Anda di halaman 1dari 5

PERMUSUHAN

Oleh: Dodi Setiadi

Bidang Pendidikan PC Pemuda Persis Katapang

1. Istilah Permusuhan dalam Islam


Permusuhan dalam Islam memiliki beberapa istilah, diantaranya ُ‫ ا ْلعَدْو‬,ُ‫ا ْلعَد ََوة‬
, ُ‫ا ْلمعَادَاة‬, ُ‫ا ْلعد َْوان‬, dan ُ‫ا ْلعَدو‬. Semua kata itu berasal dari kata dasar, yaitu ‫عدَا‬
َ .1
Penggunaan istilah permusuhan dalam Bahasa Arab dinyatakan dengan kata yang
berbeda. Sebagaimana Ar-Rôghib Al-Ashfahâniy dalam Mu’jam Mufrodât Alfâdh
Al-Quran menjelaskan, “..... Permusuhan yang berkaitan dengan hati dinyatakan
dengan َ ‫ا ْلعَد‬
ُ‫َاوة‬ ُ ‫ا ْلمعَاد‬. Permusuhan yang berkaitan dengan mengadu domba
‫َاة‬
dan
dinyatakan dengan ُ‫ا ْلعَدْو‬. Permusuhan yang berkaitan dengan melanggar keadilan
dalam mu’âmalah dinyatakan dengan ُ‫ ا ْلعد َْوان‬dan ُ‫ا ْلعَدْو‬. Sebagaimana Allah
berfirman, ُ‫ع ْلم‬ َ ُ ِ‫فَ َيسبواْ ُهللا‬/karena mereka nanti akan memaki Allah
ِ ُ ‫عدْواُ ُ ِبغَي ِْر‬
dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (QS Al-An’âm: 108)”.2 Allah
berfirman dalam ayat lain, ‫ان‬ َ ‫ُاإلثْ ِم‬
ُِ ‫ُوُا ْلعد َْو‬ ِ ‫علَى‬
َ ُ ْ‫اونوا‬
َ َ‫ َوالَ ُتَع‬/Dan janganlah kalian
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS Al-Mâidah: 2). “Kata
‫ عَد ُو‬memiliki bentuk jamak ‫ ِعدى‬dan ُ‫”أ َ ْعدَاء‬.3 Allah berfirman, ُُ‫َو َي ْو َم ُيحْ شَر ُأ َ ْعدَاء‬
ِ‫هللا‬
ُ /Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu
mereka dikumpulkan semuanya. (QS Fushilat: 19)

Ismâ’îl bin Hammâd Al-Jauhariy menjelaskan, “Kata ُ‫ا ْلعَدو‬/musuh


ْ َ ‫”األ‬.4 Para ahli
merupakan lawan dari ُ‫ا ْل َو ِلي‬/teman dan jamaknya adalah ُ‫عدَاء‬
psikologi telah membahas mengenai permusuhan ini. Mereka menyatakan:

ُ‫اط‬
ِ ‫اإلحْ َُب‬
ِ ‫ُو‬َ ‫علَُى ُا ْل َخ ْي َب ِة‬
َ ُ ‫س ِت َجا َب ِة ُ َيردُ ُُِب َها ُا ْل َم ْرء‬ ْ ‫علَى ُا‬ َ ُ ‫ست َ ْخدَم ُلل ِ ِّدالَ َل ِة‬ْ ‫َوا ْلعد َْوان ُي‬
َ ُُ‫صد ََرُا ْل َخ ْيبَُ ِةُأ َ ُْوُبَُ ِد ْيل‬ ٰ َ ‫ان‬
ُ .‫ع ْنه‬ ِ ‫ُوُذ ِلكَ ُبِأ َ ْنُي َه‬
ْ ‫اج َمُ َم‬ ِ ‫َوا ْل ِح ْر َم‬
Artinya: “Adapun lafadh al-udwân (permusuhan) digunakan untuk menunjukan
respon penolakan seseorang atas kegagalan, keputusasaan (frustasi), dan nasib

1 Lebih Jelasnya lihat dalam Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia
Terlengkap, Cetakan Ke-25, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), hal. 908, Lihat juga dalam
Ahmad Mukhtâr ‘Umar, Mu’jam Al-Lughoh Al-‘Arobiyyah Al-Mu’âshiroh, Jilid II, Cetakan
Pertama, (Qôhiroh: ‘Âlim Al-Kutub, 2008), hal. 1471, Louis Ma’lûf, Al-Munjid fî Al-Lughoh
wa Al-Adab wa Al-‘Ulûm, Cetakan Ke-19, (Beirut: Al-Mathba’ah Al-Kâtsûlîkiyyah, 2010), hal.
492, Ibnu Mandhûr, Lisân Al-‘Arob, Jilid IV, Cetakan Baru, (Qôhiroh: Dar Al-Ma’ârif, 2008),
hal. 2845-2852, dan Ar-Rôghib Al-Ashfahâniy, Mu’jam Mufrodât Alfâdh Al-Quran, Cetakan
Ke-3, (Beirut: Dâr Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2008), hal. 365
2 Ar-Rôghib Al-Ashfahâniy, Mu’jam Mufrodât Alfâdh Al-Quran, ....., hal. 365
3 Ibid., Lihat juga dalam Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia
Terlengkap, ....., hal. 908
4 Ismâ’îl bin Hammâd Al-Jauhariy, Ash-Shihâh: Tâj Al-Lughoh wa Shihâh Al-‘Arobiyyah, Jilid
VI, Cetakan Ke-4, Tahqîq oleh Ahmad ‘Abdul Ghofûr ‘Athhôr, (Beirut: Dâr Al-‘Ilmi, 1990),
hal. 2419

1
jeleknya, serta hal itu (menyebabkan) dia ingin menyerang sumber kegagalan itu
atau menggagalkannya (menggantinya)”.5

Dr. Ahmad ‘Izzat Rôjih (Dosen Ilmu Psikologi Universitas Iskandariyyah)


menyatakan, “al-udwân (permusuhan) adalah membahayakan orang lain atau
suatu dzât atau sesuatu yang melambangkan keduanya. Permusuhan itu memiliki
beberapa bentuk, di antaranya permusuhan dengan cara kekerasan fisik,
permusuhan melalui ucapan yang berbentuk penipuan, memfitnah, saling mencela,
dan saling mengadu domba. Kadang permusuhan itu terjadi dalam bentuk-bentuk
yang lain, seperti berlebihannya orang tua ketika memerintahkan dan melarang
terhadap anaknya, atau seorang guru melakukan penindasan terhadap siswa-
siswanya dengan melampaui batas, baik dalam hal mengkritik, memberikan
ancaman, dan menetapkan kedisiplinan”.6
Kata al-udwân dalam ilmu psikologi dikenal dengan istilah aggression.7
Sigmund Freud8, tokoh pendiri aliran psikoanalisa9 menjelaskan, ‘al-udwân
(aggression) merupakan fithrah asli yang terdapat pada anak cucu Adam’.10
Beberapa ahli psikologi memandang al-udwân sebagai suatu kecenderungan
ghorîzah (instinct/naluri) yang ada dengan sendirinya pada diri manusia.11
Sâ’id Sa’îd Musai’îd Ar-Rifâiy Al-Juhaniy dalam disertasinya menjelaskan,
“Berdasarkan keterangan yang datang dalam buku-buku psikologi dan keterangan
yang datang juga mengenai permusuhan dalam Al-Quran dan As-Sunnah, peneliti
(Sâ’id Sa’îd Musai’îd Ar-Rifâiy Al-Juhaniy) menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan permusuhan ini adalah sesuatu yang iblis bersikeras atasnya dengan maksud
memadlorotkan dan menyiksa Adam bersama keturunannya, juga membenci
mereka disertai dengan sifat melampaui batas dan kedzaliman. Hal itu merupakan
akibat dari nasib jelek, kegagalan, dan keputusasaan yang iblis harapkan sebagai
akibat dari tidak mematuhi perintah-perintah Allah SWT., mendapatkan laknat-
Nya, menjauhkan diri dari-Nya, serta jauh dari rahmat Allah SWT.”12

5 As’ad Rizq, Mausû’ah ‘Ilm An-Nafs, Cetakan Ke-3, (Beirut: Al-Muasasah Al-‘Arobiyyah
liddirôsât wa An-Nasyr, 1987), hal. 179
6 Ahmad ‘Izzat Rôjih, Ushûl ‘Ilm An-Nafsi, Cetakan Ke-9, (Qôhiroh: Dâr Al-Kâtib Al-‘Arobiy,
1968), 471
7 Ahmad ‘Izzat Rôjih, Ushûl ‘Ilm An-Nafsi, Cetakan Ke-9, ....., hal. 471. Aggression: A general
term for behavior with the intention of harming another or controlling another for one’s
own needs and to the other’s detriment/Agresi: Suatu istilah umum untuk perilaku yang
merugikan orang lain atau mengendalikan orang lain untuk kebutuhan diri sendiri dan
merugikan orang lain. Lihat dalam Cambridge University Press, The Cambrdige Dictionary of
Psychology, General Editor David Matsumoto (San Fransisco State University), (New York:
Cambridge University Press, 2009), hal. 23
8 Lahir di Freiberg, 6 Mei 1856. Ia adalah seorang Jerman keturunan Yahudi. Pada masa
kekuasaan Hitler ia melarikan diri ke Inggris dan meninggal di London tanggal 23 September
1939. Lihat dalam Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Cetakan Ke-2,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 17
9 Suatu aliran (psikologi-pen) yang berusaha mempelajari tentang proses hidup kejiwaan

manusia dari aspek bawah sadar manusia. Lihat dalam Faizah dan Lalu Muchsin Effendi,
Psikologi Dakwah, ....., hal. 17. Dr. Ahmad ‘Izzat Rôjih dalam Ushûl ‘Ilm An-Nafsi, Cetakan
Ke-9, ....., hal. 93 menyebut aliran psikoanalisa ini dengan istilah madrosah at-tahlîl an-nafsî.
10 Ahmad ‘Izzat Rôjih, Ushûl ‘Ilm An-Nafsi, Cetakan Ke-9, ....., hal. 471.

11 Ibid., hal. 93

12 Sâ’id Sa’îd Musai’îd Ar-Rifâiy Al-Juhaniy, Al-Asâlîb At-Tarbawiyyah fî Al-Islâm Lil Wiqôyah

min ‘Adâwah Asy-Syaithôn, (Makkah Al-Mukarromah: Jâmi’ah Umm Al-Qorô bi Makkah


Al-Mukarromah Kulliyyah At-Tarbiyyah Al-Islâmiyyah wa Al-Muqôronah, 1429 H), hal. 9

2
2. Faktor-faktor Penyebab Permusuhan Setan
Sâ’id Sa’îd Musai’îd Ar-Rifâiy Al-Juhaniy menyebutkan, ada tiga faktor
penyebab permusuhan syetan.13 Faktor-faktor penyebab itu adalah sebagai berikut:
1. ُ‫ا ْل ِك ْبر‬
Artinya: “Sombong”.
Allah melukiskan kesombongan syetan (iblis) dalam Al-Quran.
ْ ‫س ُُأ َبَى ُ َوا‬
َُ ‫ست َ ُْكبَ َُر ُ َوك‬
َُ ‫َان ُ ِم‬
ُ‫ن‬ َُ ‫س َجدوا ُإِ ُالا ُإِ ْبُِل ْي‬ ْ ‫َوإِ ُْذ ُق ْلنَا ُ ِل ْل َملَئِ َك ُِة ُا‬
َ َ‫سجدوا ُ ِِل َد َُم ُف‬
.‫ا ْلكَافِ ِر ْي َن‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; dia enggan dan takabbur dan dia
termasuk golongan kafir”. (QS Al-Baqoroh: 34)
“Sujud para malaikat kepada Adam adalah lit tahiyyah (untuk penghormatan),
sujud tersebut adalah untuk memuliakan bukan sujud untuk shalat dan ibadah”.
Imam Az-Zamakhsyari menjelaskan, ‘Sujud kepada Allah SWT. dalam rangka
ibadah. Sedang sujud kepada selain-Nya adalah dalam rangka memuliakan,
sebagaimana sujudnya para malaikat kepada Adam dan (sujudnya) Ya’qub
bersama anak-anaknya kepada Yusuf AS.”.14

2. ‫ُوا ْل ِح ْق ُد‬ َ ‫ا ْل َح‬


َ ‫سد‬
Artinya: “Hasad dan Dendam”.

Hasad merupakan salah satu sifat tercela. Al-Hâfidh Ibnu Hajar Al-‘Asqolâniy
mendefinisikan hasad sebagai berikut:

ُ,‫س ُِه‬ ِ ‫ن ُ َيت َ َمُناى ُ ٰذ ِلكَُ ُ ِل َن ْف‬


ُْ َ ‫صهُ ُبَ ْعضهُ ُْم ُبُِأ‬ ‫ ُ َو َخ ا‬,‫علَ ْي ُِه‬َ ُ ‫َن ُا ْلم ْن ِع ُِم‬ ُِ ‫ت َ َمنِِّى ُ َز َوا ُِل ُال ِنِّ ْع َم ُِة ُع‬
ُ‫ ُفَ ِإ ُذَا‬,‫س‬ ُ ِ ‫علَى ُا ْل ِج ْن‬ َ ُ ‫ب ُالت ا َرف ُِع‬ ُِِّ ‫عُلَى ُح‬
َ ُ ُ‫ع ُ َمجْ ب ُْولَة‬َُ ‫الطبَا‬ِّ ِ ُ ‫ن‬ ُ‫س َببهُ ُأ َ ا‬
َ ‫ ُ َو‬,ُ‫َوا ْل َحقُ ُأَناهُ ُأَعَم‬
ُ‫ ُأ َ ُْو ُم ْطلَقُا‬,‫علَ ْي ُِه‬ َ ُ ‫ع ْنهُ ُلَهُ ُُِليَ ْرت َ ُِف َُع‬ َُ ُ َُ‫ن ُيَز ْو َُل ُ ٰذ ِلك‬ُْ َ ‫ب ُأ‬ ُ‫س ُلَهُ ُأ َ َح ا‬ َُ ‫َرأَى ُ ِلغَ ْي ُِر ُِه ُ َما ُلَ ْي‬
ُ.‫سا ِو َيه‬َ ‫ِلي‬
Artinya: “Berharap hilangnya nikmat dari orang yang memilikinya. Sebagian
orang berpendapat sesungguhnya hasad itu adalah mengharapkan hal itu
(hilangnya nikmat orang lain) untuk menjadi miliknya sendiri. Akan tetapi
pendapat yang benar adalah yang menyatakan sesungguhnya hasad itu bersifat
umum. Hal ini disebabkan bahwa tabi’at (manusia) selalu ingin mengungguli
orang lain. Sehingga apabila dia melihat orang lain memiliki sesuatu yang tidak
dimilikinya, maka dia akan berharap benda itu lepas dari tangannya, dengan
demikian dia akan lebih unggul atau paling tidak dapat menyamainya”.15

Banyak atsar yang berkenaan dengan sifat hasad ini. Sesungguhnya dosa yang
pertama kali membangkang terhadap Allah lahir dari sifat hasad. Allah

13 Lebih jelasnya lihat dalam Al-Asâlîb At-Tarbawiyyah fî Al-Islâm Lil Wiqôyah min ‘Adâwah
Asy-Syaithôn, ..... hal. 17-30
14 Muhammad ‘Aliy Ash-Shobûniy, Shofwah At-Tafâsîr, Jilid I, (Beirut: Al-Maktabah Al-
‘Ashriyyah, 2006), hal. 43
15
Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Al-‘Asqolâniy, Fath Al-Bâriy Syarh Shohîh Al-Bukhôriy, Juz I,
Cetakan Ke-1 (Riyâdl: Dâr As-Salâm, 1997), hal. 219

3
memerintahkan kepada iblis untuk bersujud kepada Adam, maka iblis merasa
hasad kepadanya, lalu iblis menolak untuk bersujud kepadanya. Iblis telah
membangkang kepada Allah, lalu Allah mengusirnya dari surga. Demikian juga
dosa yang pertama membangkang kepada Allah Allah di muka bumi disebabkan
oleh sifat hasad, yaitu ketika anak Adam (Qôbîl) melakukan hasad kepada
saudaranya (Hâbîl), sehingga dia membunuhnya.16

ُ .‫ين‬ ُ ِ ‫نُلَه ُْمُفِيُ ْاأل َ ْر‬


َُ ‫ضُ َو َأل ْغ ُِويَناهُ ُْمُُأ َجْ َم ِع‬ ُ‫بُ ِب َماُأ َ ْغ َو ْيتَنِيُ َأل َز ِيِّنَ ا‬
ُِِّ ‫قَا َُلُ َر‬
Artinya: “Iblis berkata, “Ya Tuhanku, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka
bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”. (QS Al-Hijr: 39)

Al-Hiqdu (dendam) pun merupakan salah satu sifat tercela. Asy-Syarîf ‘Ali bin
Muhammad Aj-Jurjâniy mendefinisikan al-hiqdu sebagai berikut:

َُ ‫ب ُإُِذَاُُلَ ِز َم ُ َُك ْظ َُمه ُ ِلعَجْ ِز ُع َِن ُالت ا‬


ُِ‫ش ِفِّي‬ َ ‫ض‬ُ ِ َ‫ُوتَحْ ِق ْيقه ُأ َ ان ُا ْل ُغ‬ ِ ‫طلَب‬
َ ‫ُاإل ْن ِتقَ ِام‬ َ ُ ‫ُه َو‬:‫ا ْل ِح ْقد‬
ُ‫ب‬ ‫ُس ُْوءُال ا‬:‫ُاُْل ِح ْقد‬.‫ُح ْقدُا‬
ِ ‫ظ ِِّنُفِىُا ْلقَُْل‬ ُِ ‫ار‬َ ‫ص‬ َ َ‫ُواحْ تَقَ َنُ ِب ِهُف‬ َ ‫اط ِن‬ ِ ‫فِىُا ْل َحا ِلُر ِج َعُ ِإلَىُا ْل َب‬
ُ .‫ق ُِألَجْ ِلُا ْلعَ َُدا َو ِة‬ِ ‫علَىُا ْل َخلَ ِئ‬
َ
Artinya: Al-Hiqdu adalah menuntut balasan dan menetapkannya, sesungguhnya
orang yang pemarah apabila dia menetapkan kemarahannya karena lemah
untuk menghilangkannya pada saat sekarang. Hal itu dikembalikan kepada
bathin dan dia menahannya, maka hal itu menjadi sifat dendam. Al-Hiqdu
adalah jelek sangka di dalam hati terhadap makhluk disebabkan karena
permusuhan”.17

3. ِ ‫اسُا ْل َفا‬
ِّ ِ ُ‫سدُِمقَا ِب ُِلُالنا‬
ُ‫ص‬ ِ َ‫ِإ ْع َمالُا ْل َع ْق ُِلُ َُوا ْل ِقي‬
Artinya: “Mempergunakan akal dan qiyâs yang bertentangan dengan nash”.
Allah SWT. berfirman dalam Al-Quran:
ُْ ‫ن ُنَُارُ ُ َو َخلَ ْقتَهُ ُ ِم‬
ُ‫ن‬ َُ ُ ‫سج َُد ُإِ ُْذ ُأ َ َم ْرتكَُ ُقَا َُل ُأَنَا‬
ُْ ‫خ ْيرُ ُ ِم ْنهُ ُ َخلَ ُْقتَنِي ُ ِم‬ ْ َ ‫قَا َُل ُ َما ُ َمنَعَكَُ ُأ َ اُال ُت‬
ُ .ُ‫ِطين‬
Artinya: “Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada
Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Aku lebih baik daripadanya,
Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS Al-A’rôf: 12)
ُ‫ن‬ ْ َ ‫نُ ُِأل‬
ُْ ‫سج َُدُ ِلَُبشَرُُ َخلَ ْقتَهُُ ِم‬ ُْ ‫ُقَُا َُلُلَ ُْمُُأ َك‬.‫ِين‬
َُ ‫اجد‬
ِ ‫س‬ َُ ‫قَا َُلُ َياُ ِإ ْب ِليسُُ َماُلَكَُُأ َ اُالُتَك‬
‫ونُ َم َُعُال ا‬
ُ .‫سنون‬ ُْ ‫صالُُ ِم‬
ْ ‫نُ َح َمأُُ َم‬ َ ‫ص ْل‬ َ
Artinya: “Allah berfirman, “Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-
sama mereka yang sujud itu?” Iblis menjawab, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada

16 Lihat dalam Muhammad bin Ismâ’îl Ash-Shon’âniy, Subul As-Salâm Syarh Bulûgh Al-Marôm,
Jilid IV, Cetakan Pertama, Ta’lîq Muhammad Nâshiruddîn Al-Albâniy, (Riyâdl: Maktabah Al-
Ma’ârif, 2006), hal. 526, ‘Abdullah bin ‘Abdirrohmân Al-Bassâm, Taudlîh Al-Ahkâm min
Bulûgh Al-Marôm, Juz VI, Cetakan Ke-5, (Makkah: Maktabah Al-Asadiy, 2003), hal. 390,
dan Majdî Fathî As-Sayyid, Al-Hasadu wa Al-Hâsidûdan, Cetakan Pertama, (Thonthô: Dâr
Ash-Shohâbah Litturôts, 1993), hal. 9
17
‘Ali bin Muhammad Aj-Jurjâniy, Kitâb At-Ta’rįfât, (Beirut: Maktabah Lubnân, 1985), hal. 95-
96

4
manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS Al-Hijr: 32-33)

3. Sasaran dari Permusuhan Setan


Sâ’id Sa’îd Musai’îd Ar-Rifâiy Al-Juhaniy menyebutkan, ada dua sasaran
permusuhan syetan.18 Dua sasaran itu adalah sebagai berikut:
1. ُ‫ُوإِ ْغ َوائه‬
َ ‫ان‬ َ ‫ُاإل ْن‬
ِ ‫س‬ ِ ‫ضلَل‬
ْ ِ‫إ‬
Artinya: “Menyesatkan manusia dan membujuknya”.
2. َ ‫انُال ان‬
ُ‫ار‬ َ ‫س‬َ ‫اإل ْن‬
ِ ُ‫دخ ْول‬
Artinya: “Memasukan manusia ke dalam neraka”.

18 Lebih jelasnya lihat dalam Al-Asâlîb At-Tarbawiyyah fî Al-Islâm Lil Wiqôyah min ‘Adâwah
Asy-Syaithôn, ..... hal. 31-45

Anda mungkin juga menyukai