Anda di halaman 1dari 30

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pola makan.

1. Pengertian.

Definisi Pola makan menurut Lie Goan Hong (1985 dalam

Matondang, 2007) adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh

satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suat kelompok masyarakat

tertentu. Pendapat lain mengatakan pola makan adalah gambaran

mengenai jenis makanan dan frekuensi makan yang dikonsumsi dan

berlaku berulang-ulang dan terus-menerus (Mulia, 2010). Sementara

Baliwati (2004 dalam Okviani, 2011) mengatakan bahwa pola makan atau

pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.

Dari beberapa pendapat yang berbeda, dapat diartikan secara umum

bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang digunakan seseorang

atau sekelompok orang dalam memilih dan menggunakan bahan pangan

dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah

makanan, dan frekuensi makan. Menurut Baliwati (2004 dalam Khairina,

2008) ada dua data yang dapat diamati dalam survey konsumsi pangan

yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif dapat

mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data

kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun


14

keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi.

Handjani (1996 dalam Sari, 2012) mengemukakan pengertian pola makan

yaitu tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan

makanan yang menggambarkan konsumsi makan harian meliputi jenis

makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makan.

2. Ayat Al Qur’an tentang Makanan yang Baik dan Halal.

Berikut ini beberapa ayat Al Qur’an yang terkait dengan makanan

yang baik, halal, dan haram:

a. QS Al Baqarah: 168.

‫طييِباَ ا عولع تعتنببدعوما دخطدعوا ب‬


‫ت النشميِ ع‬
‫طاَبن إبننهد لعدكمم ععددوو ممببيِنن‬ ‫س دكدلوما بمنماَ بفيِ العمر ب‬
‫ض عحلعلا ع‬ ‫عياَ أعميعهاَ النناَ د‬

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik

dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti

langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah

musuh yang nyata bagimu.”

b. QS Al Baqarah: 172

‫ت عماَ عرعزمقعناَدكمم عوامشدكدروما بللب بإن دكنتدمم إبنياَهد تعمعبدددوعن‬ ‫عياَ أعميعهاَ النبذيعن آعمدنوما دكدلوما بمن ع‬
‫طيِيعباَ ب‬

Artinya “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara

rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan

bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya

kamu menyembah.
15

Di dalam ayat ini, Allah mengulangi kembali agar memakan

makanan yang baik, sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat 168.

Selanjutnya Allah menyeru agar selalu bersyukur terhadap nikmat-

Nya jika benar-benar beribadah dan menghamba kepada-Nya.

Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman

halal, yaitu :

a. Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,

b. Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,

c. Mendapat perlindungan dari Allah SWT,

d. Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,

e. Tercermi kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa

adanya,

f. Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.

3. Jenis Makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,

dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat

dan seimbang. Menyediakan variasi makanan merupakan salah satu cara

untuk mengatasi rasa bosan yang mengurangi selera makan. Variasi menu

yang tersusun oleh kombinasi bahan makanan yang diperhitungkan dengan

tepat akan memberikan hidangan sehat baik secara kualitas dan kuantitas.

Jenis makanan yang dikonsumsi remaja dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu makanan utama dan makanan selingan (Sediaoetama, 2006)


16

a. Makanan Utama

Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang

berupa makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari

makanan pokok, lauk- pauk, sayur, buah, dan minuman.

1) Makanan Pokok

Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang

peranan paling penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya

makanan pokok berfungsi sebagai sumber utama kalori atau energi

(kalori) dalam tubuh dan memberi rasa kenyang.

Bahan makanan pokok di Indonesia dapat berupa beras

(serealia), akar dan umbi, serta ekstrak tepung seperti sagu.

2) Lauk- pauk

Pada umumnya lauk- pauk merupakan sumber utama protein

di dalam hidangan yang berfungsi sebagai zat pembangun.

Berdasarkan sumbernya, lauk- pauk digolongkan menjadi dua yaitu

lauk- pauk hewani seperti daging, ikan, telur, dan sebagainya dan

lauk- pauk tumbuhan seperti kacang- kacangan dan hasil olahan

kacang seperti tempe dan tahu.

3) Sayur dan buah

Kedua bahan makanan ini termasuk bahan nabati dan

umumnya meruapakan penghasil vitamin dan mineral, namun ada

juga beberapa jenis sayur dan buah yang menghasilkan energi

dalam jumlah yang cukup berarti.


17

4) Minuman

Minuman merupakan cairan yang dikonsumsi yang tidak

terbatas waktunya, atau yang mengiringi makanan selingan seperti

air putih, es, jus, teh, dsb.

b. Makanan Selingan

Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri

maupun yang dijual. Makanan selingan terdiri dari:

1) Makanan selingan berbentuk kering, seperti keripik, pop corn,

kacang telur, dsb.

2) Makanan selingan berbentuk basah, seperti lemper, kue basah, tahu

isi, dsb.

3) Makanan selingan berbentuk kuah, seperti mi ayam, bakso, empek-

empek, dsb.

Salah satu syarat susunan menu adalah bervariasi, artinya jenis

bahan makanan yang digunakan dalam hidangan harus berganti- ganti

setiap harinya. Untuk itu perlu diketahui bahan makanan pengganti

bagi setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk- pauk, sayur

dan buah) (Sediaoetama, 2006).

4. Jumlah Makanan

Jumlah atau porsi makanan merupakan ukuran maupun takaran makanan

yang dikonsumsi pada tiap kali makan (Sediaoetama, 2006). Jumlah

(porsi) standar bagi remaja adalah sebagai berikut:


18

1) Makanan pokok berupa nasi, roti tawar, dan mi instant. Jumlah

makanan pokok antara lain: nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mi

instant ukuran besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram.

2) Lauk- pauk, terdiri dari golongan hewani dan tumbuhan dengan

jumlah: daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram

(2 potong), tahu 100 gram (2 potong).

3) Sayur, merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan.

4) Jumlah (porsi) sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran: 100 gram.

5) Buah, merupakan suatu hidangan yang disajikan setelah makanan

utama sebagai pencuci mulut. Porsi untuk buah ukuran buah 100

gram, dan ukuran potongan 75 gram.

6) Makanan selingan, biasanya dihidangkan antara waktu makan pagi ke

makan siang, dan antara makan siang ke makan malam. Jumlah untuk

makanan selingan tidak terbatas jumlahnya (bisa sedikit atau banyak).

7) Minuman, tiap jenis minuman berbeda- beda tapi pada umumnya

jumlah atau ukuran untuk air putih dalam sehari lima kali atau lebih

gelas (2 liter per hari), sedangkan untuk susu 1 gelas (200 gram).

5. Frekuensi Makan

Pola makan yang baik dan benar untuk anak ialah yang mengandung

karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sebagai contoh pola

makan sehari 3 kali yaitu makan pagi, selingan siang, makan siang,

selingan sore, makan malam, dan sebelum tidur. Makanan selingan sangat
19

diperlukan, terutama jika porsi makanan utama yang dikonsumsi anak

pada saat makan pagi, makan siang dan makan malam belum mencukupi.

Makan selingan tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan nafsu

makan remaja pada saat menyantap makanan utama berkurang akibat

kekenyangan oleh makanan selingan (Sari, 2012).

6. Makanan yang Baik dan Sehat.

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang dikeluarkan oleh

Direktorat Gizi Depkes tahun 1995 (Almatsier, 2005) menguraikan tiga

belas dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai

pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari- hari yang seimbang dan

aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang

optimal yaitu makanlah aneka ragam makanan, makanlah makanan untuk

memenuhi kecukupan energi, makanlah makanan sumber karbohidrat,

setengah dari kebutuhan energi, batasi konsumsi lemak dan minyak

sampai seperempat dari kebutuhan energi, gunakan garam beriodium;

makanlah makanan sumber zat besi, berikan ASI saja kepada bayi sampai

umur empat bulan, biasakan makan pagi, minumlah air bersih, aman yang

cukup jumlahnya, lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur;

hindari minum minuman beralkohol, makanlah makanan yang aman bagi

kesehatan, dan bacalah label pada makanan yang dikemas.

Santoso ( 2009 ) berpendapat makanan yang dianjurkan untuk

dikonsumsi adalah makanan yang seimbang, terdiri atas: sumber zat

tenaga misalnya nasi, roti, mie, bihun, jagung, ubi, singkong, tepung-
20

tepungan, gula, dll; sumber zat pembangun misalnya ikan, telur, ayam,

daging, susu, kacangkacangan, tahu, tempe, dll; dan sumber zat pengatur

misalnya sayuran dan buahbuahan terutama yang berwarna hijau dan

kuning.

7. Jurnal penelitian sebeumnya yang terkait dengan Pola Makan.

Wandansari K ( 2013 ) hubungan antara pola makan dengan kejadian

DM tipe 2. Hasil uji analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara pola

makan dengan kejadian DM tipe 2. Sebagian besar responden banyak

yang tidak pernah mengatur pola makan dibandingkan yang mengatur

pola makan.

Perubahan pola hidup dan pola makan yang berlebihan menyebabkan

gangguan metabolisme zat-zat makanan baik berupa karbohidrat, protein

dan lemak yang menyebabkan penyakit DM (Fibrina, 2005).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maryani (2011) bahwa tidak

ada hubungan antara pola makan dengan kejadian DM tipe 2. Berbeda

dengan penelitian Fibriana (2005), dalam penelitian menyatakan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian DM

pada penderita DM .

Peneliti yang lain sebelumnya Ayu D ( 2013 ) menemukan hasil analisa

data pola makan pada responden pada kelompok kasus atau responden dengan

DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nusukan mempunyai pola makan

buruk. Hal ini dibuktikan dengan teori yang menyebutkan faktor diit terlebih

lagi gaya hidup modern yang sering mengkonsumsi makanan siap saji saat ini

mengakibatkan peningkatan terhadap pengaruh risiko munculnya penyakit


21

DM tipe-2, konsumsi minuman yang mengandung pemanis gula berlebihan

juga berhubungan dengan peningkatan risiko. Konsumsi beras putih yang

terlalu berlebih juga berperan dalam meningkatkan risiko mencapai lebih dari

7% (Farrell, 2008). Beberapa responden mengatakan dengan banyaknya

tempat-tempat makanan siap saji yang terus menjamur mengakibatkan

keinginan untuk mengkonsumsi makanan tersebut lebih tinggi dan dirasa

lebih efisien ketika istirahat pada waktu jam kerja. Hal ini juga didukung

dengan tinjauan teori dari Suyono (2007) dan Suiraoka (2012), pola makan

yang tinggi lemak, garam, dan gula mengakibatkan masyarakat

mengkonsumsi makanan secara belebihan, selain itu pola makanan yang serba

instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat tetapi dapat

mengakibatkan peningkatan kadar gula darah.

B. Tinjauan Umum Tentang Genetik.

1. Pengertian Gen

Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika

dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa

substansi hereditas yang dinamakan gen terdapat dalam lokus, di dalam

kromosom. Menurut W. Johansen, gen merupakan unit terkecil dari suatu

makhluk hidup yang mengandung substansi hereditas, terdapat di

dalam lokus gen. Gen terdiri dari protein dan asam nukleat (DNA dan

RNA), berukuran antara 4 – 8 m (mikron).


22

2. Sifat-Sifat Gen.

Gen mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

a. Mengandung informasi genetik.

b. Tiap gen mempunyai tugas dan fungsi berbeda.

c. Pada waktu pembelahan mitosis dan meiosis dapat mengadakan

duplikasi.

d. Ditentukan oleh susunan kombinasi basa nitrogen.

e. Sebagai zarah yang terdapat dalam kromosom.

3. Fungsi Gen

Fungsi gen antara lain:

a. Menyampaikan informasi kepada generasi berikutnya.

b. Sebagai penentu sifat yang diturunkan.

c. Mengatur perkembangan dan metabolisme.

4. Simbol-Simbol Gen

a. Gen dominan, yaitu gen yang menutupi ekspresi gen lain, sehingga

sifat yang dibawanya terekspresikan pada turunannya (suatu individu)

dan biasanya dinyatakan alam huruf besar, misalnya A.

b. Gen resesif, yaitu gen yang terkalahkan (tertutupi) oleh gen lain (gen

dominan) sehingga sifat yang dibawanya tidak terekspresikan pada

keturunannya.

c. Gen heterozigot , yaitu dua gen yang merupakan perpaduan dari sel

sperma (A) dan sel telur (a).


23

d. Gen homozigot, dominan, yaitu dua gen dominan yang merupakan

perpaduan dari sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, misalnya

genotipe AA.

e. Gen homozigot resesif, yaitu dua gen resesif yang merupakan hasil

perpaduan dua sel kelamin. Misalnya aa. Kromosom homolog, yaitu

kromosom yang berasal dari induk betina berbentuk serupa dengan

kromosom yang berasal dari induk jantan.

f. Fenotipe, yaitu sifat-sifat keturunan pada F1, F2, dan F3 yang dapat

dilihat, seperti tinggi, rendah, warna, dan bentuk.

g. Genotipe, yaitu sifat-sifat keturunan yang tidak dapat dilihat, misalnya

AA, Aa, dan aa.

5. Penurunan Sifat (Hereditas)

Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak

peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang

lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai

mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan

dan biarawan ini menemukan prinsip-prinsip dasar pewarisan melalui

percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang.

Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II.

Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu

sifat beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua

kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum

Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses


24

pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I

disebut juga dengan hukum segregasi. Mendel melanjutkan persilangan

dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna

bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti

berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara bebas

saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang lain

juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1.

Berdasarkan penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak

adanya hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan

fenotip beserta perbandingannya.

6. Hukum Pewarisan Mendel

Alel/gen dominan dan resesif pada orang tua (1, P), anak (2, F1) dan

cucu (3, F2) menurut Mendel. Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum

mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor

Johann Mendel dalam karyanya “Percobaan mengenai Persilangan

Tanaman”. Hukum ini terdiri dari dua bagian:

a. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai

Hukum Pertama Mendel, dan

b. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari

Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

7. Jurnal peneliti sebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian Ayu D ( 2013 ) menunjukkan bahwa genetik

pada kelompok kasus responden dengan riwayat keluarga DM mencapai 25


25

orang. Pada responden yang mempunyai genetik atau riwayat keluarga dengan

DM, maka hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya

DM tipe II pada responden, dan sebaliknya pada responden kontrol yang tidak

mempunyai riwayat keluarga DM maka responden kemungkinan kecil untuk

mengidap penyakit DM tipe II. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Putra (2011) di Poliklinik RS Dr. Soetomo Surabaya yang

menunjukkan bahwa orang akan 42 kali lebih beresiko terkena DM tipe 2

dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan

DM.

C. Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Olahraga.

1. Pengertian.

Fisiologi Olahraga merupakan cabang ilmu fisiologi yang

mempelajari perubahan fisiologis di tubuh pada saat seseorang

berolahraga. Dengan mengetahui perubahan yang terjadi di tubuh,

seseorang dapat merancang suatu program olahraga untuk mendapatkan

perubahan optimal sesuai dengan yang diharapkan. Kesehatan Olahraga

pada dasarnya mengkaji hubungan timbal balik antara Kesehatan dan

Olahraga. Sasaran utamanya adalah bagaimana kesehatan mendukung

prestasi olahraga, dan bagaimana olahraga mendukung derajat kesehatan

seseorang.

Sistim Kesehatan Nasional yang dianut di Indonesia pada hakekatnya

adalah pencerminan upaya meningkatkan kemampuan setiap individu dan

segenap masyarakat dalam memecahkan sendiri masalah kesehatannya


26

menuju peningkatan derajat kesehatan tertentu. Peningkatan kemampuan

ini merupakan bagian integral dari pembangunan nasional karena

keterkaitan dan ketergantungannya pada sektor-sektor lain dari

pembangunan.

2. Perubahan tubuh akibat olahraga.

Dengan berolahraga akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh

menurut jenis, lama, dan intensitas latihan yang dilakukan. Secara umum

olahraga yang dilakukan secara teratur dengan takaran yang cukup akan

menyebabkan perubahan sebagai berikut:

a. Perubahan pada Jantung

Jantung akan bertambah besar dan kuat sehingga daya tampung

besar dan denyutan kuat. Kedua hal ini akan meningkatkan efisiensi

kerja jantung. Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung tak perlu

berdenyut terlalu sering. Pada orang yang tidak melakukan olahraga,

denyut jantung rata-rata 80 kali per menit, sedang pada orang yang

melakukan olahraga teratur, denyut jantung rata-rata 60 kali per menit.

Dengan demikian dalam satu menit dihemat 20 denyutan, dalam satu

jam 1200 denyutan, dan dalam satu hari 28.800 denyutan.

Penghematan tersebut menjadikan jantung awet, dan boleh diharap

hidup lebih lama dengan tingkat produktivitas yang tinggi (Strauss,

1979).
27

b. Perubahan pada Pembuluh darah

Elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena

berkurangnya timbunan lemak dan penambahan kontraksi otot

dinding pembuluh darah. Elastisitas pembuluh darah yang tinggi

akan memperlancar jalannya darah dan mencegah timbulnya

hipertensi. Disamping elastisitas pembuluh darah yang meningkat,

pembuluh-pembuluh darah kecil (kapiler) akan bertambah padat pula.

Penyakit jantung koroner dapat diatasi dan dicegah dengan mekanisme

perubahan ini. Kelancaran aliran darah juga akan mempercepat

pembuangan zat-zat lelah sebagai sisa pembakaran sehingga bisa

diharapkan pemulihan kelelahan yang cepat (Soekarman, 1987).

c. Perubahan pada Paru

Elastisitas paru akan bertambah sehingga kemampuan

berkembang kempis juga akan bertambah. Selain itu jumlah alveoli

yang aktif (terbuka) akan bertambah dengan olahraga teratur. Kedua

hal diatas akan menyebabkan kapasitas penampungan dan penyaluran

oksigen ke darah akan bertambah. Pernafasan bertambah dalam dengan

frekuensi yang lebih kecil. Bersamaan dengan perubahan pada jantung

dan pembuluh darah, ketiganya bertanggung jawab untuk penundaan

kelelahan (McArdle, 1986).

d. Perubahan pada Otot

Kekuatan, kelentukan, dan daya tahan otot akan bertambah. Hal

ini disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan


28

meningkatnya sistim penyediaan energi di otot. Lebih dari itu

perubahan pada otot ini akan mendukung kelincahan gerak dan

kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal kecelakaan dapat

dihindari (Brooks, 1984).

e. Perubahan pada Tulang

Penambahan aktivitas enzim pada tulang akan meningkatkan

kepadatan, kekuatan, dan besarnya tulang, selain mencegah

pengeroposan tulang Permukaan tulang juga akan bertambah kuat

dengan adanya tarikan otot yang terus menerus (Fox, 1988).

f. Perubahan pada Ligamentum dan Tendo

Kekuatan ligamentum dan tendo akan bertambah, demikian juga

dengan perlekatan tendo pada tulang. Keadaan ini akan membuat

ligamentum dan tendo mampu menahan beban berat dan tidak mudah

cedera (Teitz, 1989).

g. Perubahan pada Persendian dan Tulang rawan

Latihan teratur dapat menyebabkan bertambah tebalnya tulang

rawan di persendian sehingga dapat menjadi peredam (shock absorber)

dan melindungi tulang serta sendi dari bahaya cedera (Wilmore, 1981).

h. Perubahan pada Aklimatisasi terhadap panas

Aklimatisasi terhadap panas melibatkan penyesuaian fali yang

memungkinkan seseorang tahan bekerja di tempat panas. Kenaikan

aklimatisasi terhadap panas disebabkan karena pada waktu melakukan

olahraga terjadi pula kenaikan panas pada badan dan kulit. Keadaan
29

yang sama akan terjadi bila seseorang bekerja di tempat panas (Fox,

1984).

3. Prinsip Latihan Olahraga.

Rancangan olahraga harus mengikuti prinsip latihan yang telah

dikemukakan oleh beberapa ahli, dan secara ringkas dapat diurai menjadi:

a. Prinsip Beban Berlebih (Overload)

Dengan beban berlebih, memaksa otot untuk berkontraksi

maksimal, sehingga merangsang adaptasi fisiologis yang akan

mengembangkan kekuatan dan daya tahan. Dengan pemulihan yang

baik, tubuh akan kembali pada kondisi kebugaran yang lebih tinggi

dari pada sebelum latihan.

b. Prinsip Tahanan Progresif

Semakin maju, beban semakin ditingkatkan. Dengan cara ini otot

selalu bekerja pada daerah beban berlebih (overload zone). Setiap

program latihan kebugaran dan kondisioning akan sangat efektif

apabila secara rutin latihan bertambah berat untuk setiap minggu atau

dua minggu. Prinsip ini didasarkan pada kenyataan bahwa tubuh akan

selalu beradaptasi dengan keadaan atau stres yang baru (Hairy, 1989).

c. Prinsip Susunan Latihan

Kelompok otot yang lebih besar harus dilatih sebelum

kelompok otot yang lebih kecil. Otot yang lebih kecil cenderung lebih

cepat lelah, sehingga untuk menjamin terjadinya beban berlebih pada

otot besar, otot tersebut harus dilatih sebelum otot yang lebih kecil
30

lelah. Sebagai contoh: otot kaki dan panggul harus dilatih sebelum otot

lengan. Untuk menjamin waktu pemulihan, tidak boleh ada latihan

berurutan yang melibatkan kelompok otot yang sama (Fox, 1984).

d. Prinsip Spesifitas

Teori SAID (Specific Adaptation to Improve Demand) dari

O'Shea mengatakan bahwa tubuh hanya beradaptasi secara khusus

terhadap beban yang diberikan. Dengan demikian beban latihan harus

disesuaikan dengan tujuan (O'Shea, 1976).

e. Prinsip Latihan Beraturan

Untuk memberi adaptasi pada tubuh, harus dilakukan latihan yang

teratur.

f. Prinsip Kembali Asal

Efek latihan akan hilang jika latihan tidak teratur atau bahkan

berhenti. Daya tahan aerobik akan menurun setelah satu minggu tidak

latihan, sedangkan kekuatan otot akan menurun setelah satu bulan

tidak latihan.

g. Prinsip individualitas

Pada dasarnya beban latihan harus diberikan sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan seseorang. Dengan demikian melakukan

pemeriksaan dan pengukuran awal merupakan hal yang mutlak.

h. Prinsip Beragam

Kebosanan dalam berlatih merupakan fenomena yang paling

sering dikeluhkan oleh pelaku olahraga. Perlu dilakukan variasi


31

dalam latihan baik jenis, metoda maupun suasana berlatih. Musik

dapat membuat suasana latihan menyenangkan.

4. Hal-hal yang sering terjadi pada saat latihan.

Apabila pada saat latihan denyut jantung mendadak naik atau

mendadak turun, berarti latihan yang dilakukan melampaui takaran,

kurangilah intensitasnya. Demikian pula apabila timbul rasa nyeri di dada.

Apabila ada rasa pusing, kepala terasa ringan dan keluar keringat dingin,

itu pertanda otak kurang mendapat cukup darah. Tetaplah bergerak dengan

intensitas yang lebih rendah (Teitz, 1989). Apabila sehari setelah latihan

masih ada rasa capai yang sangat, berarti latihannya terlalu keras, kurangi

intensitas latihan berikutnya. Demikian pula apabila malam setelah latihan

menjadi sulit tidur. Apabila pada menit-menit pertama menjalankan latihan

terasa sesak nafas, maka tambahlah pemanasan pada latihan berikutnya.

Jangan lupa untuk tetap minum, baik sebelum, selama maupun sesudah

latihan (McArdle, 1986).

5. Jurnal Penelitian sebelumnya

Dari hasil penelitian, AYU D ( 2013 ) membuktikan bahwa responden

kelompok kasus yang kurang olahraga memiliki risiko lebih besar terhadap

DM tipe II. Hal ini juga dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Made (2010) di Poliklinik RS Sanglah Denpasar yang menunjukkan bahwa

responden dengan kebiasaan olahraga yang kurang memiliki risiko tiga kali

terjadi DM tipe dibandingkan dengan mereka yang cukup olahraga.

Penelitian yang dilakukan Wandansari ( 2013 ) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2 di RSUD Dr.


32

Moewardi Surakarta. Seseorang yang teratur melakukan olahraga yaitu 3

kali/minggu selama minimal 30 menit dapat menurunkan risiko terjadinya

DM tipe 2 sebesar 3,217 kali dibandingkan dengan yang tidak melakukan

aktivitas fisik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fikasari (2012), bahwa

seseorang yang teratur melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan risiko

terjadinya penyakit DM tipe 2 sebesar 0,442 kali dibandingkan yang tidak

teratur/tidak pernah melakukan aktivitas fisik. Faktor risiko terjadinya DM

tipe 2, karena aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitifitas terhadap insulin, sehingga dapat memperbaiki kendali glukosa

dalam darah (Misnadiarly, 2006).

D. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus.

1. Pengertian

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012, DM

adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi kerana kelainan sekresi insulin, gangguan kerja

insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik

pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.

Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah (glukosa) darah

akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif. Pelaksanaan

diit hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan perubahan perilaku


33

tentang makanan (Instalasi gizi perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan

Asosiasi Diitisien Indonesia ).

DM merupakan suatu gangguan kronis yang di tandai dengan

metabolisme karbohidrat dan lemak yang relatif kekurangan insulin.

DM yang utama di klasifikasikan menjadi DM tipe I Insulin Dependen

DM (IDDM) dan tipe II Non Insulin Dependent DM (NIDDM). DM

merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa

darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara

relatif maupun absolut (Hidayah 2010 dalam Hasdianah, 2012).

Kesimpulannya DM adalah gangguan metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia, eterosklerotik,

mikroangiopati dan neuripoati. Hiperglikemia terjadi akibat dari

kekurangan insulin atau menurunnya kerja insulin.

2. Hadist tentang penyakit.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat

Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda :

‫عماَ أعمنعزعل اد عدااء إبنل أعمنعزعل لعهد عشعفاَاء‬

“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya”

3. Klasifikasi DM

DM dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori klinis yaitu:


34

a. DM tipe 1. Tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas

sehingga kekurangan insulin absolut. Umumnya penyakit berkembang

kearah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan kematian. Pada DM

tipe ini biasanya terjadi sebelum umur 30 tahun dan harus

mendapatkan insulin dari luar. Beberapa faktor resiko dalam DM tipe

ini adalah: autoimun, infeksi virus, riwayat keluarga DM (ADA, 2012).

b. DM tipe 2. Pada tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin tetapi

insulin yang bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin

akibat kegemukan. Faktor genetis dan pola hidup juga sebagai

penyebabnya. Faktor resiko DM tipe 2 adalah : obesitas, stress fisik

dan emosional, kehamilan umur lebih dari 40 tahun, pengobatan dan

riwayat keluarga diabetes melitus. Hampir 90% penderita DM adalah

DM tipe 2 (ADA, 2012).

c. DM dengan kehamilan atau DM Gestasional (DMG), merupakan

penyakit DM yang muncul pada saat mengalami kehamilan padahal

sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Tipe ini akan normal

kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada DMG adalah wanita

yang hamil dengan umur lebih dari 25 tahun disertai dengan riwayat

keluarga dengan diabetes melitus, infeksi yang berulang, melahirkan

dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg (ADA, 2012).

d. Diabetes tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta,

defek genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas,

endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi dan sindrom genetik
35

lain yang berhubungan dengan diabetes melitus. Beberapa hormon

seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin bersifat

antagonis atau melawan kerja insulin. Kelebihan hormone tersebut

dapat mengakibatkan DM tipe ini (ADA, 2012).

4. Etiologi

a. Obesitas. Makanan yang berlebihan menyebabkan gula dan lemak

dalam tubuh menumpuk dan menyebabkan kelenjar pankreas

bekerja keras memproduksi insulin untuk mengolah gula yang masuk

(Lanywati, 2011).

b. Kekurangan insulin. Kekurangan insulin disebabkan kerena tidak

memadainya hasil sekresi insulin sehingga respon jaringan terhadap

insulin berkurang. Hal ini merupakan gejala dari heperglikemia

(American Diabetes Association, 2011).

c. Pada saat hamil. Seorang ibu secara naluri akan menambah konsumsi

makanannya, sehingga berat badan ibu otomatis akan naik 7-10 kg.

Pada saat makanan ibu ditambah konsumsinya ternyata produksi

insulin kurang mencukupi, maka akan terjadi gejala DM (Lanywati,

2011).

d. DM tipe 2 merupakan gangguan yang melibatkan genetik dan faktor

lingkungan, 90% biasanya orang terdiagnosis setelah berusia 40 tahun,

obesitas adalah faktor mayor dengan 85 % dari seluruh orang dengan

DM tipe II.

5. Patofisologi DM
36

a. Semua tipe DM, sebab utamanya adalah hiperglikemi atau tingginya

gula darah dalam tubuh yang di sebabkan oleh sekresi insulin, kerja

dari insulin atau keduanya (Ignativicius & Workman, 2006).

b. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu (ADA, 2012):

1) Rusaknya sel-sel β pankreas. Rusaknya sel beta dapat di karenakan

genetic, imunologis atau dari lingkungan seperti virus.

Karakteristik ini biasanya terdapat pada DM tipe 1.

2) Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.

3) Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer

c. Apabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin , maka dapat

mengakibatkan beberapa hal menurut (Ignativicius dan Workman,

2006; Smeltzer et al, 2008):

1) Menurunnya transport glukosa melalui membran sel, keadaan ini

mengkibatkan sel-sel kekurangan makanan sehingga meningkatkan

metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah

penderita DM selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat

atau yang biasa disebut poliphagia.

2) Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukogenesis, karena

proses ini disertai nafsu makan meningkat atau poliphagia sehingga

dapat mengkibatkan terjadinya hiperglikemi. Tingginya kadar gula

dalam darah mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengabsorbsi

dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut


37

glukosuria. Manifestasi yang muncul yaitu penderita sering

berkemih atau poliuria dan selalu merasa haus atau polidipsi.

3) Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam

hati dan otot terganggu.

4) Meningkatkan glikognolisis, glukogeogenesis yang memecah

sumber selain karbohidrat seperti asam amino dan laktat.

5) Meningkatkan lipolisis, dimana pemecah trigliserida menjadi

gliserol dan asam lemak bebas.

6) Meningkatkan ketogenesis (merubah keton dari asam lemak bebas.

7) Proteolisis, dimana merubah protein dan asam amino dan

dilepaskan ke otot.

6. Manifestasi Klinis DM.

Manifestasi klinis DM dapt di golongkan menjadi gejala akaut dan kronik

(Perkeni, 2011).

a. Gejala Akut Penyakit Diabetes Melitus.

Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi,

bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu.

Pemula gejala yang ditunjukkan yaitu banyak makan (poliphagia),

banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing (poliuria).

b. Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala

banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang/berat

badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 3-4 minggu),


38

mudah lelah, dan bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual,

bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.

c. Gejala Kronik Diabetes Melitu

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderiata DM adalah

kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa

tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering

ganti kaca mata, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah

goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, bahkan

impotensi dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau

kematian janin dalam kandungan atau bayi lahir dengan berat 4 kg

(Soegondo dkk, 2004)

7. Epidemiologi

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [KEMENKES] (2009),

menyatakan bahwa secara epidemiologi, diperkirakan bahwa tahun 2030

prevalensi diabates melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.

Penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah

perkotaan menduduki rangking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan DM

menduduki rangking ke-6 yaitu 5,8% (Riset Kesehatan Dasar

[RISKESDAS], 2007). Di Yogyakarta angka kejadian DM berdasarkan

diagnosis dokter sebanyak 2,6% dan gejala akan meningkat sesuai

bertambahnya umur, namun akan turun mulai umur >65 tahun (Riskesdas,

2013).
39

8. Komplikasi DM

a. Kondisi kadar gula darah tetap tinggi akan timbul berbagai komplikasi.

Komplikasi pada DM dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan

komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi: Ketoasidosis diabetic,

hiperosmolar non ketotik, dan hiperglikemia (Perkeni,2011).

b. Sedangkan yang termasuk komplikasi kronik adalah, makroangiopati,

mikroangiopati dan neuropati. Makroangiopati terjadi pada pembuluh

darah besar (makrovaskular) seperti jantung, darah tepi dan otak.

Mikroangipati terjadi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular)

seperti kapiler retina mata, dan kapiler ginjal (perkeni, 2011).

9. Penatalaksanaan DM

Menurut Perkeni (2011), penataksanaan DM terdiri dari :

a. Edukasi

DM tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola hidup dan perilaku telah

terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan

partisipasi aktif pasien, keluarga, masyarakat. Tim kesehatan

mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Edukasi yang

di berikan meliputi:

1) Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang ditunjukkan

untuk kelompok resiko tinggi.

2) Edukasi untuk pencegahan skunder yaitu edukasi yang ditunjukkan

untuk pasien baru. Materi edukasi beruapa penegrtian diabetes,


40

gejala, penatalaksanaan, mengenal dan mencegah komplikasi akut

dan kronik.

3) Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang ditunjukkan

pada pasien tingkat lanjut, dan materi yang diberikan meliputi :

cara pencegahan komplikasi dan perawatan, upaya untuk

rehabilitasi, dll.

b. Terapi gizi atau Perencanaan Makan

Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan

diabetes secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan

secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas

kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Menurut Smeltzer et al,

(2008) bahwa perencanaan makan pada pasien diabetes meliputi:

1) Memenuhi kebutuhan energi pada pasien DM

2) Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan

seperti vitamin dan mineral

3) Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil

4) Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena

pada pasien DM jika serum lipid menurun maka resiko komplikasi

penyakit makrovaskuler akan menurun

5) Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi

komplikasi yang dapat ditimbulkan dari diabetes melitus.


41

c. Latihan jasmani

Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes karena

dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko

kardiovaskuler. Latihan menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin. Latihan juga dapat meningkatkan kadar HDL

kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida

(ADA, 2012).

Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang dari 30 menit), merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan diabetes melitus. Latihan jasmani yang dianjurkan

berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki,

bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknnya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Menurut ADA

(2012), ada beberapa pedoman umum untuk melakukan latihan jasmani

pada pasien diabetes yaitu:

1) Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindungan kaki

lainnya.

2) Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin

3) Periksa kaki setelah melakukan latihan.

4) Hindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk

5) Terapi farmakologis
42

Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diit yang benar,

olahraga yang teratur, dan obat-obatan yang diminum atau suntikan

insulin. Pasien DM tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin setiap

hari. Pasien DM tipe 2, umumnya pasien perlu minum obat anti

diabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes memerlukan suntikan

insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin

dan tablet (ADA, 2012).

10. Monitoring keton dan gula darah

Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri

penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar

glukosa darah secara optimal. Monitoring glukosa darah merupakan pilar

kelima dianjurkan kepada pasien diabetes melitus. Monitor level gula

darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya

hipoglikemia dan hiperglikemia dan pasien dapat melakukan keempat pilar

di atas untuk menurunkan resiko komplikasi dari DM (Smeltzer et al,

2008).

Anda mungkin juga menyukai