Anda di halaman 1dari 98

berFISIKA adalah

berIMAJINASI
Prof. Mikrajuddin Abdullah

The true sign of intelligence is not knowledge but imagination;


Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited,
whereas imagination embraces the entire world, stimulating progress,
giving birth to evolution;
The power of imagination makes us infinite;
Any man who reads too much and uses his orn brain too little
falls into lazy habits of thinking;

-Seri 1-
Kata Pengantar

Banyak pengajaran fisika dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi


hanya mengandalkan kemampuan menghitung. Siswa dan mahasiswa hanya
dituntut untuk menyelesaikan soal-soal fisika dengan cara secerap mungkin tanpa
meresapi makna fisika itu sendiri. Fisika menjadi gersang. Pelajaran fisika tidak
lebih dari pelajaran matematika yang mengandung soal terkait fisika.

Yang lebih penting dari fisika adalah imajinasi. Bagaimana siswa atau
mahasiswa melihat fenomena alam dan memahami mekanisme apa yang
mengontrol mekanisme tersebut. Teori atau hokum-hukum fisika lahir dari
imajinasi, melalui penenungan yang lama dan mendalam para ilmuwan terhadap
suatu fenomena yang mereka amati. Hukum gravitasi universal Newton lahir dari
suatu imjanasi terhadap jatuhnya buah apel. Teori relativitas lahir dari suatu
pemikiran yang sangat mendalam atas sejumlah pengaatan pada akhir abad 19
seperti kontraksi Lorentz dan kekonstantan laju cahaya. Teori kuantum lahir dari
hasil imajinasi Max Planck terhadap kegagalan teori klasik menjelaskan fenomena
radiasi benda hitam dan imajinasi Einstein tentang foton dalam usaha menjelasakan
hasil pengamatan efek fotolistrik.

Berimajinasi adalah kunci menjadi ilmuwah hebat. Matematika adalah


perangkat pendukung imajinasi tersebut sehingga menjadi formulasi matematika
dalam hentuk hokum atau teori. Tetapi tanpa imajinasi, matematik hanya menjadi
alat untuk menyelesaikan soal ujian. Dengan imajinas, kadang perosoalan fisika
yang sangat kompleks dapat dijelaskan dengan persamaan matematika yang sangat
sederhana.

Saya coba tulis buku beberapa seri terkait dengan imajinasi fisika. Isinya
adalah melihat fenomena fisika yang ada di sekitar dan mencoba memikirkan
mekanisme fisika apa yang mengotrol fenomena tersebut. Jika memungkinkan akan
dibangun teori atau persamaan yang menjelaskan fenomena tersebut. Saya hanya
membahas fenomena sederhana yang mungkin kita sering amati sehari-hari. Tetapi
karena kita jarang mau berimajinasi maka fenomena tersebut tampak seperti
fenomena fisika biasa yang tidak ada nilai ilmiahnya.

-i-
Saya berharap buku ini bermanfaat bagi anak-anak yang masih duduk di
bangku sekolah menengah atau mahasiswa S1 supaya memiliki ketertarikan lebih
baik pada sains. Fisika tidak identik dengan rumus. Rumus digunakan kalau
memang diperlukan.

Bandung, Desember 2018

Mikrajuddin Abdullah

-ii-
Daftar Isi

Pendahuluan

Imajinasi van der Waals tentang Teori Gas dan Hadiah Nobel 1

Bab 1

Bahaya Berdiri di Dekat Kereta yang Lewat 13

Bab 2

Sarang Lebah Berbentuk Heksagonal 18

Bab 3

Menghitung Luas Permukaan Patung Diponegoro 25

Bab 4

Teori Pencelupan Biskuit 30

Bab 5

Mengapa Susah Membuka Kulkas 34

Bab 6

Tersekap dalam Ruangan Tertutup 38

Bab 7

Rel Kereta Api di Atas Kerikil 43

Bab 8

Oven Microwave Menggunakan Gelombang 2,45 GHz 47

Bab 9

Teori Lunturnya Pakaian yang Dicuci 52

-iii-
Bab 10

Beda Tidur di Kasur dan Lantai 57

Bab 11

Kucuran Air Wastafel 60

Bab 12

Persamaan Fisika di balik Desain Termometer 64

Bab 13

Menentukan Massa Jenis Zat Cair tanpa Timbangan dan Gelas Ukur 69

Bab 14

Permen Kapas 76

Bab 15

Efek High Heels pada Kaki 80

Bab 16

Elemen Pemanas Digulung 87

Bab 17

Mengapa Emas Berwarna Kuning dan Perak Berwarna Putih? 90

-iv-
Pendahuluan
Imajinasi van der Waals tentang Teori Gas
dan Hadiah Nobel

Di sini saya tulis satu pelajaran yang menarik betapa pentingnya memahami
sejumlah asumsi atau hipotesis yang menjadi landasan penurunan persamaan-
persamaan fisika. Sekali lagi, ini hanya dapat dicapai dengan membaca secara
komprehensif text book-text book standar yang biasanya mengandung cerita yang
panjang.

Kita masih ingat persamaan gas ideal yang sangat terkenal itu: PV = NkT.
Persamaan ini mampu menjelesakan dengan sangat baik hasil pengamatan Boyle,
Gay Lussac, Charles tentang saling ketergantungan antara volum, tekanan dan suhu
gas. Bagaimana asal muasal munculnya persamaan gas ideal? Persamaan itu tidak
bias dilepaskan dari pengamatan secara empiric (hasil pengukuran) besaran-besaran
gas pada suhu cukup tinggi dan kerapatan cukup rendah oleh Boyle, Gay-Lussac,
dan Charles.

Robert Boyle melakukan pengukuran perubahan volume gas pada suhu


yang dipertahankan konmstan jika tekanan diubah-ubah. Gas ditempatkan dalam
wadah tertutup kemudian kemudian diberikan tekanan yang berbeda. Secara intuisi
kita pasti menduga bahwa jila gas ditekan lebih besar maka volume gas akan makin
kecil (gas memampat). Makin besar tekanan yang diberikan pada gas maka makin
kecil volume gas tersebut. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah seberapa besar
pengecilan volume jika tekanan diperbesar? Jika tekanan diperbesar dua kali, maka
sebaga banyak volume mengecil? Apakah menjadi setengah atau sepertiga, atau
seperemapat tenakan semuka. Dengan kata lain adakah persamaan matematika yang
menghubungkan tekanan dan volume tersebut? Jika persamaan ada maka kita bias
menghitung. Jika sata beri tekanan sekian maka saya dapat menghitung secara
mudah menjadi berapa volume gas tersebut. Persamaan itulah yang ingin ditentukan
oleh Robert Boyle.

-1-
Tekanan rendah, Tekanan tinggi,
volume besar volume kecil

Gambar P.1 Jika tekanan gas diperbesar maka volumenya mengecil dan sebaliknya.

Boyle memberikan sejumlah tekanan pada gas yang berada dalam ruang
tertutup. Subu gas dibuat tetap, misalnya dengan menyimpat wadah dalam air yang
volumenya sangat besar. Mengama volume air besar? Supaya saat gas ditekan suhu
air hampir tidak berubah. Apa yang didapat Boyle adalah kurva seperti pada
Gambar P.1. Kurva tersebut secara teliti memenuhi persamaan

C1
P (P.1)
V

dengan

P adalah tekanan

V adalah volum

C1 adalah sebuah konstanta

Perubahan tekanan yang menyertai perubahan volume diilustrasikan pada Gambar


P.2.

-2-
Tekanan [mm Hg]

Volume [L]

Gambar P.2 Perubahan tekanan akibat perubahan volume gas. Pada proses ini suhu
dipertahankan konstan.

Hasil ekperimen Boyle dipublikasi than 1662, yaitu sekitar tiga setengah abad yang
lalu.

Kemudian ahli Fisika Prancis, Joseph Louis Gay-Lussac (1778–1850)


melakukan percobaan yang berbeda. Gay-Lussac mengubah-ubah suhu gas dan
mengukur perubahan tekanan yang dihasilkan jiga volumenya tetap. Gas
ditempatkan dalam wadah yang volumenya tidak berubah seperti diilustrasikan pada
Gambar P.2. Suhu gas kemudian dinaikkan. Setelah tercapai suhu tertentu yang
konstan maka tekana gas kemudian diukur. Gay-Lussac mencatat hasil bahwa
tekanan gas berubah secara linier terhadap suhu jika suhu tersebut dinytatan dalam
satuan kelvin. Gay-Lusaac mendapatkan bahwa tekanan gas berubah menurut
persamaan

P  C 2T (P.2)

dengan

P adalah tekanan

-3-
T adalah suhu dalam kelvin

C2 adalah konstanta.

Hasil percobaan Gay-Lussac diumumkan tahun 1808, yaitu sekitar dua abad yang
lalu.

Suhu rendah, Suhu tinggi,


tekanan rendah tekanan tinggi

Gambar P.2 Pengaruh suhu pada tekanan gas. Makin tinggi suhu maka tekanan gas makin
besar. Percobaan dilakukan pada volum tetap.

Percobaan ketiga terkait gas ideal dilaporkan oleh Charles. Yang diukur
adalah perubahan volume gas jika suhunya diubah-ubah tetapi tekanan
dipertahankan konstan seperti diilustrasikan pada Gambar P.3. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa volume berubah secara linier terhadap suhu menurut
persamaan

V  C3T (P.3)

dengan

-4-
V adalah volum

T adalah suhu dalam kelvin

C3 adalah konstanta.

Suhu rendah, Suhu tinggi,


volume kecil volume besar

Gambar P.3 Pengaruh suhu pada volum gas. Makin tinggi suhu maka volum gas makin
besar. Percobaan dilakukan pada tekanan tetap.

Tiga persamaan di atas dibanngun dengan mempertahankan salah satu


besaran adalah tetap. Contohnya, pada persamaan Boyle, suhu dianggap konstan.
Pada persamaan Gay-Lusac, volum dianggap konstan. Pada persamaan Charles,
tekanan dianggap konstan. Namun, jika tidak ada satupun tekanan, suhuy, dan
volume yangb dianggap konstan maka ketiga persamaan di atas harus digabung
menjadi satu persamaan yang lebih umum, yaitu

T
P  C3 (P.4)
V

-5-
dengan C3 adalah konstanta yang bergantung pada jumlah atom atau molekul
penyusun gas. Ini adalah persamaan empirik, yaitu persamaan yang didapat dari
data percobaan. Dengan mengamati perubahan data percobaan, para ahlki menebak
kita-kira persamaan seperti apa yang dapat menjelasakan besaran gas seperti pada
percobaan.

Namun, ahli fisika tidak puas berhenti di situ saja. Para ahli fisika akan
bertanya, mengapa gas memenuhi persamaan yang sangat sederhana itu? Mengapa
tekanan bukan berubah terhadap akar atau kuadrat volume atau secara logaritma
dengan suhu. Mengapa persamaannya cukup sederhana?

Sifat gas tentu disumbang ioleh sifat atom atau molekul penyusunya.
Dengan demikian menjadi pertanyaan menarik adfalah apa yang terjadi pada atom
atau molekul gas sehingga secara maksorsopik gas menenuhi persamaan (P.4)?
Bagaimana bentuk gerakan, tumbukan antar molekuk, tumbukan molekul dengan
dinding sehingga keluar persamaan itu? Ini adallah tantangan menarik. Dan ini
adalah wilayah kerjha fisika nteoretik. Para fisikawan ini mengimajinasikan
mekanisme yang terjadi pada atom atau molekul gas sehingga tekanan, volum, dan
suhu memenuhi persamaan (P.4).

Teori Gas Ideal

Dalam usaha menjelaskan mengapa gas memenuhi persamaan (P.4) maka para
ahli membangun teori gas. Teori yang dibangun harus diawali dengan sejumlah
asumsi. Asumsi tersebut dikenal dengan hipotesis. Asumsi yang diuslkan para ahli
dalam menurunkan persamaan (P.4) sebagai berikut.

1) Ukuran atom atau molekul gas ideal sangat kecil dan dapat diabaikan
dibandingkan dengan volume wadah. Dengan demikian, wadah yang berisi gas
tersebut dianggap ruang kosong saja. Dengan asumsi ini maka kita dapat
memperlakukan gas secara sederhana. Kita tidak peduli lagi tentang ukuran
molekul gas. Kita tidak peduli bahwa gas yang satu memiliki miolekul yang
ukurannya lebih besar atrau lebih kecil dengan gas lain. Kita tidak peduli lagi
dengan bentuk molekuk gas yang berbeda-beda karena semuanya dianggap nol.
Walapun jumlah atom atau molekul gas sangat banyak, kita tetap menganggp
bahwa volume semua atom atau molekuk tersebut nol.
2) Atom atau molekuk gas selalu bergerak bebas ke segala arah dan gersifat acak.
Tiap partikel dapat berada di posisi mana saja dalam ruang.
3) Tidak ada interaksi antar molekul gas. Antara molekl gas tidak ada interaksi.
Tidak ada gaya tarik maupun gaya tolak antar molekul gas merskipun jarak

-6-
antar molekuk bias dangat dekat. Juga karena ukuran atom ataiu molekul gas
dianggap nol maka tidak ada tumbukan antar molekuk gas. Tidak akan pernah
terjadi dua titik yang ukurannya nol bias bersentuhan. Tumbukan yang terjadi
hanya tumbuykan antara molekul gas dengan dinding wadah.
4) Tumbukan atom atau molekul gas denngan dinding wadah bersifat elastis
sempurna. Elastis sempurna artinya energy kinetic sebelum dan sesudah
tumbukan tidak berubah. Dengan demikian, selamanya energy kinetic atom atau
molekul gas selalu konstan (tidak pernah berubah). Ini pun akan berakibat
energy total gas yang ada dalam wadah selalu konstan karena energy tiap atom
atau molekuk selalu konstan.
5) Dan yang terakhir gerakan atom atau molekul gas serta tumbukannya dengan
dinding mememnuhi hokum gerak Newton.

Apa yang disampaikan di atas adalah hipotesis yang diajuykan dalam rangka
mendapatkan persamaan yang berlaku untuk gas. Hipitesis ini tidak muncul tiba-
tiba. Hipotesis ini mungkin dirumuskan begitu lama sehingga dengan hipotesis
tersebut hokum gas yang diperoleh Boyle, Gay-Lussac, dan Charles benar-benar
dapat diperoleh. Hipotesis di atas penuh dengan idealisasi. Salah satunya adalah
asumsi bahwa ukuran atom atau molekul gas nol dan tidak ada interaksi antar atom
atau molekul gas. Oleh karena itu, teori yang diturunkan dinamakan teori gas ideal.

Dengan menggunakan hipotesis di atas dan melakukan sejumlah tahapan


penusunan matematika para ahli memperoleh persamaan umum untuk gas ideal,
yaitu

T
P  Nk (P.5)
V

dengan

N adalah jumlah atom atau molekul gas

k adalah konstanta yang dinamakan konstanta Boltztmann yang dinainya


1,38  10-23 J/K.

Amati bahwa persamaan di atas persis sama dengan persamaan umum gas yang
diperoleh dari percobaan Boyle, Gay-Lussac, dan Charles dengan menyamakan C3
= Nk. Tampak bahwa nilai C3 tidak konstan , melainkan merupakan fungsi jumlah
atom atau molekul zat dalam wadah. Nilai C3 hanya tidak bergantung pada suhu,
tekanan, dan volume, sehingga kalau besaran tersebut diubah-ubah maka nilai C3
tidak berubah.

-7-
Dari uraian di atas kita simpulkan bahwa hipoptesi gas ideal dapat
dioterima sebagai landasan untuk menjelaskan sifat-sifat gas. Artinya, bahwa atom
atau molekul gas berperilaku seperti apa yang dihipotesiskan tersebut. Hukum ini
dipakan cukup lama dan sukses menjelaskan sejumlah pengamatan terkait dengan
proses yang terjadi pada gas.

Muncul masalah dengan fenomena pencairan gas.

Persamaan gas ideal dapat menjelaskan dengan baik hampir semua


pengamatan tentang gas. Memang sedikit kesalahan dalam prediksi muncul, tetapi
masih dapat ditolerir. Namun, permasalahan serius muncul ketika para ahli mampu
menciptakan ruangan bang bershunu sangat rendah, yaitu negative derajat celcius.
Pada suhu sangat rendah, sebagian zat berubah wujud menjadi cair. Ini artinya
material tersebut bukan lagi gas tetapi sudah menjadi zat cair. Fenoemana ini sama
sekali tidak dapat dijelaskan dengan teori gas ideal. Gambar P.4 adalah nitrogen cair
yang berasal dari gas nitrogen yang didinginkan pada suhu di bawah -200 oC.

Gambar P.4 Gas Nitrogen menjadi cair pada suhu di bnawah suhu -196 oC (IndiaMART)

-8-
Dalam wujud cair, partikel tidak bisa bergerak secara bebas dalam ruang.
Partikel umumnya hanya bergerak di seiktar posisi tertentu dan sangat kecil
kemungkinan partikel tersebut dapat bergerak sangat jauh dari posisi tertentu.

Wujud cair menunjukkan adanya gaya tarik menarik antar partikel


penyusun gas. Mengapa demikian? Wujud cair menandakan bahwa partikel
tersebeut tidak lagi bebas. Partikel menjadi tidak ebbas kalau ada gaya antar
partikel. Jadi teori gas ideal tidak dapat menjelaskan fenomena pencairan gas karena
teori tersebut dibangun atas hipotesis bahwa antar partikel gas tidak ada interaksi.
Kalau negitu, bagaimana kita menjelaskan fenomena pencairan gas?

Gambar P.5 Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) (en.Wikipedia.com)

Fonemena ini menantang ahli Fisika Belanda yang bernama van der Waals.
Van der Walls mencoba mecoba membangun teori baru tentang gas tanpa memulai
dari nol. Van der Waals menganalisis ulang hipotesis yang digunakan dalam

-9-
membangun teori gas ideal. Adakah dari hiptesis tersebut yang kurang tepat dan
perlu diperbaiki? Dua hipotesi yang menarik perhatian van der Walls adalah

Hipotesis bahwa volume total semua atom atau molekul gas adalah nol.
Memang ukuran atom atau molekul gas sangat kecil. Tetapi jumlah atom atau
molekul gas dalam wadah sangat besar, yaitu dalam orde bilangan Avogadro.
Bilangan Avogadro adalah NA = 6,23  1023. Jadi, jika kita memiliki gas dalam
wadah yang memiliki volume beberapa liter maka jumlah atom atau molekul di
dalamnya skeitar 1023 buah. Ini adalah jumlah yang sangat besar sehingga walaupun
ukuran satu atom atau molekul gas sangat kecil, kalu dikalihan dengan bilangan
tersebut maka nilainya menjadi tidak terlalu kecil lagi. Nah, untuk membangun
teorinya, van der Waals memperhitungkan kembali volume volume total molekul
has tersebut.

Jika volume satu atom atau molekul gas adalah u0 dan jumlah atom atau
molekul dalam wadah adalah N maka volum total atom atau molekul gas dalam
wadah adalah

v  Nu0 (P.6)

Dengan adanya volume total atom atau molkul gas ini maka volum ruang kosong
dalam wadah hanya

V '  V  Nu0 (P.7)

Dengan adanya koreksi volum ruang kosong ini maka menurut van der Waals,
persamaan gas ideal harus dikoreksi dari persamaan (P.5) menjadi persamaan

T
P  Nk
V'

T
 Nk (P.8)
V  Nu 0

Dalam perumusan gas ideal, interkasi antar partikel gas dianggap tidak ada.
Menurut van der Waalls interkasi tersebut ada meskipun pada suhu kamar dapat
diabikan. Tetapi pada suhu yang sangat renda ketiga gas akan mencair, interkasi
tersebut sangat besar. Interkasi tersebut berupa gaya tarik seperti diilustrasikan pada
Gambar P.6. Gaya tarik inilah yang menyebabkan atom atau molekul gas
berkumpul sehingga berubah menjadi zat cair.

-10-
F F
Molekul gas

Molekul gas
Gambar P.6 Ilustrasi interaksi antar molekul gas.

Apa akibat adanta interaksi ini? Interaksi tersebut menyebabkan munculnya


gaya tarikl antar partikel gas. Gaya tarik tersebut menyebabkan partikel yang
menjauhi kumpulan partikel lain akan daitarik kembali. Ini menyebabkan partikel
yang bergerak ke dinding wadah dan akan menumbuk wadah akan ditarik kembali
oleh semua partikel lainnya ke arah tengah wadah. Akibatnya, kekuatan tumbukan
partikel pada dinding wadah menjadi lebih lemah dibandingkan dengan partikel
dalam gas ideal. Tumbukan yang lemah pada dinding berimplikasi tekanan yang
dihasilkan oleh gas menjadi lebih kecil. Degan demikian, tekanan yang tertulis pada
persamaan (P.8) terlalu besar. Tekanan sebenarnya harus lebih kecil dari itu. Oleh
karena itu van der Walls mengoreksi lagi persamaan (P.8) menjadi

T
P  Nk  P (P.9)
V  Nu 0

di mana P adalah pengurangan tekanan akibat tarikan kembali oleh molekul-


molekul lainnya. Memang pada suhu yang cukup tinggi nilai P dapat dibaikan dari
suku lainnya pada persamaan (P.9). Namun pada suhu sangat rendah, nilai P
menjadi mirip dengan nilai suku lainnya sehingga tidak dapat dibaikan. Pertanyaan
berikutnya adalah berapa nilai P.

Dengan menggunakan matematika yang sedikit tinggi, van der Waals


mebuktikan bahwa P memenuhi persamaan

-11-
N2
P  c (P.10)
V2
dengan c adalah sebuah konstanta. Sunstitusi ke dalam persamaan (P.9) maka
diperoleh

T N2
P  Nk c 2
V  Nu 0 V

atau

N2 T
Pc  Nk
V 2
V  Nu 0

atau

 N2 
 P  c 2 V  Nu0   NkT (P.11)
 V 

Persamaan (P.11) adalah persamaan van der Waals yang sangat terkenal.
Persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik fenomena pencairan gas. Dengan
teori ini, van der Walls mendapat penghargaan Nobel tahun 1910. Di sini kita
melihat bagaimana imajinasi van der Waals berjalan. Van der Waals hanya
menganalisis kembali apa yang terlupakan oleh para ahli dalam membangun teori
gas ideal. Kemudian van der Waals memmperhitungak kembali apa yang dilupakan
tersebut sehingga diperoleh persamaan yang berbeda. Kita juga melihat bahwa
matematik yang digunakan van der Walls dalam membangun teorinyta tidak
terlampau rumit. Karena meman g matematika hanya alat bantu dalam Fisika. Fisika
tidak sama dengan matematika.

Memang matematika penting dalam fisika. Namun yang lebih penting lagi
adalah IMAJINASI. Bahnyak ahli fisika hebat tidak terlalu hebat dalam
matematika. Banyak penemuan hebat dalam fisika yang tidak melibatkan
matematika rumit. Matematika yang digunakan kadang sangat sederhana, tetapi
dibangun dengan imajinasi yang luar biasa.

-12-
Bab 1
Bahaya Berdiri di Dekat
Kereta yang Lewat

Ketika kita berada di stasiun kereta api maka pada tempat berdiri saat
menunggu kereta berhenti terdapat garis kuning pada peron seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.1. Garis itu adalah batas terdekat dengan kereta yang diijinkan bagi
calon penumpang untuk berdiri. Jika kita berdiri melampaui batas tersebut maka
sangat berbahaya. Kita bisa ketarik ke arah kereta yang sedang melintas dan jatuh
ke kereta. Tarikan terasa makin keras jika kecepatan kereta makin cepat. Pertanyaan
yang menarik adalah mengapa jika berdiri dekat ke kereta yang sedang melintas
maka kita bisa ketarik ke arah kereta?

Gambar 1.1 Garis kuning pada peron sebagai batas terdekat calon penumpang berdiri.
Penumpang tidak boleh berdiri di sisi selebal dalam garis kuning tersebut (sumber gambar:
Flickr.com)

-13-
Penjelasan atas larangan tersebut sebagai berikut. Ketika tidak ada kereta yang
lewat maka udara di stasiun dalam keadaan diam. Namun, ketika kereta lewat maka
udara yang bersinggungan dengan kereta kereta hingga jarak beberapa puluh
sentimeter dari permukaan kereta bergerak searah gerakan kereta. Pada persentuhan
dengan body kereta, kecepatan udara sama dengan kecepatan kereta. Makin
menjauh dari body kereta, kecepatan udara makin kecil dan tetap nol (diam) pada
jarak yang cukup jauh dari kereta. Jadi kita memiliki daerah yang mengandung
udara yang bergerak (dekat body kereta) dan yang diam (jauh dari body kereta).
Pertanyaan, apa akibatnya dengan adanya udara yang memiliki kecepatan berbeda
tersebut?

Posisi 1 (dekat kereta)


P1 < P2

P1 P2
Udara bergerak

Udara bergerak
Gaya ke arah

lebih lambat
lebih cepat

kereta

Posisi 2 (jauh dari kereta) Gaya dorong

Gambar 1.2 (kiri) Pada posisi dekat kereta terdapat udara yang berkerak dan jauh dari
kereta udara diam. (kanan) Jika orang berdiri di antara udara yang diam dan yang bergerak
atau antara udara yang bergerak cepat dan yang bergerak lambat maka orang akan
terdorong kea rah udara yang bergerak lebih cepat.

Dalam plejaran fluida dinamik kita pasti telah belajar tentang persamaan Bernoulli,
yaitu

1 2 1
P1  gh1  v1  P2  gh2  v22 (1.1)
2 2

di mana

-14-
P1 adalah tekanan udara pada posisi 1;

P2 adalah tekanan udara pada posisi 2;

 adalah massa jenis udara;

g adalah percepatan gravitasi bumi;

h1 adalah ketinggian posisi 1;

h2 adalah ketinggian posisi 2;

v1 adalah kecepatan udara di posisi 1;

v2 adalah kecepatan udara di posisi 2.

Kita pilih posisi 1 adalah posisi yang berada di dekat body kereta dan posisi 2
adalah posisi yang jauh dari body kereta. Dengan demikian v1 kira-kira sama
dengan kecepatan kereta dan v2  0 . Kita ambil dua titik yang memiliki ketinggian
yang sama, h1 = h2 = h maka persamaan Bernoulli menjadi

1 2
P1  gh  v1  P2  gh  0
2

atau

1
P1  P2  v12 (1.2)
2

Jelas dari persamaan (1.2) bahwa dengan adanya aliran udara di sekitar
body kereta maka tekanan udara sekitar body kereta mengecil. Tekanan udara yang
jauh dari kereta lebih besar daripada tekanan udara yang bersentuhan dengan body
kereta. Selisih ketakan tersebut adalah

1 2
P  P2  P1  v1 (1.3)
2

Dengan adanya selisih tekanan ini maka akan muncul gaya dorong ke arah kereta.
Besarnya gaya dorong bergantung pada luas permukaan benda. Jika ada orang
berdiri sekitar kereta lewat maka orang tersebut akan merasakan gaya dorong yang

-15-
bergantung pada selisih kecepatan udara di sisi badan yang menghadap kereta dan
sisi badan yang menjauhi kereta serta luas permukaan badan.

Sebagai ilustrasi, misalkan tubuh didekati dengan semuah balok dengan


tinggi 1,6 meter dan lebar 30 cm = 0,3 m. Misalkan pula ada kereka yang melintas
dengan kecepatan 72 km/jam = 20 m/s. Massa jenis udara adalah  = 1 kg/m3. Luas
penampang tubuh adalah A = 1,6  0,3 = 0,48 m2. Perbedaan tekanan udara

1 2 1
P  v1  1 20 2 = 200 Pa
2 2

Gaya dorong kea rah kereta

F  P  A  200 0,48 = 96 N

Gaya ini kira-kira sama dengan berat benda yang bermassa 9,8 kg. Dengan
demikian besar gaya tersebut cukup besar.

Gaya dorong yang dialami lebih besar lagi jika kecepatan kereta makin
besar. Jika kita berdiri rileks, maka gaya sebesar itu biaa membuat kita terdorong ke
arah kereta. Sama dengan saat kita berdiri rileks maka jika tiba-tiba didorong oleh
teman dengan dorongan yang pelan pun dapat menyebabkan kita terjatuh.

Apa maksudnya garis batas yang ada di tempat tunggu stasiun? Jika kita
berdiri di belakang garis batas tersebut maka beda kecepatan udara di depan dan di
belakang badan sangat kecil karena kita sudah cukup jauh dari body kereta.
Akibatnya gaya dorong kea rah kereta yang dialami tubuh menjadi sangat kecil.
Dengan demikian, dalam keadaan rireks pun kita tidak sanggup didorong kea rah
kereta.

Gaya akibat perbedaan kecepatan udara ini disebu gaya Bernoulli. Disebut
gaya Bernoulli karena diturunkan dari persamaan Bernoulli. Gaya yang sama
bekerja pada sayap pesawat atau sayap burung. Kecepatan udara di sisi atas sayap
lebih besar daripada kecepatan udara di sisi bawah sayap. Akibatnya, tekanan udasa
di atas sayap lebih kecil daripada di sisi bawah sayap. Dengan demikian sayap
mengalami gaya angkat.

Untuk menghasilkan perbedaan kecepatan tersebut maka sisi atas pesawat


harus lebih lengkung dibandingkan dengan sisi bawah seperti diilustrasikan pada
Gambar 1.3. Akibatnya, pada sisi atas pesawat udara menempuh jarak lebih panjang
daripada sisi bawah. Karena udara melewati sayap pada selang waktu yang maka
maka kecepatan udara di sisi atas menjadi lebih besar daripada di sisi bawah.

-16-
Gaya angkat Bernoulli

Kecepatan lebih besar (tekanan


lebih kecil)

Arah
terbang

Kecepatan lebih kecil (tekanan lebih besar)

Gambar 1.3 Saya pesawat berbentuk sedikit melengkung di sisi atas dan agak datar di sisi
bawah. Akibatnya kecepatan udara di sisi atas pesawat lebih kecil daripada kecepatan di sisi
bawah. Tekanan udara pada sisi bawah menjadi lebih besar daripada di sisi atas sehingga
pesawat mengalami gaya angkat.

-17-
Bab 2
Sarang Lebah
Berbentuk Heksagonal

Gambar 2.1 Contoh sarang lebah. Sayap tersusun atas ruang-ruang dengan geometri
berbentuk heksagonal (suumber gambar: http://www.beebehavior.com/
foundationless_frames_brood_area.php)

Gambar 2.1 adalah contoh sarang lebah. Perhatikan bentuk geometrinya


secara seksama. Susunannya adalah berulang-ulang secara teratur periodik. Tidak
ada ruang kosong yang tidak diisi oleh bentuk heksagonal tersebut. Bentuk geometri
yang dapat mengisi seluruh ruang secara periodic hanya beberapa saja, yaitu:
segitiga, persegi, persegi panjang, jajaran genjang, dan segi enam sama sisi
(heksagonal). Lingkaran, segi lima, segi tujuh, dan segi-segi yang lain tidak dapat
disusun tanpa meninggalkan ruang kosng di antaranya.

Gambar 2.2 adalah contoh geometri yang dapat disusun: (a) segitiga, (b)
heksagonal, (c) segilima, (d) segitujuh, dan (e) lingkaran. Untuk segitiga dan
heksagonal maka kita dapat menempatkan bangunan untuk mengisi seluruh ruang.

-18-
Namun, untuk segilima, segitujuh, dan lingkaran pasti akan meninggalkan ruang
yang tak terisi jika kita susun.

(a) (b)

(c)
(e)
(d)

Gambar 2.2 Contoh geometri yang dapat disusun: (a) segitiga, (b) heksagonal, (c) segilima,
(d) segitujuh, dan (e) lingkaran.

Pertanyaan menarik adalah apa keunggulan segi enam sama sisi


(heksagonal)? Mengapa lebah membentuk sarang berbentuk heksagonal
dibandingkan dengan bentuk periodik lainnya seperti segitiga atau persegi? Kalau
dilihat dari bentuk geometri, tentu heksagonal (yang memiliki enam sisi sama
panjang) lebih susah untuk dibangun dibandingkan dengan segitiga atau persegi.
Namun mengapa lebah memilih heksagonal? Mari kita coba analisis.

Lebah membentuk sarang dengan membangun dinding berbentuk


heksagonal. Jadi lebah harus mengumpulkan material untuk membentuk dinding
sel. Lebah akan mendapatkan keuntungan jika dapat menggunakan material
sesedikit mungkin untuk menghasilkan ruang dengan volume sebesar mungkin. Dan

-19-
bentuk heksagonal adalah bentuk yang memungkinkan efisiensi itu dapat dicapai.
Berikut kini kita coba bandingkan jumlah material dinding yang dibutuhkan untuk
menghasilkan volume yang sama untuk bentuk segitiga sama sisi, persegi, dan
heksagonal. Untuk mudahnya perhatikan Gambar 2.3.

(a) (b) t (c)


c

t c c
a a b
t
c c
a b c

(d) (e)
c
c
60o
a a
a sin 60o

60o

a/2 a/2

Gambar 2.3 Bangunan dengan bentuk penampang yang berbeda-benda: (a) segitiga sama
sisi, (b) persegi, dan (c) heksagonal. (d) Menghitung tinggi segitiga sama sisi dan (e)
heksagonal merupakan susunan enam buah segitiga sama sisi.

Misalkan tinggi semua sel adalah sama, yaitu h dan dinding semua sel
sama, yaitu t. Sel-sel tersebut hanya berbeda dalam bentuk penampang, yaitu
segitiga, persegi, dan heksagonal. Volume satu sel sama dengan tinggi dikali luas
penampang. Sekarang kita hitung luas penampang masing-masing.

Untuk segitiga sama sisi dengan sisi a, luas sama dengan setengah tinggi
dikali alas. Panjang alas adalah a dan dengan mengacu pada Gambar 2.3(d) tinggi
segitiga adalah

-20-
3
p  a sin 60o  a (2.1)
2

Dengan demikian, luas penampang segitiga adalah

1 3 2
Ast  ap  a (2.2)
2 4

dan volume ruang dalam segitiga adalah

3 2
Vst  Ast h  ah (2.3)
4

Volume materiat dinding bangunan segitiga adalah keliling  tinggi  tebal, atau

vst  (3a)ht (2.4)

Kemudian kita hitung untuk ruang dengan penampang persegi. Luas


penampang adalah

Ap  b 2 (2.5)

dan volume ruang dalam persegi adalah

V p  Ap h  b 2 h (2.6)

Volume material dinding bangunan persegi adalah keliling  tinggi  tebal, atau

v p  (4b)ht (2.7)

Tearkhir, untuk heksagonal kita hitung sebagai berikut. Penampang


heksagonal dapat diapndang sebagai enal buah penampang segitiga sama sisi
dengan sisi c (Gambar 2.3(e)). Dengan menggunakan persamaan (2.2) maka luas
penampang heksagonal adalah

3 2 3 3 2
Ahk  6  c  c (2.8)
4 2

dan volume ruang dalam heksagonal adalah

-21-
3 3 2
Vhk  Ahk h  ch (2.9)
2

Volume materiak dinding bangunan heksagonal adalah keliling  tinggi  tebal,


atau

vhk  (6c)ht (2.10)

Kita ingin membanding jumlah material dinding yang dibutuhkan untuk


membangun sel dengan volume yang sama. Jadi kondisi yang harus dinehui adalah

Vst  V p  Vhk (2.11)

Persamaan pertama yang kita dapatkan adalah

Vst  V p

atau

3 2
a h  b2h
4

atau

2
a b
1/ 4
(2.12)
3

Persamaan kedua yang kita dapatkan adalah

V p  Vhk

atau

3 3 2
b2h  ch
2

atau

2
c b (2.13)
3 3

-22-
Substitusi persamaan (2.12) ke dalam persamaan (2.4) maka kita dapatkan
bahwa jumlah material untuk memnagun sel geometri segitiga adalah

6
vst  bht  4,559  bht
1/ 4
(2.14)
3

Substitusi persamaan (2.13) ke dalam persamaan (2.10) maka kita dapatkan bahwa
jumlah material untuk memnagun sel geometri heksagonal adalah

6 2
vhk  bht  3,722  bht (2.15)
3 3

Kita simpulkan dari persamaan (2.7), (2.14), and (2.15) bahwa

vhk < vp < vst

Dengan kata lain, untuk menghasilkan sel dengan volume yang sama maka jumlah
material untuk membuat dinding heksagonal lebih sedikit daripada untuk
membentuk dinding persegi atau dinding segitiga. Jadi, untuk membuat ruang madu
dengan volume tertentu maka bentuk heksagonal memerlukan material dinding
paling sedikit.

Gambar 2.4 Mengukur dimensi sel sarang lebah.

(http://www.beebehavior.com/foundationless_frames_brood_area.php)

-23-
Berapakah ukuran sel sarang lebah? Kita dapat memperkirakan dengan
memperhatikan Gambar 2.4. Bedasarkan gambar tersebut maka terlihat bahwa
panjang 10 sel sekitar 70 mm atau 7 cm atau panjang satu sel sekitar 0,7 cm.
Dengan memperhatikan Gambar 2.4, maka panjang satu sel sama dengan
2c sin 60o  3c . Dengan demikian, panjang sisi sel sarang lebah sekitar

0,7
c = 0,4 cm.
3

-24-
Bab 3
Menghitung Luas Permukaan
Patung Diponegoro

Menghitung luas permukaan benda yang bentuknya teratur sangat mudah.


Sudah ada rumus-rumus yang dapat digunakan langsung. Contonya, luas permukaan
bola adalah D2 dengan D adalah diameter bola. Luas permukaan silinder adalah
D2/2 + DL dengan L adalah panjang silinder. Luas permukaan kubus adalah 6a2
dengan a adalah panjang sisi kubus. Luas permukaan balok adalah 2(pl + pt + lt)
dengn p adalah panjang balok, l adalah lebar balok, dan t adalah tinghgi balok.
Tetapi bagaimana dengan benda yang bentuk permukaannya tidak teraktur?
Bagaimana kita mengktung luas pemukaanya?
Sebagai contoh, Gambar 3.1 adalah patung Pangeran Diponegoro yang
sedang menunggang kuda. Permukaan badan kuda maupun badan Pangeran
Diponegoro memiliki geometri tidak teratur seperti pada geometri bola atau kubus.
Bagaimana menghitung luas permukaan tersebut? Di sinilah imajinasi para
ilmuwan. Karena pengukuran langsung tidak dapat digunakan maka digunakan cara
pengukuran tidak langsung. Bagaimaan caranya?
Salah satu cara mudah sebagai berikut. Kita siapkan bola-bola kecil yang
berukuran seragam (diameter sama) dalam jumlah cukup banyak. Contoh bola
tersebut adalah kereleng atau manik-manik. Lalu kita tempelkan bola-bola tersebut
ke seluruh permukaan patung sambil mencatat jumlah bola yang ditempel. Jika luas
penampang lintang satu bola diketahui maka luas permukaan yang ditempeli bola
diketahui. Dengan demikian luas permukaan patung diketahui.
Ketika kita menuyun bola maka tidak mungkin meniadakan celah antar
bola. Gambar 3.2 adalah ilustrasi penyusunan bola. Tampak bahwa ada ruang
kosong yang berlokasi antara empat bola berdekatan. Ketika kita akan menghitung
luas permukaan yang ditutup bola saat menempekan bola pada permukaan patung
maka kita dapat mengambil bahwa luas daerah yang ditutupi bola adalah D2 dengan

-25-
D adalah diameter bola. Tentu saja luas ini lebih kecil daripada luas penampang
bola yang hanya R2 = D2/4. Dengan demikianb, jika terdapat N buah bola yang
dipasang ke seluruh tubuh patung, maka luas permukaan patung kira-kira ND2.

Gambar 3.1 patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda. Geometri
permukaan sangat rumit sehingga sulit dihitung secara langsung (sumber gambar:
tribunnews.com)

Hasil pengukuran menjadi lebih teliti jika ukuran bola makin kecil karena
bola dapat memasuki lekukan-lekukan permukaan patung hingga yang berukuran
kecil. Namun, kosenkuensi adalah diperlukan waktu lebih lama untuk menempel
bola-bola tersebut.
Prinsip ini kelihatannya sederhana. Namun, prinsip ini telah digunakan
dalam mendesain alat ukur luas permukaan benda yang bekerja berdasarkan metode
BET (Brauner-Emmett-Teller). Alat ini digunakan untuk mengukur luas permukaan
material dengan menempelkan atom atau molekul pada permukan material tersebut.
Alat ini memberikan informasi jumlah molekul gas yang menempel di lapisan
pertama (tepat menyentuh permukaan benda). Luas molekul gas sudah ada datanya.

-26-
Sebagai contoh, luas penampang molekul N2 adalah 0,162 nm2. Gas N2 adalah gas
paling paling sering dipakai dalam pengukuran BET. Molekul N2 akan menempel di
permukaan sampel (teradsorpsi). Dengan mengetahui jumlah molekul gas yang
menempel di lapisan pertama maka luas permukaan benda dapat ditentukan.

Gambar 3.2 Bola yang disusun pasti meninggalkan ruang kosong di antaranya. Luas daerah
yang diwakili satu bola dapat dianggap sama dengan luas kotak persegi.

Pada tekanan dan suhu tertentu atom atau molekul dapat menepel pada
permukan material. Jika suatu material dimasukkan dalam ruang vakum kemudian
ke dalamnya dimasukkan gas dengan tekanan tertentu maka lama-kelamaan tekanan
gas dalam ruang terseut menurun. Penyebabnya adalah adanya sebagian molekul
gas yang menempel pada permukaan material. Proses tersebut dinamakan adsorpsi.
Jika ditunggu cukup lama maka tekanan gas makin kecil hingga mencapai tekanan
konstan. Dalam keadaan ini permukaan material telah tertutupi maksimal oleh atom
atau molekul gas. Berdasarkan penurunan tekanan gas dibandingkan dengan
tekanan mula-muka maka jumlah atom atau molekul yang menenpel pada

-27-
permukaan benda. Dengan menggunakan data luas penampang lintang ataom atau
molekul gas maka luas permukaan yang ditutupi oleh atom atau molekul tersebut
dapat dirtetukan. Proses inilah yang berlandung pada peralanat BET.

Gambar 3.3 Contoh molekul yang menempel pada permukaan silica gel. Molekul ada yang
membentuk satu lapis hingga bebrapa lapis. Tertempelnya molekul menyebabkan
penurunan tekanan gas dalam ruang. Dengan mengukur penurunan tekana tersebut maka
jumlah molekul yang menempel dapat diketauhi, selanjutnya luas pemukaan sampel dapat
dihitung (Gambar diadopsi dari J. White, LITERATURE REVIEW ON ADSORPTION
COOLING SYSTEMS)

Alat ini merupakan alat utama untuk menentukan luas permukaan spesifik
zat, porositas zat, dan bisa juga untuk menentukan ukuran partikel hingga orde
nanometer. Gambar 3.4 adalah contoh peralatan BET produksi NanoQAM.
Laboratorium yang melakukan riset tentang nanomaterial atau material berpori
perlu memiliki alat ini. Dengan alat ini maka luas spesifik material dapat
ditentukan. Luas spesifik adalah luas permukaan total dibagi massa. Data data luas
permukaan spesifik maka ukuran partikel maupun ukuran poros dapat ditentukan.

-28-
Gambar 3.4 Contoh alat BET produksi NanoQAM (suber gambar: NanoQAM)

-29-
Bab 4
Teori Pencelupan Biskuit

Kalian pasti pernah makan biskuit, dan mungkin sering. Salah satu cara
makan biskuit yang enak adalah mencelupkan biskuit ke dalam susu atau teh baru
dimakan. Gambar 4.1 adalah contoh mencelupkan biscuit ke dalam susu sebelum
dimakan. Rasa biskuit bercampur dengan rasa susu atau teh menghasilkan rasa baru
yang lebih enak. Apalagi biskuit yang tidak mengandung susu. Pencelupan dalam
susu menghasilkan rasa yang lebih gurih.

Gambar 4.1 Biskuit dicelupkan ke dalam susu sebelum dimakan.

Namun kalau kita apamti secara seksama, ketika biskuit dicelupkan ke


dalam susu atau teh di dalam gelas maka volume susu atau teh berkurang ketika
biskuit dicelupkan. Hal ini disebabkan zat cair tersebut masuk ke dalam pori-pori
biskuit. Makin lama volume susu atau teh makin berkurang seiring dengan masih

-30-
basahnya biskuit. Namun suatu saat volume susu atau teh tidak lagi berubah ketika
biskuit sudah basah sempurna. Susu atau teh tidak bisa lagi masuk ke dalam biscuit
karena semua pori sudah terisi dengan cairan susu atau teh.

Dari pengamatan sederhana di atas kita bisa simpulkan bahwa volume susu
atau teh yang meresap ke dalam biskuit merupakan fungsi waktu. Mula-mula, tidak
ada zat cair dalam biskuit pada saat akan dicelupkan. Kemudian jumlah zat cair di
dalam biskui makin bertambah seiring berjalannya waktu, dan setelah cukup lama
jumlah zat cair tidak lagi berubah. Pertanyaan yang menggelitik adalah adakah
persamaan matetika yang menghubungkan volume zat cair yang masuk ke dalam
biskuit sebagai fungsi waktu? Ini mungkin persoalan yang tidak serius, tetapi cukup
menarik untuk dibahas. Dengan cara itu kita menjadi paham bahwa fenomena
sederhana sehari-hari pun memiliki landasan fisika yang menantang. Mari kita coba
bangun persamaan yenrepan zat cair oleh biscuit.

Untuk membangun persamaan, tentu kita perlu memperkenalkan hipotesis


dahulu. Misalkan biskuit memiliki pori-pori dengan volume V0 dan pori-pori
tersebut dapat diisi penuh oleh zat cair. Misalkan pada saat sembarang t volume zat
cair yang telah masuk ke dalam biskuit adalah V. Dengan demikian, volume pori-
pori yang masih kosong pada saat sembarang t adalah V0 – V.

Kemudian biskutt dicelupkan selama selang waktu t. Pencelupan tersebut


menyebabkan ada tambahan volume zat cair V yang masuk ke dalam biscuit.
Berapa besar V? Kita dapat memperkenalkan dua hipotesis berikut:

Hipotesis 1:

Jumlah zat cair tambahan yang masuk berbanding lurus dengan lama pencelupan,
atau

V  t (4.1)

Hopitesis 2:

Jumlah zat cair yang masuk berbanding lurus dengan violume pori-pori yang masih
kosong, atau

V  V0  V (4.2)

Hipotesis ini sangat logis. Ketika volume pori yang kosong masih banyak maka air
dengan mudah meresap ke dalam biscuit atau tambahan zat cair yang masuk besar.
Namun, ketika volum pori yang kosong hampir habis maka jumlah zat cair yang

-31-
masuk juga sedikit. Jika hasil dari dua hipotesis di atas digabung maka diperoleh
kesebandingan umum berikut

V  (V0  V )t (4.3)

Kemudian jika kesebandingan ini dijadikan sama dengan maka kita harus
memperkenalkan sebuah konstanta sehingga

V   (V0  V )t (4.4)

Jika diambil waktu pencxelupan yang sangat singkat maka kita menggganti
symbol  dengan d sehingga persamaan (4.4) memiliki bentuk diferensial

dV   (V0  V )dt (4.5)

Persamaan (4.5) harus diselelsaikan dengan menggunakan syarat awal. Syarat awal,
yaitu sdaat t = 0 maka belum ada zat cair yang masuk ke dalam biskuit sehingga V =
0.

Mari kita menyelesaikan persamaan (4.5) dengan syarat awal di atas.


Persamaan dapat ditulis ulang sebagai

dV
 dt (4.6)
V0  V

Kemudian kita lakukan operasi integralkan ruas kiri dan kanan persamaan (4.6)

dV
V 0 V
  dt  C (4.7)

dengan C adalah konstanta yang akan ditentukan. Dengan mudah kita dapatkan

 lnV0  V   t  C

lnV0  V   t  C

V0  V  e t e C

atau

V  V0  e t e C (4.8)

-32-
Sekarang kita masukkan syarat awal

0  V0  e 0 e C

Sehingga nilai konstanta C dapat diperoleh, yaitu memenuhi persamaan

e C  V0 (4.9)

Kemudian substitusi persamaan (4.9) ke dalam persamaan (4.8) sehingga diperoleh

V  V0  e tV0


 V0 1  e t  (4.10)

Gambar 4.2 adalah contoh kurva perubahan volume air yang meresap ke
dalam biskuit sebagai fungsi waktu. Mula-mula air meresap cepat sehingga volume
bertambah cepat. Setelah cukup lama, zat cair meresap sedikit demi sedikit sehingga
pertambahannya menjadi sangat lambat.

V0
meresap dalam biskuit
Volume zai cair yang

Waktu

Gambar 4.2 Ilustrasi kurva volume air yang meresap ke dalam biscuit sebagai fungsi waktu.
Mula-mula volume air di dalam biscuit nol. Setellah waktu berjalan sangat lama maka volume
air yang masuk dalam biscuit sama dengan volume total pori-pori di dalam biscuit. Setelah
itu tercapai air berhenti masuh ke dalam biscuit.

-33-
Bab 5
Mengapa Susah Membuka Kulkas

Kulkas sudah menjadi alat rumat tangga yang utama. Makanan yang
disimpan dalam kulkas dapat bertahan cukup lama tanpa mengalami
pembusukan. Ruang dalam kulkas diseting pada suhu di mana bakteri tidak
dapat berkembang biak. Bakteri tidak berkembang biak pada suhudi bawah 4
o
C. Namun, bakteri berkembang biak sangat cepat pada suhu 5 oC – 60 oC.
Oleh karena itu suhu 5 oC – 60 oC disebut daerah berbahaya (danger zone).
Suhu ruangan dalam kulkas tidak boleh dalam rentang tersebut karena
makanan akan sangat cepat busuk.

Ibu kita yang baru belanja akan segera memasukkan makanan ke


dalam kulkas. Biasanya pada bagian atas yang namanya freezer diisi dengan
daging dan ikan. Pada bagian bawah diisi dengan sayur-sayuran. Setelah
semua dimasukkan maka pintu kulkas ditutup dan proses pendinginan
dimulai. Kita dapat menutup pintu kulkas begitu mudah. Dan setelah pintu
ditutup beberapa saat, kita dapat membuka dengan mudah pula. Mungkin
agak sedikit keras karena beberapa kulkas dilengkapi pintu yang memiliki
magnet. Pada ujung daun pintu dan dinding kulkas dipasang magnet dengan
kutub berlawanan. Begitu pintu ditutup maka magnet dari pintu dan dari
dinding kulkas tarik-menarik sehingga pintu tertarik kuat ke dinding kulkas.

Namun, setelah terjadi pendinginan cukup lama ada fenomena


menarik. Pintu kulkas menjadi sangat sulit dibuka. Beda dengan saat baru
saja didinginkan. Saat suhu sudah mencapai suhu terendah (di bawah 4 oC)
perlu tarikan yang keras untuk membuka pintu kulkas? Mengapa ya? Mari
kita coba bahas.

Ruang di dalam kulkas yang tidak ditempati makanan tentu akan


ditempati gas. Jadi, volume gas dalam ruang kulkas sama dengan volume
ruang dikurangi dengan volume makanan di dalamnya. Misalkan volume
tersebut adalah V. Pada saat makanan dimasukkan ke dalam kulkas maka
suhu udara dalam ruang kulkas kira-kira sama dengan suhu udara luar.

-34-
Kalaupun beda, mungkin sedikit lebih dingin. Misalkan suhu tersebut adalah
T0.

(a) (b)

Suhu T0

Suhu di
dalam T

Gambar 5.1 (a) Saat pintu kulkas masih dibuka maka tekanan udara di dalamnya
sama dengan tekanan udara luar (atrmosfer). (b) Setalah pintu kulkas ditutup dan
proses pendinginan berlangsung maka tekanan udara di dalam kulkas menjadi lebih
kecil daripada tekanan udara luar.

Misalkan ruang dalam kulkas cukup kedap udara. Ketika suhu dalam
ruangan diturunkan sedangkan volumenya tetap maka tekanan udara dalam
ruangan mengecil. Misalkan persamaan gas ideal masih dipenuli oleh gas
dalam ruang kulkas. Saat suhu udara dalam ruang adalah T0 (saat pintu
kulkas baru ditutup) maka tekanan udara di dalam persis sama dengan
tekanan atmosfer sehingga dipernui persamaan

-35-
NkT0
P0  (5.1)
V

Ketika suhu di dalam kulkas sudah turun mencapai T maka tekanan udara
dalam kulkas berubah menjadi

NkT
P (5.2)
V

Sementara tekanan udara di luar tetap sama dengan tekanan atmosfer P0.
Dengan demikian, setelah ruang dalam kulkas mencapai tekanan T maka
terjadi perbedaan dengan tekanan udara di luar sebesar

P  P0  P


Nk
T0  T  (5.3)
V

di mana tekanan di luar lebih besar daripada tekanan di dalam. Akibatnya,


ada gaya dorong dari arah luar yabng bekerja pada dinding kulkas, termasuk
pada pintu kulkas. Jika luas pintu kulkas adalah A maka pintu kulkas
mendapat gaya dorong ke dalam sebesar

F  PA


Nk
T0  T A (5.4)
V

Pada penurunan persamaan (5.4) kita sudah mengasumsikan bahwa


ruang dalam kulkas kedap udara. Namun, kenyatakannya tidak demikian.
Mungkin masih ada sedikit udara yang bisa keluar atau masuk dari/ke ruang
dalam kulkas. Dengan demikian jumlah molekul udara dalam ruang kulkas
saat pintu baru ditutup dan saat sudah mencapau suhu minimal berbeda.
Untuk memperhitungkan efek tersebut, mari kita sedikit perbaiki persamaan
di atas.

Pada saat pintu ditutup, jumlah atom/molekul udara dalam ruang


kulkas adalah N dan persamaan (5.1) terpenuhi. Misalkan setelah kulkas
mencapai suhu dingin, jumlah molekul udara di dalamnya berubah menjadi

-36-
N’ yang mungkin berbeda dengan N. Dengan demikian, persamaan setelah
ruang dalam kulkas menjadi dingin harus berbentuk

N ' kT
P (5.5)
V

Dengan demikian, perubahan tekanan di dalam dan luar saat kulkas sudah
dingin menjadi

P  P0  P


k
NT0  N 'T  (5.6)
V

Gaya dorong ke dalam yang dialami pintu kulkas adalah

F
k
NT0  N 'T A (5.7)
V

Dengan memperhatikan persamaan (5.7), selama NT0  N 'T  0 maka pintu


kulkas mengalami gaya dorong ke dalam yang berakibat pintu kulkas susah
dibuka.

-37-
Bab 6
Tersekap dalam Ruangan Tertutup

Jika orang tersekap dalam ruang sempit dan tertutup yang hampir tidak
memiliki celah udara maka lama-kelamaan orang tersebut akan pingsan. Dan jika
tidak segera ada orang yang mbukakan pintu maka orang dalam ruangan tersebut
bias meninggal. Kita ingat kasus sadis di suatu rumah di Pulomas tanggal 29
Desember 2016. Sebelas orang disekap di kamar mandi tanpa ventilasi dengan
ukuran 1,5 m x 1,5 m. Enam orang tewas dalam peristiwa sadis tersbebut. Korban
meninggal karena kekurangan oksigen. Bayangkan, oksigen dalam ruang tertutup
1,5 m x 1,5 m digunakan secara bersama oleh 11 orang untuk bernapas dalam
beberapa jam. Juga banyak kejadian penumpang yang pinsan atau meninggal ketika
terkunci dalam mobil yang tertutup semua pintu beberapa jam. Pada tanggal 4
September 2018, seorang balita hampir pingsan karena terkunci dalam mobil sekitar
1 jam yang ditinggalkan kakeknya yang shalat ke Masjid. Tanggal 20 Oktober 2010
seorang bocah meninggal dalam mobil yang terkunci akibat kehabisan oksigen. Jika
harus berada dalam mobil dalam waktu cukup lama, maka kaca mobil harus dibuka.
Minimal di sisi atas sebagai tempat masuknya oksigen.

Gambar 6.1 Orang yang tersekap lama dalam ruang tertutup dapat pingsan karena
kekurangan oksigen. Dan jika tersekap sangat lama maka orang tersebut dapat meninggal.

-38-
Terlepas dari peritiwa memilukan tessebut, ada suatu pertanyaan
menggelitik. Berapa lama orang yang tersekap dalam ruangan tertutup akan
pingsan. Bagaimana pengaruk ukuran ruangan, jumlah orang dalam ruangan
terhadap lama seseorang akan pingsan?

Orang akan pinsan jika jumlan oksigen yang dihirup tidak mencukupi.
Ketika orang tersekap dalam ruangan tertutup maka oksigen yang ada dalam
ruangan tidak pernah bertambah. Justru udara makin lama makin berkurang karena
digunakan untuk bernapas sedeangkan supply oksigen pengganti tidak ada karena
ruangan tertutup. Kita akan mencoba menentukan rumus lama waktu orang akan
pingsan jika ada dalam ruangan tertutup.

Misalkan volume ruangan tersebut adalah V. Misalkan saat ruangan mulai


ditutup konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah C0. Di dalam udara kering,
persentase oksigen adalah 21%. Massa jenis udara adalah 1 kg/m3. Kita dapat
mengatakan, konsentrasi oksiden di udara kering adalah 0,21 kg/m3. Karena volum
ruangan adalah V (dalam m3) maka massa awal oksigen dalam ruangan adalah M0 =
0,21V kg. Kita asumsikan bahwa oksigen dalam ruangan selalu tercampur merata.

Misalkan pada saat t, massa oksigen dalam ruangan telah menjadi M.


Konsentrasi oksiogen dalam ruangan adalah M/V. Misalkan sekali bernapas
seseorang menghirup udara dengan volume v (satuan m3). Maka massa oksigen
yang dihirup sekali bernapas adalah m  ( M / V )v . Misalkan dalam satu detik
orang melakukan n kali pernapasan. Dalam selang waktu t jumlah pernapasan
yang dilakukan adalah nt. Atau dalam satu detik, massa oksigen yang dihirup
adalah

M *  mnt (6.1)

Karena udara dihirup maka udara dalam ruangan menjadi berkurang dalam
jumlah yang sama. Dengan demikian perubahan massa udara dalam ruangan
menjadi

M
M   vnt (6.2)
V

Dengan mengambil selang waktu yang sangat kecil maka kita dapat mengganti M
 dM dan t dt. Dengan demikian, persamaan (6.2) dapat ditulis jmenjadi

M
dM   vndt (6.3)
V

-39-
Persamaan (6.3) diselesaikan dengan menggunakan syarat awal bahwa pada
saat t = 0, massa udara dalam ruangan adalah M0. Untuk menyelesaikan persamaan
di atas, kita menulis ulang

dM nv
  dt (6.4)
M V

Integral kedua ruas persamaan (6.4) maka diperoleh

dM nv
 M
   dt  C
V

atau

nv
ln M   t C
V

atau

M  e  ( nv / V )t eC (6.5)

dengan C adalah konstanta integral. Kita tentukan C dengan menggunakan syarat


awal seperti dijelaskan di atas. Dengan memasukkan syarat awal maka kita
dapatkan

M 0  eC (6.6)

Akhirnya, persamaan massa udara dalam ruangan menjadi

M  M 0 e ( nv / V )t (6.7)

Mengingat konsentrasi udara pada saat sembarang memenuhi persamaan


C  M / V dan konsentrai pada saat awal adalah C0  M 0 / V maka persamaan
(6.7) dapat diungkapkan dalam variable konsentrasi, yaitu

C  C0e ( nv / V )t (6.8)

Tampak bahwa konsenyrasi oksiden berkiurang secara eksponensial. Laju


berkurannya konsentrasi bergantung pada volume ruangan, jumlah pernapasan per
satuan waktu, dan volum pernapasan. Makin sering pernapasan dilakukan per
satuan waktu maka konsentrasi oksiden makiin cepat turun. Makin besar volume

-40-
udara yang dihitup tiap kali bernapas maka konsentrai oksigen juga makin cepat
turun. Tepai makin besar ruangan maka konsentrasi oksigen makin lambat turun.
Gambar 6.2 adalah kurva penurunan konsentrasi oksigen dalam ruangan.

C0
Konsentrasi oksigen
dalam ruangan

Waktu

Gambar 6.2 Kurva penurunan konsentrasi oksigen dalam ruangan

Untuk udara bebas (atmosfer) volume ruang dianggap tak berhingga


sehingga nv / V  0 sehingga

C  C0 (6.9)

Yang berarti konsentrai oksigen tidak pernah berkurang. Jadi, kalau kita bernapas di
udara terbuka maka kita tidak pernah mengalami kekurangan oksigen.

Orang akan pingsan jika konsenytrai oksigen sudah sangat kecil. Misalkan
batas minimal konsentrasi oksigen agar orang dapat bernapas adalag Ccr . Orang
akan pinsan jika C  Ccr . Jadi, waktu orang tersekap dalam ruangan hingga pinsan
memenuhi

Ccr  C0 e ( nv / V )tcr

-41-
Ccr
 e ( nv / V )tcr
C0

C  nv
ln cr    tcr
 C0  V

atau

C  nv
ln 0   tcr
 Ccr  V

atau

V  C0 
tcr  ln  (6.10)
nv  Ccr 

Jika ada beberapa orang dengan laju pernapasan berbedas-beda dan volume
udara yang dihirup berbeda-beda maka persamaan penurunan konsentrai udara sama
p
dengan persamaan (6.8) hanya dengan mengganti nv dengan n v
i 1
i i dengan p

adalah jumlah orang. Orang ke-j akan pinsan dalam selang waktu

V  C0 
tcr , j  ln   (6.11)
p C 
 ni vi  cr ,i 
i 1

Beda orang mungkin pingsan dalam waktu yang berbeda, tergantung pada nilai
Ccr ,i . Konsentrasi kritis ini mungkin berbeda untuk orang yang berbeda. Orang
dengan ambang kritis paling kecil akan pingsan paling akhir. Sebaliknya, orang
dengan ambang kritis paling besar akan pingsan paling awal.

-42-
Bab 7
Rel Kereta Api di Atas Kerikil

Kalau kita melihat rel kereta api di stasiun atau di perlintasan, tampak
bahwa rel beserta bantalannya diletakkan di atas pecahan batu kecil atau kerikil.
Gambar 7.1 adalah contoh rel yang ditempatkan di atas kerikil. Mengapa demikian?
Mengapa bukan langsung di atas tanah atau di atas beton? Mengapa kerikil?
Mengapa bukan batu besar sekalian atau pasir? Kita selalu melihat ini dan mungkin
jarang memikirkan mengapa. Kita hanya melihat, dan setelah itu ya sudah.

Gambar 7.1 Rel dan bantalannya ditempatkan di atas tumpukan kerikil atau pecahan batu
kecil.

Mari kita coba diskusikan. Ketika kereta bergerak di atas rel, tentu rel
kereta akan bergetar. Hal ini disebab kan sebagian energi gerak kereta pindah ke rel.
Makin kencang kereta berlari maka getaran rel makin besar pula. Secara fisika, jika
suatu benda bergetar maka benda akan bergetar terus jika benda tersebut tidak

-43-
melepaskan energinya. Jadi, rel yang bergetar akan bergetar terus jika rel tersebut
tidak melepaskan energi yang diterimanya dari roda kereta. Jika getaran berlansung
sangat lama, bisa jadi rel akan mengalami pembengkokan permanen dan tentu ini
tidak diharapkan. Dengan demikian, untuk menyelamatkan rel maka energi getar rel
harus segera dibuang. Bagaimana caranya? Caranya adalah menumbukkan rel
kepada benda yang dapat menyerap energi. Apakah benda tersebut? Salah satunya
adalah batu-batu kecil. Itulah alasannya rel kereta api beserta bantalannya
diletakkan di atas kerikil.

Bagaimana caranya agar energi rel diserap oleh kerikil? Getaran rel akibat
dilewati kereta menyebabkan gerakan acak kerikil-kerikil di bawahnya. Ini
menghasilkan tumbukan antar kerikil. Karena tumbukan tersebut tidak elastis maka
terjadi pelepasan kalor (disipasi daya). Energi gerakan kerikil menjadi berkurang
karena sebagian diubah menjadi kalor. Kerikil yang sudah berkurang energinya
kembali menyerap energy getaran rel dan kembali bertumbukan dengan kerikil lain
sehingga energy geraknya kembali berkurang akibat diubah menjadi kalor. Begitu
seterusnya sehingga energy getaran rel hilang. Jika tidak dipasang kerikil atau batu
kecil maka rel akan bergetar lama dan bias menyebabkan rel bengkok.

Kenapa dipasang kerikil ataub atu kecil, bukan batu besar?


Laju pengubahan energy gerak kerikil menjadi kalor bergantung pada luas
permukaan kontak antar kerikil. Karena pada tempat kontak itulah terjadi tumbukan
dan dihasilkan kalor. Makin luas permukaan kontak maka makin cepat energy gerak
diubah menjadi kalor. Luas permukaan kontak makin besar jika ukuran partikel
makin kecil. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.

r
R

Gambar 7.2 (kiri) baru besar denga jari-jari R dan (kanan) kerikil dengan jari-jari r.

-44-
Misalkan kita memiliki batu dengan jari-jari R, massa jenis , dan massa M
(Gambar 7.2). Volume dan luas permukaan batu tersebut adalah

4 3
V R (7.1)
3

S  4R 2 (7.2)

Misalkan kitamemiliki N kerikil dengan jari-jari r di mana volume total N keikil


tersebut sama dengan volume satu batu di atas. Volume dan luas permukaan satu
kerikil adalah

4 3
v r (7.3)
3

s  4r 2 (7.4)

Volume total dan luas pemukaan total kerikil adalah

4
Nv  Nr 3 (7.5)
3

Ns  4Nr 2 (7.6)

Karena kita sudah mengasumsikan bahwa volume total kerikil sama dengan
volume satu batu besar maka

V  Nv

4 3 4
R  Nr 3
3 3

atau

R3
N (7.7)
r3
Untuk volume total yang sama maka perbandingan luas permukaan semua kerikil
dengan luas permukaan satu batu besar adalah

-45-
Ns 4Nr 2
 (7.8)
S 4R 2
Substitusi N pada persamaan (7.7) ke dalam persamaan (7.8) maka diperoleh

Ns 4 ( R 3 / r 3 )r 2 R
  (7.9)
S 4R 2 r
Tampak jelas pada persamaan (7.9) bahwa makin kecil ukuran kerikil,
maka luas permukaan total semua kerikil makin besar. Karena luas permukaan
besar menyebabkan proses pembuangan energi makin besar maka makin kecil
ukuran kerikil, makin cepat energi geratan rel hilang.

Tetapi ukuran kerikil tidak boleh terlalu kecil. Jika ukuran kerikil terlalu
kecil maka kerikil pertama yang kontak dengan rel dapat terbang ketika mulai
menerima energi. Energi yang diterima terlampau besar bagi kerikil tersebut. Energi
yang besar menyebabkan kecepatan getaran sangat besar dan kerikil meninggalkan
posisinya terbang ke lokasi yang lebih jauh. Akibatnya lama kelamaan, kerikil pada
rel hilang meloncat kepinggir rel. Jadi ada kompormi antara memperkecil ukuran
dan mempertahankan kerikil tetap di tempat saat menerima energi dari rel.
Kompromi tersebut menghasilkan ukuran yang digunakan sekarang merupakan
ukuran yang ideal.

Kertikil sungai yang bentuknya hampir bulat dan permukaannya mulus kurang
efektif dibandingkan dengan kerikil dari pecahan batu. Bentuk permukaan kerikil
sungai yang mendekati bulat dan mulus memiliki luas permukan lebih kecil
didangiknan dengan kerikil cadas hasil pemecahan batu. Dengan menggunakan
kerikil cadas maka luas pemukaan kontak menjadi lebih besar lagi dan pelepasan
energi menjadi lebih cepat.

-46-
Bab 8
Oven Microwave Menggunakan Gelombang
2,45 GHz

Oven microwave adalah alat masak yang menggunakan gelombang mikro


(microwave) untuk memanaskan makanan. Alasan pemilihan gelombang tersebut
adalah karena berada di sekitar frekuensi resonansi molekul air. Hampir semua
makanan mengandung air. Dan air merupakan komponen terbesar sejumlah
makanan. Jika molekul-molekul digetarkan dengan berbagai cara, termasuk dengan
meradiasi dengan gelombang tertentu pada molekul-molekul tersebut, maka
dihasilkan panas. Dengan demikian, jika kita sanggup menggetarkan molekul air
dalam makanan maka makanan akan cepat panas mengingat kandungan molekuk air
yang besar. Gambar 8.1 adalah contoh oven microwave yang dijual di pasaran.

Gambar 8.1 Contoh oven mikrowave

Molekul air menyerap gelombang gelombang elektromagnetik dengan


rentang frekuensi antara 0,5 GHz dampai 100 GHz seperti ditunjukkan pada
Gambar 8.2. Kemampuan serapan material ditentukan oleh komponen inajiner dari

-47-
konstanta dielektrik. Kurva yang berbentuk lonceng adalah komponen imajiner dari
konstanta dielektrik air. Tampak bahwa kurva tersebut memiliki nilai yang cukup
besar dalam rentang antara 0,5 GHz sampai 100 GHz dan memiliki puncak pada
frekuensi sekitar 10 GHz. Jika molekul air diradiasi dengan gelombang frekuensi
2,45 GHz maka penyerapan pun sudah sangat tinggi walaupun bukan tertinggi.
Tetapi penyerapan yang lebih tinggi lagi tidak bagus karena makanan terlalu cepat
mencapai suhu yang sangat tinggi sehingga cepat gosong.

Konstanta dielektrik

   'i " Frekuensi resonansi


molekul air sekitar
10 GHz.
microwave
Oven

Gambar 8.2 Kurva konstanta dielektrik air. Kemampuan serapan material ditentukan oleh
komponen inajiner dari konstanta dielektrik. Kurva yang berbentuk lonceng adalah
komponen imajiner dari konstanta dielektrik air. Tampak bahwa kurva tersebut memiliki nilai
yang cukup besar dalam rentang antara 0,5 GHz sampai 100 GHz dan memiliki puncak pada
frekuensi sekitar 10 GHz. Dengan demikian, serapan tertinggi microwave oleh air berada
pada frekuensi sekitar 10 GHz.

Keuntungan lain frekuensi gelombang oven microwave tidak persis sama


dengan frekuensi resonansi molekul air (10 GHz) sebagai berikut. Jika frekueisn
gelombang oven microwave persis sama dengan frekuensi resonansi molekul air
maka terjadi penyerapan yang yang sangat tinggi oleh molekul air. Akibatnya
hampir semua gelombang mikrowave diserap oleh molekul air di permukaan
makanan. Hampir tidak ada atau hanya sedikit gelombsang yang bias menembus
hingga bagian dalam makanan. Permukaan makanan mengalami peningkatan suhu
yang sangat tinggi sedangkan bagian dalam tidak mengalami peningkatan suhu
yang berarti. Jika daya hantar panas bahan makanan (konduktivitas termal) sangat
rendah maka panas yang dihasilkan di permukaan makakan sulit merambat ke
bagian dalam makanan. Akibatnya, bagian permukaan makanan sudah matang

-48-
sedangkan bagian dalam masih mentah. Hanya makanan yang dipotong sangat kecil
yang dapat matang secara bersamaan.

Sebaliknya, jika frenueisn gelombang microwave tidak tepat berimpit


dengan frekuensi resosnsi molekul air maka penyerapan oleh molekul air di
permukaan makanan tidak sempurna. Masih ada gelombang yang menembus hingga
bagian dalam makanan dan diserap oleh molekul air di bagian dalam. Akibatnya,
pemanasan terjadi lebih merata di permukaan dan di bagian dalam makanan.
Pemanasan yang terjadi secara serentak menyebabkan semua bagian makanan
matang secara hampir bersamaan.

Gambar 8.3 adalah ilustrasi proses pemanasan tersebut. Gambar 8.3 kiri
adalah kondisi jika frekuensi mikrowave berimpit dengan frekuensi resonansi
molekul air. Ingat bahwa pada kondisi resonansi maka terjadi penyerapan
gelombang yang paling optimal. Hanya bagian permukaan makanan yang
mengalami pemanasan karena hampir tidak ada gelombang yang menembus hingga
ke bagian dalam. Pada Gambar 8.3 kanan, yaitu frekuensi mikrowave tidak berimpit
dengan frekuensi resonansi molekul air, hanya sebagian gelombang yang diserap di
permukaan. Sebagian bisa menembus hingga bagian dalam sehingga pemanasan
terjadi secara merata.

f  f resonansi f  f resonansi
atau
f  f resonansi

Mentah
Matang

Gambar 8.3 Ilsutrasi penyerapan microwave oleh makanan jika: (kiri) frekuensi yang
digunakan persis sama dengan 10 GHz and (kanan) frekuensi yang digunakan tidak persis
sama dengan 10 GHz.

-49-
Daya penyerapan energi gelombang sangat bergantung pada koefisiensn
absorpi gelombang tersebut oleh material. Jika gelombang dengan daya P0
menembus makanan dengan koefiensn absorpsi  sedalam x maka daya yang
diserap makanan kira-kira memenuhi

P  P0 (1  100,87x ) (8.1)

Jika proses tersebut berlangsung selama selang waktu t maka jumlah energy panas
dihasilkan adalah

Q  Pt  P0t (1  100,87x ) (8.2)

Koefisien absorpsi material terhadap gelombang bergantung pada panjang


gelombang. Untuk panjang gelombang oven microwave (2,45 GHz), koefiensi
absorpsi oleh air sekitar 25 m-1. Koefisien absorpsi making kecil untuk makanan
yang mengandung air lebih sedikit. Sebagai contoh, untuk makanan yang
mengandung air 50%, koefisien absorpsi sekitar 15 m-1 sedangkan untuk makanan
yang mengandung air 50%, koefisien absorpsi sekitar 6 m-1
[http://em.eecs.umich.edu/pdf/tb3.pdf].

(a) (b)

Gambar 8.4 (kiri) Contoh magnetron yang digunakan pada oven microwave. Magnetron
adalah alat yang menghasilkan microwave. (b) Magnetron dipasang di dalam oven
microwave. Magnetoron didambungkan dengan sumber tegangan tinggi yang merupakan
hasil pengubahan dari tegangan PLN 220 volt.

Oven microwave bekerja dengan prinsip yang cukup sederhana. Mikrowave


dihasilkan oleh pemancar yang bernama magnetron (Gambar 8.4(a)). Magnetron
memancarkan gelombang ke dalam ruang microwave. Agar telombang terdistribusi

-50-
ke segala arah maka stirrer pengubah arah gelombang dipasang (Gambar 8.5).
Strirer tersebut mengandung sudu-sudu dari bahan logam. Ingat, bahan logam
bersifat memantulkan gelombang elektromagnetik. Putaran sudu-sudu stirrer
menyebabkan gelombang dipantulkan ke segala arah. Sebagian gelombang dari
magnetron langsung mengarah ke makanan. Sebagian diterima dari stirerrer dari
arah yang berbeda. Sebagian gelombang pantulan sitirrer mengenai dinding
microwave dan dipantulkan di situ. Gelombang pantulan mengenai makanan.
Dengan cara demikian maka makanan menerima gelombang dari arah mana saja
sehingga pemanasan terjadi secara merata.

Logam
pemantul
gelombang
Stirrer
pengubah
Saklar arah
interlock gelombang

220 V

Gambar 8.5 Desain bagian dalam ruangan oven microwave.

Untuk menghasilkan gelombang mikro maka magnetotron maka perlu


mendapat supli listrik dengan tegangan sekitar 4.000 V (4 kV). Namun, karena di
rumah hanya ada tegangan 220 Volt maka perlu ada rangkaian pengali tegangan di
dalam oven microwave. Rangkaian tersebut menerima tegangan 220 Volt dari PLN
dan mengubah menjadi 4.000 V untuk menghidupkan magnetron. Rangkaian
tersebut berada di sekitar magnetron. Pada Gambar 8.4(b) rangkaian pengali
tegangan tepat berada di bawah magnetron.

-51-
Bab 9
Teori Lunturnya Pakaian yang Dicuci

Ketika pakaian yang baru dibeli dicuci, sering kali pakaian tersebut luntur.
Air cucian sangat bewarna seperti warna pakaian. Lunturnya pakaian tidak saja
membuat pakaian menjadi pudar, tetapi juga merusak pakaian lain. Pakaian lain
yanbg dicuci bersama menjadi berwarna. Lebih celaka lagi jika pakaian yang dicuci
bersama mengandung warna putih. Warna putih menjadi ternoda oleh warna
pakaian yang luntur.

(a)

(b)

Gambar 9.1 (a) Mencuci pakaian luntur dan (b) pakaian berwarna putih ternoda oleh pakaian
luntur yang dicuci bersama.

-52-
Ibu-ibu sudah punya teknik kalau mencuci pakaian yang baru dibeli.
Pakaian tersebut dicuci terpisah sehingga warnanya tidak merusak pakaian lain.
Setelah dicuci berkali-kali dan tidak lagiu kelihatan lountur baru pakaian tersebut
dicuci bnersama dengan pakaian lain.

Mengapa pakaian dapat luntur? Warna pakaian berasal dari bahan pewarna
yang sering disebut dye. Ke dalam larutan dye, pakaian putih dicelupkan sehingga
molekul dye berikatan dengan molekul pada benang pakaian. Setelah dicelup cukup
lama maka pakaian dicuci sehingga molekul dye yang tidak terikat lepas dari
pakaian. Selanjutnya pakaian dikeringkan. Namun, dye yang tidak lepas saat
pencucian tidak semuanya berikatan kuat dengan benang pakaian. Sebagian
berikatan kuat dan sebagian berikatan lemah. Nah, yang berikatan lemah ini yang
bisa lepas saat pakaian dicuci.

Ketika pakaian diucuci pertama kali maka dye-dye yang terikat lemas lepas
dari ikatann dengan benang. Ketika dicuci untuk kedua kalinya, maka jumlah dye
yang berikatan lemas tingga sedikit sehingga yang lepas saat pencucian lebih
sedikit. Akibatnya pada pencucian kedua warna air makin jernih. Pada pencucian
selanjutnya warna air makin jernih lagi. Hingga cucian ke sekian kali hamper tidak
lagi terlihat perubahan warna air. Ini berarti jumlah molekul dye yang lepas hamper
nol. Pertanyaan menaruik adalah, adakah persamaan matematika yang menjelasakn
perubahan jumlah dye yang lepas dari pakaian saat mencuci. Mengapa jumlah dye
yang lepas makin sedikit kemudian hamper tidak ada lagi? Mari kita diskusikan.

Kita akan membangun persamaan untuk menjelaskan lepasnya molekul dye


pada pakaian yang dicuci. Untuk membangun persamaan tersebut kita perlu
memulai dengan beberapa hipotesis.

Hipotesis 1:

Jumlah dye yang lepas berbanding lutus dengan jumlah dye yang berikatabn lemah
yang ada pada pakaian saat dicuci. Hipotesis ini sangat logis. Makin banyak jumlah
dye berikatan lemah saat kita mencuci pakaian maka makin banyak dye yang lepas.
Jika saat kita mencuci pakaian jumlah dye yang berikatan lemah yang masih
menempel di pakaian sangat sedikit maka jumlah dye yang lepas saat pencucian
tersebut sangat sedikit pula. Misalkan jumlah dye yang berikatan lemah saat
pencucian ke-n adalah C(n) dan jumlah dye yang lepas saat pencucian ke-n adalah
C(n) maka hipotesis di atas dapat ditulis sebagai

C (n)  C (n) (9.1)

Hipotesis 2:

-53-
Jumlah dye yang lepas setelah dilakukan n kali pencucian sebanding dengan n
tersebut. Hipotesis ini dapat ditulis sebagai

C (n)  n (9.2)

Jika dua persamaan di atas digabung maka kita dapatkan satu bentuk umum, yaitu

C (n)  C (n)n (9.3)

Jika tanda kesebandingkan diganti dengan tanda sama dengan maka kita
perkenalkan sebuah konstanta sehingga persamaan umum di atas menjadi

C (n)  C (n)n (9.4)

Tanda negatif menyatakan bahwa pencucian menyebabkan jumlah gye berkurang


(nilai C(n) adalah negative. Dengan menganbil  menuju nol maka kita dapatkan
persamaan diferensial

dC (n)  bC (n)dn (9.5)

dengan b adalah sebuah konstanta.

Persamaan (9.5) diselesaikan dengan menggunakan syarat awal dan syarat


batas. Syarat awal yang kita gunakan adalah sebelum dicuci, jumlah dye yang
berikatan lemah yang menempel pada pakaian adalah C0. Pada pakaian ada dua
macam ikatan dye, yaitu yang berikatan kuat dan berikatan lemah. Dye yang
berikatan kuat tidak akan lepas akibat pencucian. Hanya dye yang berikatan lemah
yang akan lepas akibat pencucian. Sedangkan syarat batas adalah setelah dicuci
dalam jumlah yang banyak (idealnya tak berhingga kali) maka jumlah diye sama
dengan jumlah dye yang berikatan kuat.

Mari kita selesaikan persamaan (9.5) dengan menggunakan syarat batas ini.
Kita tulis ulang persamaan (9.5) sebagai berikut

dC(n)
 bdn (9.6)
C ( n)

Integral ruas kiri dari C0 sampai C(n) dan ruas kanan dari n = 0 sampai n sembarang
maka diperoleh

C (n) n
dC (n)

C0
C ( n)
 b  dn
0

-54-
C ( n)
ln  bn
C0

C (n)  C0 e bn (9.7)

Ini adalah persamaan peluruhan dye yang berikatan lemah. Jika sudah dilakukan
banyak sekali pencucian (anggap n ) e bn  e   0 sehinga C(n) = 0. Artinya,
setelah dicuci berkali-kali maka jumlah dye yang berikatan lemah menjadi hilang.

Ck + C0
Jumlah total dye, Ck

Ck

Jumlah pencucian, n

Gambar 9.2 Ilustrasi kurva jumlah dye sebagai fungsi jumlah kali pencucian.

Jika jumlah dye yang berikatan kuat kita nyatakan dengan Ck dan
dianggap tidak beubah dengan adanya pencucian maka jumlah total dye pada
pakaian menjadi

Ct (n)  Ck  C (n)

 Ck  C0e bn (9.8)

-55-
Gambar 9.2 adalah kurva jumlah dye sebagai fungsi jumlah kali pencucian. Pada
saat sebelum pencucian jumlah dye maksimum. Pakaian berwarna paling terang
(jelas). Ketika pencucian dilakukan jumlah dye berkurang sehingga pakaian mulai
pudar. Setelah pencucian cukup lama, julah dye menjadi konstan. Pada kondisi ini,
warna pakaian tidak lagi berubah jika dicuci kembali.

Pemudaran pakaian juga terjadi akibat penjemuran. Di sini mekanismenya


buka lepasnya dye, tetapi perubahan struktur kimiawi dye akibat dineiai sinar
matahari. Umunya cahaya ultraviolert yang terkandung dalam sinar matahari dapat
menyebebakan rekasi kimia pada molekul dye sehingga berubah menjadi moleul
lain. Perubahan tersebut disertai dengan hilangnya warna awal. Ingat bahwa warna
merupakan cirri khas suatu molelku. Ketika molekul mengalami reakksi kimia
menjadi molekul lainnya maka warnanya dapat hilang atau berubahy menjadi sama
dengan warna yang dihasilkan molekul baru. Namun, terosi di atas dibangun dengan
asumsi bahwa perubahan warna hanya akibat proses pelunturan yaitu lepasnya dye
yang berikatn lemah saat pakaian dicuci.

-56-
Bab 10
Beda tidur di kasur dan lantai

Siapa pun pasti setuju bahwa tidur di kasur lebih nyaman daripada tidur di
lantai. Tidur di lantai atau perkukaan datar yang keras (seperti panan) menyebabkan
bagian tubuh yang menyentuh lantai merasakan sakit. Sedangkan kalau tidur di
kasur, apalagi kasur yang empuk, tidak menyebabkan ada bagian tubuh yang merasa
sakit. Mengapa demikian? Mari kita diskusikan.

Pertama kita akan jelaskan mengapa bagian tubuh berasakan sakit? Bagian
tubuh merasa sakit karena bagian tersebut menahan tekanan yang besar. Tekanan
adalah gaya per satuan luas, menurut persamaan

F
P (10.1)
A

di mana

P adalah tekanan

F adalah daya

A adalah luas permukaan tempat gaya bekerja.

Ketika kita tidur maka badan kita mendapat gaya normal dari lantai. Besar gaya
normal tersebut sama dengan berat badan kita, yaitu

W  Mg (10.2)

dengan

W adalah berat badan

M adalah massa badan

g adalah percepatan gravitasi bumi 9,82 m/s2.

Gaya inilah yang menyebabkan badan merasa sakit. Dengan demikian, saat tidur,
tekanan yang dirasakan tubuh memenuhi persamaan

-57-
Mg
P (10.3)
A

(a)

(b)

Gambar 10.1 (a) Saat tidur di kasur maka kasur melengkung sesuai dengan bentuk tubuh.
Luas permukaan kontak tubuh dengan kasur sangat besar sehingga tekanan yang dirasakan
tubuh sangat kecil. (b) saat tidur di lantai, hanya bagian tubuh yang menonjol ke bawah yang
kontak langsung dengan lantai. Luas permukaan kontak tubuh dengan lantai sangat kecil
sehingga tekanan yang dirasakan bagian tubuh tersebut sangat besar. Akibatnya bagian
tubuh yang kontak dengan lantai merasakan sakit.

Mari kita bahas apa perbedaan tidur di kasur dan di lantai. Saat kita tidur di
kasur maka bagian kasur melengkung mengikuti lekukan tubuh (lihat Gambar

-58-
10.1(a)). Permukaan kontak kasur dengan tubuh menjadi sangat besar, kira-kira
sama dengan luas permukaan tubuh bagian bawah. Dengan nilai luas kontak yang
besar ini maka tekanan yang dihasilkan pada permukaan tubuh menjadi kecil.
Akibatnya tubuh tidak terlalu merasakan sakit. Sebaliknya, saat kita tidur di lantai
datar maka hanya bagian tubuh yang menonjol ke bawah yang berkontak dengan
lantai. Bagian cekungan tubuh, termasuk yang menghadap ke bawah, tidak
berkontak langsung dengan lantai. Dengan demikian, pada kondisi ini luas
permukaan kontak tubuh dengan lantai menjadi sangat kecil. Dengan mengacu pada
persamaan (10.3) maka tekanan yang dirasakan bagian tubuh tersebut menjadi
sangat besar. Akibatnya, bagian tubuh yang kontak dengan lantai merasakan sakit.

-59-
Bab 11
Kucuran Air Wastafel

Kalian tentu pernah mencuci tangan di wastafel bukan? Mencuci tangan di


wastafel sangat mudah dan praktis. Angkat atau geser kkeran maka air mengucur ke
bawah. Tinggal kcok-kocok tangan pakai sabun atau tanpa sabun. Setelah bersih,
keran ditutup kembali. Selesai deh. Tinggal tangan dikeringkan menggunakan tissue
atau alat pengering tangan. Alat ini biasanya ada di mall. Adakah yang menarik
tentang wstafel? Meengapa kita perlu membicarakan wastafel?

(a) (b)

Gambar 11.1 (a) air yang keluar dari keran wastafel and (b) air yang turun di pancuran.
Keduanya menunjukkan bahwa makin ke bawah penampang air makin kecil.

Yang menarik adalah bentuk kucuran air yang keluar dari wastafel. Tapi
khusus untuk air yang keluarnya tidak menyembur. Coba amati dengan seksama
ketika penampang air yang keluar berbentuk lingkaran seperti pada Gambar 11.1(a).
Apa yang menarik? Makin ke bawah, jari-jari lingkaran air makin kecil. Jari-jari
terbesar diamati ketika air baru keluar dari mulut keran. Makin jauh dari mulut

-60-
keran maka jari-jari kucuran air makin kecil. Perubahan ukuran tersebut dapat
diamati secara seksama jika jarak jatuhnya air cukup jauh?

Perubahan ukuran yang cukup jelas diamati pada pancuran seperti pada
Gambar 11.1(b). Karena air turun cukup tinggi maka penampang air berbeda cukup
jauh dibandingkan dengan pada ujung atas. Sekarang mari kita bahas mengapa
terjadi perubahan ukuran seperti itu.

Kita berangkat dari persamaan Bernoulli untuk fluida yang bergerak.


Dengan menganngap bahwa air yang keluar dari keran atau jatuh di pancuran
memenuhi sifat fluida ideal maka hubungan laju aliran pada perbagai ketinggian
memenuhi hukum Bernoulli

1 2 1
P1  v1  gh1  P2  v22  gh2 (11.1)
2 2

Dengan

P1 adalah tekanan air pada posisi 1

P2 adalah tekanan air pada posisi 2

v1 adalah laju aliran air pada posisi 1

v2 adalah laju aliran air pada posisi 2

h1 adalah keringgian air pada posisi 1

h2 adalah keringgian air pada posisi 2

 adalah massa jenis air

g adalah percepatan gravitasi bumi 9,82 m/s2.

Posisi 1 dan posisi 2 diilustrasikan pada Gambar 11.2.

Mari kita perhatikan kondisi yang ditunjukkan pada Gambar 11.2. Tekanan
yang dialami air selama jatuh selalu sama, yaitu sama dengan tekanan atmosfer.
Dengan demikian P1 = P2 pada pososi mana pun. Persamaan (11.1) menjadi lebih
sederhana sebagai berikut

1 2 1
v1  gh1  v22  gh2
2 2

-61-
atau

v2  v12  2 g (h1  h2 ) (11.2)

Mengingat h2 < h1 maka jelas v2 > v1.

A1

v1

h1
A2

v2 h2

Gambar 11.2 Posisi 1 dan 2 yang dipilih. Kita pilih posisi 1 adalah di mulut keran dan posisi 2
berada di bawahnya.

Selanjutnya kita menggunakan persamaan kontinuitas, yaitu

-62-
A1v1  A2 v2 (11.3)

dengan

A1 adalah luas penampang air pada posisi 1

A2 adalah luas penampang air pada posisi 2

Kita dapat menentukan luas penampang pada posisi 2 sebagai

v1
A2  A1 (11.4)
v2

Substitusi persamaan (11.4) ke dalam persamaan (11.3) maka kita peroleh

v1
A2  A1 (11.5)
v  2 g (h1  h2 )
2
1

Sangat jelas bahwa A2 < A2 yang mebuktikan bahwa luas penampang di posisi 2
makin kecil. Atau makin ke bawah dari mulut keran maka luas penampang cairan
makin kecil.

-63-
Bab 12
Persamaan Fisika di balik
Desain Termometer

Kita sering melihat atau menggunakan termometer sebagai alat ukur suhu.
Termometer raksa yang sering kita gunakan terlihat sangat sederhana. Hanya beupa
pipa kaca yang mengandung raksa di dalamnya. Posisi permukaan raksa dalam
kolom menentukan suhu yang diukur. Makin tinggi suhu yang dikur maka kolom air
raksa makin panjang. Pada dinding kaca terdapat angka-angka yang menandakan
suhu. Angka yang berimpit dengan ujung kolom air raksa merupakan nilai suhu
yang dikur saat itu. Alat ini sangat sederhana. Dan begitu sederhananya, hingga kira
menganggap tidak ada mekanika sains yang menarik di balik itu.

Namun, di balik bentuknya yang sederhana, banyak persamaan-persamaan


fisika yang diperhitungkan dalam medesain termometer tersebut. Beberapa di
antaranya sebagai berikut. Untuk lebih jelas, perhatikan Gambar 12.1.

1) Persamaan konduktivitas panas. Kalor dari benda yang diukur harus dapat
bertukar/berpindah secara cepat dengan raksa di dalam termometer. Kalor dari luar
(jika suhunya lebih tinggi dari suhu raksa) harus berpindah cepat ke dalam dan
memanaskan raksa. Sebaliknya, kalor dari raksa harus segera berpindah keluar (jika
benda yang diukur memiliki suhu lebih rendah). Dengan demikian, raksa dengan
segera mencapai suhu yang sama dengan suhu benda yang diukur. Laju aliran kalor
ditentukan oleh konduktivitas termal kaca dan ketebalan kaca menurut persamaan

Q T
 (12.1)
A x

dengan

Q adalah jumlah kalor yang dipindahkan

A adalah luas penampang tempat kalor mengalir

T adalah perbedaan suhu antara tempat asal kalor dan tempat tujuan kalor

-64-
x adalah ketebalan yang dilewati kalor.

 kondukstivitas termal media yang dilewati kalor.

Pada termometer air raksa, kalor merambat dari luar menembus dinding kaca.
Dengan demikian, kondutivitas termal pada persamaan (12.1) adalah konduktivitas
termal kaca secesar 0,8 W/K m. Makin tipis kaca maka kalor mengalir lebih cepat.
Itu sebabnya dinding kaca termometer sangat tipis. Termometer yang dijual di
pasaran memiliki dinding dengan ketebalan 0,1 mm – 0,15 mm.

Gaya kohesif
lebih kuat

Gambar 12.1 Persamaan fisika yang berperan dalam proses desain termometer.

2) Persamaan pemanasan atau pendinginan. Jika benda menerima kalor atau


melepas kalor maka suhunya bertambah atau berkurang. Besarnya perubahan suhu
berbanding terbalik dengan kalor jenis menurut persamaan

Q
T  (12.2)
mc

dengan

T adalah kenaikan suhu

-65-
Q adalah kalor yang diserap

c adalah kalor jenis

m adalah massa

Pada termometer air raksa, massa di sini adalah massa air raksa dan kalor jenis
adalah kalor jenis air raksa. Dengan kalor jenis yang kecil maka suhu berubah
cukup besar walaupun hanya menerima atau melepas kalor yang sedikit. Akibatnya,
benda tersebut akan cepat mengalami perubahan suhu. Jadi, agar pembacaah suhu
dapat diperoleh lebih cepat maka zat cair di dalam termometer harus memiliki kalor
jenis yang sangat kecil. Kalor jenis raksa hanya 0,140 J/g K. Bandingkan dengan
kalor jenis air 4,186 J/g K (sekitar 30 kali kalor jenis air raksa). Jadi kalau kita
menggunakan air sebagai zat cair dalam termometer maka kita perlu menunggu
sekitar 30 kali lebih lama untuk mendapatkan pembacaan suhu.

3) Persamaan pemuaian termal. Ketika benda mengalami kenaikan suhu maka


benda tersebut memuai. Perubahan volume yang terjadi berbanding lurus dengan
volume mula-mula, dengan perubahan suhu, dan koefieisn muai volume menurut
persamaan

V  V0 T (12.3)

dengan

V adalah perubahan volum

T adalah perubahan suhu

V0 adalah volum mula-mula

 adalah koefisien muai volum

Agar terdeteksi perubahan volum yang cukup besar maka volume mula-mula tidak
boleh terlalu sedikit. Oleh karena itulah dalam termometer terdapat kantong
penyimpanan raksa di dasar termometer. Guna bagian ini adalah untuk
menghasilkan perubahan volum yang signifikan walaupun perubahan suhu tidak
yang dikur terlalu besar. Kalau air raksa hanya tertampung dalam kolom kecil maka
perubahan volum hampir tidak akan term atai sehingga kita sulit mengamati suhu.
Volum raksa dalam kantong di dasar termometer sekitar 0,1 cm3.

-66-
4) Perbedaan koefisien muai termal. Kaca juga memuai ketika mengalami
kenaikan suhu. Namun, pemuaian tersebut tidak boleh menyamai pemuaian raksa
karena akan menyebabkan kolom air raksa hampir tidak mengalami perubahan
panjang. Koefisien muai termak raksa adalah 546  10-6/oC sedangkan kaca adalah
25,5  10-6/oC. Jadi, koefisien muai volum raksa 21 kali koefisien muai kaca.
Dengan demikian dapat kita katakan kaca hampir tidak mengalami pemuaian.

5) Ukuran kolom kecil. Perubahan volume air raksa dalam kantong akan diamati
sebagai kenaikan raksa dalam kolom sebagai indikator suhu. Tinggi kenaikan kolom
air raksa memenuhi persamaan

V V0 T
h  (12.4)
A r 2
dengan

h adalah tinggi kenaikan kolom

A adalah luas penampang kolomh

r adalah jari-jari kolom

Agar kenaikan kolom mudah diamati meskipun perubahan suhu cukup kecil maka
diameter kolom harus sangat kecil. Dengan diamater (luas penampang kolom sangat
kecil) maka perubahan volume yang sedikit pada kantong air raksa (perubahan suku
yang kecil) akan dihasilkan perubahan ketinggian raksa dalam kolom yang mudah
diamati.

6) Efek kapilaritas. Namun, ukuran kolom tidak boleh terlampau kecil karena efek
kapilaritas akan muncul. Jika muncul efek kapilaritas maka perubahan ketinggian
kolom bukan semata-mata akibat pemuaian tetapi juga akibat tegangan permukaan
zat cair. Diameter optimal kolom termometer air raksa sekitar 0,140 mm.

7) Kohesi dan adhesi. Zat cair yang digunakan juga tidak boleh membasahi
dinding kaca agar permukaan kaca selalu bersih meskipun semula dikenai zat cair.
Gaya adhesi antara molekul kaca dengan zat cair harus lebih kecil daripada gaya
kohesi antar molekul zat cair. Dan ini dipenuhi oleh raksa.

Di masa depan mungkin para ahli akan membuat termoeter dari bahan yang
lebih unggul dari kaca, yaitu memiliki konduktivitas termal lebih tinggi dari kaca,

-67-
lebih kuat dari kaca sehingga dinding dapat dibuat lebih tipis, memiliki kapasitas
kalor lebih becil dari kaca, dan memiliki koefisien volum lebih kecil dari kaca. Dan
salah satu kandidat adalah carbon nanotube.

-68-
Bab 13
Menentukan Massa Jenis Zat Cair
tanpa Timbangan dan Gelas Ukur

Massa jenis adalah salah satu sifat khas zat. Massa jenis didefinisikan
sebagai massa per satuan volum. Tiam zat memiliki massa jenis yang khas.
Umumnya zat yang berbeda memiliki massa jenis berbeda. Namun, ada juga bahan
berbeda memiliki massa jenis mirip. Tabel 1 adalah contoh bebrapa zat cair dana
massa jenisnya

Tabel 1 Massa jenis sejumlah zat cair

Zat cair Massa jenis (kg/m3)


Minyak goreng 910 – 930
Minyak kelapa 924
Air pada suhu 4 oC 1.000
Oksigen cair 1.141
gliserol 1.261
raksa 13.546
Asam asetat 1.049
alkohol 785
benzena 874
Oli kendaraan 880 – 940
Air laut 1.230
Susu murni 1.020-1.050

Massa jenis menentukan tekanan yang dihasilkan di dalam cairan. Pada


kedalaman h dari permukaan maka zat caie menghasilkan tekanan sebesar P = gh
di mana  adalah massa jenis, g adalah percapatan gravitasi dan h adalah kedalaman

-69-
diukur dari permukaan zat cair. Tampak di sini bahwa makin besar massa jenis
maka tekanan yang dihasilkan makin besar. Tekanan jenis ini dinamakan tekanan
hidrostatis.

Ada sejumlah cara standar yang dapat digunakan untuk mengukur massa
jenis zat cair. Cara pertama yang umum digunakan adalah menggunakan neraca dan
gelas ukur. Zat cair dengan volume tertentu (berdasarkan pembacaan gelas ukur)
ditimbang massanya (massa total dokurangi massa wadah). Ilustrasinya ditunjukkan
pada Gambar 13.1(a). Dari informasi massa tersebut maka massa jenis zat cair dapat
dihitung dengan persamaan

m
 (13.1)
V

di mana

m adalah massa

V adalah volum

Cara kedua adalah menggunakan pipa betbentuk huruf U. Massa jenis suatu
zat cair dapat ditentukan asalkan kita memiliki satu zat cair lain yang telah diketahui
massa jenisnya (zat cair standar). Namun, syaratnya adalah dua zat cair tersebut
tidak boleh bercampur membentuk larutan. Ketika ditempatkan dalam suatu wadah
maka zat cair tersebut terpisah, satu berada di atas dan satu berada di bawah. Zat
cair yang memiliki massa jenis besar berada di sebelah bawah dan yang bermassa
jenis kecil berada di sebelah atas. Gambar 13.1(b) adalah ilustrasi sejumlah zat cair
tidak bercampur yang memiliki massa jenis berbeda-beda.

Cara pengukuran menggunakan pipa berbentuk huruf U ditunjukkan pada


Gambar 13.1(c). Satu zat cair diisi pada satu kaki pipa dalam julah lebih banyak dan
zat cair lain diisi pada kaki yang lainnya dalam jumlah lebih sedikit. Panjang kolom
zat cair di atas garis batas pertemuan dua zat cair diukur. Dengan mengacu pada
Gammbar 13.1(c) maka persamaan yang berlaku adalah

1h   2 L (13.2)

Namun, tidak semua sekolah memiliki neraca untuk mengukur massa jenis
zat cair. Dan mungkin juga tidak semua sekolah memiliki gelas ukur yang memadai
atau pila U? Kalau begitu bagaimana kita dapat mengukur massa jenis zat cair jika
alat-alat tersebut tidak ada?

-70-
Pada bagian ini saya akan menjelaskan cara nengukur massa jenis zat cair dengan
cara yang sederhana, tanpa membutuhkan neraca, gelas ukur, atau pipa U. Caranya
adalah memanfaatkan hokum-hukum yang berlaku pada zat cair, terumata gaya
angkat Arcihemes.

(a) (b)

(c)
2

1

Gambar 13.1 (a) cara stander mengukur massa jenis zat cair yaitu menggunakan gelas ukur
dan timbangan. (b) aat cair tidak bercampur yang memiliki massa jenis berbeda-beda
[sumber: Wikipedia.com]. (c) cara pengukuran zat cair menggunakan pipa U dengan syarat
ada satu zat cair standar dan zat cair yang akan diukur tidak boleh bercampur dengan zat
cair standar.

-71-
Hukum Archimedes

Hukum Archimedes menyatakan bahwa jika ada benda pada tercelum di


dalam zat cair maka benda tersebut mengalami gaya angkat yang besarnya sama
dengan berat zat cair yang dipindahkan. Misalkan volume bagian benda yang
tercelaup dalam zat cair adalah V, maka massa zat cair yang dipindahkan benda
tersebut adalah

m  c V (13.3)

dengan

c adalah massa jenis zat cair.

Maka berat zat cair yang dipindahkan beda adalah

Wc  mg  c Vg (13.4)

Jadi, gaya angkat acrhimedes yang dialami benda adalah

Fa  c Vg (13.5)

Misalkan sebuah benda ditempatkan di dalam zat cair dam sebagian volume
benda tercelup dan sebagian menonjol di atas pemukaan air. Karena benda diam
maka gaya total arah vertikan yang dialami benda nol. Gaya arah vertikan hanya
berat benda dan gaya angkat Archimedes. Dengan demikian, saat benda diam di
permukaamn air maka berlaku

Fa  Wbenda

atau

Wbenda  c Vg (13.6)

Persamaan (13.6) menyatakan bahwa kita dapat mengetahui berat benda jika

a) Massa jenis zat cair diketahui


b) Volume zat cair yang dipindahkan benda diketahui.

Zat cair yang sangat dikenal massa jenisnya adalah air. Jadi persamaan
(13.6) dapat digunakan sebagai neraca untuk mengukur berat benda yang tidak
tercelup seluruhnya ke dalam air. Yang dikur hanya volume zat cair yang
dipindahkan benda saat benda dicelupkan ke dalam air.

-72-
Bagaimana mengukur volume zat cair yang dipindahkan benda jika kita
tidak memiliki gelas ukur? Kita dapat menggunakanwadah plastik atau gelas yang
berbentuk silinder. Diutamakan yang transparan atau mendekati transparan sehingga
posisi permukaan air dapat diamati secara mudah. Misalkan diameter sisi dalam
wadah adalah d. Masukkan zat caid dalam wadah hingga ketinggian tertentu. Lalu
masukkan benda ke dalam wadah sehingga air terdesak dan permukaannya naik.
Jika naiknya permukaan air adalah h maka volume air yang didesak benda dalah

V  Ah

di mana

A  r 2  d 2 / 4

merupakan luas penampang dalam wadah. Jadi, untuk mengukur volume zat cair
yang dipindahkan benda kitacukup mengukur diameter penampang dalam wadah
dan tinggi naiknya permukaan zat cair.

Kemudian bagaimana mengukur massa benda? Setelah benda tercelup


sebagian dalam air dan diam maka berat benda sama dengan berat air yang
dipindahkan. Jadi

Wb  (  a V ) g

atau

mb g  (  a V ) g

yang menghasilkan

mb   a V (13.7)

di mana

a adalah massa jenis air = 1.000 kg/km3

Jadi, masasa benda persis sama dengan massa sir yang dipindahkan. Massa air yang
dipindahkan sama dengan massa jenis air dikali volume air yang dipindahkan.

Bagaimana cara mengukur massa jenis zat cair lain? Dengan menggunakan
air kita dapat menghitung massa benda tanpa perlu menggunakan neraca. Untuk

-73-
menentukan massa jenis zat cair lain, kita masukkan zat cair tersebut ke dalam gelas
yang sama. Kemudian catat posisi permukaan air. Lalu masukkan benda ke dalam
zat cair tersebut dan catat peningkatan ketinggian permukaan zat cair. Misalkan
peningkat ketinggian adalah hx. maka volume zat cair yang dipindaghan benda
menjadi

Vx  Ahx (13.8)

Gaya angkat Archimedes sama dengan berat zat cair yang dipindahkan benda yaitu

Wx   x Vx g (13.9)

Karena benda diam maka gaya angkat ini sama dengan berat benda sehingga

Wb   x Vx g (13.10)

Dengan mengganti Wb dengan ruas kiri persamaan (13.9) maka kita dapat menulis

 a Vg   x Vx g

a Ahg   x Ahx g

Yang menghasilkan

h
x  a (13.11)
hx

Persamaan (13.33) menyataakn bahwa massa jenis zat cair dapat ditentukan
hanya dengan mengukur kenaikan permukaan air dan kenaikan permukaan zat cair
ketika dicelupkan benda yang sama. Ini adalah persamaan yang sangat sederhana.

Percobaan

Menentukan massa jenis sejumlah zat cair

Tujuan

Menentukan massa jenis sejumlah zat cair tanpa menggunakan neraca dan glas ukur

-74-
Alat/Bahan

a) Air
b) Sejumlah zat cair: minyak goreng, sejumlah jus, susu
c) Gelas atau wadar berbentuk silinder
d) Benda yang terapung dalam zat air dan zat cair yang akan dikur. Benda
tersebut harus dapat masuk ke dalam wadah dan volumenya cukup besar
sehingga zat cair yang dideak cukup banyak dan mudah dikur.
e) Penggaris

Langkah percobaan

1) Masukkan air ke dalam wadah hingga seetengahnya. Tandai psosisi


permukaan air.
2) Masukkan benda terapung dalam wadah, lalu unur ketinggian permukaan
air.
3) Buang air dalam wadah da nisi dengan zat cair yang lain hingga ketinggian
sama dengan ketinggian air semua.
4) Masukkan benda yang sama ke dalam wadah dan ukur petubahan
ketinggain permukaannya
5) Ulangi dua langkah di atas untuk semua jenis zat cair yang lain.
6) Hitung massa jenis zat cair yang digunakan
7) Bandingkan dengan hasil di referensi (kalau ada).

-75-
Bab 14
Permen Kapas

Pernah ada yang bertanya pada saya tentang proses pembuatan permen
kapas. Saya coba rangkum sejumlah persamaan fisika yang melandasi pembentukan
permen kapas. Ternyata rumit juga. Pembuatan permen kapas ditunjukkan pad
Gambar 14.1. Di sekitar bagian yang berputar, di mana di dalamnya gula
dimasukkan, keluar fiber gula yang sangat tipis. Jika di sekitar itu ditempatkan stik
maka fiber gula yang lekuar menempel pada stik. Karena fiber gula seperti benang
tipis dan rinmgan, maka tumbukan fiber gula menyerupai kapas. Oleh karena itulah
permen ini dinamakan permen kapas.

Pembuatan permen kapas dimulai dengan manaskan gula dalam wadah


sehingga mencair. Suhu ketika gula mulai mencair sekitar 72 oC. Gula dimasukkan
ke dalam wadah yang memiliki celah dengan diameter cukup kecil. Celah tersebut
yang akan menjadi tempat keluarnya fiber gula yang nantinya membentuk permen
kapas.

Gambar 14.1 Contoh proses pembuatan permen kapas (jakarta-tourism.go.id)

Wadah yang mengandung gula yang sudah mencair diputar dengan


kecepatan sudut tertentu. Putaran zat cair membetuk permukaan berbentuk parabola.

-76-
Akibatnya, tekanan dalam zat cair di sisi dalam dinding (lihat Gambar 14.2) lebih
besar daripada tekanan atmosfir dan memenuhi persamaan

1
PA  Patm   gula 2 R12 (14.1)
2

dengan

PA adalah tekanan di titik A

Patm adalah tekanan atmosfer

gula adalah massa jenis gula

 adalah kecepatan sudut putaran wadah gula yang aga di tengah

R1 adalah jari-jari sisi dalam wadah gula yang berputar.

d Cairan A B
gula

R1
R2

Gambar 14.2 Sejumlah besaran fisika muncul pada proses pembauatn permen kapas.

Di samping itu, di permukaan luar wadah yang sedang berputar ada lapisan tipis

-77-
udara yang berputar mengikuti putaran wadah. Akibatnya tekanan udara tersebut
sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer (hukum Bernoulli). Tekanan pada
permukaan luar wadah memenuhi persamaa

1
PB  Patm   udara 2 R22 (14.2)
2

dengan

PB adalah tekanan di titik B

udara adalah massa jenis udara

R2 adalah jari-jari sisi luad wadah.

Jadi di sisi dalam dinding wadah terjadi peningkatan tekanan dan di sisi luarnya
terjadi penurunan tekanan. Perbedaan tekanan antara sisi dalam dan sisi luar
menjadi

PAB  PA  PB

1

  2  gula R12   udara R22
2
 (14.3)

Akibat adanya perbedaan tekanan ini maka cairan gula terdorong keluar lubang-
lubang di dinding wadah

Laju aliran massa cairan gula keluar lubang dinding wadah (laju produksi
permen kapas) bergantung pada perbedaan tekanan, viskositas cairan gula, diameter
lubang, dan jumlah lubang. Laju aliran (volume per satuan waktu) memenuhi
persamaan Hagen-Poiseuille sebagai berikut

PAB d 2  gula
w (14.4)
32 gula ( R2  R1 )

dengan

w adalah laju aliran cairan gula melalui celah.

d adalah diamater celah tempat keluar fiber.

gula adalah viskositas cairan gula yang nilainya sekitar 104 poise.

-78-
Perbedaan tekanan bergantung pada kecepatan putaran serta diameter
wadah. Jika kecepatan putar terlampu kecil maka tidak cukup tekanan untuk
mendorong cairan gula keluar dari lubang. Sebaliknya, jika kecapatan putaran
terlampau besar maka cairan yang keluar terputus-putus dan tidak membentuk
kapas-kapas yang panjang. Jadi ada jangkauan kecepatan putaran optimum. Namun,
kalau para Mang penjual permen kapas menggunakan rumus seperti ini mungkin
sudah keburu pingsan sebelum sempat menjual permen kapas. Mereka mendapatkan
nilai optimum hanya berdasarkan coba-coba atau informasi dari pendahulunya.
Tampak di sini bahwa persoalan sederhana kadang menuntut matematika yang
cukup rumut untuk menjelaskan mengapa kejadiannya demikian.

-79-
Bab 15
Efek High Heels pada Kaki

High heels atau sepatu hak tinggi dipandang sebagai aksesoris trend wanita
jaman now. Penampilan seorang wanita dianggap lebih elegan dengan
menggunakan high heels. High heels juga dapat menutup kekurangan tinggi badan
sehingga pemakainya tampak menjadi lebih tinggi. Hingh heels dapat meninggikan
posisi badan hingga di atas 10 cm. Ini tambahan yang cukup signifikan.

Gambar 15.1 Contoh hihg heels (sepatu hak tinggi)

Namun, di samping keindahan yang ditunjukkan, high hells menimbulkan


masalah pada pemakaianya, khususnya jika dipakai cukup lama. High heels
menyebabkan posisi telapak kaki dalam keadaan berdiri. Posisi ini sangat berbeda
dengan posisi telapak kaki ketika mengenakan sandal atau sepatu dengan
permukaan horisontal. Karena posisi telapak kaki pada saat menggunakan high
heels dalal pisisi vertikal atau hampir vertikal maka ruad tulang telapak kaki akan
cepat merasa cape atau sakit. Oleh sebab itu, ppemakah hihg heels harus sering
duduk untuk mengurangi beban tulang telapak kaki.

Pertanyaan yang menarik adalah, bagaimana perbandingan bebab yang


ditahan ruas tulang kaki saat menggunakan sandal/sepatu biasa dan saat
menggunakan high heels? Apakah perbedaannya cukup jauh atau tidak terlalu jauh?

-80-
Di sini kita akan coba bahas secara sederhana dengan menggunakan persamaan
fisika dasar.

Gambar 15.2 adalah foto sinar-X kaki saat menggunakan sandal atau sepatu
biasa. Telapak kaki dalam posisi horisontal. Tampak ruas-ruas tulang kaki yang
ditandai dengan huruf a,b,c, dan d. Ruang ini akan saling melakukan gaya doron
sebagai akibat adanya berat tubuh. Misalnya garis penguhung ruas-ruang ini
membentuk sudut  terhadap arah horisontal. Gaya-gaya yang bekerja pada salah
satu kaki tersebut adalah:

Setengah berat badan, W/2 ke arah bawah. Pusat gaya ini segaris dengan
betis.

Gaya normal oleh lantai pada bagian yang menonjol di sisi depan kaki, N1
ke arah atas

Gaya normal pada tumit, N2, ke arah atas

Gaya F1 searah garis hubung persambingan tulang kaki yang membentuk


sudud  terhadap arah horisontal. Gaya ini adalah gaya internal.

N1 d N2
c
a b

F1

p Pusat
q rotasi
W/2

Gambar 15.2 foto sinar-X kaki saat menggunakan sandal atau sepatu biasa. Telapak kaki
dalam posisi horisontal.

-81-
Gaya-gaya tersebut dihubungkan oleh persamaan keseimbangan gaya
(keseimbangan translasi) dan persamaan keseimbangan momen (keseimbangan
rotasi). Persamaan keseimbangan translasi adalah

W
N1  N 2  (15.1)
2

Untuk mudahnya, kita pilih tumit sebagai titik pusat rotasi. Yang
berkontribusi menghasilkan efek rotasi hanya gaya W/2 dan gaya N1. Gaya N2 tidak
berkontribusi pada rotasi karena berada di titik pusat rotasi. Gaya W/2 dan N1
menghasilkan efek rotasi dalam arah berlawanan. Karena kaki tidak berotasi maka
efek keduanya saling menghilangkan atau besarnya sama. Dengan demikian,
persamaan kesetimbangan rotasi adalah

W
q  pN1 (15.2)
2

dengan

p adalah jarak pusat gaya N1 ke titik pusan rotasi (posisi N2)

q adalah jarak pusat gaya W/2 ke titik pusat rotasi (posisi N2)

Dari persamaan (15.2) kita dapatkan

q
N1  W (15.3)
2p

Dan dari persamaan (15.1) dan (15.3) kita dapatkan

W
N1   N1
2

W  q
 1   (15.4)
2  p

Dengan memperhatikan Gambar 15.2 maka kita dapatkan

F1  N1 cos 

-82-
W  q
 1   cos (15.5)
2  p

Selanjutnya kita analisis gaya pada kaki saat menggunakan high heels.
Gambar 15.2 adalah foto sinar-X kaki saat menggunakan sandal atau sepatu biasa.
Telapak kaki dalam posisi horisontal. Tampak ruas-ruas tulang kaki yang ditandai
dengan huruf a,b,c, dan d. Ruang ini akan saling melakukan gaya dorong sebagai
akibat adanya berat tubuh. Gaya-gaya yang bekerja pada salah satu kaki tersebut
adalah

Setengah berat badan, W/2 ke arah bawah. Pusat gaya ini segaris dengan
betis.

Gaya normal oleh lantai pada bagian yang menonjol di sisi depan kaki, N1
ke arah atas

Gaya normal pada tumit, N2, oleh bagian belakang hihg hells arah agak
miring ke dapan. Gaya ini membentuk sudut  terhadap arah vertikal.

Gaya gesekan ke arah belakang, f, pada bagian depan high heels yang
bersentukan dengan lantai.

Gaya F2 searah garis hubung persambungan tulang kaki. Gaya ini adalah
gaya internal.

Gaya-gaya tersebut juga dihubungkan oleh persamaan keseimbangan gaya


(keseimbangan translasi) dan persamaan keseimbangan momen (keseimbangan
rotasi). Persamaan keseimbangan translasi

W
N1  N 2 cos   (15.6)
2

-83-
N2 N cos 
2
F2

d W
c 2
b
a h
N1


f
Pusat
rotasi r s

Gambar 15.3 foto sinar-X kaki saat menggunakan sepatu high hells. Telapak kaki dalam
posisi mendekati vertikal.

Untuk mudahnya, kita pilih posisi N1 sebagai titik pusat rotasi. Yang
berkontribusi menghasilkan efek rotasi hanya gaya W/2 dan gaya N2. Gaya N1 tidak
berkontribusi pada rotasi karena berada di titik pusat rotasi. Gaya W/2 dan N2
menghasilkan efek rotasi dalam arah berlawanan. Karena kaki tidak berotasi maka
efek keduanya saling menghilangkan atau besarnya sama. Dengan demikian,
persamaan kesetimbangan rotasi adalah

-84-
W
r  LN 2 (15.7)
2

dengan

L adalah jarak pusat gaya N2 ke titik pusan rotasi (posisi N1)

r adalah jarak pusat gaya W/2 ke titik pusat rotasi (posisi N1)

Dari persamaan (15.7) kita dapatkan

r
N2  W (15.8)
2L

Dan dari persamaan (15.6) dan (15.8) kita dapatkan

W
N1   N 2 cos 
2

W  r 
 1  cos   (15.9)
2  L 

Dengan memperhatikan Gambar 15.3 maka kita dapatkan

F2  N1

W r 
 1  cos   (15.10)
2 L 

Sekarang kita memperkirakan nilai gaya F1 dan F2 untuk mendapatkan


gambaran berapa gaya yang ditahan oleh tulang ruas telapak kaki. Dengan mengacu
pada Gambar 15.2 dan berdasarkan data ukuran telapak kaki maka kita dapat
menggunakan nilai perkiraaan berikut ini

  60o

p  12 cm

q  2,5 cm

Dengan demikian dari persamaan (15.5) kita peroleh gaya antar tulang ruas kaki
sekitar

-85-
W  2,5 
F1  1   cos 60  0,2W
o

2  12 

Kemudian dengan mengacu pada Gambar 15.3 dan berdasarkan data ukuran telapak
kaki maka kita dapat menggunakan nilai perkiraaan berikut ini

  60o

r  2 cm

s  6 cm

L 13 cm

Dengan demikian dari persamaan (15.9) kita peroleh gaya antar tulang ruas kaki
sekitar

W 2 o
F2  1  cos 60   0,46W
2  13 

Akhirnya kita dapatkan perbandingkan gaya yang dialami ruas kaki saat
mengenakan high heels dan saat menggunakan sepatu atau sandal datar adalah

F2 0,46W
  2,3
F1 0,2W

Kesimpulannya adalah, dengan menggunakan hihg heels maka tulang


tepalak kaki menagahan gaya sekitar 2,3 kali lebih besar dibandingkan dengan
kalau menggunakan sandal atau sepatu biasa (dasar horisontal). Itulan sebabnya
mengapa menggunakan high heels dapat menyebabkan kaki terasa sakit, apalagi
kalau digunakan dalal waktu cukup lama.

-86-
Bab 16
Elemen Pemanas Digulung

Setrika, ove, solder, pengering rambut, dan beberapa benda lainnya yang
menghasilkan panas jika dihubungkan dengan tegangan listrik PLN memiliki
elemen pemanas di dalamnya. Ketika dihubungkan dengan sumber tegangan listrik,
elemen tersebut menghasilkan panas dan panas yang dihasilkan itulah yang akan
memanaskan ruangan dalam oven, alas setrika, udara yang keluar dari pengering
rambut, dan sebagainya. Laju produksi panas oleh elemen tersebut bergantung pada
besar sumber tegangan listrik yang dihubungkan ke elemen dan hambatan listrik
yang dimiliki elemen. Dua besaran tersebut menentukan daya panas yang dihasilkan
elemen. Makin besar tegangan di mana elemen dihubungkan maka makin besar laju
produksi panas.

Gambar 16.1 Contoh elemen pemanas sejumlah alat

-87-
Kalau ada yang pernah bongkar alat penghasil panas yang kebetulan sudah
rusak maka akan tampak bahwa umumnya elemen pemanas merupakan kawat yang
digulung. Gulungan ada yang sedikit dan ada yang banyak. Khusus teko pemanas
air kita amati jumlah gulungan tidak terlalu banyak. Namun untuk solder dan setrika
kita amati jumlah gulungan sangat banyak. Gambar 16.1 adalah contoh elemen
pemanas sejumlah alat. Pertanyaan menarik adalah mengapa elemen pemanas harus
berupa kawat yang digulung (dililit)? Mengapa bukan kawat lurus saja?

Untuk memahami mengapa elemen pemanas berupa lilitan kawat, mari kita
mulai analisis peristiwa fisis bagaimana elemen tersebut menghasilkan panas.
Elemen pemanas terbuat dari bahan konduktor listrikKonduktor listrik memiliki
hambatan meskipun hambatannya kecil. Makin baik daya hantar maka makin kecil
hambatannya. Elemen pemanas dihubungkan dengan tegangan listrik PLN. Di
Indonesia besar tegangan listrik PLN adalah 220 volt. Negara lain seperti Jepang,
memiliki tegangan listrik “PLN” 100 volt.

Ketika sebuah hambatan listrik R dihubungkan dengan tegangan listrik V


maka dihasilkan panas dengan daya (energi panas per satuan waktu) memenuhi
persamaan

V2
P (16.1)
R

dengan

P adalah daya (energi anas yang dihasilkan per satuan waktu)

V adalah tegangan listrik yang dihubungkan ke hambatan

R nilai hambatan

Jika elemen pemanas berupa kawat homogen yang memiliki panjang L dan
luas penampang A (Gambar 16.2) maka hambatan kawat memenuhi persamaan

L
R (16.2)
A

dengan

 dinamakan hambatan jenis kawat pemanas.

-88-
L
A R
A
L

Gambar 16.2 Hambatan yang dihasilkan sebuah kondutor bergantung pada panjang, luas
penampang dan hambatan jenis

Tampak dari persamaan (16.1) bahwa daya yang dihasilkan berbanding


terbalik dengan hambatan elemen pemanas. jika hambatan ppemanas sangat kecil
maka daya yang dihasilkan menjadi sangat besar. Kawat menjadi sangat panas dan
bisa meleleh seketika. Dengan demikian, agar panas yang dihasilkan tidak
terlampau besar sehingga merusak elemen pemanas maka hambatan elemen
pemanas tidak boleh terlampau kecil.

Dengan memperhatikan persamaan (16.2) maka hambatan elemen pemanas


berbanding lurus dengan panjang kawat elemen. Hambatan jenis konduktor
umumnya sangat kecil. Dengan demikian, agar dihasilkan hambatan R yang cukup
besar maka panjang kawatL harus besar juga. Dan agar kawat yang panjang tersebut
tidak terlampau mengambil tempat maka kawat tersebut digulung. Itulah alasannya
mengapa kawat pemanas umumnya dugulung.

-89-
Bab 17
Mengapa Emas Berwarna Kuning
dan Perak Berwarna Putih?

Kita melihat benda karena adanya cahaya yang dipantulkan benda masuk ke
mana. Warna benda yang terlihat ditentukan oleh spektrum cahaya pantulan benda
yang masuk ke mata kita. Jika spektrum cahaya yang masuk ke mata merupakan
spektrum warna hijau maka benda yang terlihat oleh mata berwarna hijau. Kita
melihat daun-daun berwarna hijau karena spektrum cahaya yang dipantulkan daun
didominasi warna hijau. Kita melihat tepung beras berwarna putih artinya tepung
beras hampir memantulkan semua spektrum cahaya.
Benda yang berbeda memiliki sifat pantulan yang berbeda. Ada benda yang
memantulkan hampir semua cahaya yang jatuh padanya. Benda semacam ini akan
tampak putih oleh mata (semua spektrum masuk ke mata). Ada benda yang
menyerap sebagian spektrum dan mamantulkan sebagian spektrum yang lain.
Warna benda tersebut ditentukan oleh spektrum pantulan yang masuk ke mata.
Kita sudah sangat mengenal bahwa emas berwarna kekuning-kuningan,
perak berwarna putih, tembaga berwarna kekuning-kuningan, dan aluminium
berwarna putih seperti tampak pada Gambar 17.1. Warna tembaga mirip dengan
warna emas dan warna akluminium mirip dengan warna perak. Emas dan perak
digunakan untuk membuat perhiasan, tembaga banyak digunakan sebagai kabel
transmisi listrik, dan aluminium banyak digunakan sebagai bahan bangunan atau
pelapis bagian dalam bungung makanan kering. Mengapa warna emas, perak,
tembaga, dan alumimium seperti itu?
Untuk memahami secara seksama warna benda maka akan sangat baik jika
kita amati spektrum pantulan benda tersebut. Salah satu slat yang digunakan untuk
mengukur spektrum pantulan tersebut adalah UV-Vis spectrometer. Alat ini
merupakan alat standar dalam riset di bidang material atau optik. Gambar 17.2
adalah contoh alat UV-Vis yang sangat lengkap yang dilengkapi dengan komputer
pengolah data. Pada permukaan benda dijatuhkan cahaya putih. Cahaya putih
adalah cahaya yang mengandung semua panjang gelombang dari ungu sampai
merah. Jika cahaya putih jatuh ke permukaan benda maka sebagian spektrum akan
diserap benda dan sebagian dipantulkaan. Jenis spektrum mana yang diserap dan
spektum maka yang dipantulkan bergantung pada jenis benda. Cahaya yang
dipantulkan kmudian masuk ke mata kita. Maka warna benda yang tampak oleh
mata bergantung pada spektrum cahaya pantulan yang masuk ke mata.

-90-
Emas Perak

Tembaga Aluminium

Gambar 17.1 Warna sejumlah logam: Emas berwarna kekuning-kuningan, perak berwarna
putih, tembaga berwarna kekuning-kuningan, dan aluminium berwarna putih.

Gambar 17.2 Contoh alat UV-Vis yang sangat lengkap yang dilengkapi dengan komputer
pengolah data (sumber gambar: Qualitest).

-91-
Mari kita bahas beberapa contoh. Gambar 17.3 (a) memperlihatkan
spektrum pantulan emas, perak, tembaga, dan aluminium. Emas menyerap sangat
kuat cahaya dengan panjang gelombang di bawah 0,5 m yang ditandai dengan
kurva yang sangat rendah pada panjang gelombang tersebut. Panjang gelombang ini
berada pada warna ungu, biru, dan sedikit hijau seperti siilustrasikan pada Gambar
17.3(b). Emas memantulkan hampir sempurna spetrum dengan panjang gelombang
di atas 0,55 m. Spektrum ini berada pada daerah warna kuning dan merah. Ketika
cahaya putih jatuh pada permukaan emas, maka spektrum ungu sampai biru diserap
dan spektrumn kuning sampai merah dipantulkan. Mata akan menangkap warna
kuning sampai merah saja yang dipantulkan permukaan emas sehingga menurut
mata warna emas adalah kuning.

(a)

aluminium

perak tembaga
Daya pantul (%)

emas

Panjang gelombang (m)

(b)

0,4 m 0,5 m 0,6 m 0,7 m

Gambar 17.3 (a) Spektrum pantulan emas, perak, tembaga, dan aluminium. (b) kaitan antara
warna dan panjang gelombang dalam spektrum cahaya.

-92-
Perak menyerap sangat kuat cahaya dengan panjang gelombang di bawah
0,3 m yang ditandai dengan kurva yang sangat rendah pada panjang gelombang
tersebut. Panjang gelombang ini berada pada warna ungu gelombang pendek atau
ultraungu (ultraviolet) seperti siilustrasikan pada Gambar 17.3(b). Perak
memantulkan hampir sempurna spetrum dengan panjang gelombang di atas 0,4 m.
Spektrum ini berada pada daerah warna ungu gelombang panjang dan merah.
Ketika cahaya putih jatuh pada permukaan emas, maka spektrum ultraviolet diserap
dan spektrumn ungu sampai merah dipantulkan. Spektrum ungi smapai merah
adalah spektrum cahaya putih. Dengan demikian mata akan melihat perak sebagai
benda berwarna putih.
Dengan memperhatikan Gambar 17.3(a) spektrum pantulan tembaga mirip
dengan spektrum pantulan emas. Dengan demikian mata melihat warna tembaga
mirip dengan warna emas. Warnanya memang tidak persis sama ditandai dengan
bentuk spektrum yang tidak persis sama.
Aluminium memiliki spektrum yang khas. Semua gelombang dari ungu
sampai merah dipantulkan. Dengan demikian, aluminium emmantulkan cahaya
yang sangat mendekati putih. Mata melihat alumnium sebagai logam yang sangat
putih dibandingkan dengan logam lainnya.

-93-

Anda mungkin juga menyukai