1. Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit menular di
dunia. Hal ini disebabkan oleh basil tahan asam (BTA), Mycobacterium tuberculosis.
Multidrug-resistant TB (MDR-TB) dan extensively drug-resistant TB (TB-XDR) adalah
bentuk TB yang serius yang muncul sebagai permasalahan yang nyata. MDR-TB resisten
terhadap setidaknya dua obat anti-TB lini pertama yang paling kuat, isoniazid dan rifampisin
dan XDR-TB resistan terhadap isoniazid dan rifampisin, selain pada flouroquinolone, dan
setidaknya satu dari tiga obat injeksi berikut: capreomycin, kanamisin atau amikasin.
WHO telah melaporkan di seluruh dunia sekitar 3,7% pasien TB yang baru dan pasien TB
yang pernah diobati sebelumnya sekitar 20% mengalami MDR-TB. Tantangan saat ini yang
dihadapi dengan penanganan TB-MDR adalah faktor biaya, efektivitas, berkepanjangan
rejimen dan toleransi yang buruk oleh pasien, karena itu dibutuhkan obat anti-tuberkulosis
baru.
Bedaquiline (TMC-207 atau R207910) adalah agen anti TB baru yang telah disetujui sebagai
bagian dari terapi rejimen obat pada TB-MDR paru. Ini adalah TB efektif bahkan untuk strain
yang resisten terhadap streptomisin, pirazinamida, etambutol dan moksifloksasin. Bedaquilin
memiliki aktivitas bakterisida dan sterilisasi terhadap M. tuberculosis dan spesies
mycobacterium lainnya. Bedaquiline bersifat aktif dalam makrofag, dan diperkirakan
merupakan agen yang dapat memperpendek durasi pengobatan anti-TB.
2. Farmakokinetik
Konsentrasi plasma maksimum (Cmax) dicapai setelah 5 jam dengan waktu paruh 173 jam.
Bedaquiline terikat kuat pada protein (99%), bioavailabilitas meningkat dengan pemberian
bersama makanan, dimetabolisme menjadi metabolit aktif N-monodesmethyl di hati,
terutama oleh CYP3A4.
dorman. Kemampuan bakterisidal tambahan ini menyebabkan Bedaquiline lebih unggul dari
obat anti TB lini pertama lainnya.
5. Interaksi obat
Bedaquiline dimetabolisme oleh CYP3A4, sehingga penggunaan obat penginduksi CYP3A4
yang kuat secara bersamaan (misalnya, rifampisin, rifapentin, rifabutin) dapat mengurangi
efek dan menyebabkan kegagalan pengobatan dan hal ini sebaiknya dihindari. Pemberian
bersamaan dengan inhibitor CYP3A4 (misalnya, ketokonazol, ciprofloxacin dan kuinolon
lainnya dapat meningkatkan konsentrasi sistemik dan mengakibatkan peningkatan efek
samping dan karenanya, harus dihindari.
6. Uji klinis
Tujuh puluh lima pasien yang sebelumnya tidak pernah diobati yang merupakan TB positif
atau TB paru positif diacak menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama diberikan bedaquiline
(25 mg, 100 mg, atau 400 mg), kelompok kedua diberikan 600 mg rifampisin dan kelompok
ketiga diberi isoniazid 300 mg selama 7 hari. Aktivitas bakterisidal dinyatakan sebagai log
(10) penurunan pada CFU/mL sputum/hari. Aktivitas bakterisidal yang signifikan terlihat
dengan bedaquiline dan serupa dengan dua obat lainnya. Bedaquiline menunjukkan onset
aktivitas bakterisidal yang lebih lama (dari hari ke 4).
3
Pada sebuah penelitian terkontrol-plasebo, samar-ganda, uji acak, dilakukan pada pasien
MDR-TB positif. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama (n = 79) diberi
bedaquiline dan rejimen standar lainnya yang memiliki etionamid, kanamisin, pirazinamid,
ofloksasin, dan sikloserin / terizidon atau alternatif yang tersedia, sedangkan kelompok kedua
(n = 81) diberi plasebo dengan rejimen standar bedaquiline diberi dosis 400 mg sekali sehari
selama 2 minggu pertama dan 200 mg 3 kali per minggu selama 22 minggu berikut setelah
rejimen standar pengobatan 24 minggu berlanjut selama 18 sampai 24 bulan, atau paling
sedikit 12 bulan setelah kultur negatif pertama terdeteksi bedaquiline secara signifikan
menurunkan waktu untuk konversi kultur sputum.
8. Kesimpulan
Bedaquiline telah dipasarkan sebagai obat anti TB yang baru setelah 40 tahun. Bedaquiline
memiliki mekanisme kerja baru dan aktivitas yang potensial baik terhadap TB yang peka obat
dan resisten obat. Meskipun obat ini memiliki keterbatasan mis. efek samping seperti
pemanjangan interval QT, mual dan interaksi obat dengan induktor dan inhibitor CYP3A4,
ini merupakan pilihan yang menarik untuk TB-MDR dan XDR karena ini memperpendek
durasi terapi anti-TB.
4
Review
Tuberculosis resisten obat (DR-TB) merupakan ancaman besar pada pelayanan dan kontrol
TB secara global, terutama MDR-TB. Salah satu dari obat baru saat ini tersedia untuk
pengobatan dari MDR-TB yaitu bedaquiline. Bedaquiline sudah disetujui oleh United States
Food and Drug Administration untuk pengobatan TB pada Desember 2012. WHO
memperkirkan bahwa saat ini bedaquiline sudah digunakan di 46 negara di seluruh dunia.
Bedaquiline merupakan obat anti TB yang menjadi harapan baru dalam pengobatan
tuberculosis. Bedaquiline saat ini diketahui mampu menurunkan waktu untuk konversi
sputum secara signifikan. Tantangan dari penanganan MDR-TB saat ini adalah faktor biaya,
efektivitas, rejimen dengan waktu yang lama dan toleransi yang buruk oleh pasien. Dengan
penemuan bedaquiline sebagai obat anti TB, maka hal ini sangat membantu keberhasilan
terapi tuberculosis dengan mengatasi salah satu penyebab terbesar kejadian TB resisten obat
yaitu putusnya pengobatan pasien sebelum masa pengobatan selesai.
Karena bedaquiline masih relatif baru dipasarkan perlu dilakukan penelitian untuk
mengamati efek samping dan efek toksik dari bedaquiline pada manusia dalam skala besar.
Hal yang menjadi perhatian lebih lanjut adalah bahwa saat ini keamanan dan efektivitas
bedaquiline belum dapat ditentukan untuk penggunaan pasien anak. Sehingga mutlak
diperlukan penelitian untuk mendapatkan data mengenai keamanan dan efektivitas
bedaquiline pada pasien anak. Tidak hanya itu data mengenai keamanan melalui evaluasi tipe,
frekuensi, keparahan, dan seriusnya efek samping pada penggunaan bedaquiline, yang juga
penting adalah dilakukannya penelitian mengenai tingkat kelangsungan hidup yang
dievaluasi dari laju mortalitas pada individu yang diterapi dengan bedaquiline serta analisis
dari penyebab mortalitas yang terjadi pada individu yang menerima terapi bedaquiline.