Traumatologi-Umum PDF
Traumatologi-Umum PDF
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Trauma merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Trauma berarti
kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue). Hasil dari trauma adalah luka,
perdarahan, skar atau hambatan dalam fungsi organ bahkan kematian. Dokter harus mampu
memberikan keterangan dari hasil melakukan berbagai pemeriksaan forensik untuk kepentingan
penegakan hukum dan peradilan. Dalam membuat visum et repertum sangat penting memahami
jenis-jenis luka dan cara mendeskripsikan luka. Mengetahui dengan baik bagaimana deskripsi
suatu luka dapat membantu menentukan jenis penyebab trauma apakah disebabkan oleh faktor
mekanik, faktor fisik, atau zat korosif. Deskripsi luka juga dapat membantu menentukan waktu
terjadinya trauma atau kekerasan apakah trauma terjadi sebelum kematian ataukah sesudah
kematian. Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang penting bagi keperluan analisa untuk
mengungkap suatu peristiwa trauma. Deskripsi luka juga dapat membantu menentukan
bagaimana cara melakukan sesuatu yang mengakibatkan luka apakah luka tersebut diiris,
ditusuk, ditembak senjata, ataupun dibacok.
Membuat deskripsi luka perlu memperhatikan beberapa hal. Deskripsi luka harus dibuat
secra objektif sehingga tidak boleh dilakukan penulisan yang bersifat interpretatif. Oleh karena
itu, diperlukan suatu acuan dalam membuat deskripsi luka agar tidak ada perbedaan persepsi
antara satu dokter dengan dokter lain dalam membuat deskripsi luka.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
1. Defenisi Trauma
Trauma merupakan suatu keadaan penetrasi benda (hidup maupun mati)
yang mengenai ke target organ baik langsung maupun tidak langsung.
2. Definisi Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan.
3. Definisi Luka Menurut KUHP
Pembagian derajat perlukaan secara tersirat diatur dalam KUHP pasal 90, 351 dan
352. Hal ini disebabkan karena tidak ada peraturan tentang perlukaan ringan dan sedang,
melainkan hanya mengatur ketentuan tentang penganiayaan dan penganiayaan ringan
yang diasosiasikan sebagai luka sedang dan luka ringan. Hal ini dapat dilihat dalam pasal
352 (1) KUHP yang memuat ketentuan penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian. Pidana yang dikenakan dapat berupa pidana penjara paling lama 3 bulan
atau denda Rp. 4.500,00. Menurut pasal 351 (1) KUHP penganiayaan diancam dengan
penjara paling lama 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak Rp. 4.500,00. Sedangkan
ketentuan luka berat ada dicantumkan dalam pasal 90 KUHP yaitu : jatuh sakit, atau yang
menimbulkan bahaya maut, tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan
atau pekerjaan pencaharian, kehilangan salah satu panca indera, mendapat cacat berat,
menderita sakit lumpuh, terganggunya daya piker selama empat minggu lebih, gugur
atau matinya kandungan seorang perempuan.
2
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa definisi luka menurut KUHP adalah:
1. Luka Ringan
Adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.
2. Luka Sedang
Adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk sementara waktu.
3. Luka Berat
Adalah luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang terdiri atas:
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna.
Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih ditunjukkan pada fungsinya.
Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah
dijahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan bahaya maut
pengertiannya memiliki potensi untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah
diobati dapat sembuh.
c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam mnjalankan pekerjaan jabatan atau
mata pencahariannya. Luka yang dari sudut medik tidak membahayakan jiwa, dari
sudut hukum dapat dikatagorikan sebagai luka berat. Contohnya trauma pada
tangan kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat dikatagorikan
luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut
selamanya.
d. Kehilangan salah satu panca indera. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata
atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan
indera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butur
(a) di atas.
e. Cacat besar atau kudung.
f. Lumpuh.
3
g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir tidak
harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia, disorientasi,
anxietas, depresi, atau gangguan jiwa lainnya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang dimaksud dengan
keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak didahului oleh
proses yang sebagaimana umumnya terjadi pada seorang wanita ketika melahirkan.
Sedang kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi
menunjukkan tanda-tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari
perut ibunya.
Ada tiga hal yang menjadi ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :
1. Adanya luka
2. Perdarahan dan atau skar
3. Hambatan dalam fungsi organ
.
Deskripsi luka :
1. Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau aksis pada tubuh. Garis yang melalui
tulang dada dan tulang belakang dipakai sebagai ordinat.)
2. Ukuran, ditentukan :
Ditentukan panjang luka
Jumlah luka
Sifat luka
Ada atau tidaknya benda asing pada luka
Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati
Menyebabkan kematian atau tidak
Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan
4
Klasifikasi Trauma berdasarkan penyebab luka
Luka akibat kekerasan mekanis:
Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul
Luka akibat kekerasan oleh benda tajam
Luka akibat kekerasan oleh tembakan senjata api
Luka akibat kekerasan fisis:
Luka akibat kekerasan oleh suhu tinggi atau rendah
Luka akibat kekerasan auditorik
Luka akibat kekerasan oleh arus listrik dan petir
Luka akibat kekerasan radiasi
Luka akibat kekerasan kimiawi:
Luka akibat kekerasan oleh asam kuat
Luka akibat kekerasan oleh basa kuat
Intoksikasi
5
a. Luka memar diskontinuitas pembuluh darah & jaringan dibawah kulit tanpa
rusaknya jaringan kulit
Teraba menonjol pengumpulan darah di jaringan sekitar pembuluh darah rusak
Bentuk luka Menyerupai benda yang mengenai
b. Luka Lecet tjd pd epidermis – gesekan dgn benda yang permukaannya kasar
Luka Lecet Tekan arah kekerasan tegak lurus pd permukaan tubuh, epidermis yang
tertekan akan mencekung kedalam
Luka Lecet Geser arah kekerasan miring/membentuk sudut epidermis terdorong &
terkumpul pd tmpt akhir gerak benda tersebut
Luka Lecet Regang diskontinuitas epidermis akibat peregangan yang letaknya sesuai
dengan garis kulit
d. Patah tulang
o Bentuk : bergantung pada sifat benda penyebab
o Perubahan berdasarkan waktu
o Dampak patofisiologi : perdarahan, disfungsi, kerusakan jaringan sekitar, emboli lemak
dan sumsum tulang
2. TRAUMA TAJAM :
Benda tajam: benda yg permukaannya mampu mengiris shg kontinuitas jaringan hilang
- Luka iris dalam luka < panjang irisan luka
arah trauma sejajar permukaan kulit
- Luka tusuk dalam luka > panjang luka
arah trauma tegak lurus permukaan kulit
- Luka bacok dalam ± = panjang luka
arah trauma ± 45° dari permukaan kulit dan tergantung beratnya benda yang di
pakai.
Ciri-ciri luka karena benda tajam :
Tepinya rata
Sudut luka tajam
Tidak ada jembatan jaringan
Sekitar luka bersih tidak ada memar
Bila lokasinya pada kepala maka rambutnya terpotong
6
Luka iris
Luka tusuk
7
kapak atau parang.
b. Tenaga yang digunakan biasanya lebih besar dari luka tusuk atau luka iris.
Tabel. Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri
atau kecelakaan
Pembeda Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
luka Banyak Banyak >1
Pakaian Terkena Tidak Terkena
Luka tangkisan (+) (-) (-)
Luka percobaan (-) (+) (-)
Cedera Sekunder Mungkin ada (-) Mungkin ada
8
3. LUKA TEMBAK
9
Tabel. Perbedaan luka tembak masuk dan keluar
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Ukurannya kecil (berupa satu Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
titik/stelata/bintang), karena peluru teratur dibandingkan luka tembak
menembus kulit seperti bor dengan masuk, karena kecepatan peluru
kecepatan tinggi berkurang hingga menyebabkan
robekan jaringan.
Pinggiran luka melekuk kearah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena
karena peluru menmebus kulit dari peluru menuju keluar.
luar
Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi.
Bisa tampak kelim lemak. Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk kedalam luka, dibawa Tidak ada
oleh peluru yang masuk.
Pada luka bisa tampak hitam, Tidak ada
terbakar, kelim tato atau jelaga.
Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip
bagus bentuknya. kerucut
Bisa tampak berwarna merah terang Tidak ada
akibat adanya zat karbon monoksida.
Disekitar luka tampak kelim ekimosis. Tidak ada
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Perdarahan hanya sedikit. Perdarahan lebih banyak
Pemeriksaan radiologi atau analisis Tidak ada
aktivitas netron mengungkapkan
adanya lingkaran timah / zat besi di
sekitar luka.
11
6. Penyembuhan luka tembakan
titik penyembuhan
tipe misil
tanda identifikasi
susunan
7. Luka keluar
lokasi
karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu.
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada
besarnya potensi seorang korban meninggal. jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan tidak
terlalu detail. dokter mempunyai tanggung jawab yang utama untuk memberikan
penatalaksanaan gawat darurat. membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement
dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter.
penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua kondisi gawat darurat
dapat disingkirkan. oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal,
seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail.
deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari : lokasi luka, ukuran dan bentuk
defek, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada),
tato (jika ada), dan bagian yang ditembus/dilewati.1,3,4 penatalaksanaan luka, termasuk
debridement, penjahitan, pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan
luka.
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. meskipun demikian,
tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat dari pihak
lain. sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan
tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. di lain
pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah
ditutup dengan lilin atau material lain. penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah
dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.
a. Jarak tembakan
efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan
forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. perkiraan tersebut
memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk
menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka
akibat kecelakaan. meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut,
luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. 1,3,4
b. Arah tembakan
luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna pada
kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips,
panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. senapan akan memproduksi
lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan
shotgun. luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka
12
seperti anak tangga. jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena
adanya kontraksi otot.
13
Vesikel, bulla & bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
Necrosis coagulativa dengan ciri-ciri : warna coklat gelap hitam dan sembuh dengan
meninggalkan sikatriks (litteken).
Karbonisasi (sudah menjadi arang).
Derajat luka bakar :
Luka akibat suhu tinggi (luka bakar)
Luka bakar derajat 1 (superficial burn)
Derajat ini hanya meliputi bagian luar dari kulit. Kemerahan pada kulit ( Erythema ), terjadi
pembengkakan hanya pada lapisan atas kulit ari ( Stratum Corneum ), terasa sakit, merah dan
bengkak. Pada derajat ini tidak ditemukan adanya lepuh (bula). Luka bakar derajat satu
merupakan yang paling sering terjadi. Luka ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa
menimbulkan bekas dalam waktu dua hingga lima hari
Kerusakan yang terjadi lebih dalam daripada derajat satu. Melepuh ( Bullosa ) pembengkakan
sampai pada lapisan kulit ari, terdapat gelembung berisicairan kuning bersih. Didapatkan rasa
nyeri yang hebat. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terlihat lebih tinggi daripada
permukaan kulit normal. Luka bakar derajat ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu derajat
dua dangkal (superfisial) dan derajat dua dalam (deep)
14
Luka bakar derajat II
Kerusakan yang terjadi lebih dalam lagi daripada derajat dua. Luka bakar sampai
pada lapisan kulit jangat, luka tampak hitam keputuh – putihan ( Escarotica ) Tidak
dijumpai adanaya lepuh. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Tidak
didapatkan rasa nyeri, karena ujung-ujung saraf sudah mengalami kerusakan bahkan
kematian.
15
Luka bakar derajat 4 (hitam bagai arang, nekrotik)
Luka bakar sudah sampai pada jaringan ikat atau lebih dari kulit ari dan kulit jangat
sudah terbakar
1. Heat exhaustion
Ada 3 hal yg dapat ditemukan pd autopsi sebagai tanda adanya reaksi heat exhaustion :
1. Arteriosklerosis arteri coronaria.
2. Darah berwarna gelap di jantung.
3. Organ dalam mengalami kongesti.
Heat stroke / sun stroke / pingsan panas diakibatkan oleh terjadinya paralisis centrum di
medulla. Keadaan ini dapat terjadi pada udara yang panas (1000 Fahrenheit) dan lembab serta
telah berlangsung beberapa hari.
16
4. Nadi cepat & penuh
5. Kolaps sirkuler
6. Shock sampai beresiko mati dengan tubuh kemerahan
3. Heat cramp
Heat cramp dapat terjadi pada individu yang bekerja dalam ruangan yang bersuhu tinggi.
Kita dapat melakukan terapi terhadap reaksi heat cramp dengan menggunakan campuran air &
garam atau larutan PZ IV bila korban mengalami konvulsi.
Ada 5 gejala umum dry heat (burn heat / luka bakar), yaitu :
Nyeri yang sangat hebat shock dan kematian.
Pugillistic attitude / coitus attitude berupa ekstremitas fleksi, kulit menjadi arang &
mengelupas. Ekstremitas fleksi akibat koagulasi protein. Ekstremitas fleksi tidak sampai
menimbulkan rigor mortis.
Otot merah gelap, kering, berkontraksi dan jari-jari mencengkeram.
Bukan tanda intravital.
Fraktur tengkorak pseudoepidural hematom (bedakan dengan epidural hematom).
Pseudoepidural Hematom: Warna bekuan darah coklat. Konsistensi rapuh. Bentuk otak
mengkerut seluruhnya. Garis patah tidak menentu.
Epidural Hematom: Warna bekuan darah hitam. Konsistensi kenyal. Bentuk otak cekung
sesuai dengan bekuan darah. Garis patah melewati sulcus arteria meningea.
Penyebab kematian pada kasus dry heat ada 3 kategori, yaitu :
Luas dry heat (burn heat / luka bakar) dapat kita tentukan dengan menggunakan RULE OF
NINE, yaitu :
9% : permukaan kepala & leher; dada; punggung; perut; pinggang; ekstremitas atas kanan;
ekstremitas atas kiri.
18% : permukaan ekstremitas bawah kanan; ekstremitas bawah kiri.
1% : permukaan alat kelamin.
17
Kematian karena gas karbon monoksida (CO) :
Biasanya terjadi pada kebakaran gedung besar.
Biasanya dry heat (burn heat / luka bakar) hanya sedikit.
Ada jelaga pada lubang hidung.
Saluran napas terdapat jelaga atau lendir; mukosa edema & kemerahan.
Lebam mayat yang berwarna merah cherry akibat terbentuknya senyawa HbCO (hemoglobin
tereduksi).
Diagnosis pasti dapat kita tentukan dengan melakukan pemeriksaan saturasi, yaitu lebih 10%.
Gas karbon monoksida (CO) 210 kali lebih kuat dari gas oksidan (O2) dalam mengikat
hemoglobin.
19
Tenaga listrik alam seperti petir dan kilat.
Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti telepon (30-50 volt) dan tram
listrik (600-1000 volt) dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik rumah, pabrik, dll
20
Tabel. mengenai efek aliran listrik terhadap tubuh (Lobl. O, 1959)
Ma Efek
1,0 Sensasi, ambang arus
1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus
2,0 Tangan mati rasa
3,5 Tangan terasa ringan dan kaku
4,0 Parestesia lengan bawah
5,0 Tangan tremor dan lengan bawah spasme
7,0 Spasme ringan yang luas sampai lengan atas
10,0 Dapat sengaja melepaskan diri dari arus listrik
15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari aliran
listrik
20,0 Kontraksi otot yang sangat sakit
Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang, pada 40
mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan terjadi pada kuat arus 100
mA atau lebih.
Petir (Lightning)
Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir termasuk arus searah (DC)
dengan tegangan 20 juta volt dan kuat arus 20 ribu ampere.
22
Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi akibat perpindahan volume udara
yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar, udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh
udara lagi shg menimbulkan suara menggelegar/guntur / ledakan.
Cara kematian korban akibat sambaran petir : kecelakaan.
b. Zat basa
Yang termasuk kealam sat kimia korosif dari golongan basa antara lain adalah KOH,
NaOH, dan NH4OH.
Cara kerja zat kimia korosif terhadap jaringan adalah dengan mengekstrasi air dari
jaringan, mengkoagulasi protein menjadi albuminat dan mengubah hemoglobin menjadi acid
23
hemati. Pada kulit, bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan luka bakar dengan ciri
khusus, sesuai dengan bahan kimia yang mengenainya. Asam karbol akan menyebabkan luka
bakar, dimana kulit yang terkena akan berwarna kelabu-keputihan. Asam oksalat akan
menyebabkan kulit berwarna kelabu-kehitaman. Asam sulfat dan asam klorida akan
menyebabkan kulit berwarna kelabu yang kemudian berubah menjadi kehitaman. Asam nitrat
menyebabkan kulit berwarna coklat dan asam florida akan menyebabkan kulit menjadi merah
kecoklatan disertai dengan perdarahan.
Golongan Basa atau kaustik alkali dapat menimbulkan luka dengan mengadakan ikatan dengan
protoplasma sehingga membentuk alkalin albumin dan sabun dan mengubah hemoglobin
menjadi alkalin hematin. Secara umum, luka akibat zat basa bersifat basah, edematus, berwarna
merah kecoklatan dan kelabu keputihan serta licin dan lunak pada perabaan
Asam kuat mengkoagulasikan protein luka korosif yang kering, kertas spt kertas
perkamen.
Basa kuat memembentuk reaksi penyabunan luka basah, licin kerusakan sampai
terus kedalam
24
PERBEDAAN LUKA ANTEMORTEM DAN POSTMORTEM
Tanda-tanda intravital dapat membedakan apakah luka terjadi sebelum mati atau
sesudah mati. Tanda intravital merupakan jaringan setempat yang masih hidup ketika trauma dan
organ dalam masih berfungsi.
1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi luka
Tanda-tanda jaringan masih hidup ketika luka terjadi adalah terdapat retraksi jaringan,
reaksi vaskular, reaksi mikroorganisme dan reaksi biokimiawi.
a. Reaksi jaringan
Luka menyebabkan terpotongnya serabut elastis bawah kulit dan akan menyebabkan
pengerutan sehingga kulit diatasnya tertarik. Identifikasi reaksi jaringan pada luka
antemortem adalah didapatkannya luka dengan pembuluh darah tidak terlihat ujung-
ujungnya karena tertarik.
b. Reaksi vaskular
Reaksi vaskular berbeda sesuai dengan jenis trauma. Trauma suhu panas akan
menyebabkan vasodilatasi sehingga menimbulkan eritema. Trauma suhu panas juga
menyebabkan vesikel atau bula dengan dasar luka eritema. Pada luka akibat benda
keras atau tumpul akan mengakibatkan kontusio atau memar
c. Reaksi mikroorganisme
Reaksi mikroorganisme pada luka menyebabkan warna kemerahan, bengkak, terdapat
pus dan jika sudah lama akan menyebabkan jaringan granulasi
d. Reaksi biokimiawi
Terdapat aktivasi biokimiawi akibat luka, yaitu :
- Kenaikan kadar serotonin, dimana kadar maksimal adalah 10 menit sesudah trauma
- Kenaikan kadar histamin, dengan kadar maksimal 20-30 menit sesudah trauma
- Kenaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid phospatase dan alkali
phospatase) yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari
mekanisme pertahanan jaringan
- Pemeriksaan kadar sitokin, interleukin IL-1ά, IL-1, IL-6, IL-10, dan TNF dapat
menjadi suatu penanda intravital.
2. Organ dalam masih berfungsi ketika terjadi luka
25
Jika organ dalam mash berfungsi dengan baik maka luka akan mengakibatkan
perdarahan yang banyak karena jantung masih bekerja terus menerus memompa darah
keluar melewati luka. Hal ini akan membedakan trauma yang terjadi ssuda mati dan
sebelum mati. Perdarahan internal akan menyebabkan darah terkumpul pada rongga
tubuh. Perdarahan eksternal yang masif dapat diketahui dari tanda-tanda anemis (wajah
dan organ dalam pucat) serta tanda-tanda jantung dan nadi tidak terisi darah. Jika luka
memotong vena yang tidak kolaps akibat terfiksir dengan baik, maka dapat terjadi emboli
udara. Vena yang sering menimbulkan emboli udara jika terpotong adalah vena besar
seperti vena subklavia atau vena jugularis eksterna. Udara akan masuk ketika tekanan
jantung negatif. Gelembung dapat terkumpul di jantung kanan dan terus menuju ke
daerah paru.
Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan berlemak
atau trauma yang menyebabkan patah tulang panjang. Hal ini akan berakibat jarigan
lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah vena
yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan, dan dapat terus menuju daerah paru.
Jika trauma dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk paru-paru maka pada
setiap ekspirasi udara paru-paru dapat masuk ke jaringan ikat dibawah kulit. Pada palpasi
ditemukan krepitasi di daerah sekita trauma.
Trauma yang mengenai tulang skeletal antemortem juga dapat diidentifikasi.
Trauma skeletal antemortem akan menyebabkan kerusakan pada vaskular yang
menyebabkan hematoma di daerah luka. Dalam beberapa hari setelah perlukaan, jaringan
fibrosa mulai terbentuk dan akan menginisiasi pembentukan kalus. Fraktur yang
mengenai tulang postmortem, dimana tulang telah mengering akan meninggalkan noda
atau jejak yang berbeda dengan fraktur antemortem. Tulang yang segar mengandung
pembuluh darah, lemak dan serat kolagen dan sifatnya lentur dibandingkan tulang yang
kering. Fraktur pada tulang yang segar cenderung berbatas irregular, sedangkan fraktur
pada tulang yang kering cenderung rapuh, remuk menjadi fragmen yang lebih kecil dan
fragmennya regular.
26
BAB III
PENUTUP
1. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adnya cedera atau
pembedahan. Menurut KUHP, luka terbagi menjadi luka ringan, luka sedang dan luka
berat
2. Kulit tebalnya bervariasi mulai 0,5 mm hingga 6 mm. Kulit mempunyai lapisan
diantaranya epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis sendiri terdiri dari lima lapisan
dan tebalnya 5% dari seluruh tebal kulit. Dermis terdiri dari jaringan ikat dan banyak
mengandung banyak pembuluh darah. Subkutis merupakan jaringan yang
menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya dan berfungsi untuk menunjang
suplai darah ke kulit
3. Penyembuhan luka terjadi secara mikroskopis. Proses inflamasi terjadi sesaat sesudah
trauma dan berlanjut sesuai dengan berat ringannya trauma. Epitelisasi terjadi pada hari
ketiga sesudah luka dan pembentukan serabut kolagen 4 hingga lima hari. Proses-proses
ini tergantung dari jenis, berat dan luka
4. Dalam penulisan visum atau surat keterangan, luka didiskripsikan dengan meliputi
jumlah luka, lokasi luka (regio dan garis koordinat), bentuk luka (sebelum dan sesudah
ditautkan), ukuran luka dan sifat-sifat luka
5. Jenis-jenis luka terdiri dari luka akibat benda fisik (benda suhu tinggi, suhu rendah,
listrik), benda mekanik (benda tajam, benda tumpul), bahan kimia dan fraktur
(dikontinuitas tulang)
6. Luka yang terjadi antemortem dan postmortem berbeda. Luka antemortem merupakan
tanda intravital. Luka yang terjadi antemortem meninggalkan jejak berupa reaksi
jaringan,vaskular mikroorganisme, dan biokimiawi. Tanda-tanda organ dalam masih
berfungsi saat luka terjadi juga merupakan tanda intrav
27
DAFTAR PUSTAKA
28