Anda di halaman 1dari 12

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari

Nigeria, Afrika Barat. Taksonomi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :

Kingdom: Plantae, Divisio: Tracheophyta, Sub Divisi: Pteropsida, Kelas :

Angiospermae, Sub Kelas : Monocotyledonae, Ordo: Cocoideae, Family : Palmae,

Genus: Elaeis, Spesies : Elaeis guineensis Jacq. (Lubis, 2000).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh didaerah tropika basah 120 LU-120 LS pada

ketinggian <400 meter di atas permukaan laut dan curah hujan 1250 mm/tahun–3000

mm/tahun.Temperatur optimal yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit adalah 240C-

280C dengan kelembaban optimal 80% dan lama penyinaran selama 5 jam/hari-7

jam/hari.

Menurut Lubis (2000), faktor teknis yang banyak berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produktivitas adalah faktor pembibitan, peremajaan, penanaman,

pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman yang telah

menghasilkan (TM), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, panen,

pengangkutan dan pengolahan hasil.

Kegiatan pembibitan kelapa sawit adalah upaya yang dilakukan untuk

menyiapkan bibit yang berkualitas dan pertumbuhan yang seragam sebelum

dilakukan transplanting ke lapangan. Pembibitan kelapa sawit ada dua sistem,

pertama adalah sistem satu tahap (Single Stage System), yaitu kecambah langsung

ditanam di pembibitan utama dengan polybag besar dan kedua adalah sistem dua
5

tahap (Double Stage System), yaitu pembibitan awal dengan polybag berukuran kecil

dan pembibitan utama dengan polybag besar. Secara umum perkebunan kelapa sawit

menggunakan Double Stage System (Rankine, 2003).

Pembibitan awal bertujuan untuk mendeder benih yang telah berkecambah dari

polybag kecil hingga berumur 3 bulan, sedangkan pembibitan utama merupakan

pembibitan lanjutan bibit kelapa sawit yang telah berumur 3 bulan dari pembibitan

awal yang telah diseleksi hingga berumur 10-12 bulan. Seleksi sangat penting

dilakukan untuk mendapatkan bibit yang sehat dengan pertumbuhan normal (Lubis,

2000).

2.1.1 Morfologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian vegetatif

dan bagian generatif.Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun,

sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Pahan, 2008).

2.1.1.1 Bagian vegetatif

a. Akar (Radix)

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di dalam

tanah dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya tanaman

pada ketinggian yang mencapai puluhan meter sampai tanaman berumur 25

tahun.Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar

primer, sekunder, tersier dan kuarter.

Akar primer umumnya berdiameter 6–10 mm keluar dari pangkal batang dan

menyebar secara horisontal dan menghujam kedalam tanah dengan sudut yang

beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4
6

mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm

dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarter (Pahan, 2008).

Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan

permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga dapat menjelajah lebih

dalam.Pada areal tanaman kelapa sawit umur 5 tahun seluas 1 ha, permukaan absorpsi

dari akar tersier dan kuarterner 5 kali lebih besar dari pada akar primer dan akar

sekunder yang digolongkan sebagai akar penjelajah (Pahan, 2008).

b. Batang ( Caulis )

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak

mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang.Batang tanaman kelapa sawit

berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai system

pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil

fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai

organ penimbun zat makanan.

Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm–75 cm. Tanaman

kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah

daun. Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman

berumur empat tahun (Pahan, 2008).

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah daun (Frond

base) menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya dapat

mencapai 40 cm–60 cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut bongkol

bawah (bowl).Kecepatan tumbuh berkisar35 cm–75 cm/tahun. Sampai tanaman

berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum
7

ditunas. Karena sifatnya yang Phototropi dan Heliotropi (menuju cahaya dan arah

matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih cepat akan tetapi

diameter (tebal) batang lebih kecil (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25 cm–45 cm/tahun.Jika kondisi

lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit dapai mencapai 100

cm/tahun.Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan

antara 15 meter–18 meter, sedangkan di alam dapat mencapai 30 meter.Pertumbuhan

batang tanaman kelapa sawit tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan

iklim setempat.

c. Daun (Folium)

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk,

bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang

panjangnya mencapai lebih dari 7,5 m -9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah

berkisar antara 250-400 helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.

Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan

fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat

respirasi.Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan

makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Jumlah pelepah, panjang

pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman.Tanaman yang

berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya

akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda (Fauzi dkk.,

2008).
8

Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk lanset (lanceolate),

beberapa minggu kemudian terbentuk daun terbelah dua (bifurcate) dan setelah

beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu (pinnate). Misalnya bibit berumur 12

bulan susunan daun terdiri atas 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal

pelepah daun (petiole) adalah tempat duduknya helaian daun (leaf let) dan terdiri dari

rachis (basis foli), tangkai daun (petiole) dan duri (spine), helaian anak daun (lamina),

ujung daun (apex foli), lidi (nervatio), daun (margo folii) dan daging daun

(intervenium) (Fauzi dkk., 2008 ).

Filotaksis adalah pola susunan daun-daun pada batang dan sangat menarik untuk

tanaman kelapa sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas

(rumpang) daun yang dapat bertahan lama di batang.Primordia dalam pola spiral

mulai dari titik tumbuh (apex). Umumnya spiral genetik tanaman kelapa sawit

memutar ke kanan dan hanya sejumlah kecil yang memutar ke kiri

(Pahan, 2008).

Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah pelepah

daun berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun kesembilan akan segaris

dengan daun pertama. Daun pertama adalah daun termuda dengan kondisi yang telah

membuka sempurna.Lingkaran ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar

kekanan tetapi kebanyakan berputar kekanan.Pengenalan ini penting untuk diketahui

agar dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai

standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan

lainnya. Produksi pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20–30, kemudian

akan berkurang sesuai dengan umur menjadi 18-25 atau kurang (Lubis, 2000).
9

Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman

dewasa. Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas dan kesuburan

tanahnya.Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125-200. Anak daun

pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat satu pelepah mencapai 4,5 kg

berat kering. Pada satu pohon dijumpai 40-50 pelepah.

2.1.1.2 Bagian Generatif

a. Bunga (Flos)

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga

jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai

dalam satu tandan.Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina.Setiap

rangkian bunga muncul dari pangkal pelepah daun.Sebelum bunga mekar dan masih

diselubungi seludang, bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina

dengan melihat bentuknya (Lubis, 2000).

Tanaman kelapa sawit akan berbunga pada umur ± 14-18 bulan. Pada

mulanya keluar bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina.

Terkadang ditemui bunga banci yaitu bunga jantan dan bunga betina ada pada satu

rangkain.

Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15–30 hari

sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100–200 spikelet dan setiap

spikelet 15–20 bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan

tanaman dewasa dapat diperoleh 600–2000 buah tergantung pada besarnya tandan

dan setiap pokok dapat menghasilkan 15–25 tandan/pokok/tahun.


10

Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak

meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil.Letak bunga jantan yang satu dengan

yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang bunga yang panjangnya antara 10–

12 cm.

Pada tanaman dewasa satu tandan mempunyai ± 200 cabang bunga.Setiap

cabang bunga mengandung 700–1200 bunga jantan.Bunga jantan terdiri dari 6 helai

benang sari dan 6 perhiasan bunga. Hari pertama kelopak terbuka dan mengeluarkan

tepung sari dari ujung tandan bunga, pada hari kedua bagian tengah dan hari ketiga di

bagian bawah tandan yang akan keluar serbuk sari. Serbuk sari berwarna kuning

pucat dan berbau spesifik.Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25–50 gram

tepung sari. Setiap bunga akan dibuahi dengan serbuk sari yang menghasilkan buah

tersusun pada tandan (Sastrosayono, 2003).

b. Buah (Fructus)

Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan

bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk

lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya 15-30 gram.Bagian-bagian

buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp).Eksokarp dan

mesokarp disebut perikarp (pericarp).Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan inti

(kernel), sedangkan untuk inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan

embrio.Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), bakal akar (radicula) dan

haustorium (Setyamidjaja, 2006).

Buah yang ditanam umumnya adalah varietas nigrescens dengan warna buah

ungu kehitaman saat mentah dan buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan.
11

Buah yang matang dibedakan atas matang morfologis yaitu buah telah sempurna

bentuknya serta kandungan minyaknya sudah optimal sedangkan matangfisiologis

adalah buah yang sudah matang sempurna yaitu telah siap untuk tumbuh dan

berkembang (Sastrosayono, 2003).

2.1.1.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

a. Iklim

Faktor - faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur),

intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu sama

lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi

(Satrosaryono, 2003).

b. Curah Hujan

Curah hujan merupakan komponen iklim yang paling terpenting terhadap

criteria kesesuaian iklim.Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika

basah di sekitar 12o C Lintang Utara-Selatan.Jumlah curah hujan yang baik adalah

1.750–3.00 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun.

Hal ini bukan berarti kurang dari 1.750 mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya

hanya 1.300 - 1.500 mm/tahun(Sastrosayono, 2003).

c. Temperatur

Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30º C, yang terendah

180 º C dan tertinggi 32º C. Kelembapan optimum yang ideal berada sekitar 80 - 90

%. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5 - 7 jam/hari.Jika penyinaran matahari

kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan


12

penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain–lain (Sastrosayono,

2003).

d. Intensitas Penyinaran

Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan

salah satu syarat mutlak bagi proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit

yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang

tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per

hari, tetapi statistic menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa sawit yang lama

penyinarannya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang juga

memadai. Di samping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah

intensitasnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

e. Angin

Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses

penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman akan doyong

atau miring (Mangoensoekarjo. dan Semangun, 2005).

f. Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti

Podsolik, Latosol, Regosol, Andosol, Organosol dan Aluvial. Sifat fisik tanah yang

baik untuk kelapa sawit adalah: Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan

media yang baik bagi perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan

lebih baik, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60 %, debu 10-40 %, liat 20-50 %,

perkembangan struktur baik, kosistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas

sedang dan pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh
13

akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah pH 5-6.

Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun

membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah

pasang surut terutama tanah gambut (Sastrosayono, 2003).

g.Tinggi Tempat dan Topografi

Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-500 meter dari

permukaan laut, tetapi yang terbaik pada ketinggian 0-200 meter dengan kemiringan

0-12º(21 %). Sedangkan pada kemiringan 13-15º (46 %) kurang baik dan pada

kemiringan lebih dari 25º tidak dianjurkan (Sastrosayono, 2003).

2.2. Kelapa (Cocos Nucifera)

Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari

suku aren-arenan atau Arecaceae. Arecaceae merupakan sekelompok tumbuhan

berbunga yang banyak anggotanya memiliki nilai penting dalam kehidupan

manusia.. Demikian pula enau dan pinang. Pemanfaatannya mencakup hampir

semua bagian tumbuhan, namun terutama adalah buahnya. Tumbuhan ini

dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai

tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan

untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari

pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh

pantai tropika dunia

2.2.1. Jenis-jenis kelapa

Jenis tumbuhan kelapa terbagi atas tiga varietas yaitu :

1. Kelapa Varietas Dalam


14

Kelapa varietas dalam ini mempunyai ciri-ciri memiliki batang tinggi dan

besar, bisa mencapai 30 meter atau lebih. Kelapa ini mulai berbuah agak lambat,

berumur antara 6-8 tahun setelah tanam. Umurnya bahkan dapat mencapai 100 tahun

lebih. Adapun keunggulan varietas ini adalah produksi kopranya lebih tinggi, yaitu

sekitar 1 ton kopra/ha pertahun pada umur 10 tahun dengan produktivitas sekitar 90

butir perpohon pertahun, daging buahnya tebal dan keras dengan kadar minyak yang

tinggi, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Kelapa varietas Dalam terdiri

atas beberapa jenis kelapa antara lain yaitu viridis (kelapa hijau), rubescens (kelapa

merah), macrocorpu (kelapa kelabu), sakarina (kelapa manis).

2. Kelapa Varietas Genjah

Kelapa varietas genjah ini mempunyai ciri batang besar tetapi tidak terlalu

tinggi, Varietas ini memiliki kelebihan berbuah lebat tetapi mudah dipengaruhi

fluktuasi iklim, dan peka terhadap keadaan lingkungan yang kurang baik. Serta

ukuran buah relatif kecil dengan kadar kopra rendah, yakni sekitar 130 gram per

buah, sementara kadar minyaknya 65% dari bobot kering daging buah. Kelapa

varietas Genjah terdiri dari beberapa jenis antara lain yaitu eburnea (kelapa gading),

regia (kelapa raja), pumila (kelapa puyuh), pretiosa (kelapa raja malabar).

3. Kelapa Varietas Hibrida

Dalam pertanian, varietas hibrida adalah kultivar yang merupakan keturunan

langsung (generasi F1) dari persilangan antara dua atau lebih populasi tanaman yang

berbeda latar belakang genetiknya (disebut populasi pemuliaan atau populasi

tangkaran). Syarat populasi pemuliaan untuk dapat dipakai sebagai tetua dalam
15

varietas hibrida adalah homogen dalam penampilan (fenotipe) namun tidak perlu

homozigot.

Anda mungkin juga menyukai