Anda di halaman 1dari 16

PENCURIAN LISTRIK

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Perusahaan

Disusun Oleh :

Kelompok 1
Kelas LT–2D

Fauzan Nadjiv S S 3.39.17.0.10

Gusti Putra T A 3.39.17.0.11

Iklimadani S A 3.39.17.0.12

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Listrik adalah rangkaian fenomena fisika yang berhubungan


dengan kehadiran dan aliran muatan listrik menimbulkan berbagai macam
efek yang telah umum di ketahui, seperti petir, listrik statis, induksi
elektromagnetik dan arus listrik. Di Indonesia listrik diatur atau diurus
oleh sebuah badan usaha milik negara yang nama resminya adalah
PT.PLN (Persero). PLN ditetapkan sebagai perusahaan umum listrik
negara dan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan dengan tugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Listrik merupakan kebutuhan primer dalam menjalani aktifitas
kehidupan manusia. Dengan listrik, setiap orang bisa ikut andil dalam
perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sampai
detik ini, kehidupan manusia tidak bisa berjalan normal tanpa kehadiran
listrik. Apalagi dalam kegiatan industri, pemakaian energi listrik sudah
menjadi kebutuhan vital. Oleh sebab itu, di Indonesia sendiri marak terjadi
pencurian listrik
Pencurian listrik biasanya dilakukan oleh orang-perorangan
maupun sekelompok orang. Hal ini terjadi karena berbagai macam faktor
yang tentunya dapat merugikan PLN ataupun Negara. Oleh karena itu
PLN dalam mengelola listrik juga menyelenggarakan pengamanan
instalasi dan aset serta penindakan pencurian tenaga listrik dan tindak
pidana usaha ketenagalistrikan di lingkungan PLN.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun hal yang akan dibahas mengenai Pencurian Listrik pada makalah
ini adalah:
1. Apa saja jenis pencurian listrik?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya pencurian listrik?
3. Bagaimana sistematika laporan dan penindak lanjutan terhadap
pencurian listrik?
4. Bagaimana metode pencegahan terhadap pencurian listrik?
5. Bagaimana metode pendeteksian terhadap pencurian listrik?
6. Bagaimana Sanksi danHukum Pidana untuk pencurian listrik?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembahasan mengenai Pencurian Listrik pada makalah ini
adalah:
1. Mengetahui jenis- jenis pencurian listrik
2. Mengetahui kerugian yang dialami PLN
3. Mengetahui sistematika laporan dan penindak lanjutan terhadap
pencurian listrik
4. Mengetahui metode pencegahan terhadap pencurian listrik
5. Mengethaui metode pendeteksian terhadap pencurian listrik
6. Mengetahui Sanksi dan Hukum Pidana untuk pencurian listrik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Pencurian Listrik

Penyalahgunaan listrik dibagi menjadi empat kategori:

a. Pencurian listrik dengan mengubah batas daya.Jenis ini ditandai


dengan ciri alat pembatas (kWh) hilang, rusak, atau putus.
Selain itu, kemampuan daya juga tidak sesuai dengan surat
perjanjian jual beli tenaga listrik (SPJBTL).
b. Memengaruhi pengukuran energi. Seperti segel tera pada alat
pengukur hilang, rusak, putus, atau tidak sesuai dan alat
pengukur tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
c. Gabungan dari pelanggaran pertama dan kedua, atau
menyambung kabel secara ilegal.
d. Pelanggaran yang dilakukan bukan oleh pelanggan. contohnya
menggunakan listrik tanpa melewati alat pengukur dan alat
pembatas daya (APP), seperti mencantol dari tiang, PJU
(penerangan jalan umum) yang tidak menggunakan APP.

Berikut data dari beberapa jenis pelanggaran yang dikategorikan oleh


PLN, Menurut keputusan Direksi PT.PLN Nomor:1486.K/DIR/2011
tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik dalam Pasal 13 yaitu sebagai
berikut:
1) Termasuk P-I yaitu apabila APP (Alat Pembatas dan Pengukur) yang
terpasang dipelanggan ditemukan satu atau lebih fakta yang dapat
mempengaruhi batas daya, sebagai berikut:
a. Segel milik PLN pada alat pembatas hilang, rusak atau tidak sesuai
dengan aslinya;
b. Alat pembatas hilang, rusak atau tidak sesuai dengan hasilnya;
c. Kemampuan pembatas menjadi lebih besar, antara lain dengan:
i. Mengubah seting relay pembatas;
ii. Mengubah phasa dengan netral;

d. Khusus untuk pelanggan yang menggunakan meter kVA (Kilo


Volt Ampere) maks :
i. Segel pada meter kVA dan/atau perlengkapannya hilang, rusak
atau tidak sesuai dengan aslinya;
ii. Meter kVA maks dan/atau perlengkapannya, rusak, hilangatau
tidak sesuai dengan aslinya;
e. Terjadi hal-hal lainnya dengan tujuan mempengaruhi batas daya.

2) Termasuk P-II apabila pada APP(Alat Pembatas dan Pengukur)


ditemukan satu atau lebih fakta yang dapat mempengaruhi
pengukuran energi, sebagai berikut :
a. Segel tera dan/atau segel milik PLN pada alat pengukur dan/atau
perlengkapannya salah satu atau semuanya hilang/tidak lengkap,
rusak/putus, atau tidak sesuai dengan aslinya;
b. Alat pengukur dan/atau perlengkapannya hilang atau tidak sesuai
dengan aslinya;Adapun cara-cara mempengaruhi alat
pengukurdan/atau perlengkapannya antara lain:
i. Mempengaruhi kerja piringan alat pengukur, antara lain
dengan:
a) Membengkokkan piringan meter;
b) Membengkokkan poros piringan meter;
c) Mengubah kedudukan poros piringan;
d) Merusak kedudukan poros piringan;
e) Melubangi tutup meter;
f) Merusak sekat tutup meter;
g) Merusak kaca tutup meter;
h) Mengganjal piringan agar berhenti atau lambat;
ii. Mempengaruhi kerja elektro dinamik, antara lain dengan:
a) Mengubah setting kalibrasi alat pengukur;
b) Memutus/merusak/mempengaruhi kerja kumparan arus;
c) Memutus/merusak/mempengaruhi kerja kumparan
tegangan;
d) Memutus penghantar neutral dan menghubungkan ke bumi;
iii. Mempengaruhi kerja registerangka register antara lain
dengan:
a) Mengubah gigi transmisi;
b) Merusak gigi transmisi;
c) Mempengaruhi sisi WBP;
d) Memundurkan angka register;
iv. Pengawatan meter berubah dan ada indikasi kesengajaan
yang di buktikan melalui laboratorium independen atau
laboratorium PLN sehingga:
c. Pengawasan arus tidak se-phasa dengan tegangannya dan/atau
polaritas arusnya ada yang terbalik;
d. Kabel arus terlepas;
e. Memutus rangkaian pengawatan arus atau tegangan;
f. Mengubah, mempengaruhi alat bantu ukur energi, dengan:
g. Mengubah instalasi pentahanan netral CT dan kotak APP yang
mengakibatkan pengukuran energi tidak normal;
i. Mengganti Current Transformer(CT) dan/atau Potential
Transformer(PT) dengan ratio yang lebih besar;
ii. Menghubung singkat terminal primer dan/atau sekunder
(CT);
iii. Memutus rangkaian arus CT atau tegangan PT;
iv. Merusak CT atau PT;

h. Memutus penghantar netral pada sambungan instalasi milik PLN


dan netral disisi instalasi milik pelanggan serta menghubungkan
penghantar netral kebumi sehingga memperngaruhi pengukuran
energin;
i. Menukar penghantar pasha dengan penghantar netral pada
instalasi milik PLN
j. sehingga mempengaruhi pengukuran energi;
k. Mengubah/memindah instalasi milik PLN tanpa izin PLN
sehingga menyebabkan APP atau alat perlengkapannya milik
PLN rusak atau dapat mempengaruhi kinerja alat pengukur;
l. Mengubah pengukuran alat pengukur elektronik, antara lain
dengan:
i. Mengubah setting data entry;
ii. Mempengaruhi sistem komunikasi data dari meter elektronik
ke pusat kontrol data PLN;
iii. Mempengaruhi perangkat lunak yang dipakai untuk fungsi
kerja alat pengukur;

3) Termasuk P-III yaitu apabila pada APP dan instalasi listrik yang terpasang
dipelanggan ditemukan satu atau lebih fakta yang dapat
mempengaruhipengukuran batas daya dan energy sebagai berikut:
a. Pelanggaran yang merupakan gabungan PI dan P-II
b. Sambungan langsung ke instalasi pelanggan dari instalasi PLN
sebelum APP;
4) Temasuk P-IV yaitu apabila terdapat fakta pemakaian tenaga listrik PLN
tanpa alas hak yang sah oleh bukan pelanggan.
2.2 Faktor penyebab terjadinya pencurian listrik
1. Faktor ekonomi yang lemah
Hakikatnya seseorang melakukan kejahatan disebabkan karena dorongan
ekonomi yang lemah, hal ini dilakukan karena demi memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor
pendorong yang sangat mempengaruhi timbulnya keinginan seseorang
untuk melakukan
kejahatan. Faktor ekonomi lemah merupakan penyebab utama timbulnya
kejahatan di
Kota Medan khususnya pencurian aliran listrik, sehingga pada umumnya
para pelaku pencurian aliran listrik berasal dari masyarakat ekonomi
lemah. Namun
pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan kejahatan pencurian
aliran listrik bisa saja dilakukan oleh kalangan masyarakat menengah ke
atas. Hal ini biasa
terjadi karena mereka mempunyai keinginan menggunakan daya yang
lebih tetapi tidak ingin membayar lebih sesuai dengan daya yang
digunakan.

2. Faktor kurangnya pengawasan


Kurangnya pengawasan oleh pihak PLN dalam hal ini sebagai pihak
distributor dan sekaligus pengawas maka masyarakat dengan mudah
melakukan
kejahatan pencurian aliran listrik yang mengakibatkan kerugian dari pihak
PLN sendiri. Kerja sama antara petugas PLN dan pihak kepolisian kurang
efektif dalam
mengawasi masyarakat sehingga dapat memudahkan masyarakat
melakukan kejahatan pencurian aliran listrik.

3. Faktor oknum dari pihak PLN


contohnya: Menurut hasil wawancara bahwa sebenarnya pihak PLN telah
melakukan pengecekan setiap dua bulan sekali ke seluruh rumah di daerah
Kota Medan,
Universitas Sumatera Utara
namun masih saja ada beberapa oknum dari pihak PLN yang seakan
melakukan pembiaran, terlebih lagi jika oknum tersebut sudah mendapat
tip dari masyarakat
maka oknum tersebut tidak melapor ke rayonnya. Terlebih lagi ada yang
menganggap bahwa hal ini adalah penghasilan tambahan yang
diperolehnya dan
jelas saja ini sudah melanggar peraturan yang berlaku.

4. Faktor pendidikan yang rendah Pendidikan yang rendah juga memicu


terjadinya kejahatan pencurian
aliran listrik di Kota Medan. Adanya pendidikan yang rendah bisa
berdampak pada kondisi psikis maupun tingkah lakunya. Jika tingkat
pendidikan seseorang
semakin tinggi maka cara berpikirnya semakin rasional dan dalam
mengambil tindakan selalu dipertimbangkan terlebih dahulu. Faktor ini
dapat mendorong
serta mempengaruhi seseorang untuk berlaku jahat karena kondisi psikis
dan tingkah lakunya yang sangat terbatas jelas dapat dengan mudah
melakukan
kejahatan tersebut.
2.3 Sistematika Laporan dan Tindak Lanjut terhadap Pencurian Listrik

Jika masyarakat menemukan pencurian listrik, atau ada petugas yang


menawarkan listrik dengan ngakalin meteran bisa langsung laporkan lewat
telepon ke 123.Lewat layanan bebas pulsa 24 jam tersebut PLN akan
langsung bergerak cepat mengecek dan segera menertibkan.Yang
dilakukan oleh tim P2TL. P2TL adalah singkatan dari Penertiban
Pemakaian Tenaga Listrik, yang dimaksud P2TL adalah rangkaian
kegiatan meliputi perencanaan, pemeriksaan, tindakan dan penyelesaian
yang dilakukan oleh PLN terhadap aset jaringan dan proteksi milik PLN
terkait adanya pemakaian tenaga litrik yang tidak tertib.
Selanjutnya untuk menindak lanjuti permasalahan tersebut pada tahun
2009 Negara Indonesia menerbitakan Undang-Undang Nomor 30 tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan, dan juga melakukan koordinasi dengan
pihak kepolisian berdasarkan Nota Kesepahaman antara PT. Perusahaan
Listrik Negara dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor.PLN
: 012.MOU/040/2011 NO. POL : B/25/X/2011 tentang penyelenggaraan
pengamanan instalasi, aset, dan penindakan pencurian tenaga listrik serta
tindak pidana usaha ketenagalistrikan di lingkungan PT. Perusahaan
Listrik Negara (persero). Didalam pembinaan dan pengawasan terhadap
usaha penyediaan tenaga listrik menurut Undang-Undang Nomor 30 tahun
2009 tentang ketenagalistrikan.
Secara terminologinya PLN hanya mengenal istrilah pelanggaran,
karena setiap masalah yang ditimbulkan oleh orang, baik pelanggan
maupun bukan pelanggan itu dikategorikan pelanggaran, meskipun itu
pencurian arus listrik, jika ada terjadi pelanggaran di lapangan misalnya
masalah pencurian arus tersebut yang memeriksanya adalah pihak PLN
langsung yaitu petugas P2TL tanpa ada didampingi oleh penyidik dari
kepolisian. Koordinasi PLN dengan Polisi itu sendiri dilakukan melalui
surat-menyurat yang dikirim kan oleh PLN kepada pihak kepolisian untuk
meminta bantuan dalam mendampingi pihak PLN untuk melakukan
operasi. Koordinasi yang dilakukan berupa kegiatan pengamanan masalah
oval yaitu penertiban atau razia pencurian arus, pengawalan pada
komplek-komplek atau asrama tertentu,masalah kegiatan pemutusan
listrik, dan polisi berkoordinasi atau mendampingi PLN kalau ada
permasalahan dilapangan saja.

2.4 Metode Pencegahan terhadap Pencurian Listrik


2.3.1 Sosialisasi dan Law Enforcement PLN untuk Mencegah Aksi
Pencurian Listrik
PLN mengadakan sosialisasi secara berkesinambungan terhadap
masyarakat mengenai manfaat listrik dan dampak negatif jika
disalahgunakan. Sosialisasi ini diadakan melalui kerja sama dengan
berbagai pihak, seperti kalangan akademik atau masyarakat umum. PLN
bekerja sama dengan sekolah-sekolah atau perguruan tinggi, bahkan
kalangan pemerintahan desa/kelurahan (RT, RW) juga perlu dintensifkan.
Hal ini dimaksudkan agar semua kalangan memahami tentang manfaat
penggunaan listrik dan akibatnya jika disalahgunakan, seperti aksi
pencurian listrik (tindakan illegal).Tentang salah satu hal yang
mengakibatkan kondisi kelistrikan menjadi tidak terkontrol atau losses
energi yang cukup besar akibat faktor non teknis, seperti aksi pencurian
listrik.
Sosialisasi tentang bahaya listrik melalui aksi pencurian listrik perlu
dipahami benar oleh masyarakat. Selanjutnya, masyarakat mengerti bahwa
aksi pencurian listrik akan memberikan dampak yang luar biasa, karena
timbulnya losses (kehilangan) energi listrik.
Jika sosialisasi tentang manfaat dan bahaya listrik sudah dilakukan
semaksimal mungkin kepada masyarakat seperti melalui kerja sama
dengan pihak terkait, pengadaan brosur, spanduk, reklame dan
pemasangan ikaln di media massa dam media sosial (medsos), selanjutnya
perlu adanya penegakan hukum (law enforcement) bagi yang
melanggarnya. Perlu diketahui juga bahwa Penertiban Pemakaian Tenaga
Listrik (P2TL) terhadap para pencuri listrik dilakukan berdasarkan
Keputusan Direksi No. 1486.K/Dir/2011. Dengan adanya P2TL, maka
bahaya dari tindakan aksi pencurian listrik seperti kebakaran, sengatan
listrik, dan kerusakan peralatan bisa diminimalisir atau dihilangkan.Pada
pelaksanaannya, Tim P2TL dapat mengikutsertakan pihak-pihak yang
dianggap perlu untuk menunjang kegiatan penertiban sehingga
membuahkan hasil positif dari kegiatan P2TL tersebut

2.3.2 Membuat himbauan dan rambu-rambu bagi pelanggan

Untuk membentuk ketertiban dan keamanan dalam pemakaian


listrikkita perlu memperhatikan rambu-rambu atau himbuan bagi
pelanggan. Ada 4 (empat) masalah kelistrikan yang harus diperhatikan
yang merupakan himbuan PLN, yaitu:

a. Gunakanlah material standar untuk kabel listrik, stop kontak dan alat-
alat listrik lainya, di mana material standar ini ditandai dengan adanya
logo Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Lembaga Masalah
Kelistrikan (LMK);
b. Jangan menumpuk-numpuk kondisi stop kontak di satu sumber listrik,
karena bisa membuat kabel listrik kelebihan muatan dan menyebabkan
kabel akan meleleh;
c. Instalasi listrik di rumah harus rutin diperiksa (untuk rumah baru setiap
10 tahun sekali, sedangkan untuk rumah yang lebih tua setiap 5 tahun
sekali);
d. Jangan melakukan pencurian listrik baik dengan cara mencantol listrik
ke jaringan atau dengan mengutak atik meteran listrik, karena sangat
berbahaya dan bisa meningkatkan peluang kebakaran.

2.3.3 Pembentukan P2TL


P2TL adalah singkatan dari Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik,
yang dimaksud P2TL adalah rangkaian kegiatan meliputi perencanaan,
pemeriksaan, tindakan dan penyelesaian yang dilakukan oleh PLN
terhadap aset jaringan dan proteksi milik PLN terkait adanya pemakaian
tenaga litrik yang tidak tertib.Tujuan P2TL adalah :

Memberi kepastian bahwa pelanggan PLN benar-benar telah


menggunakan listrik sesuai prosedur dan dengan cara yang benar
Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu dan keandalan pasokan listrik.

Petugas lapangan P2TL sendiri merupakan regu yang terdiri dari


pejabat/petugas-petugas PLN yang melaksanakan pemeriksaan P2TL di
lapangan dengan tugas-tugas yang meliputi:
a. Melakukan pemeriksaan terhadap JTL (Jaringan Tenaga Listrik),
STL (Sambungan Tenaga Listrik), APP (Alat Pembatas dan
Pengukur) dan perlengkapan APP serta instalasi pemakai tenaga
listrik dalam rangka menertibkan pemakaian tenaga listrik.
b. Melakukan pemeriksaan atas pemakaian tenaga listrik.
c. Mencatat kejadian-kejadian yang ditemukan pada waktu dilakukan
P2TL menurut jenis kejadiannya.
d. Menandatangani berita acara hasil pemeriksaan P2TL serta berita
acara lainnya serta membuat laporan mengenai pelaksanaan P2TL.
e. Menyerahkan dokumen dan barang bukti hasil temuan
pemeriksaan P2TL kepada petugas administrasi P2TL dengan
dibuatkan berita acara serah terima dokumen barang bukti P2TL.

Petugas pelaksana lapangan P2TL memiliki kewenangan untuk:


a. Melakukan pemutusan sementara atas STL dan /atau APP pada
pelanggan yang harus dikenakan tindakan pemutusan sementara.
b. Melakukan pembongkaran rampung atas STL pada pelanggan dan
bukan pelanggan.
c. Melakukan pengambilan barang bukti berupa APP dan peralatan
lainnya.

Profil petugas pelaksana lapangan P2TL:

1) Berpakaian dinas dan mengenakan tanda pengenal serta


membawa perlengkapan P2TL yang diperlukan di lapangan.
2) Membawa surat tugas resmi yangditandatangani oleh pejabat
pemberi tugas dan atau penanggungjawab P2TL.
3) Bersikap sopan dan tertib didalam memasuki persil/bangunan
pemakai tenaga listrik.
4) Berkewajiban untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan
maksud serta tujuan pelaksanaan P2TL kepada pemakai tenaga
listrik atau yang mewakili.
5) Meminta pemakai tenaga listrik atau yang mewakili untuk turut
serta mendampingi/menyaksikan selama berlangsungnya
pemeriksaan.
6) Memperhatikan keamanan instalasi ketenagalistrikan serta
keselamatan umum dalam melakukan pemeriksaan dan
pengambilan barang bukti.

Dalam tindakan PLN juga mengenalkan kepada masyarakat


tentang adanya pembentukan Tim Penertiban Pemakaian Tenaga
Listrik (P2TL). Di mana, dasar hukum pembentukan P2TL sendiri
disyahkan melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) RI No. 07 tahun 2010 pada tanggal 30 Juni 2010.
Pembentukan P2TL juga berdasarkan Keputusan Direksi No.
234.K/DIR/2008 tanggal 23 Juli 2008 tentang P2TL yang disyahkan
oleh Keputusan Direktur Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi
Nomor: 318-12/20/600.I/2008 tanggal 11 Agustus 2008. Tindakan
yang akan dilakukan oleh Tim P2TL adalah menggencarkan sosialisasi
dampak negatif aksi pencurian listrik hingga ke tengah masyarakat.
Tim P2TL juga memberikan masukan tentang rencana pemakaian
Automatic Meter Reading (AMR) bagi pelanggan besar atau badan
usaha. Pemakaian Automatic Meter Reading (AMR) bertujuan agar
pembacaan meter bisa dipantau langsung dari kantor PLN.

2.5 Metode Pendeteksian terhadap Pencurian Listrik

Dengan maraknya aksi pencurian listrik yang merugikan PLN dan


masyarakat itu sendiri menyebabkan PLN mencari cara untuk mendeteksi
aksi pencurian listrik tersebut. Ada beberapa metode atau cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi aksi pencurian listrik, yaitu:

a. Metode Deteksi Fisik (Physical Detection) adalahmetode yang


dilakukan dengan mencari jejak gangguan dalam utilitas meteran
segel, gangguan pada sambungan layanan, gangguan dalam meter
segel akurasi, kabel tambahan (digunakan untuk penyadapan
langsung) dan tidak ditentukan dalam standar konstruksi, dan lain-
lain.
b. Metode Customer Consumption adalah metode konsumsi
pelanggan. Biasanya cara untuk mendeteksi aksi pencurian listrik
adalah ketika konsumsi energi listrik yang tercatat dalam KWH
meter tidak sebanding dengan perangkat mereka gunakan.

2.6 Sanksi dan Hukum Pidana untuk pencurian listrik


2.5.1 Sanksi
Kasus aksi pencurian listrik dilakukan bukan hanya
pelanggan, tetapi juga dilakukan oleh pihak yang bukan pelanggan.
Oleh karena itu, sanksi tegas atas tindakan pelanggaran juga
dikategorikan dalam 2 jenis, yaitu:
1) Sanksi pelanggaran bagi pelanggan:
a. Pemutusan Sementara (penghentian untuk sementara
penyaluran tenaga listrik ke instalasi pelanggan);
b. Pembongkaran Rampung (penghentian untuk seterusnya
penyaluran Tenaga listrik ke instalasi pelanggan dengan
mengambil seluruh Instalasi PLN yang dipergunakan untuk
penyaluran tenaga listrik ke instalasi pelanggan)
c. Pembayaran Tagihan Susulan (tagihan yang dikenakan kepada
pelanggan sebagai akibat adanya Pelanggaran atau Kelainan
Pemakai Tenaga Listrik yang dipasok dari PLN)
d. Pembayaran Biaya P2TL dan lainnya Pembayaran Biaya P2TL
(meliputi bea materai, biaya penyegelan kembali, biaya
penggantian material dan pemasangan atas SL dan atau APP
dan atau perlengkapan APP yang harus diganti beserta
kewajiban lainnya seperti tunggakan listrik dan biaya mutasi
pelanggan).
2) Sanksi bagi non pelanggan yang meliputi:
a. Pemutusan Rampung (penghentian untuk seterusnya
penyaluran tenaga listrik ke instalasi Non Pelanggan dengan
memutus saluran seluruh peralatan untuk penyaluran tenaga
listrik ke instalasi Bukan Pelanggan)
b. Pembayaran Ganti Rugi Pemakaian Tenaga Listrik (biaya yang
harus dibayar oleh Bukan Pelanggan baik orang atau Badan
Usaha atau Badan/lembaga lain yang menghuni atau
bertanggung jawab atas persil/bangunan tersebut atas
pemakaian tenaga listrik secara illegal atau diserahkan kepada
pihak yang berwajib);
c. Pembayaran Biaya P2TL dan lainnya.
2.5.2 Hukum Pidana

Terkait pasal ini, R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-


Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal (hal. 249-250) menjelaskan bahwa ini adalah
“pencurian biasa”, elemen-elemennya sebagai berikut:
1) Perbuatan mengambil
Mengambil untuk dikuasainya, maksudnya waktu pencuri
mengambil barang itu, barang tersebut belum ada dalam
kekuasaannya. Pengambilan (pencurian) itu sudah dapat dikatakan
selesai, apabila barang tersebut sudah pindah tempat.
2) Yang diambil harus sesuatu barang
Barang di sini adalah segala sesuatu yang berwujud, termasuk pula
binatang (manusia tidak masuk). Dalam pengertian barang, masuk
pula “daya listrik” dan “gas”, meskipun tidak berwujud, akan tetapi
dialirkan di kawat atau pipa. Barang ini tidak perlu mempunyai
harga ekonomis.
3) Barang itu harus seluruhnya atau sebagian milik orang lain
4) Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki
barang itu dengan melawan hukum (melawan hak)

Berdasarkan penjelasan R. Soesilo tersebut listrik termasuk


sebagai barang yang dapat dijadikan objek pencurian. Mencuri listrik
bukanlah sebuah analogi dalam hukum pidana karena listrik
merupakan barang. Jadi, apabila semua elemen-elemen di atas
terpenuhi, maka pelakunya diancam dengan hukuman penjara paling
lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp.900ribu (sebagaimana
telah disesuaikan dengan Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 02 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP).
Selain dalam KUHP, mengenai menggunakan listrik yang
bukan haknya juga diatur secara khusus dalam Pasal 51 ayat (3) UU
Ketenagalistrikan sebagai berikut:

Setiap orang yang menggunakan tenaga listrik yang bukan


haknya secara melawan hukum dipidana dengan pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.1.1 Jenis Pencurian Listrik yaitu pencurian listrik dengan mengubah
batas daya, memengaruhi pengukuran energi. gabungan dari
pelanggaran pertama dan kedua, atau menyambung kabel secara
ilegal, pelanggaran yang dilakukan bukan oleh pelanggan.
1.1.2 Faktor penyebab terjadinya pencurian listrik ada 4 yaitu:
1. Faktor ekonomi yang rendah
2. Faktor kurangnya pengawasan
3. Faktor oknum dari pihak PLN
4. Faktor pendidikan yang rendah
1.1.3 Sistematika Laporan dan Tindak Lanjut terhadap Pencurian listrik
yaitu masyarakat menemukan pencurian listrik, atau ada petugas
yang menawarkan listrik dengan ngakalin meteran bisa langsung
laporkan lewat telepon ke 123.Lewat layanan bebas pulsa 24 jam
tersebut PLN akan langsung bergerak cepat mengecek dan segera
menertibkan.Yang dilakukan oleh tim P2TL berkoordinasi dengan
kepolisian untuk penertiban
1.1.4 Metode Pencegahan terhadap pencurian listrik dilakukan dengan
Sosialisasi dan Law Enforcement PLN untuk mencegah aksi
pencurian l, membuat himbauan dan rambu-rambu bagi pelanggan
istrik,pembentukan P2TL
1.1.5 Metode pendeteksian terhadap pencurian listrik yaitu dengan Metode
Deteksi Fisik (Physical Detection) dan Metode Customer
Consumption
1.1.6 Sanksi dikategorikan menjadi sanksi pelanggaran bagi pelanggan
sanksi bagi non pelanggan dan sedangkan untuk Hukum Pidana
untuk pencurian listrik dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan denda paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima
ratus juta rupiah)

3.2 Saran
2.5.1 Sebaiknya dilakukan penelitian dalam pembuaan system pendeteksi
yang lebih baik
2.5.2 Sebaiknya dilakukan evauasi ulang dalam regulasi dan tindak lanjut
terhadap pencurian listrik
DAFTAR PUSTAKA

Boyle. Godfrey. 1996. Renewable Energy, Power for a Sustainable Future.


Oxford University Press.
Kadir, Abdul, 1995. Energi; Sumber daya, inovasi, tenaga listrik, potensi
ekonomi. Cet 1. Edisi Kedua/ Revisi- Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (
UI-Press).
PT. PLN (Persero). WTP MCC. Semacom Integrated Published. 2011.
Dokumen PT. PLN (Persero). PLC. Pusdiklat Udiklat PLTU Suralaya. Cilegon.
2010.
https://dodybastian.wordpress.com/2014/06/20/apa-itu-p2tl/
http://tentangperlistrikan.blogspot.com/2017/01/bentuk-bentuk-pelanggaran-
listrik-yang.html

Anda mungkin juga menyukai