Dry Soket PDF
Dry Soket PDF
PENDAHULUAN
adalah dry socket (Alveolitis) dan infeksi. Alveolitis disebabkan hilangnya bekuan
akibat lisis, mengelupas, atau keduanya. Alveolitis ini biasanya disebabkan oleh
Streptococcus, tetapi lisis juga bisa terjadi tanpa keterlibatan bakteri. Sedangkan
atau Abses, dan kemungkinan karena bakteri dan bisa juga kedua hal tersebut
Pemeriksaan kultur yang dilakukan oleh Brown dkk, dan Birn diambil dari
tempat-tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung oksigen. Kuman-
kuman ini normalnya ditemukan di mulut, saluran pencernaan dan vagina serta
pada kulit. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri anaerob antara lain
gas gangren, tetanus dan botulisme. Dan hampir semua infeksi yang terjadi pada
1
Terapi antibiotik mempunyai peranan yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan dalam suatu pengobatan infeksi gigi dan
jaringan sekitarnya, akan tetapi penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
yang dominan pada alveolitis dan juga perbedaan kepekaan kuman anaerob yang
dominan terhadap beberapa antibiotik oleh Netty Nelly Kawulusan dalam tesisnya
yang berjudul “Identifikasi dan Uji Kepekaan Kuman Aerob pada Alveolitis Pasca
banyak bakteri patogen yang beradaptasi dalam lingkungan dan menjadi resisten
terhadap atibiotik. Sampai saat ini belum ada data mengenai jenis kuman anaerob
dan resisten kuman anaerob penyebab Alveolitis Berdasarkan hal tersebut diatas,
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
anaerob yang dominan pada alveolitis dan juga perbedaan kepekaan kuman
alveolitis dan juga perbedaan kepekaan kuman anaerob yang dominan terhadap
beberapa antibiotik.
Universitas Hasanuddin.
3
1.4.3 Bagi Peneliti
masukan pengetahuan tentang kuman anaerob yang dominan pada alveolitis dan
antibiotik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah dry socket (Alveolitis) dan infeksi. Alveolitis disebabkan hilangnya bekuan
akibat lisis, mengelupas, atau keduanya. Alveolitis ini biasanya disebabkan oleh
streptococcus, tetapi lisis juga bisa terjadi tanpa keterlibatan bakteri. Sedangkan
atau abses, dan kemungkinan karena bakteri dan bisa juga kedua hal tersebut
2.2 ALVEOLITIS
terjadi pada hari kedua dan ketiga, dengan keluhan rasa sakit yang sangat
Alveolitis sebagai nyeri post operasi di dalam dan sekitar alveolar gigi, serta
disertai dengan sebagian atau total disintegrasi dari faktor pembekuan darah
5
2.2.1 Gambaran Klinis Alveolitis
Dry socket biasanya akan muncul pada hari ke 3-5 sesudah tindakan bedah
atau pencabutan gigi. Keluhan utamanya adalah timbulnya rasa sakit yang hebat.
dan disertai dengan munculnya peradangan gingiva. Menurut Pedlar dan kawan-
kawan (2001), akan terlihat adanya sisa clot yang berwarna abu-abu, mukosa
sekitar dan alveolus akan berwarna merah dan bengkak. Inflamasi akan menyebar
gigi disebelahnya jika dilakukan penekanan. Biasanya jika hal ini terjadi pasien
akan merasa bahwa telah terjadi salah pencabutan gigi karena akan muncul rasa
sakit pada gigi sebelahnya. Selain itu juga akan timbul bau mulut dan terdapat
local lymphadenitis.9
a. Usia
6
kelompok usia 15 – 19 Tahun sampai 8,6% pada kelompok usia 30 – 34
Tahun, dan turun lagi menjadi 2,9% pada usia 50 -54 Tahun, walaupun tidak
pertama Dry socket lebih sering ditemukan pada wanita yang sedang
melakukan penelitian hal ini ada pengaruhnya dengan efek dari hormon
3. Merokok
penelitian yang dilakukan Meechan dan kawan – kawan pada orang yang
darah pada socket secara signifikan pada orang yang merokok dibanding
4. Trauma Bedah
luka setelah pencabutan gigi telah dikemukakan pertama kali oleh Alling dan
7
Kerr pada tahun1957. Efek panas yang ditimbulkan dari bur yang mengenai
dapat menimbulkan Dry socket. Pada penelitian yang dilakukan secara klinis
menunjukkan bahwa pencabutan yang sulit atau seperti gigi yang patah pada
lebih tinggi untuk terjadinya Dry socket dibanding pada pencabutan normal,
selain itu trauma jaringan lunak juga pada prosedur pencabutan gigi ada
5. Bakteri
Selanjutnya ada juga hubungan antara jumlah bakteri aerob dan anaerob
yang mengalami Dry socket menunjukkan jumlah bakteri yang lebih banyak
8
Sejauh ini tidak ada mikroorganisme yang spesifik yang dapat
socket.
alasan yang jelas, karena pada kondisi ini jumlah trauma selama pencabutan
berkurang sekali.
7. Perikoronitis
beberapa mikroorganisme.
Hasil dari dua buah penelitian yang dilakukan terdapat hubungan yang
tidak bermakna / kecil terhadap terjadinya Dry socket pada gigi Pulpitis
yang dilakukan pada pencabutan. Pada gigi dengan nekrosis pulpa disertai
9
golongan Penicilin secara sistemik dapat mengurangi terjadinya Dry socket.
sebelum pencabutan gigi yang mana efeknya dapat ditemukan juga pada
aerob pada sampel darah yang diambil sebelum 48 jam setelah pencabutan
gigi.
10
Menurut penelitian keduanya dapat menurunkan terjadinya Dry
Socket dibanding dengan anastesi umum, jenis bahan anastesi lokal juga
proses penyembuhan socket dari hasil biopsi yang dilakukan pada luka bekas
pencabutan.
a. Tahap I koagulum
dari koagulum
11
c. Tahap III Jaringan Konektif
Mula – mula berada pada bagian tepi socket, selama 20 hari setelah
tulang muda, selama 2 – 3 bulan tulang telah menjadi mature dan terbentuk
dipengaruhi oleh usia dan individual. Pada individu berusia 2 dekade aktivitas
pada individu berusia 6 dekade atau lebih yaitu sekitar 20 hari setelah
pencabutan.
12
0 hari 2-3 hari 7 hari
0 hari Penghentian perdarahan, pembekuan darah, 2-3 hari Bekuan darah menjadi
jaringan granulasi, 7 hari Jaringan granulasi menjadi jaringan ikat jaringan Epitel
osteoid
20 hari Jaringan ikat epitel osteoid (mineralisasi), 40 hari belum terbentu Jaringan
13
2.2.4 Pengobatan Alveolitis3,12
Apabila tidak dilakukan perawatan, maka komplikasi ini akan hilang secara
selama itu rasa sakit akan tetap timbul. Apabila tidak dilakukan perawatan dengan
rasa sakit yang dialami oleh pasien, biasanya memerlukan beberapa pengobatan.
penempatan suatu obtundant seperti seng oksida eugenol dan gel lidocaine, atau
kombinasi terapi ini dan jika sesuai resep antibiotik sistemik. The Royal College
yang kemudian terakhir pada tahun 2004, bagaimana dry socket harus dirawat.
14
makanan dapat dievakuasi dengan lembut. Anestesi lokal kadang-kadang
makanan masuk kedalam soket dan untuk mencegah iritasi lokal pada tulang
yang terbuka. Dressing ini harus bertujuan untuk menjadi antibakteri dan
respon inflamasi.
5. Pasien harus terus dipantau dan setiap 2 dan 3 kali berulang sampai nyeri reda
ini cukup rendah. Pedoman ini hanya didasarkan pada pendapat ahli dan
pengalaman klinis.
larutan saline yang hangat dan diperiksa. Lakukan palpasi yang hati-hati dengan
sensitivitas.Apabila pasien tidak tahan, maka dilakukan anastesi lokal atau topikal
kemudian dirigasi dan diperiksa kembali. Kebanyakan dry socket akan sembuh
15
sesudah 4-5 hari, apabila sampai 5-7 hari maka harus dilakukan rontgen dan
perawatan yang dilakukan yaitu irigasi soket dengan menggunakan larutan saline
pasta eugenol yang diletakaan di bagian korona dari soket gigi untuk menutup
tulang. Biasanya dressing ini tidak perlu diganti karena akan hilang dengan
sendirinya dalam beberapa hari. Ada juga dressing alternatif yang dapat
parafin paste dalam gauze dressing alternatif ini harus diganti setelah satu minggu.
untuk menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat dari soket. Perawatan yang
1. Pertama dengan terapi lokal berupa irigasi soket gigi dengan sterile isotonic
2. Kedua sebagai tambahan dari terapi lokal adalah dengan pemberian analgesik
seperti codeine sulfate (1/2 gram) atau meperidine (50 gram) setiap 3-4 jam
3. Jika rasa sakitnya telah hilang, maka pemberian medikasi di dalam soket
16
4. Jika rasa sakitnya masih muncul, maka lakukan irigasi dan dressing di dalam
soket harus di ganti. Pemberian analgesik dapat diberikan secara oral maupun
parenteral.
penyebaran infeksi.13
2.2.5 Pencegahan8,11
yang baik, identifikasi dan jika mungkin, penghapusan faktor risiko. Intervensi
farmakologis dapat dilakukan oleh satu dari agen berikut; Antibakteri sistemik
antibiotik.
benzoat parahydroxy topikal asam dan asam traneksamat dalam pencegahan dan
17
mengobati bangan dry socket. Penelitian telah menemukan sebagian besar tidak
b. Polimer asam polylactic digunakan pada tahun 1980 sebagai solusi akhir dari
soket kering dan tersedia hari ini oleh nama Drilac. Investigasi yang
dilakukan oleh Hooley dan Gordon telah melaporkan insiden yang lebih
penelitian terbatas yang tersedia pada pilihan ini, penulis percaya terapi
18
Langkah sewaktu operasi:
ada serpihan tulang, bagian tulang yang ekspose atau bagian tulang yang
tajam.
hindari merokok.
Menjaga kebersihan mulut dan menjaga luka dari iritasi mekanik seperti
populasi bakteri campuran yang khas pada flora normal mulut. Penyebab
19
populasi mikroba mulut lebih banyak dibanding sebelum operasi. Populasi bakteri
Fusiformis.15
Tabel 2.1 Bakteri yang berperan dalam infeksi-infeksi mulut dan odontogenik*+ 4
Bakteremia
Infeksi
Infeksi spatium Abses periapikal karena
Organisma odontogenik
perimandibular pada anak pencabutan
orofasial
gigi
Aerob (Fakultatif)
Eikenella
+ - - -
corrodens
Staphylococus + - - -
Streptococus + + +
Anaerob (Obligat)
Actinomyces + + + +
Bacteriodes
Fragilis - - + +
Melaninogenicus + + + +
Oralis
Bifidobacterium - - + -
Eubacterium + + + -
Fusobacterium + + + +
Peptococus + + + +
Peptostreptococus + + + +
Propionibacterium + - + +
Veillonella + + + +
*) Daftar sebagian bakteri yang biasa ditemukan
+) Dimodifikasi dari Newman, M. G. Goodman, A.D.: Guide to atibiotic use in
dental practice. Chicago: Quintesence Publishing Co., 1984, p. 28
20
2.3.1 Bakteri Anaerob
tempat-tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung oksigen. Kuman-
kuman ini normalnya ditemukan di mulut, saluran pencernaan dan vagina serta
pada kulit. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri anaerob antara lain
gas gangren, tetanus dan botulisme. Dan hampir semua infeksi yang terjadi pada
Infeksi anaerob adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang didalam
dapat menginfeksi luka dalam, jaringan yang terletak lebih dalam dan organ-organ
internal yang sangat sedikit membutuhkan oksigen. Infeksi ini sangat khas yaitu
pembentukkan abses berisi cairan nanah yang berbau busuk disertai kerusakkan
jaringan.14
Misalnya: mulut, kepala dan leher. Infeksi dapat terjadi pada saluran akar gigi,
akibat pembedahan, jejas atau penyakit. Biasanya sistem kekebalan tubuh akan
merupakan tempat-tempat yang disenangi oleh bakteri anaerob untuk tumbuh dan
21
Tanda dan gejala-gejala infeksi bakteri anaerob bervariasi tergantung lokasi
a. kerusakkan jaringan
generasi berikut:15
a. Bacteroides adalah bakteri anaerob yang biasa ditemukan dalam biakan pada
22
Gram-positif anaerob dan beberapa infeksi yang mereka hasilkan meliputi
generasi berikut:15
shunt.
Contoh jaringan dari bagian tubuh yang terinfeksi dapat diambil dengan
menggunakan kapas lidi (swab) atau jarum suntik. Dengan demikian dapat
ditentukan jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. Karena bakteri ini mudah mati
akibat oksigen, kuman ini sulit tumbuh dan berkembang pada biakkan jaringan
nanah di laboratorium.4
23
a. Cara Pengambilan Biakan Luka:4
Jika penyebab infeksi dicurigai bakteri anaerob, spesimen tidak boleh terpapar
spuit.
gas pack jar > 4 jam untuk mengeliminasi oksigen ) atau bisa juga dgn
bakteri).
3. Spesimen harus segera diproses dalam waktu 2 jam, dan tidak perlu
6. Inkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam dan amati koloni yang tumbuh.
7. Untuk isolasi anaerob gunakan agar darah atau kaldu daging cincang jika
dalam anaerobic jar yang berisi Gas Pak anaerob selama >4 jam untuk
24
Inkubasi media yang sudah ditanami pada suhu 37 °C selama 2-5 hari
secara anaerob
Gambar 2.1 anaerobic jar yang berisi Gas pak anaerob yang dimasukkan ke dalam
inkubator yang berisi bakteri (sumber:dokumen Penelitian)
25
Gambar 2.2 koloni bakteri yang dikembang biakkan di medium (sumber: dokumen
penelitian)
2.2.3 Antibiotik
diberikan semata-mata atas dasar suatu indikasi terarah, dalam dosis cukup tinggi
dan cukup lama. Pemilihan antibiotik secara tepat ialah dengan memeriksakan
pemakaian obat menurut resep secara teratur dan teliti, merupakan hal yang
26
sementara bakteri yang resisten terus bertambah sehingga pengobatan kausal tidak
memenuhi sasaran.18
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Pencabutan Gigi
Mikroorganisme
Gang. Hemostasis
Identifikasi Bakteri
Kuman Anaerob
Antibiotik
Keterangan:
28
3.2 JENIS PENELITIAN
identifikasi laboratorium.
Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian adalah sekitar 3 bulan, yaitu dari
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
purposive sampling.
29
3.6 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
2. Bakteri anaerob ialah jenis kuman yang berhasil dibiakan pada media
3. Kuman aerob adalah jenis kuman yang berhasil dibiakkan pada media
4. Uji kepekaan adalah cara untuk melihat besarnya zone hambatan dari
5. Peka : bila lebar zona hambatan lebih besar dari standar sesuai tabel standar
30
6. Resisten : bila lebar zona hambatan lebih kecil dari standar sesuai tabel
atau resisten
botol dan penutup steril, kapas lidi steril, gunting, inkubator, cawan petri,
tangan, masker.
(B.H.I.A).
31
3. Triple Sugar Iron Agar (T.S.I.A), Agar Sitrat, Sulfit Indol Motility (SIM),
4. Karbol kristal violet 1%, Lugol, Alkohol 90%, larutan Fuchsin dan air.
32
3.10 ALUR PENELITIAN
Alveolitis
Usapan Luka
Tabung Reaksi (BHIB)
Inokulasi
(Mac Conkey’s dan Nutrient Agar)
Inkubasi
(Koloni tersangka)
Uji Kepekaan
Sensitif atau Resisten
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
23 orang selama kurun waktu 3 bulan, yaitu dari tanggal 01 Oktober 2012 sampai
Hasanuddin.
pada rahang bawah. Perbedaannya sangat tipis yaitu pada rahang atas sebanyak 11
34
Grafik 4.1 Grafik Frekuensi dan presentase Alveolitis pada rahang
4.1.2 Frekuensi dan Presentase Alveolitis menurut Umur dan Jenis Kelamin
(4,35%); 22-26 sebanyak 3 orang (13,04%); 27-31 sebanyak 2 orang (8,70%); 32-
(8,70%); 57-61 sebanyak 1 orang (4,35%). Kelompok umur terbanyak pada usia
37-41 tahun, yaitu 6 orang (26,09%). Sedangkan dilihat menurut jenis kelamin
ditemukan jenis kelamin wanita lebih banyak terkena alveolitis yaitu 19 orang
35
Tabel 4.2 Frekuensi dan Presentase Alveolitis menurut Umur dan Jenis Kelamin
KELOMPOK JENIS KELAMIN JUMLAH
UMUR WANITA LAKI-LAKI (N)
17-21 1 (4,35%) 0 (0%) 1 (4,35%)
22-26 2 (8,70%) 1 (4,35%) 3 (13,04%)
27-31 2 (8,70%) 0 (0%) 2 (8,70%)
32-36 1 (4,35%) 1 (4,35%) 2 (8,70%)
37-41 6 (26,09%) 0 (0%) 6 (26,09%)
42-46 3 (13,04%) 0 (0%) 3 (13,04%)
47-51 2 (8,70%) 1 (4,35%) 3 (13,04%)
52-56 2 (8,70%) 0 (0%) 2 (8,70%)
57-61 0 (0%) 1 (4,35%) 1 4,35%)
JUMLAH 19 (82,60%) 4 (17,40%) 23 (100%)
36
4.1.3 Frekuensi dan Presentase Jenis Kuman Anaerob yang Dominan pada
penderita Alveolitis
Hasil biakan kultur anaerob pada penderita Alveolitis yaitu ; Gram Positif
Barteriodes sp = 5 (17,86%). Pada tabel dapat dilihat bahwa kuman Gram Positif
Table 4.3 Frekuensi dan Presentase Jenis Kuman Anaerob yang Dominan pada 23
penderita Alveolitis
JENIS KUMAN JUMLAH PRESENTASE
GRAM POSITIF
Actynomyces sp 6 21.43 %
Propionibacterium sp 8 28.57 %
Streptococus sp 5 17.86 %
GRAM NEGATIF
Porphyromonas sp 4 14.28 %
Barteriodes sp 5 17.86 %
JUMLAH 28 100%
37
Grafik 4.3 Frekuensi dan Presentase Jenis Kuman Anaerob yang Dominan pada 23
penderita Alveolitis
kuman anaerob gram positif yang dominan dalam Alveolitis yaitu pada kuman
tetrasiklin, eritromisin.
Distribusi daya hambat dan rata-rata dari beberapa antibiotik terhadap kuman
anaerob gram negatif yang dominan dalam Alveolitis yaitu pada kuman
38
amoksisilin, sensitif pada siprofloksasin, sulfametoksasol dan tetrasiklin. Pada
Tabel 4.4 Distribusi Daya Hambat dan Rata-rata dari Beberapa Antibiotik Terhadap
Kuman Anaerob yang Dominan Dalam Alveolitis
AMP- AML- SIP- TE- SXT- E-
Jenis Kuman Jumlah 10µg 25µg 5µg 30µg 25µg 15µg
Gram Positif
Actinomyces sp 6 7,45 13,3 30,53 13,65 26,35 14,50
Propionibacterium sp 8 8,01 15,53 29,86 12,15 24,09 16,81
Streptococcus sp 5 10,36 14,58 34,52 20,24 24,62 21,16
Gram Negatif
Porphyromonas sp 4 7,35 16,42 27,00 21,25 21,30 9,68
Bacteriodes sp 5 7,08 20,88 29,06 23,34 24,86 13,76
Keterangan:
AMP-10 µg Ampisilin
AML-25 µg Amoksisilin
SIP-5 µg Siprofloksasin
TE-30 µg Tetrasiklin
SXT-25 µg Sulfametoksasol
E-15 µg Eritromisin
R (Resisten)
I (Intermediate)
S (Sensitive)
39
40
34.52
35
30.53
29.86
30 29.06
27
26.35
24.62 24.86
25 24.09
23.34
16.81
16.42
15.53
14.58 14.5
15 13.65 13.76
13.3
12.15
10.36
9.68
10
8.01
7.45 7.35 7.08
0
AMP-10µg AML-25µg SIP-5µg TE-30µg SXT-25µg E-15µg
Actinomyces sp. Propionibacterium sp. Streptococcus sp. Porphyromonas sp. Bacteriodes sp.
Grafik 4.4 Distribusi Daya Hambat dan Rata-rata dari Beberapa Antibiotik
TerhadapKuman Anaerob yang Dominan Dalam Alveolitis
Pada penelitian ini hasil uji kepekaan 5 bakteri anaerob yang ditemukan
a. Sensitif
sulfametoksasol.
dan eritromisin.
40
Pada 4(100%) Porphyromonas terhadap siprofloksasin.
sulfametaksasol.
b. Resisten
Tabel 4.5 Hasil Uji Kepekaan 5 Bakteri Anaerob yang Ditemukan Pada Alveolitis
terhadap 6 Antibiotik
Antibioti
R I S R I S R I S R I S R I S
k
6
AMP-10 (100%) 0 0 8 0 0 5 0 0 4 0 0 5 0 0
AML-25 3 0 3 4 1 3 2 2 1 1 1 2 1 1 3
6
SIP-5 0 0 (100%) 0 0 8 0 0 5 0 0 4 0 0 5
TE-30 3 0 3 6 0 2 0 2 3 1 0 3 0 0 5
SXT-25 0 0 6 0 0 8 0 0 5 1 0 3 0 0 5
E-15 3 2 1 3 3 2 0 0 5 2 2 0 3 1 1
41
BAB V
PEMBAHASAN
DI EKSTRAKSI
pada rahang bawah. Perbedaannya sangat tipis yaitu pada rahang atas sebanyak 11
bawah dan gigi daerah molar. Alveolitis dapat saja terjadi pada setiap pasca
pencabutan gigi, namun lebih sering terjadi pada pasca pencabutan gigi molar tiga
impaksi.3,20
bawah dan 21% pada rahang atas. Data yang dipublikasikan telah melaporkan,
insidens 10 kali lebih besar untuk gigi rahang bawah daripada rahang atas dan
tulang kortikal jauh lebih padat dari maksila sehingga kelancaran perfusi darah ke
soket pada rahang bawah cenderung untuk berkontaminasi oleh saliva dan sisa
makanan. Mungkin juga kombinasi dua atau lebih dari faktor-faktor predisposisi
42
Pencabutan gigi lebih sering terjadi pada rahang bawah yaitu (66,31%)
dibanding rahang atas (33,68%). Hal ini dihubungkan dengan pertumbuhan gigi
molar pertama permanent rahang bawah yang lebih awal erupsi, sehingga
(4,35%); 22-26 sebanyak 3 orang (13,04%); 27-31 sebanyak 2 orang (8,70%); 32-
(8,70%); 57-61 sebanyak 1 orang (4,35%). Kelompok umur terbanyak pada usia
37-41 tahun, yaitu 6 orang (26,09%). Sedangkan dilihat menurut jenis kelamin
ditemukan jenis kelamin wanita lebih banyak terkena alveolitis yaitu 19 orang
Pada penelitian ini dilihat dari segi umur, penderita Alveolitis yang
struktur tulang dan gigi sesuai dengan bertambahnya usia, sehingga pengalaman
membuktikan pencabutan gigi akan lebih sulit. Hal ini berarti bahwa insiden
Alveolitis akan meningkat sesuai dengan usia, akan tetapi pada penelitian,
43
menunjukkan insiden Alveolitis menurun pada usia yang lebih muda, sedangkan
diapatkan insiden Alveolitis meninggi pada kelompok usia 30-34 tahun dan
Didapatkan juga bahwa jenis kelamin wanita lebih banyak, yaitu 19 orang
terjadinya Alveolitis. Alveolitis pada wanita lebih besar dibanding pria. Hal ini
disebabkan p Dry Socket lebih sering ditemukan pada wanita yang sedang
mengalami menstruasi dan kedua ada hubungan pada wanita yang menggunakan
44
5.3 FREKUENSI DAN PERSENTASE JENIS KUMAN ANAEROB
YANG DOMINAN PADA 23 PENDERITA
Hasil biakan kultur anaerob pada penderita Alveolitis yaitu; Gram Positif =
Actynomyces sp = 6 (21,43%), Propionibacterium sp = 8 (28,57%), Streptococus
sp = 5 (17,86%), Gram Negatif = Porphyromonas sp = 4 (14,28%), Barteriodes
sp = 5 (17,86%). Pada tabel dapat dilihat bahwa kuman Gram Positif yang
terbanyak adalah Propionibacterium sp = 8 (28,57%), dan kuman Gram Negatif
yang terbanyak adalah Barteriodes sp = 5 (17,86%).
Brown dkk. (1970) meneliti kuman pada Alveolitis dan menemukan
kuman campuran yang khas pada flora normal mulut. Peneliti menemukan 70%
mikroorganisme aerob dan hanya 30% anaerob yang merupakan bagian dari flora
bukal. Pada tahun 1986, Awang meneliti peranan bakteri anaerob dalam
perkembangan Alveolitis.3
kuman anaerob gram positif yang dominan dalam Alveolitis yaitu pada kuman
45
sulfametoksasol. Dan pada kuman Streptococcus sp resisten pada ampisislin,
tetrasiklin, eritromisin.
kuman anaerob gram negatif yang dominan dalam Alveolitis yaitu pada kuman
Standards (NCCLS) berarti semua kuman sensitif terhadap Siprofloksasin. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sato K dkk (1992). Eliopoulos dkk.
1990).26
46
Bila dibandingkan dengan penelitian ini, ternyata Ampisilin sudah
Pada penelitian ini hasil uji kepekaan 5 bakteri anaerob yang ditemukan
a. Sensitif
sulfametoksasol.
dan eritromisin.
sulfametaksasol.
47
c. Resisten
Terlihat sampel yang diuji juga dalam jumlah kecil. Kepekaan tertinggi
Antibiotika golongan lainnya, sampel yang diuji juga dalam jumlah kecil.
%).26
Pola kepekaan bakteri gram positif terhadap suatu jenis antibiotik adalah
sebagai berikut:26
48
amoksisilin-asam klavulanat dan kotrimoksazol. Resistensi tertinggi berturut-
kloramfenikol.
siprofloksasin.
Hal ini terjadi akibat pergeseran pada penyebab penyakit dan perkembangan
49
BAB IV
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
tahun (26,09%).
Barteriodes sp (17,86%)
siproliksasin.
50
5.2 SARAN
penyebab lainnya.
- Perlu penelitian lebih lanjut dengan sarana yang memadai agar dapat
diisolasi lebih banyak isolat kuman dengan variasi spesies yang lebih
luas, sehingga informasi tentang pola kuman dalam Alveolitis dan pola
51
52