Konsep Ekuitas
Konsep Ekuitas
Konsep Ekuitas
1. Definisi Ekuitas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) atau PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Berbagai sumber yang lain mendefinisi ekuitas yang tidak berbeda denagn definisi menurut IAI.
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan
pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada
bagaimana asset dan kewajiban diukur.
2. Komponen Ekuitas
terdiri dari modal yuridiksi (legal capital) yang dihitung berdasar nilai pari (par value) menunjukkan aktiva netto yang tidak dapat
distribusikan. Kelebihan nilai diatas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional paid in capital)
terdiri dari laporan laba rugi, penyesuaian periode sebelumnya, dan deviden
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada
pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyelidiki akan
informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) manajemen serta menyediakan
informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Informasi tentang kewajiban yuridis
perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini.
4. Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Teori ini membahas pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut pandang dalam
pelaporan keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan format pelaporan yang berbeda pula.
a. Teori Propietary
Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya
kepada pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah : Aktiva-hutang = modal. Teori proprietary sangat cocok
diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal
antara manajemen dengan pemilik.
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary. Terdapat pemisahaan antara kepentingan
pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Dengan demikian, transaksi / kejadian yang dicatat dan dipertanggungjawabkan
adalah transaksi yang melibatkan perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari
pemilik. Persamaan akuntansinya : Aktiva = Hutang + Modal atau Aktiva = Modal (Hutang + Modal Pemilik)
Teori entitas cocok diterapkan untuk organisasi yang berbentuk perseroan terbatas, tetapi juga relevan untuk perusahaan lain
yang memiliki eksistensi yang terpisah dari individu pemilik.
ü Versi Tradisional Menurut pandangan tradisional, perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas yaitu pihak yang memberi
dana bagi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus melaporkan status investasi dan konsekuensi investasi yang dilakukan
pemilik. Melihat pemegang ekuitas sebagai partner dalam kegiatan usaha yand dijalankan.
ü Versi Baru Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan berkepentingan terhadap
kelangsungan hidupnya sendiri. Melihat pemegang ekuitas sebagai pihak di luar perusahaan.
Menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Pemegang saham memiliki
ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Jadi teori
ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya
menjadi : Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual
Tujuan pendekatan teori ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam
rangka pengambilan keputusan investasi.
d. Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori entitas, tetapi kurang terdefinisikan
dengan baik dalam skope maupun aplikasinya. Dalam teori ini, perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang
dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi pemegang saham, sedangkan dalam teori entreprise, perusahaan dipandang
sebagai lembaga sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Konsep
ini cocok diterapkan skala besar dan modern dan memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya
kepada beberapa kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Konsep income yang paling relevan dengan teori enterprise
adalah laporan keuangan nilai tambah yaitu laporan keuangan yang menunjukkan kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan didalam menghasilkan nilai tambah perusahaan.
e. Teori Dana
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi personifikasi perusahaan sebagai unit
ekonomi legal secara artifisal dalam teori entitas. Teori dana berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut : Aktiva =
Restriksi Aktiva
Konsep teori dana banyak digunakan di sektor pemerintahan dan lembaga nir-laba. Di dalam pemerintahan dana yang umumnya
digunakan meliputi dana umum , dana pendapatan khusus, dana proyek, dan dana pelunasan hutang jangka panjang.
EKUITAS
Ekuitas timbul pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa (residual
claim) terhadap aktiva. Oleh karena itu, konsep ekuitas tidak dapat didefinisikan tersendiri,
terpisah dari aktiva dan hutang. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas adalah
hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. FASB Statement of
Financial Accounting Concept No.6mendefinisikan ekuitas sebagai “hak sisa terhadap suatu
entitas setelah dikurangi hutang”.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai
berikut:
Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang
perusahaan.
Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto baik
yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh pemilik
atau distribusi kepada pemilik.
1. Besarnya hak prioritas yang dimiliki oleh para pemegang ekuitas lainnya,
2. Tingkat kepastian dalam penetapan jumlah yang diterima oleh para pemegang ekuitas, dan
A. Teori Ekuitas
Teori Ekuitas adakah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam
akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dengan kata lain,
penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung pada sudut pandang yang
digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan.
Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori
ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan:
Teori Proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan
firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen
perusahaan denga pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan net income ditambahkan setiap
periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitngan laba bersih tidak mengukur kenaikan
bersih kekayaan (wealth).
Teori propoprietary tidak dapat langsung digunakan untuk bentuk perusahaan peseroan
terbatas seperti halnya untuk perusahaan perseorangan dan firma. Konsep laba komprehensif
yang diadopsi oleh FASB juga menggunakan dasar teori proprietary yaitu memasukkan semua
item yang mempengaruhi pemilik selama periode itu kecuali pengambilan deviden dan transaksi
modal.
Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara biaya
diartikan sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan
kekayaan/kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik. Pemakaian
teori proprietary dalam akuntansi memberikan implikasi sebagai berikut :
Perusahaan merupakan alat bagi pemilik untuk mencapai tujuannya bukan sebagai entitas
yang berdiri sendiri terpisah dari pemilik
Gaji yang dibayarkan pada pemilik sebagai karyawan tidak dapat diperlakukan sebagai biaya
karena pemilik dianggap sama dengan perusahaan.
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary.
Perkembangan saat ini kenyataannya kegiatan usaha menyebabkan perusahaan menjadi unit
usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat pemisahan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
Elemen yang ada pada sisi kanan persamaan sering disebut hutang, tetapi sesungguhnya
adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam persamaan. Perbedaan utama antara hutang
dan ekuitas pemilik adalah hak kreditur dapat dinilai secara independen dari penilaian yang lain
jika perusahaan dalam keadaan solvent.
Sedangkan hak pemegang saham/pemilik diukur dari penilaian aktiva yang diinvestasikan
kembali. Jadi, hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak
perusahaan menerima barang barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya.
Penilaian aktiva harus mencerminkan pengukuran manfaat yang diterima oleh perusahaan.
Laba bersih suatu perusahaan umumnya diekspresikan dalam bentuk perubahan bersih modal
pemilik, tidak termasuk perubahan yang berasal dari deklarasi dividen dan transaksi modal.
Hal ini tidak sama dengan teori proprietary yang mengatakan bahwa laba bersih adalah
laba bagi pemegang saham. Laba bersih dalam konsep entitas menggambarkan sisa
perubahan posisi ekuitas setelah dikurangi semua klaim, termasuk bunga hutang jangka
panjang dan pajak penghasilan.
Perbedaan antara teori proprietary dan teori entitas menimbulkan perbedaan dalam
melakukan penilaian aktiva. Dengan teori proprietary, aktiva harus dinilai dengan nilai sekarang
(current value) oleh karena ekuitas pemilik dianggap sebagai kekayaan bersih. Sedangkan
dengan teori entitas, perusahaan tidak berhubungan dengan nilai sekarang oleh karena
penekanannya adalah akuntabilitas cost kepada pemilik atau pemegang saham lainnya.
Dengan demikian dasar pengukuran yang relevan adalah historical cost.
Versi Tradisional
Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan
berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Penyajian laporan kepada
pemegang ekuitas dimaksudkan untuk memenuhi syarat legal dan menjaga hubungan baik
pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan kebutuhan dana yang diperlukan dimasa
mendatang.
Aktiva = Ekuitas
Ekuitas menunjukkan hak/klaim pemegang ekuitas terhadap aktiva suatu unit suatu
usaha. Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut :
Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama.
Aktiva non moneter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai total aktiva sama
dengan jumlah pasivanya.
Makna Laba
Dalam pendekatannya ekuitas ini, laporan rugi laba lebih relevan dibandingkan neraca.
Alasannya :
1. Pemegang ekuitas lebih tertarik pada laba yang merupakan hasil dari investasi mereka
2. Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
4. Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan
5. Biaya adalah cost aktiva/jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka menghasilkan
pendapatan.
Tekanan teori ini adalah pada aktiva karena aktiva dipandang lebih riil daripada ekuitas.
Laba Ditahan
Menurut pandangan tradisional, laba dicatat dan ditampung dalam laba ditahan. Pandangan
versi baru melihat bahwa laba ditahan merupakan ekuitas perusahaan/investasi milik sendiri.
Pandangan Tradisional
1. Bunga pinjaman adalah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan biaya
bagi kreditor
2. Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham. Jadi bunga pinjaman
kedudukannya sama dengan deviden
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan
pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaan karena menurunkan jumlah ekuitas unit
usaha tersebut.
Seseorang teoritisi akuntansi William Patton (1962) menyatakan bahwa ekuitas residual
merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori
entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang saham ekuitas
lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Patton menekankan pada
hubungan khusus residual equity holder.
Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba bersih dan laba ditahan dan
perubahan didalam hak pemegang ekuitas lainnya semua tercermin didalam residual equity
pemegang saham biasa.
Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas.
Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:
Aktiva – Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual
Ekuitas khusus meliputi klaim kreditu dan ekuitas pemegang saham preferen. Namun
demikian pada kasus diaman kerugian begitu besar sehingga perusahaan tersebut bangkrut,
ekuitas pemegan saham biasan dapat hilang dan pemegang saham preferen atau pemegang
obligasi menjadi pemegang ekuitas residual.
Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi. Karena biasanya
pemegang saham umumnya dianggap memiliki ekuitas residual didalam laba perusahaan dan
didalam aktiva bersih pada saat likuidasi.
Oleh karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka
informasi yang disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harus berguna untuk
memprediksi dividen masa datang bagi pemegang saham biasa.
Laporan laba rugi dan laporan laba ditahan harus menunjukkan laba yang tersedia bagi
pemegang ekuitas residual setelah semua kewajiban dipenuhi, termasuk deviden kepada
pemegang saham preferen.
Teori enterprise dalam hal ini menyatakan bahwa perusahaan dipandang sebagai lembaga
sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang
berkepentingan (dalam arti luas meliputi pemegang saham, kreditor, pegawai, konsumen,
pemerintah dan masyarakat secara umum), jadi saham dalam arti luas teori enterprise dapat
dipandang sebagai teori akuntansi sosial.
Konsep ini tepat diterapkan pada perusahaan dalam skala besar dan modern, karena
ditinjau dari sisi akuntansi berarti tanggung jawab pelaporan keuangan selain disampaikan
kepada para pemegang saham/kreditor juga kepada kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan.
Teori ini menyatakan bahwa unit aktivitas ekonomi merupakan dasar akuntansi, unit aktivitas
operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompok aktiva dan kewajiban dan restriksi atau
batasan – batasan yang menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Persamaan akuntansi
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit koperasi, hutang merupakan
restriksi aktiva umum atau khusus dari dana, modal yang diinvestasikan menceriminkan
restriksi legal atau financial untuk menggambarkan aktiva.
Konsep ini banyak diterapkan pada sektor pemerintahan dan lembaga nirlaba. Dalam
pemerintahan dana yang umumnya digunakan meliputi dana umum (general fund), dana
pendapatan khusus (spesial revenue fund), dana proyek (capital project fund), dana pelunasan
hutang jangka panjang (debt service fund). Setiap dana ini memiliki restriksi penggunaan yang
diatur dalam undang-undang atau peraturan pemerintah lainnya, masing-masing dana
dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri sehingga masing-masing mempunyai pembukuan debet
kredit sendiri dan memiliki neraca dan laporan perubahan saldo dana.
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas
dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah
menjadi modal saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain
yang merefleksi transaksi pemilik.
Modal Setoran
1. Modal Yuridis
2. Modal Setoran Lain
Modal Bentukan atau Laba Ditahan
Keterangan :
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement keuangan. Pada umumnya, tujuan
pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang
berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen. Untuk memenuhi tujuan
tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal
adalah:
2. Pembatasan hukum pada distribusi modal yang diinvestasikan kepada pemegang saham.
3. Pembatasan hukum, kontraktual, manajerial dan keuangan pada distribusi duvuden pada calon
dan pemegang saham sekarang.
4. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.
Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun
ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut
telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian untuk
mengukur seluiruh hak pemegang saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan dengan
modal setoran.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting, Dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indicator daya melaba sehingga laba ditahan
harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk
membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis
karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk
menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi
atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah rupiah yang
secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak lain.
Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai
minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah
rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.
Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah
penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan
sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba
ditahan dapat dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah
menjadi modal dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal
yang dibahas dibawah ini.
1. Pemesanan saham
4. Dividen saham.
6. Opsi saham.
7. Waran.
8. Saham treasuri.
Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam satu periode
berubah selain karena transaksi modal tetapi karena transaksi khusus yaitu :
uaian periode-lalu.
uh perubahan akuntansi.
eorganisasi.
Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya
menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan yang mengalami defisit dan
dalm kondisi perusahaan dilikuidasi. Dalam terjadi defisit, urutan penyajian menggambarkan:
penyerapan rugi.
Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat dikemukakan sbagai berikut:
Kreditor berjaminan.
Kreditor takberjaminan.
Laba Komprehensif
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan melalui statement
laba rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statement laba ditahan. Dalam hal ini,
ada 2 pendekatan yang dapat dianut yaitu:
nerja sekarang.
mua-termasuk.
Konsep nilai tambah secara umum dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara
penghasilan kotor yang diterima oleh suatu perusahaan dari hasil penjualan produk dan jasa
dengan jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli bahan baku dan jasa lain yang disediakan
oleh pemasok dari luar perusahaan. Atau dapat disimpulkan bahwa nilai tambah pada dasarnya
adalah hasil penjualan dikurangi dengan biaya bahan baku dan jasa pihak luar yang digunakan
dalam rangka menciptakan penghasilan tersebut. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa
sebagaian dari hasil penjualan dipakai untuk membayar bahan baku dan jasa yang dibeli dari
masyarakat diluar perusahaan. Sisanya adalah kekayaan atau nilai tambah perusahaan yang
diciptakan oleh para pegawai yang ada dalam perusahaan yang bekerja dengan sejumlah
modal yang berasal dari pemegang saham, kreditur dan pemakai fasilitas umum yang
disediakan oleh pemerintah.
Terdapat dua metoda dalam menghitung besarnya nilai tambah, antara lain :
Metode Substraktif : Yaitu dengan menghitung besarnya nilai penjualan kotor perusahaan, atau
dengan cara hasil penjualan dikurangi dengan beban input yang terdiri dari bahan baku atau
jasa yang dibeli dari luar perusahaan yang dipakai untuk menghasilkan penjualan tersebut.
Metode Aditif : Di mana nilai tambah perusahaan dihitung dari laporan laba operasi, atau
dengan cara menjumlahkan semua input produksi yang berasal dari modal dan tenaga kerja
dalam menghasilkan penjualan.
LD : Laba ditahan
HP : Hasil Penjualan
I : Beban Bunga
T : Pajak Penghasilan
Dikembangkan menjadi :
HP – BI – Dep = BG + I + Div + T + LD
HP – BI = BG + I + Div + T + LD + Dep
Nilai tambah tidak lain adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan dan kekayaan ini
akan dinilai terlalu tinggi apabila tidak diakui adanya akumulasi penurunan nilai aktiva tetap
karena pemakaian tersebut.
Sesuai dengan konsep konsistensi dan matching antara penghasilan dan beban, maka beban
depresiasi harus diperlakukan pula seperti halnya beban input bahan baku yaitu pengurang
hasil penjualan.
Nilai tambah bersih menghilangkan adanya perhitungah ganda, sedangkan nilai tambah kotor
akan menghasilkan perhitungan ganda, karena tidak dikurangkannya beban depresiasi dari
hasil penjualan.
Ide suatu perusahaan merupakan suatu hasil kerja kolektif beberapa kelompok orang sesuai
dengan konsep nilai tambah bersih.
Pengungkapan
Laporan nilai tambah merupakan usaha untuk memberikan informasi yang lengkap dan
relevan tentang kegiatan perusahaan dengan memasukkan informasi beberapa kelompok
orang yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti pemilik, kreditur, pegawai dan
pemerintah.
Laporan nilai tambah disusun hanya dengan memodifikasi laporan laba-rugi. Laporan nilai
tambah memiliki fleksibilitas dalam penyusunannya karena dapat disusun atas dasar biaya
historis.
Hubungan Industrial
Laporan nilai tambah dimaksudkan dapat mencerminkan adanya “team spirit” di dalam
organisasi perusahaan.
Laporan Nilai tambah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan laporan laba-rugi:
Laporan nilai tambah menggambarkan pernana pegawai di dalam perusahaan oleh karena
dipandang sebagai pihak yang ikut menyumbangkan terciptanya kekayaan perusahaan
Dengan pemberian insentif kepada para pegawai atas dasar besarnya sumbangan mereka
terhadap nilai tambah perusahaan, maka dengan sendirinya akan menaikkan motivasi pegawai
didalam proses penciptaan kekayaan perusahaan
Laporan nilai tambah dapat dipakai sebagai referensi guna penyelesaian kasus-kasus
perburuhan.
Kebijakan Ekonomi
Laporan nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan analisa ekonomi, karena
konsep nilai tambah konsistem dengan analisa input – output yang sering dipakai para ekonom
untuk menghitung pendapatan nasional.
Analisis Komparasi
Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai sebagai dasar untuk
menilai dan membandingkan prestasi suatu perusahaan lain. Disamping itu nilai tambah pula
dipakai sebagai alat untuk mengukur besar dan pentingnya suatu perusahaan.
E. Kelemahan Laporan Nilai Tambah
Bagi para pemakai yang tidak memahami konsep laporan keuangan., laporan nilai tambah
dapat membingungkan mereka sebab besarnya nilai tambah suatu perusahaan. Dengan
menyajikan laporan nilai tambah suatu perusahaan. Dengan menyajikan laporan nilai tambah
ada kecenderungan bahwa manajemen akan selalu memaksimumkan besarnya nilai tambah
yang pada gilirannya akan menyesatkan dalam pengambilan keputusan.
Diposkan oleh PuCi di 16.11
BAB I
PENDAHULUAN
Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan
kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan
tersebut. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian
rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai
dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal, untuk organisasi nonprofit
ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan.
Karena kensep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,
informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut
menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut
pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang
tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham
merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas pemegang
saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang
saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau
menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis dapat
dipertahankan.
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan
manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek
investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis
pemilik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang
ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian
dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ekuitas
PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas sebagai bagian hak pemilik
dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara
jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas badan
usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT. Akuntansi untuk
ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk
industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.
Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal saham yang meliputi
saham preferen, saham biasa, dan akuntambahan modal disetor. Pos modal lainnya seperti
modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambahan modal, seprti; agio
saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada
jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang
diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehaannya,
tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akuntambahan modal
disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara
manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara
perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen
yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan
modal setoran lain.
Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan semantik karena
keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas mengandung makna
pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih.
Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak
penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep
kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari
manajemen.
Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan
suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba
ditahan merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset. Modal setoran
merupakan perubahaan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan
merupakan perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).
Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan oleh
keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis atau
modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan
pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual
modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan modal setoran yang harus
dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang mendasarkan diri pada konsep dasar
substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik
tertanam dalam perseroan termasuk laba ditahan.
Modal setoran dapat bertambah karena pemesanan saham, konversi status obligasi,
konveersi status saham istimewa, dividen saham, dan hak beli saham. Trnsaksi yang menyangkut
hal-hal tersebut merupakan transaksi modal sehingga tidak melibatkan sama sekali laba atau rugi
meskipun dalam beberapa kasus dapat melibatkan laba ditahan. Modal setoran dapat berkurang
karena saham treasuri. Masalah yang berkaitan dengan saham treasuri adalah:
Dua konsep dapat diterapkan yaitu konsep satu transaksi dan konsep dua transaksi.
Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba ditahan dan dilaporkan
sebagai penyesuai laba ditahan adalah penyesuaian perioda-lalu, koreksi kesalahan, pengaruh
perubahan akuntansi, dan kuasi reorganisasi. Secara umum, perubahan akibat ketiga komponen
pertama diperlakukan sebagai transaksi operasi sehingga dilaporkan dalam statemen laba-rugi.
Kuasi reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara langsung.
Kuasi-reorganisasi dilakukan apabila terdapatdefisit yang sukup besar tetapi perusahaan
masih berjalan baik dan mempunyai prospek yang baik pula. Hal ini, dilakukan untuk mengatasi
keadaan yang disebut bangkrut secara teknis sehingga perusahaan bebas dari kemungkian
bangkrut. atau pailit yang secara hukum mengarah ke likuidasi.