Lunas PBB;
o Proposal Rencana Usaha yang dimohonkan;
Arahan insentif adalah upaya atau perangkat untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong perwujudannya dalam
rencana tata ruang. Arahan ini disusun berdasarkan:
o Struktur dan pola ruang wilayah Provinsi dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis.
o Indikasi arahan peraturan zonasi Provinsi
o Peraturan perundangan sektor terkait lainnya.
o Sanksi Pidana;
o Sanksi Perdata.
SANKSI ADMINISTRATIF
Arahan sanksi administratif dapat disusun berdasarkan indikasi:
o Dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang
o Dampak pemberian jenis sanksi yang diberikan untuk pelanggar penataan ruang
o Tingkat kerugian publik yang dapat ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang
Sanksi administratif yang diberikan kepada pelanggar pemanfaatan ruang berupa:
o Peringatan tertulis
o Penghentian sementara kegiatan
o Penghentian sementara pelayanan umum
o Penutupan lokasi
o Pencabutan izin
o Pembatalan izin
o Pembongkaran bangunan
o Pemulihan Fungsi Ruang
o Denda Administratif