Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS DRP

Subyektif Obyektif Assessment Penatalaksanaan DRP


- - - DRP : Terapi tanpa indikasi (Primperan)
Pembahasan : Primperan mengandung metoclorpamid yang
memiliki efek terapi untuk mengurangi mual muntah.
Namun pada pasien tidak mengalami mual muntah sehingga
primperan tidak diperlukan pada kasus ini.
Plan : Pemberian primperan dihentikan.
Pasien merasakan pusing RBC: 3.37x106/μl (↓) Anemia DRP : Obat tidak efektif (Asam folat)
Hb: 9.5x109/dl (↓) Pembahasan : Anemia dengan level Hb antara 9-10 g/dl
pada pasien CKD dengan hemodialisis disarankan untuk
menggunakan terapi ESA (Erythropoietin Stimulating
Agent). Terdapat 2 jenis ESA yaitu yang bersifat short acting
(erythropoietin) dan long acting (darbepoetin) (KDIGO,
2012). Darbepoetin memiliki efektivitas yang hampir sama
dibandingkan epoetin (Brecckles, 2006). Darbopoetin tidak
tersedia di Indonesia.
Plan : Epoetin alfa 50 IU/kgBB 3 kali seminggu
Pasien merasakan pusing - - DRP : Underdose (Pamol)
Pembahasan : Pasien mengeluhkan pusing saat MRS namun
pamol hanya diberikan pada tanggal 12 saja. Seharusnya
pamol diberikan sejak MRS dan dilakukan monitoring
hingga pusing pasien sembuh.
Plan : Pamol diberikan saat MRS sampai pusing pasien
sembuh
Kalium (pre HD) 6.17 (↑) DRP : Overdose (Kalitake)
Kalium post HD 4.26 () Pembahasan : Kalitake memiliki indikasi untuk mengatasi
hiperkalemia karena gagal ginjal (Prasetya et al., 2007).
Nilai kalium pada pasien meningkat pada tanggal 8 pre HD,
dan menurun hingga nilai normal saat post HD. Namun
penggunaan kalitake pada kasus diberikan selama pasien di
rumah sakit.
Plan : Pemberian kalitake post HD sebaiknya dihentikan
untuk menghindari terjadinya hipokalemia dan
dilakukan monitoring kadar kalium pada pasien.
DRP : Underdose (Dextromethorpan)
Pembahasan : Pasien mengeluh batuk sejak MRS namun
pemberian DMP hanya dilakukan pada hari ke-6 di RS.
Plan : Dextromethorpan diberikan sejak MRS
DRP : Indikasi Tanpa Terapi (Hipertensi)
Pembahasan : Menurut Dipiro et al (2005) pasien CKD
yang mengalami hipertensi first line terapinya yaitu
golongan ACE inhibitor atau Angiotensin Reseptor Bloker.
Ramipril merupakan obat golongan ACE I yang memiliki
aktivas menghambat lebih baik dan dapat meningkatkan
GFR lebih tinggi jika dibandingkan dengan obat gol ACE I
yang lainnya (Catherine, 2004)
Plan :
DRP : Underdose HD
Pembahasan : Menurut KDOQI (2015) pasien ESRD
diterapi hemodialisis 3 kali seminggu selama 3 jam hingga 5
jam tiap sesi hemodialisis.
Plan : Hemodialisis dilakukan 3x seminggu
Uric acid : 8.8 (↑) Hiperurisemia DRP : Indikasi Tanpa Terapi (Allopurinol)
Pembahasan : Pasien pada kasus ini membutuhkan terapi
untuk menurunkan kadar asam urat, karena kadar asam urat
diatas normal. Menurut Sandoval (2018) pasien CKD stage
3-5 dengan hiperurisemia diberi terapi allopuronol karena
lebih efektif dalam menurunkan asam urat, dapat
menurunkan tekanan darah dan dapat meningkatkan nilai
GFR dibandingkan dengan febuxostat.
Plan : Pasien diberi Allopurinol dosis
DRP : Terapi Tanpa Indikasi (Osteocal)
Pembahasan : Pemberian kalsium pada pasien CKD dapat
memperparah kerusakan pada ginjal karena kalsium
dieliminasi banyak di ginjal.
Plan : Pemberian osteocal dihentikan
DRP : Terapi tanpa indikasi (Allupent)
Pembahasan : Allupent diindikasikan untuk pasien asma
yang mengalami sesak, sedangkan pasien tidak mengalami
asma.
Plan : Pemberian Allupent dihentikan
DRP : Terapi tanpa indikasi (ISDN)
Pembahasan : Isosorbide dinitrate diindikasikan untuk
pasien jantung. Namun pasien tidak memiliki penyakit
jantung sehingga terapi ISDN pada kasus sebaiknya tidak
diberikan.
Plan : Pemberian ISDN dihentikan

PLAN

FARMAKOLOGI

MRS KRS
Hemodialisis 3 x seminggu Dexamethorphan 3 x 1 tab k/p
Epoetin alfa 50 IU/kg BB iv 3x seminggu Pamol 3 x 1 tab k/p
Kalitake 2 x 1 oral Candesartan 1 x 1 oral 4 mg
Pamol 3 x 1 oral
Candesartan 1 x 1 oral 4 mg
Dextromethorphan 3 x 1 oral
Allopurinol 1 x 1 100 mg
Cefoperazone 2g /hari

Nilai ClCr pasien = [(140-71) 60 ]/72 x 16.2 = 3.549


NON FARMAKOLOGI
Pasien mengalami anemia sehingga disarankan makan sayur-sayuran tinggi zat besi seperti bayam, brokoli, dan lain-lain
Menghindari makanan yang berpurin tinggi

Daftar pustaka
Breckles, Joanne, 2006, Anemia management in chronic kidney disease, Pharmacy Practice.
Catherine, et al. 2004. Chronic Kidney Disease: prevention and treatment of common complications. Journal of American Family Physician. Vol
70 number 10 page 1921-1928.
Dipiro, J.T., Robert, L.T., Gary, C.Y., Gary, R.M., Barbara, G.W., L.Michael P. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach.
6th Edition. New York: Mc Graw Hill.
KDIGO, 2012, KDIGO Clinical Practice Guideline for Anemia in Chronic Kidney Disease, Kidney International Supplements
KDOQI, 2015, Update of the KDOQI™ Clinical Practice Guideline for Hemodialysis Adequacy, National Kidney Foundation.
Lin et al., 2017
Munar et al., 2007
Sandoval, J.C.R., Madero, M., 2018, Treatment of Hyperuricemia in Chronic Kidney Disease,
Prasetya, N.P.R., Karsana, R., Swastini, D.A., 2007, Kajian Interaksi Obat Pada Pengobatan Pasien Gagal Ginjal Kronis Hipertensi Di RSUP
Sanglah Denpasar Tahun 2007, Skripsi, Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai