Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini pemberian obat terhadap pasien di rumah sakit tidak hanya sebatas
pemberian obat obatan yang berkualitas saja tetapi pemberian obat terhadap
pasien juga harus beorientasi pada keselamatan pasien. Terutama pada
pemberian obat obat yang membutuhkan perhatian tinggi ( high alert
medication) . untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian obat high
alert ini rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk
meningkatkan keamanan.

Menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan


kefarmasian di rumah sakit , yang dimaksud dengan high alert medication
adalah obat yang perlu diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius(sentinel event) dan obat yang beresiko tinggi
menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan. Kelompok obat high alert
diantaranya :
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (nama obat rupa dan
ucapan mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA)
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%
3. Sitostatika
Insiden keselamatan pasien mengenai high alert medication masih sering
terjadi. Misalnya, insiden yang di temukan pada bulan maret 2004 yaitu
seorang pasien melakukan hemofiltrasi di ICU Foothills Medical Centre
meninggal dunia. Hal tersebut terjadi karena staff farmasi tidak sengaja
mengambil kalium klorida yang seharusnya natrium klorida untuk digunakan
sebagai larutan selama dialisis berlangsung sehingga pasien mengalami
hiperkalemia dengan dampak lebih lanjut yaitu asidosis dan nekrosis jaringan
(CMAJ, 2004; Hestiawati, 2011).
Akibat fatal yang terjadi karena kesalahan administrasidari kalium klorida
telah diakui bertahun tahun dari ketidaksengajaan pemberian kalium klorida
yang seharusnya water for injection atau furosemide dikarenakan bentuk
sediaan hampir sama (A.J. Lankshear,2005; Hestiawati, 2011)
Dalam tribunnews.com edisi Rabu 7 Oktober 2015 20:31 WIB, disebutkan
sejumlah ahli anestesi terkemuka di Australia memperingatkan pasien di
Australia beresiko mengalami luka serius karena label kemasan pada obat keras
untuk keperluan operasi sangat mudah tertukar. Dr David Bramley dari
Sekolah Tinggi Anestesi Australia dan Selandia Baru menekankan terjadinya
12 kasus dari penggunaan obat anestesi operasi yang salah di sejumlah rumah
sakit Victoria pada tahun 2011 dan lebih dari 90 persen kesalahan itu terjadi
karena kemasan mereka yang mirip.
Karena banyaknya insiden yang terjadi karena masalah pengelolaan obat
high alert ini, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang tata cara
pengelolaan obat high alert di Rumah Sakit Medicare Sorek tempat penulis
bekerja saat ini.

1.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengelolaan obat


high alert di Rumah Sakit Medicare Sorek sudah sesuai dengan standar yang
berlaku

1.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada penulis


dan juga pembaca tentang tata cara pengelolaan obat high alert di rumah sakit
sesuai dengan standar yang berlaku dan juga menjadi acuan dalam perbaikan
pengelolaan obat high alert di Rumah Sakit Medicare Sorek khususnya dan
rumah sakit lain pada umumnya

Anda mungkin juga menyukai