Referat Otitis Eksterna
Referat Otitis Eksterna
OTITIS EKSTERNA
Diajukan untuk memenuhi syarat kepaniteraan klinik di Bagian THT-KL
RSUD Embung Fatimah Kota Batam
Disusun oleh
Apriliana, S.Ked
Pembimbing
dr. Azwan Mandai, Sp.THT-KL
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Otitis
Eksterna”. Penyelesaian referat ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang tulus kepada:
1. dr. Azwan Mandai, Sp.THT-KL., selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian THT-KL RSUD Embung Fatimah atas ilmu, petunjuk, nasehat,
bimbingan dan masukannya dalam proses penulisan referat ini.
2. Segenap staf Poliklinik THT-KL RSUD Embung Fatimah Kota Batam.
3. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian referat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.1. Definisi............................................................................................... 3
2.3. Etiologi............................................................................................... 4
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SINGKATAN
OE Otitis Eksterna
OEA Otitis Eksterna Akut
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna (OE) adalah suatu peradangan pada liang telinga luar, baik
akut maupun kronis, yang biasanya dihubungkan dengan infeksi sekunder oleh
bakteri dan atau jamur yang menyertai maserasi kulit dan jaringan subkutan, yang
dapat terlokalisir ataupun difus. Otitis eksterna dapat dibagi menjadi otitis
eksterna superfisialis dan otitis eksterna profunda atau otitis eksterna akut (OEA).
Otitis eksterna profunda merupakan infeksi pada kanalis akustikus eksternus yang
sering ditemukan pada instalasi rawat jalan. Insidensnya di Belanda ditemukan
12-14 / 1000 penduduk pertahun. Pada satu penelitian di Inggris, dilaporkan
prevalensinya lebih dari 1% dalam setahun. Di Makasar dilaporkan pada tahun
2012 ditemukan 134 kasus otitis eksterna superfisialis dan 309 kasus otitis
eksterna profunda.1,2
Selama periode musim panas terjadi peningkatan jumlah penderita otitis
eksterna profunda dan insidensnya tinggi pada lingkungan yang lembab. Faktor –
faktor yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna antara lain kelembaban,
penyumbatan liang telinga, trauma lokal, dan alergi. Faktor – faktor tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari
epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan
bakteri masuk melalui kulit, inflamasi, dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen
pada otitis eksterna akut adalah Pseudomonas (41%), Streptococcus (22%),
Staphylococcus aureus (15%), dan Bakterioides (11%). Umumnya penderita
datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun
telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak segera diobati
secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret
yang berbau akan menetap.1,3
Otitis eksterna profunda atau akut dapat berlanjut menjadi otitis eksterna
kronik, dapat menyebar ke pinna, periaurikuler, ke tulang temporal, atau
penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, dan yang paling berbahaya adalah otitis
eksterna nekrotik. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel
1
liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis
eksterna difus merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum
disebabkan oleh pseudomonas, staphylococcus, dan proteus atau jamur.3
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah – daerah yang panas dan lembab
dan jarang pada iklim – iklim sejuk dan kering. Dari beberapa penelitian,
disebutkan bahwa terjadinya otitis eksterna banyak pada perenang dan juga rentan
terjadi kekambuhan. Disebutkan pula bahwa faktor yang penting sebagai
penyebab terjadinya otitis eksterna adalah keadaan panas, lembab, dan trauma
terhadap sel epitel liang telinga bagian luar. Penelitian lainnya mengatakan bahwa
pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadinya
otitis eksterna baik akut maupun kronis.1,2
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan pada otitis eksterna ini bersifat
komprehensif dengan pembersihan, terapi farmakologi, dan edukasi.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai
pada daerah – daerah yang panas dan lembab, dan jarang pada iklim – iklim sejuk
dan kering.5
2.2. Klasifikasi
Otitis eksterna diklasifikasikan sebagai berikut:5,7
1. Otitis eksterna akut, yang terdiri dari otitis eksterna sirkumskripta dan
otitis eksterna difus.
2. Otomikosis, yang merupakan infeksi jamur di liang telinga,
dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang
tersering adalah jamur Pityrosporum, Aspergillus. Kadang ditemukan
juga Candida albicans atau jamur lain.
3. Herpes Zoster Otikus, yang disebabkan oleh infeksi virus varicella
zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial.
3
4. Infeksi kronis liang telinga
5. Keratosis obliterans, dan kolesteatoma eksternal
6. Otitis eksterna maligna
2.3. Etiologi
Otitis eksterna sirkumskripta biasanya disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Sedangkan pada otitis eksterna
difus biasanya disebabkan oleh kuman golongan Pseudomonas. Kuman lainnya
seperti Staphylococcus albus, Escherichia colli, dan sebagainya juga dapat
menjadi penyebab otitis eksterna difus. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis.5
Otomikosis paling sering disebabkan oleh Pityrosporum, Aspergillus,
kadang – kadang ditemukan juga Candida albicans atau jamur lain. Pityrosporum
menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan
predisposisi otitis eksterna bakterialis. Pada herpes zoster otikus penyebabnya
adalah virus varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf
kranial, dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks
servikalis bagian atas, yang disebut juga sindroma Ramsay Hunt.5
Infeksi bakteri maupun infeksi jamur yang tidak diobati dengan baik,
iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda
asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing aid) dapat
menyebabkan radang kronis.5
Keratosis obturans disebabkan oleh proses radang yang kronis serta sudah
terjadi gangguan migrasi epitel. Dulu keratosis obturans dan kolesteatoma
eksterna dianggap sebagai penyakit yang sama proses terjadinya, oleh karena itu
sering tertukar penyebutannya. Keratosis obturans bilateral sering ditemukan pada
usia muda, sering dikaitkan dengan sinusitis dan bronkiektasis. Sedangkan
kolesteatoma eksterna ditemukan hanya pada satu sisi telinga dan lebih sering
pada usia tua.5
4
Tabel 2.1. Perbedaan keratosis obturans dan kolesteatoma eksterna
Keratosis obturans Kolesteatoma eksterna
Umur Dewasa muda Tua
Penyakit terkait Sinusitis, bronkiektasis Tidak ada
Nyeri Akut/ berat Kronis/ tumpul
Gangguan pendengaran Konduktif/ sedang Tidak ada/ ringan
Sisi telinga Bilateral Unilateral
Erosi tulang Sirkumferensial Terlokalisir
Kulit telinga Utuh Ulserasi
Osteonekrosis Tidak ada Bisa ada
Otorea Jarang Sering
Dikutip dari (5).
5
2.5. Patofisiologis
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang
sel – sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga.
Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa
mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang
mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.1
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit
yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang
baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur sehingga lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri atau jamur. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis
berupa lekukan pada liang telinga.1,3
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui
kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri.3
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan/ nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus
akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal.1,3
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:1
1. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema
dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang
hebat.
2. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
6
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
7
osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal. Gejalanya adalah
rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang
banyak, serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan
semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau
paralisis fasial.5
2.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga,
terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Namun pada pasien
dengan otomikosis biasanya datang dengan keluhan rasa gatal yang hebat dan rasa
penuh pada liang telinga. Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang
hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan
seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Rasa penuh pada
telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difus
dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Kurang
pendengaran mungkin terjadi pada otitis eksterna disebabkan edema kulit liang
telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis
eksterna yang lama sehingga sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif.7
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada tragus, nyeri tarik
daun telinga, kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri. Pada
pemeriksaan liang telinga dapat terlihat furunkel atau bisul serta liang telinga
sempit pada otitis eksterna sirkumskripta, sedangkan pada otitis eksterna difus
liang telinga sempit, kulit liang telinga terlihat hiperemis dan edema yang
batasnya tidak jelas serta sekret yang sedikit. Pada otomikosis dapat terlihat jamur
seperti serabut kapas dengan warna yang bervariasi (putih kekuningan). Pada
herpes zoster otikus akan tampak lesi kulit vesikuler di sekitar liang telinga. Pada
pemeriksaan penala kadang didapatkan tuli konduktif.7
8
2.8. Diagnosis Banding
Diagnosis bandingnya antara lain sebagai berikut:7
1. Otitis eksterna nekrotik
2. Perikondritis berulang
3. Kondritis
4. Dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika
2.9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila infeksi terjadi kronik pada liang telinga
dengan pengobatan yang tidak adekuat adalah dapat terjadi stenosis atau
penyempitan liang telinga karena terbentuk jaringan parut.7
9
larutan asam asetat 2 – 5% dalam alkohol 70% setiap hari
selama 2 minggu. Irigasi ringan ini harus diikuti dengan
pengeringan. Tetes telinga siap beli dapat digunakan seperti
asetat-nonakueous 2% dan m-kresilasetat.
b. Oral sistemik
Antibiotik sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi
yang cukup berat. Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat
diberikan. Pengobatan herpes zoster otikus sesuai dengan
tatalaksana herpes zoster.
c. Bila otitis eksterna sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril
untuk mengeluarkan nanahnya.
Pada infeksi kronis liang telinga, diperlukan operasi rekontruksi liang
telinga. Pada keratosis obliterans biasanya dapat dikontrol dengan melakukan
pembersihan debris akibat radang liang telinga secara berkala setelah gumpalan
keratin dikeluarkan. Sedangkan pada kolesteatoma eksterna perlu dilakukan
operasi agar kolesteatoma dan tulang yang nekrotik bisa diangkat sempurna.
Tujuan operasi mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi tulang. Indikasi
operasi adalah bila destruksi tulang sudah meluas ke telinga tengah, erosi tulang
pendengaran, kelumpuhan saraf fasialis, terjadi fistel labirin atau otore yang
berkepanjangan. Pada operasi, liang telinga bagian luar diperluas agar mudah
dibersihkan. Bila kolesteatoma masih kecil dan terbatas dapat dilakukan tindakan
konservatif. Kolesteatoma dan jaringan nekrotik diangkat sampai bersih, diikuti
pemberian antibiotik topikal secara berkala. Pemberian obat tetes telinga dari
campuran alkohol atau gliserin dalam H2O2 3%, tiga kali seminggu seringkali
dapat menolong.5
Pada otitis eksterna maligna pengobatan harus cepat diberikan. Sesuai
dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat kuman penyebab tersering
Pseudomonas aerugenosa, diberikan antibiotika dosis tinggi yang sesuai dengan
Pseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi,
diberikan golongan fluoroquinolon (ciprofloxacin) dosis tinggi per oral. Pada
keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan
10
antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6 – 8 minggu.
Antibiotika yang sering digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcillin – clavulanat,
piperacillin (dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine,
cefepime (maxipime), tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin
(kombinasi dengan golongan penicilin). Disamping obat – obatan, seringkali
diperlukan juga tindakan membersihkan luka (debrideman) secara radikal.
Tindakan debrideman yang kurang bersih akan dapat menyebabkan makin
cepatnya penjalaran penyakit.5
Pada kasus post herpetis zooster otikus, perlu dilakukan evaluasi
pendengaran sebagai pemeriksaan penunjang lanjutan. Dalam rencana tindak
lanjut, tiga hari pasca pengobatan untuk melihat hasil pengobatan. Khusus untuk
otomikosis, tindak lanjut berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu.7
2.12. Prognosis
Prognosis tergantung dari perjalanan penyakit, ada/ tidaknya komplikasi,
penyakit yang mendasarinya, serta pengobatan lanjutannya.7
11
BAB III
SIMPULAN
1. Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.
2. Otitis eksterna dapat dibagi menjadi otitis eksterna superfisialis dan otitis
eksterna profunda atau otitis eksterna akut. Otitis eksterna profunda
merupakan infeksi pada kanalis akustikus eksternus yang sering ditemukan
pada instalasi rawat jalan.
3. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah Pseudomonas (41%),
Streptococcus (22%), Staphylococcus aureus (15%), dan Bakterioides (11%).
4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
5. Penatalaksanaan pada otitis eksterna ini bersifat komprehensif dengan
pembersihan, terapi farmakologi, dan edukasi.
6. Prognosis tergantung dari perjalanan penyakit, ada/ tidaknya komplikasi,
penyakit yang mendasarinya, serta pengobatan lanjutannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam GL., Boies LR. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit THT.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997; (6):73-87.
2. Amri E., Kadir A., Djufri NI. Perbandingan Efektifitas Klinis Ofloksasin
Topikal Dengan Ofloksasin Kombinasi Steroid Topikal Pada Otitis Eksterna
Profunda Di Makassar. Makasar: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2013.
3. Cody DT. Otalgia (Nyeri Telinga). Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997; Hal 104-118.
4. Sander R. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention.
Am Fam Physician, Mar 2001; 63(5):927 – 37.
5. Soepardi EA., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti RD. Otitis Eksterna. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011; (6):60 – 63.
6. Otitis eksterna. Didownload dari http://m.rsud-waluyojati.com pada tanggal
12 September 2014 pukul 17.21 WIB.
7. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Telinga dan Hidung. Buku Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta:
Ikatan Dokter Indonesia, 2013;205 – 8.
13