Anda di halaman 1dari 28

Anak Perempuan 14 Tahun

Dicurigai Disetubuhi
Teman Laki-laki
Aimi Nadiah bt Abd Latif
Fakultas Kedokteran,
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6
11510 Jakarta Barat
ime021288@yahoo.com
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
makalah Problem Based Learning Blok 30 Emergency Medicine II dengan baik. Juga saya
sampaikan terima kasih kepada dokter, dr. Judin yang membantu memberikan informasi
sehingga makalah ini dapat terbentuk.

Walaupun terdapat banyak kesulitan dalam pengerjaan makalah ini, mulai dari
pengumpulan bahan, pembuatan dan penyusunannya, tetapi pada akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik walau mungkin terdapat berbagai kekurangan.

Pada akhirnya, saya mengucapkan maaf apabila terdapat kesalahan pada isi makalah ini dan
harap dimaklumi. Atas kesempatan yg telah diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Januari 2011

2
Daftar Isi

1. PENDAHULUAN…………………….………………………………………………...…… 4

2. ASPEK HUKUM……………………………………………………………………...……. 4

3. PROSEDUR HUKUM……………………………………………………………..……….10

4. PROSEDUR MEDIKOLEGAL……………………………………………………..……12

5. PEMERIKSAAN

 KORBAN……………………………………………………………………..………16
 TERSANGKA……………………..………………………………………………..18

6. INTERPRETASI HASIL….……………………………………………………………….. 22

7. VISUM et REPERTUM…………………………………………………………………. 23

8. ASPEK PSIKOSOSIAL………………………………………………………………….. 25

9. PERAN LSM……………………………………………………………………………… 26

10. PENUTUP ……………………….…………………………………………………........ 27

11. DAFTAR PUSTAKA………………...…………………………………………………... 28

3
Anak Perempuan 14 Tahun Dicurigai Disetubuhi Teman Laki-laki

Aimi Nadiah Abd Latif

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, 11510 Jakarta Barat

ime021288@yahoo.com

Kasus PBL 3 : Anda bekerja sebagai dokter di IGD sebuah rumah sakit. Pada suatu sore
datang seorang laki-laki berusia 45tahun membawa anak perempuannya yang berusia
14tahun menyatakan bahwa anaknya baru saja pulang “dibawa lari” oleh teman laki-laki
yang berusia 18tahun selama 3 hari keluar kota. Sang ayah takut apabila telah terjadi
sesuatu pada diri putrinya. Ia juga bimbang apa yang akan diperbuatnya bila sang anak telah
“disetubuhi” laki-laki tersebut dan akan merasa senang apabila anda dapat menjelaskan hal
tentang aspek medikolegal dan hukum kasus anaknya.

Pendahuluan

Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana, hendaknya


dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti yang
ditemukan karena berbeda dengan pemeriksaan di klinik, ia tidak lagi mempunyai
kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti.
Tetapi dalam melaksanakan kewajiban itu, dokter jangan sampai meletakkan kepentingan
korban di bawah kepentingan pemeriksaan. Terutama bila korban masih anak-anak,
hendaknya pemeriksaan itu tidak sampai menambah trauma psikis yang sudah dideritanya.

Aspek Hukum

Agar kesaksian seorang dokter pada perkara pidana mencapai sasaran yaitu membantu
pengadilan dengan sebaik-baiknya, maka dokter harus mengenal undang-undang yang

4
bersangkutan dengan tindak pidana itu sehingga mengetahui unsur-unsur yang harus
dibuktikan secara medik atau yang memerlukan pendapat medik.

KUHP pasal 284


ayat 1
Dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan untuk :

1. Seorang pria yang telah kawin, yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui
bahwa pasal 27 BW (Burgerly Wetboek) berlaku baginya.
2. Seorang wanita yang telah kawin, yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa
pasal 27 BW berlaku baginya.
3. Seorang pria yang belum kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin.
4. Seorang wanita yang belum kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku
baginya.

ayat 2 - Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar,
dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti
dengan permintaan untuk bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan itu juga.

ayat 3 - Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.

ayat 4 - Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan
belum dimulai.

ayat 5 - Jika bagi suami-istri itu berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan
pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.

5
BW pasal 27
Dalam waktu yang sama seorang pria hanya diperbolehkan mempunyai satu orang
perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya satu orang pria sebagai suaminya.

KUHP pasal 285


Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pada tindak pidana di atas perlu dibuktikan telah terjadi persetubuhan dan telah terjadi
paksaan dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan. Dokter dapat menentukan
apakah persetubuhan telah terjadi atau tidak, dan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan.
Tetapi dokter tidak dapat menentukan apakah terdapat unsur paksaan pada tindak pidana
ini.

Ditemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban tidak selalu merupakan akibat paksaan,
mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain yang tak ada hubungannya dengan paksaan.
Demikian pula jika dokter tidak menemukan tanda kekerasan, maka hal itu belum
merupakan bukti bahwa paksaan tidak terjadi. Pada hakekatnya dokter tidak dapat
menetukan unsur paksaan yang terdapat pada tindak pidana perkosaan sehingga dokter juga
tidak mungkin menentukan apakah perkosaan telah terjadi. Yang berwenang untuk
menentukan hal tersebut adalah hakim karena perkosaan adalah pengertian hukum bukan
istilah medis sehingga dokter jangan menggunakan istilah perkosaan dalam Visum et
Repertum.

Dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum hanya dituliskan

1. Ada tidaknya tanda persetubuhan


2. Ada tidaknya tanda kekerasan serta jenis kekerasan yang menyebabkannya.

6
KUHP pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan padahal diketahui
bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.

Pada tindak pidana di atas harus terbukti bahwa perempuan berada dalam keadaan pingsan
atau tidak berdaya ketikan terjadi persetubuhan. Dokter harus mencatat dalam anamnesa
apakah korban sadar ketika terjadi persetubuhan, adakah penyakit yang diderita korban
yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan korban pingsan atau tak berdaya misalnya
epilepsi, katalepsi, syncope, dan lainnya. Jika korban mengatakan ia pingsan maka perlu
diketahui bagaimana terjadinya keadaan pingsan itu, apakah terjadi setelah korban diberi
makanan atau minuman.

Pada pemeriksaan perlu diperhatikan apakah korban menunjukkan tanda-tanda bekas hilang
kesadaran atau tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh alkohol, hipnotik atau narkotik.
Apabila ada petunjuk bahwa alkohol, hipnotik atau narkotik telah dipergunakan maka dokter
perlu mengambil urin dan darah untuk pemeriksaan toksikologik.

Jika terbukti bahwa si terdakwa telah sengaja membuat wanita itu pingsan atau tak berdaya,
ia dapat dituntut telah melakukan tindak pidana perkosaan karena dengan membuat wanita
itu pingsan atau tidak berdaya ia telah melakukan kekerasan.

KUHP pasal 89
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.

KUHP pasal 287


ayat 1
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan padahal diketahuinya
atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau
umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun.

7
ayat 2
Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan kecuali jika umur wanita itu belum sampai dua
belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

Tindak pidana ini merupakan persetubuhan dengan wanita yang menurut undang-undang
belum cukup umur. Jika umur korban belum cukup 15 tahuntetapi sudah di atas 12 tahun,
penuntutan baru dilakukan bila ada pengaduan dari yang bersangkutan. Jadi dengan
keadaan itu persetubuhan tersebut merupakan delik aduan, bila tidak ada pengaduan maka
tidak ada penuntutan.

Tetapi keadaan berbeda jika :

1. Umur korban belum cukup 12 tahun, atau


2. Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka berat atau mati akibat
perbuatan itu (KUHP pasal 291), atau
3. Korban yang belum cukup 15 tahun itu adalah anaknya, anak tirinya, muridnya, anak
yang berada di bawah pengawasannya, bujangnya atau bawahannya (pasal 294).

Dalam keadaan diatas, penuntutan dapat dilakukan walaupun tidak ada pengaduan karena
bukan lagi merupakan delik aduan.

Pada pemerikasaan akan diketahui umur korban. Jika tidak ada akte kelahiran maka umur
korban yang pasti tidak diketahui. Dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk
badan korban sesuai dengan umur yang dikatakannya.

Keadaan perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan.


Ditentukan apakah gigi geraham belakang ke-2 (molar ke-2) sudah tumbuh (terjadi pada
umur kira-kira 12 tahun), sedangkan molar ke-3 akan muncul pada usia 17-21 tahun atau
lebih. Juga harus ditanyakan apakah korban sudah pernah mendapat haid bila umur korban
tidak diketahui.

8
Jika korban menyatakan belum pernah haid, maka penentuan ada/tidaknya ovulasi masih
diperlukan. Muller menganjurkan agar dilakukan observasi selama 8 minggu di rumah sakit
untuk menentukan adakah selama itu ia mendapat haid. Kini untuk menentukan apakah
seorang wanita sudah pernah mengalami ovulasi atau belum, dapat dilakukan pemeriksaan
'vaginal smear'.

Hal di atas perlu diperhatikan mengingat bunyi kalimat : padahal diketahuinya atau
sepatutnya harus diduga bahwa wanita itu umurnya belum lima belas tahun dan kalau
umurnya tidak jelas bahwa belum waktunya untuk dikawin. Perempuan yang belum pernah
haid dianggap sebgai belum patut dikawin.

KUHP pasal 291


ayat 1
Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 288, dan 290 itu
berakibat luka berat, dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya 12 tahun.

ayat 2
Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287, 289, dan 290 itu
berakibat matinya orang, dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun.

KUHP pasal 294


Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya atau anak
piaraannya, anak yang dibawah pengawasannya, orang dibawah umur yang diserahkan
kepadanya untuk dipelihara, dididiknya atau dijaganya, atau bujangnya atau orang yang
dibawah umur, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun.

Dengan itu dihukum juga :

1. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang


dibawahnya/orang yang dipercayakan/diserahkan kepadanya untuk dijaga.

9
2. Pengurus, dokter, guru, pejabat, pengurus atau bujang di penjara, ditempat bekerja
kepunyaan negeri, tempat pendidikan, rumah piatu, Rumah sakit jiwa atau lembaga
semua yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan disitu.

 Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari


penyidik yang berwenang.
 Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Kalau
korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, tidak akan
diperiksa oleh dokter dan korban akan disuruh kembali kepada polisi.
 Setiap Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada
tubuh korban pada waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter.

Prosedur Hukum

Bila dokter telah memeriksa seorang korban yang datang di rumah sakit atau di tempat
praktek atas inisiatif sendiri, bukan atas permintaan polisi, dan beberapa waktu kemudian
polisi mengajukan permintaan dibuatkan Visum et Repertum maka dokter harus menolak
karena segala sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban sebelum ada permintaan
untuk dibuatkan Visum et Repertum merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpannya
(KUHP pasal 322). Dalam keadaan seperti itu dokter dapat meminta kepada polisi supaya
korban dibawa kembali kepadanya dan Visum et Repertum dibuat berdasarkan keadaan
yang ditemukan pada waktu permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu tidak
diberikan dalam bentuk Visum et Repertum tetapi dalam bentuk surat keterangan. Hasil
pemeriksaan sebelum diterimanya surat permintaan pemeriksaan dilakukan terhadap pasien
dan bukan sebagai corpus dilicti (benda bukti).

 Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban
adalah seorang anak, dari orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan-
tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan
disampaikan ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan
atas permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan
menolaknya. Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most private
part dari tubuh seorang wanita.

10
 Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa
korban.
 Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin dan jangan ditunda terlampau lama.

Hindarkan korban dari menunggu dengan perasaan was-was dan cemas di kamar periksa.
Apalagi bila korban adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan
tergantung pada ingatan semata.

 Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya Visum et


Repertum perkara dapat cepat diselesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat
dibebaskan dari tahanan bila ternyata ia tidak bersalah.
 Kadang - kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang
ibu/ayah untuk memeriksa anak perempuannya karena ia merasa sangsi apakah
anaknya masih perawan atau karena ia merasa curiga kalau-kalau telah terjadi
persetubuhan pada anaknya.

Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin
mengetahui saja atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Bila dimaksudkan akan
melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak itu. Katakan bahwa
pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi dan biasanya dilakukan di
rumah sakit. Mungkin ada baiknya dokter memberikan penerangan pada ibu/ayah itu bahwa
jika umur anaknya sudah 15 tahun dan jika persetubuhan terjadi tidak dengan paksaan maka
menurut undang-undang, laki-laki yang bersangkutan tidak dapat dituntut. Pengaduan
mungkin hanya akan merugikan anaknya saja. Lebih baik lagi jika orang tua itu dianjurkan
untuk minta nasehat dari seorang pengacara.

Jika orang tua hanya sekedar ingin mengetahuisaja maka dokter dapat melakukan
pemeriksaan. Tetapi jelaskan lebih dahulu bahwa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat dalam
bentuk surat keterangan karena kita tidak mengetahui untuk apa surat keterangan itu.
Mungkin untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh seseorang yang tidak bersalah.
Dalam keadaan demikian umunya anak tidak mau diperiksa, sebaliknya orang tua malah
mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis untuk memeriksa dan
memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya.

11
Data yang perlu dicantumkan dalam bagian pendahuluan Visum et Repertum delik
kesusilaan adalah :

 Instansi polisi yang meminta pemeriksaan


 Nama dan pangkat polisi yang mengantar korban
 Nama, umur, dan alamat korban seperti yang tertulis dalam surat permintaan
 Nama dokter yang memeriksa
 Tempat, tanggal, dan jam pemeriksan dilakukan
 Nama perawat yang menyaksikan pemeriksaan

Prosedur Medikolegal

Persetujuan Tindakan Medik. Peraturan Menteri Kesehatan No. 585/MenKes/Per/IX/1989


tentang persetujuan tindakan medis.

Pasal 1. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989.

a) Persetujuan tindakan medis/informed consent adalah persetujuan yang diberikan


oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medic yang
akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
b) Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa
diagnostik atau terapeutik.
c) Tindakan invasif adalah tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi jaringan
tubuh.
d) Dokter adalah dokter umum/spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang
bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik atau praktek perorangan/bersama.

Pasal 2. PerMenKes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
2. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.

12
3. Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta
risiko yang dapat ditimbulkannya.
4. Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan
serta kondisi dan situasi pasien.

Pasal 4. PerMenKes No 585/MenKes/Per/IX/1989.

1. Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta.
2. Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya kecuali bila dokter
menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan
pasien atau pasien menolak diberikan informasi.
3. Dalam hal-hal sebagaimana yang disebut di pasal (2) dokter dengan persetujuan
pasien dapat memberikan informasi tersebut kepada terdekat dengan didampingi
oleh seorang perawat/paramedik lainnya sebagai saksi.1

Selain di atas, terdapat juga beberapa pasal yang berhubungan dengan peraturan
perundang-undangan bidang kedokteran yang lain,yaitu :

1. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan

Pasal 179 KUHAP

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

2. Hak Menolak Menjadi Saksi / Ahli

13
Pasal 120 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat seorang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus.
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa
ia akan memberi keterangan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya kecuali bila
disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatan yang mewajibkan
ia menyimpan rahsia dapat menolak untuk memberi keterangan yang diminta.

3. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya

Pasal 183 KUHAP


Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya.

4. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter

Pasal 216 KUHP


(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menurut perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang
diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana, demikian pula barang
siapa yang dengan sengaja mencegah, menghalangi atau menggagalkn tindakan guna
menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan
dua minggu tau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

14
Anamnesis

Anamnesis merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter
sehingga bukan merupakan pemeriksaan yang obyektif. Jadi, seharusnya anamnesis tidak
dimasukkan dalam Visum et Repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan pada
Visum et Repertum dengan judul "keterangan yang diperoleh dari korban". Dalam
mengambil anamnesis, dokter meminta pada korban untuk menceritakan segala sesuatu
tentang kejadian yang dialaminya dan sebaiknya terarah. Anamnesis terdiri dari bagian yang
bersifat umum dan khusus. Anamnesa diberikan bila diminta oleh penyidik dan tidak secara
otomatis dilampirkan dalam Visum et Repertum.

Anamnesis umum meliputi pengumpulan data tentang umur, tanggal, dan tempat lahir,
status perkawinan, siklus haid untuk anak yang tidak diketahui umurnya, penyakit kelamin,
penyakit kandungan dan penyakit lainnya seperti epilepsi, katalepsi, syncope. Keterangan
pernah atau belum pernah bersetubuh, saat persetubuhan terakhir, adanya penggunaan
kondom.

Hal khusus yang perlu diketahui adalah tanggal dan jam kejadian. Bila antara kejadian dan
pelaporan kepada yang berwajib berselang beberapa hari/minggu, dapat diperkirakan
bahwa peristiwa itu bukan perkosaan tetapi persetubuhan yang pada dasarnya tidak
disetujui oleh wanita yang bersangkutan karena berbagai alasan, misalnya merasa tertipu,
cemas terjadi kehamilan atau karena ketakutan diketahui orangtuanya bahwa dia sudah
pernah bersetubuh maka mengaku disetubuhi secara paksa. Jika korban benar telah
diperkosa biasanya akan segera melapor. Pada pelaporan yang terlambat, ada kemungkinan
pula karena korban diancam untuk tidak melapor ke polisi.

Hal selanjutnya yang ditanyakan adalah tempat kejadian. Adanya rumput, tanah dan lainnya
yang melekat pada pakaian dan tubuh korban dapat dijadikan petunjuk dalam pencarian
trace evidence yang berasal dari tempat kejadian. Perlu diketahui pula apakah korban
melawan. Jika korban melawan maka pada pakaian mungkin ditemukan robekan, pada
tubuh korban akan ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan dan pada alat kelamin mungkin
terdapat bekas perlawanan. Kerokan kuku mungkin menunjukkan adanya sel-sel epitel kulit

15
dan darah yang berasal dari pemerkosa/penyerang. Temukan adanya kemungkinan korban
menjadi pingsan karena ketakutan atau dibuat pingsan dengan pemberian obat tidur/bius.
Dalam hal ini diperlukan sampel pengambilan urin dan darah untuk pemeriksaan
toksikologik.Perlu ditanyakan pula apakah setelah kejadian korban mencuci, mandi, dan
mengganti pakaian.

Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan pakaian perlu dilakukan dengan teliti helai demi helai, apakah terdapat
robekan lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian, kancing yang
terputus akibat tarikan, bercak darah, air mani, lumpur, dan lainnya yang berasal dari tempat
kejadian. Apakah pakaian dalam keadaan rapi atau tidak. Bila tidak ada fasilitas pemeriksaan
, maka benda-benda yang melekat dan pakaian yang dipakai ketika terjadi persetubuhan
dikirim ke laboratorium forensik di kepolisian atau bagian ilmu kedokteran forensik dalam
keadaan dibungkus, tersegel dan disertai berita acara pembungkusan dan penyegelan.

Pemeriksaan tubuh korban meliputi pemeriksaan umum


seperti penampilan rambut yang rapi atau kusut, wajah
dalam keadaan emosional, tenang atau sedih/gelisah.
Adanya tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran akibat
pemberian obat tidur/bius, adanya needle marks. bila
ada indikasi maka diperlukan pengambilan urin dan
darah. Adanya memar atau luka lecet pada daerah
mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian
dalam dan pinggang. Dicatat pula tanda perkembangan
alat kelamin sekunder, pupil, refleks cahaya, pupil
pinpoint, tinggi dan berat badan, tekanan darah,
keadaan jantung, paru, dan abdomen.

16
Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan bagian khusus daerah genitalia meliputi adanya rambut kemaluan yang saling
melekat menjadi satu karena air mani yang mengering yang akan digunting untuk
pemeriksaan laboratorium. Jika dokter menemukan rambut kemaluan yang lepas pada
badan wanita maka harus diambil beberapa helai rambut kemaluan dari wanita dan laki-laki
sebagai bahan pembanding (matching). Perlu ditemukan bercak air mani di sekitar alat
kelamin dengan cara dikerok menggunakan sisi tumpul skapel atau swab dengan kapas lidi
yang dibasahi dengan garam fisiologis. Pada vulva, perlu diteliti adanya tanda-tanda bekas
kekerasan seperti hiperemi, edema, memar dan luka lecet (goresan kuku). Introitus vagina
apakah hiperemi/edema dan penggunaan kapas lidi untuk pengambilan bahan pemeriksaan
sperma dari vestibulum.

Pemeriksa jenis selaput dara untuk melihat adanya ruptur dan penentuan apakah ruptur
tersebut baru atau lama. Bedakan ruptur dengan celah bawaan dari ruptur dengan
memperhatikan sampai di pangkal selaput dara. Celah bawaan tidak mencapai pangkal
sedangkan ruptur dapat sampai ke dinding vagina. Pada vagina akan ditemukan parut bila
ruptur sudah sembuh, sedangkan ruptur yang tidak mencapai basis tidak akan menimbulkan
parut. Ruptur akibat persetubuhan biasa ditemukan di bagian posterior kanan atau kiri
dengan asumsi bahwa persetubuhan dilakukan dengan posisi saling berhadapan. Tentukan
pula besar orifisium apakah sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk, atau 2 jari. Ukuran
pada seorang perawan kira-kira 2,5 centimeter sedangkan lingkaran persetubuhan yang
dapat terjadi menurut Voight minimal 9 centimeter. Pada persetubuhan tidak selalu disertai
deflorasi.

Pemeriksaan selanjutnya pada frenulum labiorum pudendi dan comissura labiorum


posterior untuk melihat keutuhannya. Pemeriksaan vagina dan serviks dilakukan dengan
spekulum bila keadaan alat genital memungkinkan dan pemeriksaan kemungkinan adanya
penyakit kelamin. Pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina dilakukan
dengan mengambil lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose
batang gelas atau swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dari spekulum.

17
Pada anak-anak atau bila selaput dara masih utuh, pengambilan bahan dibatasi dari
vestibulum saja.

Pemeriksaan terhadap kuman Neisseria gonorrhoeae dari sekret urether (urut dengan jari)
dan dipulas dengan pewarnaan Gram. Pmeriksaan dilakukan pada hari ke-I, III, V, dan VII.
Jika pada pemeriksaan didapatkan N.gonorrheae berarti terbukti adanya kontak seksual
dengan seorang penderita, bila pada pria tertuduh juga ditemukan maka ini akan menjadi
bukti yang kuat. Jika terdapat ulkus, sekret perlu diambil untuk pemeriksaan serologik atau
bakteriologik. Pemeriksaan kehamilan dan toksikologik terhadap urin dan darah juga bisa
dilakukan bila ada indikasi.

Pemeriksaan Medis terhadap Tersangka

Pada pria tersangka dapat dilakukan pemeriksaan pakaian, diperhatikan bersak semen,
darah dan sebagainya. Bercak semen tidak berarti dalam pembuktian sehingga tidak perlu
ditentukan.

Darah mempunyai nilai karena mungkin berasal dari darah korban. Disini penentuan
golongan darah penting dilakukan. Mungkin dapat ditemukan tanda kekerasan akibat
perlawanan. Persetubuhan dapat dijejaki dengan melakukan pemeriksaan ada atau tidak sel
epitel vagina pada glans penis:

 Pemeriksaan dilakukan dengan menekankan kaca objek ke glans penis, daerah


korona atau frenulum, kemudian diletakkan terbalik di atas cawan yang berisi larutan
lugol.
 Uap yodium akan mewarnai lapisan pada kaca objek tersebut.
 Sitoplasma sel epitel vagina akan berwarna coklat tua karena mengandung glikogen.
 Warna coklat tadi cepat hilang namun dengan meletakkan sekali sediaan diatas
cairan lugol, warna coklat akan kembali lagi.
 Pada sediaan ini dapat ditemukan spermatozoa tanpa arti.

Dilakukan juga pemeriksaan secret urethra menentukan penyakit kelamin.

18
Pemeriksaan Laboratorium

Sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pengambilan sampel. Sampel


didapat dari cairan vagina untuk pemeriksaan air mani dan secret uretra untuk pemeriksaan
penyakit kelamin.
Cairan vagina disedot dengan pipet Pasteur, atau diambil dengan ose. Pada anak-anak, atau
jika selaput dara utuh sebaiknya pengambilan bahan dibatasi sampai vestibulum.2,3.

a) Penentuan spermatozoa
i. Tanpa pewarnaan
Setetes cairan vagina diletakkan di atas kaca benda dan diperiksa dengan pembesaran 500x
dengan kondensor diturunkan. Perhatikan apakah spermatozoa bergerak. Dapat diambil
sebagai patokan bahwa spermatozoa masih bergerak kira-kira 4 jam postkoital.

ii. Dengan pewarnaan


Buat sediaan apus dari cairan vagina pada kaca benda, keringkan di udara, fiksasi dengan api,
warnai dengan Malachite-green 1% dalam air, tunggu 10-15 menit, cuci dengan air, warnai
dengan eosin-yellowish 1% dalam air, tunggu 1 menit, cuci dengan air, keringkan dan
diperikasa di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah bagian basis kepala sperma
berwarna ungu, bagian hidung berwarna merah muda.

b) Penentuan cairan mani


i. Reaksi asam fosfatase
Cairan mani menunjukkan aktitifitas enzim fosfatase yang tinggi, rata-rata 2500 unit K.A.
sedangkan dalam sekret vagina, setelah 8 hari abstinensia seksualis, ditemukan 0-6 unit.
Sebagai reagen digunakan brentamin fast blue b yang dilarutkan di dalam larutan buffer
yang telah ditambah sodium a-naphtyl fosfat. Enzim asam fosfatase menghidrolisis a-
naphty fosfat; a-naphtol yang telah dibebaskan bereaksi dengan brentamine di atas
kertas saring, disemprot dengan reagen, ditentukan dalam berapa detik warna violet

19
timbul (reaction time). Davis dan Wilson menyatakan bahwa bila waktu reaksi kurang
dari 30 detik dapat dianggap indikasi baik dan adanya cairan mani, jika kurang dari 65
detik dapat dianggap sebagai indikasi cukup, tetapi masih perlu dikuatkan dengan
pemeriksaan elektroforetik. Waktu reaksi yang lebih dari 65 detik belum dapat
menyingkirkan sepenuhnya adanya cairan mani, karena pernah ditemukan waktu reaksi
yang lebih dari 65 detik, tetapi spermatozoa ditemukan.

ii. Tes Florence


Cairan vagina ditetesi larutan yodium. Kristal yang terbentuk diamati di bawah
mikroskop. Hasil yang diharapkan tampak kristal-kristal kholinperyodida tampak
berbentuk arum-jarum yang berwarna coklat.

iii. Tes Berberio


Cairan vagina ditetesi larutan asam pikrat, kemudian kristal yang terbentuk diamati di
bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya kristal-kristal spermin
pikrat berbentuk rhombik atau jarum kompas yang berwarna kuning kehijauan.

iv. Elektroimmunodifusi
Digunakan serum anti air mani manusia. Selain spesifik terhadap antigen manusia, serum
ini juga mengandung zat anti terhadap enzim fosfatase. Apabila serum ini direaksikan
dengan air mani akan terbentuk enzim antibody kompleks yang ternyata masih memiliki
sifat enzimatik dan dapat dinyatakan dengan reagen asam phospatase. Sebagai medium
digunakan plat agar yang mengandung serum anti dalam konsentrasi kecil.

v. Elektroforetik
Digunakan plat akrilamide, dikembangkan dalam suatu larutan buffer pH 3 dan dilihat di
bawah sinar ultraviolet. Asam fosfatese seminal bergerak sejauh 4 cm dan asam
fosfatase vaginal sejauh 3 cm.

20
c) Pemeriksaan air mani yang terdapat pada pakaian

i. Visual : Tampak sebagai bercak yang berbatas jelas dan lebih gelap dari
sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna sedikit kekuning-kuningan.
Pada bahan sutera atau nilon batasnya sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap
dari sekitarnya.
ii. Sinar ultraviolet : Menunjukkan flouresensi putih. Apa yang menyebabkan hal ini
tidak diketahui. Cara ini kurang memuaskan. Bercak air mani pada sutera buatan,
nilon, biasanya tidak memberikan flourosensi.bahan makanan, urine, sekret
vagina juga sering menimbulkan flourosensi.
iii. Taktil : Diraba dengan ari-ari tangan terasa kaku seperti cairan kanji yang tidak
menyerap. Bila diraba permukaan bercak terasa kasar.
iv. Penapisan dengan reagen asam fosfatase : Selembar kertas saring yang dibasahi
dengan aqua destilata dilekatkan di atas pakaian atau sprei yang diperiksa.
Setelah 5-10 menit kertas saring diangkat, didiamkan sampai hampir kering dan
disemprot dengan reagen. Ika terbentuk bercak violet, kertas saring diletakkan
kembali di atas bahan sesuai dengan letaknya semula. Dengan demikian letak
bercak mani pada bahan dapat dilokasi.
v. Pencairan spermatozoa : Konsentrasi spermatozoa yang terbesar terdapat di
bagian sentral dari bercak. Dari bagian itu diambil sebagian kecil, dipulas dengan
pewarnaan Baeechi. Bahan dipulas selama 2 menit, dicuci di dalam HCl 1%,
dihidrasi dalam alcohol 70%, 80%, dan 95-100%, dan dijernihkan dengan xilol.
Kemudian dikeringkan dengan meletakkannya di atas kertas saring.Dengan jarum
preparir atau jarum suntik diambil sehelai atau dua benang, diletakkan di atas
kaca mikroskopik dan diurai sampai menjadi serabut-serabut. Ditutup dengan
balsem Kanada dan diperiksa dengan pembesaran 500x.

d) Pemeriksaan DNA

Pada kasus perkosaan ditemukannya pita-pita DNA dari benda bukti atau korban yang
ternyata identik dengan pita-pita DNA tersangka menunjukkan bahwa tersangkalah yang
menjadi donor sperma. Adanya kemungkinan percampuran antara sperma pelaku dan cairan

21
vagina tidak menjadi masalah, karena pada proses kedua jenis DNA ini dapat dipisahkan satu
sama lain. Satu-satunya kesalahan yang mungkin terjadi adalah kalau pelakunya memiliki
saudara kembar identik. Perkembangan lebih lanjut pada bidang forensik adalah
ditemukannya pelacak DNA yang hanya melacak satu lokus saja (single locus probe) yang
menghasilkan hanya 2 pita saja. Penggunaan metode ini pada kasus perkosaan sangat
menguntungkan karena ia dapat digunakan untuk membuat perkiraan jumlah pelaku pada
kasus perkosaan dengan pelaku lebih dari satu.

Ditemukannya metode penggandaan DNA secara enzimatik (Polymerase Chain Reaction atau
PCR) membuka lebih banyak kemungkinan pemeriksaan DNA. Dengan metode ini bahan
sampel yang amat minim jumlahnya tidak lagi menjadi masalah karena DNAnya dapat
diperbanyak jutaan sampai milyaran kali lipat di dalam mesin yang dinamakan mesin PCR
atau thermocycler. Dengan metode ini waktu pemeriksaan juga banyak dipersingkat, lebih
sensitif serta lebih spesifik pula. Pada metode ini analisis DNA dapat dilakukan dengan sistim
dotblot yang berbentuk bulatan berwarna biru, sistim elektroforesis yang berbentuk pita
DNA atau dengan pelacakan urutan basa dengan metode sekuensing.

Interpretasi Hasil

Dari kasus di atas, korban adalah seorang anak perempuan yang berumur 14 tahun, yang
dibawa lari oleh teman laki-lakinya berusia 18tahun, dan sang ayah mencurigai jika anaknya
telah disetubuhi. Jika pemeriksaan ke dokter menunjanng dugaan ayahnya dengan ditemui
yaitu dari pemeriksaan di lihat selaput dara (hymen) telah terobek, disertai erosi dan
peradangan pada vulva sisi kanan. Adanya robekan pada selaput dara menandakan terdapat
penetrasi ke dalam vagina sehingga selaput dara terobek.

Robekan selaput dara mungkin disebabkan pelbagai keadaan, salah satunya adalah
disebabkan terjadinya kejahatan seksual terhadap anak ini. Pemeriksaan lanjut diperlukan
untuk mengenalpasti adakah terdapat tanda-tanda penetrasi, air mani atau persetubuhan.
Hasil dari pemeriksaan lanjut seperti pemeriksaan laboratoriun terhadap air mani dan
spermatozoa dapat menunjang kasus dan dapat diketahui pelakunya.

22
Dicari juga tanda-tanda kekerasan pada anak perempuan yang apabila ditemukan
menunjukkan bahwa kasus di atas tidak dilakukan atas dasar kerelaan sendiri dan terdapat
unsur pemaksaan oleh teman laki-laki. Dalam kasus ini, jika sang ayah tidak dibawa ke
pengadilan, dokter hanya bisa membuat surat keterangan medis. Tuntutan hanya berlaku
jika si ayah atau pihak lain yang mengadukan kasus ini ke penyidik, dan penyidik meminta
dokter untuk membuat Visum et Repertum untuk dijadikan bahan bukti.

Visum et Repertum

Visum et Repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa
dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Di Indonesia, pemeriksaan
korban persetubuhan yang diduga sebagai tindak kejahatan seksual umumnya dilakukan
oleh dokter ahli Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, kecuali di tempat yang tidak ada
dokter ahli demikian maka dokter umumlah yang harus melakukan pemeriksaan itu.

Sebaiknya korban kejahatan seksual dianggap sebagai orang yang telah mengalami cedera
fisik dan/atau mental sehingga sebaiknya pemeriksaan ditangani oleh dokter di klinik.
Penundaan pemeriksaan dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan.

Visum et Repertum Kejahatan Susila – CONTOH

Bahagian Ilmu Kedokteran Forensik


Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara, Jakarta Barat

Nomor : 3456-SK.III/2345/2-95. Jakarta, 14 Januari


2011.
Lamp. : Satu sampul tersegel.
Perihal : Hasil Pemeriksaan Medis atas anak perempuan berusia 14 tahun.

Projustitia

Visum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, Aimi Nadiah, dokter ahli kedokteran forensik
menerangkan bahawa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Selatan
No. Pol.:B/789/VR/XII/2010/Serse tertanggal 10 Januari 2011, maka pada tanggal tiga belas
januari tahun dua ribu sebelas, pukul delapan lewat tiga puluh menit waktu Indonesia Barat,

23
bertempat di ruang pemeriksaan medis Fakultas Kedokteran UKRIDA telah melakukan
pemeriksaan ke atas korban menurut surat permintaan tersebut adalah :

Nama : Anak X ----------------------------------------------------------------------------------------


Jenis Kelamin : Perempuan --------------------------------------------------------------------------
Umur : 14 tahun ----------------------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan : Indonesia -------------------------------------------------------------------------------
Agama : --------------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : ---------------------------------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Luar
1. Korban seorang perempuan ----------------------------------------------------------------------
2. Korban berpakaian seperti berikut : -------------------------------------------------------------
3. Celananya seperti berikut : -----------------------------------------------------------------------
4. Pada jari manis tangan kiri : ---------------------------------------------------------------------
5. Daerah dada sebelah kiri, kanan : ---------------------------------------------------------------
6. Rambut kepala : -----------------------------------------------------------------------------------
7. Alis: -------------------------------------------------------------------------------------------------
8. Hidung berbentuk : --------------------------------------------------------------------------------
9. Mulut berbentuk : ----------------------------------------------------------------------------------
10. Pada lengan kanan bawah : -----------------------------------------------------------------------
11. Pada telapak tangan kanan : ----------------------------------------------------------------------
12. Pemeriksaan daerah genital : ---------------------------------------------------------------------

Pemeriksaan Laboratorium
1. Penentuan cairan mani : --------------------------------------------------------------------------
2. Penentuan spermatozoa : -------------------------------------------------------------------------
3. Pemeriksaan air mani yang terdapat pada pakaian : ------------------------------------------

Kesimpulan
Pada korban terdapat robekan selaput dara, erosi dan peradangan menandakan terdapat
penetrasi ke dalam vagina sehingga menyebabkan selaput dara robek. Pemeriksaan lanjut
menunjukkan adanya cairan mani, memastikan terdapat tanda-tanda persetubuhan.
Demikianlah saya uraikan dengan sebenar – benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik – baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.

Dokter yang memeriksa,

--------------------------
Dr. Aimi Nadiah

24
Aspek Psikososial

Tindakan perkosaan membawa dampak emosional dan fisik kepada korbannya.

 Secara emosional, korban perkosaan bisa


mengalami stress, depresi, goncangan jiwa,
menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan
intim dengan lawan jenis, kehamilan yang tidak
diinginkan, coba bunuh diri dan malu untuk
berhadapan dengan masyarakat.
 Secara fisik, korban mengalami penurunan nafsu
makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak nyaman di
sekitar vagina, berisiko tertular PMS, luka di
tubuh akibat perkosaan dengan kekerasan, dan lainnya.

Adanya non-reporting dalam kasus kejahatan seksual pada anak merupakan suatu fenomena
universal dan dijumpai juga di negara-negara lain disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:

1. Si korban malu karena peristiwa ini telah mencemarkan dirinya (baik secara fisik, psikologi
maupun sosiologis).

2. Si korban merasa berkewajiban melindungi nama baik keluarganya (terutama jika pelaku
adalah anggota keluarga sendiri).

3. Si korban merasa bahwa proses peradilan pidana terhadap kasus ini belum tentu dapat
membuat dipidananya si pelaku.

4. Si korban khawatir bahwa diprosesnya kasus ini akan membawa cemar yang lebih tinggi
lagi pada dirinya (misalnya melalui publikasi media massa, atau cara pemeriksaan aparat
hukum yang dirasanya membuatnya makin terluka)

5. Si korban khawatir akan retaliasi atau pembalasan dari pelaku (terutama jika pelaku
adalah orang yang dekat dengan dirinya)

6. Lokasi kantor polisi yang jauh dari tempat tinggal korban, membuatnya enggan melapor

25
7. Keyakinan korban bahwa walaupun ia melapor ia tidak akan mendapat perlindungan
khusus dari penegak hukum.

8. Ketidaktahuan korban bahwa yang dilakukan terhadap dirinya merupakan bentuk tindak
kejahatan seksual.

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menjadi ikon dalam proses transformasi masyarakat
akhir-akhir ini. Perannya tidak diragukan lagi, turut serta dalam proses pemberdayaan
masyarakat. Melalui perspektif sejarah, dapat ditelusuri bahwa cikal-bakal LSM di Indonesia
telah ada sejak pra kemerdekaan. Lahir dalam bentuk lembaga keagamaan yang sifatnya
sosial/amal (dapat dikategorikan generasi pertama). Tahun 50-an muncul LSM yang
kegiatannya bersifat alternatif terhadap program pemerintah, dua pelopornya adalah LSD
(Lembaga Sosial Desa) dan Perkumpulan Keluarga Kesejahteraan Sosial. Budi Utomo dan
Serikat Islam juga dapat dikategorikan sebagai LSM yang mempunyai visi turut serta
mewujudkan kemandirian masyarakat yang lebih tinggi untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan.

Isu perempuan
Hak anak dan perempuan, pusat bantuan untuk perempuan yang mengalami kekerasan,
terapikelompok terhadap perempuan yang mengalami pelecehan seksual, hotline counseling
(konseling via telepon khusus untuk perempuan), bantuan hukum untuk perempuan,
mendorong minat baca dan tulis.

Upaya pencegahan kejahatan (crime prevention) dapat diklasifikasikan ke dalam 3 bagian,


yaitu:

a. Primary prevention, dengan melakukan kebijakan public agar dapat mempengaruhi


persepsi atau pendapat public dengan mensosialisasikan sebab musabab terjadinya
tindak pidana akar permasalahan (sumber kejahatan) yang perlu diketahui oleh
masyarakat umum.

26
b. Secondary prevention, antara lain dengan kriminalisasi memperbaharui undang-
undang hukum bahwa perbuatannya adalah tindak pidana yang diatur di dalam
undang-undang baru termasuk berat ringannya ancaman pidana (sasarannya adalah
calon pelaku).
c. Tertiery prevention, tahapan ini telah mempergunakan pendekatan represif melalui
proses penegakan hukum bagi mereka yang melakukan tindak pidana yang
pengaturannya telah mengalami tahap kriminalisasi.

Dalam upaya pencegahan kejahatan yang telah dilakukan saat ini terutama primary, dan
secondary prevention adalah hal kekerasan terhadap perempuan, diantaranya melalui
pembuatan undang-undang yang lebih mendukung perempuan, seperti UU Penghapusan
KDRT dan UU Perlindungan Saksi, juga program penguatan terhadap penegak hukum, baik
dari sisi pengetahuan maupun sikap dalam mewujudkan keadilan gender.

Penutup
Kejahatan seksual yang dilakukan terhadap anak dibawah umur merupakan suatu kejahatan
kesusilaan dan akan dihukum berdasarkan pasal 287 KUHP. Untuk suatu kejahatan
kesusilaan ini dapat dibawa ke peradilan, perlu melewati jalur yang benar, membuatkan
aduan ke pihak berwenang. Setelah pemeriksaan medis dan laboratorium menunjang
adanya bukti terhadap dugaan, pelaku dapat dihukum. Sesungguhnya dampak kekerasan
seksual terhadap anak dapat member efek buruk terhadap masa depan anak tersebut
seperti dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat
eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa.

27
Daftar Pustaka

1. Peraturan undang-undangan bidang kedokteran, bahagian kedokteran forensik,


fakultas kedokteran universitas Indonesia, cetakan kedua, 1994. 20-1, 33-4.
2. Ilmu kedokteran forensik, bahagian kedokteran forensik, fakultas kedokteran
universitas Indonesia, cetakan kedua,1997. 147-58.
3. Pemeriksaan Kedokteran Forensik Klinik. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/17381449/Pemeriksaan-Kedokteran-Forensik-Klinik. Juli
15, 2009.
4. Pemeriksaan laboratorium forensic sederhana. Diunduh dari
http://yumizone.wordpress.com/2009/03/19/pemeriksaan-laboratorium-forensik-
sederhana. Maret 19, 2009.
5. DNA Testing: An Introduction For Non-Scientist. Diunduh dari
http://www.scientific.org/tutorials/articles/riley/riley.html. April 6, 2005.
6. Peradilan perspektif gender pada kejahatan seksual. Diunduh
dari http://reformasikuhp.org/wp-content/uploads/2007/08/ridwan-masyur-
ksm.pdf, 2007.
7. Visum et Repertum.Bagian Kedokteran Forensik FKUI, Jakarta ; h. 72-81
8. Dampak social-psikologis perkosaan, Ekandari S.F., Buletin Psikologi, Tahun X, No. 1,
Juni 2002, 9-23.
9. Peran Lembaga Sosial Kasus Perlindungan Anak – DKI Jakarta. Diunduh dari
http://www.docstoc.com/docs/3896382. Jan 28, 2009.

28

Anda mungkin juga menyukai