Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS STABILITAS LERENG MEMAKAI PERKUATAN

SOIL NAILING DENGAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK SLOPE/W


(STUDI KASUS PADA SUNGAI PARIT RAYA)

Tatag Yufitra Rus, Widodo Suyadi, As’ad Munawir


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jalan MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Email: tatagyufitrarus@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia memiliki kondisi geologis dan geografis yang beragam. Kondisi yang beragam tersebut
membuat daerah berbukit dan lereng banyak digunakan sebagai tempat tinggal. Banyak kondisi tanah
dan lereng yang tidak stabil. Sehingga berpotensi terjadi longsor. Oleh karena itu, harus ada perkuatan
pada kondisi tanah seperti itu sebagai cara untuk mengatasi masalah tersebut. Pada awalnya,
pemerintah sudah membangun dinding penahan tanah di tepi lereng tersebut, tetapi masih belum
memadai dan belum mampu menahan kelongsoran tanah di daerah tersebut. Melalui analisis data yang
diperoleh, diketahui dinding penahan tanah dengan panjang 375 m dengan ketinggian antara 8 m
sampai dengan 8,5 m mengalami kerusakan pada bagian struktur sepanjang 90 m dikarenakan
pergeseran tanah pada daerah tersebut. Pada perbaikan diperoleh desain perkuatan soil nailing dengan
diameter baja ulir 0,032 m, diameter injeksi semen 0,3 m, jumlah tulangan vertikal yang dipakai 8 m,
spasi jarak tulangan baja vertikal 1 m dan horisontal 2 m, panjang tulangan baja ulir yang digunakan
ialah 3 batang ulir dari puncak lereng 10 m dan 5 batang ulir dari dasar lereng 12 m. Dari hasil analisa
dengan menggunakan SLOPE/W diperoleh desain tersebut mampu menahan kelongsoran dengan
angka keamanan yang didapatkan ialah 1,575. Selain itu hasil dari desain tersebut diperoleh anggaran
biaya senilai: Rp 1.993.665.000,00 (Satu Milyar Sembilan Ratus Sembilan Puluh Tiga Enam Ratus
Enam Puluh Lima Ribu Rupiah).

Kata kunci: Analisa stabilitas lereng, Soil Nailing, SLOPE/W.

PENDAHULUAN dikarenakan pergeseran tanah pada


Indonesia memiliki kondisi daerah tersebut.
geologis dan geografis yang beragam.
Kondisi yang beragam tersebut TUJUAN
membuat daerah berbukit dan lereng Adapun tujuan dari penelitian ini
banyak digunakan sebagai tempat adalah untuk mengetahui penyebab
tinggal. Banyak kondisi tanah dan kerusakan penahan tanah eksisting,
lereng yang tidak stabil. Sehingga mengetahui kondisi stabilitas lereng
berpotensi terjadi longsor. Oleh karena dan merencanakan perkuatan penahan
itu, harus ada perkuatan pada kondisi yang baru serta menghitung anggaran
lereng tersebut sebagai cara untuk biaya dan merencakan metode
mengatasi masalah longsor yang pelaksanaan untuk pekerjaan di lokasi
timbul. Pemerintah sudah membangun tersebut.
dinding penahan tanah di tepi lereng
TINJAUAN PUSTAKA
tersebut, tetapi masih belum memadai
dan belum mampu menahan Soil Nailing
kelongsoran tanah di daerah tersebut. Soil nailing adalah teknik
Melalui analisis data yang diperoleh, konstruksi yang dapat digunakan
diketahui dinding penahan tanah sebagai salah satu metode untuk
dengan panjang 375 m dengan memperkuat kondisi lereng tanah yang
ketinggian antara 8 m sampai dengan tidak stabil atau sebagai teknik
8,5 m mengalami kerusakan pada konstruksi yang digunakan untuk
bagian struktur sepanjang 90 m menambah keamanan bagi lereng
eksisting yang telah stabil. Soil nailing keterangan gambar :
pertama kali diaplikasikan sebagai α = Sudut kemiringan dasar irisan
perkuatan untuk sebuah dinding δ = Sudut tegak lurus beban
penahan tanah di perancis (1961). permukaan lereng terhadap
Kemudian dikembangkan oleh garis lurus vertikal
Rebcewicz (1964, 1965), untuk b = Lebar irisan
digunakan dalam galian terowongan h = Tinggi rata-rata dari irisan
yang dikenal dengan “The New Sm = Kekuatan geser tanah
Austrian Tunneling Method” (NATM). Q = Beban luar
Secara umum elemen-elemen yang N = Gaya normal
diperhatikan dalam penggunaan W = Beban tanah
metode perkuatan dengan soil nailing
adalah: Maka safety factor yang
1. Nail Bars diberikan untuk gaya-gaya pada irisan
2. Nail Head metode Bishop ialah :
3. Grrouting (Cor beton) [ ( ) ](
( )
)

4. Centralizers FSb =
dengan :
Analisa Stabilitas Lereng Sebelum FSb = Faktor aman lereng Bishop
Diperkuat (Metode Bishop) FSb’ = Faktor aman lereng Bishop
Metode ini dibuat oleh Bishop untuk cara coba-coba
(1955) Perhitungan hanya didasarkan c’ = Kohesi tanah efektif (kN/m2)
pada keseimbangan momen terhadap ø' = Sudut gesek dalam tanah
titik pusat lingkaran longsor dan efektif (derajat)
keseimbangan gaya vertikal yang b’ = Lebar irisan ke-i (m)
bekerja pada potongan Herlien Wi = Berat irisan tanah ke-i (kN)
(2011:125). i = Sudut yang didefinisikan
dalam Gambar 1 (derajat)
ui = Tekanan air pori pada irisan
ke-i (kN/m2)
ru = Rasio tekanan air pori
(kN/m2)
Analisa Stabilitas Lereng Setelah
Diperkuat Soil Nailing (Metode
Bishop)

Gambar 2 Perilaku Kuat Tarik Dari


Soil Nailing (Sumber: Amit Prashant
et al. 2010. Soil Nailing for
Gambar 1 Metode Bishop (Sumber: Stabilization of Steep Slopes Near
Amit Prashant et al. 2010. Soil Nailing Railway Tracks)
for Stabilization of Steep Slopes Near
Railway Tracks)
Tn = qu.π.d.le/FST Geostudio (SLOPE/W)
Dimana : Geostudio merupakan perangkat
Tn = Tahanan cabut dari nailing lunak di bidang geoteknik yang
(kN) dikembangkan dari Kanada. Dalam
le = Panjang nailing dibelakang penelitian ini program ini dipakai
pola kelongsoran (m) untuk menganalisa stabilitas lereng.
qu = Bond strength dari soil nailing Dalam menganalisa stabilitas lereng
terhadap tanah (kN/m2), lihat pada perangkat lunak tersebut kita
Tabel 2.3 menggunakan menu SLOPE/W,
FST = Safety factor dari kuat tarik adapun metode yang digunakan di
nailing 1,8. dalam program ini adalah Metode
Limit Equilibrium.
Maka safety factor yang terjadi Metode Limit Equilibrium adalah
setelah diperkuat soil nailing dengan metode yang menggunakan prinsip
metode Bishop ialah : kesetimbangan gaya, metode ini juga
[ ( ) ](
( )
) dikenal dengan metode irisan karena
FSbT = ( ) bidang kelongsoran dari lereng
Dimana : tersebut dibagi menjadi beberapa
FSb = Faktor aman lereng Bishop bagian. Dalam Metode Limit
FSb’ = Faktor aman lereng Bishop Equilibrium terdapat dua asumsi
untuk cara coba-coba bidang kelongsoran yaitu bidang
c’ = Kohesi tanah efektif (kN/m2) kelongsorannya yang diasumsikan
ø' = Sudut gesek dalam tanah berbentuk circular dan bidang
efektif (derajat) kelongsoran yang diasumsikan
b’ = Lebar irisan ke-i (m) berbentuk non-circular. Pada metode
Wi = Berat irisan tanah ke-i (kN) kesetimbangan batas dengan asumsi
i = Sudut yang didefinisikan bidang kelongsoran berbentuk circular.
dalam Gambar 3 (derajat)
Tn = Tahanan cabut dari nailing SLOPE/W Sebelum Diperkuat Soil
(kN) Nailing (Metode Bishop
λ = Sudut pemasangan nailing Disederhanakan)
(derajat) Pada metode Bishop yang
disederhanakan, software SLOPE/W
terlebih dahulu menggunakan rumus
Ordinary atau metode Fellinius.
[ ]
FSf =
Dimana :
FSf = Faktor aman lereng Fellinius
c’ = Kohesi tanah efektif (kN/m2)
ø' = Sudut gesek dalam tanah efektif
(derajat)
b’ = Lebar irisan ke-i (m)
Wi = Berat irisan tanah ke-i (kN)
Gambar 3 Metode Bishop Setelah i = Sudut yang didefinisikan dalam
Diperkuat Soil Nailing (Sumber: Amit Gambar 3 (derajat)
Prashant. et al. 2010. Soil Nailing for Metode ini bertujuan untuk
Stabilization of Steep Slopes Near mencari atau membantu menemukan
Railway Tracks) pendekatan nilai FSb’ pada Bishop
sehingga mempermudah proses coba-
coba (trial error). Nilai FSf pada
Fellinius akan dipakai untuk nilai
pendekatan awal pada nilai FSb’ di
metode Bishop sehingga akan didapat
nilai yang konvergen antara FSb dan
FSb’.
Berikut ini adalah langkah-
langkah analisa stabilitas lereng
dengan menggunakan perangkat lunak
SLOPE/W.
1. Buka GeoStudio SLOPE/W untuk
analisa stabilitas lereng.
2. Memilih Toolbars yang tersedia Gambar 4 Tampilan Input data
untuk digunakan. perkuatan dengan Nailing (Sumber:
3. Mengatur area gambar. Reinforcement with Nail. 2007.
4. Mengatur ukuran halaman area SLOPE/W)
gambar.
5. Mengatur skala.  Bond safety factor/pullout strength
6. Atur jarak pada Grid. safety factor dan bar safety
7. Mengatur dan menampilkan Grid. factor/nail-tensile strength safety
8. Menyimpan data ke File. factor ialah nilai angka keamanan
9. Menentukan Axes untuk yang diatur dalam riset Amit
mempermudah pembacaan jarak Prashant et al. mengenai Soil
dan lebar dan tinggi. Nailing for Stabilization of Steep
10. Penggambaran geometri lereng. Slopes Near Railway Tracks.
11. Menentukan metode analisis.  Bond diameter ialah besaran nilai
12. Menentukan opsi yang digunakan diameter dari baja tulangan ulir
dalam analisis. yang digunakan untuk perkuatan,
13. Menentukan sifat-sifat material Amit Prashant et al. dalam risetnya
tanah. mengenai Soil Nailing for
14. Gambarlah Piezometric Line untuk Stabilization of Steep Slopes Near
menentukan garis pada muka air Railway Tracks menggunakan baja
tanah. tulangan ulir dengan diameter 6, 8,
15. Menggambar lokasi Entry and 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 28, dan
Exit untuk menentukan batasan 32 mm.
dari garis.  Bar capacity merupakan nilai dari
16. Simpan analisa. kapasitas kuat tarik nailing
17. Melihat hasil analisa.
RT =
SLOPE/W Setelah Diperkuat Soil Dimana :
Nailing (Metode Bishop d = Diameter dari nailing
Disederhanakan) fy = Tegangan leleh ijin dari
Untuk Pada metode bishop nailing (415 Mpa atau 520
yang disederhanakan yang telah Mpa)
diperkuat soil nailing, perangkat  Bond skin friction/pullout resistance
lunak SLOPE/W memerlukan Menurut Amit Prashant et al.
parameter-parameter yang akan dalam risetnya mengenai Soil
digunakan untuk menginput data Nailing for Stabilization of Steep
pada perkuatan soil nailing yang Slopes Near Railway Tracks nilai
akan ditampilkan pada Gambar 4 qu (bond strength) telah dihitung
atau diestimasi.
Model Kegagalan dari Perkuatan panjang yang kurang dari nailing,
Soil Nailing oleh sebab itu maka diperlukan
Dalam perencanaan perkuatan mutu grouting yang tinggi agar
lereng dengan soil nailing, perlu mampu mengikat dengan baik yaitu
diketahui bahwa terdapat beberapa minimal mutu yang digunakan 25
model kegagalan yang harus MPa dalam mix desain dari sistem
diperhatikan agar perencanaan soil grouting.
nailing tepat dan efektif.
Model Kegagalan Eksternal
Model kegagalan eksternal
berkaitan dengan kemampuan massa
tanah yang telah diperkuat untuk
menahan tekanan tanah aktif yang
bekerja disekitar lereng dan tambahan
beban luar atau surcharge. Salah satu Gambar 6 Kegagalan Nail-Soil
model kegagalan eksternal yang harus Pullout Failure (Sumber: FHWA0-
diperhitungkan ialah stabilitas lereng, IF-03-017)
merupakan analisa yang diperlukan
dalam menentukan faktor aman dari 2. Bar-Grout Pullout Failure, adalah
bidang longsor dari suatu sistem lereng jenis kegagalan yang terjadi antara
yang telah direncanakan. Ada beberapa batang baja terhadap grouting.
metode analisa stabilitas lereng yang Kegagalan ini terjadi karena
dapat digunakan diantara lain; metode grouting tidak mampu mengikat
Fellinius, Bishop, Janbu dan dengan baik permukaan dari batang
Morgenstern-Price. baja. Penggunaan baja dengan
permukaan ulir dapat mengatasi
permasalahan dari kegagalan ini.

Gambar 5 Kegagalan stabilitas lereng


(Sumber: FHWA0-IF-03-017)
Gambar 6 Kegagalan Bar-Grout
Model Kegagalan Internal Pullout Failure (Sumber: FHWA0-
Model kegagalan internal IF-03-017)
berkaitan dengan kegagalan sistem
nailing dalam mekanisme beban yang 3. Nail Tensile Failure, adalah jenis
dipikul antara tanah, nailing, dan kegagalan dikarenakan mutu baja
grouting. Ada beberapa macam model yang kurang baik untuk menahan
kegagalan internal yang dapat terjadi beban penggerak tanah sehingga
diantaranya ialah: baja yang digunakan tidak efektif
1. Nail-Soil Pullout Failure, adalah dan dapat berakibat putus atau patah
kegagalan disepanjang permukaan dalam sistem soil nailing yang
tanah grouting terhadap tanah direncanakan.
karena ikatan antara grouting
terhadap tanah kurang berfungsi
dengan baik dan juga dikarenakan
Kali Parit Raya, Desa Ngadirejo,
Kecamatan Pogalan, Kabupaten
Trenggalek. Lokasi dibangunnya
dinding penahan tersebut berada pada
tebing sungai Kali Parit Raya untuk
perkuatan tebing dari muka air sungai
terhadap tebing sungai.
Gambar 7 Kegagalan Nail Tensile
Kondisi Lereng dan Dimensi
Failure (Sumber: FHWA0-IF-03-
Dinding Penahan Tanah Eksisting
017)
Dinding penahan tanah
merupakan kombinasi dinding
Rencana Anggaran Biaya
penahan pasangan batu kali 1:4
Menurut Ervianto (2002:129),
dengan pasangan bronjong yang
Kegiatan estimasi adalah salah satu
dipasang dibawah pondasi pasangan
proses utama dalam proyek konstruksi.
batu kali dengan dimensi 1x0,5x2 m.
Sebagai dasar untuk membuat sistem
Dinding penahan eksisting ini
pembiayaan dalam sebuah peusahaan,
memiliki tinggi sekitar 8 m
kegiatan estimasi juga digunakan
menggunakan pondasi pancang jenis
untuk merencanakan jadwal
mini pile diameter 20x20 cm dengan
pelaksanaan konstruksi. Estimasi dapat
kedalaman 3 m. Dinding penahan
diartikan peramalan kejadian pada
tanah eksisting ini memiliki panjang
masa datang. Dalam proyek konstruksi,
keseluruhan 375 m dan mengalami
khususnya pada tahap pelaksanaan,
kerusakan sepanjang 90 m. Dari
kontraktor hanya dapat memperkirakan
konsultan perencana diketahui elevasi
urutan kegiatan, aspek pembiayaan,
muka air sungai maksimum sedalam
aspek kualitas dan aspek waktu dan
5,525 m sedangkan muka air normal
kemudian memberi nilai pada masing-
sedalam 1,45 m terhadap dasar
masing kejadian tersebut.
permukaan struktur dinding penahan
Kegiatan estimasi pada
serta terdapat genangan dibelakang
umurnnya dilakukan dengan terlebih
lereng yang akan timbul saat musim
dahulu mempelajari gambar rencana
hujan datang.
dan spesifikasi. Berdasarkan gambar
rencana, dapat diketahui kebutuhan
material yang nantinya akan digunakan,
sedangkan berdasarkan spesifikasi
dapat diketahui kualitas bangunannya.
Penghitungan kebutuhan material
dilakukan secara teliti dan konsisten
kemudian ditentukan harganya. Dalam Gambar 8 Kondisi lereng dan
melakukan kegiatan estimasi, seorang konstruksi dinding penahan tanah
estimator harus memahami proses eksisting
konstruksi secara menyeluruh,
termasuk jenis dan kebutuhan alat,
karena faktor tersebut dapat Kondisi Pada Lokasi Proyek
memengaruhi biaya konstruksi. Dari Hasil peninjauan atau
observasi di lapangan yang dilakukan
METODE PENELITIAN diketahui telah terjadi kelongsoran
kearah muka sungai dengan tembok
Lokasi Proyek
penahan (eksisting) rusak sepanjang
Lokasi proyek dinding penahan
90 m dari panjang keseluruhan 375 m.
tanah yang ditinjau terletak di Tebing
B1-400 0,1494 12,107 1,725
B1-600 0,141 10,458 1,622
B2-200 0,0913 12,105 1,733
B2-400 0,0913 13,711 1,734
B2-600 0,155 10,458 1,666
B3-200 0,128 15,273 1,909
B3-400 0,085 13,711 1,755
B3-600 0,062 10,458 1,647
Gambar 9 Kondisi dinding penahan
eksisting melalui peninjauan lapangan B4-200 0,24 15,508 1,871
B4-400 0,033 13,927 1,801
Data Pengujian Boring B4-600 0,014 10,628 1,707
Data pengujian boring yang B5-200 0,045 12,105 1,77
digunakan terletak pada titik B1 hingga
B5-400 0,018 13,711 1,605
B6 karena titik ini lebih dekat atau
berada langsung pada konstruksi B5-600 0,0477 10,458 1,671
rencana dinding penahan tanah yang B6-200 0,0892 13,71 1,73
akan dibangun nantinya. B6-400 0,128 12,105 1,75
B6-600 0,041 10,458 1,75

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa Penyebab Kerusakan
Penahan Tanah Eksisting
Melalui pengamatan di
lokasi, diketahui telah terjadi
kelongsoran kearah muka sungai
Gambar 10 Titik lokasi pengujian dengan tembok penahan (eksisting)
boring rusak sepanjang 90 m dari panjang
keseluruhan 375 m. Dari konsultan
Hasil pengujian boring pada perencana diketahui elevasi muka air
titik B1 hingga B6 diuji oleh Lab sungai maksimum sedalam 5,525 m
Mekanika Tanah dan Geologi sedangkan muka air normal sedalam
Fakultas Teknik Universits 1,45 m terhadap dasar permukaan
Brawijaya, berikut adalah rekapitulasi struktur dinding penahan. Terdapat
hasil pengujian boring pada titik B-01 pula genangan air 15 cm
hingga B-06. dibelakang lereng yang akan timbul
saat musim hujan datang.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil-hasil Melalui analisa kelongsoran juga
pengujian sifat mekanis tanah untuk ditemukan bahwa tinggi garis
sampel tanah kelongsoran cukup tinggi sehingga
kedalaman tiang pancang tidak sesuai
Direct Shear untuk menahan permukaan garis
No. ϒ
c ø kelongsoran yang terjadi. Angka
Sampel keamanan yang diperoleh dari analisa
kg/cm2 o
gr/cm3
kelongsoran tersebut dengan program
B1-200 0,1411 13,711 1,922 SLOPE/W ialah 0,667 sehingga angka
tersebut menunjukan bahwa lereng Analisa Stabilitas Lereng Eksisting
tersebut tidak aman jika ditinjau dari dengan SLOPE/W
faktor keamanan (F) yang Dalam analisa kondisi lereng
dihubungkan dengan intensitas eksisting, kelongsoran melalui 7
kelongsorannya (Bowles, 1989). potongan gambar kondisi eksisting
dimulai dari P15 hingga P21.
Tabel 2 Hubungan nilai faktor Keseluruhan potongan tersebut
keamanan lereng dan intensitas longsor dianalisa satu persatu dengan
menyesuaikan kondisi sifat fisik
NILAI FAKTOR KEJADIAN INTENSITAS
material tanah lewat denah keenam
KEAMANAN LONGSOR titik Borlog yang terdekat dari
Longsor terjadi potongan yang diambil. Berikut adalah
F kurang dari 1,07
biasa/sering (lereng labil) hasil analisa keseluruhan potongan
yang telah dianalisa kestabilan lereng
F antara 1,07 Longsor pernah terjadi
eksistingnya dengan perangkat lunak
sampai 1,25 (lereng kritis)
SLOPE/W.
Longsor jarang terjadi
F diatas 1,25
(lereng relatif stabil)

Berdasarkan analisa tentang


kondisi lereng tersebut maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat genangan air pada musim
Gambar 11 Gambar kontur hasil dari
hujan dibelakang lereng yang
analisa kestabilan lereng eksisting
menyebabkan air masuk kedalam
geometri P18
lapisan lereng dan membuat muka
air tanah turun namun kondisi Tabel 3 Rekapitulasi angka keamanan
permukaan air di muka lereng kestabilan lereng eksisting
masih normal dikarenakan air yang
masuk kedalam lapisan lereng Nama Nilai Angka Keamanan
terhalang oleh lapisan kedap air dari Potongan Ordinary Bishop Janbu M-Price
struktur dinding penahan tanah yang P15 2,021 2,143 1,985 2,142
membuat berat dari tekanan pasif P16 1,653 1,865 1,67 1,865
atau gaya pendorong dari lereng P17 0,973 1,076 0,991 1,076
menjadi lebih besar dari gaya P18 0,598 0,660 0,607 0,660

penahan P19 0,597 0,662 0,604 0,662

2. Besarnya gaya kelongsoran yang P20 0,824 0,916 0,833 0,915


P21 0,713 0,760 0,717 0,759
telah dianalisa tidak mampu ditahan
oleh perkuatan pile yang didesain
Perbaikan Konstruksi Penahan
sehingga struktur penahan menjadi
Lereng dengan Soil Nailing
kurang stabil untuk menahan
Konstruksi penahan akan
kelongsoran yang terjadi.
menggunakan perkuatan soil nailing
3. Struktur material fisik tanah yang
dengan geometri lereng mengikuti
diperoleh dari Laboratorium
konstruksi yang sudah ada yaitu
Mekanika Tanah Jurusan Teknik
dengan kemiringan 1:1 (45o) facing
Sipil Universitas Brawijaya
yang digunakan juga mengikuti facing
menunjukan bahwa kondisi tanah
yang ada dengan pasangan batu setebal
pada lereng tersebut kurang baik
0,05 m. Berikut adalah perhitungan
sehingga membuat kondisi lereng
dan penentuan parameter-parameter
tersebut menjadi kurang stabil
yang digunakan dalam perencanaan Hasil analisa dari kestabilan lereng
konstruksi perkuatan dengan soil yang diperkuat
nailing menggunakan perangkat lunak Dari hasil analisa kestabilan
SLOPE/W lereng pada potongan gambar P18
 Parameter tanah yang telah diperkuat dengan soil
Sifat mekanis tanah yang nailing, diperoleh nilai angka
digunakan ialah titik T4 dikarenakan keamanan naik menjadi 1,575 yang
titik terdekat dengan potongan gambar sebelum diperkuat konstruksi eksisting
P18 dengan kedalaman tiap lapisan tersebut sebelumnya hanya senilai
ialah 2 m, berikut rekapitulasi data 0,307 dengan analisa menggunakan
tanah pada titik T4: metode Bishop. Angka tersebut
Lapisan 1, ϒ = 18,71 Kg/cm3 menunjukan lereng telah stabil dengan
C = 24 Kg/cm2 ditinjau dari faktor keamanan (F) yang
= 15,508o dihubungkan dari intensitas
Lapisan 2, ϒ = 18,01 Kg/cm3 kelongsorannya (Bowles, 1989).
C = 3,30 Kg/cm2
= 13,927o
Lapisan 3, ϒ = 17,07 Kg/cm3
C = 1,40 Kg/cm2
= 10,628o
 Berat facing dari pasangan batu
Berat jenis dari facing pasangan Gambar 12 Gambar kontur kontruksi
batu ialah 220 kN/m2 sehingga dengan eksisting sebelum diperkuat soil
menggunakan tebal 0,5 m maka berat nailing
satuan per meter ialah:
220 kN/m2 x 0,5 m = 110 kN/m2
110 kN/m2 x cos 45o = 77,8 kN/m2
 Data konstruksi soil nailing
Diameter baja ulir 0,032 m,
diameter injeksi semen 0,3 m, jumlah
tulangan vertikal yang dipakai 8 m,
spasi jarak tulangan baja vertikal 1 m
dan horisontal 2 m, panjang tulangan Gambar 13 Gambar kontur lereng
baja ulir yang digunakan ialah 3 batang setelah diperkuat soil nailing
ulir dari puncak lereng 10 m dan 5
batang ulir dari dasar lereng 12 m. = 12 m
Tabel 4 Rekapitulasi angka keamanan
 Bar capacity kestabilan lereng setelah diperkuat
RT =
Nama Nilai Angka Keamanan
= Potongan Ordinary Bishop Janbu M-Price
P18 1,724 1,575 1,666 1,563
= 418 kN
 Bond skin friction Analisa Rencana Anggaran Biaya
Kondisi tanah yang merupakan Dalam perhiungan Volume
Silty Clay maka nilai dari “Bond Skin pekerjaan suatu proyek dibutuhkan
Friction” menurut Amit Prashant et al. gambar rencana pekerjaan. Hasil
dalam risetnya mengenai Soil Nailing volume pekerjaan ini digunakan untuk
for Stabilization of Steep Slopes Near menghitung rencana anggaran biaya,
Railway Tracks yang digunakan ialah perhitungan keperluan bahan dan
100 kPa. tenaga kerja dalam pelaksanaan proyek.
4. Pemasangan soil nailing
a. Pekerjaan perapihan kondisi
lereng
b. Penentuan lubang bor
c. Pemboran dengan menggunakan
drilling machine
d. Grouting
Gambar 14 Gambar rencana e. Membangun facing
perkuatan lereng dengan soil nailing
KESIMPULAN
Perhitungan analisa harga satuan Dari hasil analisa dan perhitungan
pekerjaan ini mengacu pada Standart yang dilakukan, maka dapat ditarik
Nasional Indonesia SNI 2008 tentang sebuah kesimpulan, yaitu:
Tata Cara Perhitungan Harga Satuan 1. Melalui pengamatan dilapangan
diketahui bahwa terdapat genangan
Pekerjaan Untuk Konstruksi Bangunan air dibelakang konstruksi yang
Gedung dan Perumahan. Standar serta timbul saat musim hujan datang
mengacu pada Analisis Harga Satuan sehingga mempengaruhi kestabilan
Pekerjaan (AHSP) Bidang Bina Marga lereng karena menambah beban
Bagian 3 ini menetapkan koefisien atau keruntuhan dari lereng tersebut serta
indeks bahan bangunan dan indeks kondisi tanah yang kurang baik di
sekitar lokasi konstruksi membuat
tenaga kerja untuk setiap satuan
kondisi lereng menjadi tidak stabil
pekerjaan serta indeks untuk koefisen dan rentan mengalami kelongsoran.
alat berat. Selain itu harga satuan dasar 2. Kondisi stabilitas lereng eksisting
dalam perhitungan ini menggunakan kurang stabil karena dari hasil
Harga Satuan Bahan dan Upah tahun analisa dengan SLOPE/W diperoleh
2014 wilayah Trenggalek. Maka nilai angka keamanan 0,660,
rencana anggaran biaya yang sehingga perlu adanya perbaikan
konstruksi.
didapatkan dari hasil perhitungan ialah
3. Dari hasil analisa didapatkan desain
senilai: Rp 1.993.665.000,00 (Satu perkuatan dengan soil nailing ialah
Milyar Sembilan Ratus Sembilan diameter baja ulir 0,032 m, diameter
Puluh Tiga Enam Ratus Enam Puluh injeksi semen 0,3 m, jumlah
Lima Ribu Rupiah) tulangan vertikal yang dipakai 8 m,
spasi jarak tulangan baja vertikal 1
Metode Pelaksanaan m dan horisontal 2 m, panjang
Sebelum pemasangan soil tulangan baja ulir yang digunakan
nailing dilaksanakan pada lereng ialah 3 batang ulir dari puncak
rencana. Persiapan pekerjaan harus lereng 10 m dan 5 batang ulir dari
matang. Untuk mempersiapkan dasar lereng 12 m.
rencana dengan baik. Dilakukan Dari hasil analisa dengan
peninjauan ke lokasi yang berguna menggunakan SLOPE/W diperoleh
untuk mengetahui kondisi lingkungan desain tersebut mampu menahan
kerja. Secara detail tahapan kelongsoran dengan angka
pelaksanaan akan diuraikan sebagai keamanan yang didapatkan ialah
berikut: 1,575.
1. Peninjauan ke lokasi 4. Rencana anggaran biaya yang
2. Persiapan pekerjaan didapatkan dari hasil perhitungan
3. Pengaturan drainase ialah senilai: Rp 1.993.665.000,00
(Satu Milyar Sembilan Ratus
Sembilan Puluh Tiga Enam Ratus Yogyakarta: Gadjah Mada
Enam Puluh Lima Ribu Rupiah) University Press.
Perencanaan metode pelaksaan Hardiyatmo, Hary Christady. 2010.
pekerjaan soil nailing mengacu Mekanika Tanah 2. Edisi
pada Spesifikasi Khusus Interim-1 Kelima. Yogyakarta: Gadjah
tentang pekerjaan soil nailing yang Mada University Press.
mengadopsi dari standar rujukan Indrawahjuni, Herlien. 2011. Mekanika
Federal Highway Administration Tanah II. Malang: Penerbit
FHWA0-IF-03-017 “Soil Nail Bargie Media.
Walls”. John Kharn. 2004. Stability Modeling
with SLOPE/W. First Edition.
DAFTAR PUSTAKA Canada: GEO-SLOPE
Carlos A. Lazarte, Ph.D., P.E. et al. International Ltd.
2003. GEOTECHNICAL SLOPE/W Example File.
ENGINEERING CIRCULAR Reinforcement with Nail. 2007.
NO. 7 (Soil Nail Walls). Canada: GEO-SLOPE
FHWA0-IF-03-017. Maryland: International Ltd.
GeoSyntec Consultants. Spesifikasi Khusus Interim-1. Soil
Das, Braja M., 1985. Mekanika Tanah Nailing.
(Prinsip-Prinsip Rekayasa Sunggono. 1984. Mekanika Tanah.
Geoteknis). Jakarta: Penerbit Bandung: Penerbit Nova.
Erlangga. Suparman, M.E, dkk. 2008. SABO,
Dave Juven George Herman. et al. Untuk Penanggulangan
2012. Analisa Stabilitas Bencana Akibat Aliran
Lereng dengan Limit Sedimentasti. Yayasan Air
Equilibrium dan Finite Adhi Eka.
Element method. HATTI-PIT- Terzaghi, Karl dan Ralph B. Peck.
XVI. Jakarta. 1967. Mekanika Tanah Dalam
Departemen Permukiman dan Praktek Rekayasa. Edisi Kedua
Prasarana Wilayah. 2008. Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Analisa Biaya Konstruksi Erlangga.
(ABK) Bangunan Gedung dan
Perumahan. SNI 2008.
Bandung: Panitia Teknis
Standarisasi Bidang
Konstruksi Bangunan
Dr. Amit Prashant. et al. 2010. Soil
Nailing For Stabilization Of
Steep Slopes Near Railway
Tracks. Final Report. Indian
Institute of Technology
Kanpur.
Ervianto, Wulfram I. 2002.
Manajemen Proyek
Konstruksi. Edisi Revisi.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2010.
Analisis dan Perancangan
Fondasi. Bagian I.

Anda mungkin juga menyukai