Anda di halaman 1dari 29

1.

Memahami dan menjelaskan nervus cranialis dan perdarahannya Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat
yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.
1. SARAF OLFAKTORIUS (N.I)
Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan
2. SARAF OPTIKUS (N. II)
olfaktorius. Sistem ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di
bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial
retina. Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat
lobus orbitalis.
arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar
otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-serabut
Saraf ini merupakan saraf dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari
sensorik murni yang bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan
serabut-serabutnya berasal sebaliknya.
dari membran mukosa
hidung dan menembus area Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian
kribriformis dari tulang nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan
etmoidal untuk bersinaps di visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang
bulbus olfaktorius, dari sini, berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi
traktus olfaktorius berjalan hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang
dibawah lobus frontal dan meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di
berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama. dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini
serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior
Sistem olfaktorius kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.
merupakan satu-satunya sistem
sensorik yang impulsnya Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri
mencapai korteks tanpa dirilei sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal
di talamus. Bau-bauan yang sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari
dapat memprovokasi timbulnya dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut
nafsu makan dan induksi yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital
salivasi serta bau busuk yang kanan dan sebaliknya.
dapat menimbulkan rasa mual
dan muntah menunjukkan 3. SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)
bahwa sistem ini ada kaitannya
dengan emosi. Serabut utama Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia
yang menghubungkan sistem grisea periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam
penciuman dengan area otonom substansia grisea (Nukleus otonom).
adalah medial forebrain bundle
dan stria medularis talamus.
Nukleus motorik bertanggung 6.SARAF ABDUSENS (N. VI)
jawab untuk persarafan otot-otot
rektus medialis, superior, dan inferior, Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian
otot oblikus inferior dan otot levator bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat
palpebra superior. Nukleus otonom saraf abdusens mempersarafi otot rektus lateralis.
atau nukleus Edinger-westhpal yang
bermielin sangat sedikit mempersarafi 7.SARAF FASIALIS (N. VII)
otot-otot mata inferior yaitu spingter Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi
motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian
pupil dan otot siliaris.
ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata.
Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama
4. SARAF TROKLEARIS (N. IV) nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke
Nukleus saraf troklearis dalam kanalis akustikus interna.
terletak setinggi kolikuli Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah
inferior di depan substansia terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot
grisea periakuaduktal dan frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta
berada di bawah Nukleus otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian
okulomotorius. Saraf ini anterior lidah.
merupakan satu-satunya
saraf kranialis yang keluar 8.SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)
dari sisi dorsal batang otak. Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-
Saraf troklearis serabut aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang
mempersarafi otot oblikus mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi keseimbangan.
superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan
derajat kecil. menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus
genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.
5.SARAF TRIGEMINUS (N. V) Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut semisirkularis dan bergabung dengan serabut- serabut auditorik di dalam
motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut
masseter dan otot temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.
dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan
mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi, wajah, 9.SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)
mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan
fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut,
auditorius serta bagian membran timpani. saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion
intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati
foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis
interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf
berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan
sepertiga posterior lidah.
10. SARAF VAGUS (N. X) melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing
Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior sepasang arteri cerebelli inferior. Pada batas medulla oblongata dan pons,
atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada keduanya bersatu menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3
daerah foramen jugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks kelompok cabang arteri, pada tingkat mesencephalon, arteri basilaris
dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan berakhir sebagai sepasang cabang arteri cerebri posterior.
paru-paru.  Arteri vertebralis memberikan vaskularisasi pada batang otak
dan medula spinalis atas.
11. SARAF ASESORIUS (N. XI)  Arteri basilaris memberikan vaskularisasi pada pons.
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks  Arteri serebri posterior memberikan vaskularisasi pada lobus
kranial adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak temporalis, oksipitalis, sebagian kapsula interna, talamus,
dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang hipokampus, korpus genikulatum dan mamilaria, pleksus
mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius, koroid dan batang otak bagian atas
otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan Arteria basilaris (aa. vertebrales →a. Basilaris) terdiri dari :
otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.  Inferior anterior cerebelli (a. labyrinthi)
 Aa. pontis
12. SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)  Aa. mesencephalicae
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi  Superior cerebelli
garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan
 Aa. cerebri posteriores  circulus arteriosus cerebri Willisi
trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk
lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan
genioglosus.
Circulus Arteriosus Wilisi
VASKULARISASI OTAK Merupakan anastomose yang penting antara 4 arteri (a.vertebralis &
Darah mengalir ke otak melalui dua arteri carotis dan dua arteri a.carotis interna) yang memasok darah ke otak. Dibentuk oleh a.cerebri
vertebralis : posterior, a.communicans posterior, a.carotis interna, a.cerebri anterior,
Arteri carotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri carotis dan a.comunicans anterior.
comunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui canalis carotikus,
berjalan dalam sinus cavernosus, mempercabangkan arteri untuk nervus Masing-masing a.cerebralis mengantar darah ke satu permukaan dan
opticus dan retina, akhirnya bercabang dua : arteri cerebri anterior dan satu kutub cerebrum :
arteri cerebri media :
 Arteri carotis interna memberikan vaskularisasi pada regio 1. A. cerebri anterior → mengantar darah hampir seluruh permukaan
sentral dan lateral hemisfer. medial & superior serta polus frontalis
 Arteri cerebri anterior memberikan vaskularisasi pada korteks 2. A. cerebri media → mengantar darah ke permukaan lateral & polus
frontalis, parietalis bagian tengah, corpus calosum dan temporalis
nukleus caudatus. 3. A. cerebri posterior → mengantar darah ke permukaan inferior &
 Arteri cerebri media memberikan vaskularisasi pada korteks polus occipitalis.
lobus frontalis, parietalis dan temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di arteri subclavia, menuju dasar tengkorak melalui canalis
transversalis di kolumna vertebralis cervikalis, masuk rongga kranium
Pembuluh balik di otak posterior capsula interna  mes-encephalon, pons, medulla
oblongata dan medulla spinalis bersinap dengan neuron orde
Ada 2 kelompok pembuluh balik : kedua pada cornu anterior subt.grisea medulla spinalis.

1. Vv.cerebrales superficialis (v.cerebri externa) Asal Neuron Orde pertama :


2. Vv.cerebrales profunda (v.cerebri interna)
 Cabang v.cerebri externa : v.cerebri superior, v.cerebri o 1/3 berasal dari Area 4 Brodmann (pusat motorik primer)
media, v.cerebri anterior dan v.basilaris v. cerebri externa pada gyrus precentralis
terdapat dirongga subarachnoid. o 1/3 berasal dari Area 6 Brodmann (pusat motorik
 Cabang v.cerebri interna : v. terminalis & v. choroidea v. sekunder) pada gyrus precentralis
terminalis & v. choroidea bergabung membentuk v. cerebri o 1/3 berasal dari Area 3,2,1 Brodmann (pusat somastesi)
magna. pada gyrus postcentralis

2. Memahami dan menjelaskan jalan raya sensorik dan motorik

1. Motorik
Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada
manusia. Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak,
diantaranya yaitu area motorik di korteks, ganglia basalis, dan cerebellum.
Jaras untuk sistem motorik ada dua, yaitu traktus piramidal dan
ekstrapiramidal :

A. Traktus piramidal s. Traktus Corticospinalis


Merupakan jaras motorik utama yang pusatnya di girus
precentralis (area 4 Broadmann), yang disebut juga korteks motorik
primer. Impuls motorik dari pusat motorik disalurkan melalui traktus
piramidal berakhir pada cornu aanterior medulla spinalis.

Pusat jaras Motorik


 Neuron Motorik Atas
Semua serabut saraf turun yang berasal dari sel pyramid cortex
cerebri (Pusat Supraspinal). Meliputi :
o Ganglia basalis  tractus corticostriata
o Di-encephalon tractus cortico-diencephalon
o Batang otak cortico bulbaris

Motorik atas terletak pada cortex cerebri, neuron yang ada


dicortex cerebri sebagai Neuron orde pertama (sel pyramidalis).
Axo neuron pertama turun melalui corona radiata  masuk crus
 Neuron Motorik Bawah (Pusat Spinal)
Cornu anterius medulla spinalis (Pusat Spinal) tractus
corticospinalis. Letak columna subt.grisea medulla spinalis
terdapat dua neuron :
o Neuron orde kedua (neuron antara) terletak pada pangkal
columna anterior subt.grisea
o Neuron orde ketiga  axon neuron ketiga keluar dari
medulla spinalis sebagai radix anterior n.spinalis yang
bergabung dengan radix posterior membentuk n.spinalis
dan akhirnya pergi ke efektor sadar

B. Traktus Ekstrapyramidal
Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis

1. Tractus reticulospinalis
Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-
encephalon, pons dan medulla oblongata (neuron orde
pertama).
Jalan :
 Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus
kebawah : traktus reticulospinlis pontinus
 Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah
baru turun ke medulla spinalis : traktus reticulospinalis 2. Tractus Tectospinalis
medulla spinalis Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron pertama)
orde kedua dan ketiga) Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla
Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk oblongata. Jalannya dekat sekali dengan fasciculus
fasilitasi dan inhibisi kontraksi otot skelet berkaitan longitudinale medialis
dengan fungsi kseimbangan tubuh. Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan
bersinaps dengan neuron orde kedua dan ketiga
Fungsi :
1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada
dalam ruang gelap
2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang
penglihatan
3. Tractus Rubrospinalis 4. Tractus vestibulospinalis
Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons
mes-encephalon setinggi coliculus superior. dan med. oblongata), menerima akson dari auris interna
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun melalui N.vestibularis dan cerebelum
kebawah melewati pns, medulla oblongata menuju cornu Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
anterior meulla spinalis subt. grisea (pusat spinal) Fungsi : memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat
Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot fleksor berkaitan dengan fungsi
kontraksi otot ekstensor berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
keseimbangan tubuh
Datang dari Cortex Cerebri menuju Batang Otak
a. Tractus Corticothalamus
 Asal : area brodmann 10, 11, 12
Tujuan : nucleus medialis thalami
 Asal : area brodmann 9 dan 11
Tujuan : nuclei septi thalami
 Asal : area brodmann 9
Tujuan : nucleus medialis et lateralis thalami
 Asal : area brodmann 6
Tujuan : nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis
thalami
 Asal : area brodmann 4
Tujuan : nuclei lateralis thalami
b. Tractus corticohypothalamicus
Asal : cortec hypocampi
5. Tractus olivospinalis Tujuan : hypothalamus
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima c. Tractus corticosubthalamicus
axon dari : cortex cerebrii, corpus striatum, nuceu ruber Asal : area brodman 6
Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal) Tujuan : subthalamus
Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet berkaitan dengan d. Tractus Corticonigra
fungsi keseimbangan tubuh Asal : area brodmann 4, 6 dan 8
Tujuan : substantia nigra
e. Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6
Tujuan : tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis
(pons), nucleus olivarius inferius (medulla
oblongata)

2. Sensorik
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau
stimulus. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai
bentuk energi di lingkungan dalam dan luar. Setiap reseptor sensoris
mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus dan mentranduksi energi
fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf.
Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi: Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai
berikut :
 Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri,
suhu, dan raba A. Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba,
 Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tekan, dan suhu : sinyal diterima reseptor → dibawa ke ganglion
tendo. spinale → melalui radiks posterior menuju cornu posterior
medulla spinalis → berganti menjadi neuron sensoris ke-2 → lalu
 Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat menyilang ke sisi lain medulla spinalis → membentuk jaras yang
dalam, seperti jantung, lambung, usus, dll. berjalan ke atas yaitu traktus spinotalamikus → menuju thalamus
di otak → berganti menjadi neuron sensoris ke-3 → menuju
Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi : korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis (lobus
parietalis)
 Mekanoreseptor B. Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan
Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan, tendo :
memonitor tegangan pada pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sinyal diterima reseptor → ganglion spinale → radiks posterior
sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendn dna organ visceral. medulla spinalis → lalu naik sebagai funiculus grasilis dan
Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba ringan), corpus
Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan). funiculus cuneatus → berakhir di nucleus Goll → berganti
menjadi neusron sensoris ke-2 → menyilang ke sisi lain medulla
 Thermoreseptor spinalis → menuju thalamus di otak → berganti menjadi neuron
Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya : sensoris ke-3 → menuju ke korteks somatosensorik di girus
bulbus Krause (untuk suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu postsentralis (lobus parietalis).
panas).
 Nociseptor 3. Memahami dan menjelaskan fungsi motorik dalam kelainan
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan klinis secara neurologi
yang dihasilkan oleh adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik Nama-Nama Saraf Otak (Nervus Kranialis)
maupun kimia. Contoh reseptornya berupa akhiran saraf bebas (untuk 1. Nervus I : Nervus Olfactorius
rasa nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk tekanan). 2. Nervus II : Nervus Optikus
 Chemoreseptor 3. Nervus III : Nervus Okulomotorius
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu- 4. Nervus IV : Nervus Troklearis
bauan yang diterima sel reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa 5. Nervus V : Nervus Trigeminus
makanan yang diterima oleh sel reseptor pengecap di lidah, reseptor 6. Nervus VI : Nervus Abdusen
kimiawi dalam pembuluh darah untuk mendeteksi oksigen, 7. Nervus VII : Nervus Fasialis
osmoreseptor untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah, 8. Nervus VIII : Nervus Vestibulokoklearis
glucoreseptor di hipotalamus mendeteksi perubahan kadar gula darah. 9. Nervus IX : Nervus Glosofaringeus
 Photoreseptor 10. Nervus X : Nervus Vagus
Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan 11. Nervus XI : Nervus Aksesorius
oleh sel photoreceptor (batang dan kesrucut) di retina mata. 12. Nervus XII : Nervus Hipoglosus
B. Lapangan Pandang
1. Nervus I (Nervus Olfactorius) Caranya (metode konfrontasi Donder):
Fungsi: penghidu o Penderita duduk/berdiri berha-dapan dengan pemeriksa
Zat: bau-bauan yang tidak asik (ex. kopi, tembakau) o Penderita & pemeriksa masing-masing menutup salah satu mata
Caranya: yang berhadapan (ex. penderita tutup mata kiri, sedangkan
- pasien tutup mata pemeriksa tutup mata kanan, atau sebaliknya).
- salah satu lubang hidung ditutup dengan jari pemeriksa o Mata penderita & pemeriksa yang tidak tertutup harus saling ber-
- lubang hidung yg tidak ditutup menghirup salah satu zat tatapan (menghadap ke depan), jgn melirik
- tanyakan zat apa yang dihirup o Pemeriksa lalu menggerakkan jari tangannya di bidang
- lakukan hal yg sama pada lubang hidung lainnya pertengahan antara pemeriksa & penderita. Gerakan dilakukan dari
luar ke dalam.
 Penilaian Gangguan lapangan pandang
- Normosmia: kemampuan menghidu normal - Lapangan pandang menyempit
- Hiposmia: kemampuan menghidu menurun - Hemianopsia
- Hiperosmia: meningkatnya kemampuan menghidu. Biasanya
pd penderita hiperemis gravidarum, migren. C. Funduskopi (Pemeriksaan Oftalmoskopik)
- Anosmia: hilangnya penciuman o Menilai keadaan N.II, terutama papil nya. Papil adalah tempat
- Kakosmia: mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada serabut N.II memasuki mata
o Penilaian terhadap papil:
 Penyebab Gangguan Menghidu - Papil normal: bentuk lonjong, warna jingga muda, di bagian
- Penyakit inflamasi akut atau kronis di hidung perokok berat temporal sedikit pucat, batas dengan retina jelas, pembuluh darah
- Trauma kepala : mungkin disebabkan oleh robeknya filament muncul di tengah, bercabang ke atas & bawah
olfactorius - Papil atrofi primer: warna papil pucat, batas tegas, pembuluh
darah berkurang.
2. Nervus II (Nervus Optikus) - Sembab papil: disebabkan oleh radang aktif /
Pemeriksaan terdiri dari: bendungan,disertai perburukan visus yang hebat. Pada sembab
A. Ketajaman Penglihatan (visual acuity) papil perlu ditentukan besarnya penonjolan, dinyatakan dalam
B. Lapangan Pandang (visual field) dioptri.
C. Funduskopi (pemeriksaan oftalmoskopik) Penyebab Gangguan Nervus II:
Cara Melakukan Tes Nervus II o Neuritis optika
A. Ketajaman Penglihatan o Neuritis retrobulbar
o Pemeriksaan kasar: pasien diminta untuk mengenali benda yang o Papilitis
letaknya jauh. Ex: jam dinding, Tanya jam berapa, membaca o Neuropati optic iskemik (ex. pada hiper-tensi dan arthritis)
buku/Koran o Neuropati karena tekanan (ex. tumor, anerisma, gangguan
o Pemeriksaan yg teliti: dgn menggunakan gambar snellen (optic hormonal tiroid)
snellen) seperti kalau mau pakai kaca mata. Penderita disuruh o Neuropati optic o/ infiltrasi (ex. karsinoma)
membaca gambar snellen pada jarak 6 meter. Tentukan baris ke o Defisiensi/intoksikasi (ex. def. vitamin B12, B1, intoksikasi
berapa sampai penderita tidak mampu lagi membacanya. etambutol, kloramfenikol)
3. Nervus III (Nervus Okulomotorius), Nervus IV 2) Pupil
(Nervus Troklearis), Nervus VI (Nervus Abdusen) o Perhatikan besarnya pupil pada mata kiri dan kanan. Bila sama :
a. Fungsi N.III, IV, dan VI saling berkaitan dan diperiksa isokor ; bila tidak sama : anisokor
bersama-sama. Fungsinya ialah menggerakkan otot mata o Perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan rata tepinya
ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Srabut N.III mengatur (normal) atau tidak.
otot pupil o Miosis : pupil mengecil, dipersarafi oleh serabut parasimpatis
b. Otot bola mata yg dipersarafi N. III, IV, VI: dari N.III. Dapat dijumpai pada waktu tidur, tingkat tertentu dari
o N.III : menginervasi m. rektus internus (medialis), m. rektus koma, iritasi N.III, dan kelumpuhan saraf simpatis (sindrom
superior, m. rektus inferior, m. levator palpebrae; serabut visero- Horner).
motoriknya mengurus m. sfingter pupile (yaitu mengurus kontraksi o Midriasis : pupil melebar, dipersarafi oleh serabut simpatis
pupil) dan m. siliare (mengatur lensa mata) (torakolumbal). Dijumpai pada kelumpuhan N.III, misalx oleh
o N.IV : menginervasi m. oblikus superior. Kerja otot ini desakan tumor atau hematom, pd fraktur dasar tulang tengkorak.
menyebabkan mata dapat dilirikkan ke bawah dan nasal.
o N.VI : menginervasi m. rektus eksternus (lateralis). Kerja otot 3) Refleks Pupil (Reaksi Cahaya Pupil)
ini menyebabkan lirik mata kea rah temporal. o Terdiri atas:
1. Refleks Cahaya Langsung (RCL)
2. Refleks Cahaya Tak Langsung (RCTL)
o Caranya:
- Pasien disuruh melihat benda yang jauh.
- Mata disenter (diberi cahaya) dan lihat apa ada reaksi pupil.
Pada keadaan normal, pupil akan mengecil : RCL (+); bila pupil
mata yang TIDAK disinari ikut juga mengecil : RCTL (+).
- Apabila RCL (-) dan RCTL (+) : kerusakan pada N.II
- Apabila RCL (-) dan RCTL (-) : kelumpuhan N.III.

4) Refleks Akomodasi
o Penderita diminta melihat jauh, kemudian diminta melihat
Bagan Gerak Bola Mata dekat.
o Mis. jari pemeriksa atau benda (ex. pulpen) yang ditempatkan
c. Cara Pemeriksaan di dekat matanya.
1) Ptosis o Refleks Akomodasi (+) bila pupil mengecil : NORMAL
o Ptosis adlh kelopak mata terjatuh, mata tertutup, tdk dapat o Refleks Akomodasi (-) bila terdapat kelumpuhan N.III.
dibuka, akibat kelumpuhan N.III (otot m. levator palpebrae)
o Untuk menilai tenaga m. levator pal-pebrae pasien diminta 5) Kedudukan (Posisi) Bola Mata
pejamkan mata, kemudian disuruh membuka matanya. Waktu o Eksoftalmus: mata menonjol
pasien membuka mata, pemeriksa menahan gerakan ini dengan Eksoftalmus bilateral dijumpai pada tirotoksikosis.
jalan memegang (menekan enteng) pada kelopak mata. Dengan o Enoftalmus: bola mata seolah-olah masuk ke dalam
demikian dapat dinilai kekuatan mengangkat kelopak mata. Enoftalmus bisa dijumpai pd Sindrom Horner (yang disebabkan
oleh kerusa-kan serabut simpatis leher)
o Strabismus: posisi bola mata tidak simetris akibat adanya b. Bagian Sensorik
kontraksi atau tarikan yang berlebihan dari otot mata. 1. Mengurus sensibilitas wajah melalui 3 cabang:
Disebut juga juling/jereng. - Cabang (ramus) oftalmik : mengurus sensibilitas dahi, mata,
- Strabismus konvergen: lirikan ke medial disebabkan oleh ke- hidung, kening, selaput otak, sinus paranasalis dan sebagian
lumpuhan m. rectus eksternus yang dipersarafi N.VI mukosa hidung
- Strabismus divergen: lirikan ke lateral disebabkan oleh - Cabang (ramus) maksilaris : mengurus sensibilitas rahang atas,
kelum-puhan m. rectus internus yang dipersarafi N. III. gigi atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris dan
mukosa hidung.
6) Gerakan Bola Mata - Cabang (ramus) mandibularis : mengurus sensibilitas rahang
o Penderita disuruh mengikuti jari pe-meriksa yang digerakkan bawah, gigi bawah, bibir bawah, mukosa pipi, 2/3 bag. Depan
kea rah lateral, medial-atas, bawah, dan kea rah yang miring. lidah, sebagian dari telinga (eksternal), meatus, dan selaput otak.
o Perhatikan apakah mata pasien bias mengikutinya dan
perhatikan bagai-mana gerakan bola mata. 2. Cara Pemeriksaan:
o Pada pemeriksaan gerakan bola mata juga diperhatikan adanya - Bagian sensorik N.V diperiksa dengan menyelidiki rasa raba,
diplopia (melihat kembar). Diplopia dijumpai pada kelumpuhan rasa nyeri, dan suhu pada daerah yang dipersarafinya (wajah).
otot penggerak bola mata.
o Perhatikan pula adanya nistagmus. Nistagmus adalah gerak Cara melakukannya akan dibahas pada BAB SISTEM
bolak-balik bola mata yang involunter dan ritmik. Caranya: SENSORIK.
penderita disuruh terus melirik ke satu arah (ex. ke kanan/kiri/ - Waktu memeriksa sensibilitas N.V juga periksa refleks kornea
atas/bawah) selama 5-6 detik. Jika ada nistagmus, akan terlihat yang akan dibahas pada BAB SISTEM REFLEKS.
dalam jangka waktu tersebut.

4. Nervus V (Nervus Trigeminus)


a. Bagian Motorik
o Mengurus otot-otot u/ mengunyah, yaitu m. masseter, m.
temporalis; m. pterigoid medialis (bfx u/ menutup mulut); m.
pterigoid lateralis (bfx u/ menggerakkan rahang bawah ke
samping)
o Cara pemeriksaan
- Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita
raba m. masseter dan m. temporalisnya.
- Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan diperhatikan
apakah ada deviasi dari rahang bawah, lalu mulut ditutup rapat
(untuk menilai m. pterigoid medialis)
- Pasien diminta untuk menggerakkan rahang bawahnya kiri dan Daerah Sensibilitas N.V, cabang I, II, III
kanan (untuk menilai m. pterigoideus lateralis) (I) Ramus Oftalmik
- Bila terdapat parese di sebelah kanan, rahang bawah tidak (II) Ramus Maksilaris
dapat digerakkan ke samping kiri. Begitu pula sebaliknya. (III) Ramus Mandibularis
5. Nervus VII (Nervus Fasialis) o Suruh penderita menyeringai, senyum, menunjukkan gigi
Saraf otak N.VII mengandung 4 macam serabut: geligi, memonyong-kan bibir, menggembungkan pipi
a. Serabut somato-motorik : mempersarafi otot-otot wajah o Gejala Chovstek
kecuali m. levator palpebrae (N.III), otot platisma, stilohioid, - Dibangkitkan dgn jalan mengetok N.VII di bagian depan
digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah. telinga
- Bila positif : kontraksi otot yang dipersarafinya
b. Serabut visero-motorik (parasimpatis) : datang dari nucleus - Pada tetani gejala Chovstek (+)
salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan
mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan b. Fungsi Pengecapan
glandula submaksilar serta sublingual dan lakrimalis. o Suruh penderita julurkan lidah, letakkan bubuk gula/garam/kina
(dilakukan secara bergantian dan diselingi istirahat) pada 2/3 lidah
c. Serabut visero-sensorik : menghantar impuls dari alat bagian depan
pengecap di 2/3 bagian depan lidah (bersama-sama dengan N.V o Penderita disuruh menyebutkan apa yang ia rasakan
cab. Ramus mandibularis; sedangkan 1/3 bagian posterior oleh o Ageusi : hilangnya rasa pengecapan (pada 2/3 lidah anterior)
N.IX). akibat kerusakan N.VII sebelum percabangan korda timpani

d. Serabut somato-sensorik : rasa nyeri (dan mungkin juga rasa Gangguan N. VII
suhu dan raba) dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang - Kerusakan sesisi pada UMN N.VII (lesi pada traktus
disarafi oleh N.V. piramidalis atau korteks motorik) akan mengakibatkan
kelumpuhan otot-otot wajah bagian bawah (kurang dapat
Secara anatomis, bagian motorik saraf ini terpisah dari mengangkat sudut mulut, menyeringai, perlihatkan gigi,
bagian yang menghantar sensasi dan serabut parasimpatis, yaitu: tersenyum). Pada wajah bagian atas tidak mengalami kelumpuhan
a. Motorik: inervasi otot wajah (penderita masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi, dan
b. Sensasi: sensasi eksteroseptif dari gendang telinga, sensasi menutup mata).
pengecapan 2/3 bagian anterior lidah
c. Parasimpatis: kelenjar ludah dan air mata - Pada lesi LMN : semua gerakan otot wajah (baik yang
volunteer maupun involunter) semuanya lumpuh.
Pemeriksaan - Pada Bell’s Palsy : kelumpuhan N.VII jenis perifer yang
a. Fungsi Motorik (sering dilakukan di klinik) timbul secara akut, tanpa adanya kelainan neurologik lain.
o Suruh penderita mengangkat alis dan kerutkan dahi. - Pada Sindrom Guillain Barre : kelumpuhan N.VII perifer
- Pada kelumpuhan jenis supranuklir sesisi, penderita dapat yang bilateral, muka tampak simetris. Perlu dicurigai bila pasien
mengangkat alis dan mengerutkan dahi tidak dapat memejamkan kedua matanya.

- Pada kelumpuhan jenis perifer tampak adanya asimetri Beberapa penyebab gangguan N.VII
o Suruh penderita pejamkan mata o Strok (kebanyakan menyebabkan gangguan jenis sentral
- Lumpuh berat : tidak dapat pejamkan mata o Gangguan jenis perifer:
- Lumpuh ringan : tenaga pejaman kurang kuat - Paralisis idiopatis (Bell’s palsy)
- Hal ini dapat dinilai dengan jalan mengangkat kelopak mata - Tumor di sudut serebelopontin
dengan tangan pemeriksa, sedangkan pasien disuruh memejamkan - Otitis media
mata - Meningitis karsinomatosa
- Tumor parotis - Manuver Nylen-Barany atau Manuver Hallpike
- Fraktur dasar tulang tengkorak - Tes kalori
- Elektronistagmografi
Beberapa penyebab gangguan pengecapan (N.VII, N.IX) o Tes untuk menilai keseimbangan:
- Meningitis viral - Tes Romberg yang dipertajam : penderita berdiri dengan kaki
- Pasca influenza yang satu di depan kaki yg lain (tandem); tumit kaki yang satu
- Merokok berada di depan jari kaki lainnya. Lengan dilipat pada dada dan
- Mulut kering mata lalu ditutup untuk menilai adanya disfungsi vestibular. Pada
- Penyakit sistemik orang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang
- Defisiensi vitamin B12 dan A dipertajam selama 30 detik atau lebih.
- Obat-obatan (amitriptilin, ACE- inhibitor) - Tes melangkah di tempat (strepping test) : penderita disuruh
jalan di tempat dengan mata tertutup, sebanyak 50 langkah dengan
6. Nervus VIII (Nervus Vestibulokoklearis) kecepatan seperti berjalan biasa. Tes ini dapat mendeteksi
Terdiri dari Saraf Vestibularis & Saraf Koklearis gangguan sistem vestibular. Hasil tes dianggap abnormal bila
a. Saraf Vestibularis kedudukan akhir penderita beranjak lebih dari 1 m dari tempatnya
Berhubungan dengan: semula, atau badan berputar lebih 30°.
o Batang otak : serabut dari inti vestibularis mengadakan - Salah tunjuk : penderita disuruh menyentuh telunjuk
hubungan dengan inti saraf otak III, IV, dan VI (yg mengurus otot pemeriksa dengan menggunakan telunjuknya. Pada gangguan
ekstraokuler). Sistem vestibuler memainkan peranan dalam vestibular didapatkan salah tunjuk, demikian juga dengan
mengurus gerak terkonjugasi bola mata yang reflektoris terhadap gangguan serebellar.
gerakan serta posisi kepala. Penyebab gangguan sistem vestibular:
o Medulla Spinalis : hubungan dengan medulla spinalis terjadi o Gangguan jenis perifer
melalui traktus vestibulo-spinalis lateralis dan medialis. Berperan - Neuritis vestibular
mengatur tonus otot ekstensor badan dan anggota gerak terhadap - Vertigo posisional benigna
gravitasi, dan mempertahankan sikap tegak. - Mabuk kendaraan
o Serebelum : bagian vestibuler dari serebellum - Trauma
(archicerebellum) berperan dalam mempertahankan - Obat-obatan (ex. streptomisin)
keseimbangan. - Labirintis
o Serebrum : hubungannya dengan korteks serebri masih belum - Penyakit meniere
berhasil dibuktikan. - Tumor di fossa posterior
Gangguan saraf vestibularis: o Gangguan jenis sentral
o Vertigo, terbagi atas 2 tipe - Strok atau iskemia batang otak
- Perifer: sekeliling berputar, nistagmus horizontal, lebih berat - Migren basilar
- Sentral: orangnya yang seperti berputar, nistagmus vertikal, - Trauma
lebih ringan - Perdarahan atau lesi di serebellum
o Nistagmus : gerak infolunter yang bersifat ritmik dari bola mata - Lesi lobus temporalis
(gejala objektif vertigo) - Neoplasma
o Salah tunjuk, kehilangan keseimbangan
Pemeriksaan saraf vestibularis b. Saraf Koklearis
o Cara khusus untuk menimbulkan nistagmus: Gangguan Saraf Koklearis
o Gangguan ada saraf koklearis dapat menyebabkan tuli, tinnitus, - Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa : swabach
atau hiperakusis. Ada 2 macam ketulian, yaitu: memendek (untuk konduksi udara).
1. Tuli perseptif atau tuli saraf - Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya
- Dapat disebabkan oleh lesi di: ditekankan pada tulang mastoid penderita.
a. reseptor di telinga dalam - Bila penderita sudah tidak mendengar bunyi lagi, maka garpu
b.nervus koklearis tala di-tempatkan pada tulang mastoid pemeriksa.
c. inti serta serabut pendengaran di batang otak - Bila pemeriksa masih mendengar bunyinya swabach
d.korteks auditif memendek (untuk konduksi tulang).
- Pada tuli saraf, konduksi udara dan konduksi tulang sama - 2. Tes Rinne
sama berkurang, sehingga perbandingan hantarannya biasanya - Pada pemeriksaan ini dibandingkan konduksi tulang dgn
tidak berubah (Tes Rinne (+)). Akan tetapi, Tes Swabach konduksi udara.
memendek dan Tes Weber didapatkan lateralisasi ke arah yang - Pada telinga normal, konduksi udara lebih baik daripada
sehat. konduksi tulang.
- Terdapat kehilangan pendengaran, terutama untuk nada yang - Pada pemeriksaan, biasanya digunakan garpu tala frekuensi
tinggi dan huruf mati yg tajam, seperti “s” & “t” 128, 256 a/ 512 Hz.
2. Tuli Konduktif (Tuli Obstruktif, Tuli Transmisi) - Garpu tala dibunyikan pada pangkalnya ditekan pada pada
- Disebabkan oleh gangguan telinga luar dan telinga tengah tulang mastoid penderita.
- Dapat pula disebabkan oleh sum-batan liang telinga luar, - Bila penderita sudah tidak mendengar lagi, garpu tala
missalnya oleh serumen, air, darah, dll. didekatkan pada telinga penderita. Jika masih terdengar bunyi,
- Gangguan di nasofaring yg menga-kibatkan obstruksi pada tuba maka konduksi udara lebih baik dari konduksi tulang RINNE
Eustachii dapat menyebabkan tuli konduktif. (+)
- Gangguan terutama pada konduksi udara, sedang konduksi - Bila tidak terdengar lagi bunyinya segera setelah garpu tala
tulang tidak berubah, malah dapat bertambah, karenanya Tes dipindahkan dari tulang mastoid ke dekat telinga RINNE (-)
Rinne (-). Disamping itu Tes Swabach memendek dan pada Tes 3. Tes Weber
Weber didapatkan lateralisasi ke sisi yang tuli. - Garpu tala yang dibunyikan ditekankan pangkalnya pada dahi
- Terdapat gangguan pendengaran, terutama pada nada yang penderita tepat di tengah.
rendah. - Penderita disuruh mendengarkan bunyinya dan menentukan
o Tinitus : bunyi berdenging di telinga yang disebabkan oleh pada telinga mana bunyi lebih keras terdengar.
eksitasi atau iritasi alat pendengaran, sarafnya, inti serta pusat - Pada orang normal, kerasnya bunyi sama pada telinga kiri
yang lebih tinggi. Obat-oabatan seperti kina, salisilat, dan dan kanan.
streptomisin dapat menyebabkan tinnitus. - Pada tuli saraf, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang
Pemeriksaan Saraf Koklearis sehat.
1. Tes Swabach - Pada tuli konduktif, bunyi lebih keras terdengar pada telinga
- Pada tes ini, pendengaran penderita dibandingkan dengan yg tuli.
pendengaran pemeriksa (yg normal). - TES WEBER BERLATERALISASI ke kiri (atau ke kanan),
- Garpu tala dibunyikan lalu ditempatkan di dekat telinga bil bunyi lebih keras terdengar di telinga kiri (atau kanan)
penderita. - Tuli Perseptif (Tuli Saraf) : pendengaran berkurang, Rinne
- Setelah penderita tak medengar bunyi lagi, garpu tala tersebut (+), weber lateralisasi ke telinga yang sehat
diletakkan di dekat telinga pemeriksa. - Tuli Konduktif : pendengaran berkurang, Rinne (-), weber
lateralisasi ke telinga yang tuli.
o Pengecapan : tesnya sulit dilakukan karena N.IX mempersarafi
7. Nervus IX (Nervus Glosofaringeus), Nervus X (Nervus 1/3 bagian posterior lidah (sedangkan 2/3 anterior lidah dipersarafi
Vagus) oleh N.V dan N.VII)
Pendahuluan - Fungsi Autonom
- N.IX dan X diperiksa bersamaan, karena kedua saraf ini N.X merupakan inhibitor dari jantung; paralysis menyebabkan
berhubungan erat satu sama lain, sehingga gangguan fungsinya takikardi, iritasi menyebabkan bradikardi. Oleh karena itu, pada
jarang tersendiri, kecuali pada bagian yang perifer sekali. pemeriksaan N.X perlu diperiksa frekuensi nadi.
- Pembentukan suara (fonasi) dilakukan oleh pita suara, yang Beberapa Penyebab Gangguan N.IX dan X
dipersarafi oleh N. laringeus rekurens (cabang dari N.X). - Anerisma a. vertebralis
- Pengucapan (artikulasi) kata-kata diurus oleh otot-otot mulut - Strok bilateral (hemiparese dupleks)
(masseter, pterigoideus lateralis, orbikularis oris), otot lidah, otot - Idiopatis
laring dan faring. Jadi, artikulasi merupakan kerja sama antara - Hal yang menyebabkan gangguan pada m. Laringeus rekurens:
saraf otak V, VII, IX, X dan XII. Kelumpuhan nervus-nervus anerisma aorta, tumor di mediastinum, tumor di bronkus
tersebut dapat mengakibatkan disartria
Gangguan N.IX dan X 8. Nervus XI (Nervus Aksesorius)
- Disartria (cadel, pelo) : gangguan pengucapan akibat Pendahuluan
kelumpuhan N.V, VII, IX, X - Saraf otak ini hanya terdiri dari serabut motorik
- Disfagia (salah telan) : akibat kelumpuhan N.IX, X (somatomotorik).
- Disfonia (suara serak) : akibat kerusakan N. Laringeus - Saraf XI menginervasi otot sternokleidomastoi-deus dan otot
rekurens (cabang N.X) trapezius.
- Afonia : suara tidak ada sama sekali - Otot sternokleidomastoideus menyebabkan gerakan menoleh
Pemeriksaan N.IX, X (rotasi) pada kepala.
- Fungsi Motorik - Otot trapezius menarik kepala ke sisi yang sama. Ia juga
o Perhatikan kualitas suara pasien. Apakah suara mengangkat, menarik dan memutar scapula, serta membantu
normal/disfonia/afonia. mengangkat lengan dari posisi horizontal ke atas.
o Minta pasien menyebutkan: AAAAAA….. pembentukan suara Pemeriksaan
dilakukan oleh pita suara yang dipersarafi cabang N.X (N. - Pemeriksaan Otot Sternokleidomastoideus
Laringeus Rekurens), apabila lumpuh disfonia o Pasien disuruh menggerakkan bagian badan (persendian) yang
o Artikulasi yang kurang baik (cadel) akibat adanya kelumpuahan digerakkan oleh otot yang ingin kita periksa, dan kita tahan
N.V, VII, IX, X disartria. gerakan ini
o Pada kelumpuhan N.IX, X, palatum molle tidak sanggup o Untuk mengukur tenaga otot sternokleido-mastoideus dapat
menutup jalan ke hidung waktu bicara : suara hidung (bindeng/ dilakukan dengan hal berikut: kita suruh pasien menoleh misalnya
sengau) ke kanan. Gerakan ini kita tahan dengan tangan kita yang
o Kelumpuhan N.IX, X : disfagia (salah telan/ keselek) ditempatkan di dagu. Bandingkan kekuatan otot kiri dan kanan.
o Sekukan (hiccup, singultus) : kontraksi diafragma yang
menyebabkan udara diinspirasi dengan kuat, dan bersamaan
dengan itu, terdapat pula spasme faing dan berhentinya inspirasi
karena menutupnya glottis.
- Gangguan N XI dapat terjadi karena lesi supra-nuklir, nuklir
atau infranuklir.
- Lesi supranuklir (sentral,upper motor neuron) dapat terjadi
karena kerusakan di korteks, atau traktus piramidalis (di kapsula
interna dan batang otak), misalnya oleh gangguan peredaran darah
(strok).
- Lesi nuklir (perifer) didapatkan pada siringobulbi, dan ALS
(amiotrofik lateral sclerosis). Pada lesi nuklir ini, selain parese,
juga didapatkan atrofi dan fasikulasi pada otot.
- Lesi infranulkir (perifer, lower motor neuron) dapat terjadi
Pemeriksaan N.XI (otot sternokleidomastoideus) karena kerusakan di ekstrameduler (di dalam tengkorak, di
Pasien disuruh menolehkan kepala dan pemeriksa menahannya foramen jugulare, dan di leher. Hal ini menyebabkan paralysis
untuk menilai tenaganya dengan atrofi
- Pemeriksaan Otot Trapezius 9. Nervus XII (Nervus Hipoglosus)
o Tenaga otot diperiksa sebagai berikut: tempatkan tangan kita di Pendahuluan
atas bahu penderita. Kemudian penderita disuruh mengangkat - Saraf XII mengandung serabut somato-motorik yang
bahunya, dan kita tahan. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan menginervasi otot ekstrinsik dan otot intrinsic lidah.
ototnya. - Fungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakkan lidah, dan otot
o Untuk memeriksa kedua otot trapezius, pasien disuruh intrinsik mengubah-ubah bentuk lidah
mengekstensikan kepalanya, dan gerakan ini kita tahan. Jika - Inti saraf ini menerima serabut dari korteks traktus piramidalis
terdapat kelumpuhan otot trapezius satu sisi, , kepala tidak dapat dari satu sisi, yaitu sisi kontralateral. Dengan demikian ia sering
ditarik ke sisi tersebut, bahu tidak dapat diangkat dan lengan tidak terkena pada gangguan peredaran darah di otak (strok)
dapat dielevasi ke atas dari posisi horizontal. Pemeriksaan
- Inspeksi: suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah
dalam keadaan istirahat dan bergerak
- Minta pasien menjulurkan lidahnya, perhatikan apakah posisi
lidah simetris atau mencong
- Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong ke sisi yang
lumpuh
- Jika terdapat kelumpuhan pada dua sisi, lidah tidak dapat
digerakkan atau dijulurkan. Terdapat disartria (cadel, pelo) dan
kesukaran menelan. Selain itu juga didapatkan kesukaran
bernapas, karena lidah dapat terjatuh ke belakang, sehingga
menghalangi jalan napas.
Pemeriksaan N.XI (otot trapezius) - Untuk menilai tenaga lidah kita suruh pasien menggerakkan
Pasien disuruh mengangkat bahu dan kita tahan, untuk menilai lidahnya ke segala jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya.
tenaganya Kemudian pasien disuruh menekankan lidahnya pada pipinya. Kita
nilai daya tekannya ini dengan jalan menekankan jari kita pada
Gangguan pada N XI dan Penyebabnya pipi sebelah luar. Jika terdapat parese lidah bagian kiri, lidah tidak
dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri (sumber: Mahar Mardjono. NeurologiKiinik Dasar Cetakan ke-4 Jakarta;
dapat. PT. Dian Rakyat 1978)

WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan


fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung
cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian,
tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler (Hatano, 1976 dalam
Davenport dan Dennis, 2000).

Klasifikasi

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat


diklasifikasikan menjadi :

N.XII kiri lumpuh 1. Stroke Hemoragik


Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan
Gangguan Pada N.XII Dan Penyebabnya subarachnoid yeng disebabkan pecahnya pembuluh darah otak.
- Lesi N.XII dapat bersifat supranuklir, misalnya pada lesi di Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat
korteks atau kapsula interna, yang dapat disebabkan oleh misalnya terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan
pada strok. Dalam hal ini didaptkan kelumpuhan otot lidah tanpa penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak
adanya atrofi dan fasikulasi. terkontrol.
- Pada lesi nuklir, didapatkan atrofi dan fasikulasi. Hal ini dapat
disebabkan oleh siringobulbi, ALS, radang, gangguan peredaran 2. Stroke Non Hemoragik
darah dan neoplasma Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus
- Pada lesi infranuklir didapatkan atrofi. Hal ini disebabkan oleh pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup
proses di luar medulla oblongata, tetapi masih di dalam tengkorak, lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran
misalnya trauma, fraktur dasar tulang tengkorak, meningitis, dll umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia
jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan
perjalanan penyakitnya, yaitu :
4. Memahami dan menjelaskan stroke
 TIA’S (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau
beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam
Definisi
waktu kurang dari 24 jam.
Stroke adalah sindrom hemiparesis atau hemiparalisis akibat lesi vaskular
 Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
yang bisa bangkit dalam beberapa detik sampai hari, tergantung pada jenis Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara
penyakit yang menjadi kausanya.
sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 3. Iskemia serebral
minggu.. Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama
karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke
 stroke in Volution
otak.
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana
gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah 4. Haemorrhagi serebral
buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam
atau beberapa hari.  Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah
kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan
 Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau segera. Keadaan ini biasanya mengikuti fraktur
permanent. tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri
meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa
jam cedera untuk mempertahankan hidup.
Etiologi
 Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan
STROKE biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu : haemorrhagi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural
biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode
1. Trombosis serebral
pembentukan hematoma lebih lama danc menyebabkan
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami
penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab
haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda
paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral
atau gejala.
bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa
pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang,  Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat
dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering
haemorrhagi intracerebral atau embolisme serebral. adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus Willisi
Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan malformasi arteri vena kongenital pada otak.
dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada
setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada  Haemorrhagi intracerebral adalah perdar ahan di
beberapa jam atau hari. substansi dalam otak paling umum pada pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena
2. Embolisme serebral perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang- menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya awitan
cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila ha emorrhagi
atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi
kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada
pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral. tanda vital
FAKTOR RESIKO
Faktor Keturunan
Penggolongan faktor risiko stroke didasarkan pada dapat atau tidaknya Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor resiko
resiko tersebut ditanggulangi / diubah : stroke. Hal ini diperkirakan melalui beberapa mekanisme antara
lain :
I. Faktor resiko yang tak dapat diubah atau dicegah/dimodifikasi - Faktor genetik
II. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi - Faktor life style
III. Faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasi - Penyakit‐penyakit yang ditemukan
Pengenalan faktor‐faktor resiko ini penting, karena banyak pasien - Interaksi antara yang tersebut diatas
mempunyai faktor resiko lebih dari 1 (satu) faktor atau bahkan Kelainan Pembuluh Darah Bawaan : sering tak diketahui sebelum
kadang‐kadang faktor resiko ini diabaikan. Setelah mengetahui maka terjadi stroke
perlu dikenal juga bagaimana cara pengatasan atau penghindaran
faktor‐faktor resiko dan cara‐cara pemeriksaan faktor. b) Faktor Resiko Yang Dapat Diubah

a) Faktor Resiko Yang Tak Dapat Diubah Banyak data menunjukkan bahwa penderita stroke yang pertama
kali menunjukkan bahwa penderita stroke yang pertama kali
Umur menunjukkan angka penurunan terjadinya stroke setelah
Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan penanggulangan faktor resikonya, terutama pengatasan faktor
bertambahnya usia hingga makin bertambah usia makin tinggi resiko artherosklerosis.
kemungkinan mendapat stroke. Dalam statistik faktor ini menjadi
2 x lipat setelah usia 55 tahun. Hypertensi/tekanan darah tinggi
Makin tinggi tensi darah makin tinggi kemungkinan terjadinya
Jenis. stroke, baik perdarahan maupun bukan.
Stroke diketahui lebih banyak laki‐laki dibanding perempuan.
Kecuali umur 35 – 44 tahun dan diatas 85 tahun, lebih banyak Merokok
diderita perempuan. Hal ini diperkirakan karena pemakaian Penelitian menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor resiko
obat‐obat kontrasepsi dan usia harapan hidup perempuan yang terjadinya stroke, terutama dalam kombinasi dengan faktor resiko
lebih tinggi dibanding laki‐laki. yang lain misal pada kombinasi merokok dan pemakaian obat
kontrasepsi . Hal ini juga ditunjukkan pada perokok pasif.
Berat Lahir Yang Rendah Merokok meningkatkan terjadinya thombus, karena terjadinya
Statistik di Inggris memungkinkan orang dengan berat bayi lahir artherosklerosis.
rendah menunjukkan angka kematian yang lebih tinggi dibanding
orang yang lahir dengan berat normal. Namun apa hubungan Diabetes
antara keduanya belum diketahui secara pasti. Penderita diabetes cenderung menderita artherosklerosis dan
meningkat kan terjadinya hypertensi, kegemukan dan kenaikan
Ras lemak darah. Kombinasi hypertensi dan diabetes sangat
Penduduk Afrika ‐ Amerika dan Hispanic ‐ Amerika berpotensi menaikkan komplikasi diabetes termasuk stroke. Pengendalian
stroke lebih tinggi dibanding Eropa ‐ Amerika. Pada penelitian diabetes sangat menurunkan terjadinya stroke.
penyakit artherosklerosis terlihat bahwapenduduk kulit hitam
mendapat serangan stroke 38 % lebih tinggi dibanding kulit putih. Kenaikan kadar cholesterol/lemak darah
Penelitian menunjukkan angka stroke meningkat pada pasien BMI (Body Mass Index) yaitu BB (kg) = TB (m) > 25 – 29,9
dengan kadar cholesterol diatas 240 mg % Setiap kenaikan 38,7 dikategorikan berat berlebih (over weight). Sedang > 30
mg % menaikkan angka stroke 25 %. Sedangkan kenaikan HDL 1 dikategorikan obesitas
m mol (38,7 mg %) menurunkan terjadinya stroke setinggi 47 %.
Demikian juga kenaikan trigliserid menaikkan jumlah terjadinya Central Obesitas/Gemuk perut:
stroke. Pemberian obat‐obat anti cholesterol jenis statin sangat Dihitung jika lingkar perut > 102 cm pad alaki‐laki dan > 88 cm
menurunkan terjadinya stroke. pada perempuan. Kegemukan meningkatkan terjadnya stroke, baik
jenis penyumbatan ataupun perdarahan. Penurunan berat badan
Penyempitan Pembuluh darah Carotis akan menurunkan juga tekanan darah
Pembuluh darah carotis berasal dari pembuluh darah jantung yang
menuju ke otak dan dapat diraba pada leher. Penyempitan c) Faktor Resiko Yang Sangat Dapat Diubah
pembuluh darah ini kadang‐kadang tak menimbulkan gejala dan
hanya diketahui dengan pemeriksaan. Penyempitan > 50 % Metabolik Sindrom
ditemukan pada 7 % pasien laki‐laki dan 5 % pada perempuan Dikatakan metabolik sindrom jika terdapat 3 atau lebih
pada umur diatas 65 tahun. Pemberian obat‐obat aspirin dapat gejala‐gejala sebagai berikut:
mengurangi incidence terjadinya stroke, namun pada beberapa o Gemuk perut
pasien dianjurkan dikerjakan carotid endarterectomy. o Trigliceride > 150 mg %
o HDL < 40 mg %
Gejala Sickle cel o Tensi ≥ 130 / ≥85 mm Hg
Penyakit ini diturunkan, kadang‐kadang tanpa gejala apapun. o Gula puasa ≥ 110 mg %
Beberapa menunjukkan gejala anemia hemolytic dengan episode o Perubahan gaya hidup, pola makan, penurunan BB dan
nyeri pada aanggota badan, penyumbatan‐penyumbatan pembuluh diet seimbang akan menurunkan terjadinya stroke.
darah termasuk stroke.
Pemakaian alkohol berlebihan
Penggunaan terapi sulih hormon. Pemakaian alkohol berlebihan memicu terjadinya stroke.
Penggunaan terapi sulih hormon dianjurkan untuk mencegah Pemakaian jumlah sedikit
terjadinya stroke dan penyakit jantung vaskuler, namun pada dapat menaikkan HDL cholesterol dan mengurangi perlengketan
beberapa penelitian pada pemakaian 6 bulan berturut‐turut trombosit dan
meningkatkan terjadinya stroke pada pemakaian restradol. menurunkan kadar fibrinogen. Alkohol berlebihan akan
Pemakaian sulih hormon untuk mencegah stroke tidak dianjurkan. menyebabkan peningkatan
tensi darah, darah gampang menjendal, penurunan aliran darah dan
Diet dan Nutrisi juga atrium
Asupan makanan yang mengandung banyak sayur dan buah fibrilasi.
mengurangi terjadinya stroke. Pemakaian garam dapur berlebihan
meningkatkan terjadianya stroke. Mungkin ini dikaitkan dengan Drug Abuse/narkoba
terjadinya kenaikan tensi. j. Latihan fisik Kegiatan fisik yang Pemakaian obat‐obat terlarang seperti cocain, auphetamine, heroin
teratur dapat mengurangi terjadinya stroke (≥ 30 menit gerakan dsb meningkatkan
moderate tiap hari) terjadinya stroke. Obat‐obat ini dapat mempengaruhi tensi
darahsecara tiba‐tiba,
Kegemukan
menyebabkan terjadinya emboli, karena adanya endocarditis dan Ada kecenderungan darah mudah menggumpal di karenakan
menaikkan adanya autiphospolipid
kekentalan darah dan perlengketan thrombosit. antibody. Test dapat dikerjakan dengan pemeriksaan anti
crdiolipin antibody dan
Pemakaian obat‐obat kontrasepsi (OC) anticoagulant lypus.
Resiko stroke meningkat jika memakai OC dengan dosis
obstradial ≥ 50 ug.
Umumnya resiko stroke terjadi jika pemakaian ini dikombinasi Patofisiologi
dengan adanya usia >
35 tahun, perokok, hipertensi, diabetes dan migrain. Patofisiologi Umum

Gangguan Pola Tidur


Penelitian membuktikan bahwa tidur ngorok meningkatkan Secara umum, apabila aliraj darah ke jaringan otak terputus selama 15 – 20
terjadinya stroke. Pola menit, akan terjadi infak atau kematian jaringan. Gangguan pasokan aliran
tidur ngorok sering disertai apneu (henti nafas) tidak hanya
berpotensi menyebabkan darah ini bisa terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk
stroke tapi juga gangguan jantung. Hal ini disebabkan penurunan sirkulus Willisi; arteri karotis interna, sistem bvertebrobasilaris, dan
aliran darah ke otak,
kenaikan tensi dsb. Pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan cabang-cabangnya. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu
yang cermat dengan menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
mencari penyebabnya.
Alasannya adalah mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke
Kenaikan homocystein daerah tersebut. Proses yang mendasari mungkin terdiri dari beberapa
Homocystein adalah sulpenydril yang mengandung asam amino
dan diet yang proses yang terjadi pada pembuluh darah yang memperdarahi otak; (1)
mengandung methirin. Kenaikan homocystein meningkatkan keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti aterosklerosis,
artheriosclerosis. Diet
kaya sayur dan buah akan menurunkan homocystein. trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan. (2)
berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok
Kenaikan lipoprotein (a)
Lipid protein komplex yang meningkat merupakan resiko atau hiperviskositas darah. (3)gangguan aliran darah akibat bekuan atau
terjadinya penyakit jantung embolus infeksi, yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstracranium.
dan stroke. Lp (a) merupakan partikel dari LDL dan
peningkatannya akan (4)ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subarachnoid.
meningkatkan terjadinya thrombosis dengan mekanisme
menghambat plasminogen  Stroke Iskemik
aktivator. Pengobatan dengan niacin akan menurunkan lp (a)

Hypercoagubility Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara
bertahap (Sjahrir,2003)
(1) Tahap 1 : depression

(a) Penurunan aliran darah (3) Tahap 3 : Inflamasi

(b) Pengurangan O2 (4) Tahap 4 : Apoptosis

(c) Kegagalan energi Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan
melibatkan permeabilitas patologis dari sawar darah otak, kegagalan
(d) energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan
Terminal kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang
depolarisa diperantarai oleh radikal bebas. (Sherki dkk,2002)
si dan
kegagalan Mekanisme seluler pada iskemik SSP akut.
homeostas
is ion (Dikutip dari : Sherki,Y.G., Rosenbaum.Z., Melamed,E.,
Offen,D. 2002. Antioxidant Therapy in Acute Central
Nervous System Injury: Current State. Pharmacol Rev.
(2) Tahap 54:271-284)
2:
 Stroke Hemoragik

(a)
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim
Eksitoksis
otak dan perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan
itas dan
intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke hemoragik,
kegagalan
dimana masing-masing 10% adalah perdarahan subarachnoid
homeostas
dan perdarahan intraserebral (Caplan, 2000).
is ion
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
(b)
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna.
Spreading
Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum,
dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola
berdiameter 100 – 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada
dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid
serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien,
peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya
penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil
membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang
akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan
volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2000).

Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat


menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang
terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul
karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis
(Caplan, 2000).

Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar


permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang
subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh
rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation (AVM).

Manifestasi Klinis

 Gejala Stroke Non Hemoragik


Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran 4. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah
dan lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala a) Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
tersebut adalah:
b) Meningkatnya refleks tendon.
1. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
c) Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
a) Buta mendadak (amaurosis fugaks).
d) Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor),
b) Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan kepala berputar (vertigo).
(disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.
c) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis e) Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi
sumbatan. f) Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara
sehingga pasien sulit bicara (disatria).
2. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
g) Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran
a) Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat,
menonjol. kehilangan daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi).

b) Gangguan mental. h) Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia),


gerakan arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus),
c) Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh. penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata,
kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan atau
d) Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air. kiri kedua mata (hemianopia homonim).

e) Bisa terjadi kejang-kejang. i) Gangguan pendengaran.

3. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media. j) Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.

a) Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih 5. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
ringan.
a) Koma
Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
b) Hemiparesis kontra lateral.
b) Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
c) Ketidakmampuan membaca (aleksia).
c) Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
d) Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
6. Gejala akibat gangguan fungsi luhur g) Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada
trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi
a) Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. pengangkatan massa di otak.
Aphasia dibagi dua yaitu, Aphasia motorik adalah
ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran h) Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup
melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya sejumlah kemampuan.
untuk mengerti bicara orang lain tetap baik. Aphasia sensorik
adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang
lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan
lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti,  Gejala Stroke Hemoragik
tergantung dari luasnya kerusakan otak.

b) Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena 1) Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
kerusakan otak. Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada
secara kongenital), yaitu Verbal alexia adalah Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri
ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf.
Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf, tetapi kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid
masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas.
keduanya disebut Global alexia. iii. Agraphia adalah
hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak. Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat
emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma
c) Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan
mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak. (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12%
terjadi setelah 3 jam).
d) Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah
sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti
penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah 2) Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering
bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di
menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita
tidak boleh melihat jarinya). leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig
e) Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya
kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang untuk mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri
berhubungan dengan ruang. maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi

f) Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi
laku akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan
hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya gangguan
bicara. kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.
3) Gejala Perdarahan Subdural
o EKG
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, jantung berperan dalam suplai darah keotak. d.
tajam penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda Elektro Encephalo Grafi Elektro Encephalo Grafi
mengidentifikasi masalahberdasarkan gelombang
defisit neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul otak, menunjukkan area lokasi secara spesifik.
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma
o Angiografi cerebral
kepala. Membantu secara spesifik dalam mencari
penyebab stroke sepertiperdarahan atau
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang obstruksi arteri, memperlihatkan secara
t e p a t l e t a k oklusi atau ruptur.

Diagnosis o Magnetik Resonansi Imagine (MRI)


 Anamnesis seputar gejala-gejala penanda stroke. Menunjukkan darah yang mengalami infark,
 Pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan fungsi syaraf. haemorhargi, Malformasi Arterior Vena (MAV).
 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan ini lebih canggih dibanding CT Scan.

o Tes Laboratorium Darah o Ultrasonografi dopler


untuk mendeteksi adanya masalah lain yang Mengidentifikasi penyakit Malformasi Arterior Vena .
menghambat proses pemulihan seperti penyakit
ginjal, penyakit hati, diabetes, infeksi atau dehidrasi
Diagnosis Banding
o Head CT Scan
stroke non hemorhargi terlihat adanya infark Berdasarkan gejala – gejala yang ada maka diagnosis banding adalah
sedangkan pada strokehaemorhargi terlihat perbedaan antara stroke non hemoragik sebab trombosis atau emboli,
perdarahan
stroke hemoragik dan tumor pada otak. Hal ini bisa dibedakan dari
onset/awitannya, pada stroke yang non hemoragik awal mula terjadi
o Pemeriksaan lumbal pungsi
kelumpuhan biasanya saat istirahat / pasien tidak melakukan aktifitas,
Diperiksa kimia sitologi, mikrobiologi, virologi .
nyeri kepala sifatnya ringan atau sangat ringan, tidak ditemukan adanya
Disamping itu dilihat pula tetesancairan kejang atau muntah saat serangan terjadi serta penurunan kesadarannya
cerebrospinal saat keluar baik kecepatannya, bersifat ringan atau sangat ringan sedangkan pada stroke yang disebabkan
kejernihannya, warna dan tekananyang menggambarkan pendarahan terjadi saat penderita beraktifitas, pasien mengalami nyeri
proses terjadi di intra spinal.Pada stroke non
kepala yang hebat, adanya kejang atau muntah saat serangan terjadi,
hemorargi akan ditemukan tekanan normal dari
penurunan kesadarannya bersifat sangat nyata, penderita biasanya
cairan cerebrospinaljernih. Pemeriksaan pungsi hipertensi dengan tiba – tiba terjatuh karena terserang kelumpuhan tubuh
cisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan sesisi secara serentak, biasanya adanya emosi (marah – marah) yang
pungsilumbal. Prosedur ini dilakukan dengan supervisi mendahului sebelum serangan.
neurolog yang telah berpengalaman.
Pada tumor otak dengan gejala defisit neurologi sangat lambat bahkan Stroke Non Hemoragik
sampai berbulan – bulan, pasien mengalami nyeri kepala yang hebat pada
saat beraktifitas yang menyebabkan peninggian liquor cerebrospinalis  Pneumonia
intracranial, seperti membungkuk, mengejan, atau excercaise dan nyeri Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang
kepala menurun apabila tidak beraktifitas, keadaan mudah lesu, gangguan paru-paru/ pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah
daya ingat dan penurunan kesadaran. Tentunya pemeriksaan dengan CT-
menemukan bahwa dari 58 % kematian pasien stroke penyebab
scan akan lebih mudah diketahui adakah infark pada otak, adanya
trombosis, emboli maupun tumor, disamping itu pemeriksaan sekunder utamanya adalah radang paru-paru
lain, seperti pemeriksaan laboratorium juga mendukung.

Penatalaksanaan  Trombosis Vena Profunda


Hal ini disebabkan thrombus dari pembuluh darah balik terlepas
 Tissue plasminogen activator (TPA) membentuk emboli, bersama darah menuju keparu-paru sehingga
Suatu obat penghancur bekuan atau gumpalan untuk
terjadilah emboli paru
memecahkan bekuan darah yang menyebabkan stroke.Ada
suatu jendela yang sempit dari kesempatan untuk menggunakan  Infark miokard, aritmia jantung dan gagal jantung
obat ini. Lebih awal ia diberikan, lebih baik hasilnya dan lebih  Ketidakseimbangan cairan
kurang berpotensi untk komplikasi perdarahan kedalam otak.
 Heparin dan aspirin Stroke Hemoragik
Obat-obat untuk pengencer darah (anticoagulation; contohnya,
heparin) juga adakalanya digunakan dalam merawat pasien-  Perdarahan Intraserebral
pasien stroke dalam harapan untuk memperbaiki kesembuhan 1. Hidrosefalus
atau kepulihan pasien. 2. Coning/herniasi
 Perdarahan Subarakhnoid
 Mengendalikan Persoalan-Persoalan Medis Lain
Hidrosefalus : Akibat obstruksi aliran cairan serebrospinal oleh
 Kontrol tekanan darah dan Kolestrol
 Kontol gula darah (pasien DM) bekuan darah

 Rehabilitasi
 terapi kemampuan berbicara Prognosis
 terapi pekerjaan
 terapi fisik Stroke Non Hemoragik
 pendidikan keluarga untuk mengorientasikan mereka
pada perawatan untuk orang yang dicintai mereka di  Indikator prognosis adalah : lokasi dan luas area lesi, umur, tipe
rumah dan tantangan-tantangan yang akan mereka stroke, cepat lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis
hadapi. dengan pasien dan keluarga.
Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke
iskemik
Komplikasi  Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami
kecacatan jangka panjang
 Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam Gangguan irama jantung dapat dideteksi dengan menilai detak
setelah serangan, 33% diantaranya mungkin akan pulih dalam nadi.
waktu 3 bulan
 Berhenti merokok dan anti alkohol
Stroke Hemoragik
Rokok dapat meningkatkan risiko stroke dua kali lipat.
 Prognosis pasien dgn stroke hemoragik (perdarahanintrakranial) Sebagaimana rokok, alkohol dapat meningkatkan risiko stroke dan
tergantung pada ukuran hematoma : penyakit lain seperti liver.
- Hematoma > 3 cm umumnya mortalitasnya besar
- Hematoma yang massive biasanya bersifat lethal  Periksa kadar kolesterol dalam tubuh
Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan kewaspadaan
 Jika infark terjadi pada spinal cord prognosis bervariasi tergantung stroke. Kolesterol tinggi mengarah pada risiko stroke. Jika
keparahan gangguan neurologis, jika control motorik dan sensasi kolesterol tinggi, maka segeralah untuk menurunkannya dengan
nyeri terganggu maka prognosis jelek.
memilih makanan rendah kolesterol. Agar kolesterol dalam tubuh
tidak berlebihan, maka gantilah asupan lemak jenuh dengan
asupan asam lemak tak jenuh, seperti: omega 3, 6 dan 9.
Pencegahan
 Kontrol kadar gula darah
Siapapun tidak akan pernah tahu kapan stroke datang. Tapi, langkah- Diabetes mampu meningkatkan risiko stroke. Jika Anda penderita
langkah pencegahan di bawah ini mungkin bisa menjadi angin segar bagi diabetes, konsultasilah dengan seorang dokter mengenai makanan
semua orang : dan minuman yang bisa dikonsumsi untuk menurunkan gula
darah.
 Rutin memeriksa tekanan darah
Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua
 Olabraga teratur
jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko
jalan cepat minimal 30 menit sehari bisa menurunkan risiko
terkena stroke. Jika tekanan darah meningkat, segera
stroke. Anda juga bisa melakukan olahraga renang, sepeda, dansa,
konsultasikan dengan seorang dokter. Tekanan darah yang harus
golf, atau tenis. Pilih olahraga yang Anda sukai dan lakukan secara
diwaspadai adalah jika angka tertinggi di atas 135 dan angka
teratur tiga kali seminggu.
terbawah adalah 85.
 Konsumsi garam rendah sodium dan diet lemak
 Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrillation) Kurangi konsumsi garam bersodium tinggi. Sebaliknya
Detak jantung tidak wajar menunjukkan perubahan fungsi yang
konsumsilah buah, sayuran, dan gandum untuk mengurangi risiko
mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di dalam
stroke.
jantung. Detak jantung yang mampu menggerakkan gumpalan
darah sehingga masuk pada aliran darah itu mengakibatkan stroke.
 Waspadai gangguan sirkulasi darah
Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri dan vena. Tiga
bagian ini penting bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk َّ ‫ث لَ ُك ْم فَأْتُوا َح ْرث َ ُك ْم أَنَّى ِشئْت ُ ْم َوقَ ِدِّ ُموا ِِل َ ْنفُ ِس ُك ْم َواتَّقُوا‬
‫َّللاَ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ ُك ْم‬ ٌ ‫سا ُؤ ُك ْم َح ْر‬ َ ِ‫ن‬
dan jantung ke otak. Ketika terdapat tumpukan lemak yang )223 :‫ش ِر ْال ُمؤْ مِ نِينَ (البقرة‬ ِّ ِ ‫ُم ََلقُوهُ َو َب‬
menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat. Masalah ini "Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-
tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu
dapat diobati. Operasi pula mampu mengatasi tumpukan lemak
bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik)
yang menghambat pembuluh arteri. untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-
orang yang beriman.”
5. Memahami dan menjelaskan kewajiban suami istri menurut )187 :‫اس لَ ُه َّن (البقرة‬ ٌ َ‫اس لَ ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ِلب‬
ٌ َ‫ه َُّن ِلب‬
pandangan islam “Mereka isteri-isterimu adalah pakaian bagimu dan kamupun
pakaian bagi mereka”.

Akad perkawinan merupakan suatu perbuatan hokum yang sangat 2. Tetapnya saling waris mewaris antara suami isteri.
penting dan mengandung akabit hukum tertentu menurut yang 3. Menjadi tetapnya keharaman musaharah (keharaman kawin
ditetapkan oleh hokum perkawinan. Untuk mengetahui akibat hokum karena persemendaan). Suami menjadi haram mengawini ibu mertua,
dari suatu perkawinan perlu diketahui terlebih dahulu status hokum nenek mertua, anak-anak perempuannya isteri (anak tiri). Demikian
akad perkawinan sehubungan dengan lengkap tidaknya rukun dan juga isteri haram kawin dengan bapak mertua, kakek mertua, anak-
syarat yang harus ada di dalamnya. anaknya suami dll
4. Tetapnya hak mahar bagi isteri. Apabila pada waktu ijab qabul
Berdasarkan dipenuhi atau tidaknya rukun dan syarat dalam suatu mahar belum dibayarkan, maka setelah suami isteri bergaul, suami
akad nikah (sesuai dengan perbedaan pendapat para fuqaha), maka wajib membayar mahar kepada isterinya. Apabila pada waktu akad
akad nikah dapat diklasifikasikan kepada dua kategori: nikah jumlah mahar belum ditentukan, mahar yang dibayar adalah
1. Akad perkawinan yang sahih (sah) mahar misil.
2. Akad perkawinan yang gairu sahih (tidak sah). 5. Tetapnya nasab anak bagi suami. Anak keturunan yang
dilahirkan dari perkawinan yang sah menjadi sah pula.
Selanjutnya hanya akan dilihat akibat-akibat hokum dari 6. Apabila pada waktu akad nikah atau sesudahnya diadakan
perkawinan yang shahih (sah) saja. Akad yang sahih ialah: perjanjian antara suami isteri, maka dengan adanya akad yang sahih
‫ق ْال ُح ْك ِم‬
ِ ِّ ‫َما اجْ ت َ َم َع ا َ ْركَانُهُ َوش ََرائِطُهُ َحتَّى يَ ُكونَ ُم ْعتَبَ ًرا فِى َح‬
segala ketentuan dalam perjanjian menjadi tetap dan harus
dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syara’
“Akad yang terhimpun di dalamnya rukun-rukun dan syarat- dan aturan hukum lainnya.
syaratnya sehingga keadaan akad itu diakui oleh hokum”. 7. Timbulnya kewajiban suami terhadap isteri baik yang bersifat
materiil maupun immateriil
Adapun akibat hokum dari suatu akad perkawinan yang sahih 8. Suami berhak membatasi kebebasan isteri dalam batas-batas
ialah: kewajaran
9. Timbulnya kewajiban isteri terhadap suami.
1. Kehalalan bersenang-senang dan melakukan hubungan seksual
antara suami isteri. Dengan akad perkawinan yang sah maka menjadi
tetaplah status hokum suami sebagai suami dan status hukum isteri
sebagai isteri. Kehalalan bersenang-senang ini merupakan hak
bersama antara suami isteri.

Anda mungkin juga menyukai