Termodinamika II
Termodinamika II
LAPORAN PRAKTIKUM
PERPINDAHAN PANAS DAN TERMODINAMIKA
Hukum Termodinamika I
DISUSUN OLEH :
keterangan:
ɳ = efisiensi
Wac = kerja nyata
Ein = energi yang diterima
Dimana :
V = Volume (L)
T = temperatur (K)
1.2.6 Kompresor
Kompresor adalah alat yang digunakan untuk memampatkan fluida berupa gas
atau udara. Kompresor udara biasanya menghisap udara dari atmosfer. Namun ada pula
yang menghisap udara atau gas yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer.
Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai penguat (booster). Sebaliknya ada pula
kompresor yang menghisap gas yang bertekanan lebih rendah dari pada tekanan
atmosfer. Kompresor pada dasarnya bekerja memampatkan fluida gas (Sularso, 1996).
Ws
1
Ws = H....................................................................................................(1.7)
H 2
2
Hs H
P1
1
S
Gambar 1.1 Diagram H – S Kompresor
(𝑊)𝑠 𝑖𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑠
ɳ= .............................................................................. (1.8)
𝑊𝑠
𝐻𝑠
ɳ= ......................................................................................... (1.9)
𝐻
1.2.9 Kerja
Kerja adalah hasil kali antara gaya yang bekerja pada benda dengan perubahan
jarak yang dialami benda tersebut.
dW = F . dL ...................................................................................................... (1.10)
Modifikasi persamaan tersebut untuk aplikasi penggunaan fluida :
dW = F . dL
𝑑𝑉
dW = - p A 𝐴
dW = - p dV
𝑣2
W = − ∫𝑣1 𝑝 𝑑𝑉
W = - p (V2 – V1) ............................................................................................ (1.11)
Keterangan:
W = Kerja yang dilakukan oleh kompresor ( watt, J/s)
p = Tekanan (atm)
V1 = Volume masuk fluida (liter)
V2 = Volume keluar fluida (liter)
W (+) = Sistem menerima kerja dari lingkungan
W (-) = Sistem menghasilkan (melakukan) kerja terhadap lingkungan
1.2.10 Panas
Panas adalah sesuatu yang berpindah sehingga mengakibatkan perubahan suhu
suatu sistem disebut panas ( kalor). Secara alamiah panas mengalir dari temperatur
tinggi ke temperatur rendah. Kemampuan suatu benda untuk menyerap panas dikaitkan
dengan besaran kapasitas panas (c). Kapasitas panas adalah panas yang diperlukan oleh
suatu benda untuk meningkatkan suhunya setiap 1 derajat.
1. Berdasarkan jumlah massa kapasitas panas dapat digolongkan menjadi :
a) Kapasitas panas Spesifik
Contoh : cal/g ᵒC ; J/kg K ; Btu/lbm ᵒR
b) Kapasitas Panas Molar
Contoh : cal/gmol ᵒC
2. Khusus untuk fase gas, kapasitas panas juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan
kondisi perubahan gas tersebut, yaitu :
a. Kapasitas panas pada tekanan konstan (cp)
b. Kapasitas panas pada volume konstan (cv)
Haraga kapasitas panas dipengaruhi oleh temperatur dan biasanya dinyatakan dalam
bentuk persamaan.
c = a + bT + cT2 + dT3 ................................................................................................................ (1.12)
Dengan demikian harga kapasitas panas memengaruhi harga energi panas
dalam bentuk:
dQ = m c dT ............................................................................................ (1.13)
atau
dQ = n c dT ............................................................................................. (1.14)
1.2.11 Nosel
Nosel adalah alat atau perangkat yang dirancang untuk mengontrol arah atau
karakteristik dari aliran fluida (terutama untuk meningkatkan kecepatan) saat keluar
(atau memasuki) sebuah ruang tertutup atau pipa.
Sebuah nosel sering berbentuk pipa atau tabung dari berbagai variasi luas
penampang, dan dapat digunakan untuk mengarahkan atau memodifikasi aliran fluida
(cairan atau gas). Nosel sering digunakan untuk mengontrol laju aliran, kecepatan, arah,
massa, bentuk, dan / atau tekanan dari aliran yang muncul. Kecepatan nosel dari fluida
meningkat sesuai energi tekanannya.
1.2.12 Thermocouple
Thermocouple adalah salah satu jenis sensor suhu yang berfungsi untuk
mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda. Dua jenis
logam konduktor tersebut digabungkan menjadi satu melalui ujungnya sehingga
menimbulkan efek yang disebut dengan Thermo-electric. Termokopel merupakan salah
satu jenis sensor suhu yang sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun
peralatan listrik dan Elektronika yang berkaitan dengan Temperatur. Beberapa
kelebihan Termokopel yang membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat
terhadap perubahaan suhu dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu
berkisar diantara -200˚C hingga 2000˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu
yang luas, Thermocouple juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah
digunakan.
Tabel 3.2 Data pengamatan prosedur kerja menghitung hilang panas pada sistem nosel
Tabel 3.4 Data hasil perhitungan laju alir massa udara dan mol udara
v2 BMudara
P2(Bar) ρ (kg/m3) A (m2) 𝑚
̂ (kg/s) 𝑛̂ (kgmol/s )
(m/s) (kg/kgmol)
3,5 13,80 4,0280 5,67 x 10-5 3,1517 x 10-3 28,84 1,0928 x 10-4
2,5 12,84 2,8762 5,67 x 10-5 2,0939 x 10-3 28,84 7,0626 x 10-5
1,5 12,13 1,7246 5,67 x 10-5 1,1861 x 10-3 28,84 4,1127 x 10-5
Tabel 3.5 Data hasil perhitungan energi kinetik
v1 (m/s) v2 (m/s) 𝑚
̂ (kg/s) ΔEk (J/s)
R
P1(Bar) P2(Bar) T (K) 𝑛̂ (kgmol/s ) ΔHs (J/s)
(J/kgmol.K)
Ws isentropis
P2(Bar) ΔHs (J/s) ΔEk (J/s)
(J/s)
Tabel 3.9 Data hasil perhitungan laju alir massa udara dan energi kinetik
v2
v1 (m/s) ρ (kg/m3) A (m2) 𝑚
̂ (kg/s) ΔEk (J/s)
(m/s)
Tabel 3.10 Data hasil perhitungan Ws isentropis dan hilang panas pada sistem nosel
Ws isentropis
ΔEk (J/s) Ws (J/s) Ƞ Q (J/s)
(J/s)
3,0052 x 10-3 709,5 0,4729 335,5226 -335,5192
3.3 Pembahasan
Tujuan selanjutnya, menghitung hilang panas pada sistem nosel yang dialiri udara
dari kompresor. Adapun variasi yang mengalami perubahan yaitu laju alir udara keluar
nosel. Pada saat memasuki nosel, fluida gas mengalami ekspansi sehingga laju alir udara
meningkat. Laju alir udara ini mempengaruhi nilai energi kinetik dan besarnya panas
yang hilang pada sistem nosel. Nilai hilang panas diperoleh dari selisih perubahan energi
kinetik dengan kerja kompresor pada kondisi isentropis. Kerja kompresor pada kondisi
isentropis diperoleh dari efisiensi kompresor dikalikan dengan nilai kerja nyata. Data laju
alir massa dan energi kinetik dapat dilihat pada tabel 3.9. Sedangkan, data hasil
perhitungan hilang panas pada sistem nosel dapat dilihat pada tabel 3.10. Dari data
tersebut terlihat bahwa, semakin tinggi nilai laju alir udara yang keluar dari nosel, maka
nilai hilang panasnya semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan
bahwa meningkatnya tekanan udara akan menghasilkan kecepatan udara keluaran yang
lebih besar sehingga menghasilkan efek gesekan pada energi kinetik udara keluaran yang
lebih besar dan semakin besar gesekannya, maka akan semakin besar panas yang hilang.
Pada praktikum ini panas hilang bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan bahwa sistem
melepaskan panas ke lingkungan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip dari hukum kedua termodinamika yaitu tidak ada peralatan atau sistem
yang dapat mengubah seluruh energi yang diterima menjadi kerja. Kompresor
tidak dapat mengubah seluruh energi yang diterimanya yang berupa energi listrik
menjadi kerja. Energi yang diterima oleh kompresor hilang sebagian dan kembali
ke lingkungan dalam bentuk energi panas. Hal ini dapat dilihat dari hasil
percobaan, dimana efisiensi kompresor yang diperoleh tidak mencapai 100%.
2. Dalam menghitung efisiensi kompresor udara sesuai dengan hukum kedua
termodinamika dengan cara membandingkan kerja nyata dengan energi yang
diterima. Dari hasil perhitungan dilihat bahwa tekanan berbanding lurus dengan
efisiensi, semakin kecil tekanan udara di kompresor, maka semakin kecil juga
nilai efisiensi kompresor.
3. Nilai hilang panas pada sistem nosel diperoleh dari selisih perubahan energi
kinetik dengan kerja kompresor pada kondisi isentropis Semakin tinggi tekanan
yang diberikan di kompresor, semakin tinggi nilai laju alir udara yang keluar dari
nosel. Sehingga nilai hilang panasnya semakin besar. Panas hilang bernilai
negatif (-) karena sistem melepaskan panas ke lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim c., 2015. Alat Ukur Wattmeter Beserta Kegunaannya. [Online] Available at:
http://kaksipit.blogspot.co.id/2015/11/alat-ukur-wattmeter-beserta-
kegunaannya.html. [Accessed 13 November 2017]
Anonim d., 2016. Fungsi dan Cara Penggunaan Anemometer. [Online] Available at:
http://www.alatuji.com/article/detail/535/fungsi-dan-cara-penggunaan-
anemometer#.WghsP4iyTIU. [Accessed 13 November 2017]
Rahim, M., 2012. Modul Ajar Termodinamika. 1st ed. Samarinda : Politeknik Negeri
Samarinda.
Sularso, and Haruo Tahara., 1996. Pompa dan Kompresor. 6th ed. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Smith, J.M, H.C Van Ness, M.M Abbott. 2001. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. Singapore : McGraw-Hill
Efisiensi Kompresor
∆𝐻𝑠 𝑊𝑠 (𝑖𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑠)
ղ= =
∆𝐻 𝑊𝑠
Persamaan Isotermal
𝑉2 𝑅𝑇 𝑃1
=( )( ) ( karena nilai R dan T tetap sehingga dapat di coret
𝑉1 𝑃2 𝑅𝑇
𝑉2 𝑃1
=( )
𝑉1 𝑃2
Persamaan Gas Ideal
PV =nRT
𝑛𝑅𝑇
P =
𝑉
𝑃 1
Ws(isentropis) ̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
= − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ln(𝑃1 )) + (2 𝑚
2
Keterangan : 𝑚
̂ udara = Laju alir massa udara ( kg/s )
V = Laju alir linear ( m/s2 )
𝝆udara = Densitas udara ( kg/m3 )
Mencari nilai 𝝆udara dengan menggunakan persamaan gas ideal
𝑃2 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇
= 28,84 kg/kmol
𝑚udara
nudara =
BMudara
Setelah didapatkan nilai laju alir mol udara lalu subtitusikan ke rumus Ws (isentropis)
Ws isentropis = Ws x ղ
Q = ∆Ek – Ws(isentropis)
1. Perhitungan Efisiensi pada Kompresor
Variasi tekanan 3,5 bar
Data yang diperlukan :
P1 = 1 atm
P2 = 3,5 bar
T2 = 28,4 OC + 273 = 301,4 K
Ws = 718,50 J/s
D = 8,5 mm
V2 = 13,80 m/s
Perhitungan :
Densitas udara
𝑃2 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇
𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
3,5 𝐵𝑎𝑟 1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑥 28,84 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑥 301,4 𝐾
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾
𝑘𝑔
𝝆udara = 4,0280
𝑚3
𝑘𝑚𝑜𝑙
= 1,0928. 10−4
𝑠
Ws isentropis
𝑃 1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
Ws isentropis = − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ln (𝑃1 )) + (2 𝑚
2
= 0,4729
Perhitungan :
Densitas udara
𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇
𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
2,5 𝐵𝑎𝑟 1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑥 28,84 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,5 𝐾
𝑘𝑔
𝝆udara = 2,8762
𝑚3
̂ udara = 𝝆udara . v . A
𝑚
𝑘𝑔 𝑚
𝑚
̂ udara = 2,8762 x 12,84 x 5,67. 10−5 𝑚2
𝑚3 𝑠
𝑘𝑔
= 2,0939.10−3 𝑠
𝑘𝑚𝑜𝑙
= 7,2606. 10−5 𝑠
Ws isentropis
𝑃 1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
Ws isentropis = − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ln (𝑃1 )) + (2 𝑚
2
= 0,2492
𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇
𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
1,5 𝐵𝑎𝑟 𝑥 28,84
1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,7 𝐾
𝑘𝑔
𝝆udara = 1,7246
𝑚3
𝑘𝑚𝑜𝑙
= 4,1127.10−5 𝑠
Ws isentropis
𝑃 1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
Ws isentropis = − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ln (𝑃1 )) + (2 𝑚
2
= 0,0673
𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇
𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
3,5 𝐵𝑎𝑟 1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑥 28,84 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,4 𝐾
𝑘𝑔
𝝆udara = 4,0280
𝑚3
Energi kinetik
1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 )
∆Ek = 2 𝑚
1 𝑘𝑔 𝑚 𝑚
= 2 . 2,4353 x 10−5 𝑠 ((15,71 𝑠 )2 − (0 𝑠 )2 )
𝑘𝑔.𝑚2
= 3,0052 x 10−3 𝑠3
𝐽
= 3,0052 x 10−3 𝑠
Ws isentropis = Ws x η
𝐽
= 709,5 x 0,4729
𝑠
𝐽
= 335,5226
𝑠
Q = ∆Ek – Ws isentropis
𝐽 𝐽
= 3,0052 x 10−3 𝑠 – 335,5226
𝑠
𝐽
= - 335,5195
𝑠
Variasi tekanan 2,5 bar
Data yang diperlukan
P2 = 2,5 atm
T2 = 28,5 OC + 273 = 301,5 K
Ws = 665,5 J/s
D = 0,7 mm
V2 = 12,19 m/s
ղ = 0,2492
Densitas udara
𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇
𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
2,5 𝐵𝑎𝑟 𝑥 28,84
1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,5 𝐾
𝑘𝑔
𝝆udara = 2,8762
𝑚3
A = 𝜋. 𝑟 2
D = 0,7 mm
𝐷
r =2
0,7 𝑚𝑚 1𝑚
= = 0,35 𝑚𝑚 = 3,5. 10−4
2 103 𝑚𝑚
Ws isentropis
Ws isentropis = Ws x η
𝐽
= 665,5 x 0,2492
𝑠
𝐽
= 165,8426
𝑠
Q
Q = ∆Ek – Ws isentropis
𝐽 𝐽
= 1,0025 x 10−3 – 165,8426
𝑠 𝑠
𝐽
= -165,8416
𝑠
Variasi tekanan 1,5 bar
Data yang diperlukan
P2 = 1,5 atm
T2 = 28,7 OC + 273 = 301,7 K
Ws = 592,9 J/s
D = 0,7 mm
V2 = 11,10 m/s
ղ = 0,0673
Densitas udara
𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇
𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
1,5 𝐵𝑎𝑟 1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑥 28,84 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,7 𝐾
𝑘𝑔
𝝆udara = 1,7246
𝑚3
A = 𝜋. 𝑟 2
D = 0,7 mm
𝐷
r =2
0,7 𝑚𝑚 1𝑚
= = 0,35 𝑚𝑚 = 3,5. 10−4
2 103 𝑚𝑚
Ws isentropis
Ws isentropis = Ws x η
𝐽
= 592,9 x 0,0673
𝑠
𝐽
= 39,9022
𝑠
Q loss
Q loss = ∆Ek – Ws isentropis
𝐽 𝐽
= 4,5384 x 10−4 𝑠 – 39,9022
𝑠
𝐽
= -39,9017
𝑠
LAMPIRAN