Anda di halaman 1dari 28

TRAUMATOLOGI UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Trauma merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Trauma berarti
kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue). Hasil dari trauma adalah luka,
perdarahan, skar atau hambatan dalam fungsi organ bahkan kematian. Dokter harus mampu
memberikan keterangan dari hasil melakukan berbagai pemeriksaan forensik untuk kepentingan
penegakan hukum dan peradilan. Dalam membuat visum et repertum sangat penting memahami
jenis-jenis luka dan cara mendeskripsikan luka. Mengetahui dengan baik bagaimana deskripsi
suatu luka dapat membantu menentukan jenis penyebab trauma apakah disebabkan oleh faktor
mekanik, faktor fisik, atau zat korosif. Deskripsi luka juga dapat membantu menentukan waktu
terjadinya trauma atau kekerasan apakah trauma terjadi sebelum kematian ataukah sesudah
kematian. Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang penting bagi keperluan analisa untuk
mengungkap suatu peristiwa trauma. Deskripsi luka juga dapat membantu menentukan
bagaimana cara melakukan sesuatu yang mengakibatkan luka apakah luka tersebut diiris,
ditusuk, ditembak senjata, ataupun dibacok.
Membuat deskripsi luka perlu memperhatikan beberapa hal. Deskripsi luka harus dibuat
secra objektif sehingga tidak boleh dilakukan penulisan yang bersifat interpretatif. Oleh karena
itu, diperlukan suatu acuan dalam membuat deskripsi luka agar tidak ada perbedaan persepsi
antara satu dokter dengan dokter lain dalam membuat deskripsi luka.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
1. Defenisi Trauma
Trauma merupakan suatu keadaan penetrasi benda (hidup maupun mati)
yang mengenai ke target organ baik langsung maupun tidak langsung.
2. Definisi Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan.
3. Definisi Luka Menurut KUHP
Pembagian derajat perlukaan secara tersirat diatur dalam KUHP pasal 90, 351 dan
352. Hal ini disebabkan karena tidak ada peraturan tentang perlukaan ringan dan sedang,
melainkan hanya mengatur ketentuan tentang penganiayaan dan penganiayaan ringan
yang diasosiasikan sebagai luka sedang dan luka ringan. Hal ini dapat dilihat dalam pasal
352 (1) KUHP yang memuat ketentuan penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian. Pidana yang dikenakan dapat berupa pidana penjara paling lama 3 bulan
atau denda Rp. 4.500,00. Menurut pasal 351 (1) KUHP penganiayaan diancam dengan
penjara paling lama 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak Rp. 4.500,00. Sedangkan
ketentuan luka berat ada dicantumkan dalam pasal 90 KUHP yaitu : jatuh sakit, atau yang
menimbulkan bahaya maut, tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan
atau pekerjaan pencaharian, kehilangan salah satu panca indera, mendapat cacat berat,
menderita sakit lumpuh, terganggunya daya piker selama empat minggu lebih, gugur
atau matinya kandungan seorang perempuan.

2
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa definisi luka menurut KUHP adalah:
1. Luka Ringan
Adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.

2. Luka Sedang
Adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk sementara waktu.
3. Luka Berat
Adalah luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang terdiri atas:
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna.
Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih ditunjukkan pada fungsinya.
Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah
dijahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan bahaya maut
pengertiannya memiliki potensi untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah
diobati dapat sembuh.
c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam mnjalankan pekerjaan jabatan atau
mata pencahariannya. Luka yang dari sudut medik tidak membahayakan jiwa, dari
sudut hukum dapat dikatagorikan sebagai luka berat. Contohnya trauma pada
tangan kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat dikatagorikan
luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut
selamanya.
d. Kehilangan salah satu panca indera. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata
atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan
indera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butur
(a) di atas.
e. Cacat besar atau kudung.
f. Lumpuh.

3
g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir tidak
harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia, disorientasi,
anxietas, depresi, atau gangguan jiwa lainnya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang dimaksud dengan
keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak didahului oleh
proses yang sebagaimana umumnya terjadi pada seorang wanita ketika melahirkan.
Sedang kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi
menunjukkan tanda-tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari
perut ibunya.

Ada tiga hal yang menjadi ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :
1. Adanya luka
2. Perdarahan dan atau skar
3. Hambatan dalam fungsi organ
.

Luka dapat dibagi berdasarkan :


1. Jenis penetrasi yang terbagi atas luka tusuk, luka insisi, luka bacok, luka memar, luka robek,
luka tembak dan luka gigitan.
2. Tingkat kebersihan dari kontaminasi bakteri terbagi atas luka bersih, luka bersih yang
terkontaminasi, luka terkontaminasi dan luka kotor.
3. Waktu terjadinya terbagi atas luka akut (sebelum 8 jam) dan luka kronis

Deskripsi luka :
1. Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau aksis pada tubuh. Garis yang melalui
tulang dada dan tulang belakang dipakai sebagai ordinat.)
2. Ukuran, ditentukan :
 Ditentukan panjang luka
 Jumlah luka
 Sifat luka
 Ada atau tidaknya benda asing pada luka
 Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati
 Menyebabkan kematian atau tidak
 Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan

4
Klasifikasi Trauma berdasarkan penyebab luka
 Luka akibat kekerasan mekanis:
 Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul
 Luka akibat kekerasan oleh benda tajam
 Luka akibat kekerasan oleh tembakan senjata api
 Luka akibat kekerasan fisis:
 Luka akibat kekerasan oleh suhu tinggi atau rendah
 Luka akibat kekerasan auditorik
 Luka akibat kekerasan oleh arus listrik dan petir
 Luka akibat kekerasan radiasi
 Luka akibat kekerasan kimiawi:
 Luka akibat kekerasan oleh asam kuat
 Luka akibat kekerasan oleh basa kuat
 Intoksikasi

Luka akibat kekerasan Mekanik (Trauma Mekanik)


1. TRAUMA TUMPUL :

Benda yang permukaannya tidak mampu utk mengiris

Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:


- Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam
- Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam

Sifat luka akibat persentuhan dengan permukaan tumpul :


1. Memar (kontusio, hematom)
2. Luka Lecet
- Luka Lecet Tekan
- Luka Lecet Geser
3. Luka Robek
4. Patah tulang

Gambar Trauma Tumpul :

5
a. Luka memar  diskontinuitas pembuluh darah & jaringan dibawah kulit tanpa
rusaknya jaringan kulit
Teraba menonjol  pengumpulan darah di jaringan sekitar pembuluh darah rusak
Bentuk luka  Menyerupai benda yang mengenai

b. Luka Lecet  tjd pd epidermis – gesekan dgn benda yang permukaannya kasar
Luka Lecet Tekan  arah kekerasan tegak lurus pd permukaan tubuh, epidermis yang
tertekan akan mencekung kedalam
Luka Lecet Geser  arah kekerasan miring/membentuk sudut  epidermis terdorong &
terkumpul pd tmpt akhir gerak benda tersebut
Luka Lecet Regang  diskontinuitas epidermis akibat peregangan yang letaknya sesuai
dengan garis kulit

c. Luka robek  terjadi pada epidermis/jaringan dibawahnya akibat kekerasan yang


mengenainya melebihi elastisitas kulit/jaringan
Syarat : kekuatan peregangan > elastisitas kulit

d. Patah tulang
o Bentuk : bergantung pada sifat benda penyebab
o Perubahan berdasarkan waktu
o Dampak patofisiologi : perdarahan, disfungsi, kerusakan jaringan sekitar, emboli lemak
dan sumsum tulang

2. TRAUMA TAJAM :

Benda tajam: benda yg permukaannya mampu mengiris shg kontinuitas jaringan hilang
- Luka iris  dalam luka < panjang irisan luka
arah trauma sejajar permukaan kulit
- Luka tusuk  dalam luka > panjang luka
arah trauma tegak lurus permukaan kulit
- Luka bacok  dalam ± = panjang luka
arah trauma ± 45° dari permukaan kulit dan tergantung beratnya benda yang di
pakai.
Ciri-ciri luka karena benda tajam :
 Tepinya rata
 Sudut luka tajam
 Tidak ada jembatan jaringan
 Sekitar luka bersih tidak ada memar
 Bila lokasinya pada kepala maka rambutnya terpotong

6
Luka iris

Luka tusuk

Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa :


1. Luka iris atau sayat (panjang > dalam)
2. Luka Tusuk (dalam > panjang > lebar) ada beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka
tusuk seperti reaksi korban atau saat pisau keluar sehingga lukanya menjadi tidak khas adapun
pola yang sering ditemukan yaitu :
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali
melalui saluran yang berbeda
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga
luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran
luka menjadi lebih luas
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai
landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian
superfisial
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan
besar.
3. Luka Bacok (panjang = dalam) luka ini tergantung dua faktor yaitu :
a. Jenis senjata biasanya senjata yang digunakan sedikit tajam/ tajam dan relatif berat seperti

7
kapak atau parang.
b. Tenaga yang digunakan biasanya lebih besar dari luka tusuk atau luka iris.

Tabel. Perbedaan luka pada trauma tajam dan trauma tumpul


Pembeda Tajam Tumpul
bentuk luka Teratur tidak
Tepi Rata tidak rata
jembatan jar tidak ada ada/tidak
folikel rambut terpotong ya/tidak tidak
dasar luka garis/titik tidak teratur
sekitar luka Bersih Bisa lecet/memar

Tabel. Perbedaan hematom (luka memar) dan lebam mayat


HEMATOM LEBAM MAYAT
Kejadian intravital Kejadian post mortem
Terdapat pembengkakan Pembengkakan (-)
Darah tidak mengalir Darah akan mengalir keluar dari
pembuluh darah yang tersayat
Penampang sayatan nampak merah Jika dialiri air penampang sayatan
kehitaman nampak bersih

Tabel. Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri
atau kecelakaan
Pembeda Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
 luka Banyak Banyak >1
Pakaian Terkena Tidak Terkena
Luka tangkisan (+) (-) (-)
Luka percobaan (-) (+) (-)
Cedera Sekunder Mungkin ada (-) Mungkin ada

8
3. LUKA TEMBAK

MEKANISME LUKA TEMBAK


Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma mekanik seperti
pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya transfer energi dari luar menuju
jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang
juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya. 3,4 Energi kinetik
ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi,
kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi
luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan
akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati
ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.4 Dengan
adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan gerakan
sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih besar dari
diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran
luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada
organ berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus
dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi.

KLASIFIKASI LUKA TEMBAK

1. Luka Tembak Masuk:


 luka tembak tempel
 luka tembak jarak dekat
 luka tembak jarak jauh
2. Luka Tembak Keluar (luka tembus)

9
Tabel. Perbedaan luka tembak masuk dan keluar
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Ukurannya kecil (berupa satu Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
titik/stelata/bintang), karena peluru teratur dibandingkan luka tembak
menembus kulit seperti bor dengan masuk, karena kecepatan peluru
kecepatan tinggi berkurang hingga menyebabkan
robekan jaringan.
Pinggiran luka melekuk kearah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena
karena peluru menmebus kulit dari peluru menuju keluar.
luar
Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi.
Bisa tampak kelim lemak. Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk kedalam luka, dibawa Tidak ada
oleh peluru yang masuk.
Pada luka bisa tampak hitam, Tidak ada
terbakar, kelim tato atau jelaga.
Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip
bagus bentuknya. kerucut
Bisa tampak berwarna merah terang Tidak ada
akibat adanya zat karbon monoksida.
Disekitar luka tampak kelim ekimosis. Tidak ada
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Perdarahan hanya sedikit. Perdarahan lebih banyak
Pemeriksaan radiologi atau analisis Tidak ada
aktivitas netron mengungkapkan
adanya lingkaran timah / zat besi di
sekitar luka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api :


 Jenis peluru
 Kecepatan peluru
 Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan
 Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk
Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan
1. Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel dengan kulit :
 Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak masuk mengalami laserasi
 Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tato terjadi karena bubuk
mesiu senjata yang tidak terbakar.
 Rambut di sekitar luka hangus.
 Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari senjata.
 Walaupun jarang bisa ditemukan bercak berwarna abu-abu atau putih di sekitar luka.
Hal ini terjadi jika bubuk mesiu tidak berasap dan tidak terdapat bagian kehitaman pada
kulit.
2. Tembakan jarak dekat
 Jaraknya adalah 30-45 cm dari kulit.
 Ukuran luka lebih kecil dibandingkan peluru
10
 Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka
 Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus.
3. Tembakan jarak jauh
 Jaraknya adalah di atas 45 cm.
 Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru.
 Kehitaman atau kelim tato tidak ada
 Bisa tampak kelim lecet. Jika peluru menyebabkan gesekan pada lubang tempat masuk
dan menyebabkan lecet, maka di sebut kelim lecet.

Deskripsi Luka Tembak


1. Lokasi
 jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan
tubuh
 lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
 ukuran dan bentuk
 lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
 luka bakar
 lipatan kulit, utuh atau tidak
 tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
 grains powder
 deposit bubuk hitam, termasuk korona
 tattoo
 metal stippling
4. Perubahan
 oleh tenaga medis
 oleh bagian pemakaman
5. Track
 penetrasi organ
 arah
 kerusakan sekunder
 kerusakan organ individu

11
6. Penyembuhan luka tembakan
 titik penyembuhan
 tipe misil
 tanda identifikasi
 susunan
7. Luka keluar
 lokasi
 karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu.

Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada
besarnya potensi seorang korban meninggal. jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan tidak
terlalu detail. dokter mempunyai tanggung jawab yang utama untuk memberikan
penatalaksanaan gawat darurat. membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement
dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter.
penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua kondisi gawat darurat
dapat disingkirkan. oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal,
seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail.
deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari : lokasi luka, ukuran dan bentuk
defek, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada),
tato (jika ada), dan bagian yang ditembus/dilewati.1,3,4 penatalaksanaan luka, termasuk
debridement, penjahitan, pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan
luka.
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. meskipun demikian,
tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat dari pihak
lain. sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan
tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. di lain
pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah
ditutup dengan lilin atau material lain. penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah
dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.
a. Jarak tembakan
efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan
forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. perkiraan tersebut
memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk
menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka
akibat kecelakaan. meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut,
luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. 1,3,4
b. Arah tembakan
luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna pada
kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips,
panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. senapan akan memproduksi
lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan
shotgun. luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka

12
seperti anak tangga. jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena
adanya kontraksi otot.

Luka Akinat Trauma Fisik


Kontak dengan panas yang berlebihan ataupun dingin dapat menghasilkan kematian.
Hipotermia merupakan suhu\dingin yang berlebihan;hipertermia adalah panas yang berlebihan.
Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian melalui kerusakan pada mekanisme normal
yang menjaga suhu tubuh sekitar 37 derajat celcius. Dalam kedua jenis kematian, beberapa
tanda-tanda nyata dapat ditemukan pada autopsi untuk memberikan diagnosis pasti yang
menyebabkan kematian. Ketidaadaan permintaan diagnosis pada penyebab lain kematian
pasangan dengan riwayat terpapar pada lingkungan baik hipertemia maupun pada hipotermia
diharapkan.
Kematian akibat hipotermia umumnya terjadi pada individu yang mabuk alkohol dan
terkena suhu dingin. Suhu udara hanya 5 derajat celcius (41 derajat Fahrenheit) telah dilaporkan
menyebabkan kematian akibat hipotermia. Keracunan alkohol mengurangi respon terhadap
dingin dengan meningkatkan hilangnya panas tubuh karena dilatasi pembuluh darah di
permukaan tubuh.
Kematian akibat hipertermia umumnya terjadi pada orang tua di kota-kota utara dan pada
bayi tertinggal di parkir mobil akibat gelombang panas. Kemampuan untuk mempertahankan
homeostasis menurun pada usia lanjut. Pemanasan dilakukan pada hipotermia dan kematian
sering tidak terlihat di populasi orang usia lanjut, meskipun kelompok ini adalah rentan. Namun,
di negara-negara utara, unit dweling tua sering kekurangan AC, dan gelombang panas sering
dikaitkan dengan sejumlah besar kematian orang tua. Anak kecil yang yang berada di mobil yang
tertutup sangat rentan terhadap hipertermia. Suhu di dalam sebuah mobil di bawah sinar matahari
dapat melebihi 60 derajat celcius (140 derajat Fahrenheit) dan dapat berakibat fatal pada 10
menit.
Luka bakar termal disebabkan oleh hipertermia lokal. Secara umum, suhu di atas 65
derajat celcius (150 derajat Fahrenheit) akan menghasilkan luka bakar termal pada kontak
langsung dengan obyek selama beberapa menit. Kematian akibat panas terjadi dalam berbagai
situasi, dari paparan cairan panas untuk luka bakar maupun dari hidrokarbon. Kematian akibat
luka bakar biasanya tidak langsung terjadi dan timbul dari komplikasi setelah perawatan medis.
Mekanisme kematian umumnya kegagalan organ multipel.
Berikut jenis-jenis dari trauma kimia:

1. Dry Heat (Burn Heat / Luka Bakar)


Dry heat (burn heat / luka bakar) adalah luka bakar yang diakibatkan oleh persentuhan
tubuh dengan api atau benda panas (bukan cairan).
Ada 2 reaksi dari tubuh korban :
1. Reaksi lokal
2. Reaksi umum

Ada 4 reaksi lokal dari tubuh korban :


 Eritem dengan ciri-ciri : epidermis intak, kemerahan, sembuh tanpa meninggalkan sikatriks.

13
 Vesikel, bulla & bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
 Necrosis coagulativa dengan ciri-ciri : warna coklat gelap hitam dan sembuh dengan
meninggalkan sikatriks (litteken).
 Karbonisasi (sudah menjadi arang).
Derajat luka bakar :
Luka akibat suhu tinggi (luka bakar)
 Luka bakar derajat 1 (superficial burn)
Derajat ini hanya meliputi bagian luar dari kulit. Kemerahan pada kulit ( Erythema ), terjadi
pembengkakan hanya pada lapisan atas kulit ari ( Stratum Corneum ), terasa sakit, merah dan
bengkak. Pada derajat ini tidak ditemukan adanya lepuh (bula). Luka bakar derajat satu
merupakan yang paling sering terjadi. Luka ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa
menimbulkan bekas dalam waktu dua hingga lima hari

Luka bakar derajat I

 Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)

Kerusakan yang terjadi lebih dalam daripada derajat satu. Melepuh ( Bullosa ) pembengkakan
sampai pada lapisan kulit ari, terdapat gelembung berisicairan kuning bersih. Didapatkan rasa
nyeri yang hebat. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terlihat lebih tinggi daripada
permukaan kulit normal. Luka bakar derajat ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu derajat
dua dangkal (superfisial) dan derajat dua dalam (deep)

14
Luka bakar derajat II

 Luka bakar derajat 3 (full thickness burn)

Kerusakan yang terjadi lebih dalam lagi daripada derajat dua. Luka bakar sampai
pada lapisan kulit jangat, luka tampak hitam keputuh – putihan ( Escarotica ) Tidak
dijumpai adanaya lepuh. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Tidak
didapatkan rasa nyeri, karena ujung-ujung saraf sudah mengalami kerusakan bahkan
kematian.

Luka bakar derajat III

15
 Luka bakar derajat 4 (hitam bagai arang, nekrotik)
Luka bakar sudah sampai pada jaringan ikat atau lebih dari kulit ari dan kulit jangat
sudah terbakar

Ada 3 reaksi umum dari tubuh korban :

1. Heat exhaustion

Ada 8 gejala heat exhaustion :


1. Badan panas
2. Pusing
3. Pucat
4. Berkeringat
5. Otot lemah
6. Suhu tubuh turun
7. Nadi irreguler
8. Kolaps sirkuler

Ada 3 hal yg dapat ditemukan pd autopsi sebagai tanda adanya reaksi heat exhaustion :
1. Arteriosklerosis arteri coronaria.
2. Darah berwarna gelap di jantung.
3. Organ dalam mengalami kongesti.

2. Heat stroke / sun stroke / pingsan panas

Heat stroke / sun stroke / pingsan panas diakibatkan oleh terjadinya paralisis centrum di
medulla. Keadaan ini dapat terjadi pada udara yang panas (1000 Fahrenheit) dan lembab serta
telah berlangsung beberapa hari.

Ada 6 gejala heat stroke / sun stroke / pingsan panas :


1. Badan panas
2. Pusing
3. Sakit kepala

16
4. Nadi cepat & penuh
5. Kolaps sirkuler
6. Shock sampai beresiko mati dengan tubuh kemerahan

Ada 6 hal pada autopsi tanda adanya reaksi heat stroke :


1. Darah berwarna merah gelap.
2. Organ mengalami kongesti.
3. Perdarahan otak, epicardium, endocardium atau bundle of his.
4. Degenerasi sel-sel ganglion.
5. Kongesti (edem berat).
6. Perdarahan kecil pada ventrikel III & IV.

3. Heat cramp

Heat cramp dapat terjadi pada individu yang bekerja dalam ruangan yang bersuhu tinggi.
Kita dapat melakukan terapi terhadap reaksi heat cramp dengan menggunakan campuran air &
garam atau larutan PZ IV bila korban mengalami konvulsi.
Ada 5 gejala umum dry heat (burn heat / luka bakar), yaitu :
 Nyeri yang sangat hebat  shock dan kematian.
 Pugillistic attitude / coitus attitude berupa ekstremitas fleksi, kulit menjadi arang &
mengelupas. Ekstremitas fleksi akibat koagulasi protein. Ekstremitas fleksi tidak sampai
menimbulkan rigor mortis.
 Otot merah gelap, kering, berkontraksi dan jari-jari mencengkeram.
 Bukan tanda intravital.
 Fraktur tengkorak  pseudoepidural hematom (bedakan dengan epidural hematom).

Pseudoepidural Hematom: Warna bekuan darah coklat. Konsistensi rapuh. Bentuk otak
mengkerut seluruhnya. Garis patah tidak menentu.
Epidural Hematom: Warna bekuan darah hitam. Konsistensi kenyal. Bentuk otak cekung
sesuai dengan bekuan darah. Garis patah melewati sulcus arteria meningea.
Penyebab kematian pada kasus dry heat ada 3 kategori, yaitu :

 Cepat : shock primer (neurogenis) & asfiksia


 Sedang : shock dehidrasi
 Lambat : shock dehidrasi, acute renal failure, infeksi & sepsis, ulcus curling, autointoksikasi,
dan pneumonia hipostatik.

Luas dry heat (burn heat / luka bakar) dapat kita tentukan dengan menggunakan RULE OF
NINE, yaitu :
 9% : permukaan kepala & leher; dada; punggung; perut; pinggang; ekstremitas atas kanan;
ekstremitas atas kiri.
 18% : permukaan ekstremitas bawah kanan; ekstremitas bawah kiri.
 1% : permukaan alat kelamin.

Tingkat II yaitu luas dry heat 30%  membahayakan jiwa.

17
Kematian karena gas karbon monoksida (CO) :
 Biasanya terjadi pada kebakaran gedung besar.
 Biasanya dry heat (burn heat / luka bakar) hanya sedikit.
 Ada jelaga pada lubang hidung.
 Saluran napas terdapat jelaga atau lendir; mukosa edema & kemerahan.
 Lebam mayat yang berwarna merah cherry akibat terbentuknya senyawa HbCO (hemoglobin
tereduksi).
 Diagnosis pasti dapat kita tentukan dengan melakukan pemeriksaan saturasi, yaitu lebih 10%.
Gas karbon monoksida (CO) 210 kali lebih kuat dari gas oksidan (O2) dalam mengikat
hemoglobin.

Pemeriksaan Kematian Pada Korban Luka Bakar


 Pemeriksaan TKP
Tujuan :
a. Menentukan korban masih hidup/sudah meninggal
b. Menentukan perkiraan saat kematian
c. Menentukan sebab/akibat dari luka bakar
d. Membantu mengumpulkan barang bukti
e. Menentukan cara kematian
 Menentukan apakah korban masih hidup/sudah meninggal  alat yang digunakan
stetoskop dan senter
 Menentukan perkiraan saat kematian, data yang diperlukan :
1. penurunan suhu tubuh
2. lebam mayat
3. kaku mayat
4. tanda-tanda pembusukan
5. umur larva pada jenazah yang sudah membusuk
Pada luka bakar yang dalam dan total, terdapat kesukaran memperoleh data pada :
Sikap puguilistik pada luka bakar total
Lebam mayat sulit ditentukan pada korban yang hangus terbakar
 Perlu diketahui jam ditemukan korban meninggal dan jam terakhir korban terlihat
hidup

 Menentukan sebab/akibat dari luka bakar :


1. Luka bakar oleh cairan (scalds)
- Derajat I : berupa kemerahan (hiperemia)
- Derajat II : berupa gelembung berair (vesikula)
 disebabkan : siraman air panas, cipratan minyak panas
2. Luka bakar panas (dry heat)
 Dapat disebabkan : tersentuh botol panas, terjilat nyala api, pakaian korban
yang terbakar, kejadian kebakaran besar

 Membantu mengumpulkan barang bukti :


o Barang bukti di sekitar lokasi korban diperlukan untuk mengungkapkan lokasi,
sumber, penyebab luka bakar. Dapat juga dinilai dari posisi korban pada waktu
ditemukan dan bagian yang terkena luka bakar.
18
o Barang bukti dapat berupa : puntung rokok, kompor yang meledak, tangki bensin yang
mudah terbakar, termos, sumber uap panas.
 Cara kematian pada luka bakar

2. Trauma Dingin (Cold Trauma)


Insiden trauma dingin (cold trauma / frost bite / immertion foot) jarang terjadi dan
biasanya terdapat di negara yang bermusim dingin. Lokasinya bisa pada tangan, kaki, hidung,
telinga, dan pipi. Ada 2 cara kematian kasus trauma dingin (cold trauma / frost bite / immertion
foot), yaitu :
1. Kecelakaan
2. Pembunuhan (infanticide)

Ada 2 reaksi dari tubuh korban trauma dingin :


1. Reaksi lokal
2. Reaksi umum

Ada 2 reaksi lokal :


 Kulit korban pucat akibat vasokonstriksi  kemerahan akibat vasodilatasi karena
paralisis vasomotor center.
 Kulit korban lalu berubah menjadi merah kehitaman, membengkak (skin blister), gatal
dan nyeri. Kemudian timbul gangren superfisial yang irreversibel.

Ada 8 reaksi umum :


 Kulit korban pucat dan menggigil. Kita dapat menemukan cutis anserina.
 Kepucatan yang bercampur warna sianosis. Hal ini karena darah "dipaksa" masuk
kembali ke dalam pembuluh darah perifer akibat organ dalam mengalami kongesti.
 Lethargy, koma, dan akhirnya mati bila tubuh korban lama terpapar dingin.
 Pada pemeriksaan autopsi, jantung korban berisi darah berwarna merah cerah.
 Organ dalam mengalami kongesti hebat.
 Tengkorak korban dapat retak pada bagian sutura.
 Lebam mayat berwarna merah cerah yang bercampur bercak berwarna merah gelap.
 Cairan tubuh korban berubah menjadi es jika tubuh korban lama baru kita temukan.

Pada hypothermy terjadi:


 Penurunan denyut nadi
 Respiratory rate & tidal volume menurun
 Paralisis usus
 Erosi dan hemoragik pada lambung
 Pankreatitis
 Diuresis
 Hemokonsentrasi

3. Trauma listrik (Electrical Injury)


Ada 2 jenis tenaga yaitu :

19
 Tenaga listrik alam seperti petir dan kilat.
 Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti telepon (30-50 volt) dan tram
listrik (600-1000 volt) dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik rumah, pabrik, dll

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek Listrik pada Tubuh


1. Jenis / macam aliran listrik
Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat sengatan arus listrik
AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC dengan intensitas 70-80 mA  kematian,
sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat ditolerir tanpa menimbulkan
kerusakan.
2. Tegangan / voltage
Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi biologis kurang
berarti.Voltage yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan kematian manusia  50
volt. Makin tinggi voltage akan menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia baik efek
lokal maupun general.+60% kematian akibat listrik arus listrik dengan tegangan 115 volt.
Kematian akibat aliran listrik tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya vibrilasi
ventrikel, sementara itu pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma elektrotermis.
3. Tahanan / resistance
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan perbedaan kandungan air
pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit tubuh, akan menurun
besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot, darah dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata
500-10.000 ohm.
Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini bergantung
pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar keringat dan lemak.
Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit yang kering. Menurut hitungan Cardieu,
bahwa berkeringat dapat menurunkan tahanan sebesar 3000-2500 ohm. Pada kulit yang
lembab karena air atau saline, maka tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500
ohm. Tahanan tubuh terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan demam atau
adanya pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan produksi keringat meningkat.
Pertimbangkan tentang ”transitional resistance”, yaitu suatu tahanan yang menyertai
akibat adanya bahan-bahan yang berada di antara konduktor dengan tubuh atau antara tubuh
dengan bumi, misalnya baju, sarung tangan karet, sepatu karet, dan lain-lain.

4. Kuat arus / intensitas /amperage


Adalah kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat tertentu perak dari
larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere. Arus yang di atas 60 mA dan berlangsung
lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel.

20
Tabel. mengenai efek aliran listrik terhadap tubuh (Lobl. O, 1959)
Ma Efek
1,0 Sensasi, ambang arus
1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus
2,0 Tangan mati rasa
3,5 Tangan terasa ringan dan kaku
4,0 Parestesia lengan bawah
5,0 Tangan tremor dan lengan bawah spasme
7,0 Spasme ringan yang luas sampai lengan atas
10,0 Dapat sengaja melepaskan diri dari arus listrik
15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari aliran
listrik
20,0 Kontraksi otot yang sangat sakit
Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang, pada 40
mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan terjadi pada kuat arus 100
mA atau lebih.

KOEPPEN menggolongkan akibat kecelakaan listrik dalam 4 kelompok yaitu :


a. Kelompok I : kuat arus < 25 mA AC (DC antara 25-80 mA) dengan transitional R yang
tinggi efek yang berbahaya (-).
b. Kelompok II : kuat arus 25-80 mA AC (DC 80-300 mA) dg transitional R < dari kel.I 
hilangnya kesadaran, aritmia dan spasme pernafasan.
c. Kelompok III : Kuat arus 80-100 mA AC (DC 300 mA - 3A), transitional R < dari kel. II.
Jk t = 0,1-0,3s , efek biologisnya sama dg kel. II. Jk > 0,3s  vibrilasi ventrikel
irreversibel.
d. Kelompok IV : kuat arus > 3A  cardiac arrest
5. Adanya hubungan dengan bumi / earthing
Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah yang basah
tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri dengan mengggunakan
alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama tahanannya rendah.
6. Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Makin lama korban kontak dengan konduktor  makin banyak jumlah arus yang
melalui tubuh  kerusakan tubuh akan bertambah besar & luas. Dengan tegangan yang
rendah  spasme otot-otot  korban malah menggenggam konduktor  arus listrik akan
mengalir lebih lama  korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada
tegangan tinggi  segera terlempar atau melepaskan konduktor atau sumber listrik yang
tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan
timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran listrik tersebut.
7. Aliran arus listrik (path of current)
Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk sampai
meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) & letak titik keluar
bervariasi  efek dari arus listrik tersebut bervariasi dari ringan sampai berat. Arus listrik
masuk dari sebelah kiri bagiah tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk dari sebelah
kanan. Bahaya terbesar bisa timbul jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik
tersebut.Bumi dianggap sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya
kalau terkena aliran listrik, sepatu dapat berfungsi sebagai isolator, t.u sepatu karet
21
8. Faktor-faktor lain
a. adanya penyakit-penyakit tertentu yang sudah ada pada korban sebelumnya, seperti
penyakit jantung, kondisi mental yang menurun,dsb, yang dapat memperberat efek
listrik pada tubuh manusia sampai timbulnya kematian.
b. Antisipasi terhadap syok.
c. Kelengahan atau kekuranghati-hatian.
d. Luas kontak dengan arus listrik.
e. Kesadaran adanya arus listrik.
f. Kebiasaan dan pekerjaan.
g. Konstitusi tubuh yaitu tubuh kurus dan gemuk.

Petir (Lightning)
Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir termasuk arus searah (DC)
dengan tegangan 20 juta volt dan kuat arus 20 ribu ampere.

Ada 3 keadaan yang berpotensi besar terkena petir :


1. Berada di tanah lapang.
2. Berada dibawah pohon yang tinggi.
3. Kehujanan dan memakai perhiasan yang terbuat dari logam.

Ada 3 kelainan akibat sambaran petir :


1. Efek listrik.
2. Efek panas.
3. Efek ledakan.

Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :


 Current mark / electrik mark / electrik burn. Efek ini termasuk salah satu tanda utama luka
listrik (electrical burn).
 Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul tanpa daun akibat
terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai reaksi dari persentuhan antara kulit
dengan petir (lightning / eliksem). Tanda ini akan hilang sendiri setelah beberapa jam.
 Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir (lightning / eliksem) akan berubah menjadi
magnet. Efek ini termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).

Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :


 Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan seluruh tubuh korban dapat
terbakar atau hangus.
 Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti perhiasan dan komponen
arloji. Arloji korban akan berhenti dimana tanda ini dapat kita gunakan untuk menentukan
saat kematian korban. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).

22
Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi akibat perpindahan volume udara
yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar, udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh
udara lagi shg menimbulkan suara menggelegar/guntur / ledakan.
Cara kematian korban akibat sambaran petir : kecelakaan.

Luka Akibat Trauma Kimia


Bahan kimia dapat menyebabkan cidera pada jaringan tubuh. Manifestasi cedera
tergantung dari bahan kimia serta jaringan tubuh yang terkena. Bahan-bahan kimia
digolongkan menjadi :
a. Zat asam
Yang termasuk kepada zat kimia korosif golongan asam diantaranya :
- asam mineral, yaitu : H2SO4, HCl, NO3
- asam organik, yaitu : asam oksalat, asam formiat, asam asetat
- garam mineral, yaitu : AgNO3, /Zinc chlorida
- Halogen, yaitu : F, Cl, Ba, J

b. Zat basa
Yang termasuk kealam sat kimia korosif dari golongan basa antara lain adalah KOH,
NaOH, dan NH4OH.

Luka Akibat Asam Sulfat

Cara kerja zat kimia korosif terhadap jaringan adalah dengan mengekstrasi air dari
jaringan, mengkoagulasi protein menjadi albuminat dan mengubah hemoglobin menjadi acid

23
hemati. Pada kulit, bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan luka bakar dengan ciri
khusus, sesuai dengan bahan kimia yang mengenainya. Asam karbol akan menyebabkan luka
bakar, dimana kulit yang terkena akan berwarna kelabu-keputihan. Asam oksalat akan
menyebabkan kulit berwarna kelabu-kehitaman. Asam sulfat dan asam klorida akan
menyebabkan kulit berwarna kelabu yang kemudian berubah menjadi kehitaman. Asam nitrat
menyebabkan kulit berwarna coklat dan asam florida akan menyebabkan kulit menjadi merah
kecoklatan disertai dengan perdarahan.
Golongan Basa atau kaustik alkali dapat menimbulkan luka dengan mengadakan ikatan dengan
protoplasma sehingga membentuk alkalin albumin dan sabun dan mengubah hemoglobin
menjadi alkalin hematin. Secara umum, luka akibat zat basa bersifat basah, edematus, berwarna
merah kecoklatan dan kelabu keputihan serta licin dan lunak pada perabaan

 Asam kuat  mengkoagulasikan protein  luka korosif yang kering, kertas spt kertas
perkamen.
 Basa kuat  memembentuk reaksi penyabunan  luka basah, licin  kerusakan sampai
terus kedalam

Bahan kimia yg bersifat korosif dpt dibagi dalam 4 golongan :


 Asam organik yg bersifat korosif,  asam oksalat, asam asetat, asam sitrat dan asam
karbol.
 Asamanorganik yg bersifat korosif asam fluoride, asam klorida, asam nitrat dan asam
sulfat.
 Kaustik alkali kalium hidroksida, kalsium hidroksida, natrium hidroksida dan amoniak.
 Garam logam berat merkuri klorida, zinc klorida dan stibium klorida.

Ciri luka akibat kimiawi :


 Asam karbol luka bakar dimana kulit yang terkena akan berwarna kelabu keputihan.
 Asam oksalat kulit berwarna kelabu kehitaman.
 Asam sulfat dan asam klorida  kulit mula-mula akan berwarna kelabu kmdn jadi hitam.
 Asam nitrat  kulit berwarna merah kecoklatan yang disertai dengan perdarahan.
 Zinc klorida  kulit berwarna keputih-putihan, sedangkan
 Merkuri klorida kulit yg terkena berwarna biru keputihan + perdarahan.
 Ciri trauma akibat asam  kering, cokelat kemerahan dan pd perabaan teraba padat dan
keras
 Ciri trauma akibat basa  bengkak, edem, warna cokelat kemerahan dan pada rabaan
teraba lunak dan licin.

24
PERBEDAAN LUKA ANTEMORTEM DAN POSTMORTEM
Tanda-tanda intravital dapat membedakan apakah luka terjadi sebelum mati atau
sesudah mati. Tanda intravital merupakan jaringan setempat yang masih hidup ketika trauma dan
organ dalam masih berfungsi.
1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi luka
Tanda-tanda jaringan masih hidup ketika luka terjadi adalah terdapat retraksi jaringan,
reaksi vaskular, reaksi mikroorganisme dan reaksi biokimiawi.
a. Reaksi jaringan
Luka menyebabkan terpotongnya serabut elastis bawah kulit dan akan menyebabkan
pengerutan sehingga kulit diatasnya tertarik. Identifikasi reaksi jaringan pada luka
antemortem adalah didapatkannya luka dengan pembuluh darah tidak terlihat ujung-
ujungnya karena tertarik.
b. Reaksi vaskular
Reaksi vaskular berbeda sesuai dengan jenis trauma. Trauma suhu panas akan
menyebabkan vasodilatasi sehingga menimbulkan eritema. Trauma suhu panas juga
menyebabkan vesikel atau bula dengan dasar luka eritema. Pada luka akibat benda
keras atau tumpul akan mengakibatkan kontusio atau memar
c. Reaksi mikroorganisme
Reaksi mikroorganisme pada luka menyebabkan warna kemerahan, bengkak, terdapat
pus dan jika sudah lama akan menyebabkan jaringan granulasi
d. Reaksi biokimiawi
Terdapat aktivasi biokimiawi akibat luka, yaitu :
- Kenaikan kadar serotonin, dimana kadar maksimal adalah 10 menit sesudah trauma
- Kenaikan kadar histamin, dengan kadar maksimal 20-30 menit sesudah trauma
- Kenaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid phospatase dan alkali
phospatase) yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari
mekanisme pertahanan jaringan
- Pemeriksaan kadar sitokin, interleukin IL-1ά, IL-1, IL-6, IL-10, dan TNF dapat
menjadi suatu penanda intravital.
2. Organ dalam masih berfungsi ketika terjadi luka

25
Jika organ dalam mash berfungsi dengan baik maka luka akan mengakibatkan
perdarahan yang banyak karena jantung masih bekerja terus menerus memompa darah
keluar melewati luka. Hal ini akan membedakan trauma yang terjadi ssuda mati dan
sebelum mati. Perdarahan internal akan menyebabkan darah terkumpul pada rongga
tubuh. Perdarahan eksternal yang masif dapat diketahui dari tanda-tanda anemis (wajah
dan organ dalam pucat) serta tanda-tanda jantung dan nadi tidak terisi darah. Jika luka
memotong vena yang tidak kolaps akibat terfiksir dengan baik, maka dapat terjadi emboli
udara. Vena yang sering menimbulkan emboli udara jika terpotong adalah vena besar
seperti vena subklavia atau vena jugularis eksterna. Udara akan masuk ketika tekanan
jantung negatif. Gelembung dapat terkumpul di jantung kanan dan terus menuju ke
daerah paru.
Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan berlemak
atau trauma yang menyebabkan patah tulang panjang. Hal ini akan berakibat jarigan
lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah vena
yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan, dan dapat terus menuju daerah paru.
Jika trauma dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk paru-paru maka pada
setiap ekspirasi udara paru-paru dapat masuk ke jaringan ikat dibawah kulit. Pada palpasi
ditemukan krepitasi di daerah sekita trauma.
Trauma yang mengenai tulang skeletal antemortem juga dapat diidentifikasi.
Trauma skeletal antemortem akan menyebabkan kerusakan pada vaskular yang
menyebabkan hematoma di daerah luka. Dalam beberapa hari setelah perlukaan, jaringan
fibrosa mulai terbentuk dan akan menginisiasi pembentukan kalus. Fraktur yang
mengenai tulang postmortem, dimana tulang telah mengering akan meninggalkan noda
atau jejak yang berbeda dengan fraktur antemortem. Tulang yang segar mengandung
pembuluh darah, lemak dan serat kolagen dan sifatnya lentur dibandingkan tulang yang
kering. Fraktur pada tulang yang segar cenderung berbatas irregular, sedangkan fraktur
pada tulang yang kering cenderung rapuh, remuk menjadi fragmen yang lebih kecil dan
fragmennya regular.

26
BAB III
PENUTUP

1. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adnya cedera atau
pembedahan. Menurut KUHP, luka terbagi menjadi luka ringan, luka sedang dan luka
berat
2. Kulit tebalnya bervariasi mulai 0,5 mm hingga 6 mm. Kulit mempunyai lapisan
diantaranya epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis sendiri terdiri dari lima lapisan
dan tebalnya 5% dari seluruh tebal kulit. Dermis terdiri dari jaringan ikat dan banyak
mengandung banyak pembuluh darah. Subkutis merupakan jaringan yang
menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya dan berfungsi untuk menunjang
suplai darah ke kulit
3. Penyembuhan luka terjadi secara mikroskopis. Proses inflamasi terjadi sesaat sesudah
trauma dan berlanjut sesuai dengan berat ringannya trauma. Epitelisasi terjadi pada hari
ketiga sesudah luka dan pembentukan serabut kolagen 4 hingga lima hari. Proses-proses
ini tergantung dari jenis, berat dan luka
4. Dalam penulisan visum atau surat keterangan, luka didiskripsikan dengan meliputi
jumlah luka, lokasi luka (regio dan garis koordinat), bentuk luka (sebelum dan sesudah
ditautkan), ukuran luka dan sifat-sifat luka
5. Jenis-jenis luka terdiri dari luka akibat benda fisik (benda suhu tinggi, suhu rendah,
listrik), benda mekanik (benda tajam, benda tumpul), bahan kimia dan fraktur
(dikontinuitas tulang)
6. Luka yang terjadi antemortem dan postmortem berbeda. Luka antemortem merupakan
tanda intravital. Luka yang terjadi antemortem meninggalkan jejak berupa reaksi
jaringan,vaskular mikroorganisme, dan biokimiawi. Tanda-tanda organ dalam masih
berfungsi saat luka terjadi juga merupakan tanda intrav

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Patofisiologi Luka. Available in: URL:http://www.keperawatan-


online.co.cc/2009/01/perawatan-luka-modern.html
2. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Available in:
URL:Http://www.geocities.com/koskap3sakti/case/Forensik.../Forensik-RSCM1.doc
3. Dahlan S. Traumatologi, Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan
Penegak Hukum. Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro. 2004: 67-92.
4. Dahlan S. Petunjuk Praktikum : Pembuatan Visum Et Repertum. Semarang: Balai
Penerbit Universitas Diponegoro. 2008: 3-14.
5. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik, ed 1 cetakan
kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1997 : 37-54
6. Traumatologi. Available in: URL:
Http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm
7. Luka Akibat Bahan Kimia. Available in: URL: Http://www.repository.ui.ac.id
8. Idries A. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997: 125-6.
9. Raekallio, J. Timing of Wounds : an Introductory Review. Ann Acad Med Singapore.
1984;1:77-84.
10. Sauer N. The Timing of Injuries and Manner of Death : Distinguish Among
Antemortem, Perimortem and Postmortem Trauma. Dalam : Reichs, Forensic Osteology.
Springfield. 1998 : 321-5.
11. Gresham GA. A Colour Atlas of Forensic Pathology. Holland: Wolfe Publishing. 1975:
116-211

28

Anda mungkin juga menyukai