PENDAHULUAN
Setiap orang pasti menginginkan kucingnya sehat, lincah dan memiliki berat
badan ideal. Kucing yang sehat cenderung terlihat aktif, mempunyai bulu yang cerah,
serta sikap berdiri dan kondisi fisik yang baik. Setiap kucing memiliki karakteristik
yang berbeda, tetapi untuk sifat alamiahnya pasti sama. Dengan bertambahnya umur
kucing, biasanya kucing akan semakin malas. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan
dari kucing. Kucing yang malas akan rentan mengalami obesitas. Kucing yang
mengalami obesitas dan hanya diam saja (malas bergerak) memiliki faktor disposisi
terinfeksi penyakit saluran kemih. Masalah kesehatan ini mengganggu vesika urinaria
(kandung kemih) dan uretra (saluran kencing) kucing. Penyakit ini disebut dengan
FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease). FLUTD merupakan suatu kondisi
dimana terdapat bentukan kristal yang menyumbat saluran urinasi bagian bawah
Kondisi ini dapat terjadi pada kucing jantan ataupun betina, namun lebih
sering terjadi pada kucing jantan. Hal tersebut dikarenakan anatomi uretra kucing
jantan yang berbentuk seperti tabung memiliki bagian yang menyempit sehingga
Tract Disease)?
Tract Disease)?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Hasil dari ini diharapkan bisa menjadi pengetahuan untuk pembaca tentang
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Feline lower urinary tract disease (FLUTD) yang dikenal juga dengan feline
urologic syndrome (FUS) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada
kucing terutama kucing jantan. Masalah kesehatan ini mengganggu vesika urinaria
(VU) dan uretra kucing. Gangguan pada uretra terjadi disebabkan oleh struktur uretra
kucing jantan yang berbentuk seperti tabung memiliki bagian yang menyempit
sehingga sering menimbulkan penyumbatan urin dari VU ke luar tubuh. Feline lower
urinary tract disease (FLUTD) meliputi beberapa kondisi yang terjadi pada saluran
urinaria kucing (Nash 1997). Sindrom yang terjadi pada kucing ini ditandai dengan
pembentukan kristal (paling sering struvite) di dalam VU. Kristal tersebut kemudian
akan menyebabkan inflamasi, perdarahan pada urin, kesulitan buang air kecil, serta
beberapa kasus dapat menyebabkan obstruksi aliran normal urin keluar dari VU yang
a. peradangan kandung kemih cystitis akibat iritasi dari kristal pada dinding VU,
c. pembentukan sumbat pada uretra berupa pasir kristal mineral (blokade uretra),
d. uremia yaitu akumulasi zat kimia yang beracun pada aliran darah ketika blokade
Pada beberapa keadaan urin yang tertahan dalam VU dapat berbalik mengalir
ke ginjal yang menyebabkan kematian oleh gagal ginjal akut atau cystitis parah.
Kematian terjadi karena toksin menyebar melalui aliran darah menyebabkan sepsis
(Pinney 2009).
kucing jantan beresiko lebih besar terhadap obstruksi yang mematikan karena uretra
jantan lebih kecil dibandingkan betina dan memiliki bagian yang mengecil sehingga
mineral.
b. Penurunan frekuensi urinasi. Hal ini dapat disebabkan oleh menurunnya supan
air, pakan yang kering, air yang terlalu hangat, terlalu dingin, menurunnya
aktivitas fisik, hal ini dapat disebabkan karena kucing mengalami obesitas bahkan
kandang yang kotor dapat menyebabkan kucing segan untuk urinasi (Duval 2002;
dalam VU. Gejala klinis tersebut antara lain kesulitan urinasi (kucing sering buang air
kecil tidak pada tempatnya), sering menjilat daerah genital, merejan saat buang air
kecil (kadang disertai suara tangisan), serta darah pada urin. Selain itu, kucing dengan
FLUTD biasanya tidak nafsu makan. Pada keadaan yang lebih serius kucing jantan
2.4 Diagnosa
urinalisis. Pada kasus yang sudah parah dapat dipalpasi pembesaran dan rasa sakit
VU. Jika diduga terjadi infeksi pada VU maka kultur urin dapat dilakukan. Kucing
yang mengalami obstruksi saluran urinaria memiliki tingkat enzim ginjal yang tinggi
(blood urea nitrogen (BUN), dan kreatinin) dalam darah (Pinney 2009)
Terapi yang diberikan kepada pasien FUS adalah kateterisasi urin sehingga
terjadi pengeluaran urin dan kristal dari VU. Penyuntikan cairan fisiologis intravena
atau perinfusi diperlukan ketika sindrom uremia terjadi (depresi, muntah, dehidrasi)
dengan tujuan mengganti cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian
antibiotik diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-obatan
2002).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Rumah Sakit Hewan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur
Jln. Ahmad Yani No.202 Gayungan, Surabaya.
LEMBAR KONSULTATIF/AMBULATOIR
Tanggal : 3 Januari 2019 Jenis Hewan : Kucing
Nama pemilik : Jasmin Nama hewan : Bolli
Dokter Hewan : Drh. Dewi Ayu Intan K Signalemen : Jantan, 2 tahun
Anamnesa : Tidak urinasi 1 hari, tidak mau makan dan minum, tidak muntah, tidak
diare, belum vaksin, belum obat cacing
STATUS PRAESENS :
Keadaan umum : KT = Lemas EM = Murung
Frekuensi Nafas : 40/menit
Kulit dan Rambut : Turgor kulit > 2 detik,
Selaput Lendir : CRT < 2 detik, gingitiva dan conjungtiva berwarna pink
Kelenjar limfe : Ada sediit kebengkakan pada limfoglandula
Peredaran Darah : Frek pulsus 80/menit
Pencernaan : Normal
Kelamin & Perkencingan : Kesulitan Urinsi
Syaraf : Reflek palpabrae, pupil, kaki depan dan belakang normal
Anggota Gerak : Normal
Lain- lain : -Berat Badan : 3,34 kg, - T: 35,3o C
Diagnosa : FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease).
Prognosa : Fausta
Terapi / pengobatan : Kateterisasi / infus RL 500 ml (Betamox, Biodin,
As.Trenaksamat @0,34 ml 2 x /hari) (Rowatinex 1 tab 1
x /hari), (Urotractin caps ¼ tab 1 x /hari)
Terapi yang diberikan kepada pasien FLUTD adalah kateterisasi urin sehingga
terjadi pengeluaran urin dan kristal dari VU. Penyuntikan cairan fisiologis intravena
atau perinfusi diperlukan ketika sindrom uremia terjadi (depresi, muntah, dehidrasi)
dengan tujuan mengganti cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian
antibiotik diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-obatan
2002). Setelah dipasang kateter urin kucing Bolli dirawat inap, selama rawat inap
diberikan terapi antibiotik berupa injeksi Betamox dam pemberian oral berupa
KESIMPULAN
Feline lower urinary tract disease (FLUTD) adalah penyakit pada saluran
kemih bagian bawah kucing yang dikenal dengan istilah Feline Urologic Syndrome
(FUS) dan merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi yang
sehingga terjadi pengeluaran urin dan kristal dari VU. Penyuntikan cairan fisiologis
intravena atau perinfusi diperlukan ketika sindrom uremia terjadi (depresi, muntah,
dehidrasi) dengan tujuan mengganti cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh.
Pemberian antibiotik diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan