Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

Othematoma merupakan hematom daun telinga akibat ruda paksa yang

menyebabkan terakumulasinya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago.

Keadaan ini biasanya terdapat pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan

yang memerlukan kekerasan,namun bisa juga dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak. 1

Othematoma biasanya banyak dijumpai pada atlet-atlet olahraga.

Meskipun data epidemiologi masih sangat kurang, olahraga seperti rugby,

tinju, gulat, dan seni bela diri campuran adalah olahraga yang biasanya terkait

dengan cedera ini. Para atlet yang tidak memakai pelindung kepala memiliki

risiko yang lebih besar mengalami cedera ini. Sebagai contoh, dalam survei

pegulat perguruan tinggi, cedera aurikularis terjadi lebih sering di antara

pegulat yang tidak memakai tutup kepala (52% berbanding 26% untuk

hematoma aurikularis dan 27% berbanding 11% untuk telinga cauli flower,

masing-masing). Atlet dengan hematoma aurikularis juga cenderung

mengabaikan cedera dan bahkan jika diobati, risiko cedera berulang dengan

perkembangan akhir dari trauma telinga tersebut menjadi telinga cauliflower.2

Ketika trauma terjadi dan menyebabkan hematoma pada aurikula,

darah terakumulasi dalam ruang subperikondrial (antara perikondrium dan

tulang rawan). Kumpulan darah ini adalah penghalang mekanik antara tulang

rawan dan suplai darah perikondrial. Hematoma yang terjadi menyebabkan

suplai darah atau perfusi ke kartilago aurikularis terganggu, sehingga

menyebabkan nekrosis tulang rawan yang mendasari dan meningkakan

kemungkinan infeksi.2 Jika othematoma tidak ditangani dengan benar, dapat

1
berkembang menjadi pembentukan abses, jaringan parut kronis, dan organisasi

berserat dengan deformitas "cauliflower" karena stimulasi sel mesenkimal di

perichondrion untuk menghasilkan tulang rawan baru.3

Karena penyebab terjadinya othematom terutama disebabkan oleh

gesekan berulang dan trauma pada telinga, kondisi ini dapat dicegah melalui

penggunaan pelindung kepala. Pelindung telinga khusus tersedia untuk

olahraga tertentu di mana atlet berisiko cedera telinga termasuk gulat, polo air,

dan tinju. Penting untuk memastikan bahwa perlengkapan pelindung telinga

terpasang dengan benar dan tali dagu nyaman sehingga pelindung kepala tidak

bergerak saat kontak dengan pemain lain. Telinga juga harus pas terhadap

tempat posisi telinga untuk memastikan tidak terjadi tekanan pada telinga saat

memakai pelingdung kepala. Jika pelindung kepala tidak dipasang dengan

benar, peralatan itu sendiri dapat menyebabkan hematoma.

Setelah daun telinga telah terluka, telinga harus dikompres dengan es.

Jika hematoma telah terbentuk, hematoma dapat ditangani oleh dokter untuk

menghindari deformitas permanen dari daun telinga. Untuk mengalirkan darah

pada area hematom, dokter dapat menggunakan jarum berlubang atau

membuat sayatan kecil. Setelah hematoma dibersihkan, dressing kompresif

kemudian diaplikasikan dan disimpan di tempat sehingga kulit dapat

menempel kembali ke tulang rawan telinga. Dress kompresif dibiarkan di

tempat selama tiga sampai lima hari dan dapat diterapkan kembali jika perlu.

Untuk mencegah infeksi, antibiotik dapat diberikan kepada atlet setelah

prosedur. Pembalut bisa dipakai hingga satu minggu untuk mengontrol

perdarahan dan pembengkakan. Setiap memar dan pembengkakan dari

2
prosedur harus menghilang dalam waktu 10 hingga 14 hari dengan jahitan

dilepas setelah tujuh hari.4

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hematoma adalah akumulasi darah diluar pembuluh darah. Hematoma

terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena, atau kapiler, telah rusak

dan darah telah bocor kedalam jaringan – jaringan.

Othematoma atau auricular hematoma adalah pembengkakan pada

telinga luar yang berwarna keunguan 5, atau hematom yang terjadi pada daun

telinga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan tertimbunnya darah dalam

ruangan antara perikondrium dan kartilago. Jika terjadi penimbunan darah

pada daerah tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar, dan

tampak massa berwarna ungu kemerahan. Daerah yang tertimbun ini dapat

menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga dapat terjadi

perubahan bentuk telinga.6

2.2 Epidemiologi

Karena secara etiologi othematoma merupakan akibat trauma tumpul,

maka dari itu angka kejadian dari penyakit ini sangat bergantung dari kejadian

trauma yang dialami oleh pasien. Hingga saat ini, belum didapatkan laporan

jumlah pasti yang spesifik mengenai penyakit othematoma, namun didapatkan

laporan epidemiologi mengenai pseudokista pada telinga bahwa hanya sedikit

kasus yang terjadi pembengkakan pada telinga akibat trauma (10%), yang

mana pada sebagian besar pseudokista pada telinga yang bukan merupakan

akibat trauma.7 Sehingga dapat dikatakan bahwa kasus othematoma ini

4
merupakan kasus yang cukup jarang dan langka. Beberapa ada yang

melaporkan rekurensi dari penyakit ini cukup sering karena penanganan yang

tidak paripurna pada saat aspirasi maupun insisi drainase yang tidak diberikan

tekanan pada daun telinga sehingga memberikan ruang untuk kembali

terjadinya hematom lagi pada area yang sama.

Sebagian besar yang mengalami kelainan ini ialah laki – laki,

mengingat faktor risiko trauma yang besar pada atlit tinju misalnya yang

trauma tumpul akibat pukulan. Namun tidak mengurangi risiko hal ini untuk

tidak terjadi pada wanita, terutama jika mengalami trauma tumpul yang

mengenai area daun telinga. 7

2.3 Anatomi

Secara anatomi histologi, auricula terdiri dari bentukan yang tidak

teratur dari tulang rawan elastis ditutupi oleh kulit yang melekat ketat di

semua sisi. Selain itu juga dilapisi oleh perikondrium yang mana merupakan

selubung jaringan ikat padat yang mengelilingi tulang rawan di kebanyakan

tempat, yang membentuk tempat pertemuan anatara tulang rawan dan jaringan

yang disangga tulang rawan tersebut. Perikondrium mengandung pembuluh

darah yang memasok tulang rawan (avaskular) dan juga saraf dan pembuluh

limfe. 8

5
Gambar 2.1

2.4 Etiologi

Hematom aurikula (othematoma) dan telinga cauliflower adalah cedera

yang umum terjadi disebabkan oleh olahraga. Meskipun data epidemiologi

masih sangat kurang, olahraga seperti rugby, tinju, gulat, dan seni bela diri

campuran adalah olahraga yang biasanya terkait dengan cedera ini. Para atlet

yang tidak memakai pelindung kepala memiliki risiko yang lebih besar

mengalami cedera ini. Sebagai contoh, dalam survei pegulat perguruan tinggi,

cedera aurikularis terjadi lebih sering di antara pegulat yang tidak memakai

tutup kepala (52% berbanding 26% untuk hematoma aurikularis dan 27%

berbanding 11% untuk telinga cauli flower, masing-masing). Atlet dengan

hematoma aurikularis juga cenderung mengabaikan cedera dan bahkan jika

diobati, risiko cedera berulang dengan perkembangan akhir dari trauma telinga

tersebut menjadi telinga cauliflower.2

6
Selain hal diatas, hematom pada aurikula di Indonesia seringkali

disebabkan karena trauma tumpul yang disebabkan kecelakaan lalu lintas,

perkelahian, telinga yang tertekan saat tidur, kekerasan dalam rumah tangga

seperti telinga yang dijewer.9 Akhir-akhir ini, hematoma pada telinga juga ada

yang disebabkan karena menggunakan handphone. Belum ada data yang

signifikan mengenai hubungan antara panas yang dihasilkan dari radiasi

handphone terhadap terjadinya hematoma pada aurikula.10

2.5 Patofisiologi

Othematoma terjadi setelah trauma langsung ke telinga, biasanya

selama olahraga (misalnya, rugby, gulat, tinju, atau seni bela diri campuran).

Ketika trauma terjadi dan menyebabkan hematoma pada aurikula, darah

terakumulasi dalam ruang subperikondrial (antara perikondrium dan tulang

rawan). Kumpulan darah ini adalah penghalang mekanik antara tulang rawan

dan suplai darah perikondrial. Hematoma yang terjadi menyebabkan suplai

darah atau perfusi ke kartilago aurikularis terganggu, sehingga menyebabkan

nekrosis tulang rawan yang mendasari dan meningkakan kemungkinan infeksi.

Perubahan patologis ini mengakibatkan hilangnya tulang rawan diikuti oleh

fibrosis dan pembentukan neokartilago. Proses penyembuhan ini tidak teratur

dan menghasilkan kelainan kosmetik telinga cauliflower. Drainase awal

hematoma dan aposisi ulang lapisan perikondrial ke kartilago yang mendasari

mengembalikan perfusi ke tulang rawan dan mengurangi kemungkinan telinga

cauliflower.2

7
Gambar 2.2
Cauliflower ear. 11

2.6 Manifestasi Klinis

Pada othematom aurikula dapat terbentuk penumpukan bekuan darah

diantara prikondrium dan tulang rawan.Bila bekuan darah ini tidak segera

dikeluarkan maka dapat terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan

menjadi padat dan permanen serta dapat berakibat terbentuknya telinga bunga

kol. Penampilan karakteristik telinga kembang kol adalah konsekuensi dari

fibrosis berikutnya, kontraktur dan pembentukan neokartilage.3

Hematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang terlihat

membengkak, garis lipatan konka menghilang, terjadi pembengkakan besar

kebiru-biruan yang biasanya dapat mengenai seluruh daun telinga, meskipun

kadang kadang terbatas hanya pada setengah bagian atas saja. 12 Tidak dijumpai

nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri tidak begitu nyata, daun telinga

terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman.12

Bila tidak segera diobati, darah ini akan terkumpul menjadi jaringan

ikat yang menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena adanya gangguan

nutria. Massa jaringan parut yang berlekuk-lekuk ini, terutama dari tyrauma

8
yang berulang, akan menimbulkan deformitas yang disebut cauliflower ear.

Bila dijumpai oklusi total liang telinga akan menyebabkan kehilangan

pendengaran.13

Gambar 2.3
Hematoma Auricular.11

2.7 Diagnosis

 Anamnesa

Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma.Misalnya karena

hantaman atau pukulan saat berolahraga seperti gulat dan lainnya.Telinga

dapat terasa nyeri dan bengkak. Jika pembengkakan berlanjut, pasien sering

kali mengeluhkan pendengarannya terganggu.14

 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan

pada daun telinga.Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan

atau nyeri tekan yang ringan.Pada kasus yang telah lama dan berulang dapat

9
timbul pengerutan pada daun telinga (cauliflower ear). Kemudian dilakukan

aspirasi dan dijumpai cairan serohemoragis.15

2.8 Diagnosa Banding

 Perikondritis
Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya

terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang

terinfeksi.2
 Pseudokista
Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan

cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan

telinga.2

2.9 Terapi Othematom

Tujuan utama dari penatalaksanaan othematom ialah mencegah

deformitas pada auricula yang dapat terjadi permanen. Prinsip

penatalaksanaan dari othematom ini adalah untuk mengevakuasi darah,

melekatkan kembali perikondrium dengan kartilago, mencegah

terakumulasinya darah kembali, serta mencegah terjadinya infeksi.16

1. Pungsi Aspirasi, dan pemasangan gips


Untuk melakukan pungsi aspirasi perlu diperhatikan bahwa prosedur

ini dilakukan dalam keadaan steril serta setelah prosedur ini dilakukan perlu

diberikan antibiotik yang adekuat. Pemantauan dilakukan untuk memastikan

hematom tidak berulang kembali dan dapat berkembang terbentuknya deposit

fibrous ataupun infeksi. Selain itu untuk mencegah adanya reaukumulasi dari

darah perlu dilakukan penekanan.


Indikasi:

10
 Aurikularis anterior bengkak setelah trauma, terakumulasinya darah

dalam perikondrium.
 Akumulasi darah masih dalam waktu tujuh hari, apabila setelah tujuh

hari maka pembentukan jaringan granulasi dapat menyulitkan prosedur

dan perlu penanganan spesialis lelbih lanjut.


Alat yang diperlukan:
 Spuit 5 ml dengan jarum ukuran 20 G
 Scalpel nomer 11 dan 15 dengan pemegangnya
 Curved hemostat (mosquito)
 Penrose drain
 Betadine scrub
 Kain kasa steril
 Nylon atau prolene 2-0
 Lidokain 1% (dengan atau tanpa epinefrin)
 Peralatan irigasi (spuilt, normal salin)
 Bahan untuk penekanan
Balut tekan sederhana dengan kapas kering, kasa dengan vaseline, kasa

dengan elastic bandage.


Balut tekan khusus dental rolls (cotton bolsters, slicon slint, plaster

mold), balut tekan dengan kancing baju yang difiksasi dengan benang

nilon atau benang prolen dan penekanan dengan gips.


Anastesi:
 Dilakukan anestesi lokal dengan lidokain 1% dengan 1:100.000

epinefrin atau tanpa epinefrin dan diinfiltrasi secara langsung pada

daerah yang akan diinsisi dan drainase.


 Pada beberapa literature dilakukan anestesi dengan lidokain tanpa

disertai agen vasokonstriktif seperti epinefrin, namun beberapa

literature menyetujui keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada

lokasi seperti hidung dan daun telinga.

Persiapan:

 Bersihkan kulit dengan betadin dan alkohol, dapat dilakukan pula

dengan betadine cleanser


 Dilakukan anestesi lokal dengan lidokain 1% secara infiltrasi

11
Penatalaksanaan:

Aspirasi jarum


Meskipun secara luas masih digunakan, metode aspirasi jarum ini

tidak lagi direkomendasikan karena dapat menyebabkan

reakumulasi hematom. Aspirasi sering kali tidak adekuat sehingga

memerlukan penanganan lebih lanjut. Beberapa literatur

menganjurkan dilakukan aspirasi terlebih dahulu dan diikuti

metode insisi

Dengan jarum ukuran 18 atau 20 G dilakukan aspirasi hematom

pada daerah yang paling fluktuatif atau pada daerah yang paling

bengkak.17

Gambar 2.4
Pusgsi Aspirasi Othematom dengan Jarum.17
Pemasangan gips


Dipasang gips yang dicampur dengan sedikit air kemudian

dicetakkan pada daun telinga sebagai alat menekanan untuk

melekatkan perikondrium pada kartilago.17

12
Gambar 2.5
Pemasangan Gips pada Othematom.17
2. Insisi dan bebat tekan
Insisi:

Insisi pada tepi hematom harus dibuat sejajar dengan heliks.

Pembukaan harus cukup luas untuk mengeluarkan seluruh

hematom.

Perlahan-lahan dipisahkan kulit dengan perikondrium dari

hematom dan tulang rawan, kemudian lakuakn pengeluaran

hematom. Hal ini perlu dilakukan secar hati-hati karena dapat

merusak perikondrium.

Bila kumpulan bekuan darah telah terjadi karena keterlambatan

penanganan, dapat digunakan kuret untuk mengeluarkan bekuan

darah.

Kemudian dilakukan irigasi dengan normal salin.

Pemasangan drain dilakukan pada kasus-kasus dengan hematom

yang sangat luas. Namun hal ini dapat menyebabkan luka pada

drain dan dapat pula menjadi predisposisi infeksi. Jika dilakukan

13
pemasangan drain, pasien harus diberikan antibiotic adekuat. Drain

harus dilepas dalam 24 jam jika tidak terdapat perdarahan yang

signifikan.17

Gambar 2.6
Insisi Othematom.17

Bebat tekan:


Lakukan penekanan selama 5-10 menit, lalu lakukan kompresi

dengan balut tekan.



Kompresi balut tekan dapat dibuat denganberbagai metode

sederhana seperti meletakkan kapas kering pada kanal eksternal

yang kemudian celah-celah aurikuler eksternal diisi dengan kasa

lembab yang telah direndam dengan salin atau vaselin.



Setelah itu dapat ditambahkan 3-4 lapis kasa di belakang telinga

sebagai tampon posterior dengan cara memotong kasa dengan

bentuk v sehingga tepat diletakkan pada bagian posterior.



Tutup dengan kasa berlapis dan balut dengan elastic bandage.

Kasa tersebut dapat diganti dengan silicon spilt atau dental rolls

pada bagian anterior dan posterior auricular.18

14
Gambar 2.7

Bebat Tekan pada Othematom. 17

3. Pungsi aspirasi dan injeksi steroid


Cara yang lain setelah dilakukan pungsi aspirasi ialah pemberian

steroid injeksi.

Ambil cairan dalam othematom dengan jarum, kemudian ukur jumlah

cairan yang keluar,



Masukkan cairan kenakort sebanyak 1/3 dari jumlah cairan yang keluar

dengan jarum injeksi 1cc.

15

Ulangi dua hari sekali sampai othematom sembuh dan tidak terbentuk

lagi.1

2.10 Komplikasi

Bila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis.

Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi

akibat trauma, pasca operasi telinga, serta sebagai komplikasi hematoma daun

telinga, otitis eksterna kronik, otitis media kronik, pseudokista. Pengobatan

dengan antibiotika sering gagal. Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan

hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut. Selain itu

bisa juga terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan infeksi lokal. 10

16
BAB 3

KESIMPULAN

Kejadian hematoma daun telinga atau othematoma biasanya didahului

dengan adanya trauma, seringkali terjadi pada olahragawan yang banyak

kontak fisik seperti pemain gulat, petinju dan pemain rugby dan dapat

menyebabkan masalah kosmetik seperti cauliflower ear atau bahkan

kehilangan kampuan mendengar. Diagnosis dari hematoma daun telinga ini

ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan aspirasi.

Beberapa teknik diaplikasikan sebagai terapi dari othematoma, antara

lain dengan aspirasi, pemasangan gips, insisi, dan drainase serta penempatan

pembalut tekan yang ditujukan untuk mengeluarkan isi hematoma, mencegah

berulangnya hematoma, mencegah perikondritis, dan mencegah deformitas

kosmetik.

Othematom merupakan hematoma pada daun telinga akibat suatu

benturan yang menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara

perikondrium dan kartilago. Hematoma pada daun telinga disebabkan oleh

trauma, sehingga terdapat penumpukan bekuan darah diantara perikondrium

dan tulang rawan. Bila bekuan darah ini tidak dikeluarkan dapat terjadi

organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan menjadi padat dan permanen.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Boies R.L in Effendi H, Santoso K. Penyakit Telinga Luar iin Boies Buku Ajar

Penyakit THT (BOIES Fundamental Of Otolaringology) , Ed 6.Penerbit Buku

Kedokteran, Hal: 75- 84.


2. Malloy, Kelly Michelle, MD. 2013. Assesment and Management of Auricular

Hematoma and Cauliflower Ear. Uptodate:

https://www.uptodate.com/contents/assessment-and-management-of-auricular-

hematoma-and-cauliflower-ear#H3540800.
3. Moncef Sellami et al, 2017. Traumatic Auricular Hematoma. Department of

Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery Habib Bourguiba University Hospital,

Sfax, Tunisia.
4. Anderson, M., Hall, S., & Martin. M. (2009). Foundations of Athletic Training:

Prevention, Assessment and Management. (4th Ed.). Lippincott Williams and

Wilkins: Philadelphia, PA.


5. Stedman's Medical Dictionary 27th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &. Wilkins;

2012: 56.
6. Pan American Medical Journal. 2017. Auricle hematome. San Fransisco. NCBI
7. Tan, S & Hsu, G. 2016. Epidemiology of pseudocyst auricle. Hongkong. Medscape
8. Togo, H. 2006. Anatomy histology of auricle. Medscape
9. Ozel, Halil E, MD, et al. 2015. Auricular Hematoma Cases Caused by Mobile

Phones. Turkey. Elsevier:

https://www.researchgate.net/publication/284114006_Auricular_hematoma_cases_ca

used_by_mobile_phones.
10. Primasari, Astin, dr, Sp. THT-KL. 2015. Buku Ajar Sistim Telinga, Hidung dan

Tenggorokan. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Semarang.
11. Ingvaldsen, Christoffer Aam and Tonseth, Kim Alexander. 2017. Orehematom.

Tidsskr Nor Legeforen No. 2, 2017; 137: 105–7.


12. Othematoma dan Pengelolaannya, available from
http://www.kalbe.co.id/files/15othematomdanpengelolaanya120pdf/15othematomdan

pengelolaannya120.html
13. Buckingham R.A, Hematoma Of Auricular in Ear, Nose and Throat Disease A Pocket

Reference, Ed 2nd , New York:1994, P:76.

18
14. Sosialisman and Helmi inSoepardi A.E Iskandar N edt. Kelainan Telinga luar in Buku

Ajar Ilmu Keshatan Telinga Hidung dan Tenggorok Kepala Leher, Ed 5, FKUI 2001,

hal : 9-11,45
15. Pedoman Pelayanan Medik Poliklinik THT, 2001. Diagnosis, Terapi, dan Tindakan

Medis. SMF Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok. RSUD DR. Soetomo.

Surabaya.
16. Clemons J, Severeid R, 2017. Auricular Trauma.
17. Leybell, Inna, 2018. Auricular Hematoma Drainage. Emedicine.
18. Merino, J et al, 2003. Otohematoma, Manejo Quirurgoci de un caso. Rev Cent

Dermatol Pascua.

19

Anda mungkin juga menyukai