DISUSUN OLEH :
17111024120112
2018
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN
INTERVENSI INOVASI PEMBERIAN POSISI PRONASI UNTUK
MENIINGKATKAN SATURASI OKSIGEN DAN RESPIRATORY RATE
PADA BBLR YANG MENGGUNAKAN VENTILATOR DI RUANG NICU
RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA TAHUN 2018
DISUSUN OLEH :
17111024120112
2018
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
NIM : 17111024120112
Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan orang lain yang saya
akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Purwoningsih Wirahayu,S.Kep
NIM 17111024120112
LEMBAR PERSETUJUAN
DISUSUN OLEH:
17111024120112
Mengetahui
DISUSUN OLEH:
Purwoningsih Wirahayu, S.Kep.
17111024120112
DiseminarkandanDiujikan
Mengetahui,
Ketua
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
Meningkatkan Level Saturasi Oksigen dan Respiratory Rate Pada BBLR yang
Tahun 2018” dengan tepat waktu. Dalam penyusunan KIAN ini penulis banyak
mendapat bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
mengikuti pendidikan.
Samarinda
4. Ibu Ns Dwi Rahma Fitriyani, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Timur.
elektif.
6. Ibu Murti Handayani, SKM, Selaku kepala ruangan PICU/NICU RSUD AW
Sjahranie Samarinda.
Ners.
dukungannya
11. Anak-anak tercinta sebagai buah hati penyejuk mata, Haifa Mujahidah Aulia,
Faizah Nur Aqilah, Zahira Rahima Farhah (Alm), Rais Jawshan Wisan Geni,
Maliki Al Munawar dan Rahima Sadiqoh Nursy yang dari hamil sampai
dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
Penulis
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN
INTERVENSI INOVASI PEMBERIAN POSISI PRONASI UNTUK
MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN DAN RESPIRATORY RATE
PADA BBLR YANG MENGGUNAKAN VENTILATOR DI RUANG NICU
RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA TAHUN 2018
INTISARI
Ventilator digunakan pada bayi baru lahir yang mengalami gangguan pernafasan atau
pada BBLR yang nafasnya tidak adekuat di ruang Neonatus Intensive Care Unit (NICU).
Satu dari tindakan keperawatan yang terapeutik untuk menaikkan saturasi oksigen dan
respiratory rate adalah dengan posisi pronasi. Tindakan ini dipercaya dapat meningkatkan
komplain paru pada bayi BBLR. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
posisi pronasi terhadap peningkatan saturasi oksigen dan respiratory rate pada bayi
BBLR yang menggunakan ventilator di ruang NICU RSUD A.W. Sjahranie Samarinda.
Pengukuran saturasi oksigen dan respiratory rate dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian posisi pronasi. Hasil analisa setelah tiga hari kelolaan diperoleh adanya
perubahan yang signifikan yaitu saturasi semula 96% meningkat menjadi 100%, dan
respiratory rate yang semula 31 x/menit menjadi 48 x/menit. Hal ini menunjukkan bahwa
posisi pronasi efektif digunakan dalam meningkatkan saturasi oksigen dan respiratory
rate pada bayi BBLR yang menggunakan ventilator.
ABSTRACT
Mechanical ventilation is used toward newborn that has respiratory disorder in Neonatal Intensive
Care Unit (NICU).One of therapeutic intervention in order to level up the oxygen’s saturation and
respiratory rate is change the position into prone. This approach is believes as the most effective
way to improve lung complaint. The purpose of this study was to identified the effect of prone
position to oxygen saturations’ level and respiratory rate among infants BBLR who being installed
mechanical ventilation at NICU A.W. Sjahranie General Hospital Samarinda. Analysis of nursing
clinical practice by intervention using prone position to oxygen saturation’s level and respiratory
rate among infant BBLR who being installed mechanical ventilation with observed infant BBLR,
before and after prone position.The result showed significant before prone position oxygen
saturation 96% and respiratory rate 31 x/i, after prone position oxygen saturation 100% and
respiratory rate 48x/i. To be concluded, prone position can be applied to improves oxygen
saturation toward newborns that being installed by mechanic ventilation.
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ........................................................................................ 1
B. PerumusanMasalah ................................................................................ 5
C. TujuanPenelitian .................................................................................... 5
1. TujuanUmum .................................................................................. 5
2. TujuanKhusus ................................................................................. 5
D. ManfaatPenelitian .................................................................................. 6
1. Pengkajian ....................................................................................... 53
3. PerumusanMasalah ......................................................................... 58
6. TindakanKeperawatan..................................................................... 71
7. EvaluasiKeperawatan ...................................................................... 72
A. Pengkajian .............................................................................................. 80
1. IdentitasKlien .................................................................................. 80
2. IdentitasOrangtua ............................................................................ 80
3. KeluhanUtama................................................................................. 81
6. PemeriksaanPenunjang ................................................................... 84
7. Terapi ............................................................................................ 85
8. Genogram ...................................................................................... 86
C. DiagnosaKeperawatan............................................................................ 88
D. IntervensiKeperawatan ........................................................................... 89
E. ImplementasiKeperawatan ..................................................................... 94
F. EvaluasiKeperawatan ............................................................................. 98
B. AnalisaMasalahKeperawatandenganKonsepTerkait
DanKonsepKasusTerkait........................................................................ 108
DanPenelitianTerkait.............................................................................. 113
D. AlternatifPemecahan yang DapatDilakukan .......................................... 115
BAB 5 PENUTUP
DAFTAR TABEL
Tabel2.1 Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC ............................. 62
DAFTAR GAMBAR/SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terdapat beberapa bayi yang terlahir dengan masalah kesehataan yang salah
diperkirakan insidensinya 4-9 juta kasus dari 130 juta kelahiran. Data terakhir
kelahiran hidup.
Sebagian besar kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa
1.000 dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per 1.000 dari usia satu sampai lima
2012). Sampai bulan Oktober tahun 2016, hasil riset Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat bahwa angka kematian bayi (AKB) mencapai 25,5. Artinya,
ada sekitar 25,5 kematian setiap 1.000 bayi yang lahir (BPS, 2016).
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) ini terus dikembangkan antara lain
perawatan atau posisi tubuh yang statis atau telentang saja (Patricia, 2008).
statis atau bertumpuknya sekret (Potter & Perry, 2009). Pada pelaksanaanya
tenang, jarang menangis, dan pernapasan lebih teratur. Posisi ini juga dapat
pneumonia, dan penyakit paru-paru kronis, juga merupakan posisi yang paling
(2010) yang dikutib dari Heimann (2010), meneliti bahwa lebih sering terjadi
darah arteri secara periodik untuk mendeteksi hipoksemia secara berkala dan
pigmentasi kulit, adanya cahaya atau lampu dan variasi antar pengamat, juga
arteri, PCO2, PaO2, SaO2, dan keseimbangan asam basa dengan tingkat
saturasi oksigen yang relatif tidak mahal, tidak menimbulkan rasa nyeri,
diindikasikan dan alat ini berguna dalam mengurangi insiden cedera kepala,
henti jantung, dan kematian (Effendy, 2009). SpO2 digunakan hampir secara
umum dalam manajemen pasien yang dirawat di ICU, NICU, PICU, ruang
sangat dibutuhkan oleh pasien di ruang rawat khusus dan SaO2 90%
merupakan target untuk oksigenasi pasien dengan kondisi kritis. Pulse
AGD pasien dinilai apakah perlu menggunakan mesin ventilator atau tidak.
bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada
paru-paru melalui jalan nafas buatan juga merupakan mesin bantu nafas yang
meningkatkan oksigenasi.
Sahranie Samarinda, pada bulan Juli sampai dengan Desember 2017 pasien
dan pasien BBLR dengan jumlah 40 pasien dan rerata pasien yang dirawat di
ruang bayi menjalani perawatan dengan hari rawat lebih dari lima hari untuk
dikarenakan kondisinya yang masih tidak stabil. Untuk itu perawatan pasien
untuk menulis Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) dengan judul “Analisis
Praktek Klinik Keperawatan Dengan Intervensi Inovasi Pemberian Posisi
B. Perumusan Masalah
Oksigen dan respiratory rate pada bayi BBLR yang Menggunakan Mesin
2018 ?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
pronasi untuk menaikan level saturasi oksigen dan respiratory rate pada
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat berguna bagi penulis, sehingga penulis dapat
Samarinda.
b. Bagi Pengetahuan
dan penelitian.
2. Manfaat Praktis
oksigen dan respiratoryrate akan manfaat dan efek dari posisi pronasi.
b. Bagi Pelayanan Keperawatan
oksigen dan respiratory rate akan manfaat dan efek dari posisi
pronasi.
Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka
respiratory rate.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
a. Pengertian BBLR
indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
ialah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa
Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia kehamilan atau usia gestasi (Wong,
menjadi:
a. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari
2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari
1500 gram.
lowbirth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
1. Faktor ibu
1) Penyakit
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada berat
badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi,
mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Oleh karena itu,
3) Anemia
dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II (Latief et
al., 2007). Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas ibu dan
2012).
4) Keadaan sosial-ekonomi
2. Faktor janin
1) Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada
(Chandra, 2011).
2) Kehamilan ganda/kembar
terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda
dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan monozigotik.
Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan
dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini
memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena
c. Komplikasi BBLR
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang ada hubungannya dengan Bayi
bayi karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang
2) Pneumonia
3) Perdarahan intraventrikular
pada bayi yang berat badannya kurang dari 2 kg dan telah mendapat
40%. Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada umur 3-6 minggu
dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina. Kemudian diikuti oleh
dan lensa. Selanjutnya akan terjadi edema pada retina dan retina dapat
terdiri dari jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan
2010).
5) Hiperbilirubinemia
2010).
2. Konsep Bayi/Neonatus
a. Pengertian Bayi
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan
Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian
hidup bagi bayi mamalia atau binatang menyusui yang baru lahir,
karena dengan begitu dia begitu dia dapat menentukan susu ibu
Refleks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang baru lahir yang
suasana gelap.
Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan
pergerakan akan sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak
mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus
gerak sadar.
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dan telapak
Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam berisi air, ia akan
Refleks ini akan menghilang pada usia empat sampai enam bulan.
Bayi akan menelan banyak air pada air saat itu (Adriana, 2011).
yang tidak lagi ada dalam area penglihatan sesungguhnya masih ada.
belakang kursi,
(Adriana, 2011).
kepuasan saja. Terjadi 3 proses perilaku pada bayi yaitu imitasi, bermain
orang tua dan anak, terlihat dalam pembentukan ansietas terhadap orang
antara lain yaitu dimana Usia 4 bulan, bayi mulai mengences, refleks
Moro, leher tonik dan rooting sudah hilang. Usia 5 bulan, adanya tanda
pertumbuhan gigi, begitu juga dengan berat badan menjadi dua kali lipat
munculnya dua gigi seri di sentral bawah serta bayi mulai dapat
sentral atas serta memperlihatkan pola teratur dalam pola eliminasi urine
motorik kasar dan motorik halus. Dimana motorik kasar terdiri dari,
mempertahankan kepala tetap tegak dan kuat, duduk dengan lebih lama
permukaan serta menahan berat badan pada satu tangan. Selain itu ketika
lurus, ketika dipegang dalam posisi berdiri bayi menahan hampir semua
2011).
posisi berdiri, bayi berusaha melonjak dengan aktif. Di usia 8 bulan bayi
duduk mantap tanpa ditopang dan menahan berat badan pada kedus
dengan menarik pada tali dan berusaha untuk tetap meraih mainan yang
suara mendekut dan bercampur huruf konsonan dan tertawa keras, mulai
suku kata seperti dada, namun tidak ada maksud di dalamnya (Adriana,
2011).
kepada orang tua. Kelekatan orang tua dan anak yang dimulai sebelum
2008).
c. Pengertian Neonatus
Pengertian neonatus atau bayi baru lahir yang berusia 0-28 hari (WHO).
Di usia ini neonatus sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit, gangguan
dan masalah, sehingga perlu mendapat perhatian dan penanganan serius. Maka
tak perlu heran sesaat setelah bayi lahir perlu pemeriksaan secara khusus.
Pemeriksaan head to toe pada bayi sangat penting untuk mengetahui apakah bayi
sehat atau mengalami gangguan, sehingga lebih cepat penanganannya dan dapat
Sejak bayi berumur 0 bulan, dengan berat badan lahir normal 2500 gr atau
2,5 kg akan terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan berat badan yakni bisa
mencapai 5,7 kg hingga usia 1 bulan. Sedangkan panjang badan bisa mencapai
56,8 cm untuk bayi laki-kaki. Sedangkan bayi perempuan berat badan (bb) sekitar
5,5 kg danpanjang badan (pb) sekitar 57,6 cm bagi bayi yang normal.
anggota gerak tangan dankaki bergerak aktif (motorik kasar). Sedangkan motorik
halus anak pun sudah mampu tumbuh dengan baik seperti menoleh ke kiri dan
sensorik bayi juga mulai berkembang, seperti menatap wajah ibu saatdiberi ASI
atau seakan memperhatikan ketika diajak bicara oleh ayah dan ibunya serta
orang-orang yang berada di sekitarnya, dan melirik benda yang ada di kiri dan
kanannya, serta mulai tersenyum kepada ayah dan bunda serta orang-orang yang
berada di sekelilingnya. Selain itu ia juga sudah merasa bosan dengan keadaan di
dan tingkah laku yang rewel. Si kecil juga mulai mengeluarkan suara seperti
oksigenasi yang lebih adekuat dan memfasilitasi tidur yang tenang, jarang
menangis, dan pernapasan lebih teratur. Posisi ini juga dapat mengurangi
penyakit paru-paru kronis, juga merupakan posisi yang paling cepat dalam
dikutib dari Heimann (2010), meneliti bahwa lebih sering terjadi serangan
c. Indikasi
4.Saturasi Oksigen
oleh hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang
(Hidayat, 2007). Pada sekitar 90% (nilai bervariasi sesuai dengan konteks
10 kPa. Saturasi oksigen atau oksigen terlarut (DO) adalah ukuran relatif
dari jumlah oksigen yang terlarut atau dibawa dalam media tertentu. Hal ini
dapat diukur dengan probe oksigen terlarut seperti sensor oksigen atau
antara lain :
1). Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan
2). Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak
4). Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat
oksimetri nadi yang secara luas dinilai sebagai salah satu kemajuan
adalah oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode pengemisi cahaya
(satu cahaya merah dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe,
melewati pembuluh darah, biasanya pada ujung jari atau daun telinga,
saturasi :
b. Proses Oksigenasi
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan
sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan,
diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada
keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam
proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi (Guyton, 2005).
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks
yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama
dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat. Udara yang masuk dan
keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan, yang keluarnya dari medulla
(725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk
2.Perfusi Paru
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan
oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
3. Difusi
aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam
alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi
alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60
halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada
c. Terapi Oksigen
yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada
2007 ). Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
melalui saluran pernafasan dengan alat agar kebutuhan oksigen dalam tubuh
a. Pasien hipoksia
a. Pasien asfiksia
c. Pasien Takipnu
d. Pasien Febris
e. Pasien BBLR.
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b.Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala,
Untuk cara pemberian oksigen bermacam- macam seperti dibawah ini (Potter,
2010):
a. Melalui inkubator
b. Head box
c). Skor > 6 (Distres pernapasan berat dan diperlukan analisis gas darah)
c). Distres pernapasan berat perlu untuk dilakukan intubasi dan penggunaan
ventilator
dan menyediakan oksigen hangat dan dilembabkan. Bayi dalam headbox harus
terus dikaji dan dilakukan observasi pada setiap jam. pengawasan tersebut
1. Situasi klinis.
Bayi yang membutuhkan oksigen 40% atau lebih akan diberikan melalui
head box karena hasilnya lebih optimal. Aturan pemberian oksigen dengan head
1. Saturasi oksigen
2. Denyut jantung
10. Memeriksa suhu bayi per jam selama empat jam atau sampai stabil.
rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, dan paru. Laring
melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli dan erat hubungannya dengan
menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh, akan tetapi sebagian besar
udara, hal ini disebabkan oleh sel-sel yang letaknya sangat jauh dari
pernafasan terdiri dari beberapa langkah dan terdapat peranan yang sangat
kardiovaskular.
oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
oksigen 100 mmHg dimana pada tingkat ini hemoglobinnya 95% (Pearce,
2002).
terjadi akibat perubahan besar kecilnya rongga dada, rongga perut, dan
otot-otot pernafasan, yaitu otot antara tulang rusuk dan otot pernafasan
tersebut (Kus Irianto, 2008). Maka dari itu pernafasan dapat dibedakan
1. Pernafasan Dada
tekanan udara luar. Dalam keadaan demikian udara luar dapat masuk
2. Pernafasan Perut.
b. Fisiologi Pernafasan
walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut
2. Difusi dalam alveoli untuk menghasilkan darah (Guyton & Hall, 2008).
selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru normal
3. Perfusi
c. Otot-otot Pernafasan
sendiri terdiri dari costae dan otot, difragma serta pleura. Dinding dada
atau dinding thoraks dibentuk oleh tulang, otot, serta kulit. Tulang
thoracalis (12 buah), sternum , clavicula dan scapula. Sementara itu, otot
d. Musculus subclavius
c. Musculus sternalis
menjadi otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot untuk ekspirasi
tambahan.
c. Otot diafragma.
a. Musculus sternocleidomastoideus
b. Musculus scalenus anterior
diperlukan kegiatan otot, cukup dengan daya elastis paru saja udara di
menyanyi, batuk, bersin, dan untuk mengedan saat buang air besar serta
saat persalinan.
d. Mekanisme Pernafasan
teratur, berirama dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak reflek yang 13
terjadi pada otot-otot pernapasan. Reflek bernapas ini diatur oeh pusat pernapasan
berarti bahwa reflek napas juga di bawah pengaruh korteks serebri. Pusat
A. Inspirasi
rongga dada, dan otot-otot dalam keadaan mengendur. Bila otot diafragma
otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga tulang rusuk terangkat. Keadaan
B. Ekspirasi
Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk
arah rongga dada lagi, dan tulang rusuk akan 14 kembali ke posisi semula.
Kedua hal tersebut menyebabkan rongga dada mengecil, sehingga udara dalam
mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan
berfungsi sebagai tempat lintasan dan tampat pertukaran gas yang diperlukan
untuk proses pernapasan. Saluran ini berpangkal pada hidung atau mulut dan
Saat proses pernafasan terjadi, oksigen masuk melalui trakea dan pipa
oksigen 10 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.
Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara berlangsung di
aliran udara timbal balik (pernafasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari
alveoli ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama berlaku pada
gas dan uap yang terhidup paru-paru yang merupakan jalur masuk terpenting
mekanisme pergerakan udara masuk dan keluar dari paru disebut ventilasi.
mundur dan mempunyai dua komponen penting yaitu volume elastis paru
itu sendiri dan dinding yang mengelilingi paru. Dinding tersebut terdiri
dari rangka, jaringan rangka thoraks, diafragma, isi abdomen serta dinding
dibantu oleh otot-otot yang dapat mengangkat tulang iga dan sternum
merupakan otot utama yang ikut berperan dalam peningkatan volume paru
demikian reflek ini mencegah terjadinya over harus turun dari nilai
g. Anatomi Paru
Paru-paru merupakan organ pernafasan yang dibentuk oleh
limfe dan kelenjar limfe (Guyton & Hall, 2008). Struktur paru-paru
seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat
kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip
sarang tawon. Alveolus berselaput tipis dan terdapat banyak muara kapiler
bagian yaitu paru kanan yang terdiri dari tiga lobus sedangkan paru kiri
terdiri dari dua lobus. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa sub
paru-paru, esofagus, bagian dari trakea dan bronkhus, serta kelenjar timus
(Anonim, 2015), pleura adalah lapisan tisu tipis yang menutupi paru-paru
pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis melapisi toraks atau
rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi paru- paru. Kedua pleura
ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara
kedua pleura ini yaitu 20 pleura viseralis bagian permukaan luarnya terdiri
dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 μm.
a. Pengertian Ventilator
ventilasi mekanik ini dan juga beberapa kriteria pasien yang perlu untuk segera di
pasang ventilator.
Gagal nafas, henti nafas (apnea) maupun hipoksemia yang tidak teratasi
2. Insufiensi Jantung
3. Disfungsi neurologis.
kranial.
4. Tindakan operasi
sangat membentu dengan alat ini. Resiko terjadinya gagal nafas selama
2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg
3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
ruangan unit perawatan kritis. Prinsip dasar ventilator ini adalah siklusnya
berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
tidal yang konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien
dewasa dengan gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan
yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan
ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada tipe ini adalah tidak ada
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang status parunya tidak stabil penggunaan ventilator tipe ini
gangguan pada luas lapang paru (atelektasis, edema paru) enis ini sangat
dianjurkan.
Prinsip kerja dari ventilator tipe ini adlah siklusnya berdasarkan waktu
I : E ( inspirasi : ekspirasi ) 1 :2
lebih dari yang telah di set pada ventilator. Namun pada mode kontrol
respiratory rate (RR) di set 10, maka setiap 6 detik ventilator akan
udara positif.
Peningkatan frekuensi pernafasan pada bayi juga bisa dikarenakan adanya
trigger nafas dari bayi yang berusaha bernafas spontan tanpa bergantung pada
ventilator. Hal ini mengindikasikan adanya usaha bernafas yang baik pada bayi
Jika ventilator tidak disuport batere, maka pernafasan pasien menggunakan alat
manual.
B. Konsep Keperawatan
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
pertengahan tahun 1970-an, Bloch (1974), Roy (1975), Mundinger dan Jauron
normal, jika kesehatan yang optimal tidak dapat tercapai, proses keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di
mempengaruhinya.
diberikan.
mulai dari tingkat sistem, organ, sel, dan molekul/ gen. Indikator imunitas
a. Identitas klien
Identitas pasien meliputi nama, umur, berat badan, dan jenis kelamin,
alamat rumah, tanggal lahir dan identitas orang tua.
b. Riwayat penyakit
dll), apakah anak menggigil, gelisa atau letargi, upaya yang harus
di lakukan.
2) Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu
dalam hal ini orang tua. Apakah dalam keluarga pernah memiliki
c. Pemeriksaan fisik
1) Pola pengkajian
c) Pola eliminasi
3. Perumusan masalah
4. Diagnosis keperawatan
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
yang ditemukan.
di lakukan intervensi.
aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul atau timbul karena
kehidupan.
kebutuhan metabolik.
Faktor yang berhubungan
organismepatogenik.
Eksternal :
BB yang ekstrim
Stratum korneum imatur
5. Intervensi keperawatan
seseorang yang ada dan timbul relevan dengan situasi yang dihadapi
Tabel 2.2
Diagnosa Keperawatan Pada Klien Dengan BBLR Berdasarkan
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
4.11 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
4.12 Monitor hitung
granulosit, WBC
4.13 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4.14 Batasi pengunjung
4.15 Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
4.16 Pertahankan teknik
isolasi k/p
4.17 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
4.18 Inspeksi kondisi luka
/ insisi bedah
4.19 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
4.20 Dorong masukan
cairan
4.21 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
4.22 Ajarkan dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
4.23 Ajarkan cara
menghindari infeksi
4.24 Laporkan kecurigaan
infeksi
Faktor yang
berhubungan
a. usia yang
ekstrem
b. Fluktuasi suhu
lingkungan
c. Penyakit
d.Trauma
2= Sedikit Adekuat
3= Cukup Adekuat
5= Sepenuhnya Adekuat
Tabel 2.3
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Gangguan
ventilasi spontan
berhubungan
dengan keletihan
otot pernafasan
(00033)
6. Tindakan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
a. Tahap 1 : persiapan
b. Tahap 2 : intervensi
c. Tahap 3 : dokumentasi
keperawatan.
7. Evaluasi Keperawatan
atau kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini
8. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak
yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
a. Komunikasi
b. Tagihan financial
c. Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus
d. Pengkajian
e. Pemantauan
ketepatan perawatan.
f. Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri
kepada pasien.
g. Riset
faktor-faktor tertentu.
1. Pengertian
yang tenang, jarang menangis, dan pernapasan lebih teratur. Posisi ini
2. Tujuan
3. Pelaksanaan
1) Monitor
2) Pulse Oksimetri
3) Sarung tangan
b. Prosedur
pertanyaan.
6) Lihat KU pasien
menyenangkan
10) Kaji
a) Sianosis.
b) Suhu tubuh
c) Saturasi oksigen
d) Respiratory Rate
e) Adanya sekret
pronasi terhadap nilai saturasi oksigen dan frekuensi pernafasan bayi yang
menggunakan ventilator.
Riqyah Putri tahun 2016. Hasil dari penelitian didapat bahwa adanya
penurunan residu lambung pada bayi yang dilakukan posisi pronasi dan
terjadi peningkatan berat badan pada bayi BBLR yang diberi posisi
tersebut.
BAB III
A. Pengkajian
1. Identitas klien
DOB 26 Desember 2017, berat badan 1700 gram, dengan nomor register
dengan SC.
Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah tangga.
3. Keluhan Utama
SaO2 93%
4. Data Khusus
N = 154 x/mnt
Fluid :
drip Ca Glukonas 5 cc
5. Penentuan Head To Toe
telapak kaki.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Tanggal 28 Desember 2017
Elektrolit
Kalium 6,3 mmol/L 3,6 - 5,5
Natrium 133 mmol/L 135-155 - 108
Chloride 105 mmol/L 98 - 108
(Sumber : Data primer Ruang NICU 2017)
FiO2 85 % 21-100
Temp 36,8 C 36-37
HCO3 18,4 Meq/L 22-26
Beecf -11,4 -2 sd +2
Beb -10,5 -2 sd +2
(Sumber : Data primer Ruang NICU 2017)
Klinis: BBLR
7. Terapi :
b) Injeksi :
c) Oral :
b) Injeksi :
c) Oral :
8. Genogram Keluarga :
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Klien
B. Analisa Data
Etiologi
Tanggal Data Masalah
1 05/01/2018 DS : (-) Keletihan Gangguan
DO : otot ventilasi
a. Ps memakai O2 via pernafasan spontan
ventilator mode P A/C
Rate : 60
auto FiO2:21%
Pip :12
SaO2 97
Peep : 7
b. TTV : HR : 150x/menit
RR : 25-30x/menit
T : 36 C
2 05/01/2018 DS : (-) Resiko
DO : thermoregula
a. Ps menggunakan si inefektif
inkubator dengan
b. SB : 36 faktor resiko
c. Tampak motled/bercak2 fluktuasi
di badan (kutis suhu tubuh
marmorata)
d. Suhu badan naik turun
kadang –kadang febris
38 C-40C
e. Akral pasien hangat
3 05/01/2018 DS: (-) Obstruksi Bersihan
DO: jalan nafas, jalan nafas
a. Banyak mukus dan sekresi kekentalan tidak efektif
b. Pasien hypersaliva sekresi
c. Suara paru ronkhi
d. RR : 25x/menit
4 05/01/2018 DS: (-) Resiko
DO: infeksi
a. ps terpasang ett dengan
b.ps terpasang Ogt, pada area faktor resiko
plester ada kemerahan prosedur
c.ps terpasang iv line di invasif
kaki kanan, pada area
infus ada tanda kemerahan
d. leukosit tgl 30/12/2017
adalah 16.310/uL
5 05/01/2018 DS: Orang tua mengatakan Perubahan Ansietas
“Saya merasa khawatir besar (status
terhadap kondisi anak kesehatan),
saya yang baru 4 hari fungsi peran
sdh kritis dan dipasang dan
banyak alat2” lingkungan
DO: - Orang tua tampak
sangat khawatir dan
selalu bertanya
mengenai kondisi
anaknya
- Orang tua tampak
senantiasa
mendampingi dan
merawat anaknya
C. Diagnosa Keperawatan
pernafasan
Keterangan Skala :
6 = Berat
7 = Cukup berat
8 = Sedang
9 = Ringan
5 =Tidak ada
Keterangan skala:
1= Tidak Adekuat
2= Sedikit Adekuat
3= Cukup Adekuat
4= Sebagian besar
Adekuat
5= Sepenuhnya
Adekuat
Keterangan skala :
1=Tidak pernah
dilakukan
2=Jarang dilakukan
3=Kadang-kadang
dilakukan
4=Sering dilakukan
5=Dilakukan secara
konsisten
1 = Penyimpangan
ekstrim dari
kisaran normal
2 = Penyimpangan
substansial
3 = Penyimpangan
moderat
4 = Penyimpangan
ringan
5 = Tidak ada
penyimpangan dari
kisaran normal
E. Implementasi Keperawatan
DX
05/01/2018
b. Pasien terpasang
ventilator Mode
P A/C
c. RR : 30x/menit
b. Orang tua
tampak gelisah
c.Monitor
ventilator stabil
d. Pada gambar
monitor banyak
triger atau nafas
spontan pasien
Setelah tindakan
pasien tenang dan
langsung tertidur
HR : 153x/menit
RR : 35x/menit
SB : 36,5 C
SaO2 : 100%
b. Saturasi 100%
c. O2 via ventilator
Mode P A/C
b. Tidak ada
tanda-tanda
sianosis
c.SaO2 100 %
d. T : 36,5
e.RR : 31 x/menit
b. SB : 36,5 C
07/01/2018
b. SaO2 100%
c. RR 30x/menit
C PAP
b. SaO2 100%
Seksama
a. SaO2 100%
b. SB : 36,5 C
F. Evaluasi Keperawatan
Jumat I S : (-)
Jumat II S : (-)
05 Januari O:
2018 a. Pasien stabil
b. TTV : SaO2 : 100%
RR :31x/menit
SB : 36,5 C
HR : 120x/menit
Sesudah (3)
Sesudah (3)
O: a. T : 36.5 C
c.Terpasang Ett
d.Terpasang Ogt
A Masalah resiko terjadinya infeksi
tidakterjadi
Indikator :
a. Kemerahan
b. Demam
Sesudah (5)
Sesudah (5)
05 Januari V S : (-)
2018
O : a. SB : 36,5 C
Sabtu, I S : (-)
06 Januari O:
2018 a. Pasien stabil
b. TTV : SaO2 : 100%
RR :31x/menit
SB : 36,5 C
HR : 120x/menit
Sesudah (4)
Sesudah (4)
2018
O:
- T : 36.5 C
- Terpasang Infus pada tangan kanan
b. Permukaan
c. Demam
Sesudah (5)
Sabtu, V S : (-)
06 Januari
2018 O : a. SB : 36,5 C
b. Pasien tidak sianosis
Minggu, I S : (-)
07 Januari
Minggu, II S : (-)
07 Januari
O:
2018 a. Pasien stabil
b. TTV : SaO2 : 100%
RR :31x/menit
SB : 36,5 C
HR : 120x/menit
Sesudah (4)
Sesudah (4)
2018
O:
a. Kemerahan
b. Demam
Sesudah (5)
Sesudah (5)
Minggu, V S : (-)
07 Januari
2018
O : a. SB : 36,5 C
G. Implementasi Inovasi
RR :
50x/menit
d.Tanda-tanda
dyspnea tidak
ada
e.Mukus dan
sekret
berkurang
d.RR : 31x/menit
BAB IV
ANALISA SITUASI
A. P ROFIL L AHAN P RAKTIK
Sakit Umum Daerah A.Wahab Sjahranie sebagai Top Referal Dan sebagai
januari 2014. RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda saat ini sebagai
B E NTU K P E LA YA N A N U T A M A BE RU PA PE LA YA N A N P E ND E RI TA Y A N G
M E N GA LA M I KE A D A A N GA W A T D A RU R A T , TE TA PI D A PA T JU G A M E LA Y A NI
KA SU S P E N YA K IT NY A , D E NG A N T U JU A N TE RC A PA INY A K E SE H A TA N P A D A
P E ND E RI TA GA W A T D A RU RA T YA NG OP TI MA L , TE RA R A H D A N TE R PA D U
D E NG A N F O KU S U TA M A A D A LA H ME NC E GA H KE MA T IA N D A N KE C A C A T A N ,
M E L A KU KA N SI STE M RU J U KA N D A N PE NA NG GU LA N G A N K O RB A N BE NC A NA .
U N T U K B A Y I Y A N G M E M E RL UK AN PE N GO B AT A N DA N PE R AW AT AN
KE GA G A L A N OR G A N - OR G AN V I T AL . B AYI YA NG H AR US DI R AW AT
PE R N A F A S A N A KU T , KE CE L A KA AN B E R AT , K OM PL I K AS I D AN
KE L A I N A N F U N G S I O RG A N .
pernafasan
menyokong pernafasan.
Definisi :Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan
terhadap tindakan.
patogenik.
Eksternal :
BB yang ekstrim
ada pada teori dialami oleh klien tersebut. Masalah keperawatan yang
pernafasan.
terdapat pada diagnosa teori, sedangkan diagnosa teori ada yang tidak penulis
angkat pada diagnosa keperawatan By. Ny. L, seperti ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, karena pasien sudah mendapat asupan
nutrisi berupa ASI, reflek hisap pasien baik, juga berat badan bertambah
kognitif, hal ini dikarenakan orang tua pasien sudah mengerti tentang
terhadap bayi BBLR, karena pada prinsipnya semakin sakit dan kecil berat
perlu dukungan orang tua yang lebih besar. Pada By.Ny. L saat penulis
bayi yang BBLR agak mengerti, karena sebelumnya memiliki bayi BBLR
atau memindahkan posisi bayi atau dengan perlahan lahan dalam mengganti
telah dibuat. Pada pelaksanaan tidak ditemukan kendala yang berarti, hal ini
dan stabil selama 3 hari perawatan, pada diagnosa ini teratasi sebagian. Hal
lebih rileks dan tenang meskipun dilakukan mobilisasi (posisi pronasi). Dan
tua dan keluarga, orang tua dan keluarga menjadi tenang dan ekspresi wajah
yaitu resiko infeksi, selama 3 hari perawatan tidak terdapat tanda-tanda infeksi,
meningkatkan berat badan pada pasien BBLR. Pada bayi yang dirawat dalam
inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur harus
diangkat dan posisi bayi dapat dibalik pada sisi kanan atau bayi di
intervensi ini (posisi pronasi) didapatkan hasil yang signifikan pada bayi BBLR
respiratory rate.
Tabel 4.1
Tabel Observasi Tindakan Perawatan Pemberian Posisi Pronasi Untuk
Meningkatkan Saturasi Oksigen dan Respiratory Rate Pada
Bayi BBLR yang menggunakan Ventilator
posisi pronasi adalah dengan melakukan posisi lateral dekstra atau posisi
miring kanan, karena posisi ini sangat baik bagi BBLR dimana posisi ini
Tidur dalam posisi ke kanan dapat mengistirahatkan otak kiri. Dengan tidur
posisi miring ke kanan saat tidur dapat membuat darah terdistribusi secara
cairan empedu meningkat. Hal ini dapat mencegah batu kantung empedu.
tidur, dan praktek tidur yang baik. Islam menganggap tidur sebagai salah
“D A N D I A NT A R A T A ND A - TA ND A -N YA A D A LA H A ND A TID U R MA LA M D A N
SI A N G H A RI D A N U SA H A MU ME N C A RI SE BA G IA N D A RI K A RU N IA -N Y A ,
SE SU N G GU H N YA D A LA M T A ND A - TA ND A B A GI O R A N G - O RA N G YA NG
“A P A B I LA KA M U HENDAK T ID U R M A KA BE RW U D H U L A H ( D E N GA N
SE M P U RNA ) SE P E RT I KA MU BE RW U D H U U N TU K SH O LA T , KE MU D I A N
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada analisa hasil analisis praktik klinik keperawatan pada By. Ny. L,
diagnosa resiko infeksi tidak terjadi, dan pada diagnosa bersihan jalan
saturasi oksigen dan respiratory rate pada By. Ny. L, dengan BBLR
rate. Hal ini dibuktikan dengan pada saat pengkajian pasien menggunakan
ventilator dan ketika posisi supinasi saturasi oksigen 96% dan respiratory
rate 31x/menit sedangkan pada saat posisi pronasi saturasioksigen
B. Saran
Dalam analisis ini ada beberapa saran yang disampaikan yang kiranya
1) Bidang keperawatan
hal ini.
2) Bidang Diklit
3) Perawat
Perawat hendaknya inovatif dengan meningkatkan kapasitas dirinya
dengan berinovasi pada terapi modalitas dan tidak terpaku pada tindakan
efek dari posisi pronasi untuk meningkatkan level saturasi oksigen dan
5) Institusi Pendidikan
atau efek dari posisi pronasi untuk meningkatkan level saturasi oksigen
KIB : 992510
No Skoring
Respiratory
2 25x/mnt 31x/mnt 25x/mnt 50x/mnt 31x/mnt 48x/mnt
rate
A. Data Pribadi
Nama : Purwoningsih Wirahayu
Tempat, tgl lahir : Samarinda, 17 April 1980
Alamat/Asal : Jln. Cendana Gg 16 No 48 Samarinda
Samarindas
Alamat di Samarinda : Jln. Cendana Gg 16 No 48 Samarinda
B. Riwayat Pendidikan :
Pendidikan formal
Tamat SD tahun : 1992 di SDN 001 Cendana Samarinda
Tamat SMP tahun : 1995 di SMPN 1 Samarinda
Tamat SMA tahun : 1998 di SMAN1 Samarinda
Diploma III : 2001 di AKPER PEMPROP KALTIM
i
PEMBERIAN POSISI PRONASI UNTUK
MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN DAN
RESPIRATORY RATE PADA BBLR YANG
MENGGUNAKAN VENTILATOR
UNIVERSITAS
MUHAMADIYAH
KALIMANTAN TIMUR No Dokumen No Revisi Halaman
Purwoningsih Wirahayu
ii
a. Alat dan Bahan
1) Monitor
2) Pulse Oksimetri
3) Sarung tangan
b. Prosedur
PROSEDUR 1) Berikan salam, perkenalkan diri dan identifikasi klien
dengan memeriksa identitas klien dengan cermat
2) Jelaskan prosedur pada klien dan berikan kesempatan
kepada klien atau keluarga klien untuk bertanya dan
menjawab seluruh pertanyaan.
3) Siapkan peralatan yang diperlukan
4) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
5) Catat dan monitor TTV pasien di layar monitor
6) Lihat KU pasien
7) Suction lendir bila ada
8) Catat dan monitor pasien pada layar ventilator
9) Posisikan klien dengan posisi pronasi dengan posisi
yang menyenangkan
10) Kaji
a) Sianosis.
b) Suhu tubuh
c) Saturasi oksigen
d) Respiratory Rate
e) Adanya sekret
11) Catat hasil dan dokumentasikan
12) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
iii
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR No.Dokumen :
Tujuan
Umum___________________________________________________________
rate __
iv
Tujuan
Khusus__________________________________________________________
Pengertian
Posisi pronasi adalah posisi dimana pasien tidur dengan telungkup berbaring
dengan wajah menghadap ke bantal, atau posisi klien berbaring di atas abdomen
dengan posisi kepala menoleh ke samping (Hwang, 2010).
__________________________________________________________________
______
Indikasi___________________________________________________________
______
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
Nama Mahasiswa :
Pengkajian
v
4. Kaji kesiapan klien
7. Mencuci tangan
8. Mempersiapkan alat :
1) Monitor
2) Pulse Oksimetri
3) Sarung tangan
4) Bolpoin dan penggaris
Fase Orientasi
Fase Kerja
vi
20 Kaji adanya tanda-tanda :
a) Sianosis.
b) Suhu tubuh
c) Saturasi oksigen
d) Respiratory Rate
e) Adanya sekret
21. Catat hasil dan dokumentasikan
Fase Terminasi
Evaluasi
vii
27. Evaluasi diri perawat
Dokumentasi
viii
DAFTAR PUSTAKA
Chen, L, Minghua, dkk (2010). High and Low Oxygen Saturation and
severe Retinopathy Prematurity : meta-analisys Journal of The American
Academy of Pediatric.
Gomella LG, Cunningham MD, Eyal EG, Zenk KE. (2009). Neonatology,
Managament, Procedures,On-call problems, Disease, and Drugs 6thedition. New
York : McGraw Hill.
Heimann, K, dkk, (2010), Impact of Skin to Skin Care, Prone and Supine
Positioning on Cardiorespiratory Parameters, ProQuest.
ix
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta diakses dari diglib.ui.ac.id pada tanggal 1
Desember 2014.
x
Suryono, B, Sianipar, O, Basuki, E, Effendy, C, (2019), Akurasi Pulse
Oximetry Dalam Menentukan Hipoksemia, Jurnal Keperawatan, vol 4, no 1, hal
17-23.
xi