Laporan Magang
Laporan Magang
PENDAHULUAN
Cat merupakan salah satu produk yang banyak digunakan oleh manusia dan
produk industri yang memiliki peranan penting dalam mendukung industri lainnya
seperti industri furniture, industri mainan anak dari kayu dan industri kreatif
lainnya. Cat adalah suatu cairan yang digunakan untuk melapisi suatu bahan.
Penggunaan cat ini telah berlangsung sejak 2000 tahun lalu, dimana manusia yang
hidup di gua-gua menggunakan cat untuk kegiatan komunikasi, dekorasi dan
proteksi. Mereka menggunakan material-material yang tersedia di alam seperti
arang (karbon), darah dan sadapan dari tanaman-tanaman yang memiliki warna
yang menarik. Selain untuk melapisi permukaan bahan sehingga permukaan
tersebut nampak menjadi lebih indah dan bernilai lebih tinggi, cat juga digunakan
untuk melindungi produk-produk sehingga tidak rentan terhadap kerusakan akibat
pelapukan, korosi maupun serangan organisme.
Industri cat adalah salah satu industri tertua di dunia. Di Indonesia,
pertumbuhan pasar cat termasuk paling pesat di dunia dimana setiap tahunnya
peningkatan konsumsi cat semakin meningkat. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh MARS Indonesia, pada tahun 2010 konsumsi cat di Indonesia mencapai
772.454 ton. Pada tahun 2014, meningkat menjadi 877.459 ton. Potensi
peningkatan tersebut untuk tahun-tahun mendatang akan terus terjadi, mengingat
besarnya populasi dan angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sehingga industri
cat di dalam negeri semakin meningkatkan daya saingnya agar mampu
berkompetisi di pasar lokal dan global. Salah satu industri cat yang telah berdiri
cukup lama dan masih bertahan adalah PT. Sigma Utama yang terletak di Jalan
Lanbouw No.1 Jagorawi-Cibinong Bogor.
PT. Sigma Utama merupakan pelopor pabrik cat Indonesia yang didirikan
pada tahun 1932 dengan nama Lindetives Pieter Schoen and Zoon (NV.LP & P).
PT. Sigma Utama memiliki kapasitas produksi 6.000 ton/tahun dengan desain
pabrik yang ditata sedemikian rupa sehingga memudahkan proses produksi dengan
1
hasil yang tepat dan berkualitas. Sesuai dengan anggaran dasar PT. Sigma Utama,
kegiatan perusahaan ini bergerak dibidang produksi cat dengan berbagai jenis
produk yakni marine, protective dan decorative.
Pengalaman operasional selama lebih kurang 86 tahun dibidang heavy duty
& protective coating menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan
bersaing dalam hal teknologi cat dan trend pasar yang ada. Pengalaman tersebut
menjadikan PT.Sigma Utama masih tetap eksis dan menjadi lebih prosfesional,
meskipun banyak kompetitor-kompetitor baru yang bermunculan. Riset dan
pengembangan teknologi terus dilakukan dalam upaya menghasikan produk yang
berkualitas. Salah satu pengembangan produk yang dilakukan PT. Sigma Utama
adalah produk cat dekoratif berupa cat tembok berbasis pelarut air atau yang dikenal
dengan water based paint. Cat tersebut merupakan cat dengan berbahan dasar
pelarut air yang memiliki keunggulan yakni lebih ramah lingkungan dimana cat
water based tidak mengandung VOC (Volatile Organic Compound ) yang
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Produk cat tembok PT. Sigma Utama terdiri atas beberapa tipe sesuai dengan
kualitas dan standar perusahaaan. Dan diantara beberapa tipe cat tembok PT. Sigma
Utama, masih ada yang berada ditahap pengujian cat. Salah satunya adalah cat
tembok water based tipe II. Pengujian tersebut dilakukan untuk menentukan
kualitas cat yang diformulasikan sehingga sesuai dengan standar perusahaan.
Sehingga pada laporan ini akan dilakukan pengujian karakteristik dari cat tembok
water based tipe II yang ada di PT. Sigma Utama dan kemudian dibandingkan
dengan produk cat standar dengan spesifikasi yang sama.
2
3. Bagaimana kualitas cat tembok water based Tipe II di PT. Sigma Utama
berdasarkan hasil pengujian ?
1.3 Tujuan
Manfaat yang diperoleh dari kerja praktek di PT. Sigma Utama adalah sebagai
berikut :
3
2. Menambah referensi studi Kerja Praktek bagi Program Studi Teknik Kimia
Universitas Tanjungpura
4
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5
2.2 Visi, Misi dan Motto Perusahaan
Visi PT. Sigma Utama yaitu menjadi perusahaan nasional dengan produk
yang berdaya saing dipasar nasional dan global. Sedangkan Misi PT. Sigma Utama
yakni membuat produk yang bermutu tinggi, inovatif, bersertifikat internasioanal
dan memberikan pelayanan terbaik kepada stake holder. Motto PT Sigma Utama
yaitu Trust, Protect and Commit.
6
a. Didalam melaksanakan praktek, seorang analis harus menggunakan
perlengkapan seperti jas lab, sarung tangan , masker dan sebagainya
b. Dilarang merokok disekitar area pabrik
c. Adanaya tenaga kebersihan (cleaning service) dan lain-lain.
7
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Pengertian Cat
Salah satu cara meningkatkan nilai tambah suatu bahan adalah dengan
melapisi permukaan bahan tersebut dengan bahan lain yang lebih tinggi nilainya.
Pengetahuan tentang pelapisan permukaan bahan, secara umum dikenal sebagai
surface coating knowladge. Bagian ini meliputi: metal coating (electro coating,
galvanizing), plastic coating, paper coating, powder coating dan tentang cat itu
sendiri. Jadi cat merupakan bagian kecil dari sebuah ilmu yang jauh lebih besar,
yaitu ilmu tentang surface coating.
Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan
dengan tujuan memperindah, memperkuat atau melindungi bahan tersebut. Setelah
dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan yang
melekat kuat pada permukaan tersebut. Pelakatana cat ke permukaan dapat
dilakukan dengan cara : diusapkan, dilumurkan, dikuas, disemprotkan, dsb (Fajar
Anugerah, 2009).
Emulsi merupakan suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair
dalam medium pendispersi padat, cair dan gas. Cat tembok waterbased disebut juga
cat emulsi, dimana terdapat emulsi antara air dan minyak dalam formulasinya.
Dalam emulsi pada masing-masing komponen pembentuknya sudah terdapat
emulsifer berupa surfactan (Fajar Anugrah,2009).
Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang
digunakan untuk melindungi dam memberikan warna pada suatu objek atau
permukaan dengan melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan
pda hampir semua jenis objek, antara lain untuk menghasilkan karya seni (oleh
pelukis untuk membuat lukiasan), salutan industri (industrial coating), bantuan
pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah korosi atau kerusakan
oleh air).
8
3.2 Pengelompokkan Jenis Cat
Cat dapat dikelompokkan berdasarkan bahan baku utama, mekanisme
pengeringan, letak dan dimana cat itu diaplikasikan, kondisi cat, jenis dan
keberadaan solvent, fungsi, metode pengeringan, jenis substratnya dan lain-lain.
Berdasarkan dari penggunaan pelarutnya, cat terbagi dalam dua jenis utama yaitu
cat water based (pelarut air) dan cat solvent based (pelarut minyak atau thinner)
Pengelompokkan jenis-jenis cat pada tabel 3.1 di bawah ini (Fajar Anugerah,2009).
3. Metode pengecatan Cat kuas, spray, celup, wiping, elektrostatik, roll, dll.
9
(didalam ruangan, tidak terkena secara langsung sinar
matahari) dan exterior (diluar ruangan), dll.
10
1. Reaksi penguapan solvent (Lacquer dan duco) adalah proses mengering atau
mengerasnya resin yang terjadi karena penguapan solvent yang ada. Bahan yang
padat akan tertinggal dan menempel merata pada seluruh permukaan bahan yang
dicat. Selama solventnya masih ada maka resin ini belum mengeras. Untuk
mempercepat proses menguapnya solvent, biasanya dibantu dengan pemanasan.
2. Reaksi dengan udara (Varnish dan syntetic Enamel) adalah proses mengering
atau mengeras karena ada reaksi kimia antara komponen udara (oksigen atau air)
dengan resin tersebut membentuk melekul-molekul baru yang lebih besar dan
saling berikata satu sama lain.
3. Reaksi Polymerisasi adalah proses mengeras atau mengeringnya karena terjadi
reaksi kimia antara dua resin yang ada dalam campuran cat. Reaksi polymerisasi
(baik kondensasi maupun adisi) dapat berlangsung karena adanya katalis, tanpa
katalis (non katalis), panas atau radiasi UV.
Pada cat water based, jenis resin yang digunakan adalah acrylic emulsion
yang diperoleh dari hasil polimerisasi emulsi. Resin pelapis acrylic berbasis air
terutama digunakan sebagai bahan pengikat lateks. Berdasarkan komposisi
monomer, biasanya dibagi menjadi emulsi akrilik murni, emulsi stirena-akrilik,
emulsi vinil akrilik dan emulsi vinil asetat. Dibandingkan dengan cat berbasis
minyak tradisional, ia memiliki kelebihan dari harga rendah, keamanan, hemat
sumber daya dan hemat energi, polusi dan bahaya lingkungan yang kurang
(pelepasan pelarut), dll.
Jenis resin dalam suatu formula cat menentukan banyak hal dari performa
suatu cat. Setiap jenis resin mempunyai bebrapa tipe dan turunannya, bahkan
kombinasi antara satu resin dengan resin yang lain juga menambah perbendaharaan
jenis resin baru. Daya tahan, kekuatan dan karakter cat secara keseluruhan sangat
dipengaruhi oleh jenis resin yang dipakai (Barucha,1979).
3.3.2 Pigmen
Pigmen adalah padatan halus yang ditambahkan kedalam cat berperan
sebagai zat pemberi warna utama. Selain memberikan warna pada cat, pigmen juga
memberikan sifat teertentu pada cat, diantaranya daya tutup, daya tahan
(durability), kekuatan mekanis, dan perlindungan akan korosi pada substrat logam
11
yang dilapii. Pada warna dasar putih, pigmen yang sering digunakan adalah
titanium oxide yang mempunyai hiding power (daya tutup) yang kuat dan tidak
digunakan untuk warna-warna gelap. Untuk warna merah digunakan pigmen iron
oxide dan untuk warna hitam digunakan pigmen carbon black (Lambourne,1999)
Pigmen ditambahkan ke dalam cat dengan beberapa fungsi sebagai berikut :
1. Optis, memberikan karakter khas pada penampakan cat tersebut, seperti warna,
derajat kilap (gloss) maupun daya tutup.
2. Protective, memberi nilai tambah pada karakter ketahanan cat tersebut, seperti
tahan terhadap cuaca, korosi, panas atau api, dan lain-lain.
3. Reinforcing, meningkatkan sifat seperti meningkatkan kekerasan, kelenturan,
daya tahan terhadap abrasi, dan lain-lain.
Pigmen dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pigmen organik dan anorganik.
Pigmen anorganik dibuat dari beberapa logam (oksida logam) sedangkan pigmen
organik dibuat dari bahan minyak bumi (berbahan dasar karbon). Pigmen anorganik
mempunyai daya tahan solvent, kimia, daya tutup, kemudahan terdispersi, stabilitas
terhadap panas, cahaya dan cuaca yang lebih baik dibanding pigmen organik.
Sedangkan pigmen organik memiliki tingkat kecerahan dan tinting strength yang
lebih baik dibanding pigmen anorganik. Penggunaan pigmen organik dapat diatasi
dengan penggunaan ekstender sebagai alternatif.
3.3.3 Pelarut
Cat merupakan sebuah sistem campuran yang kompleks, ada padatan (solute)
yang terlarut atau terdispersi dalam pelarut cair (solvent). Sehingga definisi dari
pelarut (solvent) adalah cairan (biasanya mudah menguap) yang digunakan untuk
melarutkan atau medispersi komponen-komponen pembentuk film (cat) yang
kemudian akan menguap terbuang ke lingkungan selama proses pengeringan.
Pelarut berfungsi untuk menjaga kekentalan cat agar tetap cair saat digunakan
Pelarut digunakan dalam pembuatan cat memiliki dua tujuan. Pertama untuk
memudahkan pembuatan cat (seperti mengurangi viskositas dari resin dan
komponen lainnya) dan yang kedua memudahkan dalam pengaplikasian pada
permukaan. Sebuah cat membutuhkan bahan cair agar partikel pigmen, binder dan
material padat lainnya dapat bercampur. Prinsip dari pelarut adalah “like dissolve
12
like” yakni memiliki karakter yang sama dengan material yang akan dilarutkan
(Talbert,2008).
Dalam pembuatan cat water based, pelarut yang digunakan adalah air
sedangkan cat yang berbasis minyak sebagai pelarutnya. Berikut ini klasifikasi
pelarut pada Tabel 3.2.
13
Calcium Sulphate Gypsum dan Precipitated Calcium Sulphate
Silicate Silica, clay, talc, dan mika
3.3.5 Additive
Additive merupakan bahan pembantu yang ditambahkan pada pembuatan
cat untuk menambahkan properties atau sifat-sifat cat sehingga dapat meningkatkan
kualitas cat. Penambahan aditif relatif sedikit dan pada suatu cat dapat mengandung
lebih dari satu aditif. Zat aditif ditambahkan ke dalam cat disesuaikan dengan
pelarut yang digunakan (solvent atau water based), jenis resin, jenis pemakaiannya
dan reaksi pengeringannya. Contoh sifat yang disesuaikan dengan penambahan
aditif yakni viskositas, foaming, skinning, dispersi pigmen,, fleksibelitas,
kekerasan, kekilapan, ketahanan UV, ketahanan bakteri, dan sebagainya. Berikut
ini adalah beberapa aditif dan fungsinya yang biasa digunakan dalam industri cat.
14
Levelling Agent Meningkatkan kualitas permukaan cat, sehingga
permukaannya rata tidak bergelombang
Anti Flooding & Floating Mencegah pemisahan pigmen baik secara vertikal
maupun horizontal
Anti Foaming Mencegah atau menghilangkan timbulnya busa
pada permukaan cat
Anti Static Agent Mencegah atau mengurangi timbulnya arus listrik
statik selama pemakaian
Driyer Mempercepat reaksi oksidasi dan polimerisasi
dari ikatan tak jenuh pada cat jenis alkyd atau
synthetic (mengandung drying oil)
Katalis Untuk mempercepat reaksi crosslinking antara
resin amino dan alkyd polyol (atau turunannya),
biasanya dipakai senyawa-senyawa asam organik
maupun non organik
Plasticizier Meningkatkan fleksibilitas cat, terutama pada cat
yang mempunyai berat molekul yang besar,
seperti NC
Anti Fouling Agent Mencegah timbulnya atau melekatnya tumbuhan
air laut pada dasar dinding kapal
Matting Agent Menurunkan derajat kilap lapisan cat (dari gloss
ke semi gloss atau dari semi ke dof/matt)
Anti Fungus Mencegah timbulnya jamur
15
yaitu pasta cat yang akan menjadi bahan dasar dari cat. Pasta cat ini akan berwarna
putih tanpa ada campuran resin dalam pastanya. Bahan baku yang dicapurkan
adalah filler, pelarut dan sebagian aditif. Sperti dispersing agent dan wetting agent.
Pembuatan pasta cat ini dilakukan agar pada saat pencetakan warna yang berbeda
dapat dilakukan dengan pasta yang sama. Pembuatan pasta cat pada pre-mixing ini
terlihat tidak dilakukan lagi pengukuran bahan baku yang diumpankan. Hal ini
dimungkinkan bahan baku yang diumpankan telah dalam bentuk kantong yang
memiliki ukuran tertentu. Selain itu, pekerja yang mengumpankan telah
berpengalaman dalam bidang tersebut sehingga cukup dengan perkiraan untuk
jumlah penambahan pelarut yang digunakan.
Seluruh proses pada tahap ini tidak dilakukan pengendalian terhadap
temperatur dan tekanan. Semua dilakukan pada keadaan temperatur lingkungan dan
tekanan atmosfer. Walaupun pada saat pencampuran dimungkinkan terjadi
perpindahan panas dari impeler ke cairan, namun hal tersebut dapat diabaikan
karena perpindahan panas yang terjadi tidak terlalu besar. Satu-satunya
pengendalian yang dilakukan adalah pengendalan tahan kualitas pasta cat yang
dihasilkan. Pasta yang dihasilkan harus memiliki kehalusan antara 6-6,5 NS atau
setara 20µm. Waktu pengadukan juga tidak diukur secara pasti, penghentian
pengadukan dilakukan bila kehalusan telah tercapai dalam waktu 2-3 jam. Bila
pasta yang dihasilan tidak sesuai syarat kehalusan maka dilakukan penggerusan
dengan menggunakan mesin grinding dengan memakai media pasir.
16
untuk mencetak warna sesuai dengan order. Selain penambahan resin dan warna,
ditambahkan pula aditif yang akan memberikan sifat khusus pada cat yang
diproduksi. Sebelum produk dikalengkan, produk akan melewati quality control
(QC) untuk melihat kemampuan daya tutup, pengeringan, warna, kekerasan, daya
reat dan bert jenis.
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tahapan Persiapan
4.1.1 Alat
Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah :
- Viskometer
- Spesific Grafity (SG) Cup
- Spatula
- Cutter
- Gloss meter
- Roll Cat
- Bar Aplikator
- Oven
- Neraca
- Isolatif
- Penggaris
- Spektrofotometer datacolor
- Alat wet abration test
4.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
- Sampel cat water based tipe II PT.Sigma Utama
- Sampel cat water based kompetitor
- Air
- NaOH
- Aluminium Foil
- Kertas Control
- Asbes
- Kaleng cat
- Dip Slide
18
4.2 Tahapan Pengujian
Pengujian karakeristik cat yang telah dibuat terbagi atas dua tahapan yaitu
pengujian estetika dan pengujian aplikasi. Pengujian estetika untuk cat yang masih
berwujud cairan sedangkan pengujian aplikasi untuk cat yang sudah diaplikasikan
pada permukaan asbes.
4.2.1 Pengujian Estetika
Pengujian estetika terdiri atas uji viskositas, uji spesific gravity, uji solid
content, uji hiding power (daya tutup), uji glossy (daya kilap), dan uji drying time
(daya kering). Metode tiap-tiap pengujian tersebut berdasarkan ASTM (American
Standard Testing and Material). Berikut ini pengujian estetika yang dilakukan,
yaitu :
a. Uji Viskositas
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah :
- Viskometer KU
- Sampel cat waterbased
- Spatula
Metode pengujian sebagai berikut :
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Menyiapkan sampel cat yang akan diuji, mengaduknya dengan
menggunakan spatula hingga homogen
3) Meletakkan sampel cat yang akan diuji pada piringan viskometer
4) Menurunkan kepala viskometer sampai tanda batas
5) Menyalakan viskometer secara otomatis
6) Menunggu hingga hasil yang diperoleh stabil
7) Mencatat hasilnya.
b. Uji Specific Gravity (Berat Jenis)
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah :
- Sampel cat waterbased
- SG (spesific gravity) cup
- Spatula
- Neraca analitik
19
Metode pengujian sebagai berikut :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Menimbang SG cup kosong beserta penutupnya
3) Mengaduk sampel cat hingga homogen
4) Masukkan sampel cat waterbased dengan resin standar ke dalam SG cup
hingga sampai penuh, hingga isinya keluar dari lubang tutup SG.
5) Menimbang SG cup yang sudah terisi tersebut
6) Mencatat hasil timbangannya, dan menghitung berat jenis
7) Lakukan hal yang sama pada sampel cat waterbased dengan resin modif 1, 2,
dan 3
c. Uji Solid Content
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah :
- Aluminium foil
- Sampel cat waterbased Oven
Metode pengujian sebagai berikut :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2) Menimbang berat aluminium foil kosong
3) Menimbang kurang lebih 2 gram sampel cat waterbased dengan resin standar
sebanyak 3 kali pengulangan
4) Lakukan hal yang sama pada sampel cat waterbased dengan resin modif 1, 2,
dan 3
5) Meletakkan di dalam oven yang bersuhu 115oC selam 2 jam
6) Menimbang setelah dioven
7) Menghitung % solid content yang diperoleh
20
3) Hasil akan keluar pada layar komputer
21
sebanyak 10% yang kemudian diaduk dan diaplikasikan pada asbes dengan cara di
roll. Pelapisan cat pada asbes dilakukan sebanyak 3 kali. Setelah itu dibiar kering
sempurna.
Berikut ini pengujian aplikasi yang dilakukan sebagai berikut :
a. Uji Adhesi (X-Cut)
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujiaan ini adalah :
- Panel asbes yang sudah diaplikasi
- Cutter
- Penggaris
- Isolatif
Metode pengujian sebagai berikut :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2) Mengukur dengan penggaris, kira-kira yang akan dibentuk X
3) Membentuk X dengan menggunakan cutter dan penggaris
4) Menempelkan isolatif ke asbes yang sudah di X-cut
5) Menarik isolatif tersebut pada sudut 45°
6) Melihat daya rekat yang ada pada sampel cat waterbased.
7) Menentukan kelompok daya rekat tersebut menurut klasifikasi kelompoknya
22
c. Uji Water Resistance
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah :
- Ember
- Asbes yang sudah diaplikasikan
- Air
Metode pengujian sebagai berikut :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2) Menyiapkan air di dalam ember secukupnya
3) Merendam asbes ke dalam ember yang telah terisi air
4) Menunggu sampai 7 hari perendaman
5) Menjemur panel hingga kering dan lihat perubahan yang terjadi (cat
memudar, mengelupas atau menguning)
e. Uji Bakteri
Alat dan bahan yang digunakan pada pangujian ini adalah :
- Sampel cat water based
- dip slide
Metode pengujian sebagai berikut :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2) Celupkan dip slide pada sampel cat
3) Masukkan dip slide pada wadah yang tertutup rapat
4) Diamkan selama 24 jam
23
5) Amati banyaknya bakteri yang menempel pada dip slide
24
BAB V
PEMBAHASAN
25
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5.1 diperoleh nilai viskositas cat
tembok tipe II lebih kecil dibandingkan dengan cat tembok standar. Nilai viskositas
cat tembok tipe II sebesar 104,3 KU sedangkan cat tembok standar sebesar 124,6
KU. Viskositas pada suatu cat dipengaruhi oleh komposisi resin, ekstender, pigmen
dan pelarut dalam formulasi suatu cat. Besarnya viskositas pada suatu cat akan
mempenagruhi kualitas selama penyimpanan. Viskositas yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan cat akan lebih mudah mengeras sedangkan viskositas yang terlalu
rendah akan mengakibatkan cat lebih mudah membentuk 2 lapisan ketika terlalu
lama disimpan.
Berdasarkan hasil uji spesific gravity pada tabel 5.1, massa jenis cat tembok
tipe II hasil modifikasi dan massa jenis cat standar memiliki nilai yang sedikit
berbeda namun tidak signifikan. Cat tembok tipe II memiliki nilai massa jenis
sebesar 1,62 gram/ml, sedangkan cat tembok standar memiliki nilai massa jenis
sebesar 1,72 gram/ml. Perbedaan ini dikarenakan penggunaan dari bahan baku cat
pada formulasi juga berbeda terutama dalam komposisi masing-msing bahan baku
dalam formulasi cat. Selain itu,dari hasil uji massa jenis diketahui bahwa parameter
massa jenis berbanding lurus terhadap viskositas dan padatan total. Semakin besar
nilai massa jenis cat, maka semakin besar pula nilai viskositas dan padatan total cat.
26
Hal ini terlihat pada Tabel 5.1, dimana nilai viskositas dan padatan total cat tembok
standar lebih besar dibandingkan dengan cat tembok tipe II yang dikarenakan nilai
massa jenis cat tembok standar lebih besar.
Pada dasarnya tidak mempengaruhi kualitas cat, namun pengukuran massa
jenis cat digunakan sebagai acuan dalam penentuan komposisi volume suatu cat.
Parameter ini diperlukan sebagai konversi perhitungan komposisi cat pada saat cat
diaplikasikan dimana satuan yang digunakan dalam bentuk satuan volume. Hal ini
dikarenakan pada saat pembuatan cat, satuan yang digunakan adalah satuan massa
sehingga harus dikonversi terlebih dahulu.
Berdasarkan data hasil pengujian padatan total pada tabel 5.1, nilai padatan
total pada cat tembok tipe II hasil modifikasi lebih kecil dibandingkan dengan cat
tembok standar. Pada cat tembok tipe II diperoleh nilai padatan total sebesar
64,62% sedangkan nilai padatan total pada cat tembok standar sebesar 65,89%.
Nilai padatan total ini dipengaruhi oleh jumlah ekstender dan pigmen yang
digunakan dalam formulasi cat. Dimana semakin banyak jumlah ekstender dan
pigmen yang ditambahkan maka semakin besar pula nilai padatan total yang
diperoleh. Nilai padatan total cat tembok tipe II dan cat tembok standar termasuk
dalam kategori high solid yakni dengan nilai padatan lebih dari 60% dan kurang
dari 100%.
27
5.1.4 Uji Hiding Power (Daya Tutup)
Daya tutup merupakan kemampuan suatu cat untuk menutupi permukaan
substrat yang diaplikasikan. Semakin tinggi daya tutup suatu cat maka semakin tipis
lapisan (film) cat yang dibutuhkan untuk menutupi permukaan substrat. Demikian
pula, semakin rendah daya tutup suatu cat maka akan semakin tebal lapisan (film)
cat yang dibutuhkan untuk menutup permukaan substrat yang diaplikasikan.
Prosedur pengujian ini berdasarkan ASTM 2805-96. Alat yang digunakan dalam
pengujian hiding power adalah spektroskopi datacolor.
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5.1, nilai daya tutup pada cat tembok
tipe II yakni 95,43% lebih besar dibandingkan dengan nilai daya tutup pada cat
tembok standar sebesar 93,22%. Nilai daya tutup ini dipengaruhi oleh penggunaan
jenis pigmen dan komposisinya dalam formulasi cat, karena pigmen pada lapisan
film (cat) akan membentuk kristal solid yang terdispersi dan memberikan sifat ptik
pada warna serta daya tutup cat.
Penggunaan jenis pigmen ini juga dipengaruhi oleh pengggunaan binder
(resin), hal ini terjadi karena resin merupakan salah satu bahan utama yang berperan
sebagai pengikat bahan-bahan lainnya untuk membentuk emulsi cat. Kekurangan
bahan binder ini dalam bahan pembuatan cat akan menyebabkan cat tidak dapat
tercampur atau terikat secara sempurna dengan bahan lainnya sehingga cat akan
mudah terpisah/tercerai dan akibatnya juga tidak akan mengikat dengan baik pada
medium pengecatan yang digunakan (Tadros, 2013). Sehingga hasil dari pengujian
daya tutup, diketahui bahwa cat tembok tipe II lebih baik karena membutuhkan
ketebalan lapisan film (cat) yang lebih tipis pada pengaplikasiannya dibandingkan
dengan cat tembok standar.
28
dikarenakan sudut ini digunakan sebagai sudut referensi untuk semua produk. Sudut
pengukuran mengacu pada sudut antara cahaya insiden dan tegak lurus dan
pemilihan sudut berdasarkan kisaran gloss yang diantisipasi.
Berdasarkan hasil pengujian glossmeter pada tabel 5.1, diperoleh nilai daya
kilap cat tembok tipe II pada sudut 60° sebesar 3,2 GU dan daya kilap cat tembok
standar 2,8 GU. Nilai daya kilap cat tembok tipe II lebih tinggi dibandingkan
dengan daya kilap cat tembok standar. Hal ini dikarenakan daya kilap suatu cat
dipengaruhi oleh jenis resin dan pigmen yang digunakan. Walaupun nilai daya kilap
berbeda, namun kedua cat tersebut masih termasuk dalam kategori low gloss.
Karena berdasarkan pengujian dengan glossmeter pada sudut 60°, kedua cat
memberikan nilai daya kilap dibawa 10 GU.
29
mengering, namun partikel-partikel bergerak menyatu bersama-sama untuk
mengisi ruang yang ditinggalkan oleh menguapnya partikel cair.
30
juga sama halnya dengan cat tembok standar yang memperoleh nilai 5B. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 5.1.
Daya rekat ini dipengaruhi oleh komposisi dari resin yang ditambahkan pada
formulasi cat. Hal ini dikarenakan resin adalah bahan pengikat bagi komponen-
komponen cat yang lain. Sehingga semakin bagus kualitas resin yang digunakan
maka daya ikat resin terhadap komponen lain juga semakin kuat.
Tidak adanya perubahan yang terjadi pada cat setelah pengujian alkali
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang digunakan pada formulasi cat tersebut
tahan terhadap alkali. Salah satu faktor yang menunjang sehingga cat tahan
terhadap alkali adalah penggunaan bahan yang bersifat inert terutama komponen
ekstendernya.
31
kering dilihat secara fisik perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut dapat berupa
perubahan warna, cat mengalami pengapuran, atau mengalami pengelupasan.
Hasil pengujian yang diperoleh pada cat tembok tipe II yang direndam tidak
mengalami pengapuran ataupun pengelupasan, namun pada bagian atas asbes yang
tidak terendam air mengalami sedikit perubahan warna yakni sedikit kekuningan.
Sama halnya terhadap cat tembok standarnya setelah dilakukan perendaman selama
24 jam.
32
dicelupkan ke dalam cairan untuk diuji atau ditekan pada permukaan, dan kemudian
diinkubasi.
Pada pengujian bakteri pada cat tembok tipe II dan cat tembok standar
dilakukan inkubasi selama 24 jam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terlihat
koloni bakteri yang ada pada cat tembok tipe II sedangkan pada cat tembok standar
terlihat sedikit saja.
33
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pengujian yang dilakukan terhadap cat water based tipe II yang sedang
dikembangkan PT. Sigma Utama untuk mengetahui karakteristik cat tersebut dan
mengetahui kualitas cat sebelum dan sesudah diaplikasikan. Hasil pengujian cat
water based tipe II yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan hasil pengujian
cat standarnya. Adapun hasil dari serangkaian pengujian yang dilakukan terhadap
cat water based tipe II yang sedang dikembangkan yakni uji viskositas sebesar
104,3 KU, uji spesific gravity sebesar 1,62 gram/ml, uji solid content sebesar
64,62%, uji gloss pada sudut 60° sebesar 3,2 GU, uji daya tutup sebesar 95,43%,
uji drying time pada touch dry 13 menit dan hard dry 20 menit. Untuk pengujian
alkali tidak mengalami perubahan baik itu mengalami pengapuran, mengelupas
ataupun memudar sedangkan pada uji water resistance mengalami perubahan
warna sedikit menguning paa bagian atas asbes yang tidak terendam air. Untuk
pengujian wet abration yang dilakukan juga tidak mengalami penggerusan setelah
100 kali gerusan. Dan untuk pengujian adhesi dengan metode X-cut, cat berada pad
rentang nilai 5B yang artinya tidak terjadi pengelupasan setelah dilakukan
pengujian. Serta pada pengujian bakteri, terdapat bakteri yang terlihat yang
menempel pada dip slide.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan kerja praktek ini adalah dalam
pengujian yang dilakukan sebaiknya lebih ditingkatkan lagi terutama pada
pengujian bakteri sehingga akan diperoleh hasil yang akurat.
34
DAFTAR PUSTAKA
35