Nim : 15410026
Materi ke 11
DeFleur dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga
kerangka teoretis, yaitu perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial, dan
perspektif hubungan sosial.
Memandang manusia sebagai makluk individual yang memiliki kepribadian tidak sama
dengan individu yang lain. Setiap pola pikir, pola merasa, dan pola perilakunya sangat khas.
Setiap orang mempunyai potensi biologis, pengalaman belajar, dan lingkungan yang berbeda.
Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula.
Secara singkat, berbagai faktor akan memengaruhi reaksi orang terhadap media massa.
Faktor-faktor ini meliputi:
a. Organisasi personal-psikologis individu (potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan,
serta bidang pengalaman).
b. Kelompok-kelompok sosial di mana individu menjadi anggota.
c. Hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan
penyampaian informasi.
Memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Konflik itu
mungkin terjadi diantara beberapa kepercayaan yang dimiliknya, Dalam hubungan ini,
komunikasi massa mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangan
kestabilan psikologi individu. Akan tetapi, pada saat yang sama, karena individu mempunyai
kebebasan untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk
memenuhi kebutuhan akan konsistensi
b. Teori atribusi
Memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang
terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinnya. Komunikasi massa memberikan falidasi
atau pembenaran pada teori kita dengan penyajian realita yang disimplifikasikan, dan
didasarkan strereotrip.
c. Teori kategorisasi.
d. Teori objektifikasi
Memandang manusia sebagai makhluk yang pasif,yang tidak berpikir, yang selalu
mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep tertentu.
Misalnya seorang pegawai yang merasa tidak begitu bersalah ketika ia, menyelewengkan uang
kantor setelah mengetahui peristiwa korupsi besar-besaran yang dilakukan orang lain.
e. Teori otonomi
f. Teori stimulasi
Memandang manusia sebagai mahluk yang lapar stimuli, yang senantiasa mencari
pengalaman yang baru, dan selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya
pemikirannya. Komunikasi massa selalu menyajikan hal-hal baru yang aneh, yang spektakuler,
yang menjangkau pengalaman-pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu
sehari-hari.
g. Teori teleologis
Memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang
untuk memperoleh informasi yang berguna untuk keterampilan baru yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan hidup. Komunikasi massa dapat memberikan informasi, pegetahuan dan
keterampilan seperti – walaupun tidak sama- apa yang dapat diberikan oleh lembaga
pendidikaan.
b. Teori ekspesif
c. Teori ego-defensif
Beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri tertentu dan berusaha
untuk mempertahankan citra diri ini. Dari media massa kita meperoleh informasi untuk
membangun konsep diri kita, pandangan diri kita, dan pandangan kita tentang sifat sifat
masusia dan hubungan sosial.
d. Teori peneguhan
Memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara
yang membawanya pada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada masa lalu. Teori ini
beranggapan bahwa orang menggunakan media massa karena mendatangkan ganjaran berupa
informasi, hiburan, hubungan dengan orang lain, dan sebagainya.
e. Teori penonjolan (assertion)
Memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang
lain. Dalam hubungannya dengan gratifikasi media, banyak sarjana ilmu komunikasi yang
menekankan fungsi media massa dalam mengubungkan individu dengan individu lain.
g. Teori identifikasi
Melihat manusia sebagai pemamin peranan yang berusah memuaskan egonya yang
sekaligusmembangun konsep dirinya. Dalam hubungannya dengan komunikasi massa, media
massa yang menyajikan cerita fiktif dan faktual, mendorong orang-orang untuk memajukan
peranan yang diakui dan berdasarkan gaya tertentu.
Teori ini hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk
yang selalu mengembangkan kemampuan efektifnya.