DISUSUN OLEH :
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
PENUTUP ............................................................................................................................19
3
BAB I
PEMBAHASAN
1. Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” (Akhlaq) berasal dari bahasa Arab,merupakan bentuk jamak dari
”khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti,perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata
tersebut mengandung segi persesuaian dengan kata”khalq” yang berarti kejadian.Ibnu ‘Athir
menjelaskan bahwa khuluq adalah gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan
sifat-sifat batiniah),sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna
kulit,tinggi rendah badan, dan lain sebagainya). Kata khuluq sebagai bentuk tunggal dari
akhlak, tercantum dalam Al-quran surah Al-Qalam(68):4, yang artinya:”Sesungguhnya
engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung” Kata akhlak juga dapat kita
temukan dalam hadis yang sangat populer yang diriwayatkan oleh Imam Malik, yang
artinya:”Bahwasanya aku (Muhammad) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak mulia”;. Secara terminologis, terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan
oleh para ahli. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai”kehendak yang dibiasakan”.
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan”. Sedangkan Abdullah Darraz mengemukakan bahwa akhlak adalah “suatu
kekuatan dalam kehendak yang mantap yang membawa kecendrungan kepada pemilihan
pada pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang buruk)”.
4
e. akhlak dalam masyarakat
f. akhlak bernegara
Sebagai pengamalan Syariat Islam. Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam
semeste telah ,e,berikan tuntunan prilaku dan etika secar sempurna, sehingga dengan niat
karena Allah SWT, pengamalan akhlak yang mulia itu insya Allah akan menjadi ibadah bagi
umat islam yang mengamalkanya.
b. Sebagai Identias
5
Sebagai Identias, Akhlak mulia ini diperuntukkan oleh Allah kepada manusia yang
berakal budi karena dengan tuntunan akhlak yang mulia akanbisa membedakan antara
manusia denga hewan.
Akhlak Mulia Sebagai Pengatur Tatanan Sosial berarti dengan pengamalan akhlak mulia
yang sudah dicontohkan oleh yang Mulia Saydina Muhammad SAW mengukuhkan bahwa
manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah bisa dan lepas dari pengaruh
lingkungannya. Dengan akhlak mulia ini tatanan sosial yang terbentuk semakin memberikan
makna dan nilai yang tidak saling merugikan.
Akhlak Mulia Sebagai Rahmat Bagi Seluruh Alam berarti akhlak mulia yang
diperuntukkan bagi manusia tidak hanya mengatur tatanan hubungan manusia dengan
manusia lainnya tetapi juga hubungan antara manusia dengan makhluk – makluk lain selian
manusia dan alam sekitarnya.
Akhlak Mulia Sebagai Perlindunagn Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM ) berarti
dengan menjalin hubungan yang baik berdasarkan hukum dan syariat agama akan terbentuk
hubungan yang saling menghargai dan saling menguntungkan.
Akhlak yang baik bisa berupa pembawaan dan bisa berupa sifat yang dapat diusahakan,
dan bahwasanya akhlak baik yang pembawaan lebih sempurna dari akhlak baik dengan
diusahakan. Dan juga kami telah menyebutkan dalil yang menunjukan hal itu, yaitu sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Al-Asyajj bin ‘Abdul Qais:
(())بَ ْل َجبَلَكَ هللاُ َعلَ ْي ِه َما
“Bahkan Allah telah menciptakan engkau di atas keduanya (secara bawaan asal).”[1]
6
Dan demikian pula karena akhlak baik yang pembawaan, tidak akan hilang dari
seseorang, sedangkan akhlak baik yang diusahakan, sering terlewat dari seseorang di banyak
kondisi, karena orang tersebut perlu untuk membiasakannya, kerja keras, latihan dan
kesungguhan. Dan kadang ia juga perlu mengingat-ingatnya lagi ketika terjadi hal-hal yang
dapat membangkitkan emosinya.
Karena itu, seorang pemuda datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata:
َ ) الَ ت َ ْغ:َ قَال.ًضبْ ( فَ َردَّدَ ِم َرارا
ْضب ِ س ْو َل هللاِ أ َ ْو
َ ) الَ تَ ْغ:َ قَال،صنِي ُ ) َيا َر
“Wahai Rasulullah, beri aku wasiat.” Beliau menjawab: “Janganlah engkau marah.” Orang
itu terus mengulangi (perkataan)nya. Maka beliau menjawab: “Janganlah engkau marah.”[2]
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
َ ش ِد ْيد ُ الَّذِي يَ ْم ِلكُ نَ ْف
(سهُ ِع ْندَ ال َّ ِإنَّ َما ال،ص َر َع ِة َ بْْلَي
َّ ْس ال
ُّ ش ِد ْيد ُ بِال َ ) َغ
ِ ض
“Bukanlah orang yang kuat itu yang menang dalam bertarung, akan tetapi orang yang kuat
adalah yang mampu menguasai dirinya ketika sedang marah.”[3]
Arti “Ash-Shura’ah” adalah orang kuat yang mengalahkan lawannya. Seperti kata
“Humazah” dan “Lumazah”. Adapun “Humazah” artinya yang suka mengumpat atau
memaki orang, sedangkan “Lumazah” artinya yang suka mengejek orang lain dengan
kedipan mata.
Maka orang yang kuat bukanlah yang bisa membanting dan mampu mengalahkan orang
lain, akan tetapi “orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika sedang
marah”, dia mampu menguasai dan menahan dirinya saat kondisi marah. Dan kemampuan
seseorang untuk mengendalikan dirinya ketika sedang marah dianggap termasuk akhlak yang
baik. Jika engkau marah, janganlah engkau menuruti kemarahanmu, namun segeralah
memohon perlindungan dengan Allah dari syaitan yang terkutuk. Jika engkau berdiri maka
duduklah, dan jika engkau duduk maka berbaringlah. Dan jika kemarahanmu semakin
bertambah maka berwudhulah sampai hilang kemarahan itu darimu.
Setiap orang bisa mengusahakan akhlak yang mulia. Hal ini dengan cara membiasakan,
bersungguh-sungguh, dan latihan. Maka seseorang dapat menjadi orang yang berakhlak
mulia dengan beberapa perkara, di antaranya:
Pertama: Hendaklah ia merenungkan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam.
7
Yakni memperhatikan nash-nash yang menunjukkan pujian terhadap akhlak yang agung
tersebut, yang ingin dia miliki. Jika seorang mukmin melihat nash-nash yang memuji suatu
akhlak atau perilaku tertentu, maka ia akan bisa untuk menunaikannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengisyaratkan tentang hal itu dalam sabdanya:
َ ْك إِ َّما أ َ ْن يُحْ ِذيَكَ َوإِ َّما أ َ ْن ت َ ْبت َا
( ع ِم ْنهُ َوإِ َّما ِ ام ُل ْال ِمس
ِ فَ َح،ْك َونَافِخِ ْال ِكي ِْر ِ ام ِل ْال ِمس ِ صا ِلحِ َو ْال َج ِلي ِْس الس
ِ ُّوء َك َح َّ َمث َ ُل ْال َج ِلي ِْس ال
ً َونَافِ ُح ْال ِكي ِْر ِإ َّما أ َ ْن يُحْ ِرقَ ثِيَابَكَ َو ِإ َّما أ َ ْن ت َِجدَ ِم ْنهُ ِريْحا ً َخ ِب ْيثَة،ًط ِيبَة
َ ً )أَ ْن ت َِجدَ ِم ْنهُ ِريْحا
“Permisalan teman duduk yang baik dengan yang jelek, seperti penjual minyak wangi dan
seorang tukang besi. Adapun penjual minyak wangi, kadang ia akan memberimu, kadang
engkau akan membeli darinya, dan kadang juga kamu akan mendapatkan darinya bau yang
wangi. Sedangkan seorang tukang besi: kadang dia akan membakar pakaianmu, atau kamu
akan mencium darinya bau yang tidak sedap.”[4]
Kedua: hendaknya dia bersahabat dengan orang yang telah mereka kenal baik akhlaknya
dan jauh dari akhlak-akhlak yang jelek dan perbuatan-perbuatan yang hina.
Sehingga ia menjadikan persahabatan tersebut sebagai sebuah sekolah yang ia gunakan untuk
(memperoleh) akhlak yang baik. Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
berkata:
ُ الر ُج ُل َعلَى ِدي ِْن َخ ِل ْي ِل ِه فَ ْليَ ْن
((ظ ْر أ َ َحد ُ ُك ْم َم ْن يُخَا ِل ُل َّ ))
“Seseorang itu sesuai agama teman karibnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian
memperhatikan orang yang menjadi teman karibnya.”[5]
Ketiga: Hendaklah dia memperhatikan apakah akibat dari akhlaknya yang jelek.
Orang yang berakhlak jelek itu pasti dibenci. Orang yang berakhlak jelek itu pasti
ditinggalkan. Dan orang yang berakhlak jelek akan dikenal dengan sebutan yang buruk. Jika
seseorang mengetahui bahwa akhlak yang buruk bisa menjatuhkan dia kepada ini semua,
niscaya ia akan menjauhinya.
8
atas gangguan mereka. Seandainya seseorang mampu menghadirkan akhlak Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, dan bahwasanya beliau adalah sebaik-baik manusia serta orang yang paling
utama dari makhluk yang mengibadahi Allah Ta’ala, niscaya ia akan merasa rendah diri dan
akan terpecah cengkraman kecongkakan yang ada dalam dirinya. Maka hal itu pun akan
menjadi pendorong kepada akhlak yang baik.
(Sumber: Makarimul Akhlaq oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin).
5. Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam . hal ini dapat diliht
dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW.yang utamanya adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadist beliau innama buitstu li utammima
makarin al – akhlak(HR.Ahmad)(hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia.).
Perhatian islam demikian dalam pembinaan akhlak ini dapat pua dilihat dari perhatian islam
terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa
yang baik inilah akan menghasilkan perbuatan yang baik kepada manusia sehingga
menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan bathin.
Perhatian islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat di analisis pada muatan akhlak yang
terdapat pada seluruh aspek ajaran islam. Ajaran islam tentang keimanan misalnya sangat
berkaitan erat dengan amal saleh, dan perbuatan yang terpuji. Iman yang tidak disertai amal saleh
dinilai sebagai iman palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan.
Di dalam Al qur’an misalnya yg artinya :
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya
(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang
benar.
9
Ayat – ayat diatas dengan jelas menunjukkan bahwa iman yang di kehendaki islam bukan
iman yang hanya samapai pada ucapan dan keyakinan,tetapi iman yang disertai dengan
perbuatan akhlak yang mulia.,seperti tidak ragu menerima ajaran rasul,mau memanfaatkan
dirinya dan hartanya untuk berjuang dijalan Allah. Ini menunjukan bahwa keimana harus
membuahkan akhlak yang mulia.
Pembinaan akhlak dalam islam juga terintregasi dengan rukun islam,hasil analisis
Muhammad Al Ghazali terhadap rukun islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa
dalam rukun islam yang lima itu terandung konsep pembinaan akhlak.
Rukun islam yang pertama mengucapkan dua kalimat syahadat, kalimat ini mengandung
pernyataan bahwa manusia selama hidupnya tunduk terhadapa aturan Allah. Orang yang patuh
kepada Allah dan RasulNya tentunya akan baik.
Kedua, mengerjakan sholat lima waktu sehari semalam, sholat yang dikerjakan akan
membuat pelakunya terhindar dari sikap keji dan mungkar.
Ketiga, membayar zakat. Yaitu agar orang-orang yang melaksanakannya terhidar dari
sikap kikir, membersihkan hartanya dan tidak mementingkan dirinya sendiri.
Keempat, puasa bukan hanya menahan diri lapar dan haus, bahakan lebih dari itu untuk menahan
sikap keji dan mungkar sehingga kita senantiasa melaksanakan perbuatan baik.
Kelima, ibadah haji.ibdah haji dalam rukun islam bersifat kmprehensif yang menuntut
persyaratan, disamping harus menguasai ilmunya, juga harus sehat fisi, adanya kemauan yang
kuat, adanya kesabaran dalam menjalankannya,serta rela meninggalakn harta dan kekayaanya.
Hubungan ibadah haji dengan akhlak dapat di pahami dari ayat ini yang artinya :
Selanjutnya bagaimana metode-metode pembinaan yang dapat kita lakukan sesuai
dengan perspektif islam.yaitu:
a. Metode Uswah (teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan.
Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana
firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 : “Sesungguhnya terdapat dalam diri
Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu.”
Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW, karena
sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT.
10
Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati
orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak
berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling
penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
b. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat
Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat
bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh
dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan akhirat”
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat
dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah
satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui
kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang
berakhlak mulia.
Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan
berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-
Qur’ab dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali
sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah
metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.
11
keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar
ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si
pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak
demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.
12
yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta
didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
Yang dimaksudkan dengan akhlak secara umum ialah sistem atau tingkah laku manusia
yang bersumberkan kepada asas wahyu atau syarak. Sementara yang dimaksudkan dengan etika
ialah sistem tingkah laku manusia yang selain daripada wahyu, tegasnya yang bersumberkan
falsafah. Kata etika berasal daripada bahasa Inggeris "Ethic" dan bahasa Greek "Ethos" yang
membawa maksud nilai-nilai atau perkara yang berkaitan dengan sikap yang menentukan
tingkah laku sesuatu golongan.
Kata moral pula ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah
ditentukan oleh etika sama ada baik atau jahat dinamakan moral. Moral ini terbahagi kepada dua
iaitu baik dan jahat. Yang baik ialah segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai
baik. Dan yang jahat ialah tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai jahat.
13
Akhlak mencakup pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan
manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk lain
manakala moral mencakupi pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam
hubungan manusia dengan manusia sahaja.
Nilai-nilai akhlak ditentukan oleh Allah swt melalui al-Quran dan tunjuk ajar oleh
Rasulullah saw manakala moral ditentukan oleh manusia.
Nilai-nilai akhlak bersifat mutlak, sempurna dan tetap manakala nilai-nilai moral
bersifat relatif, subjektif dan sementara.
b. Contoh perbedaan ahlak dan moral
Pakaian
Menurut Islam pakaian bagi seseorang muslim mestilah menutup aurat. Seandainya mereka
tidak menutup aurat maka ia telah dianggap sebagai orang yang tidak berakhlak kerana telah
melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Berbeda dengan moral, jika seseorang
itu mendedahkan aurat tetapi masih mempunyai perlakuan yang baik, maka mereka masih
dianggap bermoral oleh sesetengah pihak.
Bersalaman
Bersalaman di antara lelaki dan perempuan yang bukan mahramnya adalah haram menurut
Islam walaupun tujuannya untuk merapatkan hubungan. Tetapi perkara ini dibolehkan dalam
sistem moral.
Pengertian nilai, menurut Djahiri (1999), adalah harga, makna, isi dan pesan,
semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga
14
bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan,
mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar
perilaku. Sedangkan menurut Dictionary dalam Winataputra (1989), nilai adalah harga
atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut
secara instrinsik memang berharga.
b. Pengertian Norma
Pengertian norma adalah tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu sikap
dan tindakan manusia. Normal juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi rambu-
rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai
benar/salah. Norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia ada lima, yaitu (1) norma
agama, (2) norma susila, (3) norma kesopanan, (4) norma kebiasan, dan (5) norma
hukum, disamping adanya norma-norma lainnya. Pelanggaran norma biasanya
mendapatkan sanksi, tetapi bukan berupa hukuman di pengadilan. Menurut anda apa
sanksi dari pelanggaran norma agama? Sanksi dari agama ditentukan oleh Tuhan. Oleh
karena itu, hukumannya berupa siksaan di akhirat, atau di dunia atas kehendak Tuhan.
Sanksi pelanggaran/ penyimpangan norma kesusilaan adalah moral yang biasanya berupa
gunjingan dari lingkungannya.
Penyimpangan norma kesopanan dan norma kebiasaan, seperti sopan santun dan etika
yang berlaku di lingkungannya, juga mendapat sanksi moral dari masyarakat, misalnya
berupa gunjingan atau cemooh. Begitu pula norma hukum, biasanya berupa aturan-aturan
atau undang-undang yang berlaku di masyarakat dan disepakati bersama. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa norma adalah petunjuk hidup bagi warga yang
ada dalam masyarakat, karena norma tersebut mengandung sanksi. Siapa saja, baik
individu maupun kelompok, yang melanggar norma dapat hukuman yang berwujud
sanksi, seperti sanksi agama dari Tuhan dan dapartemen agama, sanksi akibat
pelanmggaran susila, kesopanan, hukum, maupun kebiasaan yang berupa sanksi moral
dari masyarakat.
15
Al-Qur’an sebagai sumber pedoman bagi umat Islam, karena di dalamnya mengandung
dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir dua pertiga dari ayat-
ayat al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia. Pendidikan Islam
adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk
mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentukya
manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji. Surat al-
ma’un termasuk ayat al-Qur’an yang membahas tentang kepedualian sosial dan banyak
memberi pesan nilai-nilai pendidikan Islam yang sangat bermanfaat dan dapat diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Namun kenyataannya saat ini banyak dijumpai dikalangan masyarakat Islam yang mampu
dari segi finansial misalnya, namun mereka enggan menolong sesama. Mereka lebih suka
menghambur-hamburkan harta mereka dengan hura-hura. Padahal harta tersebut jauh lebih
bermanfaat jika dishodaqahkan untuk menolong sesama yang membutuhkan, seharusnya hal-
hal semacam ini harus dijauhi karena bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan Islam
khususnya nilai sosial atau kemasarakatan. Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Ma’un.
Dengan demikian, dapat digunakan sebagai pedoman dalam bersikap dan berprilaku.
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk penelitian kepustakaan (library
research), karena data yang diteliti berupa naskah-naskah, buku-buku, jurnal yang bersumber
dari khazanah kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data-data
diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi yang diambil dari al-Qur’an, as-
sunnah, buku-buku, jurnal. Kitab tafsir yang menjadi sumber rujukan utama kepada penulis
untuk memahami suatu ayat. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan metode
conten analysis. Pemahaman dan analisis tersebut dilakukan melalui kegiatan membaca,
menganalisis dan mengklasifikasikan data.
Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan disini bahwasanya nilai-nilai
pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Ma’un meliputi (1) Nilai pendidikan tauhid
yaitu orang yang tidak percaya kepada hari kiamat. (2) Nilai pendidikan ibadah yaitu orang
yang melalaikan shalat. (3) Akhlak, meliputi; larangan berbuat riya’ (pamer) dan orang-orang
16
yang enggan menolong dengan barang-barang yang berguna (tolong menolong). (4) Sosial,
meliputi; menyantuni anak yatim dan anjuran memberi makan fakir miskin.
17
Itulah sebabnya, untuk mencegah terjadinya pelanggaran, setiap masyarakat memiliki sistem atau
mekanisme kontrolnya sendiri, yang sering disebut kontrol sosial. Agen-agen kontrol sosial itu di
antaranya : polisi, lembaga peradilan, lembaga keagamaan, masyarakat, kelompok
sosial. Hubungan antara nilai dengan norma dapat ditunjukkan oleh bagan di bawah ini.
Nilai dan norma memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial. Dapat
kita perhatikan contohnya pada nilai-nilai etis dalam berlalu lintas. Pada prinsipnya setiap
orang harus menjaga nilai-nilai etis di dalam berlalu lintas. Untuk merealisasikan sistem nilai
tersebut disusunlah norma-norma untuk mengatur lalu lintas yang terdiri dari seperangkat
aturan main dan sekaligus penegaknya.
Misalnya ada rambu-rambu lalu lintas, kendaraan harus dilengkapi dengan surat-surat
dan perlengkapan lainnya, pengendara motor wajib mengenakan helm, pengemudi harus
memiliki SIM, dan ketentuan-ketentuan lainnya yang harus dipenuhi. Jika terdapat
pengendara yang melanggar aturan-aturan tersebut maka akan ditilang. Tilang hanya akan
dikenakan kepada mereka yang terbukti telah melakukan pelanggaran.
18
KESIMPULAN
Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk , antara yang
terpuji dan yang tercela , tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Maksud dari akhlak itu sendiri adalah adanya hubungan antara khaliq dan makhluk , dan
antara makhluk dengan makhluk. Kita harus membiasakan diri berakhlak terpuji dalam
kehidupan sehari hari agar semuanya berjalan sesuai dengan perintah dan larangan dari
Allah Swt.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://pondokpesantrennurulhasanah.blogspot.com/2011/04/fungsi-akhlak-bagi-kehidupan-
manusia.html
https://www.jatikom.com/2018/11/pengertian-akhlakfungsi-ruang-lingkup.html
http://tugaskuliah15.blogspot.com/2015/10/makalah-akhlak-dalam-islam.html
https://andasayabisa.blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-pembagian-akhlak.html
https://satujam.com/pengertian-akhlak/
https://annafimuja.wordpress.com/2015/01/17/makalah-akhlak-pengertian-akhlak-konsep-
akhlak-dan-urgensi-akhlak-dalam-kehidupan/
https://bimbinganislami.wordpress.com/2010/09/19/cara-memperoleh-akhlaq-mulia/
http://www.berryhs.com/2011/04/metode-pembinaan-akhlak_29.html
http://heryanigx.blogspot.com/2014/08/makalah-pendagama-islam-moral-akhlak.html
http://www.academia.edu/9238928/PENGERTIAN_DAN_KONSEP_NILAI_DALAM_ISLAM
20