NON INFEKSIUS
FELINE LOWER URINARY TRACT DISEASE (FLUTD)
Disusun Oleh:
Haidar Muhammad
021221112
Tujuan
1. Untuk mengetahui gangguan reproduksi non infeksius
2. Untuk mengetahui apa itu FLUTD
3. Untuk mengetahui penyebab FLUTD
4. Untuk mengetahui gejala klinis FLUTD
5. Untuk mengetahui penanganan dan pengobatan FLUTD
ISI
Penyebab FLUTD
Gangguan atau disfungsi pada saluran bawah sistem urinaria dapat
disebabkan oleh berbagai macam faktor risiko yang dapat meningkatkan insidensi
FLUTD antara lain seperti letak geografis, jenis pakan, jenis kelamin, umur, berat
badan, jenis kucing, gaya hidup, dan populernya jenis kucing tertentu di suatu
negara (Piyarungsri et al., 2020). Menurut Hřibová et al (2020), berdasarkan rekam
medis, terdapat beberapa faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan insidensi
FLUTD yaitu musim dan juga keterangan telah dikebiri atau tidaknya kucing.
Faktor risiko lainnya yang dapat menyebabkan FLUTD yaitu pada kucing
yang hanya memakan pakan kering dengan kandungan air sebanyak 10%
dibandingkan pakan kaleng atau basah dengan kandungan air 78% (Meadows and
Flint, 2006). FLUTD juga dapat disebabkan akibat buruknya pengelolaan pakan,
pola pemeliharaan, lingkungan di sekitar kucing dan penanganan stres pada kucing
(Dorsch et al., 2014; Lew-Kojrys et al., 2017).
Faktor risiko insidensi FLUTD dapat juga disebabkan karena perolehan
(congenital) atau cacat anatomi bawaan dan penyakit sistem saraf pusat yang
menyebabkan gangguan mikturisi atau neurogenic bladder (Wulandari dan Sudira,
2016; Gerber, 2018).
Selain itu, diet kucing juga bisa menyebabkan FLUTD. Diet kucing
komersial dengan membatasi jumlah magnesium dan penambahan acidifiers dalam
makanan dapat meningkatkan keasaman urin, sehingga mengurangi kemungkinan
pembentukan struvite. Penurunan uroliths struvite bertepatan dengan peningkatan
uroliths oksalat, kadar magnesium yang rendah dan pH urin menjadi faktor dalam
pembentukan kalsium oksalat. Uroliths Oksalat tidak larut dalam urin kucing dan
harus diangkat melalui pembedahan. Bentuk kurang umum dari uroliths termasuk
amonium urat, asam urat, kalsium fosfat, dan sistin uroliths.
Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, jangan terlalu banyak
mengandung magnesium, sediakan selalu air bersih tidak hanya satu tapi beberapa.
Biasanya setelah operasi pemasangan kateter, dokter hewan memberikan pakan
khusus urinary, terdapat 2 macam yaitu basah (wet food) dan kering (dry food).
Pemilihan wet food juga perlu diperhatikan karena biasanya kotoran kucing jadi
lembek atau bahkan mencret. Minusnya wet food adalah lebih mahal dan
menyebabkan karang gigi. Plusnya, kucing lebih lahap, mengurangi resiko penyakit
dan kandungan proteinnya lebih besar. Untuk dry food, biskuit kering, diperhatikan
kandungan makanan yang ada dikemasan, hindari magnesium dan jumlah protein,
dibiasakan setiap makan harus minum yang cukup. Pemberian minum bisa
diberikan langsung lewat pipet langsung ke mulut, setelah makan. (antikwid, 2020)
Mihardi, A. P., Paramita, I. M., Pakpahan, S. N., Widodo, S., 2018. Identifikasi
Klinis Kristaluria Pada Kasus Feline Lower
Apritya, D., Yunani, R., dan Widyawati R. 2017. Analisis urin kasus urolithiasis
pada kucing tahun 2017 di Surabaya. Agrovet. 6 (1): 82-84.
Caesar, G.M.O.P., Sitarina W., Soedarmanto I., Alfarisa N., Yanuartono dan,
Slamet R. 2021. Stasis Urin pada Kucing: Evaluasi Klinis dan Laboratoris Urinary
Stasis in Cat: Clinical and Laboratory Evaluation. Jurnal Sain Veteriner. 39(1):
84-89.