Anda di halaman 1dari 23

MATERI 13 Konsep Ekuitas

Ditulis pada Desember 27, 2013 oleh ikhwamuji


MATERI 13

Konsep Ekuitas

1. Definisi Ekuitas

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) atau PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Berbagai sumber yang lain mendefinisi ekuitas yang tidak berbeda denagn definisi menurut IAI.
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan
pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada
bagaimana asset dan kewajiban diukur.

2. Komponen Ekuitas

Komponen ekuitas terdiri dari :

a. Modal setoran (contributed capital),

terdiri dari modal yuridiksi (legal capital) yang dihitung berdasar nilai pari (par value) menunjukkan aktiva netto yang tidak dapat
distribusikan. Kelebihan nilai diatas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional paid in capital)

b. Laba Ditahan (retained earnings)

terdiri dari laporan laba rugi, penyesuaian periode sebelumnya, dan deviden

c. Penyesuaian modal belum terealisasi (unrealized capital adjustment).

3. Tujuan Penyajian Ekuitas

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada
pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyelidiki akan
informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) manajemen serta menyediakan
informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Informasi tentang kewajiban yuridis
perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini.

4. Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Teori ini membahas pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut pandang dalam
pelaporan keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan format pelaporan yang berbeda pula.

a. Teori Propietary

Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya
kepada pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah : Aktiva-hutang = modal. Teori proprietary sangat cocok
diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal
antara manajemen dengan pemilik.

b. Teori Entitas (Kesatuan Usaha)

Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary. Terdapat pemisahaan antara kepentingan
pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Dengan demikian, transaksi / kejadian yang dicatat dan dipertanggungjawabkan
adalah transaksi yang melibatkan perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari
pemilik. Persamaan akuntansinya : Aktiva = Hutang + Modal atau Aktiva = Modal (Hutang + Modal Pemilik)

Teori entitas cocok diterapkan untuk organisasi yang berbentuk perseroan terbatas, tetapi juga relevan untuk perusahaan lain
yang memiliki eksistensi yang terpisah dari individu pemilik.

Ada dua versi teori entittas, yaitu:

ü Versi Tradisional Menurut pandangan tradisional, perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas yaitu pihak yang memberi
dana bagi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus melaporkan status investasi dan konsekuensi investasi yang dilakukan
pemilik. Melihat pemegang ekuitas sebagai partner dalam kegiatan usaha yand dijalankan.

ü Versi Baru Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan berkepentingan terhadap
kelangsungan hidupnya sendiri. Melihat pemegang ekuitas sebagai pihak di luar perusahaan.

c. Teori Ekuitas Residual William Paton ( 1962 )

Menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Pemegang saham memiliki
ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Jadi teori
ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya
menjadi : Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual

Tujuan pendekatan teori ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam
rangka pengambilan keputusan investasi.

d. Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori entitas, tetapi kurang terdefinisikan
dengan baik dalam skope maupun aplikasinya. Dalam teori ini, perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang
dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi pemegang saham, sedangkan dalam teori entreprise, perusahaan dipandang
sebagai lembaga sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Konsep
ini cocok diterapkan skala besar dan modern dan memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya
kepada beberapa kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Konsep income yang paling relevan dengan teori enterprise
adalah laporan keuangan nilai tambah yaitu laporan keuangan yang menunjukkan kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan didalam menghasilkan nilai tambah perusahaan.

e. Teori Dana

Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi personifikasi perusahaan sebagai unit
ekonomi legal secara artifisal dalam teori entitas. Teori dana berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut : Aktiva =
Restriksi Aktiva

Konsep teori dana banyak digunakan di sektor pemerintahan dan lembaga nir-laba. Di dalam pemerintahan dana yang umumnya
digunakan meliputi dana umum , dana pendapatan khusus, dana proyek, dan dana pelunasan hutang jangka panjang.

TUGAS TEORI AKUNTANSI

tugas resume ini benar atau tidak ya????

EKUITAS

DEFINISI DAN KARAKTERISTIK

Ekuitas timbul pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa (residual
claim) terhadap aktiva. Oleh karena itu, konsep ekuitas tidak dapat didefinisikan tersendiri,
terpisah dari aktiva dan hutang. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas adalah
hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. FASB Statement of
Financial Accounting Concept No.6mendefinisikan ekuitas sebagai “hak sisa terhadap suatu
entitas setelah dikurangi hutang”.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai
berikut:

 Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang
perusahaan.
 Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto baik
yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh pemilik
atau distribusi kepada pemilik.

Perbedaan antara ekuitas pemegang saham dan hutang adalah:

1. Besarnya hak prioritas yang dimiliki oleh para pemegang ekuitas lainnya,

2. Tingkat kepastian dalam penetapan jumlah yang diterima oleh para pemegang ekuitas, dan

3. Tanggal jatuh tempo pembayaran hak-hak final.

A. Teori Ekuitas

Teori Ekuitas adakah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam
akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dengan kata lain,
penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung pada sudut pandang yang
digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan.

1. Teori Pemilikan (ProprietaryTheory)

Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori
ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan:

ƩAktiva – ƩLiabilitas = Modal

Aktiva merupakan kekayaan pemilik, sementara hutang merupakan kewajiban pemilik.


Kepemilikan dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Selama berjalannya
usaha maka nilai perusahaan sama dengan investasi awal ditambah akumulasi laba bersih
setelah dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori proprietari menganut wealth concept.

Teori Proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan
firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen
perusahaan denga pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan net income ditambahkan setiap
periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitngan laba bersih tidak mengukur kenaikan
bersih kekayaan (wealth).

Teori propoprietary tidak dapat langsung digunakan untuk bentuk perusahaan peseroan
terbatas seperti halnya untuk perusahaan perseorangan dan firma. Konsep laba komprehensif
yang diadopsi oleh FASB juga menggunakan dasar teori proprietary yaitu memasukkan semua
item yang mempengaruhi pemilik selama periode itu kecuali pengambilan deviden dan transaksi
modal.

Makna Laba (income)

Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara biaya
diartikan sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan
kekayaan/kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik. Pemakaian
teori proprietary dalam akuntansi memberikan implikasi sebagai berikut :

Semua kejadian/transaksi yang mempengaruhi perubahan kekayaan/kemakmuran pemiliki


dalam satu periode harus dimasukkan sebagai penentu laba

Perusahaan merupakan alat bagi pemilik untuk mencapai tujuannya bukan sebagai entitas
yang berdiri sendiri terpisah dari pemilik

Dividen merupakan distribusi laba bagi pemilik

Bungan pinjaman dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya

Gaji yang dibayarkan pada pemilik sebagai karyawan tidak dapat diperlakukan sebagai biaya
karena pemilik dianggap sama dengan perusahaan.

2. Teori Entitas (Entity Theory)

Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary.
Perkembangan saat ini kenyataannya kegiatan usaha menyebabkan perusahaan menjadi unit
usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat pemisahan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.

Dengan demikian, transaksi/kejadian yang dicatat dan dipertanggung jawabkan adalah


transaksi yang melibatkan perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas nama
kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Teori entitas didasarkan atas persamaan
akuntansi:

ƩAktiva = ƩHutang + ƩModal

Elemen yang ada pada sisi kanan persamaan sering disebut hutang, tetapi sesungguhnya
adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam persamaan. Perbedaan utama antara hutang
dan ekuitas pemilik adalah hak kreditur dapat dinilai secara independen dari penilaian yang lain
jika perusahaan dalam keadaan solvent.

Sedangkan hak pemegang saham/pemilik diukur dari penilaian aktiva yang diinvestasikan
kembali. Jadi, hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak
perusahaan menerima barang barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya.

Penilaian aktiva harus mencerminkan pengukuran manfaat yang diterima oleh perusahaan.
Laba bersih suatu perusahaan umumnya diekspresikan dalam bentuk perubahan bersih modal
pemilik, tidak termasuk perubahan yang berasal dari deklarasi dividen dan transaksi modal.

Hal ini tidak sama dengan teori proprietary yang mengatakan bahwa laba bersih adalah
laba bagi pemegang saham. Laba bersih dalam konsep entitas menggambarkan sisa
perubahan posisi ekuitas setelah dikurangi semua klaim, termasuk bunga hutang jangka
panjang dan pajak penghasilan.
Perbedaan antara teori proprietary dan teori entitas menimbulkan perbedaan dalam
melakukan penilaian aktiva. Dengan teori proprietary, aktiva harus dinilai dengan nilai sekarang
(current value) oleh karena ekuitas pemilik dianggap sebagai kekayaan bersih. Sedangkan
dengan teori entitas, perusahaan tidak berhubungan dengan nilai sekarang oleh karena
penekanannya adalah akuntabilitas cost kepada pemilik atau pemegang saham lainnya.
Dengan demikian dasar pengukuran yang relevan adalah historical cost.

Dua Versi Teori Entitas

Versi Tradisional

Menurut pandangan tradisional, perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (Equility


holders), yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan investasi yang dilakukan
pemilik.

Versi Baru

Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan
berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Penyajian laporan kepada
pemegang ekuitas dimaksudkan untuk memenuhi syarat legal dan menjaga hubungan baik
pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan kebutuhan dana yang diperlukan dimasa
mendatang.

Meskipun kedua pandangan di atas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha


(entitas yang independen) namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas
sebagai partner (associate) dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedang pandangan versi
baru, melihat pemegang saham ekuitas sebagai pihak diluar perusahaan. Pemilik dan kreditor
merupakan pemegang ekuitas yang memberi dana, maka perusahaan akuntansinya adalah:

Aktiva = Ekuitas

Ekuitas menunjukkan hak/klaim pemegang ekuitas terhadap aktiva suatu unit suatu
usaha. Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut :

Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha.

Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama.

Aktiva adalah milik perusahaan

Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik

Aktiva non moneter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai total aktiva sama
dengan jumlah pasivanya.

Makna Laba

Dalam pendekatannya ekuitas ini, laporan rugi laba lebih relevan dibandingkan neraca.
Alasannya :

1. Pemegang ekuitas lebih tertarik pada laba yang merupakan hasil dari investasi mereka
2. Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba

3. Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan

4. Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan

5. Biaya adalah cost aktiva/jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka menghasilkan
pendapatan.

Tekanan teori ini adalah pada aktiva karena aktiva dipandang lebih riil daripada ekuitas.

Laba Ditahan

Menurut pandangan tradisional, laba dicatat dan ditampung dalam laba ditahan. Pandangan
versi baru melihat bahwa laba ditahan merupakan ekuitas perusahaan/investasi milik sendiri.

Pandangan Tradisional

1. Bunga pinjaman adalah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan biaya
bagi kreditor

2. Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham. Jadi bunga pinjaman
kedudukannya sama dengan deviden

3. Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan

Pandangan Versi Baru

Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan
pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaan karena menurunkan jumlah ekuitas unit
usaha tersebut.

3. Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory)

Seseorang teoritisi akuntansi William Patton (1962) menyatakan bahwa ekuitas residual
merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori
entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang saham ekuitas
lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Patton menekankan pada
hubungan khusus residual equity holder.

Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba bersih dan laba ditahan dan
perubahan didalam hak pemegang ekuitas lainnya semua tercermin didalam residual equity
pemegang saham biasa.

Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas.
Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:
Aktiva – Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual

Ekuitas khusus meliputi klaim kreditu dan ekuitas pemegang saham preferen. Namun
demikian pada kasus diaman kerugian begitu besar sehingga perusahaan tersebut bangkrut,
ekuitas pemegan saham biasan dapat hilang dan pemegang saham preferen atau pemegang
obligasi menjadi pemegang ekuitas residual.

Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi. Karena biasanya
pemegang saham umumnya dianggap memiliki ekuitas residual didalam laba perusahaan dan
didalam aktiva bersih pada saat likuidasi.

Oleh karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka
informasi yang disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harus berguna untuk
memprediksi dividen masa datang bagi pemegang saham biasa.

Laporan laba rugi dan laporan laba ditahan harus menunjukkan laba yang tersedia bagi
pemegang ekuitas residual setelah semua kewajiban dipenuhi, termasuk deviden kepada
pemegang saham preferen.

4. Teori Badan Usaha (Enterprise Theory)

Teori enterprise dalam hal ini menyatakan bahwa perusahaan dipandang sebagai lembaga
sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang
berkepentingan (dalam arti luas meliputi pemegang saham, kreditor, pegawai, konsumen,
pemerintah dan masyarakat secara umum), jadi saham dalam arti luas teori enterprise dapat
dipandang sebagai teori akuntansi sosial.

Konsep ini tepat diterapkan pada perusahaan dalam skala besar dan modern, karena
ditinjau dari sisi akuntansi berarti tanggung jawab pelaporan keuangan selain disampaikan
kepada para pemegang saham/kreditor juga kepada kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan.

5. Teori Dana (Fund Theory)

Teori ini menyatakan bahwa unit aktivitas ekonomi merupakan dasar akuntansi, unit aktivitas
operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompok aktiva dan kewajiban dan restriksi atau
batasan – batasan yang menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Persamaan akuntansi
dapat dinyatakan sebagai berikut :

Aktiva = Restriksi Aktiva

Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit koperasi, hutang merupakan
restriksi aktiva umum atau khusus dari dana, modal yang diinvestasikan menceriminkan
restriksi legal atau financial untuk menggambarkan aktiva.
Konsep ini banyak diterapkan pada sektor pemerintahan dan lembaga nirlaba. Dalam
pemerintahan dana yang umumnya digunakan meliputi dana umum (general fund), dana
pendapatan khusus (spesial revenue fund), dana proyek (capital project fund), dana pelunasan
hutang jangka panjang (debt service fund). Setiap dana ini memiliki restriksi penggunaan yang
diatur dalam undang-undang atau peraturan pemerintah lainnya, masing-masing dana
dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri sehingga masing-masing mempunyai pembukuan debet
kredit sendiri dan memiliki neraca dan laporan perubahan saldo dana.

KLASIFIKASI EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas
dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah
menjadi modal saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain
yang merefleksi transaksi pemilik.

Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya

Modal Setoran

1. Modal Yuridis
2. Modal Setoran Lain
Modal Bentukan atau Laba Ditahan

 Laba atau rugi (dari statement laba rugi)


 Dividen
 Rekapitalisasi
 Defisit
 Koreksi
 Perubahan akuntansi

Keterangan :

 Tujuan Penyajian Ekuitas

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement keuangan. Pada umumnya, tujuan
pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang
berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen. Untuk memenuhi tujuan
tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal
adalah:

1. Sumber-sumber modal yang dipasok kepada perusahaan.

2. Pembatasan hukum pada distribusi modal yang diinvestasikan kepada pemegang saham.

3. Pembatasan hukum, kontraktual, manajerial dan keuangan pada distribusi duvuden pada calon
dan pemegang saham sekarang.
4. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.

 Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan

Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun
ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut
telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian untuk
mengukur seluiruh hak pemegang saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan dengan
modal setoran.

Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting, Dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indicator daya melaba sehingga laba ditahan
harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk
membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis
karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk
menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi
atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah rupiah yang
secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.

 Modal Yuridis

Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak lain.
Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai
minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah
rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.

 Modal Setoran Lain

Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah
penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan
sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba
ditahan dapat dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah
menjadi modal dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal
yang dibahas dibawah ini.

Perubahan modal setoran

1. Pemesanan saham

2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.

3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,

4. Dividen saham.

5. Hak beli saham.

6. Opsi saham.
7. Waran.

8. Saham treasuri.

 Perubahan Laba Ditahan

Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam satu periode
berubah selain karena transaksi modal tetapi karena transaksi khusus yaitu :

uaian periode-lalu.

kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya.

uh perubahan akuntansi.

eorganisasi.

Kuasi-organisasi merupkan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk


merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset
dan kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara hukum.

 Penyajian Modal Pemegang Saham

Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya
menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan yang mengalami defisit dan
dalm kondisi perusahaan dilikuidasi. Dalam terjadi defisit, urutan penyajian menggambarkan:

penyerapan rugi.

menerima distribusi asset.

Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat dikemukakan sbagai berikut:

 Karyawan dan pemerintah.

 Kreditor berjaminan.

 Kreditor takberjaminan.

 Pemegang saham prioritas.

 Pemegang saham biasa.

 Perincian Laba Ditahan

Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan


langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar :

an atas dasar sumber.


an atas dasar tujuan penggunaan.

 Laba Komprehensif

Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan melalui statement
laba rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statement laba ditahan. Dalam hal ini,
ada 2 pendekatan yang dapat dianut yaitu:

nerja sekarang.

mua-termasuk.

Laporan Nilai Tambah (value added) Sebagai Pelengkap Laporan Keuangan

Laporan nilai tambah menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai suatu


kesatuan usaha dan bagaimana nilai tambah ini didistribusikan kepada kelompok–kelompok
yang menyumbangkan terciptanya nilai tambah tersebut. Laporan nilai tambah memandang
bahwa kegiatan suatu perusahaan tidak lain adalah usaha kolektif dari beberapa kelompok
orang, yaitu pemegang saham, kreditur, pegawai perusahaan dan pemerintahan.

A. Konsep Nilai Tambah

Konsep nilai tambah secara umum dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara
penghasilan kotor yang diterima oleh suatu perusahaan dari hasil penjualan produk dan jasa
dengan jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli bahan baku dan jasa lain yang disediakan
oleh pemasok dari luar perusahaan. Atau dapat disimpulkan bahwa nilai tambah pada dasarnya
adalah hasil penjualan dikurangi dengan biaya bahan baku dan jasa pihak luar yang digunakan
dalam rangka menciptakan penghasilan tersebut. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa
sebagaian dari hasil penjualan dipakai untuk membayar bahan baku dan jasa yang dibeli dari
masyarakat diluar perusahaan. Sisanya adalah kekayaan atau nilai tambah perusahaan yang
diciptakan oleh para pegawai yang ada dalam perusahaan yang bekerja dengan sejumlah
modal yang berasal dari pemegang saham, kreditur dan pemakai fasilitas umum yang
disediakan oleh pemerintah.

B. Metode penentuan Nilai Tambah Ekuitas

Terdapat dua metoda dalam menghitung besarnya nilai tambah, antara lain :

 Metode Substraktif : Yaitu dengan menghitung besarnya nilai penjualan kotor perusahaan, atau
dengan cara hasil penjualan dikurangi dengan beban input yang terdiri dari bahan baku atau
jasa yang dibeli dari luar perusahaan yang dipakai untuk menghasilkan penjualan tersebut.
 Metode Aditif : Di mana nilai tambah perusahaan dihitung dari laporan laba operasi, atau
dengan cara menjumlahkan semua input produksi yang berasal dari modal dan tenaga kerja
dalam menghasilkan penjualan.

C. Penyusunan Laporan Nilai Tambah

Laporan nilai tambah disusun berdasarkan konsep-konsep dalam penyusunan laba-rugi


operasi yaitu konsep akrual dan prinsip pembandingan (matching principles). Dalam Metode
aditif, laporan keuangan nilai tambah dapat disusun dengan hanya mengubah laporan rugi-laba.
Besarnya laba ditahan dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai macam beban,
pajak, dividen dari hasil penjualan. Secara Matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Rumus dasar : LD = HP – BI – Dep – BG – I – Div – T

LD : Laba ditahan

HP : Hasil Penjualan

BI : Total Beban Input bahan baku dan jasa lain

BG : Beban gaji dan Upah pegawai

Dep : Beban Depresiasi

I : Beban Bunga

Div : Dividen yang dibayar

T : Pajak Penghasilan

Dikembangkan menjadi :

Untuk menghitung Nilai Tambah Bersih :

HP – BI – Dep = BG + I + Div + T + LD

Untuk menghitung Nilai Tambah Kotor :

HP – BI = BG + I + Div + T + LD + Dep

Perbedaan antara nilai tambah bersih dengan nilai tambah kotor :

 Nilai tambah tidak lain adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan dan kekayaan ini
akan dinilai terlalu tinggi apabila tidak diakui adanya akumulasi penurunan nilai aktiva tetap
karena pemakaian tersebut.

 Sesuai dengan konsep konsistensi dan matching antara penghasilan dan beban, maka beban
depresiasi harus diperlakukan pula seperti halnya beban input bahan baku yaitu pengurang
hasil penjualan.
 Nilai tambah bersih menghilangkan adanya perhitungah ganda, sedangkan nilai tambah kotor
akan menghasilkan perhitungan ganda, karena tidak dikurangkannya beban depresiasi dari
hasil penjualan.

 Ide suatu perusahaan merupakan suatu hasil kerja kolektif beberapa kelompok orang sesuai
dengan konsep nilai tambah bersih.

D. Manfaat Laporan Nilai Tambah

Pengungkapan

Laporan nilai tambah merupakan usaha untuk memberikan informasi yang lengkap dan
relevan tentang kegiatan perusahaan dengan memasukkan informasi beberapa kelompok
orang yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti pemilik, kreditur, pegawai dan
pemerintah.

Sederhana dan Fleksibel

Laporan nilai tambah disusun hanya dengan memodifikasi laporan laba-rugi. Laporan nilai
tambah memiliki fleksibilitas dalam penyusunannya karena dapat disusun atas dasar biaya
historis.

Hubungan Industrial

Laporan nilai tambah dimaksudkan dapat mencerminkan adanya “team spirit” di dalam
organisasi perusahaan.

Laporan Nilai tambah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan laporan laba-rugi:

 Laporan nilai tambah menggambarkan pernana pegawai di dalam perusahaan oleh karena
dipandang sebagai pihak yang ikut menyumbangkan terciptanya kekayaan perusahaan

 Dengan pemberian insentif kepada para pegawai atas dasar besarnya sumbangan mereka
terhadap nilai tambah perusahaan, maka dengan sendirinya akan menaikkan motivasi pegawai
didalam proses penciptaan kekayaan perusahaan

 Laporan nilai tambah dapat dipakai sebagai referensi guna penyelesaian kasus-kasus
perburuhan.

Kebijakan Ekonomi

Laporan nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan analisa ekonomi, karena
konsep nilai tambah konsistem dengan analisa input – output yang sering dipakai para ekonom
untuk menghitung pendapatan nasional.

Analisis Komparasi

Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai sebagai dasar untuk
menilai dan membandingkan prestasi suatu perusahaan lain. Disamping itu nilai tambah pula
dipakai sebagai alat untuk mengukur besar dan pentingnya suatu perusahaan.
E. Kelemahan Laporan Nilai Tambah

Bagi para pemakai yang tidak memahami konsep laporan keuangan., laporan nilai tambah
dapat membingungkan mereka sebab besarnya nilai tambah suatu perusahaan. Dengan
menyajikan laporan nilai tambah suatu perusahaan. Dengan menyajikan laporan nilai tambah
ada kecenderungan bahwa manajemen akan selalu memaksimumkan besarnya nilai tambah
yang pada gilirannya akan menyesatkan dalam pengambilan keputusan.
Diposkan oleh PuCi di 16.11

Label: EKUITAS, Tugas TEORI AKUNTANSI

BAB I
PENDAHULUAN

Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan
kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan
tersebut. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian
rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai
dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal, untuk organisasi nonprofit
ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan.
Karena kensep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,
informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut
menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut
pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang
tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham
merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas pemegang
saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang
saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau
menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis dapat
dipertahankan.
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan
manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek
investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis
pemilik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang
ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian
dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ekuitas
PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas sebagai bagian hak pemilik
dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara
jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas badan
usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT. Akuntansi untuk
ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk
industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.
Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal saham yang meliputi
saham preferen, saham biasa, dan akuntambahan modal disetor. Pos modal lainnya seperti
modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambahan modal, seprti; agio
saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada
jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang
diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehaannya,
tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akuntambahan modal
disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.

1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT


Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang
berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.
Ekuitas perusahaan perseorangan adalah kepemilikan usaha pemilik yang pada umumnya
disajikan dalam satu jumlah tertentu, dimana tidak diperlukan penyajian subklasifikasi ekuitas
karena pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang harus diinvestasikan atau ditarik
dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat mengambil aktiva pribadi si
pemilik, dan laba yang timbul dihitung secara berkala dan ditambahkan pada akun modal pada
setiap akhir periode. Transaksi modal (penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung dalam
akun modal, dan semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perusahaan yang terpisah.

2. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT


Modal saham berbentuk PT meliputi saham preferen, saham biasa dan akun tambahan
modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan
sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan
manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek
investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis
pemilik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang
ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian
dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.
2.1 Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan
Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang
saham yaitu: laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan
dari akun ikhtisar laba-rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba
tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Seperti juga modal
setoran, laba ditahan menunjukan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas
jenis aset tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham atas aset,
laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.
Perbedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan
harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlah akhirnya ditotal untuk
membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga penting secara yuridis karena modal
setoran merupakan dana besar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukan perlindungan
bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi rupiah yang secara yuridis
dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Unsur penambah modal disetor PT terdiri atas :
- agio saham
- tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah daripada jumlah
yang diterima pada saat pengeluaran
- tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah
yang dibayarkan pada saat perolehannya
- tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor
2.2 Modal Yuridis
2.2.1. Pengertian
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak
lain.Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus empunyai nilai nominal atau nilai
minimun yang dinyatakan untuk menunjukan hak yuridis. Modal yuridis adalah jumlah rupiah
"minimal" yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.
Tujuan penyajian modal yuridi ini adalah untuk memberi informasi kepada para
pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya. Akuntansi menganggap
pengungkapan modal yuridis tersebut tidak penting karena akuntansi lebih menekankan pada
jumlah rupiah yang benar-benar disetor oleh pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak
antara perseroan dengan pemegang saham.
2.2.2. Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal saham bernilai nominal , modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang
dikenal dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan jumlah rupiah perkalian antara
cacah saham beredar dengan nilai nominal persaham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang
secara yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah
rupiah yang disetor atau dibayar melebihi modal yiridis tersebut.
Modal saham ini juga merupakan batastanggung jawab pemegang saham dan batas
kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. artinya, dalam hal terjadi likuidasi
pemegang saham tidak dapat menuntun pembagian kekayaan atas dasar modal yang disetor
(kecuali adanya sisa untuk itu). Sebaliknya, dalam hal hasil penjualan aset dalam likuidasi tidak
dapat menutup seluruh hutang perseroan, pemegang saham tidak dapat diminta untuk menutup
utang lebih dari modal saham atau modal yang telah disetor kecuali pemegang saham sebagai
direksi.
2.3. Modal Setoran Lain
Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektip saham sehingga secara
akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna ekonomik. Dalam hal
tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat untuk pemerataan distribusi pemilikan
daripada untuk menunjukan nilai salaham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham
dapat diterbitkan tanpa nilai nominal. Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal
yaitu:
1. Pasal 42 undang-undang no 1 tahun 1995 menetapkan bahwa saham tanpa nilai nominal tidak
dapat diterbitkan. Ketentuan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menentukan modal yuridis. Nilai
niminal merupakan jumlah rupiah minimal yang harus disetor investor sehingga membentuk
modal yuridis. Jika modal saham terjual dengan harga diatas nominal, dapatkah selisihnya
diperlakukan sebagai laba ditahan karen modal yuridis telah terpenuhi?
2. Dalam hal ini, Patton danLittleton (1970) menegaskan bahwa perseroan merupakan kesatun
usaha maupun kesatuan hukum. Sifat ganda ini menjadikan akuntasni mempunyai fungsi ganda
pula yaitu menyajikan data ekonomik sekaligus mencerminkan aspek yuridis yang sebenarnya.
Fungsi ganda ini menimbulkan masalah pelaporan ekuitas pemegang saham karena konsep
kesatuan usaha dan konsep hukum sangat berbeda. Dari segi hukum ada tendesi untuk
memandang ekuitas pemegang saham sebagai jumlah rupiah tertentu yang menjadi batas
penarikan kembali dana yang ditanamkan oleh pemegang saham tanpa memperhatikan setoran
yang sesungguhnya. Dari segi akuntansi, yang menganut substansi dari pada bentuk, memandang
ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam diperusahaan
termasuk laba ditahan.
2.4. Perubahan Modal Setoran
Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan
secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal.
Dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan
kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang trsedia
untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan
berbagai masalah teoretisnya adalah:
- Pemesanan saham
- Obligasi terkonversi atau berhak tukar
- Saham istimewa terkonversi atau brhak tukar
- Dividen saham
- Hak beli saham, opsi, dan warna
- Saham treasuri

2.4.1 Pemesanan Saham


Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham harus memesan lebih dahulu
saham yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada saat pemesanan. Pada saat
perusahaan didirikan atau melakukan penawaran publik perdana, perusahaan telah menetapkan
apa yang disebut modal dasar. Dengan autorisasi tersebut perusahaan akan mencetak sertifikat
saham. Bila saham telah terjual dan pembeli telah membayar penuh kesepakatannya, sertifikat
saham akan diserahkan kepada pembeli. Berdasar konsep kesatuan usaha, jumlah rupiah yang
diterima perusahaan akan menimbulkan atau diimbangi dengan modal setoran.
Pada umumnya investor yang berminat membeli saham perusahaan harus memesan
terlebih dahulu saham yang dibeli dengan harga yang sesuai. Yang menjadi masalah adalah
apakah jumlah rupiah saham pesanan tersebut telah dapat diakui sebagai modal setoran?
Jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila
memenuhi dua syarat, yaitu tidak dapat dibatalkan, dan pelunasan tidak terlalu lama.
2.4.2 Obligasi terkonversi atau berhak tukar
Dalam hal tertentu perusahaan menerbitkan obligasi dengan kharakteristik dapat
ditukarkan dengan saham biasa. Kalau hak tukar dari obligasi tersebut digunakan oleh pemegang
obligasi akan timbul perubahan status kewajiban menjadi modal storan. Masalah teoritisnya
adalah pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran
sehingga modal saham dan kelebihan diatas modal saham (kalau ada) dapat ditentukan? Untuk
mengatasi masalah tersebut terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan sebagai basis
kapitalisasi, yaitu nilai bawaan obligasi, harga pasar obligasi, dan harga pasar saham.
2.4.3 Saham prioritas terkonversi
Saham prioritas atau saham istimewa menjadi saham biasa atas kehendak pemegang
saham. Masalah yang ada sama dengan masalah yang muncul pada obligasi terkonversi, yaitu
Pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran? Dalam
mengatasi permasalahan tersebut terdapat dua alternatif yang dapat digunakan, yaitu Pendekatan
satu-transaksi, dan pendekatan dua-transaksi.
2.4.4 Deviden Saham
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham
yang mula-mula diterbitkan. Permasalahan yang muncul akibat pembagian deviden saham
adalah bila dikapitalisasi, berapakah jumlah rupiah yang dikapitalisasi menjadi modal setoran?
Untuk mengatasinya, alternatif penyelesaian yang digunakan terdiri atas dasar nilai nominal, dan
atas dasar nilai pasar saham.
Bila distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen
saham akan menyerupai pemecahan saham. Pemecahan saham adalah penurunan nominal (atau
nilai nyata) persaham dengan cara menukar tiap satu saham yang beredar dengan dua atau lebih
saham baru yang nilai nominal per sahamnya merupakan pecahan dari nilai nominal saham
semula. Bila perusahaan mendistribusi dividen saham 20% tanpa disertai kapitalisasi, perusahaan
sebenarnya telah menurunkan nilai nominal per saham menjadi 100/120 dari nilai nominal
semula.
Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau laba. Berbagai
teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa dividen saham bukan merupakan laba
bagi penerimanya. Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan
pembagian laba karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan.
Hal ini berbeda dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi penerima karena ada
transfer kemakmuran ke pemegang saham.
Bila dividen saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena menaikan nilai
investasi, pendapatan tersebut belum terealisasi bila belum dijual oleh penerimanya. Investasi
naik karena dividen saham dapat di jual atau kalau tidak dijual penerima berhak menerima
dividen tunai dimana yang akan datang atas saham tersebut.
Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan merupakan laba bagi
penerimanya. Alasannya adalah bahwa laba perseroan juga merupakan laba [pemilik. oleh
karena itu dividen kas dianggap sebagai pengambilan atau prive oleh pemilik dari sesuatu yang
memang sudah menjadi haknya sehingga tidak ada tambahan kemakmuran. Dividen saham juga
bukan merupakan laba tetapi sekedar teklasifikasi ekuitas. karena sudut pandang akuntansi
adalah kesatuan usaha, apakan dividen saham pendapatan bagi pemegang saham sebenarnya
bukan masalah yang relevan. Yang relevan bagi perusahaan adalah apakah dividen saham
dipansang sebagai reklasifikasi ekuitas dan bila demikin bagaimana kapitalisasi diukur.
Kapitalisasi dapat didasarkan atas:
Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk menunjukan
modal yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham harus hanya sebesar nilai nominal atau
nyataannya: jumlah ini sebesarnya merupakan jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk
memenuhi ketentuan yuridis. Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah
bahwa divisen saham bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga pasar
memberi kesan bahwa dividen tersebut merupaka pendapatan yang direinvestasi kedalam
perusaahn. Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar menggambarkan
harga seluruh ekuitas pemegang saham (modal setoran dan laba ditahan). Jadi sangat tridak logis
mentransfer jumlah yang merefleksi elemen modal setoran dan laba ditaha ke modal setoran itu
sendir.
Walaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai divide keduanya dianggap
sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, dividen saham dapat di pandang sebagai pengganti
dividen kas karena dividen daham mempunyai nilai. Paling tidak, pemegang saham dapat
menjual saham tersebut kalau dividen kas yang diharapkan dan investasi semula tidak berubah.
Nilai tersebut diukur atas dasar harga saham. dengan demikian harga pasar merupakan dasar
yang tepat untuk menentukan kapitalisasi berbagai dasar pikiran mendukung hal ini.
2.4.5 Hak beli saham, opsi, dan warna
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli
sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hak ini biasanya dimaksudkan untuk
mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya, hak beli saham umurnya
tidak lama dan beli harga saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar
saham bersangkutan. Oleh karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai harga pasar
sehingga timbul pendapat bahwa hak beli saham tersebut dikapitalisasi. Harga pasar hak beli
saham ini adalah sebesar selisih harga pasar saham sengan harga yang harus dibayar pemegang
saham yang mempunyai hak beli saham. Perlukah jumlah rupiah selisih ini dikapitalisasi?
Bila dividen saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat dikapitalisasi
karena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham dengan nilai sebesar harga pasar
hak beli saham. jumlah ini dikapitalisasi ke modal setoran lain. Argumen dibantah dengan alasan
bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena tidak ada
sumber ekonomi yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada saham baru yang
diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang di bahas sesudah opsi saham
berikut.
Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham tertentu
yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Dalam arti khusus, opsi
saham adalah semacam kontrak yang membeli hak kepada karyawan perusahaan (termasuk
manager atau pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan
harga yang tertentu pula. pada umumnya harga pengambilan dibawah harga pasar saham yang
bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering
disebut dengan program opsi saham karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai
sarana untuk meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan mereka pemilik
perusahaan dan utnuk menambah penghasilan karyawan (sebagai konvensasi tambahan).
Banyaknya saham yang dapat dibeli dan harga opsi dapat ditentukan pasa saat hak opsi diberikan
atau bergantung pada beberapa kejadian dimasa mendatang seperti pertumbuhan perusahaan dan
perubahan harga saham.
Dalam hal opsi saham karyawan, ada kalanya harga pengambilan begitu rendah di
banding harga pasar sehingga selisihnya dapat dipandang sebagai kompensasi atau imbalan jasa
karyawan. Ada kalanya program opsi saham diluncurkan bukan untuk tujuan meningkatkan
kompensasi karyawan tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik perusahaan
dan untuk membantu perusahaan menambah dana. APB Opinion No.25 pasal 7 menentukan
bahwa opsi saham dapat dikategorikan sebagai nonimbalan. Jika program opsi saham tidak
memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi
saham imbalan. Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call adalah opsi yang memberi
hak kepada pemegang opsi untuk membeli saham dengan harga tertentu selama perioda tertentu.
Orang membeli bila mengharapkan harga saham menaik. Sedangkan opsi put adalah opsi yang
memberi hak kepada pemegang opsi untuk menjual saham dengan harga tertentu selama perioda
tertentu. Orang membeli opsi bila mengharapkan harga saham menurun.
Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada nonpemegang saham dengan cara
menjual kupon pembelian saham atau waran. Dalam PSAK No. 41, IAI mendefinisikan waran
sebagai berikut:
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu
tertentu (pasal 30). Terdapat beberapa karakteristik dari warran, yaitu (1) berbeda dengan hak
beli saham atau opsi, (2) terdapat beberapa jenis: lepas, lekat, dan bebas, (3) perlakuan akuntansi
berbeda untuk tiap jenis. Perbedaan waran dengan hak beli saham dan opsi saham dalam
beberapa aspek, yaitu:
- Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas yang disertai waran lepas dialokasi
ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar masing-masing komponen pada saat penerbitannya.
jumlah rupiah yang melekat pada sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai
dengan karakteristiknya (pasal 15).
- Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke modal saham
dan agio saham (bila ada) apa bila waran tidak diambil sampai masa opsi berakhir, jumlah rupiah
tecatat waran tetap diperlakukan sebagai modal setoran lain (pasal 16).
- Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang/ekuitas) yang disertai waran lekat diakui
seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17).
- Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah rupiah hasil
penerbitan tersebut. bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma, tidak diperlukan penaksiran
nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain (pasal 18-19).
2.4.6 Saham treasuri
Saham treasuri adalah penarikan kembali saham yang beredar untuk sementara dan
kemudian diterbitkan kembali. Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan kembali antara
lain saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program opsi saham, serta
saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transaski penggabungan
usaha.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah (1) penentuan jumlah
rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan laba ditahan, (2)
pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali.
Mengenai hal tersebut, terdapat dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep
satu-transaksi dan konsep dua-transaksi.

2.5 Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT


2.5.1 Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method
Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisih antara
jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada saat
pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham
yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan menggunakan cost atau par value method. Dengan
cost method, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan kembali dan
disajikan sebagai pengurang atas jumlah modal.
Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga perolehan kembali, disajikan sebagai
pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis, disajikan dalam jumlah lembar dan nilai
nominal. Kemudian, selisih harga perolehan kembali dengan nilai nominal disajikan sebagai
pengurang atau penambah akun agio saham, disajikan per jenis saham dan rupiah, dengan judul
tambahan (pengurang) agio modal dari perolehan kembali saham. Apabila agio saham menjadi
defisit (disagio) karena transaksi perolehan kembali, defisit tersebut dibebankan pada saldo laba.
2.5.2 Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method
Metode nilai nominal atau par value method lazimnya digunakan dalam hal saham yang
diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari. Dengan metode nilai nominal
(par value method), saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nominal saham yang
bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akun modal saham. Apabila saham yang
diperoleh kembali tersebut semula dikeluarkan dengan harga di atas pari, akun agio saham akan
didebit dengan agio saham yang bersangkutan.
Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang diterima pada saat
pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebet akun saldo laba. Sebaliknya bila
jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur penambah modal dan
dibukukan dengan mengkredit akun tambahan modal dari perolehan kembali saham. Metode ini
lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam rangka penarikan saham.
2.5.3 Perolehan Kembali Saham Sumbangan
Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlah yang
diterima pada saat pengeluarannya dengan mendebet akun modal saham yang diperoleh kembali
dan mengkredit akun modal yang berasal dari sumbangan. Pada saat saham tersebut dijual
kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan harga jualnya ditambahkan pada akun modal
yang berasal dari sumbangan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara
manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara
perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen
yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan
modal setoran lain.
Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan semantik karena
keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas mengandung makna
pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih.
Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak
penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep
kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari
manajemen.
Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan
suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba
ditahan merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset. Modal setoran
merupakan perubahaan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan
merupakan perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).
Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan oleh
keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis atau
modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan
pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual
modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan modal setoran yang harus
dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang mendasarkan diri pada konsep dasar
substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik
tertanam dalam perseroan termasuk laba ditahan.
Modal setoran dapat bertambah karena pemesanan saham, konversi status obligasi,
konveersi status saham istimewa, dividen saham, dan hak beli saham. Trnsaksi yang menyangkut
hal-hal tersebut merupakan transaksi modal sehingga tidak melibatkan sama sekali laba atau rugi
meskipun dalam beberapa kasus dapat melibatkan laba ditahan. Modal setoran dapat berkurang
karena saham treasuri. Masalah yang berkaitan dengan saham treasuri adalah:
Dua konsep dapat diterapkan yaitu konsep satu transaksi dan konsep dua transaksi.
Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba ditahan dan dilaporkan
sebagai penyesuai laba ditahan adalah penyesuaian perioda-lalu, koreksi kesalahan, pengaruh
perubahan akuntansi, dan kuasi reorganisasi. Secara umum, perubahan akibat ketiga komponen
pertama diperlakukan sebagai transaksi operasi sehingga dilaporkan dalam statemen laba-rugi.
Kuasi reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara langsung.
Kuasi-reorganisasi dilakukan apabila terdapatdefisit yang sukup besar tetapi perusahaan
masih berjalan baik dan mempunyai prospek yang baik pula. Hal ini, dilakukan untuk mengatasi
keadaan yang disebut bangkrut secara teknis sehingga perusahaan bebas dari kemungkian
bangkrut. atau pailit yang secara hukum mengarah ke likuidasi.

Anda mungkin juga menyukai