Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KOASISTENSI INTERNA KECIL KASUS

FLUTD PADA KUCING DI RUMAH SAKIT HEWAN


DINAS PETERNAKAN
Periode 1 April – 6 April 2019

Oleh :
Heny kurnia sari S.KH (18830087)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIYAJA KUSUMA SURABAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kucing merupan karnivora atau hewan pemakan daging.

Kadang pemilik membeikan makanan (pakan) yang tidak sehat

kepada hewan kesayangan (kucing) yang dapat menyebabkan

ketidak seimbangan nutrisi pada kucing.

Nutrisi yang tidak seimbang dapat menimbulkan penyakit,

salah satunya penyakit Batu Ginjal ( Urolotiasis). Urolitiasis

merupakan salah satu penyebab Feline Lower Urinary Tract

Disease (FLUTD) (Buffintong, 2001).

FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease) adalah

gangguan pada saluran kemih kucing bagian bawah. FLUTD dapat

mencangkup serat, batu atau sumbatan, dan bias terjadi pada kucing

jantan atau kucing betina, berapun usianya. Gangguan FLUTD

terjadi karena perkembangan Kristal yang mengeras menjadi batu

(uroliths), polakiuria, over grooming pada sekitar kelamin, pakan

mengandung magnesium fosfor dan protein dikombinasi dengan

PH urin yang alkali di ketahui menjadi penyebab urilihtiasis selama

30 tahun terakhir (Kirk dan Bartges, 2014)

Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) yang

dikenal juga dengan Feline Urologic Syndrome (FUS) merupakan


masalah kesehatan yang sering terjadi pada kucing terutama kucing

jantan. Masalah kesehatan ini mengganggu vesika urinaria (VU)

dan uretra kucing. Gangguan pada uretra terjadi disebabkan oleh

struktur uretra kucing jantan yang berbentuk seperti tabung

memiliki bagian yang menyempit sehingga sering menimbulkan

penyumbatan urin dari VU ke luar tubuh. FLUTD meliputi

beberapa kondisi yang terjadi pada saluran urinaria kucing (Nash,

1997). Sindrom yang terjadi pada kucing ini ditandai dengan

pembentukan kristal di dalam VU. Kristal tersebut kemudian akan

menyebabkan inflamasi, perdarahan pada urin, kesulitan urinasi

atau pipis (Duval, 2002)

Kandungan pakan yang meningkatkan resiko adalah

kalsium, natrium serat. Asupan air yang cukup sangat penting

untuk mencegah FLUTD. Kasus FLUTD (Feline Lower Urinary

Tract Disease) sering terjadi akibat pemilik (Owner) yang kurang

memahami pakan yang di berikan pada hewan kesayangan (kucing)

, pemberian pakan yang tidak benar atau kurang baik dan dapat

mengakibatkan FLUTD, dan berakibat fatal jika tidak ditangani

secepatnya (Kirk dan Bartges, 2014)

1.2 TUJUAN
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari

Penyakit FLUTD, Pencegahan dan Penanganan serta Terapi yang

cepat untuk hewan yang terkena FLUTD

1.3 MANFAAT

 Mengetahui penyebab penyakit FLUTD (Feline


Lower Urinary Tract Disease) pada kucing

 Mengetahui cara pengobatan dan pencegahan


penyakit FLUTD Feline Lower Urinary Tract

Disease) pada kucing


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Kucing

Kucing Persia adalah kucing yang sangat digemari

dimasyarakat, ciri-ciri fisiknya memiliki panjang tubuh sekitar

25cm sampai 40cm, untuk warnapun bervariasi, mulai dari yang

putih, hitam pekat, kecoklatan, dan lain sebagainya. Klasifikasi

kucing Persia (Felis silvestris) menurut Widodo et al, (2011)

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Carnivora

Sub ordo : Conoidea

Famili : Felidae

Sub family : Felinae

Genus : Felis

Spesies : Felis silvestris


2.2 FLUDT ( Feline Lower Urinary Tract Disease)

2.1.1 Pengertian

Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) yang

dikenal juga dengan Feline Urologic Syndrome (FUS) merupakan

masalah kesehatan yang sering terjadi pada kucing terutama kucing

jantan. Masalah kesehatan ini mengganggu vesika urinaria (VU)

dan uretra kucing. Gangguan pada uretra terjadi disebabkan oleh

struktur uretra kucing jantan yang berbentuk seperti tabung

memiliki bagian yang menyempit sehingga sering menimbulkan

penyumbatan urin dari VU ke luar tubuh. Sindrom yang terjadi

pada kucing ini ditandai dengan pembentukan kristal di dalam VU.

Kristal tersebut kemudian akan menyebabkan inflamasi, perdarahan

pada urin, kesulitan urinasi atau buang air kecil (Duval, 2002).

2.1.2 Fakto – factor yang menyebabkan terjadinya Felin

Lower Urynary Tract Disease (FLUTD)

Beberapa factor yang menyebabkan FLUTD diantaranya,

infeksi bacterial dan viral, trauma, adanya Kristal di urine, ada batu

di vesika urine. Faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan

FUS antara lain :

 FLUTD dapat disebabkan karena uretra yang tersumbat

oleh semacam pasta, komposisi mineral batu atau pasir


dan Kristal struvite (magnesium ammonium fosfat)

yang berhubungan dengan jumlah garam dan beberapa

sumbatan menyebabkan terbentuknya mucus, darah, dan

sel darah putih.

 FLUTD beehubungan dengan Kristal uroith atau batu

yang ditemukan di saluran urinaria. Urolith ada dua tipe

tergantung dari diet dan factor Ph urine. Faktor yang

menyebabkan terjadinya urolith pada kucing adalah

infeksi bakteri , seperti jarang uric, nasi akibat litter box

yang kotor, kurang aktifitas fisik, kurang minum dan

biasa diberi pakan kering (dryfood)

 Intake dan diet air minum, kucing yang memakan pakan

kering akan mendapat sedikit air dari pakan,selain itu

pakan kering menyebabkan urine lebih terkonsentrasi

dan jumlah sedimen yang lebih besar (Carlson, 2008)

 Cystitis vakterial dan urethritis (radang pada urethra)

juga dapat menjadi penyebab dasar FUS. Cystitis

bacterial mungkin menjadi factor penyebab terjadinya

serangan berulang FUS, infeksi bakteri tersebut

memiliki potensi untuk meningkatkan infeksi dengan

sumbatan.Infeksi berulang dapat menyebabkan

resistensi antibiotic (Carlson, 2008).


2.2 ETIOLOGI
FUS (Felin Urologic Sindrome) d bedakan menjadi 2

kategori berdasarkan abnormalitas pada saluran urinaria, yaitu :

Non obstruksi FUS sebagai manifestasi klinis pada feline

interstitinal cystitis yang diakibatkan adanya abnormalitas pada

vesika urinaria, system syaraf pusat dan aksis hypotalmic pituatari

adrenal. Urothelium vesika urinaria normal tersusun oleh specific

glycosaminaglycan (GP-51) yang menghambat infeksi bakteri dan

melindungi urothelium dari zat berbahaya yang terkandung dalam

urine, hewan yang mengalami cystitis akan mengalami penurunan

jumlah GAG dan GP-51 urin. Lapisan GAG atau urothelium,

menyebabkan zat berbahaya dalam urin kontak langsung dengan

syaraf menyebabkan radang vesika urinaria neurogenic, hal ini

terjadi karena syaraf sensorik terletak pada submukosa, yang tetdiri

dari serat bermielin dan apabila terinfeksi, maka respon langsung di

hantarkan ke caudal spinalis dan di anggap sakit pada pelvis.

Gangguan histology akan terlihat adanya edema dan hemoragi dan

dilatasi pada pembuluh darah dan submukosa, yang menyebabkan

penyempitan pada Vesika urinaria dan Hematuria (Purnamaningsih

dan Indrajulianto, 2011)

2.3 Faktor Prediposisi

1. PH Urine
Ph urine berperan sangat penting dalam pembentukan

kalkuli, beberapa garam (oksalat), dan asam urat lebih

mudah mengendap pada ph asam, struvit dan karbonat

lebih mudah mengendap pada ph alkalin

2. Infeksi Bakteri

Koloni bakteri, pengelupasan epitel, atau leukosit dapat

berperan penting sebagai nidus untuk pengendapan unsure

mineral urolit. Urolit yang unsure penyusunannya terdiri

dari magnesium ammonium fosfat terbentuk karena adanya

infeksi bakteri penghasil urease atau pemecah urea

(proteus dan beberapa staphylococci) yang mengkonversi

urea menjadi amoniak infeksi dalam traktus urinarius,

merupakan factor terbesar penyebab terbantuknya urolit

struvit.

3. Diet

Diet yang mengandung protein tinggi membantu

pembentukan urolit struvi, karena mengkonsumsi protein

tinggi dapat meningkatkan konsentrasi urea dan NH4

dalam urin (Nelson, 2003).


2.4 Patogenesis

Sel hidup (Livibf cells) memproduksi produk yang harus

dibuang seperti nitrogen dan kreatinin, yang dibuang kedalam

aliran darah lalu dibawa ke ginjal kemudian difiltrasi seperti

halnya garam dan mineral, materi yang di telah filter kemudian

dibawa ke vesika urinaria. Pakan kering dengan minum yang

sedikit, dapat menyebabkan Ph urin lebih tinggi atau lebih rendah

dari biasanya, pada kondisi tersebut, batu Kristal dapat terbentuk

dan kemudian menyumbat urethra dan menghambat urinasi,

karena ginjal memompa zat tersebut ke vesika urinaria, maka

vesika urinaria akan terisi dan normalnya, kucing urinasi beberapa

hari sekali. Vesika urinaria yang bersifat elastic dapat menampung

urine dengan volum yang lebih setelah 24-36 jam. Vesika urinaria

akan terisi dengan sempurna, pada saat itulah toksin mulai

mengnggu filtrasi ginjal. Pada saat ginjal berhentimemfilter darah,

toksin akan memenuhi aliran darah (Anonim, 2007).

Patogenesis pembentukan urolit dan pertumbuhannya

memiliki beberapa factor utama dalam pembentukan urolit yaitu :

kejenuhan atau supersaturasi, kristalisasi atau nukleasi,

kekurangan factor penghambat dan kelainan anatomi organ

uropoetica (Purnomo, 2009).


Pembentukan urolit meliputi fase awal di mulai dari

terbentuknya nidus kristal yang tergantung dari kemampuan untuk

tetap bertahan dalam limen traktus ekskretorious system urinarius.

Derajat dan durasi supersanutirasi irin yang mengandung Kristal

baik yang identik atau berbeda dengan Kristal yang ada di dalam

nidus. Dan sifat nidus Kristal, jika suatu Kristal mempunyai sifat

yang cocok dengan Kristal lain, maka beberapa kristal dapat saling

menggabungkan diri dan tumbuh pada permukaan nidus kristal

lain (Nelson,et al, 2003).

Hubungan Ph dengan terbentuknya kristal struvit ialah

kucing memiliki kemampuan untuk mengkonsentrasikan urin

dengan tujuan menyimpan air, berkaitan dengan evolusinya, yaitu

kehidupan kucing yang tinggal di padang pasir. Produk yang tidak

terpakai (waste produc) di urin sangat pekat dan mengandung

magnesium, ammonium dan ion phospat yang dapat berkristalisasi

pada urine yang netral dan alkalis untuk membentuk struvit. Pada

ph urin di bawah 6,6 struvit dapat larut, sedangkan ph di atas 7,1

akan terkristalisasi secara spontan. Kucing merupakan karnivora,

yang memakan dging dalam jumlah banyak, diet protein tinggi

akan memproduksi urin dengan ph rendah (asam) (Weal, 2013).


2.5 Gejala Klinis

Gejala klinis pada kucing yang menderita FLUTD ditandai

dengan gejala depresi, lemah, muntah, nafsu makan menurun dan

biasanya disertai cystitis, infeksi saluran urinaria bagian bawah,

adanya sumbatan (debris dan kristal membentuk sumbatandi

urethra), uremia (akumulasi produk tolsik seperti nitrogen dan

kreatinin dalam aliran darah), hematuria (adanya darah dalam

urin), polliuria (peningkatan frekuensi urinasi), dysuria, urinasi

tidak pada tempatnya, sering menjilati daerah genital, mengeong

ketika urinasi dikarenakan terasa sakit (Nelsol et al, 2003).

2.6 Diagnosa

Diagnosa FLUTD berdasarkan pada gejala klinis,

pemeriksaan fisik dan urinalisasi, pada kasus yang parah dapat di

palpasi pembesaran dan rasa sakit vesika urinaria. Kucing yang

mengalami obstruksi saluran urinaria memiliki tingkat enzim

ginjal tinggi (blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin) dalam

darah. Diagnosa dilakukan berdasarkan , anamnesa (perubahan

lingkungan, tingkah laku, pakan dan stress pada kucing), gejala

klinis, pemeriksaan fisik. Di lakukan pemeriksaan dengan palpasi

pada organ perkencingan atau saluran kemih pada kucing yang

menunjukkan gejala kesakitan jika di palpasi. Palpasi pada vesika

urinaria yang mengalami distensi harus dilakukan dengan pelan-


pelan dan hati-hati untuk menghindari rupture atau pecah (Little,

2012).

2.7 Terapi

Terapi yang diberikan pada pasien FLUTD adalah

kateterisasi urin sehingga terjadi pengeluaran urin dan kristal dari

vesika urinaria. Penyuntikan cairan fisiologis intravena atau

melalui cairan infuse di perlukan ketika sindrom uremia terjadi

(depresi, muntah, dan dehidrasi) dengan tujuan mengganti cairan

tubuh dan menstabilkan PH cairan tubuh. Pemberian antibiotic di

perlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-

obatan parasimpatomimetik yang menstimulasi otok vesika

urinaria berkontraksi dan relaksasi uretra diperlukan.

Gambar Kateter Kucing


2.8 Pencegahan

Pencegahan pada kasus FLUTD dapat dilakukan dengan

cara, meningkatkan asupan air minum, mengurangi urine specific

gravity (USG), dan makanan kaleng dapat mengurangi USG. Diet

komersial di rancang untuk meningkatkan rasa haus dan

menyebabkan poliuria pada kencingnya (Norsworthy, 2011).


BAB III
MATERI METODE
3.1 Materi
Alat dan bahan yang diperlukan :
a). Alat yang digunakan
1. Meja oprasi
2. Termometer
3. Timbangan digital
4. Kateter (hewan jantan)
5. Needle holder, guntung tunpul-tumpul
6. Pinset anatomis dan chiruegik
7. Jarum segi tiga
8. Pot
9. Infuse set
10. Spuit 3 cc dan spuit 5 cc
b). Bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
2. Betadine
3. Aqua water injection
4. Lactated Rinjer
5. Gell dan kapas steril
6. Silk dan tissue
7. Acepromazine inj 0,25 ml
8. Atropine inj 0,25 ml
9. Ketamin inj 0,4 ml
10. Betamox inj 0,25 ml
11. Vetadryll + B comp inj @ 0,25 ml

12. Glucortin inj 0,25 ml


13. Rowatinex
14. Urotractin
15. Ultramin

3.2 Metode
Metode yang digunakan untuk mendiagnosa adalah dengan
mengisi ambulatoir secara lengkap, kucing dibawa ke ruang
periksa dan di timbang dan di ukur suhu tubuhnya. Sebelum
pemasangan kateter di lakukan pramedikasi yaitu dengan
pemberia acerpomazine dan atropine dengan dosis acepromazine
0,25 ml dan atropine 0,25 ml, kemudian selang 15 menit d anastesi
dengan ketamin dengan dosis 0,4 ml. Setelah kucing teranastesi,
siapkan katater urin yang telah dioleskan gell agar licin dan mudah
masuk ke dalam uretra. Preputium kucing ditarik sehingga penis
dapat keluar dengan sempurna. Kemudian dimasukkan kateter
perlahan, hingga keseluruhan kateter dapat masuk, lalu dipasang
spuit pada ujung kateter dan urin disedot yang ada di dalam vesika
urinaria. Lakukan flashing menggunakan aqua water injection agar
urin keluar dan urin benar-benar bersih atau paling tidak urin
berubah warna kemudian jahit kateter agar tidak terlepas.
Kemudian injeksi Betamox 0,25 ml melalui subcutan, setelah itu
injeksi vetadryll+B comp @ 0,25 ml secara subcutan, kemudian
Glucorti 0,25 ml secara subcutan, Rowatinex caps dan Urotractin
+ Ultamin (obat racik).

3.2.1 Lembar Konsultatif atau Ambulatoir

Dokter Hewan : Drh. Retno Prayudhoyanti


Nama & Alamat Pemilik : Ny. Donn ( Kebonsari Regency C3)
Telpon : 085733663006
Macam Hewan : Kucing Persia med
Nama Hewan : Once
Signalemen : Jantan, umur 3 tahun , warna bulu mix
Anamnesa : Tidak pipis selama 1 minggu, makan
dan minum sedikit, diare (-), muntah
(-), vaksin (+), obat cacing (-)

STATUS PRAESENS

1. Keadaan Umum : KT= besar EM= sedang


2. Frekuensi Nafas ; 40/mnt, Frekuensi Pulpus : 124/mnt, T :
36,70C
3. Kulit dan rambut : Normal Turgor <2 detik, bulu sedikit
rontok, bau pesing pada bagian bulu abdomen
4. Selaput lender : Konjungtiva normal, hidung normal, CTR< 2
detik (berwarna merah muda)
5. Kelenjar Limfe : Palpasi mandibula normal (tidak bengkak)
6. Pernafasan : Costal
7. Peredaran Darah : Normal (Sistol diastole dapat dibedakan)
8. Pencernaan : Normal
9. Kelamin dan perkemihan : Palpasi abdomen (VU) membesar
10. Syaraf : Normal terdapt reflek
11. Anggota gerak : Normal (tidak pincang berjalan dengan 4
kaki)
12. Lain-lain : Berat badan : 2,4 kg

1. Pemeriksaan Lab, dsb : A. FESES


Konsentrasi : -
Natif :-
Centrifuge : -
Lain-lain :-
DIAGNOSIS : Sehat B. URIN
Reaksi :-
Protein :-
Sedimen :-
Lain-lain :-

PROGNOSA : C. HEMATOLOGI
Sifat :-
Kadara Hb : -
Prep apus :-
Lain-lain :-

D. USG ;-

E. RONTGENT : -

F. EKG :-

G. FAAL ORGAN :-
H. KULIT :-

I. ALERGI :-

J. LAIN-LAIN : -

TERAPI/ PENGOBATAN
 Pemasangan kakteter
 Terapi : T/ Injek Betamox 0,25 ml (1x1)
Injek Vetadryll + B comp @ 0,25 ml (2x1)
Injek Glucortin 0,25 ml (1x2)

R/ Rowatinex No v
S 1dd 1

R/ Urotractin 1/5 tab


Ultamin 1/8 tab
M f l a da in caps dtd no X
S 1 dd 1
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Pada kasus ini kucing Once mengalami FLUTD (Felin


Lower Urinary Tract Disease) yang di sebabkan pemilik kucing
Once salah dalam memilih pakan yang baik. Pakan yang di buat
sendiri dan pakan yang mengandung magnesium dan mineral
tinggi, mengakibatkan vesika urinaria Once mengalami
penyumbatan, karena adanya pembentukan kristal akibat pakan
yang diberikan.
Metode yang dilakukan untuk penanganan FLUTD pada
kasus ini adalah dengan tehnik pemasangan kateter. Kateter di
masukkanke penis kucing menggunakan lubricant guna membantu
masuknya kateter lebih mudah. Setiap kateter susah di masukan,
maka dilakukan flashing untuk membantu mendorong abstruksi
pada ureter masuk kedalam vesika urinaria, sampai kateter massuk
semua kedalam vesika urinaria, jika sudah masuk kedalam vesika
urinary, buka penutup kateter agar air yang ada di dalam vesika
urinary dapat keluar ke dalam pot, jika tidak bias keluar, maka do
sedot dengan spuit 5 cc sampai vesika urinary bersih.
4.1 Pemasangan kateter 4.2 Pengambilan urine
dalam VU

Setelah urine dalam vesika urinary keluar semua, kemudian


dilakukan flashing (pembersihan) vesika urinary dengan
mengguakan aqua water injection, sampai urine dalam vesika
urinary bersih atau berubah warna dari yang berwarna merah
berubah menjadi lebih pink atau lebih jernih. Setelah itu jahit
kateter pada fascia kulit penutup penis dengan benang silk agar
kateter tidak terlepas selama rawat inap.

4.3 Flashing (memasukan aqua water injection)


4.4 Flashing (pengambilan aqua water inection yang di
masukan)

4.5 Menjahit kateter dengan kulit

4.5 Pemasangan infuse pada kucing once


4.2 Pembahasan
Tindakan pemasangan kateter yang dilakukan pada kucing
Once, untuk membantu kucing Once mengeluarkan air kencing
atau urin yang sudah lama tidak keluar. FLUTD yang terjadi pada
kucing Once disebabkan berbagai factor seperti, factor umur,
keturunan dan makanan yang dikonsumsi. Selain itu pakan kering
kering yang d konsumsi tidak di imbangi dengan minum yang
banyak dapat menyebabkan terjadinya FLUTD. Menurut
keterangan Owner atau pemilik kucing Once, pasien diberi pakan
kering dengan harga yang terjangkau, kucing yang diberi pakan
kering secara terus menerus akan menigkatkan terjadinya
penyerapan Mg dan mineral-mineral lainnya. Pada pakan kering
terkandung ion-ion MgO2 dan MgSO4 yang bersifat basa. Urine
yang bersifat basa akan membuat ion Mg, phospat dan ammonium
akan mengkristal membentuk kristal struvit, sehingga perlu diet
rendah Mg (Nelson, 2003).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pemasangan kateter adalah suatu tindakan yang dibutuhkan


saat pasien mengalami FLUTD, dan diharapkan setelah
pemasangan kateter dapat mempelancar kembali kencing atau
urinasi dari pasien tersebut.

5.2 Saran
Selalu menjaga dan mengawasi pemeliharaan kita untuk
makanannya minumannya agar tidak mengkonsumsi sembarangan.
Jadika pakan urinary pakan selamanya agar tidak terjadi sakit yang
sama atau terulang penyakit yang sama, konsultasikan ke dokter
jika terjadi penyakit berulang
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Feline Urologic Syndrom (FUS)


http://www.randolphanimal.com/articles search.php.
?category=57&id=239, Di akses hari rabu 3 april 2019,
Yogyakarta
Buffintong CAT. 2001. Managingcommon chronic lower urinary
tract disordes of cat. Am. J.
Carlson, D. 2008. Feline Lower Urinary Tract Disease.
http//www. Medicenet. Com/ pet/cat- health/feline lower
urinary tract disease.htm. Di akses hari rabu 3 april
2019, Yogyakarta.
Duval D. 2002. Feline Urologic Syndrome, Internet Vet. Column.
www.mailer.fsu.edu
Krik C and JW Bartges, 2014. Feline urolith and urethral plugs
:Epidermiology, riks factors and pathogenesis FLUTD
Symposisum.
Little, S.E. 2012. THE CAT : Cilinical Medicine Menegement.
Elseviar Missouri.Pp 992 – 1004.
Nelson, R. W. and Couto, C,G. 2003. Small Animal Internal
Medicine 3rd Edition, MOSBY Inc.Missoury, London.
Purnama. B. B. 2009. Dasar – dasar Urology. Edisi II. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
LAPORAN KOASISTENSI INTERNA KECIL
KASUS FELINE CALICIVIRUS PADA
KUCING
DI KLINIK 911 PET SERVICE

Periode 8 April – 12 April 2019

Oleh :
Heny kurnia sari S.KH (18830087)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIYAJA KUSUMA SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kucing merupakan hewan yang sering dipelihara oleh
manusia. Permasalahan yang sering muncul yaitu adanya penyakit
yang mengganggu kesehatan kucing, salah satunya adalah
penyakit feline calicivirus. Pemilik kucing seringkali tidak
menyadari gejala awal yang mengindikasikan bahwa kucing
peliharaannya beresiko terkena penyakit feline calicivirus.
Virus Cakici merupakan virus yang menyerang pernafasan
yang umumnya terjadi pada kucing, virus ini menyerang paru-paru
dan saluran pernafasan seperti mulut dan saluran hidung, mulut,
lidah usus, dan persendian. Virus calici bersifat sangat menular
antara kucing yang satu dengan yang lain, terutama pada kucing
yang tidak di vaksin. Penularannya terjadi melalui kontak
langsung pada ruangan yang padat atau dengan ventilasi yang
buruk. Virus ini dapat menyerang kucing pada semua umur,
namun kucing muda atau anak kucing lebih rentan terinfeksi virus
calici. Virus calici lebih mudah menyerang kucing yang system
imunnya sedang turun dan menyebabkan infeksi saluran
pernafasan bagian atas pada kucing kucing (Radford, dkk, 2014).
Penyakit feline calicivirus merupakan patogen berupa virus
calici yang menyerang kucing dengan tingkat infeksi dan
penularan yang tinggi. Virus ini secara spesifik akan menyebabkan
gangguan pada daerah oral dan saluran pernafasan (Radford, dkk,
2014). Proses penularan virus dapat terjadi secara langsung dari
kucing terinfeksi kepada kucing sehat, selain itu proses penularan
juga dapat terjadi dengan adanya kontaminasi dari tangan pemilik
ataupun peralatan kandang yang tercemar virus. Rute infeksi
biasanya berasal dari nasal, oral dan conjungtiva. Setelah masuk
ke dalam tubuh, virus akan segera bereplikasi di jaringan target
yaitu conjungtiva, mukosa mulut, mukosa hidung dan paru – paru
(Subronto, 2008)

1.2 TUJUAN

Tujuan dari koasistensi ini, agar dapat mendiagnosa


penyakit hewan, dengan tehnik diagnosis standar (diagnosis
klinik) terhadap kasus di klinik hewan, dapat mengetahui
pemberian terapi yang tepat dan sesuai dengan gejala hewan dan
mengetahui penanganan dan pengobatan terhadap kasus Feline
Calisivirus pada kucing.

1.3 MANFAAT

Mahasiswa dapat melakukan dignosa pada penyakit yang


ada pada pasien serta cara melakukan penanganan pada penyakit
tersebut, serta sebagai bahan informasi mengenai kasus penyakit
yang ada.

BAB II
TINJAUAN PUASTAKA
2.1 Feline Calicivirus (FCV)

Feline Calicivirus (FCV) adalah virus dari keluarga


Caliciviridae yang menyebabkan penyakit pada kucing. ini adalah
salah satu dari dua virus penting yang biasanya menyebabkan
infeksi saluran pernapasan di kucing, yang lain adalah Feline
herpesvirus . FCV dapat terisolasi dari sekitar 50 % kucing dengan
infeksi saluran pernapasan atas. Cheetah adalah spesies lain dari
keluarga felidae dikenal untuk menjadi terinfeksi secara alami.
Gejala klinis pada kucing yang terinfeksi feline calicivirus dapat
terjadi secara akut, kronis atau tidak sama sekali. Pemilik kucing
seringkali tidak menyadari gejala – gejala awal yang
mengindikasikan bahwa kucing peliharaannya memiliki resiko
penyakit feline calicivirus.
Virus ini dapat masuk kedalam tubuh melalui mata, hidung
(pernafasan) dan mulut, karena partikel virus yang sangat kecil
dan mudah menempel pada tempat sembarangan, seperti lantai,
tempat tidur kucing, makanan, air minum, dan bahkan baju atau
tangan manusia yang yang tidak steril, maka penularan dapat
sangat cepat terjadi. Masa inkubasi dari virus ini relative cepat
yaitu 2 – 4 hari (Norworsthy, dkk, 2006).

2.2 Gejalan Feline Calicivirus

Gelaja klinis Feline Calicivirus muncul 2-8 hari setelah


infeksi virus dan mencapai puncaknya dalam 10 hari setelah gejala
klinis terlihat. Pada kasus yang berlangsung akut saluran nafas
tertutup, lender yang mengental disertai discharge pada hidung
nasal, demam tinggi, bersin, dehidrasi, luka (ulser) seperti
sariawan pada mulut lidah, atau bibir yang menyebabkan kucing
tidak mau makan (anoreksia) karena kesakitan saat mengunyah
makanan. Selaian itu, terjadi gangguan pada mata membesar
oedematous. Pada kasus yang berlangsung kronis menunjukan
gejala yang ringan atau tidak menunjukan gejala gingivitis yang
berulang, gejala kepincangan (limping kitten syndrome) juga dapat
terlihat infeksi feline calicivirus akibat peradangan pada sendi
(arthritis) terutama terlihat pada anak kucing yang umurnya
kurang dari 14 minggu. Artritis terutama terjadi pada kaki
belakang dan tidak menimbulkan kerusakan sendi yang permanen
(Foster, dkk, 2009)
Tingkat keparahan yang ditimbulkan dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu, umur, jumlah virus yang terpapar, jenis
strain virus calici, status kesehatan kucing, asupan nutrisi, dan
genetic. Anak kucing dan kucing tua rentan terhadap virus calici,
kucing yang sehat akan mengalami gejala yang lebih ringan
dibandingkan kucing yang sejak awal tidak sehat (Lagerwerf W,
2008)

2.3 Berdasarkan Tingkat Keganasan Calicivirus

1. Mild calici gejala klinis ringan, dan apabila daya tahan


tubuh tinggi maka dapat sembuh dengan sendirinya,
tingkat kesembuhan > 90%
2. Moderate calici gejala tampak jelas, seperti mata berair,
bersin, pilek, anorexia, demam, ulkus pada lidah, salvias
dan sesak nafas, tingkat kematian pada tipe ini cukup
tinggi yaitu 50%.
3. Limping kitten syndrome dapat pada kucing yang baru
lahir atau anakan kucing, dengan gejala arthritis, serta
pembengkakan dan nyeri sendi.
4. Virulen strain of calivi virus (FCV- ari) merupakan tipe
yang paling ganas dan mematikan, tingkat kematian >6-
%. Gejala yang tampak dapat berupa pembengkakan
pada muka dan paw, demam, sesak nafas, ulkus pada
lidah yang parah (sampai dapat berdarah), pendarahan
dari hidung (epistaksis), dan dapat dtsertai dengan
kekuningan pada membrane mukosa (jaundice)
(Norworsthy, dkk, 2006)

Replikasi calicivirus terjadi pada jaringan oroharyngeal


dan menyebar terutama pada epitel konjuungtiva, hidung dan
rongga mulut termasuk liadah dan langit-langit mulut. Kemudian
terjadi sitolisis pada jaringan yang terinfeksi dengan cepat. Bentuk
virulensi sistemik, gejala klinis yang muncul terjadi akibat
vaskulitis dan perkembangan koagulasi intravaskuler yang
menyebar atau gejala respon peradangan sistemik (systemic
inflammatory respone syndrome) (Cote. E. 2011).

BAB III
MATERI METODE

3.1 Materi dan Metode


Alat yang digunakan dalam pemeriksaan calicivirus adalah
timbangan, thermometer,dan spuit. Bahan yang digunakan untuk
terapi calicivirus adalah Dexamhetason 0,05 ml injek. Resep yang
diberian kepada pemilik hewan adalah obat racik Cefadroxcil 10
mg, Dextamin 1/10 tab, Bio ATP 1/8 tab, dan Neurodex 1/8 tab
dengan pemberian (2 capsul x 1 hari) pagi dan sore hari selama 6
hari.

Metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa


adalah dengan mengisi ambulatoir secara lengkap, kucing dibawa
ke ruang periksa dan di timbang dan di ukur suhu tubuhnya
pemeriksaan umum dengan melihat keadaan umum, pada mulut
yang berbau, telihat kaki pincang, bulu rontok, dan di palpasi pada
bagian abdomen terdapat gas pada lambung dan di palpasi bagian
tubuh terasa kesakitan dan nyeri.

3.2 Lembar Konsultatif atau Ambulatoir

Dokter Hewan : Drh. Supriyono


Nama & Alamat Pemilik : Ny. Nurul.
Gubeng kertajaya, Surabaya
Telpon : 087853279068
Macam Hewan : Kucing Maine Coon
Nama Hewan : Ivy
Signalemen : Betina, umur 1 bulan , warna putih
kuning
Anamnesa : Kaki pncang, bulu rontok, mulut
bau, tidak mau makan dan
pemeriksaa palpasi, dibagian
abdomen di lambung ada gas,
dan palpasi pada tubuh saat d
pegang kesakitan atau terasa
nyeri

STATUS PRAESENS

13. Keadaan Umum : KT= kcil EM= sedang


14. Frekuensi Nafas ; 40/mnt, Frekuensi Pulpus : 124/mnt, T :
38,70C
15. Kulit dan rambut : Normal Turgor <2 detik, bulu rontok
16. Selaput lender :
17. Kelenjar Limfe : Palpasi mandibula normal (tidak bengkak)
18. Pernafasan : Costal
19. Peredaran Darah : Normal (Sistol diastole dapat dibedakan)
20. Pencernaan : Normal
21. Kelamin dan perkemihan : Normal
22. Syaraf : Normal terdapt reflek
23. Anggota gerak : Kaki belakang pincang
24. Lain-lain : Berat badan : 0,7 kg

2. Pemeriksaan Lab, dsb : A. FESES


Konsentrasi : -
Natif :-
Centrifuge : -
Lain-lain :-

DIAGNOSIS : Saspek calicivirus B. URIN


Reaksi :-
Protein :-
Sedimen :-
Lain-lain :-
PROGNOSA : C. HEMATOLOGI
Sifat :-
Kadara Hb : -
Prep apus :-
Lain-lain :-

D. USG ;-

E. RONTGENT : -

F. EKG :-

G. FAAL ORGAN :-

H. KULIT :-

I. ALERGI :-

J. LAIN-LAIN : -

TERAPI/ PENGOBATAN

 Terapi : T/ Injek Dexamethason

R/ Cefadroxcil 10 mg
Dextamin 1/10 tab
Bio ATP 1/8 tab
Neurodex 1/8 tab
m.f.l.a caps dtd No.XII
S 2dd caps

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pada kasus ini kucing Ivy mengalami kaki belakang
pincang, bulu rontok, mulut berbau, tidak mau makan, di palpasi
terdapat gas di lambung dan palpasi bagian tubuhnya kucing Ivy
merasa kesakitan atau nyeri. Di karenakan pemilik kucing
seringkali tidak menyadari gejala-gejala awal yang
mengindikasikan bahwa kucing peliharaannya memiliki resiko
penyakit feline calicivirus. Pemeriksaan kucing ke dokter hewan
baru dilakukan setelah kucing
mengalami keluhan yang cukup
serius. Pemeriksaan dan
perawatan yang terlambat
menyebabkan penyakit ini
berkembang ke tahap yang lebih
berbahaya. Melihat kondisi
tersebut, diperlukan cara untuk
melakukan diagnosa awal agar pemilik kucing dapat menyadari
bahwa kucing peliharaanya memiliki resiko terkena penyakit
feline calicivirus sehingga angka kematian kucing yang
disebabkan oleh penyakit feline calicivirus dapat dikurangi. Salah
satu cara untuk dapat melakukan diagnosa pada suatu penyakit
adalah dengan melihat dari gejala-gejala awal yang muncul.

4.1 Bulu yang tampak rontok


4.2 Di palpasi pada tubuh kucing, kucing Ivy merasakan kesakitan
atau nyeri

4.2 Mulut kucing kotor dan


berbau 4.4 Kucing
Ivy pincang kaki
dan gingivitis

belakang

Metode yang dilakukan untuk penanganan kasus feline


calicivirus adalah dengan isolasi kucing yang sakit, jauhkan dari
kucing lain, sebaiknya ditempatkan di ruangan yang terpisah, beri
makanan yang lunak atau lembut, suapi apabila kucing tidak mau
makan. Beri nutrisi yang baik, bersihkan kotoran mata, dan
hidung pemberian terapi Dexamethason injeksi 0,05 ml,
pemberian resep buat rawat jalan yaitu, Cefadroxcil 10 mg,
Dextamin 1/10 tab, Bio ATP 1/8 tab dan Neurodex 1/8 tab dengan
pemberian (2x1) selama 6 hari.
4.3 Pembahasan

Pecegahan terbaik untuk menghindari terjadinya infeksi


virus calici adalah dengan melakukan vaksinasi secara rutin,
umumnya vaksin untuk calici, vaksin calici tidak sendiri
melainkan vaksin gabungan dengan virus herpes. Diagnosa untuk
virus calici ini hanya berdasarkan gejala klinis, dan definitive
diagnosa maka perlu dilakukan isolasi virus, yang dapat di ambil
dari sample air liur (saliva), swab hidung atau darah dan tehnik
PCR merupakan cara terbaik untuk mengetahui infeksi virus ini
secara pasti. Terapi yang dapat dilakuakan untuk kasus calicivirus
adalah menjaga cairan tubuh dengan memberikan terapi cairan
(infuse), antibiotic spectrum luads untuk mencegah infeksi
sekunder, analgesic dan anti inflamasi dan immunostimulant untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat juga dibantu dengan
pemberian vitamin C melalui jalur intravena atau tablet
(Norworsthy, dkk, 2006).

4.4 Terapi

 Dexamethason
Deksametason merupakan salah satu obat kortikosteroid
yang masuk ke dalam kelompok glukokortikoid sintetik yang
memiliki efek anti inflamasi dan imunosupresif, yang mana hal
tersebut mendorong semakin dikembangkannya berbagai steroid
sintetik dengan aktivitas anti inflamasi dan imunosupresif.
Deksametason yang banyak beredar merupakan deksametason
sintesis dengan efek terapi yang lebih cepat dari senyawa
alaminya. Deksametason masuk ke dalam tubuh kemudian ke
sistem pencernaan dan diproses di dalam lambung. Setelah terjadi
proses kimiawi di lambung maka dilakukan absorbsi. Senyawa
deksametason yang diabsorbsi akan ikut dalam aliran darah dan
mengalir di dalam pembuluh vena kemudian masuk ke dalam
hepar melalui vena porta yang kemudian akan dilakukan
detoksifikasi oleh hepar. Indikasi Dexamethason dapat digunakan
untuk mengobati penyakit-penyakit seperti, penyakit inflamasi
akut, penyakit inflamasi pada kulit, penyakit inflamsi pada mata,
penyakit rematik sendi, penyakit asma bronchial, penyakit
sistemik lupus eritematosus dan penyakit keganasan system
limfatik (Katzung et all, 2013).
Beberapa efek samping Dexamethason yang mungkin
terjadi dari penggunaan obat ini adalah, masalah tidur (insomnia),
perubahan suasana hati, jerawat, kulit kering, penipisan kulit,
memar atau perubahan warna kulit, penyembuhan luka yang
lambat, Keringat berlebih, sakit kepala, pusing, sensasi berputar-
putar, mual, sakit perut, kembung, kelemahan otot atau,
perubahan dalam bentuk atau lokasi lemak tubuh (terutama di
lengan, kaki, wajah, leher, dada, dan pinggang).

 Cefadroxcil

Cefadroxil adalah antibiotik dengan spektrum luas. Obat ini


digunakan untuk mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri,
seperti infeksi saluran kemih, kulit, pernapasan, atau tenggorokan.
Cefadroxil bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel
bakteri sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup. Karena cefadroxil
merupakan golongan antibiotik yang hanya diperuntukan bagi infeksi
bakteri, maka obat ini tidak bisa digunakan untuk mengatasi infeksi
yang disebabkan oleh virus, seperti pilek, flu

Cefadroxil bekerja dengan menghambat pembentukan


protein yang membentuk dinding sel bakteri. Obat ini akan merusak
ikatan yang menahan dinding sel bakteri untuk membunuh bakteri-
bakteri penyebab penyakit. Mekanisme kerja tersebut menjadikan
cefadroxil obat yang memiliki spektrum luas untuk membunuh
berbagai macam bakteri, baik bakteri gram positif maupun gram
negatif.

Indikasi Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi


yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif seperti, Infeksi
saluran pernafasan (tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis media).
Infeksi kulit dan jaringan lunak. Infeksi saluran kemih dan kelamin.

 Dextamin

Dextamine adalah obat dengan kandungan bahan aktif


Deksametason dan juga Desklofeniramin. Kedua zat aktif ini dikenal
sebagai obat untuk mengobati kondisi yang disebabkan oleh
peradangan dan juga reaksi alergi. Deksametason sendiri merupakan
golongan obat kortikosteroid yang ampuh untuk mengatasi peradangan
dan juga alergi. Deksklorfeniramin adalah jenis obat antihismtamin
yang bekerja menekan histamin yang dihasilkan selama reaksi alergi
dan dapat menyebabkan munculnya reaksi seperti ruam merah, gatal-
gatal, mata berair, tenggorokan gatal, bersin, hingga kesulitan
bernapas.

Berdasarkan cara kerja dari bahna aktif yang terkandung di


dalamnya, secara umum manfaat dari Destamine adalah untuk
mengatasi berbagai kondisi akibat peradangan dan juga reaksi alergi.
Berikut adalah kondisi yang umumnya dapat diatasi menggunakan obat
Dextamine adalah demam tinggi dan gejala flu, gangguan saluran
pernapasan yang disebabkan alergi, dermatitis kontak, atopik, atau
jenis eksim lainnya yang disebabkan alergi makanan atau obat,
gangguan pada mata yang disebakan oleh peradangan atau alergi,
rinitis alergi, kondisi lainnya yang disebabkan oleh peradangan dan
juga alergi

Indikasi Dextamine dapat digunakan untuk mengobati


beberapa penyakit berikut, yaitu Demam yang berat, asma saluran
pernafasan dan berat, peradangan selaput lendir hidung karena alergi,
peradangan kulit yang disebabkan oleh alergi terhadap mak
yang kronisanan atau alergi teerhadap sentuhan, perdangan yang
ditimbulkan oleh obat - obat tertentu, peradangan selaput ikat mata
karena alergi, peradangan pada kornea, dan gangguan inflamasi pada
mata.

 Bio ATP

Bio-ATP merupakan obat supplemen kesehatan untuk


mengatasi masalah saat kelelahan, kelelahan otot, atrofi otot
degeneratif. Bio ATP juga bisa digunakan sebagai obat terapi
penunjang untuk penderita hepatitis, diabetes, rematik & herpes zoster.
Namun kebanyakan orang menggunakan obat ini untuk mengatasi
masalah kelelahan dan juga gangguan metabolisme tubuh. Bio-ATP
mengandung ATP / Adenosin Triphosphate 20mg, Thiamin 100mg,
Pyridoxine 200mg, Cyanobalamin 200mcg, dan juga Vitamin e 30mg.

Manfaat Bio ATP untuk mengatasi masalah kelelahan dan


gangguan metabolisme dalam tubuh, berikut adalah beberapa rincian
fungsi atau manfaat dari obat supplemen Bio-ATP adalah astenia
muskular/neuro muskular, gangguan metabolisme pada otot jantung,
kelelahan fisik, terapi penunjang untuk penderita hepatitis, terapi
penunjang untuk penderita diabetes, terapi penunjang untuk penderita
rematik, terapi penunjang untuk penderita herpes zoster. Kandungan
yang terdapat di dalam obat ini mempunyai perannya masing masing
agar obat ini dapat berfungsi sesuai dengan seharusnya, sebut
saja Vitamin B kompleks yang terpenting diantaranya yaitu, Vitamin
B1, Vitamin B6, dan Vitamin B12 ditambahkan di dalam obat ini
dengan tujuan untuk menyempurnakan kerja ATP di dalam
memperbaiki metabolisme karbohidrat, lemak dan protein di dalam sel
tubuh.

 Neurodex

Neurodex adalah salah satu merek suplemen vitamin B


kompleks yang terdiri atas vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin tersebut
berguna untuk nutrisi sel saraf yang disebut sebagai neurotropik–
sehingga vitamin ini dapat digunakan untuk melindungi dan
menjaga saraf.

Fungsi Neurodex adalah melindungi dan menjaga fungsi


saraf agar tetap berjalan dengan normal. Sementara manfaat Neurodex
adalah dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
kekurangan vitamin B, anemia, gangguan saraf otak, dan pegal otot.

Indikasi Penggunaan Obat Neurodex adalah digunakan

untuk terapi defisinesi (kekurangan) vitamin B1, B6, dan B12 seperti

pada kasus polineuritis (radang saraf), beri-beri, gangguan saraf otak,

infeksi mata, hingga penurunan kesadaran. Digunakan untuk kondisi

gangguan saraf seperti kesemutan, baal, digunakan untuk kondisi

pegal-pegal sebagai suplemen.digunakan untuk kondisi gangguan

fungsi saraf seperti cegukan yang terlalu lama, penyakit pikun pada

orang tua, suplemen pada pasien anemia atau kekurangan darah merah
akibat defisiensi vitamin B12 (yang ditandai dengan ukuran sel darah

merah besar-besar, perlu diperiksa oleh tenaga medis ahli)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Felin calicivurus adalah suatu penyakit yang disebabkan


oleh virus dari family caliciviridae, yang paling sering menyerang
pada kucing terutama anakan kucing. Virus ini dapat masuk
kedalam tubuh melalui mata, hidung (pernafasan) dan mulut.
Penularan calicivurus sangat cepat terjadi, masa inkubasi 2-4 hari.
Gejala yang sering terlihat adalah mulut yang berbau, gingivitis
yang berulang, tidak mau makan, demam, gejala kepincangan
(limping kitten syndrome) juga dapat terlihat infeksi feline
calicivirus akibat peradangan pada sendi (arthritis) terutama
terlihat pada anak kucing yang umurnya kurang dari 14 minggu.

5.2 Saran
Selalu menjaga dan mengawasi pemeliharaan kita untuk
makanannya minumannya agar tidak mengkonsumsi sembarangan.
Kucing yang terkena calici virus dan sebaiknya di isolasi agar
tidak terjadi penularan pada kucing yang lainnya, di lakukan
pembersihan kandang dengan desinfektan agar steril, segera di
bawa ke dokter jika terjadi penyakit berulang.

DAFTAR PUSTAKA

Cote. E, 2011. Clinical Veterinary Advisor. Edisi ke- 2. Canada


:Elsever Inc.
Foster dan Smith M. 2009. Feline Upper Respiratory Disease :
Rhinotracheitis and Calicivirus Infection in Cat.
http://www.peteducation. Com/index.cfm . di akses
pada 9 april 2019.
Lagerwerf W. 2008. Feline Upper Respiratory Viruses- Part Two
: Calici Virus. http:// www.cfa. Org/articeles/
healty/calici. html. Di akses pada 9 april 2019.
Subroto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing
dan Kucing. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Katzung, G.B., Masters, B.S., & Trevor J.A. 2013. Farmakologi
dasar & klinik. Ed. 12 Vol. 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
BAB I
PENDAHULUAN

3.3 Latar Belakang

Kucing adalah salah satu hewan yang popular dikalangan


masyarakat, bentuk fisik yang lucu dan tingkah yang
menggemaskan merupakan salah satu alasan yang membuat
banyak orang menyukai hewan peliharan ini. Seiring
perkembangan zaman kucing yang pada zaman dahulu dikenal
sebagai symbol religi, sekarang telah menjadi pengontrol populasi
tikus dan juga salah satu hewan kesayangan..
Infeksi saluran respirasi masih menjadi penyakit yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas tinggi pada kucing.
Kucing sangat rentan terhadap infeksi, baik disebabkan oleh
bakteri maupun virus yang sering disebut infeksi saluran respirasi
bagian atas (Dallas 2006). Penyakit saluran respirasi yang
disebabkan oleh bakteri dapat terjadi akibat bakteri patogen atau
proliferasi bakteri normal akibat sistem pertahanan yang lemah
(Schulz et al. 2006). Pada kucing, penyakit saluran respirasi
biasanya disebabkan oleh banyak agen seperti feline herpesvirus-1
(FHV-1), (August dan Bahr 2006).

3.4 TUJUAN
Tujuan dari koasistensi ini, agar dapat mendiagnosa
penyakit hewan, dengan tehnik diagnosis standar (diagnosis
klinik) terhadap kasus di klinik hewan, dapat mengetahui
pemberian terapi yang tepat dan sesuai dengan gejala hewan dan
mengetahui penanganan dan pengobatan terhadap kasus cat flu
pada kucing.
3.5 MANFAAT
Mahasiswa dapat melakukan dignosa pada penyakit yang ada
pada pasien serta cara melakukan penanganan pada penyakit
tersebut, serta sebagai bahan informasi mengenai kasus
penyakit yang ada
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cat Flu


Flu kucing ( cat flu ) merupakan penyakit saluran respirasi
atas atau sering dikenal dengan upper respiratory tract disease
(URTD) pada kucing cat flu banyak terjadi pada breeding dan
boarding cattery. Kucing yang terserang cat flu akan mengalami
bersin-bersin, discharge pada hidung, konjungtivis, discharge pada
mata, nafsu makan menurun, demam,dan depresi. Terkadang bias
ditemui adanya ulcer pada mata dan mulut serta excresi saliva
yang berlebihan. Penderita bias mengalami kematian akibat cat
flu. Kematian terjadi karena infeksi sekunder, kurang makan dan
dehidrasi. Kucing yang peka terhadap cat flu adalah kucing yang
tidak di vaksin, anak kucing dan kucing immunosupresi. Penyakit
pada saluran respirasi dapat disebabkan oleh mikroorganisme,
seperti bakteri, virus, fungi, dan protozoa. Transmisi penyakit
tersebut dapat melalui kontak langsung, tidak langsung (melalui
sprei, mangkuk air minum dan pakan), aerosol, air dan makanan
yang terkontaminasi, dan hewan pembawa (carrier) (Dallas 2006).
Penyakit yang sering terjadi pada kucing yang berumur kurang
dari satu tahun adalah penyakit saluran respirasi bagian atas yang
disebabkan oleh berbagai agen. Penyakit tersebut umumnya
memiliki gejala klinis yang cenderung sama. Sekitar 40% agen
yang menyerang saluran respirasi bagian atas yaitu feline
herpesvirus-1 (FHV-1) atau feline viral rhinotracheitis (FVR) dan
feline calicivirus (FCV) (Little 2008).

2.2 Penyebab Cat Flu

Cat flu dapat disebabkan oleh banyak agen, 90% kasus cat
flu di sebabkan oleh feline herpes virus-1 (FHV-1) juga dikenal
sebagai felin viral rhinotracheitis (FVR) dan Felin Callicivirus
(FCV). Penyebab lain dari cat flu adalah Clamydia felisi (feline
chlamydophila). Infeksi dan gejala klinis oleh bebberapa agen
dapat terjadi melalui infeksi sekunder yang bersamaan dengan
FHV-1 atau FCV. Penyakit ini dapat bersifat akut dan kronis, serta
membentuk eksudat baik yang kataral, mukopurulen, fibrinous,
fibrinopurulen, maupun purulen. Trakheobronkhitis kataral akut
terdapat iritasi ringan pada mukosa bronkhus akibat sekresi dari
sel goblet dan sel serous, serta terjadi edema. Pada infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, trakheobronkhitis biasanya bersifat
purulen atau supuratif karena banyaknya neutrofil pada eksudat,
sedangkan trakheobronkhitis ulseratif biasanya terjadi akibat
infeksi virus atau bakteri yang menyebabkan rusaknya selsel epitel
(Jubb et al. 1993).
Feline herpesvirus-1 (FHV-1) menyebabkan penyakit
saluran respirasi bagian atas pada kucing umur kurang dari satu
tahun. Transmisi FHV-1 dapat terjadi akibat kontak langsung
melalui cairan tubuh kucing yang terinfeksi terutama sekresi
cairan respirasi dan okular. Masa inkubasi virus ini 24−48 jam dan
secara mendadak terjadi bersin, batuk, adanya discharge dari
hidung dan mata, konjungtivitis, sesak napas, menurunnya nafsu
makan, dan demam (Stiles 2003; Little 2008).

2.3 Cara Penularan Cat Flu

Cara penularan virus cat flu dapat terjadi melalui tiga cara
yaitu :
1. Kucing sehat kontak langsung dengan kucing terinfeksi
2. Kucing sehat kontak langsung dengan virus yang ada
dalam pakan, tempat pakan dan objek lainnya.
3. Kucing sehat kontak langsung dengan kucing carrier
(pembawa) cat flu.
DAFTAR PUSTAKA

August JR, Bahr A. 2006. Chronic Upper Respiratory


Disease: Principles of Diagnosis and Management.
Di dalam: August JR, editor. Consultations in Feline
Internal Medicine.Volume 5. Philadelphia (US):
Elsevier.
Dallas S. 2006. Animal Biology and Care. Edisi 2. Oxford
(UK): Blackwell Publishing
Schulz BS, Wolf G, Hartmann K. 2006. Bacteriological and
antibiotic sensitivity test results in 271 cats with
respiratory infections. Vet Record. 158: 269- 270
Little S. 2008. Feline Herpesvirus and Calicivirus. [Internet].
[diunduh 2014 Juli 10]. Tersedia pada:
http://veterinarycalendar.dvm360.com/feline
herpesvirus-and calicivirus-infections-whats-
newproceedings?relcanonical
Jubb KVF, Kennedy PC, Palmer N. 1993. Pathology of
Domestic Animals. Volume 2. San Diego (US):
Academic Pr.

Anda mungkin juga menyukai